Anda di halaman 1dari 32

PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

BAB I

DASAR TEORI

1.1 Latar Belakang

Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-


cara pengukuran dipermukaan bumi dan di bawah tanah untuk menentukan
posisi relatif atau absolut titik-titik pada permukaan tanah, diatasnya atau
dibawahnya, dalam memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan penentuan
posisi relatif suatu daerah.

Prinsip dasar pemetaan merupakan pengukuran sudut dan jarak untuk


menentukan posisi dari suatu titik. Jika dua sudut dan satu sisi dari sebuah
segitiga diketahui, maka semua sudut dan jarak dari segitiga tersebut dapat
ditentukan. Dengan demikian untuk mendapatkan koordinat suatu titik dapat
dilakukan dengan cara mengukur sudut dan jarak dari titik yang sudah
diketahui koordinatnya. Ada beberapa metode yang biasa digunakan untuk
mengambil titik koordinat, salah satunya dengan menggunakan kompas.

Kompas adalah alat navigasi yang banyak digunakan untuk menentukan


arah berupa semua panah, arah menunjukan magnetis yang bebas
menyelaraskan arahnya dengan medan magnet bumi yang ada secara jelas.
Selain itu, kompas memberikan gambaran arah tertentu, sehingga sangat
membantu dalam bidang navigasi, arah mata angin yang ditunjukan
denganarah utara, selatan, timur, maupun barat.

Berdasarkan penjelasan diatas, praktikum ini sangat penting untuk


dilaksanakan agar lebih mudah dalam mengetahui cara pengambilan data, dan
pengolah data dalam pemetaan dengan menggunakan kompas.

FACHRUL WAJDI KARIM


1
(2411161011)
PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud

Dalam kegiatan praktikum pemetaan lahan ini, dimaksudkan agar


mahasiswa/i tahu semua pekerjaan teknik sipil tidak lepas dari
kegiatan pengukuran pekerjaan konstruksi seperti pembuatan jalan
raya, saluran drainase, jembatan, pelabuhan, jalur rel kereta api dan
sebagainya memerlukan data hasil pengukuran agar konstruksi yang
dibagun dapat dipertanggung jawabkan dan terhindar dari kesalahan
konstruksi.

Untuk memperoleh hasil pengukuran yang baik dan berkualitas


baik ditinjau dari segi biaya dan tepat waktu, juga dari segi kesesuaian
dengan spesifikasi teknis yang dibutuhkan dalam metode pengukuran
yang tepat serta peralatan ukurnya. Pengukuran-pengukuran
menggunakan waterpass dan theodolite. Total station dan sebagainya
dapat menghasilkan data ukuran yang dapat dipertanggung jawabkan.

1.2.2 Tujuan

Tujuan yang didapat praktikum pemetaan lahan ini adalah sebagai


berikut:

1.  Tujuan Instruksional Umum :

a. Mahasiswa/i dapat mengetahui alat-alat ilmu ukur tanah.


b. Mahasiswa/i dapat mengenal alat-alatiIlmu ukur tanah.
c. Mahasiswa/i dapat menggunakan alat-alat ilmu ukur tanah.
d. Mahasiswa/i terampil dalam memahami alat ilmu ukur tanah pada
saat di lapangan.
e. Mahasiswa/i dapat mengatasi segala kesulitan yang dihadapi di
lapangan.

FACHRUL WAJDI KARIM


2
(2411161011)
PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

2.      Tujuan Instruksional Khusus :

a. Mahasiswa/i dapat melakukan pengukuran dengan menggunakan


alat waterpass dan theodolite.
b. Mahasiswa/i dapat menghitung dan mengambarkan hasil
perhitungan dan pengukuran.

1.3 Manfaat Praktikum


Manfaat dari praktikan mahasiswa/i dapat memahami ilmu pengukuran
tanah, prosedur pelaksanaan serta langkah-langkah yang dilakukan. Sehingga
setelah selesai dari perguruan tinggi, mahasiswa/i, terjun ke dunia kerja
praktikan bisa langsung mengaplikasikan.
1.4 Alat-alat Praktikum
Untuk mendapatkan bayangan keadaan dilapangan, maka diperlukan
instrument yaitu theodolite dan waterpass. Untuk mendapatkan hasil
maksimal maka harus terlebih dahulu mengetahui dan memahami arti serta
fungsi dari alat tersebut. Alat-alat tersebut yaitu :

1.4.1 Waterpass
Waterpass (penyipat datar) adalah suatu alat ukur tanah yang
dipergunakan untuk mengukur beda tinggi antara titik-titik saling
berdekatan. Beda tinggi tersebut ditentukan dengan garis-garis visir
(sumbu teropong) horizontal yang ditunjukan ke rambu-rambu ukur
yang vertical.

FACHRUL WAJDI KARIM


3
(2411161011)
PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

5 1

6 2

Waterpass
Gambar 1.1

Bagian-bagian pada waterpass

Penjelasan gambar :

1. Lensa objektif adalah bagian yang berfungsi menerima objek yang


dibidik.
2. Cermin membantu mempermudah pembacaan hasil pengukuran nivo
kotak.
3. Nivo kotak (berbentuk Lingkaran) merupakan bagian waterpass
yang dipakai untuk mengetahui tingkat kedataran waterpass
4. Sekrup penggerak halus horizontal berperan untuk menggerakan
waterpass arah horizontal agar kedudukan benang tepat pada objek
yang dibidik.
5. Sekrup fokus lensa objektif adalah bagian yang berfungsi menerima
objek yang dibidk.
6. Sekrup fokus lensa okuler mempunyai kegunaan untuk mengamati
objek yang dibidik.
7. 3 sekrup kiap (penyetel) untuk mengatur tingkat kedataran suatu
waterpass pada sumbu vertical.

FACHRUL WAJDI KARIM


4
(2411161011)
PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

1.4.2 Theodolite

Theodolite adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur jarak


dan sudut, baik sudut vertical maupun horizontal. Sudut vertical adalah
sudut yang diukur pada skala tegak lurus. Sedangkan sudut horizontal
adalah sudut yang diukur pada skala mendatar yang dibentuk oleh dua
titik polygon, sudut yang terbaca merupakan nilai dimana theodolite itu
ditempatkan.

2 1

7a 3

7b 4
a
5

8 6a

11 6b

10 12 13 8a 8b 9

Theodolite Digital
Gambar 1.2

Bagian-bagian pada theodolite

Penjelasan gambar :

 Bagian atas.
1. Pegangan theodolite berfungsi untuk memegang alat tersebut.

FACHRUL WAJDI KARIM


5
(2411161011)
PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

2. Teropong digunakan untuk membidik atau mengamat


benda/target yang jauh agar kelihatan dekat dan jelas serta
nampak besar. Pada teropong dilengkapi dengan benang silang
diafragma untuk pembidikan, sedangkan lensa tengah (sentral)
untuk menjelaskan objek yang dibidik, dan sekrup koreksi
diafragma kiri kanan atas dan bawah untuk pengaturan garis
bidik.
3. Tempat baterai sebagai energi untuk menyalakan theodolite.
4. Sekrup fokus lensa objektif untuk memfokuskan bidikan.
5. Sekrup fokus lensa okuler untuk memfokuskan jarak bidikan.

 Bagian Tengah.
6a Sekrup pengunci vertical yaitu bagian yang digunakan untuk
mengunci gerak theodolite secara vertical.
6b Sekrup penggerak halus vertical yaitu bagian pada vertical
motion clamp yang digunakan untuk menggerakkan theodolite
ke arah vertical secara halus.

7a. Sekrup pengunci horizontal yaitu bagian yang digunakan untuk


mengunci gerak theodolite secara horizontal.

7b. Sekrup penggerak halus horizontal yaitu bagian pada horizontal


motion clamp yang digunakan untuk menggerakkan theodolite
ke arah horizontal secara halus.

8a. Lensa centre point untuk memastikan pesawat benar-benar


berada dititik yang telah ditentukan.

8b. Sekrup fokus lensa centre point untuk mengatur agar lensa yang
dilihat tidak buram.

 Bagian Bawah

FACHRUL WAJDI KARIM


6
(2411161011)
PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

8. Display untuk mengetahui pengukuran / menampilkan data-


data.
9. Nivo tabung nivo berisi air dan udara berbentuk tabung yang
digunakan untuk cek tingkat kedataran pada sumbu II
horizontal. Dimana sumbu II horizontal harus tegak lurus
dengan sumbu I vertical.
10. Nivo kotak yaitu nivo berisi air dan udara berbentuk lingkaran
yang digunakan untuk cek tingkat kedataran pada sumbu I
vertical.
11. Sekrup repetisi (theodolite repetisi) untuk menyemibangkan
thedolite dalam keadaan vertical (sekrup A,B,C).
12. Sekrup repetisi (theodolite repetisi) untuk menyemibangkan
thedolite dalam keadaan vertical (sekrup A,B,C)
13. Tribrach adalah dudukan theodolite dan untuk mengunci ke
tripod.

1.4.3 Statif / Tripod


Berfungsi sebagai penyangga theodolite / waterpass dengan ketiga
kakinya dapat menyangga alat yang ada pada masing-masing ujungnya
yang runcing. Ketiga kaki statif ini dapat diatur tinggi rendahnya sesuai
dengan keadaan tanah tempat alat itu berdiri.

FACHRUL WAJDI KARIM


7
(2411161011)
PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

Statif / tripod
Gambar 1.3
1.4.4 Rambu Ukur
Alat yang berbentuk batang panjang yang dapat terbuat dari kayu
maupun alunimium yang diberi angka pembacaan. Alat ini berfungsi
sebagai objek yang ditembak/dibaca oleh alat seperti waterpass dan
theodholite yang mana bacaan tersebut dipergunakan pada saat tahap
pengolahan dan dapat menghasilkan sebuah informasi. Rambu ukur
mempunyai penampang segi empat yang lebarnya kurang lebih 3–4 cm,
panjang 300 cm. Bidang lebar dilengkapi dengan ukuran millimeter dan
diberi tanda pada bagian – bagiannya dengan cat yang mencolok. Bak
ukur diberi cat hitam dan merah dengan dasar putih.

FACHRUL WAJDI KARIM


8
(2411161011)
PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

Rambu Ukur
Gambar 1.4

1.4.5 Payung

Payung digunakan untuk melindungi pesawat dari sinar matahari


langsung maupun hujan.

Payung
Gambar 1.5

1.4.6 Alat Penunjang Lain

Alat penunjang lain seperti: format laporan, kalkulator, alat tulis


yang dipakai saat praktikan berlangsung untuk mencatat hasil analisa.

Alat Tulis

FACHRUL WAJDI KARIM


9
(2411161011)
PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

Gambar 1.6
1.4.7 Tipe-X/Cat Semprot
Digunakan untuk manandai tanda pada titik-titik pengukuran
(digunakan sebagai pengganti patok).

Tipe-x / Cat Semprot


Gambar 1.7

1.4.8 Kompas

Digunakan untuk menetukan arah utara dalam pengukuran


sehingga patokan utama dalam pengukuran yang biasa disebut azimuth.

Kompas

FACHRUL WAJDI KARIM


10
(2411161011)
PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

Gambar 1.8

1.5 Teknik Pengukuran

Pengukuran adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menetukan


nilai suatu besaran dalam bentu angka (kuantitaif). Jadi mengukur adalah
suatu proses yang mengaitkan angka secara empirik dan obyektif pada sifat-
sifat obyek atau kejadian nyata sehingga angka yang diperoleh tersebut dapat
memberikan gambaran yang jelas mengenai obyek kejadian yag diukur.

1.5.1 Pengukuran Waterpass

Bentuk pengukuran waterpas ada 2 macam :

1. Bentuk pengukuran waterpas terbuka


2. Bentuk pengukuran waterpas tertutup

1. Bentuk Pengukuran Waterpasa Terbuka


Pada pengukuran waterpas terbuka, titik awal tidak menjadi
titik akhir pengukuran.

Pengukuran waterpass terbuka

Gambar 1.9

FACHRUL WAJDI KARIM


11
(2411161011)
PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

Biasanya pengikuran waterpass dilakukan pada titik-titik


pengukuran polygon terbuka yang sudah diukur, untuk menentukan
ketinggian titik ukur dalam rangka untuk pembuatan peta:

 Pemetaan daerah saluran irigasi;


 Pemetaan daerah terowongan;
 Pemetaan daerah lubang bukaan pertambangan;
 Pemetaan daerah rel jalan kereta api dan lain sebagainya.

Keterangan:

A = Titik awal pengukuran

B = Titik akhir pengukuran

2,4 = Titik ukur polygon terbuka

1,3,5 = Titik tempat berdiri alat ukur

∆ = Titik tetap/titik triangulasi

Bentuk pengukuran waterpass terbuka ada 2 bagian:

1) Bagian pengukyran waterpass terbuka tidak terikat titik tetap


2) Bagian pengukuran waterpass terbuka terikat titik tetap

1) Bagian pengukuran waterrpass terbuka tidak terikat titik


tetap
Pada pengukuran waterpass terbuka tidak terlihat tititik
tetap, titik awal tidak menjadi titik akhir pengukuran dan
kesalahan beda tinggi hasil pengukuran tidak dapat diketahui.
Karena awal dan akhir pengkuran tidak dikatakan pada titik
tetap, maka kesalahan beda tinggi dan ketinggian setiap titik
ukur dari permukaan air laut tidak dapat ditentukan.

FACHRUL WAJDI KARIM


12
(2411161011)
PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

2) Bagian pengukuran waterpass terbuka terikat titik tetap


Pada pengukuran waterpass terbuka titik tidak terlihat titik
tetap, titik awal menjadi titik ahir pengukuran dan kesalahan
beda tinggi hasil pengukuran tidak dapat diketahui. Karena
awal dan akhir pengukuran tidak diikatkan pada titik tetap.
Maka, kesalahan beda tingggi dan ketinggian setiap titik ukur
dari permukaan air laut dapat ditentukan.

Pengukuran waterpass tidak terikat

Gambar 1.10

Keterangan:

0 = Titik awal pengukuran

6 = Titik akhir pengukuran

1;3;5 = Titik tempat berdiri alat ukur

= Garis ukur polygon terbu

FACHRUL WAJDI KARIM


13
(2411161011)
PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

Pengukuran waterpass terbuka

Gambar 1.11

Yang diukur pada pengukuran waterpass terbuka tidak terikat


tetap adalah:

a. Jarak antar titik ukur


Jarak antara titik ukur dapat dicari dengan persamaan:
j = (ba-bb) x 100
Keterangan:
ba = benang atas
bb = benang bawah
100 = konstanta

Pembacaan Benang

Gambar 1.12

Keterangan:
ba = benang atas; bb = benang bawah
bt = benang tengah ba→Bbb = jarak pada rambu ukur
j = Jarak dari titik 0 → 1 (jarak horizontal di lapangan)

FACHRUL WAJDI KARIM


14
(2411161011)
PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

Gambar Benang

Gambar 1.13

Keterangan:
ba,bb = benang jarak (untuk menentukan jarak)
bt = benang tengah horizontal (untuk menentukan garis
bidik beda tinggi)
bv = benang tengah vertical (jarak horizontal di lapangan)

b. Beda tinggi antar titik ukur


Beda tinggi antara titik ukur dihitung dengan persamaan:
t = t b−t m t b

Pengukuran Beda Tinggi

FACHRUL WAJDI KARIM


15
(2411161011)
PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

Gambar 1.14

Keterangan:
tb = benang tengah belakang
tm = benang tengah muka
t = beda tinggi antara titik 0 → 2
Untuk mengetahui kebenaran/kesalahan hasil pengukuran
beda tinggi, persamaannya sebagai berikut:
1) Kalau benar
h = H akhir – H awal = (∑ t +¿+(∑ t−¿ = hp
2) Kalau salah
hp ≠ h ≠ (∑ t +¿+(∑ t−¿
3) Kesalahan beda tinggi
e = hp – h
∑ t +¿ ¿ -- = Jumlah beda tinggi positif dan negatif
h = hitungan beda tinggi anatra titik awal dan akhir
pengukuran
hp = perhitungan beda tinggi antara titik awal dan akhir
pengukuran
e = kesalahan beda tinggi antara titik awal dan akhir
pengukuran

2. Bentuk Pengukuran Waterpass Tertutup


Pada pengukuran waterpas tertutup, titik awal akan menjadi
titik akhir pengukuran.

FACHRUL WAJDI KARIM


16
(2411161011)
PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

Pengukuran waterpass tertutup

Gambar 1.15

Keterangan:
P1 = Titik awal dan akhir pengukuran
β1 = Sudut titik ukur polygon
P1→P4 = Titik ukur polygon
a→d = Titik tempat berdiri alat ukur
∆ = Titik triangulasi (diketahui koordinat dan ketinggiannya
dari muka air laut
─ = Garis ukur polygon

Pengukuran waterpass tertutup

Gambar 1.16
Ketarangan:
P1 = Titik awal dan akhir pengukuran
P1→P4 = Titik uku polygon

FACHRUL WAJDI KARIM


17
(2411161011)
PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

a → d = Titik tempat berdiri alat ukur


a1 → d2 = Pembacaan benang tengah pada rambu ukur

Biasanya pengukuran waterpass tertutup dilakukan pada titik-titik


pengukuran polygon yang sudah diukur untuk menentukan
ketinggian titik ukur dalam rangka untuk pembuatan peta:
 Pemetaan daerah waduk/danau
 Pemetaan daerah pertambangan
 Pemetaan daerah komplek perumahan
 Pemetaan daerah pengairan dan lain sebagainya

Bentuk pengukuran waterpass tertutup ada 2 bagian:

1) Bagian pengukuran waterpass tertutup tidak terikat titik tetap


2) Bagian pengukuran waterpass tertutup terikat titik tetap

1) Bagian pengukuran waterpass tertutup tidak terikat titik


tetap
Pada pengukuran waterpass tertutup tak terikat titik tetap,
titik awal akan menjadi titik akhir pengukuran dan kesalahan
beda tinggi hasil pengukuran dapat diketahui. Karena awal
pengukuran dan akhir pengukuran tidak diikatkan pada titik
tetap, maka ketinggian setiap titik ukur dari permukaan air laut
tak dapat ditentukan.

FACHRUL WAJDI KARIM


18
(2411161011)
PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

Pengukuran Waterpass Tidak Terikat Titik Tetap

Gambar 1.17

Keterangan:
P1 = Titik awal dan akhir pengukuran
β1 = Sudut titik ukur polygon
P1→P4 = Titik ukur polygon
a→d = Titik tempat berdiri alat ukur
─ = Garis ukur polygon
Yang diukur pada pengukuran waterpass tidak terikat titik tetap
adalah:
a. Jarak antar titik ukur
Jarak anatara titik ukur dapat dicari dengan persamaan
j = (ba-bb)x100
ba = benang atas
bb = benang bawah
100 = konstanta

Pembacaan Benang Tertutup

Gambar 1.18

Keterangan:

FACHRUL WAJDI KARIM


19
(2411161011)
PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

ba = benang atas; bb = benang bawah


bt = benang tengah ba→Bbb = jarak pada rambu ukur
j = Jarak dari titik 0 → 1 (jarak horizontal di lapangan)

Pengukuran Benang Diafrgama

Gambar 1.19
Keterangan:
ba,bb = benang jarak (untuk menentukan jarak)
bt = benang tengah horizontal (untuk menentukan garis bidik
beda tinggi)
bv = benang tengah vertical (jarak horizontal di lapangan)

FACHRUL WAJDI KARIM


20
(2411161011)
PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

Pengukuran waterpass terbuka

Gambar 1.20

j = (ba-bb)x100 = (2-1,8)x100 = 20 m

b. Beda tinggi antar titik ukur

Pengukuran Beda Tinggi

Gambar 1.21
Keterangan:
tb = benang tengah belakang
tm = benang tengah muka
t = beda tinggi antara titik 0 → 2
Untuk mengetahui kebenaran/kesalahan hasil pengukuran beda
tinggi, persamaannya sebagai berikut:
1) Kalau benar
h = H akhir – H awal = (∑ t +¿+(∑ t−¿ = 0
2) Kalau salah
hp ≠ h ≠ (∑ t +¿+(∑ t−¿≠0
3) Kesalahan beda tinggi
e = hp – h
∑ t +¿ ¿ -- = Jumlah beda tinggi positif dan negatif

FACHRUL WAJDI KARIM


21
(2411161011)
PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

h = hitungan beda tinggi anatra titik awal dan akhir


pengukuran
hp = perhitungan beda tinggi antara titik awal dan akhir
pengukuran
e = kesalahan beda tinggi antara titik awal dan akhir
pengukuran

Untuk memudahkan dalam pembuatan pada penampang,


sebaiknya pada titik awal pengukuran ditentukan harga
ketinggian lokal, dan usahakan harga ketinggian lokal dengan
harga minimum.

2) Bagian Pengukuran Waterpass Tertutup Terikat Titik


Tetap
Pada pengukuran waterpass tettutup terikat titik tetap, titik
awal akan menjadi titik akhir pengukuran dan kesalahan beda
tinggi pengukuran,dapat diketahui. Karena awal pengukuran
dan akhir pengukuran diikatkan pada titik tetap, maka
ketinggian setiap titik ukur dari permukaan air laut dapat
ditentukan.

Waterpass polygon tertutup


Gambar 1.22

FACHRUL WAJDI KARIM


22
(2411161011)
PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

Keterangan:
P1 = Titik awal dan akhir pengukuran
β1 = Sudut titik ukur polygon
P1→P4 = Titik ukur polygon
a→d = Titik tempat berdiri alat ukur
─ = Garis ukur polygon
∆ = Titik triangulasi
Yang diukur pada pengukuran waterpass terikat titik tetap

a. Jarak antar titik ukur


Jarak anatara titik ukur dapat dicari dengan persamaan
j = (ba-bb)x100
ba = benang atas
bb = benang bawah
100 = konstanta

Pengukuran waterpass Jarak antar titik

Gambar 1.23

Keterangan:
ba = benang atas; bb = benang bawah
bt = benang tengah ba→Bbb = jarak pada rambu ukur

FACHRUL WAJDI KARIM


23
(2411161011)
PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

j = Jarak dari titik 0 → 1 (jarak horizontal di lapangan)

Pengukuran waterpass Baca Benang

Gambar 1.24

Keterangan:
ba,bb = benang jarak (untuk menentukan jarak)
bt = benang tengah horizontal (untuk menentukan garis
bidik beda tinggi)
bv = benang tengah vertical (jarak horizontal di lapangan)

Pengukuran waterpass Jarak Benang

FACHRUL WAJDI KARIM


24
(2411161011)
PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

Gambar 1.25

j = (ba-bb)x100 = (2-1,8)x100 = 20 m

b. Beda tinggi antar titik ukur

Pengukuran waterpass Beda Tinggi

Gambar 1.26

Keterangan:
tb = benang tengah belakang
tm = benang tengah muka
t = beda tinggi antara titik 0 → 2
Untuk mengetahui kebenaran/kesalahan hasil pengukuran
beda tinggi, persamaannya sebagai berikut:
1) Kalau benar
h = H akhir – H awal = (∑ t +¿+(∑ t−¿ = 0
2) Kalau salah
hp ≠ h ≠ (∑ t +¿+(∑ t−¿≠0
3) Kesalahan beda tinggi
e = hp – h

FACHRUL WAJDI KARIM


25
(2411161011)
PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

∑ t +¿ ¿ -- = Jumlah beda tinggi positif dan negatif


h = hitungan beda tinggi anatra titik awal dan akhir
pengukuran
hp = perhitungan beda tinggi antara titik awal dan akhir
pengukuran
e = kesalahan beda tinggi antara titik awal dan akhir
pengukuran

Untuk memudahkan dalam pembuatan peta penampang.


Sebaiknya pada titik awal pengukuran ditentukan harga
ketingian yang bulat terhadap ketinggian dari permukaan
air laut.

1.5.2 Pengukuran Theodolite Berkompas

Pengukuran detil dimulai dengan penyiapan alat ukur (Theodolite)


titik ikat dan penempatan rambu di titik bidik. Setelah alat siap untuk
pengukuran, dimulai dengan perekaman data di tempat alat berdiri,
pembidikan ke rambu ukur, pengamatan azimuth dan pencatatan data di
rambu BT, BA, BB serta sudut miring. Tempatkan alat ukur theodolite
di atas titik A dan atur sehingga alat siap untuk pengukuran. Dirikan
rambu di atas titik bidik dan tegakkan rambu dengan bantuan nivo
kotak. Arahkan teropong ke rambu ukur sehingga bayangan tegak garis
diafragma berimpit dengan garis tengah rambu. Kemudian kencangkan
kunci gerakan mendatar teropong. Setelah jarum setimbang tidak
bergerak, baca dan catat azimuth magnetis dari tempat alat ke titik
bidik. Kencangkan kunci gerakan tegak teropong. Bila memungkinkan,
atur bacaan benang tengah pada rambu di titik bidik setinggi alat,
sehingga beda tinggi yang diperoleh sudah merupakan beda tinggi
antara titik kerangka tempat berdiri alat dan titik detil yang dibidik.

FACHRUL WAJDI KARIM


26
(2411161011)
PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

Macam – macam Theodolite:


Macam Theodolit berdasarkan konstruksinya, dikenal dua macam
yaitu:

1. Theodolite Reiterasi ( Theodolite sumbu tunggal )

Dalam theodolit ini, lingkaran skala mendatar menjadi satu


dengan kiap, sehingga bacaan skala mendatarnya tidak bisa di atur.
Theodolite yang di maksud adalah theodolit type T0 (wild) dan type
DKM-2A (Kem)

2. Theodolite Repitisi

Konsruksinya kebalikan dari theodolit reiterasi, yaitu bahwa


lingkaran mendatarnya dapat diatur dan dapt mengelilingi sumbu
tegak.

Akibatnya dari konstuksi ini, maka bacaan lingkaran skala


mendatar 0º, dapat ditentukan kearah bidikan / target myang
dikehendaki. Theodolit yang termasuk ke dakm jenis ini adalah
theodolit type TM 6 dan TL 60-DP (Sokkisha ), TL 6-DE (Topcon),
Th-51 (Zeiss)

Dalam praktikum ini, teknik pengukuran menggunakan


polygon tertutup dan terbuka tergantung dari medan dan situasi
lapangan.
Polygon adalah metode untuk menentukan posisi horizontal
dari titik-titik di lapangan yang berupa segi banyak dengan
melakukan pengukuran sudut dan jarak. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan data-data lapangan berupa koordinat horizontal (x,y).

FACHRUL WAJDI KARIM


27
(2411161011)
PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

Membentuk polygon digunakan sebagai kerangka dasar pemetaan


suatu wilayah.
Peralatan yang sering digunakan untuk pekerjaan ini
adalah theodolite dan rambu ukur. Selain alat di atas ada
kelengkapan lainnya seperti statif, formulir ukur, alat tulis dan
payung. Untuk saat ini ada alat yang lebih canggih lagi yaitu total
station. Perbedaannya adalah pada theodolite kita harus menulis
seluruh data pengukuran seperti BA, BT, BB, sudut dan sebagainya.
Sedangkan pada Total Station pencatatan data dilakukan otomatis
oleh alat tersebut.

3. Kerangka Dasar Horizontal


Untuk mendapatkan hubungan mendatar titik - titik yang diukur
di atas permukaan bumi maka perlu dilakukan pengukuran mendatar
yang disebut dengan istilah pengukuran kerangka dasar horizontal.
Jadi untuk hubungan mendatar diperlukan data sudut mendatar yang
diukur pada skala lingkaran yang letaknya mendatar.Bagian-bagian
dari pengukura kerangka dasar horizontal adalah:

a) Metode Polygon
Polygon digunakan apabila titik - titik yang akan di cari
koordinatnya terletak memanjang sehingga terbentuk segi banyak
(poligon). Pengukuran dan Pemetaan Poligon merupakan salah satu
pengukuran dan pemetaan kerangka dasar horizontal yang bertujuan
untuk memperoleh koordinat planimetris (X,Y) titik-titik
pengukuran. Pengukuran poligon sendiri mengandung arti salah satu
metode penentuan titik diantara beberapa metode penentuan titik
yang lain. Untuk daerah yang relatif tidak terlalu luas, pengukuran
cara polygon merupakan pilihan yang sering di gunakan, karena cara

FACHRUL WAJDI KARIM


28
(2411161011)
PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

tersebut dapat dengan mudah menyesuaikan diti dengan keadaan


daerah/lapangan.  penentuan koordinat titik dengan cara poligon ini
membutuhkan.
b) Koordinat Awal
Bila diinginkan system koordinat terhadap suatu sistim tertentu,
haruslah dipilih koordinat titik yang sudah diketahui misalnya: titik
triangulasi atau titik-titik tertentu yang mempunyai hubungan
dengan lokasi yang akan dipatokkan. Bila dipakai sistem koordinat
lokal pilih salah satu titik, BM kemudian beri harga koordinat
tertentu dan titik tersebut dipakai sebagai acuan untuk titik – titik
lainya.
c) Koordinat Akhir
Koordinat titik ini di butuhkan untuk memenuhi syarat
geometri hitungan koordinat dan tentunya harus di pilih titik yang
mempunyai system koordinat yang sama dengan koordinat awal.
d) Azimuth Awal
Azimuth awal ini mutlak harus diketahui sehubungan dengan
arah orientasi dari system koordinat yang dihasilkan dan
pengadaan datanya dapat di tempuh dengan dua cara yaitu sebagai
berikut :
- Hasil hitungan dari koordinat titik - titik yang telah diketahui
dan akan dipakai sebagai titik acuan system koordinatnya.
- Hasil pengamatan astronomis (matahari).
Pada salah satu titik polygon sehingga didapatkan azimuth ke
matahari dari titik yang bersangkutan.Dan selanjutnya dihasilkan
azimuth kesalah satu polygon tersebut dengan ditambahkan ukuran
sudut mendatar (azimuth matahari).
Sudut mendatar pada setiap station dan jarak antara dua titik
kontrol perlu diukur di lapangan.

FACHRUL WAJDI KARIM


29
(2411161011)
PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

Berdasarkan bentuknya poligon dapat dibagi dalam 3 bagian,


yaitu :

A. Polygon Terbuka
Pengukuran poligon terbuka biasa digunakan untuk
mengukur jalan, sungai, maupun irigasi. tapi kenyataannya bisa
digunakan untuk mengukur luas lahan terbuka. Namun tetap
disarankan untuk menggunakan poligon tertutup apabila
mengukur luas lahan. Yang dimaksud terbuka disini adalah
poligon tersebut tidak mempunyai sudut dalam seperti pada
tertutup. Jadi pengukuran di mulai dari titik awal tapi tidak
kembali ke titik awal seperti pada gambar di bawah ini. 

Pengukuran metoda polygon terbuka

Gambar 1.27
Polygon terbuka terbagi menjadi 2 yaitu terikat sempurna
dan tidak terikat sempurna. Dikatakan terikat sempurna apabila
kita mempunyai data-data koordinat pada titik awal dan titik
akhir berupa data koordinat dan elevasi (x,y,z). Sedangkan
terikat tidak sempurna adalah hanya mempunyai data
koordinat dan elevasi pada titik awal saja. Data koordinat
tersebut bisa didapatkan dari benchmark. Poligon terbuka tidak
terikat sempurna ini tidak bisa dikoreksi sehingga hanya

FACHRUL WAJDI KARIM


30
(2411161011)
PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

surveyor-surveyor handal dan berpengalaman banyak lah yang


bisa menggunakan ini karena yakin ketelitian dan kesalahan
sudut hanya kecil. Tingkat kesalahan pada pengukuran sangat
tergantung dari pengukurnya sendiri seberapa akurat bisa
melakukannya.

B. Polygon Tertutup
Polygon tertutup adalah kerangka dasar pengukuran yang
membentuk poligon segi banyak yang menutup. Yang
dimaksud menutup adalah apabila mulai dari titik 1 kemudian
ke titik 2 dan seterusnya akan kembali ke titik 1 lagi. Sehingga
akan membentuk segi banyak. Fungsi dari kembali ke titik awal
adalah digunakan untuk mengkoreksi besaran sudut pada tiap
segi banyak tersebut. 

Pengukuran waterpass terbuka

Gambar 1.28
Pada gambar di atas terlihat semua sudut teratur namun
pada pengukuran di lapangan semua sudut mempunyai besaran
yang berbeda-beda. Pada prinsipnya yang perlu diingat adalah
penentuan jumlah titik poyigon disesuaikan dengan kondisi
lapangan. Misalkan yang diukur lahan yang sangat luas maka
membutuhkan banyak titik poyigon. Usahakan menggunakan

FACHRUL WAJDI KARIM


31
(2411161011)
PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

sedikit titik poligon yang terpenting menutup. Semakin banyak


titik poligon maka tingkat kesalahan sudut semakin besar.
Gambar di atas mempunyai segi 6 artinya apabila kita
menghitung jumlah keseluruhan sudut dalam bisa menggunakan
rumus (n-2)x180.
Jumlah sudut dalam total = (6-2)x180 = 720 derajat. Hasil
hitungan tersebut adalah sudut apabila poligon tersebut benar-
benar menutup. Biasanya ada sedikit kesalahan jumlah sudut
dalam karena beberapa faktor di lapangan. Misalkan
membandingkan hasil pengukuran dari lapangan sebelum
dikoreksi didapat jumlah sudut dalam sebesar 720°54'43" (720
derajat 54 menit 43 detik). Maka hasil pengukuran ini ada
kesalahan atau kelebihan sudut sebesar 54'43". Maka yang
harus dikoreksi adalah sebesar 54'43" agar sudut dalam sesuai
dengan hasil rumus di atas. Selain untuk mengkoreksi sudut
dalam, fungsi dari poligon tertutup ini adalah untuk
mengkoreksi elevasi. Misalkan saat kita mulai pengukuran dari
titik awal atau titik 1 dengan elevasi awal 100 m dari
permukaan laut. Maka saat kita kembali ketitik awal lagi setelah
melalui titik poligon 2,3,4,5, dan 6 harusnya elevasi akhir
adalah 100 m juga. apabila lebih atau kurang dari itu maka
harus dikoreksi.

FACHRUL WAJDI KARIM


32
(2411161011)

Anda mungkin juga menyukai