Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH

KELOMPOK 13 1. 2. 3. 4. Ananda Putri Permatasari Annisa Septi () (1006773824) ()

Faiz Abdurrahman Rangga Detria

(1006680953)

ASISTEN : Mita Amalia

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS INDONESIA

Nama Praktikum Tanggal Praktikum

: Waterpass Profil : 9 Oktober 2011

I.

Tujuan Praktikum
1. Mengetahui profil (data ketinggian) dari suatu trace.

II. Peralatan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Theodolit Statof Payung Unting-unting Rambu Meteran Patok Baterai 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 6 buah 6 buah

III. Landasan Teori


Theodolite adalah alat yang dirancang untuk pengukuran sudut yaitu sudut mendatar yang dinamakan dengan sudut horizontal dan sudut tegak yang dinamakan dengan sudut vertikal. Theodolit terdiri dari 2 macam, yaitu: 1. Theodolit Digital Jenis theodolit yang dimana cara pembacaan sudut horizontal dan vertikalnya hanya dibaca dengan otomatis di layar, dan cara penyentringan alatnya pun berbeda dimana theodolit digital hanya dengan cara sentering laser. Contoh theodolit digital; : Nikon, Tpocon N233, N200, N102. 2. Theodolit Manual Jenis theodolit yang dimana cara pembacaa sudut horizontal dan vertikalnya hanya bisa di baca secara manual dengan melihat di mikroskop pembacaan horizontal dan vertikal, tetapi theodolit manual memiliki akurasi yang sangat kecil. Contoh theodolit manual : Fannel Kessel.

Fungsi utama dari teodolit adalah sebagai alat untuk sudut,dalam perkembangannya teodolit juga digunakan untuk menentukan jarak dan mencari beda tinggi antara dua titik.

Bagian-bagian dari theodolit : Secara umum, konstruksi teodolit terbagi atas tiga bagian : 1. Bagian Atas, terdiri dari : Teropong / telescope Teropong digunakan untuk membidik atau mengamati benda yang jauh agar terlihat dekat, jelas dan besar. Lingkaran skala tegak / vertical Adalah piringan dari metal atau kaca tempat kaca tempat skala lingkaran. Nivo tabung dan Nivo kotak Nivo teropong digunakan untuk membuat garis bidik mendatar. Sekrup okuler dan objektif Sumbu mendatar ( sb. II ) Adalah sumbu perputaran teropong yang disangga oleh dua tiang penyangga kiri dan kanan. Sekrup gerak vertikal

Sekrup gerak horizontal Teropong bacaan sudut vertical dan horizontal Sekrup pengunci teropong Sekrup pengunci sudut vertikal Sekrup pengatur menit dan detik Sekrup pengatur sudut horizontal dan vertikal Klem teropong dan Penggerak Halus Klem teropong digunakan untuk memmatikan gerakan teropong, sedangkan skrup penggerak hakus digunakan untuk gerakan halus

Alhidade Vertikal dan Nivo Digunakan untuk melindungi piringan vertical dan nivo alhidade vertical digunakan untuk mengatur mikroskop pembacaan lingkaran vertical.

Visir kasar Berfungsi untuk membidik objek dengan cara kasar

2.

Bagian Tengah, terdiri dari : Penyangga bagian atas Kaki penyangga sumbu II (sumbu mendatar) Pada teodolit, kaki penyangga sumbu mendatar berisi prisma-prisma pemantul sinar pembacaan lingkaran horizontal Sekrup mikrometer Sumbu tegak ( sb. I ) Nivo(tabung) alhadide horizontal Nivo alhadide horizontal digunakan untuk membuat sumbu I vertikal secara halus Sekrup gerak horizontal Piringan lingkaran horizontal Merupakan tempat skala horizontal,terbuat dari metal dan kaca. Alhidade horizontal Merupakan pemersatu dari kaki penyangga sumbu II dan pelindung lingkaran horizontal Klem dan penggerak halus alhadide horizontal Seperti halnya pada teropong, klem ini dipakai untuk mematikan gerakan sumbu I

(sumbu tegak),dan gerakan halus dilakukan dengan memutar skrup penggerak halus alhadide horizontal Klem dan Penggerak halus limbus Klem dan penggerak halus limbus hanya ada pada teodolit repitisi (sumbu ganda),digunakan untuk mengatur kedudukan piringan horizontal. Mikroskop pembacaan lingkaran horizontal Untuk pembacaan yang lebih teliti,dilengkapi dengan skrup micrometer.

