Anda di halaman 1dari 25

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ilmu Ukur Wilayah


Ilmu ukur Wilayah adalah sebuah metode pengukuran titik-titik dengan
memanfaatkan jarak dan sudut di antara setiap titik tersebut pada suatu
wilayah.Pengukuran-pengukuran dibagi dalam pengukuran yang mendatar untuk
mendapatkan hubungan mendatar titik yang diukur permukaan bumi dan
pengukuran-pengukuran tegak, guna mendapat hubungan tegak antar titik-titk
yang diukur (Affandi,. 2006).
Ilmu Ukur Wilayah adalah ilmu dan seni dalam menentukan posisi (nisbi)
dari titik-titik yang berada pada atas, bawah, dan pada permukaan bumi, dengan
menggunakan metoda pengukuran dan referensi hitungan adalah permukaan bumi
yang dianggap sebagai bidang datar. Dalam pengertian yang lebih umum, ilmu
ukur wilayah dapat dianggap sebagai disiplin yang meliputi semua metoda untuk
pengumpulan dan pemrosesan informasi tentang permukaan bumi dan lingkungan
fisis bumi. (Cahyono,B Kun.2009).
Ilmu ukur wilayah adalah bagian rendah dari ilmu Geodesi, yang
merupakan suatu ilmu yang mempelajari ukuran dan bentuk bumi dan
menyajikannya dalam bentuk tertentu. Ilmu Geodesi ini berguna bagi pekerjaan
perencanaan yang membutuhkan data-data koordinat dan ketinggian titik lapangan
Menurut Damianda (2008). Berdasarkan ketelitian pengukurannya, ilmu
Geodesi terbagi atas dua macam, yaitu, (1) Geodetic Surveying, yaitu suatu
survey yang memperhitungkan kelengkungan bumi atau kondisi sebenarnya.
Geodetic Surveying ini digunakan dalam pengukuran daerah yang luas dengan
menggunakan bidang hitung yaitu bidang lengkung (bola/ellipsoid). (2) Plane
Surveying, yaitu suatu survey yang mengabaikan kelengkungan bumi dan
mengasumsikan bumi adalah bidang datar.
Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesiyang mempelajari cara-
cara pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk menentukan posisi
relative atau absolute titik-titik pada permukaan tanah, di atasnya atau di

1 Universitas Sriwijaya
bawahnya, dalam memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan penetuan posisi
relative suatu daerah.

2.2 Alat – alat yang Digunakan dalam Praktikum Ilmu Ukur Wilayah
2.2.1 Theodolit
Theodolit adalah salah satu alat ukur wilayah yang digunakan untuk
menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda dengan
waterpass yang hanya memiliki sudut mendatar saja. Di dalam theodolit sudut
yang dapat di baca bisa sampai pada satuan sekon (detik). Theodolite merupakan
alat yang paling canggih di antara peralatan yang digunakan dalam survei. Pada
dasarnya alat ini berupa sebuah teleskop yang ditempatkan pada suatu dasar
berbentuk membulat (piringan) yang dapat diputar-putar mengelilingi sumbu
vertikal, sehingga memungkinkan sudut horisontal untuk dibaca. Teleskop
tersebut juga dipasang pada piringan kedua dan dapat diputarputar mengelilingi
sumbu horisontal, sehingga memungkinkan sudut vertikal untuk dibaca. Kedua
sudut tersebut dapat dibaca dengan tingkat ketelitian sangat tinggi (Farrington
1997).
Survei dengan menggunakan theodolite dilakukan bila situs yang akan
dipetakan luas dan atau cukup sulit untuk diukur, dan terutama bila situs tersebut
memiliki relief atau perbedaan ketinggian yang besar. Dengan menggunakan alat
ini, keseluruhan kenampakan atau gejala akan dapat dipetakan dengan cepat dan
efisien (Farrington 1997) Instrumen pertama lebih seperti alat survey theodolit
benar adalah kemungkinan yang dibangun oleh Joshua Habermel (de: Erasmus
Habermehl) di Jerman pada 1576, lengkap dengan kompas dan tripod.

2 Universitas Sriwijaya
Kompas : untuk menentukan letak dan kedudukan pesawat terhadap arah
utara 00.
1. Visir : untuk membidik objek secara kasar.
2. Lensa okuler dan sekrup okuler : untuk memperjelas benang diafragma.
3. Sekrup mikrometer : untuk menyetel pembacaan sudut menit dan sekon.
4. Cermin : untuk memantulkan cahaya agar pembacaan dan micrometer
lebih jelas.
5. Pengunci vertikal : untuk mengunci teropong pada arah vertikal.
6. Sekrup penggerak halus vertikal : untuk menggerakkan pesawat ke arah
vertical secara halus.
7. Lensa objektif dan sekrup objektif : untuk membidik objek dan sekrup
untuk memperjelas bayangan objek.
8. Sekrup K-I : untuk mengunci pesawat secara horizontal.
9. Sekrup penggerak halus horizontal : untuk menggerakkan pesawat kea rah
horizontal secara horizontal.

