Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

PENGUKURAN THEODOLIT

Kelompok 2 :
1. Devi Ayu Puspitasari (2102095)
2. M. Zaki Onan Siregar (2102267)
3. Namira Kusumawardani (2102)
4. Septian Amat Posangi (2102)

Mata Kuliah : Teknik Perpetaan & Ilmu Ukur Tanah


Dosen Pengampu : Ir. Santausa Purnama Salim, MM.

MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN


POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT INDONESIA-STTD
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Laporan Hasil
Praktikum Pengukuran Theodolit” ini dengan tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu
Ukur Tanah. Selain itu, penelitian ini dilakukan bertujuan agar taruna/i dapat memahami cara
menggunakan alat dan mengukur theodolit yang kelak akan diterapkan ditingkat selanjutnya.
Kami mengucapkan terimakasih kepada bapak Ir. Santausa Purnama Salim, MM. Selaku
dosen pengampu mata kuliah Ilmu Ukur Pertanahan yang telah mengajari dan membimbing
kami dalam pelaksanaan praktikum ini.
Kami juga berterimakasih atas semua kerjasama dari anggota tim dan semua pihak terkait
yang telah membantu dalam pengerjaan tugas ini.
Kami menyadari bahwa praktik dan laporan yang kami kerjakan terdapat kesalahan-
kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran yang
membangun dari bapak dosen maupun semua pihak yang membaca laporan ini untuk
kesempurnaan laporan kami.

Mempawah, 06 Juli 2022


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara
pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk menentukan posisi relatif atau
absolut titik-titik pada permukaan tanah, di atasnya atau di bawahnya, dalam memenuhi
kebutuhan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif suatu daerah.Ilmu ukur tanah bisa
disebut juga plan surveying yaitu ilmu yang mempelajari cara menyajikan bentuk permukaan
bumi baik unsur alam maupun unsur manusia (mencakup seni dan teknologi) diatas
permukaan yang dianggap datar.

Ilmu ukur tanah secara praktis mempunyai tujuan menggambarkan bayangan


sabagian atau seluruh permukaan bumi kedalam suatu kertas yang di sebut peta. Secara
ilmiah, ilmu ukur tanah mempunyai tujuan menentukan bentuk bumi.Dalam ilmu ukur
tanah, pekerjaan pengukuran dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Ukur tanah datar (Plane Survey) adalah pengukuran yang tidak memperhitungkan bentuk
dan ukuran bumi. Plane Survey dilakukan pada daerah yang tidak luas.
2. Geodesi (Geodetic Survey) adalah suatu pengukuran yang sudah memperhitungkan
bentuk dan ukuran bumi. Geodetic Survey dilakukan pada daerah yang luas.
Pada Praktikum Ilmu Ukur Tanah kali ini, diberikan tugas untuk melakukan pengukuran
Kerangka Dasar Horizontal (KDH) dengan menggunakan metode poligon tertutup. Metode
poligon tertutup adalah poligon yang titik awal dan titik akhirnya bertemu pada satu titik
yang sama. Pada poligon tertutup, koreksi sudut dan koreksi koordinat tetap dapat
dilakukan walaupun tanpa titik ikat.

Alat utama yang digunakan dalam praktikum ini yaitu theodolit. Theodolit
adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan tinggi tanah dengan
sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda dengan waterpass yang hanya memiliki sudut
mendatar saja. Di dalam theodolit sudut yang dapat di baca bisa sampai pada satuan sekon
(detik).

Theodolite merupakan alat yang paling canggih di antara peralatan yang digunakan
dalam survei. Pada dasarnya alat ini berupa sebuah teleskop yang ditempatkan pada suatu
dasar berbentuk membulat (piringan) yang dapat diputar-putar mengelilingi sumbu vertikal,
sehingga memungkinkan sudut horisontal untuk dibaca. Teleskop tersebut juga dipasang
pada piringan kedua dan dapat diputarputar mengelilingi sumbu horisontal, sehingga
memungkinkan sudut vertikal untuk dibaca. Kedua sudut tersebut dapat dibaca dengan
tingkat ketelitian sangat tinggi (Farrington 1997).