3.

Bagian Bawah, terdiri atas : Lingkaran skala mendatar Sekrup repetisi Tiga sekrup penyetel nivo kotak (skrup ABC) Terdiri dari tiga buah skrup ,digunakan untuk mengatur sumbu I agar vertical. Skrup ini juga disebut leveling screw Tribrach Tribach merupakan tempat tumpuan dari sumbu I Kiap Alat sentering optis Plat dasar Plat dasar digunakan untuk menyatukan alat dengan statif. Bagian tengah plat dasar diberi lubang drat untuk baut instrumen. Unting unting Sekrup pengunci pesawat dengan statif Bagian bawah, terdiri dari pelat dasar dengan tiga sekrup penyetel yang menyanggah suatu tabung sumbu dan pelat mendatar berbentuk lingkaran. Pada tepi lingkaran ini dibuat pengunci limbus. Statif / Trifoot Merupakan piranti untuk mendirikan alat di lapangan yang terdiri dari kepala statif dan kaki tiga yag dapat di stel ketinggiannya. Nivo kotak Nivo kotak diapakai sebagai penolong dalam pengaturan sumbu I vertikal secara pendekatan.

Sebelum theodolit digunakan untuk melakukan pengukuran di lapangan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan sehingga theodolit dalam keadaan benar. Syarat-syarat tersebut adalah : Sumbu kesatu harus tegak lurus Sumbu kedua harus mendatar Garis bidik harus tegak lurus sumbu kedua Kesalahan indeks pada lingkaran tegak lurus harus sama dengan nol.

Pesawat Waterpass Waterpass adalah alat untuk mengukur beda tinggi antara titik. Alat ukur waterpass secara umum memiliki bagian-bagian dan fungsi sebagai berikut: 1. Lingkaran horizontal berfungsi untuk mengatur garis skala pembacaan (nonius) 2. Skala pada lingkaran horizontal, berfungsi untuk pembacaan sudut horizontal. 3. Okuler teropong, berfungsi untuk memperjelas nampaknya benang sebagai standar pembacaan. 4. Alat bidik celah pejara (vizier), berfungsi untuk membidik objek secara kasar. 5. Cermin nivo, berfungsi untuk melihat kedudukan nivo kotak. 6. Sekrup penyetel fokus, berfungsi untuk titik fokus dari lensa yang berguna untuk memperjelas objek yang dibidik. 7. Sekrup penggerak horizontal, berfungsi untuk putaran horizontal secara halus. 8. Sekrup pengukit, berfungsi untuk mengunci dan membuka putaran alat kearah horizontal. 9. Sekrup pendatar, berfungsi untuk mengatur kedudukan nivo 10. Obyektif teropong 11. Nivo kotak, brfungsi untuk kedataran alat 12. Kepala kaki tiga yang dapat dibuka

Sipat datar adalah suatu alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan beda tinggi antara dua tempat atau lebih di lapangan dengan cara membaca skala pada rambu vertikal yang tepat berhimpit pada posisi garis bidik horisontal. Sipat datar bertujuan untuk menentukan selisih tinggi antara tempat-tempat yang sudah ditentukan pada muka bumi, dimana tempat tersebut dinyatakan di atas atau di bawah suatu bidang referensi dalam