3 Universitas Sriwijaya
10. Sekrup kaki tiga : untuk menyetel nivo kotak dan nivo tabung agar
gelembung udara masuk ke dalam pusat lingkaran nivo sehingga pesawat
siap untuk digunakan.
11. Lensa pembacaan dan sekrup : untuk pembacaa sudut baik horizontal
maupun vertical.
12. Nivo kotak dan nivo tabung : untuk menyeimbangkan kedudukan pesawat.
13. Sekrup K-2 : untuk mengunci pesawat ke arah horizontal pada saat
pembacaan.
14. Center point : untuk menyetel kedudukan pesawat agar tepat pada ujung.
15. Statif : untuk landasan pesawat yang dilengkapi dengan sekrup pengunci
agar statif dan pesawat dapat menyatu dengan baik.
b). Syarat – syarat Theodolite
Syarat – syarat utama yang harus dipenuhi alat theodolite sehingga siap
dipergunakan untuk pengukuran yang benar adalah sbb :
1) Sumbu kesatu benar – benar tegak / vertical.
2) Sumbu Kedua haarus benar – benar mendatar.
3) Garis bidik harus tegak lurus sumbu kedua / mendatar.
4) Tidak adanya salah indeks pada lingkaran kesatu.
c). Pengoperasian Theodolit
Cara kerja penyiapan alat theodolita antara lain :
1. Kendurkan sekrup pengunci perpanjangan
2. Tinggikan setinggi dada
3. Kencangkan sekrup pengunci perpanjangan

4. Buat kaki statif berbentuk segitiga sama sisi

5. Kuatkan (injak) pedal kaki statif

6. Atur kembali ketinggian statif sehingga tribar plat mendatar

7. Letakkan theodolite di tribar plat

8. Kencangkan sekrup pengunci centering ke theodolite

9. Atur (levelkan) nivo kotak sehingga sumbu kesatu benar-benar tegak /


vertical dengan menggerakkan secara beraturan sekrup pendatar / kiap di
tiga sisi alat ukur tersebut.

4 Universitas Sriwijaya
10. Atur (levelkan) nivo tabung sehingga sumbu kedua benar-benar mendatar
dengan menggerakkan secara beraturan sekrup pendatar / kiap di tiga sisi
alat ukur tersebut.

11. Posisikan theodolite dengan mengendurkan sekrup pengunci centering


kemudian geser kekiri atau kekanan sehingga tepat pada tengah-tengah
titik ikat (BM), dilihat dari centering optic.

12. Lakukan pengujian kedudukan garis bidik dengan bantuan tanda T pada
dinding.

13. Periksa kembali ketepatan nilai index pada system skala lingkaran dengan
melakukan pembacaan sudut biasa dan sudut luar biasa untuk mengetahui
nilai kesalaha index tersebut.
d). Macam-macam Theodolit
Dari konstruksi dan cara pengukuran, dikenal 3 macam theodolite :
1) Theodolite Reiterasi
Pada theodolite reiterasi, plat lingkaran skala (horizontal) menjadi satu
dengan plat lingkaran nonius dan tabung sumbu pada kiap.Sehingga lingkaran
mendatar bersifat tetap. Pada jenis ini terdapat sekrup pengunci plat nonius.

Gambar. Theodolite Reiterasi

2) Theodolite Repetisi
Pada theodolite repetisi, plat lingkarn skala mendatar ditempatkan
sedemikian rupa, sehingga plat ini dapat berputar sendiri dengan tabung poros
sebagai sumbu putar.Pada jenis ini terdapat sekrup pengunci lingkaran mendatar
dan sekrup nonius.

5 Universitas Sriwijaya
Gambar. Theodolite Repetisi

3) Theodolite Elektro Optis


Menurut Damianda (2008). Dari konstruksi mekanis sistem susunan
lingkaran sudutnya antara theodolite optis dengan theodolite elektro optis sama.
Akan tetapi mikroskop pada pembacaan skala lingkaran tidak menggunakan
system lensa dan prisma lagi, melainkan menggunkan system sensor. Sensor ini
bekerja sebagai elektro optis model (alat penerima gelombang elektromagnetis).
Hasil pertama system analogdan kemudian harus ditransfer ke system angka
digital. Proses penghitungan secara otomatis akan ditampilkan pada layer (LCD)
dalam angka decimal.

e). Sifat-sifat Theodolit


Sifat-sifat teodolit memiliki penampilan umum yang berbeda jika
dibandingkan dengan transit Amerika ( ringkas, ringan dan ramping). Terdapat
beberapa ciri mengenai instrument teodolit ini, diantaranya yang penting adalah
sebagai-berikut :
1. Teropongnya pendek, mempunyai benang silang yang digoreskan pada
kaca dan dilengkapi dengan kolimator untuk pengarahan kasar.
2. Lingkaran horizontal dan vertical dibuat dari kaca dengan garis-garis
pembagian skala dan angka goresan dipermukaannya.

3. Lingkaran vertikal, kebanyakan theodolite diberi petunjuk seksama


terhadap arah gaya tarik bumi dengan satu dari dua cara (a) Dengan

6 Universitas Sriwijaya
sebuah pemampas otomatik , (b) Dengan nivo kolimasi atau nivo
lingkaran vertikal, biasanya jenis ujung gelembung berimpit dengan
system pembacaan lingkaran vertikal. Keduanya menyebabkan adanya
bidang acuan yang lebih teliti untuk pengukuran sudut vertical daripada
nivo piringan yang dipakai pada transit.

4. Sistem-sistem pembacaan lingkaran pada dasarnya terdiri atas mikroskop


dengan optika di dalam instrument. Sebuah okuler pembacaan biasanya
ada didekat okuler teropong atau ditempatkan di salah satu penopang.
Beberapa instrument memiliki micrometer optis untuk pembacaan
pecahan interval lingkaran, sedangkan lainnya bersifat baca “langsung”.
Pada kebanyakan teodolit, ada sebuah cermin ditempatkan pada satu
penopang yang dapat diatur untuk memantulkan sinar ke dalam instrument
dan menerangi lingkaran untuk pemakaian siang hari. System pembacaan
lingkaran dapat dilengkapi dengan system penerangan memakai batere
untuk pekerjaan malam hari dan di bawah tanah. Beberapa teodlit yang
lebih baru juga memakai system penerangan memakai batere pengganti
cermin untuk pekerjaan siang hari.

5. Putaran mengeliling sumbu I terjadi dalam tabung baja atau pada bola-
bantalan poros (precisions ball bearings) seksama.

6. Bidang sekrup penyetel, terdiri atas tiga sekrup atau roda sisir.

7. Dasar atau kerangka bawah theodolite, sering dirancang agar instrument


dapat saling ditukar dengan alat-alat tambahannya tanpa menganggu
pemusatan pada titik pengukuran.

8. Pemusat optis, terpasang ke dalam dasar atau alidade kebanyakan teodalit,


menggantikan bandul unting-unting dan menyebabkan pemusatan dapat
dilakukan dengan ketelitian tinggi.

9. Kotak pembawa untuk theodolite terbuat dari baja, logam campuran, atau
plastik berat. Kotak pembawa biasanya ringkas, kedap air, dan dapat
dikunci.

7 Universitas Sriwijaya
10. Alat-alat ukur jarak dapat bersifat permanen dan terpadu dari theodolite
Takimeter. Misalnya adalah teodolit yang mengukur jarak lereng secara
otomatik merubahnya menjadi komponen-komponen harizontal dan
vertikal. Beberapa teodolit mempunyai alat EDM terpasang tetap yang
memungkinkan pengukuran jarak lereng, sudut-sudut horizontal dan
vertikal dengan sekali pemasangan alat.

11. Berbagai alat tambahan meningkatkan kemampuan theodolite, sehingga


dapat digunakan secara khusus misalnya pengamatan astronomis.

12. Kaki tiganya jenis kerangka lebar. Beberapa di antaranya dari logam dan
mempunyai alat untuk mendatarkan secara kasar bagian atasnya dan
pemusatan mekanik sehingga tak perlu bandul unting-unting pada
pemusatan optis tetapi pada praktikum kali ini kita memakai bandul
unting-unting untuk pemusatan optis.
f). Kalibrasi Teodolit
Sebelum teodolit digunakan dalam kerja pengukuran ada baiknya teodolit
diperiksa terlebih dahulu. Hal ini untuk memastikan, apakah teodolit berfungsi
dengan baik dan benar. Ini penting dalam ketelitian pengambilan data, sehingga
Kesalahan dan ketidaktelitian dalam pengambilan data dapat diminimalisir.
Terdapat dua jenis kalbirasi yang boleh dilakukan yaitu :
a. Kalibrasi Sementara
Kalibrasi ini dilakukan dilakukan kepada teodolit setiap kali alat ini akan
digunakan. Hal ini berarti di setiap stasiun pengamatan yang diduduki, kalibrasi
sementara dijalankan terlebih dahulu sebelum pengukuran dilakukan. Kalibrasi
sementara melibatkan tiga proses penting, yakni
1) Memusatkan teodolit
Dalam pemasangan teodolit harus dilakukan dengan benar tepat di atas
tripod. Prinsipnya adalah dengan cara mengatur teodolit supaya berdiri dalam
kedudukan kurang lebih berada di atas stasiun. Cara melakukannya adalah seperti
berikut :
1. Buka kaki tiga kurang lebih dengan sudut 60°.

8 Universitas Sriwijaya
2. Posisikan kaki tiga dengan ketinggian sewajarnya sehingga plat atas kaki
tiga berada dalam kedudukan hampir mendatar.

3. Letakkan teodolit di atas plat kaki tiga. Pastikan semua terkunci pada
teodolit dan kencangkan pengunci tribet.

4. Pijakkan satu kaki tiga ke tanah, pegang dan angkat dua kaki tiga lagi
sambil mata praktikan melihat melalui sekrup optik.

5. Kemudian letakkan kedua-dua kaki tiga tadi ke tanah.

6. Memastikan gelembung udara yang berada di atas penyilang arah


(berbentuk bulat) tepat di tengah-tengah. Caranya dengan menaikan dan
menurunkan kaki tiga yang berkaitan dengan mengikut kedudukan yang
sesuai.
2) Mengkalibrasi teodolit
Apabila teodolit sudah berada tepat pada stasiun di atas tanah, proses
selanjutnya ialah memastikan teodolit berada dalam keadaan benar. Proses
kalibrasi adalah seperti berikut :
a) Pastikan semua pengunci penyilang atas dan bawah telah dilonggarkan.
Gerakkan teodolit supaya kotak gelembung udara (berbentuk memanjang)
sesuai dengan sepasang sekrup kaki penyearah.
b) Atur kedua sekrup kaki penyearah pada arah yang berlawanan serentak
sehingga gelembung udara berada di tengah-tengah kotaknya.

c) Atur teleskop sehingga kotak gelembung udara berada 90° dari kedudukan
asal tadi. Kemudian sejajarkan alat menggunakan sekrup kaki penyearah
ketiga saja.

d) Ulangi langkah (2) dan (3) sehingga gelembung udara tetap berada di
tengah walaupun teodolit diputar ke arah mana sekalipun. Gelembung
udara (berbentuk bulat) akan sendirinya terarah apabila keadaan ini
terhasil.