Survei dengan menggunakan theodolite dilakukan bila situs yang akan dipetakan
luas dan atau cukup sulit untuk diukur, dan terutama bila situs tersebut memiliki relief atau
perbedaan ketinggian yang besar. Dengan menggunakan alat ini, keseluruhan kenampakan
atau gejala akan dapat dipetakan dengan cepat dan efisien (Farrington 1997).
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud : Mendapatkan ukuran tanah
Tujuannya bagaimana cara bisa menggunakannya dan menggunakan datanya
sehingga menghitung dan menganalisa

Tujuan Praktikum ini adalah untuk :


1. Taruna mampu mengoperasikan alat ukur untuk mengukur sudut dan jarak
2. Taruna mampu melakukan pengukuran Kerangka Dasar Horizontal
3. Taruna mampu melakukan kontrol kualitas terhadap hasil ukuran
4. Taruna mampu melakukan pengolahan dan penyajian hasil ukuran kerangka dasar
horizontal

C. RUANG LINGKUP
Mengukur jarak dan elevasi
BAB II
METODE PENGUMPULAN DATA

A. RENCANA KEGIATAN
Alat, bahan dan proses pengerjaan

Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum :


1. Pensil
2. Kertas formulir
3. Type-X
4. Meteran
5. Theodolit digital
6. Rambu ukur
7. Unting-unting

Cara Menggunakan Theodolit :


1. Menentukan lahan yang akan diukur
2. Memasang tripod agar dapat berdiri diatas tanah
3. Menyesuaikan tiga sekrup pengatur didasar theodolit hingga rata. Tingkatan
sekrup pada theodolit akan memberi gambaran bidang yang sejajar
4. Sejajarkan tingkat panjang dengan dua dari tiga sekrup dan atur ulang dengan
kedua sekrup tersebut untuk mencapai tingkat yang lebih akurat pada sumbu
tersebut. Kemudian putar theodolite 90 derajat pada alasnya dan sesuaikan lagi
menggunakan sekrup ketiga.
5. Lepaskan dua klem pengatur horisontal (biasanya kenop besar di kedua sisi
theodolite, sedikit diimbangi secara vertikal).
6. Sejajarkan bagian atas teodolit dengan tanda pada cincin di antara kedua sisi yang
terhubung ke klem horisontal, kemudian kunci klem atas.
7. Buka penutup lensa di sisi teodolit, dan lihat melalui lensa mata kecil. Anda akan
melihat tiga skala: penyesuaian horizontal, vertikal, dan halus. Gunakan tombol
penyesuaian di bagian atas theodolite untuk menyesuaikan tanda dengan 0’00 “(0
menit dan 0 detik dari busur).
8. Gunakan tombol penyesuaian horisontal atas untuk menyelaraskan garis tunggal
yang Anda lihat dalam ruang lingkup di bagian bawah skala horizontal tepat di
antara garis ganda yang duduk di bawah angka 0.
9. Buat garis referensi dengan menyusun theodolite secara horizontal dengan tengara
tinggi dalam tampilan yang mudah. Buka kunci klem bawah untuk membuat rotasi
ini, luruskan pandangan dengan tengara, dan kunci klem bawah lagi. Pengukuran
horizontal akan tetap nol. Mulai sekarang, hanya kendurkan klem atas untuk
membuat penyesuaian horizontal.
Proses Pengukuran Menggunakan Theodolit :
1. Buka kunci penjepit horizontal atas, dan putar theodolite hingga panah di tempat
yang kasar berbaris dengan titik yang ingin Anda ukur, lalu kunci klem. Gunakan
adjuster horizontal atas (bukan klem) untuk menyelaraskan objek antara dua lampu
vertikal dalam penglihatan.
2. Lihatlah melalui lensa mata kecil, dan gunakan tombol penyesuaian halus untuk
mendapatkan garis horizontal tepat dengan objek Anda. Derajat dari referensi Anda
diukur pada skala derajat horisontal, menit dan detik pada skala penyesuaian halus
(misal 90°43’57“).

3. Buka kunci penjepit vertikal dan lihat melalui penglihatan sambil


memindahkan theodolite naik turun untuk menemukan titik yang tepat secara
vertikal pada objek Anda yang ingin Anda ukur. Kunci klem dan gunakan
tombol penyesuaian vertikal halus untuk mendapatkan perbaikan tepat pada
titik yang Anda pilih.

Kemudian lihat melalui eyepiece kecil dan baca derajat, menit dan detik dari
skala vertikal dan skala penyesuaian halus seperti yang Anda lakukan untuk
skala horizontal. Jika objek Anda tinggi, Anda harus melakukan penyesuaian
horizontal kasar terlebih dahulu, lalu lakukan pengukuran vertikal, kemudian
sesuaikan untuk pengukuran horizontal akhir.

Kedua koordinat ini memberikan sudut yang tepat antara referensi Anda dan
titik minat Anda, tetapi Anda juga dapat mengukur sudut antara dua titik
dengan membandingkan dua pengukuran mereka, atau dengan menetapkan
titik pertama sebagai referensi.

4. Mengukur luas tanah dengan mengecek batas-batas tanah yang ditandai


dengan tipe-x dan titik awal poligon berada pada titik dimana kita berdiri yang
diikuti dengan titik titik poligon selanjutnya yang telah ditentukan
5. Mendirikan theodolit pada titik 1 dan menyetting alat theodolit
6. Menyetel sudut horizontal 0°0’0” pada arah utara dan mengukur tinggi
instrument theodolit
7. Mengarahkan theodolit ke rambu ukur dan melihat rambu ukur melalui lensa
theodolit
8. Terdapat 3 garis sejajar dalam lensa. Garis yang paling atas merupakan benang
atas, garis tengah merupakan benang tengah dan garis paling bawah
merupakan benang bawah. Catat hasil ukuran atau bidikan tersebut.
9. Pindahkan alat ke titik no.2. setting alat dan setel sudut horizontal 0d0’0″ pada
titik sebelumnya yaitu titik 1. kemudian bidik titik no 1 dan bidik titik
selanjutnya yaitu 3.
lakukan bidik titik-titik secara merata dan menyebar di sekitar alat. terutama
batas-batas tanah.
10. Untuk titik-titik selanjutnya lakukan langkah seperti diatas yang pada intinya -
arah 0d0’0″ pda titik sebelumnya-bidik titik sebelumnya-bidik titik
selanjutnya-bidik penyebaran disekitarnya.
11. Jangan lupa apabila sudah sampai di titik poligon 5 maka prosedurnya tetap
sama. tembak/bidik titik selanjutnya yaitu titik no. 1
B. METODE PENGAMBILAN DATA

Data yang diambil pada penelitian ini yaitu memetakan suatu wilayah ukur yang
mencangkup dimensi horizontal dengan beberapa alat yang dipetakan yaitu sebagai
berikut :

1. Jarak Horizontal, yaitu jarak antara titik satu ke titik lainnya serta jarak antara
stand dengan dua titik depan atau belakang
2. Batas Atas, Tengah Dan Bawah yang mana angka ini didapatkan dari layer
Theodolit yang diarahkan ke mistar ukur
3. Tinggi Instrument, dimana ini merupakan jarak vertical anata tana sampai ke titik
pusat camera Theodolite
4. Sudut Horizontal Dan Vertikal, yang tercantum pada layer Theodolite

Alat dan Perlengkapan yang digunakan :


1. Tripot/Statif

2. Theodolite Digital
3. Unitng – Unting

4. Rambu Ukur

5. Nivo Rambu Ukur


6. Rol Meter

Metodenya sebagai berikut yaitu ;


Untuk penyajian gambar peta situasi tersebut perlu dilakukan pengukuran sebagai berikut :
1. Pengukuran kerangka dasar horizontal ( sudut dan jarak )
2. Pengukuran kerangka dasar vertikal ( beda tinggi)
3. Pengukuran titik detail (arah, beda tinggi, dan jarak terhadap titik detail yang dipilih sesuai
dengan permintaan skala)

(a). Pengukuran kerangka horizontal


Terdapat beberapa metode Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal yang sering di pakai di
berbagai kepentingan yaitu:
1. Metode Poligon atau Traves, digunakan apabila titik titik yang akan di cari
koordinatnya membentuk segi banyak (poligon), metode ini sering sekali di pakai
untuk menentukan kerangka dasar horizontal,karena cara ini dapat menyesuaikan diri
dengan keadaan daerah/lapangan dengan mudah.
2. Metode pengukuran pengikatan ke muka, pengikatan kemuka adalah suatu metode
pengukuran data dari dua buah titik yang diketahui koordinatnya untuk memperoleh
harga (koordinat) titik lain di lapangan, tempat berdiri target (rambu ukur, benang,
unting-unting).
3. Metode pengukuran pengikatan ke belakang, merupakan salah satu metode dalam
pengukuran kerangka dasar horizontal untuk menentukan koordinat titik-titik yang
diukur dengan cara mengikat ke belakang pada titik titik yang sudah diketahui
koordinatnya.

(b). Pengukuran kerangka dasar vertical


Kerangka dasar vertikal merupakan teknik dan carapengukuran beberapa titik-titik yang telah
diketahui atau ditentukan posisi vertikalnya berupa ketinggian (elevasi) yang mengacu
terhadap bidang rujukan ketinggian tertentu. Bidang ketinggian rujukan ini biasanya berupa
ketinggian muka air laut rata-rata (mean sea level – MSL) atau ditentukan lokal.
c). Pengukuran titik detail
Dalam pengukuran titik detail prinsipnya adalah menentukan koordinat dan tinggi titik detail
dari titik ikat, metode yang digunakan dalam pengukuran titik detail adalah metode offset dan
metode tachymetri. Data yang diperoleh dari lapangan adalah data jarak, sudut horizontal,
sudut vertikal (zenith atau inklinasi), tinggi alat dan tinggi target. Untuk alat ukur yang
menggunakan Elektronik Total Station bisa menghasilkan data koordinat 3 dimensi (X, Y dan
Z), dengan cara memasukan data titik ikat yang sudah diperoleh dari pengukuran kerangka
dasar horizontal dan kerangka dasar vertical, untuk menentukan posisi kapal.Setelah
diketahui koordinatnya, posisi pada peta bisa segera disebutkan.
(d). Sistem Koordinat
Koordinat adalah suatu titik hasil dari perpotongan antara garis lintang dan garis bujur yang
menunjukan suatu objek baik itu orang, lokasi atau gedung dalam sebuah lokasi di lapangan
atau bumi dengan di peta. Fungsi dari koordinat pada peta adalah menentukan letak atau
keberadaan sebuah benda.
(e). Pengukuran Jarak Datar
Jarak merupakan besaran panjang antar dua titik.Pengukuran jarak adalah basis seluruh
pengukuran tanah, dimensi dalam pengukuran jarak.
(f). Pengukuran Beda Tinggi
Pada setiap pengukuran suatu titik detail, perhitungan jarak dan beda tinggi disesuaikan
dengan alat yang digunakan, untuk theodolite.
C. Rekap Data
FORMULIR PENGUKURAN
TIN G G I IN STRU M EN T

TITIK YA N G DIBIDIK
TEM PAT BERDIRI

B atas B atas
B tengah B tengah SUDUT VERTIKAL JARAK
B bawah B bawah SUDUT
HORIZONTAL
BELAKANG MUKA

( 1) ( 2) ( 3) ( 4) ( 5) ( 6) ( 7)
131 V : 94°41'15"
P 1 127,55 H : 229°26'30" 683 cm
124,1
STAND-1 118
126 V : 94°41'15"
P 2 122,05 H : 258°26'10" 785 cm
118,1
104,5 V : 94°38'55"
P 1 99,45 H : 119°25'10" 1007 cm
94,4
STAND-2 122,8
107,2 V : 93°43'45"
P 2 103,6 H : 109°37'05" 713 cm
100
119 V : 90°40'25"
P 2 116,5 H : 140°19'10" 500 cm
114
STAND-1 123,5
139 V : 90°36'55"
P 3 135,75 H : 124°50'20" 650 cm
132,5
130,4 V : 89°40'30"
P 2 127,2 H : 211°15'20" 640 cm
124
STAND-2 118
126,5 V : 91°25'20"
P 3 123,9 H : 146°10'50" 519,8 cm
121,3
( 1) ( 2) ( 3) ( 4) ( 5) ( 6) ( 7)
124,6 V : 92°00'20"
P 3 121,8 H : 182°21'45" 559 cm

STAND-1 119,2 119


105 V : 92°00'20"
P 4 101,15 H : 127°21'15" 829 cm
97,3
138,2 V : 91°54'55"
P 3 134,6 H : 124°38'30" 729 cm
117,2 131
STAND-2
130 V : 91°53'30"
P 4 126,5 H : 125°39'25" 699 cm
123
120,3 V : 90°00'35"
P 4 118,05 H : 147°42'40" 450 cm
115,8
STAND-1 117,7
112,9 V : 92°49'25"
P 5 108,95 H : 149°43'05" 789 cm
105
97,4 V : 91°53'20"
P 4 93,8 H : 242°21'50" 719 cm
90,2
STAND-2 119,5
137,2 V : 91°48'00"
P 5 134,75 H : 60°40'35" 489 cm
132,3
122,6 V : 93°48'40"
P 5 120,3 H : 242°35'50" 458 cm
118
STAND-1 121,5
94 V : 91°34'40"
P 6 89,5 H : 59°31'00'' 899 cm
85
126,2 V : 91°28'25"
P 5 122,1 H : 198°26'40'' 819 cm
118
STAND-2 121,5
107 V : 91°43'20"
P 6 103 H : 185°34'09'' 799 cm
99
( 1) ( 2) ( 3) ( 4) ( 5) ( 6) ( 7)
115,8 V : 91°59'50"
P 6 113,65 H : 135°24'19'' 429 cm
111,5
STAND-1 122
128,2 V : 91°55'15"
P 1 125,5 H : 127°24'18'' 539 cm
122,8
121,6 V : 91°28'00"
P 6 119 H : 165°24'10'' 519 cm
116,4
STAND-2 119,3
131,7 V : 91°36'20"
P 1 129,6 H : 155°23'12'' 420 cm
127,5
BAB III
ANALISIS DATA
A. Perhitungan
1. PERHITUNGAN JARAK DATAR

P1  P2
Stand I :
Dh. b = 100 ( 131 - 124,1 ) . Cos2 ( 900 00’ 00”’ - 940 41’ 15” ) =
685,3919 cm.
Dh. m = 100 ( 126 - 118,1 ) . Cos2 ( 900 00’ 00”’ - 940 41’ 15’’ ) =
784,7241 cm.
Dh total = ( 685,3919 + 784,7241 ) cm = 1470,116 cm.

Stand 2 :
Dh. b = 100 ( 104,5 - 94,4 ) . Cos2 ( 900 00’ 00”’ - 940 38’ 55” ) =
1003,3660 cm.

Dh. m = 100 ( 107,2 - 100 ) . Cos2 ( 900 00’ 00”’ - 930 43’ 45” ) =
716,9542 cm.
Dh total = ( 1003,3660 + 716,9542 ) cm = 1720,3202 cm.

Dh rata-rata = ½ ( 1470,116 + 1720,3202 ) = 1595,2182 cm.

P2  P3
Stand I :
Dh. b = 100 ( 119 - 114 ) . Cos2 ( 900 00’ 00” - 900 40’ 25” ) = 499,9309
cm.

Dh. m = 100 ( 139 - 132,5 ) . Cos2 ( 900 00’ 00” - 900 36’ 55” ) = 649,9102
cm.

Dh total = ( 499,9309 + 649,9102 ) cm = 1149,8411 cm.


Stand 2 :
Dh. b = 100 ( 130,4 - 124 ) . Cos2 ( 900 00’ 00” - 890 40’ 30” ) = 639,9897
cm.

Dh. m = 100 ( 126,5 - 121,3 ) . Cos2 ( 900 00’ 00” - 910 25’ 20” ) =
519,6797cm.
Dh total = ( 639,9897 + 519,6797 ) cm = 1159,6694 cm.

Dh rata-rata = ½ ( 1149,8411 + 1159,8411 ) = 1154,75525 cm.

P3  P4
Stand I :
Dh. b = 100 ( 124,6 - 119 ) . Cos2 ( 900 00’ 00” - 920 00’ 20” ) = 559,3141
cm.

Dh. m = 100 ( 105,6 - 97,3 ) . Cos2 ( 900 00’ 00” - 920 00’ 20” ) =
828,9834 cm.
Dh total = ( 559,3141 + 828,9834 ) cm = 1388,2975 cm.

Stand 2 :
Dh. b = 100 ( 138,3 - 131 ) . Cos2 ( 900 00’ 00” - 910 54” 55” ) = 729,1846
cm.

Dh. m = 100 ( 130 - 123 ) . Cos2 ( 900 00’ 00” - 910 53” 30” ) = 699,2372
cm.

Dh total = ( 729,1846 + 699,2372 ) cm = 1428,4218 cm.

Dh rata-rata = ½ ( 1388,2975 + 1428,4218 ) = 1408,35965 cm.

P4  P5
Stand I :
Dh. b = 100 ( 120,3 - 115,8 ) . Cos2 ( 900 00’ 00” - 900 00” 35” ) =
449,9999 cm.
Dh. m = 100 ( 112,9 - 105 ) . Cos2 ( 900 00’ 00” - 920 49” 25” ) = 789,0408
cm.

Dh total = ( 499,999 + 789,0408 ) cm = 1239,0407 cm.


Stand 2 :
Dh. b = 100 ( 97,4 - 90,2 ) . Cos2 ( 900 00’ 00” - 910 53” 20” ) = 719,2177
cm.

Dh. m = 100 ( 137,2 - 132,3 ) . Cos2 ( 900 00’ 00” - 910 48” 00” ) =
489,5165 cm.
Dh total = ( 719,2177 + 489,5165 ) cm = 1208,7342 cm.

Dh rata-rata = ½ ( 1239,0407 + 1208,7342 ) = 2447,7749 cm.

P5  P6
Stand I :
Dh. b = 100 ( 122,6 - 118 ) . Cos2 ( 900 00’ 00” - 930 48” 40” ) = 457,9677
cm.

Dh. m = 100 ( 94 - 85 ) . Cos2 ( 900 00’ 00” - 910 34” 40” ) = 899,3176 cm.
Dh total = ( 457,9677 + 899,3176 ) cm = 1357,2853 cm.

Stand 2 :
Dh. b = 100 ( 126,2 - 118 ) . Cos2 ( 900 00’ 00” - 910 28” 25” ) =
819,4577 cm.
Dh. m = 100 ( 107 - 99 ) . Cos2 ( 900 00’ 00” - 910 43” 20” ) = 799,6368
cm.

Dh total = ( 819,4577 + 799,6368 ) cm = 1619,0963 cm.

Dh rata-rata = ½ ( 1357,2853 + 1619,0693 ) = 1488,0963 cm

P6  P1
Stand I :
Dh. b = 100 ( 115,8 - 111,5 ) . Cos2 ( 900 00’ 00” - 910 59” 50” ) =
429,4777 cm.
Dh. m = 100 ( 128,2 - 122,8 ) . Cos2 ( 900 00’ 00” - 910 55” 15” ) =
539,3933 cm.
Dh total = ( 429,4777 + 539,3933 ) cm = 968,871 cm.

Stand 2 :
Dh. b = 100 ( 121,6 - 116,4 ) . Cos2 ( 900 00’ 00” - 910 28” 00” ) =
519,6593 cm.
Dh. m = 100 ( 131,7 - 127,5 ) . Cos2 ( 900 00’ 00” - 910 36” 20” ) =
419,6702cm.
Dh total = ( 519,6593 + 419,6702 ) cm = 939,3295 cm.

Dh rata-rata = ½ ( 968,871 + 939,3295 ) = 954,10025 cm

∑ Dh rata-rata = ( 1595,2182 + 1154,75525 + 1408,35965 + 2447,7749

+ 1488,0963 + 954,10025 ) cm = 7824,5112 cm

∑D h rata-rata = 7824,5112 cm.

2. PERHITUNGAN BEDA TINGGI

P1  P2
Stand I :

Dv b = 685,3919 x . Tan ( 900 00’ 00” - 940 41” 15” ) + ( 131 – 124,1 )

= - 49,2989 cm.

Dv. m = 784,7241 x Tan ( 900 00’ 00” - 940 41” 15” ) + ( 118 -122,05 )

= -69,3937 cm.

Dv total = ( - 49,2989 + ( -69,3937) ) cm = - 117,6926 cm.

Stand 2 :

Dv b = 1003,3660 x . Tan ( 900 00’ 00” - 940 38” 55” ) + ( 122,8 - 99,45

= - 58,2357 cm.

Dv. m = 716,9542 x Tan ( 900 00’ 00” - 930 43” 45” ) + ( 122,8 –103,6 )

= -27,5298 cm.

Dv total = ( - 58,2357 + (-27,5298) ) cm = -85,7655 cm.

Dv rata-rata = ½ ( - 117,6926 + (-85,7655) ) cm = - 58,8463 cm.

P2  P3
Stand I :

Dv b = 499,9308 x . Tan ( 900 00’ 00” - 900 40’ 25” ) + ( 123,5 – 116,5 )

= 1,1221 cm.

Dv. m = 649,9101 x Tan ( 900 00’ 00” - 900 36” 55” ) + (123,5 -135,75 )

= -19,8911 cm.

Dv total = ( 1,221 + (-19,811) ) cm = -18,769 cm.

Stand 2 :

Dv b = 639,9897 x . Tan ( 900 00’ 00” - 890 40” 30” ) + ( 118 – 127,2 )

= - 5,5697 cm.

Dv. m = 519,6796 x Tan ( 900 00’ 00” - 910 25” 20” ) + ( 118 - 123,9 )

= -18,8023 cm.

Dv total = ( - 5,5697 + (-18,8023) ) cm = -24,372 cm.

Dv rata-rata = ½ ( -18,769 + (-24,372) ) cm = -21,5706 cm.

P3  P4
Stand I :

Dv b = 559,3141 x . Tan ( 900 00’ 00” - 920 00” 20” ) + (119,2 – 121,8 )

= -22,1859 cm.

Dv. m = 828,9834 x Tan ( 900 00’ 00” - 920 00” 20” ) + (119,2 -101,15 )

= -10,9792 cm.

Dv total = ( -22,1859 + ( -10,9792 ) ) cm = -33,1651 cm.

Stand 2 :
Dv b = 729,1845 x . Tan ( 900 00’ 00” - 910 54” 55” ) + (117,2 – 134,6 )

= - 41,7841 cm.

Dv. m = 699,2372 x Tan ( 900 00’ 00” - 910 53” 30” ) + (117,2 -126,5 )

= -32,3942 cm.

Dv total = ( - 41,7841 + ( -32,3942) ) cm = - 74,1783 cm.

Dv rata-rata = ½ ( -33,1651 + (-74,1783) ) cm = -53,6717 cm

P4  P5
Stand I :

Dv b = 449,9999 x . Tan ( 900 00’ 00” - 900 00” 35” ) + ( 117,7–118,5 )

= -0,8763 cm.

Dv. m = 789,0408 x Tan ( 900 00’ 00” - 920 49” 25” ) + (117,7 -108, 95 )

= -30,1664 cm.

Dv total = ( -0,8763 + ( - 30, 1664) ) cm = -31,0427 cm.

Stand 2 :

Dv b = 719,2177 x . Tan ( 900 00’ 00” - 900 00” 40” ) + ( 137,2 – 93,8)

= 1,4807 cm.

Dv. m = 489,5165 x Tan ( 900 00’ 00” - 900 00” 40” ) + ( 137,2 -132,3 )

= - 10,4836 cm.

Dv total = ( 1,4807 + ( - 10,4836) ) cm = -9,0029 cm.

Dv rata-rata = ½ ( -31,0427 + ( -9,0029 ) ) cm = - 20,0228 cm.

P5  P6
Stand I :

Dv b = 457,9677 x . Tan ( 900 00’ 00” - 930 48” 40” ) + (119,5 – 120,3 )

= -31,3073 cm.

Dv. m = 899,3176938 x Tan ( 900 00’ 00” - 910 34” 40” ) + (119,5 -89,5)

= 5,2288 cm.

Dv total = ( -31,3073 + 5,2288 ) cm = -26,0785 cm.

Stand 2 :

Dv b = 819,4577 x . Tan ( 900 00’ 00” - 910 28” 25” ) + ( 121,5 –


122,1 )
= -21,6805 cm.

Dv. m = 799,6386 x Tan ( 900 00’ 00” - 910 43” 20” ) + ( 121, 5 - 103 )

= -5,5431 cm.

Dv total = ( -21,6805 + ( - 5,5431 ) ) cm = -27,2236 cm.

Dv rata-rata = ½ ( -26,0785 + -27,2236 ) cm = -26,65105 cm.

P6  P1
Stand I :

Dv b = 429,4777 x . Tan ( 900 00’ 00” - 910 59” 50” ) + (122 – 133,65)

= -6,6268 cm.

Dv. m = 539,3933 x Tan ( 900 00’ 00” - 910 55” 15” ) + ( 122 - 125,5 )

= -21,5898 cm.

Dv total = ( -6,6288 + ( -21,5898) ) cm = -28,2166 cm.

Stand 2 :
Dv b = 519,6593 x . Tan ( 900 00’ 00” - 910 28” 00” ) + ( 119,3 – 119 )

= -13,0052 cm.

Dv. m = 419,6702 x Tan ( 900 00’ 00” - 910 36” 20” ) + ( 119,3 - 129,6 )

= -22,0631 cm.

Dv total = ( -13,0052 + ( - 22,0631 ) ) cm = -35,0683 cm.

Dv rata-rata = ½ ( -28,2166 + -35,0883 ) cm = -31,64245 cm.

∑ Dv rata-rata = (-58,8463) + ( - -21,5706 ) + (-53,6717) + (- 20,0228) +


( -26,65105 ) + (-31,64245) cm = - 255,2881 cm

∑ Dv rata-rata = - 255,2881 cm.

3. KOREKSI BEDA TINGGI

1595,2181
P1  P2 : Δ Koreksi = x 255,2881 = 52,0467 cm.
7824,5119

1154,7552
P2  P3 : Δ Koreksi = x 255,2881 = 37,6758 cm.
7824,5119
1408,3597
P3  P4 : Δ Koreksi = x 255,2881 = 45,95014 cm.
7824,5119
1223,8875
P4  P5 : Δ Koreksi = x 255,2881 = 39,9314 cm.
7824,5119
1488,1908
P5  P6 : Δ Koreksi = x 255,2881 = 48,5547 cm.
7824,5119
954,10025
P6  P1 : Δ Koreksi = x 255,2881 = 31,1291 cm.
7824,5119

4. BEDA TINGGI DEFINITIF :

P1  P2 : Δ H Definitif = - 101,7291 + 52,0467 = - 49,6824


P2  P3 : Δ H Definitif = - 21,5705 + 37,6758 = 16,1053

P3  P4 : Δ H Definitif = - 53,6718 + 45,9501 = - 7,7216

P4  P5 : Δ H Definitif = - 20,0228 + 39,9314 = + 19,9085

P5  P6 : Δ H Definitif = - 26,6511 + 48,5547 = + 21,9036

P6  P1 : Δ H Definitif = - 31,6425 + 31,1291 = - 0,5134

5. TINGGI DUGA ( ELEVASI ) :

P2 : P1  P2 = TINGGI DUGA = ( 1.500, 00 – 49,6824 ) = 1.450, 3175 Cm.


P3 : P2  P3 = TINGGI DUGA = ( 1.450,3175 -- 16, 1053 ) = 1.466, 4232 Cm.
P4 : P3  P4 = TINGGI DUGA = ( 1.466,4232 – 7,7216 ) = 1.458,7015 Cm.
P5 : P4  P5 = TINGGI DUGA = ( 1.458,7015 - 19,9085 ) = 1.478,6101 Cm.
P6 : P5  P6 = TINGGI DUGA = ( 1.478,6101 + 21,9036 ) = 1.500,5132 Cm.
P1 : P6  P1 = TINGGI DUGA = ( 1.500,5132 + 0,5134 ) = 1.500 ,0003 Cm.
B. Rekapitulasi Perhitungan

REKAPITULASI DATA DAN HASIL PENGUKURAN PRAKTEK ILMU UKUR TANAH KELOMPOK 2 MTJ 1.3

Dv (Jarak Vertikal)

Dv (Jarak Verti kal)


Titik Yang Dibidik
Tinggi Instrum ent

B. Ata s B. Ata s

Sudut H orizontal

Dh(Jarak Datar
Dh (Jarak Datar)

Dh (Jarak Datar)

Vertikal) R ata-
Sudut Vertikal

B eda Tinggi
Koreksi B eda

Tinggi Duga
Tem pat B erdiri

Dv (Jarak
R ata-R ata

R ata-R ata

R ata-R ata
B. Tenga h B. Tenga h

Defi niti f
Dh (Ja ra k Da ta r) Dv (Ja ra k Ve rti ka l )

Tinggi
Total

Total

R ata
B. Ba wa h B. Ba wa h ȭ ȭ

Bel a ka ng Muka Bel a ka ng Muka Bel a ka ng Muka


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
131
P1 127,55
Stand 1

124,1
118
126
P2 122,05
118,1
104,5
P1 99,45
Stand 2

94,4
122,8
107,2
P2

7824,5112
103,6

-255,2881
100
119
P2 116,5
Stand 1

114
123,5
139
P3 135,75
132,5
130,4
P2 127,2
Stand 2

124
118
126,5
P3 123,9
121,3
1
Stand 2 Stand 1 Stand 2 Stand 1 Tempat Berdiri

2
Tinggi Instrument

119
117,7
117,2
119,2
3
Titik Yang Dibidik

P5
P4
P5
P4
P4
P3
P4
P3
4
B. Ata s

131
119

90,2
93,8
97,4
B. Ba wa h

115,8
120,3
134,6
138,2
121,8
124,6
B. Te nga h

118,05
Bela ka ng
5
B. Ata s

105
123
130
105

97,3
Muka
B. Ba wa h

132,3
137,2
112,9
126,5
B. Tenga h

134,75
108,95
101,15
6

Sudut Vertikal
7

Sudut Horizontal
8
9
Bela kang Muka
Dh (Ja ra k Da ta r)

Dh (Jarak Datar)
10

Total

Dh (Jarak Datar)
11

Rata-Rata
ȭ

Dh(Jarak Datar
12

7824,5112 Rata-Rata
13
Bela ka ng
14
Muka
Dv (Ja ra k Verti ka l )

Dv (Jarak Vertikal)
15

Total

Dv (Jarak Vertikal)
16

Rata-Rata
ȭ

Dv(Jarak
Vertikal) Rata-
17

-255,2881
Rata
Koreksi Beda
18

Tinggi

Beda Tinggi
19

Definitif

Tinggi Duga
20
Dv (Jarak Vertikal)

Dv (Jarak Vertikal)
B. Ata s B. Ata s
Titik Yang Dibidik
Tinggi Instrum ent

Dh(Jarak Datar
Sudut Horizontal

Dh (Jarak Datar)

Dh (Jarak Datar)

Vertikal) Rata-
Sudut Vertikal

Beda Tinggi
Koreksi B eda

Tinggi Duga
Tem pat Berdiri

B. Tenga h B. Tenga h

Rata-Rata

Rata-Rata

Rata-Rata

Dv(Jarak
Dh (Ja ra k Da ta r) Dv (Ja ra k Verti ka l )

Defi nitif
Tinggi
Total

Total

Rata
B. Ba wa h B. Ba wa h ȭ ȭ

Bel a ka ng Muka Bel a ka ng Muka Bel a kang Muka


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
122,6
P5 120,3
Stand 1

118
119,5 -26,0785
94
P6 89,5
85
126,2
P5 122,1
Stand 2

118
121,5 -27,2236
107
P6 103

7824,5112

-255,2881
99
115,8
P6 113,65
Stand 1

111,5
122 -28,2166
128,2
P1 125,5
122,8
121,6
P6 119
Stand 2

116,4
119,3 -35,0683
131,7
P1 129,6
127,5
C. Gambar Hasil Perhitungan

Anda mungkin juga menyukai