pengukuran sipat datar kita mengunakan waterpass, dengan waterpass ini kita bisa mendapatkan jarak dan beda tinggi sebuah permukaan Sipat Datar Profil Memanjang Profil memanjang digunakan untuk membuat trase jalan kereta api, jalan raya, saluran air, pipa air minum, riool. Dengan jarak dan beda tinggi titik-titik di permukaan bumi didapatkan irisan tegak yang dinamakan profil memanjang pada sumbu proyek. Di lapangan dipasang pancang-pancang dari kayu yang menyatakan sumbu proyek, dan pancang-pancang itu digunakan pada pengukuran penyipat datar yang memanjang untuk mendapatkan profil memanjang. Penggambaran profil memanjang dengan menggunakan hasil ukuran dapat dilakukan sebagai berikut: Tentukan dulu skala untuk jarak dan tinggi. Karena jarak jauh lebih panjang daripada beda tinggi, maka untuk jarak dan untuk tinggi selalu diambil skala yang tidak sama dan skala untuk jarak akan lebih kecil daripada skala untuk beda tinggi. Biasanya skala untuk jarak di ambil 1 : 1000 dan skala untuk tinggi di ambil 1 : 100. Bila sekarang titik-titik yang telah dilukiskan dengan tingginya dihubungkan berturut-turut, maka didapatkan profil lapangan memanjang pada sumbu proyek. Dengan profil memanjang ini dapat diketahui beberapa material yang dibutuhkan untuk penimbunan untuk dapat bekerja secara ekonomis, maka banyaknya tanah yang digali sebaiknya harus sama dengan banyaknya tanah yang di timbunkan. Sipat Datar Profil Melintang Telah dijelaskan bahwa banyaknya tanah yang digali sedapat mungkin dibuat sama dengan banyaknya tanah yang diperlukan untuk menimbun. Untuk menghitung banyaknya tanah, baik untuk galian maupun untuk timbunan, profil memanjang belumlah cukup. Maka diperlukan lagi profil melintang yang dibuat tegak lurus sumbu proyek dan pada tempattempat penting. Jarak antara profil melintang pada garis proyek melengkung dibuat lebih kecil daripada garis proyek yang lurus. Profil melintang harus pula dibuat di titik permulaan dan titik akhir garis proyek melengkung. Cara pengukuran profil melintang sama dengan cara pengukuran untuk profil memanjang, hanya jaraknya lebih pendek bila dibandingkan dengan jarak pada profil memanjang. Skala untuk jarak dan beda tinggi, karena jarak-jaraknya menjadi pendek, dapat dibuat sama, misalnya 1 : 100.

IV. Prosedur Pekerjaan


1. Menegakkan statif dengan menancapkan ketiga kakinya ke dalam tanah, mengusahakan statif ditancapkan di tempat yang teduh (untuk melindungi theodolit dari sinar matahari) 2. Memasang theodolit di kepala statif 3. Menempatkan Theodolit di titik B 4. Menancapkan patok tepat di bawah theodolit, mangusahakan posisi patok harus tegak lurus dengan theodolit pada saat dibidik. 5. Memastikan gelumbung nivo berada di tengah. 6. Memfokuskan bidikan pada teropong dengan mengatur dan memutar fokus pada teropong tersebut. 7. Memutar theodolit dengan cara memutar sekrup teropong, dan apabila sudut yang didapat telah tepat kunci sekrupnya agar sudutnya tidak berubah-ubah. 8. Menancapkan kedua patok disekitar theodolit dalam satu garis lurus, lalu mengukur jarak masing-masing patok tersebut dari patok yang berada di bawah theodolit. Posisi kedua patok tersebut merupakan titik A, C dan D D

C1

C2

B1

B2

A Gambar. 1. Posisi alat dan titik bidik 9. Menghidupkan theodolit lalu memutar teropong hingga memiliki VA = 900 0000 dan HA = 00 000 10. Membidik rambu pada titik A, dan mencatat Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT) dan benang Bawahnya (BB), lalu mencatat pula sudutnya.