3) Menghilangkan beda penglihatan

9 Universitas Sriwijaya
Beda penglihatan adalah suatu kekaburan yang terjadi pada objek yang
terdapat di benang stadia. Keadaan ini berlaku disebabkan teleskop tidak
difokuskan terlebih dahulu. Jika ini berlaku, Pengukuran akan sulit dilakukan.
.
2.2.2 Tripod
Tripod merupakan alat pennyangga untuk di letakannya alat ukur
theodolit. Tripod dapat di sebut juga kaki tiga karena tripod tersusun atas tiga
tiang yang saling berikatan. Cara menggunakannya, dengan membuka ketiga kaki
tersebut. kemudian atur ketinggian tripod sesuai yang diinginkan.
Statif (kaki tiga) berfungsi sebagai penyangga waterpass dengan ketiga
kakinya dapat menyangga penempatan alat yang pada masing-masing ujungnya
runcing,agar masuk kedalam tanah.ketiga kaki statif ini dapat diatur tinggi
rendahnya sesuai dengan keadaan tanah tempat alat itu berdiri. (Murtany Abi.
2013).

Gambar. Tripod

2.2.3. Meteran
Meteran dalam praktikum ilmu ukur wilayah merupakan alat yang
digunakan untuk mengukur jarak antara posisi alat dengan patok dan posisi alat
dengan titik sembarang.
Kegunaa utama atau yang umum dari meteran ini adalah untuk mengukur
jarak atau panjang.kegunaan lain yang juga pada dasarnya adalah melakukan
pengukuran jarak,antara lain (1) mengukur sudut baik horizontal maupun vertikal
atau lereng (2) membuat sudut siku-siku dan (3) membuat lingkaran (Murtany
Abi. 2013).

10 Universitas Sriwijaya
Gambar. Meteran

2.2.4 Jalon
Jalon merupakan alat yang digunakan untuk mengukur ketinggian alat
theodolit yang terpasang diatas tripod. Jalon biasanya berwarna merah putih yang
tersusun secara bergantian, warna berganti setelah 20 cm.

Gambar. Jalon
2.2.5 Patok
Patok merupakan alat yang digunakan sebagai tanda adanya sebuah titik-
titik yang harus diukur atau diletakannya papan baca untuk dilakukannya
pembacaan dengan menggunakan theodolit.

Gambar. Patok

2.2.6 Payung

11 Universitas Sriwijaya
Payung merupakan alat yang digunakan untuk menghindarkan alat
theodolit dari penyinaran matahari sehingga tidak akan terjadi gangguan dalam
pengukuran, sehingga data yang didapatkan tepat dan akurat.

Gambar. Payung

2.2.7 Papan baca / Rambu baca


Berbagai jenis dan ukuran rambu yang diproduksi oleh masing-masing
produsen alat ukur. Hal yang perlu diperhatikan dari rambu adalah :
 Skala rambu dalam cm atau mm atau interval jarak pada garis-garis dalam
rambu tersebut setiap berapa cm atau berapa mm.
 Skala dari rambu, terutama pada daerah sambungan rambu harus benar.
 Rambu berdiri tepat di atas target, posisi tegak lurus dengan arah bacaan
menghadap 12actor12 theodolit yang sedang membidik.
 Salah satu contoh pembacaan skala pada rambu ukur :

Keterangan dari gambar :


 bb = 100 cm

12 Universitas Sriwijaya
 ba = 108 cm
 bt = 104 cm
 sebagai pengecekan : bt = (ba-bb)/2

2.3 Polygon

2.3.1 Teori polygon

Polygon berasal dari kata : poli = banyak, gono = sudut. Jadi polygon
adalah suatu rangkaian segi banyak atau deretan titik-titik yang menghubungkan
dua titik tetap (titik triangulasi).Untuk menentukan posisi atau koordinat dari titik-
titik polygon yang menghubungkan dua titik tetap, harus di ukur sudut-sudut pada
tiap titik dan panjang sisi-sisi pada rangkaian polygon. Titik tetap (titik
triangulasi) adalah titik-titik control yang telah diketahui atau telah ditentukan
koordinatnya dalam rangkaian kerangka dasar pemetaan nasional.

Berdasarkan kebutuhan tingkat ketelitian pengukuran sudut, teodolit


dibedakan atas 4 macam, yaitu :
1) Teodolit dengan ketelitian rendah (low precision) Mempunyai pembagian
skala terkecil antara 1’ sampai 10’. Contoh : wild T-0, wild T-05, kern KO-
S, sokkisha GT-60 dan zeiss THEO-080A.
2) Teodolit dengan ketelitian sedang (medium precision) mempunyai
pembagian skala terkecil antara 10” sampai 1’. Contoh : wild T-1, wild T-
16, fannel FT-1A, kern DKM-1, sokkisha BT-20, zeiss THEO 020.
3) Teodolit teliti (high precision) mempunyai pembagian skala terkecil antara
1” samapai 10”. Contoh : kern DKM 2-A, sokkisha TM-1A, Nikon NT-3,
wild T2 dan zeiss THEO 010A.
4) Teodolit sangat teliti (highest precision) mempunyai pembagian skala
terkecil lebih kecil dari 1”. Contoh : wild T-3, kern DKM 3, zeiss THEO
002.
Untuk pengukuran teknis seperti pengukuran polygon, dapat digunakan
low precision theodolites dan theodolites of medium precision. Sedangkan untuk
pengukuran jaringan triangulasi primer harus digunakan theodolites of highest
precision, dan untuk jaringan triangulasi sekunder dan tersier dapat digunakan
high precision theodolites.Theodolit yang dapat langsung mengukur sudut kompas

13 Universitas Sriwijaya
atau azimuth disebut teodolit kompas, misalnya teodolit BTM (boussole trans-
mentagno) dan wild T-0. Pengukuran polygon dapat dilakukan dengan
menggunakan theodolit biasa atau teodolit kompas.
Menggunakan kedua jenis instrument tersebut (theodolit biasa atau
teodolit kompas) mempunyai keuntungan dan kerugian masing-masingnya.
a) Pengukuran polygon dengan teodolit biasa.
Dibandingkan dengan teodolit kompas kelemahannya, yaitu seringkali
Keuntungan dan kelemahan (kerugian) menggunakan teodolit biasa untuk
pengukuran polygon, diantaranya adalah :
1) Lebih baik digunakan untuk pengukuran polygon yang mempunyai sisi-
sisi yang panjang.
2) Menguntungkan untuk pengukuran polygon didaerah perkotaan yang rapat
bangunannya dan juga di daerah perindustrian, karena teodolit biasa bebas
dari gangguan atraksi local (gangguan medan magnetis lingkungan lokasi)
3) Memberikan ketelitian lebih tinggi timbul perambatan kesalahan pada
penentuan sudut jurusan (azimuth) tiap sisi.
b) Pengukuran polygon dengan teodolit kompas.
Keuntungan dan kelemahan menggunakan teodolit kompas untuk
pengukuran polygon, diantaranya adalah :
1) Lebih baik digunakan untuk pengukuran polygon uang mempunyai sisi-
sisi yang pendek.
2) Menguntungkan digunakan untuk pengukuran polygon di daerah-daerah
persawahan, hutan dan pergunungan.
3) Kelemahannya, yaitu peka terhadap gangguan atraksi local terhadap jarum
magnetisnya (jarum boussole).
4) Ketelitian pengukurannya lebih rendah dibandingkan denga teodolit biasa.
5) Dapat memberikan control bagi pengukuran sudut, bila sudut jurusan
(azimuth magnetis) kedua sisi sudut diukur .
6) Dapat dilakukan pengukuran polygon dengan metode spring station (cara
meloncat).

2.3.2 Maksud dan Tujuan Pengukuran Poligon


Pengukuran polygon dilakukan untuk mendapatkan dan merapatkan titik-
titik ikat pengukuran di lapangan dengan tujuan sebagai dasar untuk keperluan
pemetaan atau keperluan teknis lainnya. Pada umumnya pengukuran polygon

14 Universitas Sriwijaya
dilakukan, jika kerapatan titik-titik tetap di lapangan kurang memadai, atau untuk
suatu kondisi tertentu di lapangan diperlukan lebih banyak kerapatan titik-titik
untuk memungkinkan pengambilan data-data penggambaran yang detail bagi
keperluan pemetaan situasi.
3. Bentuk-Bentuk Poligon
Berdasarkan kepada jumlah titik tetap (titik yang koordinatnya diketahui) dan
bentuk geometriknya, maka polygon dibedakan atas 3 (tiga) macam, yaitu :
a) Polygon sempurna adalah polygon yang deretan titik-titiknya terikat kepada
titik-titik tetap pada awal dan akhir polygon tersebut serta diketahui azimut
awal dan azimuth akhirnya.
b) Polygon lepas atau tidak sempurna adalah polygon yang deretan titik-titiknya,
hanya terikat kepada satu titik tetap. Dalam hal ini, hasil ukuranya tidak dapat
dikontrol atau diketahui kesalahannya.
c) Polygon tertutup adalah polygon yang deretan titik-titiknya terikat kepada
satu titik tetap yang berfungsi sebagai titik awal dan akhirnya. Artinya,
polygon yang mempunyai titik awal dan akhir yang sama sebetulnya
polygon tertutup ini, adalah polygon sempurna yang membentuk
geometric tertutup. Dengan demikian hasil ukurannya dapat dikontrol dan
diketahui kesalahannya.

2.4 Skala, Peta, dan Garis kontur


2.4.1 Skala
Skala merupakan perbandingan antara jarak pada gambar dengan jarak
yang sebenarnya. Dalam stistika, secara umum terdapat 4 jenis skala yaitu, skala
nominal, ordinal, interval, dan rasio.
a) Skala nominal
Skala nominal Merupakan skala yang hanya membedakan kategori
berdasarkan jenis atau macamnya.Skala ini tidak membedakan kategori
berdasarkan urutan atau tingkatan.Misalnya adalah jenis kelamin terbagi menjadi
laki-laki dan perempuan.
b) Skala ordinal

15 Universitas Sriwijaya
Skala ordinal merupakan Merupakan skala yang membedakan kategori
berdasarkan tingkat atau urutan.Misalnya, membagi tinggi badan sampel ke dalam
3 kategori: tinggi, sedang, dan pendek.
c) Skala interval
Skala interval merupakan Merupakan skala yang membedakan kategori
dengan selang atau jarak tertentu dengan jarak antar kategorinya sama. Skala
interval tidak memiliki nilai nol mutlak.
d) Skala rasio
Skala rasio merupakan Merupakan penggabungan dari ketiga sifat skala
sebelumnya. Skala rasio memiliki nilai nol mutlak dan datanya dapat dikalikan
atau dibagi.Akan tetapi, jarak antar kategorinya tidak sama karena bukan dibuat
dalam rentang interval.
Skala peta dapat diartikan sebagai a) perbandingan jarak antara dua titik
sembarang di peta dengan jarak horizontal kedua titik tersebut di permukaan bumi
(dengan satuan ukuran yang sama), dan b) perbandingan antara jari-jari globe
dengan jari-jari bumi (spheroid).Beberapa cara/ metode dalam menyatakan skala,
adalah sebagai berikut :
a). Skala angka/ skala pecahan (numerical scale)
Yaitu skala yang ditulis dengan angka/ pecahan.Skala ini mempunyai
kelebihan dapat langsung dibaca oleh para pemakai peta. Sedangkan
kelemahannya, tidak dapat mengontrol kebenaran skala suatu peta yang telah
mengalami perubahan baik karena cuaca atau karena perubahan akibat pencetakan
peta (perbesaran/ pengecilan).
Contoh : skala angka ( numerical scale ) yaitu 1 : 100.000
skala pecahan ( representative scale ) yaitu 1/ 100.000
Hal ini menunjukkan bahwa satu satuan jarak pada peta mewakili 100.000 satuan
jarak horizontal di lapangan /permukaan bumi. Ini berarti bahwa 1 cm di peta
mewakili 100.000 cm di lapangan atau
1 inchi mewakili 100.000 atau 100.000/ 63.360 mile.
b). Skala Grafik ( graphical scale line )
Yaitu skala yang ditunjukkan oleh garis lurus yang dibagi-bagi menjadi
satuan yang sama panjang, tiap-tiap unit/satuan menunjukkan panjang yang

16 Universitas Sriwijaya
sebanding di lapangan. Skala ini juga mempunyai kelebihan yaitu ikut berubah
( mengembang/ menciut ) sesuai dengan perubahan bahan dasar peta yang
bersangkutan sehingga dapat mengontrol ketelitian skala suatu peta walaupun
sudah diperkecil/ diperbesar. Sedangkan kelemahannya, sulit dimengerti secara
langsung oleh para pemakai peta.
c). Skala verbal ( verbal scale )
Yaitu skala yang dinyatakan dengan kalimat. Pada peta-peta yang tidak
menggunakan satuan pengukuran metrik ( misalnya pet-peta di Inggris),
pernyataan skala dengan kalimat sering dilakukan.
Contoh : one inch to one mile = 1 : 63.360

2.4.2 Peta
Peta adalah gambaran dari permukaan bumi yang digambar pada bidang
datar, yang diperkecil dengan skala tertentu dan dilengkapi simbol sebagai
penjelas. Menurut ICA (International Cartographic Association), Peta adalah
gambaran atau representasi unsur-unsur ketampakan abstrak yang dipilih dari
permukaan bumi yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda
angkasa, yang pada umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan
diperkecil/diskalakan.
Peta memiliki kelengkapan penting agar mudah dibaca dan dipahami.
Kelengkapan tersebut dinamakan komponen peta. Komponen-komponen peta
antara lain sebagai berikut:
a). Judul peta
Judul petamerupakan identitas atau nama untuk menjelaskan isi atau
gambar peta. Judul peta biasanya terletak di bagian atas peta. Judul peta
merupakan komponen yang penting. Biasanya sebelum memperhatikan isi peta,
pasti seseorang terlebih dahulu membaca judulnya.
b). Legenda
Legenda merupakan keterangan yang berisi gambar-gambar atau simbol-
simbol beserta artinya. Legenda biasanya terletak di bagian pojok kiri bawah peta
c). Skala

17 Universitas Sriwijaya
Skala merupakan perbandingan jarak antara dua titik pada peta dengan
jarak sebenarnya di permukaan bumi. Misalnya skala 1 : 200.000. Skala ini
artinya 1 cm jarak pada peta sama dengan 200.000 cm atau 2 km jarak
sebenarnya.
d). Simbol
Simbol merupakan lambang-lambang atau gambar yang menunjukkan
obyek alam atau buatan. Simbol peta harus memenuhi tiga syarat yakni sederhana,
mudah dimengerti, dan bersifat umum. Berikut ini adalah simbol-simbol yang
biasa digunakan pada peta.
e). Mata angin
Mata angin merupakan pedoman atau petunjuk arah mata angin. Mata
angin pada peta biasanya berupa tanda panah yang menunjuk ke arah utara. Mata
angin sangat penting keberadaanya supaya tidak terjadi kekeliruan arah.
f). Garis astronomis
Garis astronomis merupakan garis khayal di atas permukaan bumi. Garis
astronomis terdiri dari dari garis lintang dan garis bujur. Garis lintang merupakan
garis dari timur ke barat sedangkan garis bujur merupakan garis dari utara ke
selatan.

g). Garis tepi


Garis tepi merupakan garis yang dibuat mengelilingi gambar
petamenunjukkan batas peta tersebut.
h). Tahun pembuatan peta
Tahun pembuatan peta menunjukkan kapan peta tersebut dibuat. Dari
tahun pembuatan kita dapat mengetahui peta tersebut masih sesuai atau tidak
untuk digunakan saat ini.
i). Inset peta
Inset peta merupakan gambar peta yang ingin diperjelas atau karena
letaknya di luar garis batas peta. Inset peta digambar bila diperlukan. Inset peta
disebut juga peta sisipan.
j). Tata warna

18 Universitas Sriwijaya
Tata warna merupakan pewarnaan pada peta untuk membedakan obyek
satu dengan yang lainnya. Misalnya warna coklat menunjukkan dataran tinggi,
hijau menunjukkan dataran rendah dan biru untuk menunjukkan wilayah perairan.
Sebuah peta yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut:
1) Konform, yaitu bentuk dari sebuah peta yang digambar serta harus
sebangun dengan keadaan asli atau sebenarnya di wilayah asal atau di
lapangan.
2) Ekuidistan, yaitu jarak di peta jika dikalikan dengan skala yang telah di
tentukan sesuai dengan jarak di lapangan.
3) Ekuivalen, yaitu daerah atau bidang yang digambar di peta setalah
dihitung dengan skalanya, akan sama dengan keadaan yang ada di
lapangan.
Peta dikelompokan menjadi 5 bagian, yaitu:
a. Berdasarkan Isi Data yang Disajikan
1) Peta umum, yakni peta yang menggambarkan kenampakan bumi, baik
fenomena alam atau budaya. Peta umum dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a) Peta topografi, yaitu peta yang menggambarkan permukaan bumi
lengkap dengan reliefnya. Penggambaran relief permukaan bumi ke
dalam peta digambar dalam bentuk garis kontur. Garis kontur adalah
garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai
ketinggian yang sama.
b) Peta korografi, yaitu peta yang menggambarkan seluruh atau sebagian
permukaan bumi yang bersifat umum, dan biasanya berskala sedang.
Contoh peta korografi adalah atlas.
c) Peta dunia atau geografi, yaitu peta umum yang berskala sangat kecil
dengan cakupan wilayah yang sangat luas.
2) Peta khusus (peta tematik), yaitu peta yang menggambarkan informasi
dengan tema tertentu/khusus. Misalnya, peta politik, peta geologi, peta
penggunaan lahan, peta persebaran objek wisata, peta kepadatan
penduduk, dan sebagainya.
b. Peta Berdasarkan Sumber Datanya
1) Peta turunan (Derived Map)yaitu peta yang dibuat berdasarkan pada acuan
peta yang sudah ada, sehingga tidak memerlukan survei langsung ke
lapangan.
2) Peta induk yaitu peta yang dihasilkan dari survei langsung di lapangan.

19 Universitas Sriwijaya
c. Peta berdasarkan skala
1) Peta kadaster (sangat besar) adalah peta yang berskala > 1: 100 sampai >
1: 5000. Contoh: Peta pertanahan, Peta Pertambangan
2) Peta besar adalah peta yang berskala > 1: 5000 sampai > 1: 250.000.
Contoh: peta kecamatan/kabupaten
3) Peta sedang adalah peta yang berskala > 1: 250.000 sampai > 1: 500.000.
Contoh: peta provinsi
4) Peta kecil adalah peta yang berskala > 1: 500.000 sampai > 1: 1.000.000.
Contoh: peta negara
5) Peta geografis (sangat kecil) adalah peta yang berskala > 1: 1.000.000 ke
bawah. Contoh: Peta benua/dunia
d. Peta berdasarkan bentuk
1) Peta datar atau peta dua dimensi, atau peta biasa, atau peta planimetri yaitu
peta yang berbentuk datar dan pembuatannya pada bidang datar seperti
kain. Peta ini digambarkan menggunakan perbedaan warna atau simbol
dan lainnya.
2) Peta timbul atau peta tiga dimensi atau peta stereometri, yaitu peta yang
dibuat hampir sama dan bahkan sama dengan keadaan sebenarnya di muka
bumi. Pembuatan peta timbul dengan menggunakan bayangan 3 dimensi
sehingga bentuk–bentuk muka bumi tampak seperti aslinya.
3) Peta digital, merupakan peta hasil pengolahan data digital yang tersimpan
dalam komputer. Peta ini dapat disimpan dalam disket atau CD-ROM.
Contoh: citra satelit, foto udara.
4) Peta garis, yaitu peta yang menyajikan data alam dan kenampakan buatan
manusia dalam bentuk titik, garis, dan luasan.
5) Peta foto, yaitu peta yang dihasilkan dari mozaik foto udara yang
dilengkapi dengan garis kontur, nama, dan legenda.
e. Peta berdasarkan tingkat kedetailan
1) Peta detail, peta yang skalanya > 1:25.000
2) Peta semi detail, peta yang skalanya > 1:50.000
3) Peta tinjau, peta yang skalanya > 1:250.000
Peta adalah gambaran konvensional dari sebagian atau seluruh permukaan
bumi dengan berbagai kenampakannya yang dilukiskan dengan skala tertentu
pada bidang datar. Peta merupakan alat yang paling tepat untuk menggambarkan
permukaan bumi dengan segala unsur-unsurnya, baik alami maupun buatan.
Secara umum manfaat peta antara lain sebagai berikut:

20 Universitas Sriwijaya
a) Menunjukkan lokasi suatu wilayah di permukaan bumi.
b) Menentukan bentuk, luas, arah, dan jarak antar tempat di permukaan bumi.
c) Memperlihatkan bentuk-bentuk permukaan bumi dan persebaran berbagai
gejala di permukaan bumi.
d) Menyajikan informasi dan persebaran berbagai kenampakan.

2.4.3 Garis Kontur


Garis kontur adalah garis khayal dilapangan yang menghubungkan titik
dengan ketinggian yang sama atau garis kontur adalah garis kontinyu diatas peta
yang memperlihatkan titik-titik diatas peta dengan ketinggian yang sama. Nama
lain garis kontur adalah garis tranches, garis tinggi dan garis tinggi horizontal.
Garis kontur + 25 m, artinya garis kontur ini menghubungkan titik-titik yang
mempunyai ketinggian sama + 25 m terhadap tinggi tertentu. Garis kontur
disajikan di atas peta untuk memperlihatkan naik turunnya keadaan permukaan
tanah. Aplikasi lebih lanjut dari garis kontur adalah untuk memberikan informasi
slope (kemiringan tanah rata-rata), irisan profil memanjang atau melintang
permukaan tanah terhadap jalur proyek (bangunan) dan perhitungan galian serta
timbunan (cut and fill) permukaan tanah asli terhadap ketinggian vertikal garis
atau bangunan. Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat proyeksi tegak
garis-garis perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang
mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat dengan skala tertentu, maka untuk
garis kontur ini juga akan mengalami pengecilan sesuai skala peta.

Garis-garis kontur merupakan cara yang banyak dilakukan untuk


melukiskan bentuk permukaan tanah dan ketinggian pada peta, karena
memberikan ketelitian yang lebih baik. Cara lain untuk melukiskan bentuk

21 Universitas Sriwijaya
permukaan tanah yaitu dengan cara hachures dan shading. Bentuk garis kontur
dalam 3 dimensi.
Penggambaran kontur Garis kontur memiliki sifat sebagai berikut :
1) Berbentuk kurva tertutup.
2) Tidak bercabang.
3) Tidak berpotongan.
4) Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "U" menandakan
punggungan gunung.
5) Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "V" menandakan suatu
lembah/jurang.

6) Menjorok ke arah hulu jika melewati sungai.


7) Menjorok ke arah jalan menurun jika melewati permukaan jalan.
8) Tidak tergambar jika melewati bangunan.
9) Garis kontur yang rapat menunjukan keadaan permukaan tanah yang terjal.
10) Garis kontur yang jarang menunjukan keadaan permukaan yang landai

11) . Penyajian interval garis kontur tergantung pada skala peta yang disajikan,
jika datar maka interval garis kontur tergantung pada skala peta yang
disajikan, jika datar maka interval garis kontur adalah 1/1000 dikalikan

22 Universitas Sriwijaya
dengan nilai skala peta , jika berbukit maka interval garis kontur adalah
1/500 dikalikan dengan nilai skala peta dan jika bergunung maka interval
garis kontur adalah 1/200 dikalikan dengan nilai skala peta.
12) .Penyajian indeks garis kontur pada daerah datar adalah setiap selisih 3
garis kontur, pada daerah berbukit setiap selisih 4 garis kontur sedangkan
pada daerah bergunung setiap selisih 5 garis kontur.
13) .Satu garis kontur mewakili satu ketinggian tertentu..
14) .Garis kontur berharga lebih rendah mengelilingi garis kontur yang lebih
tinggi.
Selain menunjukan bentuk ketinggian permukaan tanah, garis kontur juga
dapat digunakan untuk:
1) Menentukan profil tanah (profil memanjang, longitudinal sections)
antara dua tempat.
2) Menghitung luas daerah genangan dan volume suatu bendungan
3) Menentukan route/trace suatu jalan atau saluran yang mempunyai
kemiringan tertentu (gambar 352)
4) Menentukan kemungkinan dua titik di lahan sama tinggi dan saling
terlihat (gambar 353.)

Penentuan dan pengukuran titik detail untuk pembuatan garis kontur,


Semakin rapat titik detil yang diamati, maka semakin teliti informasi yang

23 Universitas Sriwijaya
tersajikan dalam peta. Dalam batas ketelitian teknis tertentu, kerapatan titik detil
ditentukan oleh skala peta dan ketelitian (interval) kontur yang diinginkan.
Pengukuran titik-titik detail untuk penarikan garis kontur suatu peta dapat
dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
a) Pengukuran tidak langsung
Titik-titik detail yang tidak harus sama tinggi, dipilih mengikuti pola
tertentu yaitu: pola kotak-kotak (spot level) dan profil (grid) dan pola radial.
Dengan pola-pola tersebut garis kontur dapat dibuat dengan cara interpolasi dan
pengukuran titik-titik detailnya dapat dilakukan dengan cara tachymetry pada
semua medan dan dapat pula menggunakan sipat datar memanjang ataupun sipat
datar profil pada daerah yang relatif datar. Pola radial digunakan untuk pemetaan
topografi
pada daerah
yang luas dan

permukaan tanahnya tidak beraturan.

b) Pengukuran langsung
Titik detail dicari yang mempunyai ketinggian yang sama dan ditentukan
posisinya dalam peta dan diukur pada ketinggian tertentu. cara pengukurannya
bisa menggunakan cara tachymetry, atau kombinasi antara sipat datar memanjang
dan pengukuran polygon.

24 Universitas Sriwijaya
Cara pengukuran langsung lebih sulit dibanding dengan cara tidak
langsung, namun ada jenis kebutuhan tertentu yang harus menggunakan cara
pengukuran kontur cara langsung, misalnya pengukuran dan pemasanngan tanda
batas daerah genangan.

25 Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai