BAB I
DASAR TEORI
1.2.1 Maksud
1.2.2 Tujuan
1.4.1 Waterpass
Waterpass (penyipat datar) adalah suatu alat ukur tanah yang
dipergunakan untuk mengukur beda tinggi antara titik-titik saling
berdekatan. Beda tinggi tersebut ditentukan dengan garis-garis visir
(sumbu teropong) horizontal yang ditunjukan ke rambu-rambu ukur
yang vertical.
5 1
6 2
Waterpass
Gambar 1.1
Penjelasan gambar :
1.4.2 Theodolite
2 1
7a 3
7b 4
a
5
8 6a
11 6b
10 12 13 8a 8b 9
Theodolite Digital
Gambar 1.2
Penjelasan gambar :
Bagian atas.
1. Pegangan theodolite berfungsi untuk memegang alat tersebut.
Bagian Tengah.
6a Sekrup pengunci vertical yaitu bagian yang digunakan untuk
mengunci gerak theodolite secara vertical.
6b Sekrup penggerak halus vertical yaitu bagian pada vertical
motion clamp yang digunakan untuk menggerakkan theodolite
ke arah vertical secara halus.
8b. Sekrup fokus lensa centre point untuk mengatur agar lensa yang
dilihat tidak buram.
Bagian Bawah
Statif / tripod
Gambar 1.3
1.4.4 Rambu Ukur
Alat yang berbentuk batang panjang yang dapat terbuat dari kayu
maupun alunimium yang diberi angka pembacaan. Alat ini berfungsi
sebagai objek yang ditembak/dibaca oleh alat seperti waterpass dan
theodholite yang mana bacaan tersebut dipergunakan pada saat tahap
pengolahan dan dapat menghasilkan sebuah informasi. Rambu ukur
mempunyai penampang segi empat yang lebarnya kurang lebih 3–4 cm,
panjang 300 cm. Bidang lebar dilengkapi dengan ukuran millimeter dan
diberi tanda pada bagian – bagiannya dengan cat yang mencolok. Bak
ukur diberi cat hitam dan merah dengan dasar putih.
Rambu Ukur
Gambar 1.4
1.4.5 Payung
Payung
Gambar 1.5
Alat Tulis
Gambar 1.6
1.4.7 Tipe-X/Cat Semprot
Digunakan untuk manandai tanda pada titik-titik pengukuran
(digunakan sebagai pengganti patok).
1.4.8 Kompas
Kompas
Gambar 1.8
Gambar 1.9
Keterangan:
Gambar 1.10
Keterangan:
Gambar 1.11
Pembacaan Benang
Gambar 1.12
Keterangan:
ba = benang atas; bb = benang bawah
bt = benang tengah ba→Bbb = jarak pada rambu ukur
j = Jarak dari titik 0 → 1 (jarak horizontal di lapangan)
Gambar Benang
Gambar 1.13
Keterangan:
ba,bb = benang jarak (untuk menentukan jarak)
bt = benang tengah horizontal (untuk menentukan garis
bidik beda tinggi)
bv = benang tengah vertical (jarak horizontal di lapangan)
Gambar 1.14
Keterangan:
tb = benang tengah belakang
tm = benang tengah muka
t = beda tinggi antara titik 0 → 2
Untuk mengetahui kebenaran/kesalahan hasil pengukuran
beda tinggi, persamaannya sebagai berikut:
1) Kalau benar
h = H akhir – H awal = (∑ t +¿+(∑ t−¿ = hp
2) Kalau salah
hp ≠ h ≠ (∑ t +¿+(∑ t−¿
3) Kesalahan beda tinggi
e = hp – h
∑ t +¿ ¿ -- = Jumlah beda tinggi positif dan negatif
h = hitungan beda tinggi anatra titik awal dan akhir
pengukuran
hp = perhitungan beda tinggi antara titik awal dan akhir
pengukuran
e = kesalahan beda tinggi antara titik awal dan akhir
pengukuran
Gambar 1.15
Keterangan:
P1 = Titik awal dan akhir pengukuran
β1 = Sudut titik ukur polygon
P1→P4 = Titik ukur polygon
a→d = Titik tempat berdiri alat ukur
∆ = Titik triangulasi (diketahui koordinat dan ketinggiannya
dari muka air laut
─ = Garis ukur polygon
Gambar 1.16
Ketarangan:
P1 = Titik awal dan akhir pengukuran
P1→P4 = Titik uku polygon
Gambar 1.17
Keterangan:
P1 = Titik awal dan akhir pengukuran
β1 = Sudut titik ukur polygon
P1→P4 = Titik ukur polygon
a→d = Titik tempat berdiri alat ukur
─ = Garis ukur polygon
Yang diukur pada pengukuran waterpass tidak terikat titik tetap
adalah:
a. Jarak antar titik ukur
Jarak anatara titik ukur dapat dicari dengan persamaan
j = (ba-bb)x100
ba = benang atas
bb = benang bawah
100 = konstanta
Gambar 1.18
Keterangan:
Gambar 1.19
Keterangan:
ba,bb = benang jarak (untuk menentukan jarak)
bt = benang tengah horizontal (untuk menentukan garis bidik
beda tinggi)
bv = benang tengah vertical (jarak horizontal di lapangan)
Gambar 1.20
j = (ba-bb)x100 = (2-1,8)x100 = 20 m
Gambar 1.21
Keterangan:
tb = benang tengah belakang
tm = benang tengah muka
t = beda tinggi antara titik 0 → 2
Untuk mengetahui kebenaran/kesalahan hasil pengukuran beda
tinggi, persamaannya sebagai berikut:
1) Kalau benar
h = H akhir – H awal = (∑ t +¿+(∑ t−¿ = 0
2) Kalau salah
hp ≠ h ≠ (∑ t +¿+(∑ t−¿≠0
3) Kesalahan beda tinggi
e = hp – h
∑ t +¿ ¿ -- = Jumlah beda tinggi positif dan negatif
Keterangan:
P1 = Titik awal dan akhir pengukuran
β1 = Sudut titik ukur polygon
P1→P4 = Titik ukur polygon
a→d = Titik tempat berdiri alat ukur
─ = Garis ukur polygon
∆ = Titik triangulasi
Yang diukur pada pengukuran waterpass terikat titik tetap
Gambar 1.23
Keterangan:
ba = benang atas; bb = benang bawah
bt = benang tengah ba→Bbb = jarak pada rambu ukur
Gambar 1.24
Keterangan:
ba,bb = benang jarak (untuk menentukan jarak)
bt = benang tengah horizontal (untuk menentukan garis
bidik beda tinggi)
bv = benang tengah vertical (jarak horizontal di lapangan)
Gambar 1.25
j = (ba-bb)x100 = (2-1,8)x100 = 20 m
Gambar 1.26
Keterangan:
tb = benang tengah belakang
tm = benang tengah muka
t = beda tinggi antara titik 0 → 2
Untuk mengetahui kebenaran/kesalahan hasil pengukuran
beda tinggi, persamaannya sebagai berikut:
1) Kalau benar
h = H akhir – H awal = (∑ t +¿+(∑ t−¿ = 0
2) Kalau salah
hp ≠ h ≠ (∑ t +¿+(∑ t−¿≠0
3) Kesalahan beda tinggi
e = hp – h
2. Theodolite Repitisi
a) Metode Polygon
Polygon digunakan apabila titik - titik yang akan di cari
koordinatnya terletak memanjang sehingga terbentuk segi banyak
(poligon). Pengukuran dan Pemetaan Poligon merupakan salah satu
pengukuran dan pemetaan kerangka dasar horizontal yang bertujuan
untuk memperoleh koordinat planimetris (X,Y) titik-titik
pengukuran. Pengukuran poligon sendiri mengandung arti salah satu
metode penentuan titik diantara beberapa metode penentuan titik
yang lain. Untuk daerah yang relatif tidak terlalu luas, pengukuran
cara polygon merupakan pilihan yang sering di gunakan, karena cara
A. Polygon Terbuka
Pengukuran poligon terbuka biasa digunakan untuk
mengukur jalan, sungai, maupun irigasi. tapi kenyataannya bisa
digunakan untuk mengukur luas lahan terbuka. Namun tetap
disarankan untuk menggunakan poligon tertutup apabila
mengukur luas lahan. Yang dimaksud terbuka disini adalah
poligon tersebut tidak mempunyai sudut dalam seperti pada
tertutup. Jadi pengukuran di mulai dari titik awal tapi tidak
kembali ke titik awal seperti pada gambar di bawah ini.
Gambar 1.27
Polygon terbuka terbagi menjadi 2 yaitu terikat sempurna
dan tidak terikat sempurna. Dikatakan terikat sempurna apabila
kita mempunyai data-data koordinat pada titik awal dan titik
akhir berupa data koordinat dan elevasi (x,y,z). Sedangkan
terikat tidak sempurna adalah hanya mempunyai data
koordinat dan elevasi pada titik awal saja. Data koordinat
tersebut bisa didapatkan dari benchmark. Poligon terbuka tidak
terikat sempurna ini tidak bisa dikoreksi sehingga hanya
B. Polygon Tertutup
Polygon tertutup adalah kerangka dasar pengukuran yang
membentuk poligon segi banyak yang menutup. Yang
dimaksud menutup adalah apabila mulai dari titik 1 kemudian
ke titik 2 dan seterusnya akan kembali ke titik 1 lagi. Sehingga
akan membentuk segi banyak. Fungsi dari kembali ke titik awal
adalah digunakan untuk mengkoreksi besaran sudut pada tiap
segi banyak tersebut.
Gambar 1.28
Pada gambar di atas terlihat semua sudut teratur namun
pada pengukuran di lapangan semua sudut mempunyai besaran
yang berbeda-beda. Pada prinsipnya yang perlu diingat adalah
penentuan jumlah titik poyigon disesuaikan dengan kondisi
lapangan. Misalkan yang diukur lahan yang sangat luas maka
membutuhkan banyak titik poyigon. Usahakan menggunakan