11. Memutar theodolit secara mendatar sebesar 900, lalu membidik titik B1 setelah sebelumnya mengukur dulu jaraknya ke titik B1. Kemudian memutar theodolit secara mendatar sebesar 900 lagi untuk membidik titik C yang dilanjutkan dengan mengukur jaraknya ke titik tersebut. Kemudian memutar theodolit secara mendatar sebesar 900 lagi untuk membidik titik B2 dan mengukur jaraknya. Membidik pada titik A dan C merupakan pengukuran memanjang sedangkan membidik titik B1 dan B2 merupakan pengukuran melintang. 12. Memindahkan theodolit ke titik C, lalu mengulangi langkah 11 untuk titik B, C1, C2, dan D. Membidik titik B dan D merupakan pengukuran memanjang, sementara membidik titik C1 dan C2 merupakan pengukuran melintang

V. Data Hasil Pengamatan


Jarak antara titik-titik pengamatan adalah: D

C1

C2

B1

B2

Jarak A ke B = 4,82 m Jarak B ke B1 = 5,3 m Jarak B ke B2 = 3,07 m Jarak B ke C = 4,25 m

Jarak C ke C1 = 5,23 m Jarak C ke C2 = 2,65 m Jarak C ke D = 5,17 m

Letak Alat

Titik Bidik

BA (m) 1,3 1,3 0,88 0,945 1,295 1,433 0,852 1,18 1,095

BT (m) 1,28 1,275 0,855 0,925 1,275 1.415 0,828 1.105 1,068

BB (m) 1,26 1,25 0,830 0,905 1,26 1.398 0,801 1.092 1,042

Sudut

D lapangan (m)

Tinggi Alat (m) 1,2

B A

0 0 90 270 180 0 90 270 180

4,83 4,82 5,23 3,07 4,25 4,3 5,23

B1 B2 C B C1

1.2

C C2 D 2,65 5,17

1.4

VI. Pengolahan Data


Jarak teoritis pengukuran melintang Titik Alat B Titik Bidik B1 B2 C1 C2 BA 0,88 0,945 0,852 1,18 BT 0,855 0,925 0,828 1.105 BB 0,83 0,905 0,801 1.092 1,4 H 1,2

d = 100 ( BA BB )

B - B1 = 100 ( BAB1 BBB1 ) = 100 ( 0,88 0,83) =5m B - B2 = 100 ( BAB2 BBB2 ) = 100 ( 0,945 0,905) = 100 ( 0.040 ) = 4 m

C - C1 = 100 ( BAC1 BBC1 ) = 100 ( 0,852 0,801 ) = 100 ( 0,051) = 5,1 m C - C2 = 100 ( BAc2 BBC2 ) = 100 (1,18 1,092 ) = 100 ( 0.26 ) = 2,6 m

H = T alat BT HBB1 = T alat BTBB1 = 1.2 0,828 = 0,372 m HCC1 = T alat BTCC1 = 1.4 0,828 = 0.572 m HAB = T alat BTAB = 1.2 1,28 = 0,08 m HBA = T alat BTBA = 1.2 1,275 = 0,075 m HBC = T alat BTBC = 1.2 1,275 HBB2 = T alat BTBB2 = 1.2 0,925 = 0,275 m HCC2 = T alat BTCC2 = 1,4 1,105 = 0,295 m

= 0,075 m HCB = T alat BTCB = 1.2 1.415 = 0,215 m HCD = T alat BTCD = 1.4 1,068 = 0,332 m

Kesalahan relatif Di titik B1

Kesalahan Relatif Di titik B2 Kesalahan Relatif

= |5-5,23|/5 x 100 % = 4,6%

= |4-3,7|/4 x 100 % = 7,5%

Di titik C1 Kesalahan Relatif Di titik C2 Kesalahan Relatif = |2,6-2,65|/2,6 x 100 % = 1,9 % = |5,1-5,23|/5,1 x 100 % = 2,5%

Rata-rata Kesalahan Relatif = ( 4,6 + 7,5 + 2,5 + 1,9 ) 4 = 4,12 % Jarak Teoritis Pengukuran memanjang Titik Alat A B Titik Bidik B A C B D BA 1,3 1,3 1,295 1,433 1,095 BT 1,28 1,275 1,275 1.415 1,068 BB 1,26 1,25 1,26 1.398 1,042 1,4 H 1,2 1,2

d = 100 ( BA BB )

A - B = 100 ( BAB BBB )


= 100 ( 1,3 1,26) =4m

B - A = 100 ( BAA BBA ) = 100 ( 1,3 1,25) =5m

B - C = 100 ( BAC BBC ) = 100 ( 1,295 1,26) = 100 ( 0.035 ) = 3,5 m

C - B = 100 ( BAB BBB ) = 100 ( 1,433 1,398 ) = 100 ( 0,035) = 3,5 m C D = 100 ( BAD BBD ) = 100 (1,095 1,042 ) = 100 ( 0.053 ) = 5,3 m

Kesalahan relatif Di titik A

Kesalahan Relatif Di titik A Kesalahan Relatif Di titik C Kesalahan Relatif Di titik B Kesalahan Relatif Di titik D Kesalahan Relatif

= |4 4,83|/4 x 100 % = 20,7 %

= |5 4,82|/5 x 100 % = 3,6 % = |3,5 4,25|/3,5 x 100 % = 21,4% = |3,5 4,3 |/3,5 x 100 % = 22,8 % = |5,35 5,17|/5,35 x 100 % = 3,3 %

Rata-rata Kesalahan Relatif = ( 20,7+ 3,6 + 21,4 + 22,8+3,3 ) 5 = 14,36 %

0.35 0.3 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0 A B C D

GAMBAR 1. Dari titik A B C D

0.4 0.35 0.3 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0 B1 B B2

GAMBAR 2. Dari titik B1 B B2


0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 C1 C C2

GAMBAR 3. Dari titik C1 C C2

Gambar 4. Tampak Atas titik titik pengukuran

Mencari Besar Sudut Dalam:

1. Sudut dalam B1-B-C = 180 90 = 90o 2. Sudut dalam C-B-B2 = 180 90 = 90o 3. Sudut dalam C2-C-B = 180 90 = 90o 4. Sudut dalam B-C-C1 = 180 90 = 90o

VII. Analisis
1. Analisis Hasil dan Grafis Dari data-data yang didapat dari praktikum, kita dapat menentukan letak tiap titik yang diukur. Kita dapat memanfaatkan data jarak antar tiap titik serta sudut tiap titik. Setelah itu kita mendapatkan gambar 1 dari pengolahan data. Gambar menunjukan bahwa posisi tiap titik yang kita ukur tidak rata dan membentuk grafik melengkung. Dari gambar 2 kita dapat menarik kesimpulan bahwa permukaan tanah lokasi pengukuran tidak rata. Hal ini terlihat dari berbedaan ketinggian dari satu titik dengan titik lain yang kita ukur. Kontur tanah di tiap titik pun tidak rata karena terlihat dari gambar melintang yaitu dari gambar 2 dan gambar 3 dimana bagian kiri dan kanan dari tiap titik tidak rata.

2. Analisis Percobaan

Tujuan praktikum ini adalah untuk menentukan ketinggian titik satu dengan titik lainnya. Kita dapat mencari ketinggian tersebut, kita memerlukan sipat datar profil melintang dan memanjang. Alat yang digunakan adalah digital theodolit, statif, rambu positif, meteran dan patok serta payung untuk melindungi theodolit dari cahaya matahari karena theodolit sensitif terhadap cahaya. Digital theodolit memiliki keakuratan yang sangat tinggi dalam mengukur sudut vertikal maupun horizontal serta jarak. Dengan ini hasil yang didapat cukup akurat. Praktikum dimulai dengan menyiapkan semua alat yang diperlukan. Kemudian dilanjutkan memasang theodolit di titik B dan memasang rambu pada titik A, C, D yg telah ditentukan jaraknya dalam satu garis lurus. Setelah itu dilanjutkan dengan menyetel gelembung udara di nivo agar berada ditengah-tengah lingkaran yang bertujuan untuk membuat posisi theodolit rata dengan permukaan bumi. Lalu menghidupkan theodolit dan membidik patok pertama dan menetapkannya sebagai sudut vertikal 900 dan sudut horizontal 00. Memutar theodolit secara mendatar sebesar 900, lalu membidik titik B1 untuk mengukur dan mencatat batas atas, batas tengah, dan batas bawahnya setelah sebelumnya mengukur dulu jaraknya ke titik B. Kemudian memutar theodolit secara mendatar sebesar 900 lagi untuk membidik titik C yang

dilanjutkan dengan mengukur jaraknya ke titik tersebut. Kemudian memutar theodolit secara mendatar sebesar 900 lagi untuk membidik titik B2 dan mengukur jaraknya. Membidik pada titik A dan C merupakan pengukuran memanjang sedangkan membidik titik B1 dan B2 merupakan pengukuran melintang. Kemudian memindahkan theodolit ke titik C dan mengulangi langkah sebelumnya untuk membidik titik B, C1, C2, dan D.

3.

Analisis Kesalahan Faktor-faktor kesalahan yang membuat terjadinya kesalahan perhitungan: 1. Kesalahan Pembacaan Kesalahan pembacaan oleh praktikan dapat menyebabkan angka yang didapat dari pengukuran tidak tepat sehingga dapat menyebabkan terjadinya kesalahan. Hal ini dapat disebabkan karena kesulitan menentukan skala pada rambu ukur dan salah melihat skala. 2. Kesalahan Praktikan Praktikan memegang rambu ukur tidak lurus. Hal tersebut dapat menyebabkan kesalahan pembacaan pada skala. Apabila rambu ukur dipegang condong ke depan maka skala yang dibaca akan menjadi lebih kecil dari skala yang sebenarnya. Apabila rambu ukur dipegang condong ke belakang maka skala yang dibaca akan menjadi lebih besar dari skala yang sebenarnya. Selain itu saat mengukur jarak menggunakan meteran, meteran tidak benarbenar tegang. Hal tersebut dapat menyebabkan kesalahan pada pengukuran jarak lapangan. 3. Kesalahan Paralaks Kesalahan dalam pendengaran pun sangat berpengaruh pada data yang didapat. Jika angka yang didengar oleh praktikan yang bertugas untuk mencatat jauh berbeda dari angka yang seharusnya, maka kesalahan perhitungan akan sangat besar.

VIII. KESIMPULAN
1. Setelah melakukan praktikum ini, kita dapat menentukan ketinggian titik pada lahan dengan menggunakan sipat datar profil memanjang dan melintang. 2. Sudut dalam dari pengukuran:

Sudut dalam B1-B-C = 90o Sudut dalam C-B-B2 = 90o Sudut dalam C2-C-B = 90o Sudut dalam B-C-C1 = 90o

3. Beda ketinggian tiap titik: a. Titik A dengan titik B = 7,75 Cm (titik A lebih tinggi dibanding titik C) b. Titik B dengan titik C = 14 Cm (titik C sama dengan titik B) c. Titik B dengan titik B1 = 37,2 Cm (titik B lebih rendah dibanding titik B1) d. Titik B dengan titik B2= 27,5 Cm (titik B lebih rendah dibanding titik B2) e. Titik C dengan titik D = 33,2 Cm (titik C lebih tinggi dibanding titik D) f. Titik C dengan titik C1 = 57,2 Cm (titik C lebih rendah dibanding titik C1) g. Titik C dengan titik C2 = 29,5 Cm (titik C lebih rendah dibanding titik C2)

4. Jarak tiap titik: a. A-B = 4,5 m b. B-B1 = 5 m c. B-B2 = 4 m d. B-C = 3,5 m e. C-C1 = 5,23 m f. C-C2 = 2,65 m g. C-D = 5,17

REFERENSI
Laboratorium Survey dan Pemetaan. Pedoman Praktikum Ilmu Ukur Tanah. Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai