Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMETAAN SUMBER DAYA LAHAN


(02. Mengenal Alat-Alat Utama Ukur Wilayah, Mendirikan, Membidikkan,
dan Membaca Alat Ukur Waterpass)

Oleh :
Kelompok/Shift : 04/A1
Hari, Tanggal Praktikum : Kamis, 13 September 2018
Nama (NPM) : 1. Santy Amalya (240110170005)
2. Yessi Carolina (240110170007)
3. Adelya Triana E (240110170012)
4. Raka Fiqriyanda (240110170015)
5. Adit Djati P (240110170026)
Asisten Praktikum : 1. Muhamad Iqbal
2. N. Putri Purnamasari K.
3. Riswandha Febry V.
4. Shinta Atilia Diatara
5. Zaki Andika

LABORATORIUM SUMBER DAYA AIR


DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018
Nama : Yessi Carolina
NPM : 240110170007

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia dalam kehidupan sehari-hari, sering melihat orang yang sedang
mengukur lahan untuk dijadikan bangunan atau jalan. Pengukurannya dilakukan
oleh beberapa orang. Melakukan pengukuran harus dilakukan secara teliti. Alat-alat
yang digunakan dalam ukur wilayah ada 2 yaitu alat kantor dan alat lapangan. Alat
yang biasa digunakan dalam mengukur di lapangan yaitu meteran, waterpass,
theodolit. Alat yang biasa digunakan untuk mengukur ruang disebut theodolit dan
untuk mengukur beda tinggi yaitu dengan waterpass.
Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara
pengukuran di permukaan bumi untuk menentukan posisi relatif atau absolut titik-
titik pada permukaan tanah dalam memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan
penentuan posisi relatif suatu daerah. Ilmu ukur wilayah ini digunakan dalam dua
pekerjaan yaitu kantor dan lapangan. Pekerjaan kantor diantaranya perencanaan
pengukuran, analisis data, penggambaran, perancangan, dan interpretasi.
Sedangkan untuk pekerjaan lapangan diantaranya mencari titik acuan (Bench
Mark), pemasangan patok, pengukuran dan penerapan hasil pengukuran. Peralatan
yang digunakan untuk mengukur wilayah dan aplikasi penggunaanya penting,
untuk itu dilakukanlah praktikum ilmu ukur wilayah mengenai pengenalan alat ukur
sudut beserta cara mendirikan, membidik serta membaca hasil pengukuran yang
tertera pada alat tersebut.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan instruksional umum dari praktikum kali ini adalah mengenal
alat-alat utama ukur wilayah, mendirikan, membidikkan, dan membaca alat
ukur waterpass. Adapun tujuan lainnya yaitu :
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi beberapa peralatan utama ukur wilayah
dengan benar.
Nama : Yessi Carolina
NPM : 240110170007

2. Mahasiswa mampu mendirikan dan membidik alat waterpass dan membaca


hasilnya dengan cepat dan tepat.

1.3 Metodologi Pengamatan dan Pengukuran


1.3.1 Alat
Adapun peralatan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah :
1. Alat tulis;
2. Patok;
3. Rambu Ukur;
4. Tripod;
5. Unting – Unting;
6. Waterpass;
1.3.2 Bahan
Adapun peralatan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah :
1. Lahan Praktikum;
1.3.3 Metode Pelaksanaan
A. Memasang Alat Ukur Waterpass
Adapun prosedur pelaksanaan praktikum kali ini adalah:
1. Menyiapkan peralatan praktikum;
2. Membuka ikatan pada kaki tiga atau tripod;
3. Mendirikan kaki tiga diatas patok, buka klem penguncinya dan tarik kaki
tiga hingga posisi ketinggiannya disesuaikan dengan dada praktikan;
4. Melakukan penguncian pada skrup penyetel kaki tiga, dan merenggangkan
ketiga bagian kaki tiga hingga membentuk segitiga sama kaki;
5. Menyeimbangkan serta sejajarkan dengan patok serta penyimpanan
waterpass - nya sampai tidak miring;
6. Menekan pijakan pada salah satu sisi kaki tiga agar kaki tiga lebih kuat dan
seimbang;
7. Memasang unting-unting serta menyesuaikan dengan patok dibawah kaki
kepala kaki tiga;
8. Memasang dan mengunci skrup penyetel waterpass dengan kuat agar tidak
mudah lepas saat melakukan pengukuran dan pembacaan pada rambu ukur;
Nama : Yessi Carolina
NPM : 240110170007

9. Mengatur skrup fokus, skrup pendatar juga posisi gelembung nivo agar hasil
yang didapat baik dalam membaca rambu ukur;
10. Membaca hasil pembididikan dan mencatat hasil pengukuran;

B. Mendirikan Alat untuk memenuhi syarat pembidikan


1. Menyiapkan alat yang sudah disiapkan dapat diposisikan diatas titik
pengukuran;
2. Menyesuaikan kaki tiga agar tidak miring dan posisikan unting-unting diatas
kepala kaki tiga;
3. Mengatur nivo pada waterpass agar sumbu vertikal berada pada posisi tegak
dan agar berada ditengah lingkaran dengan cara;
A. Sesuaikan posisikan teropong sejajar dengan dua buah skrup pendatar.
B. Putar kedua skrup tersebut, kedua skrup pada bagian kiri dan kanan yang
berfungsi untuk memposisikan gelembung nivo pada arah vertikal. Skrup di
bagian belakang digunakan untuk memposisikan gelembung nivo agar naik
atau turun agar berada tepat ditengah lingkaran dan jika sudah berada
ditengah maka alat siap untuk digunakan.
Nama : Adelya Triana E
NPM : 240110170012

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemetaan Sumber Daya Lahan


Pemetaan sumber daya lahan merupakan gambaran suatu lahan secara dua
dimensi dengan menggunakan skala dan aturan tertentu. Tujuannya adalah untuk
memberikan informasi kepada pembaca mengenai suatu lahan atau wilayah
tertentu. Adapun karakteristik yang diinformasikan dalam pemetaan sumber daya
lahan seperti kemiringan lereng, curah hujan, tekstur tanah, kapasitas air tersedia,
kedalaman efektif dan sebagainya .
Proses dalam pembuatan peta pemetaan cukup sulit, karena dalam
pembuatannya dianjurkan untuk melihat lokasi secara langsung terlebih dahulu
untuk mendapatkan data yang valid. Tahapan dalam pembuatan peta pemetaan
adalah measurement (pengukuran), calculating (perhitungan), dan drawing
(penggambaran) ( Hanafiah,2015 ).
2.2 Waterpass
Waterpass merupakan alat penyipat dasar yang digunakan untuk mengukur
beda tinggi diantara titik – titik yang berdekatan. Prinsip dari alat ini adalah garis
bidik kesemua arah harus mendatar, sehingga membentuk bidang datar atau
horizontal dimana titik – titik pada bidang tersebut akan menunjukkan ketinggian
yang sama.
Waterpass memiliki empat bagian utama, yaitu teropong (teleskop), sumbu
vertikal, nivo kotak dan nivo tabung, dan tiga skrup mendatar. Waterpass dapat
digunakan untuk memperoleh pandangan mendatar atau lurus, menentukan beda
tinggi, bila dilengkapi dengan benang stadia dapat juga digunakan sebagai alat
pengukur jarak, dan bila dilengkapi dengan lingkaran horizontal dapat mengukur
sudut horizontal (Hidayat, 2013).
Nama : Adelya Triana E
NPM : 240110170012

2.2.1 Bagian-bagian Waterpass


1. Cermin nivo : untuk memantulkan bayangan nivo.
2. Nivo : untuk mengetahui kedataran alat.
3. visir bidikan : untuk mengarahkan arah bidikan teropong.
4. Sekrup fokus benang : untuk memfokuskan benang bidikan.
5. Lensa bidik : untuk melihat bidikan.
6. Sekrup penggerak horisontal : menggerakan secara halus arah bidikan.
7. Sekrup leveling : untuk me-level-kan (mendatarkan) alat.
8. Plat dasar : untuk landasan alat ke tripot.
9. Sekrup fokus obyek : untuk memfokuskan obyek bidikan.

Gambar 1. Waterpass
(Sumber : Syarifudin , 2014)

2.2.2 Peralatan Bantu


Peralatan bantu yang selalu digunakan selama pelaksanaan pengukuran
tanah adalah :
1. Tripod (statip), berfungsi untuk menempatkan pesawat.
2. Jalon, berfungsi sebagai alat bantu memegang baak ukur.
3. Patok, berfungsi untuk memberi tanda pada titik ukur atau pada titik bantu.
4. Rol meter, berfungsi untuk mengukur jarak langsung pada pengukuran.
5. Meteran, berfungsi untuk mengukur jarak.
6. Unting-unting, berfungsi untuk menempatkan sumbu I pada patok.
7. Kompas, berfungsi untuk menunjukkan arah utara kompas.
8. Payung, berfungsi untuk melindungi pesawat dari sinar matahari langsung.
9. Alat tulis, berfungsi untuk mencatat hasil pembacaan di lapangan.
Nama : Adit Djati Permana
NPM : 240110170026

2.3 Statif
Statif atau kaki tiga merupakan alat untuk penyangga biasanya digunakan
untuk menyangga serta menstabilkan waterpass atau theodolit, statif mempunyai
tiga bagian kaki statif yang memiliki ukuran yang sama panjang ketinggian kakinya
dapat diatur sesuai postur tubuh pengukur ataupun kedataran lahan ( Muda, 2008 ).

Gambar 2. Statif
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2018)

2.4 Rambu Ukur


Rambu ukur adalah alat yang berpentuk memanjang yang biasanya terbuat
dari aluminium atau kayu yang dilengkapi dengan skala pembacaan dan
mempunyai ukuran 3 – 5 meter. Berfungsi untuk memudahkan pembacaan
pengukuran beda tinggi antara garis bidik dengan permukaan tanah ( Syarifudin,
2014).

Gambar 3. Rambu Ukur


(Sumber : Syarifudin , 2014)
Nama : Adit Djati Permana
NPM : 240110170026

2.5 Rumus Beda Jarak dan Beda Tinggi


Alat ukur Waterpass selalu disertai dengan rambu ukur (baak). Bagian
terpenting dari rambu ukur ini adalah pembagian skalanya harus betul-betul teliti
untuk dapat menghasilkan pengukuran yang baik. Cara memegangnya pun harus
tegak (vertikal). Letak rambu ukur berdiri dengan tegak, maka digunakan nivo ukur
. Jika nivo rambu ini tidak tersedia, dapat pula dengan cara menggoyangkan rambu
ukur secara perlahan-lahan ke depan, kemudian ke belakang, kemudian pengamat
mencatat hasil pembacaan rambu ukur yang minimum. Cara ini tidak cocok bila
rambu ukur yang digunakan beralas berbentuk persegi ( Nastiti, 2014 ).
Adapun : BT = Bacaan benang tengah waterpass
BA = Bacaan benang atas waterpass
BB= Bacaan benang bawah waterpass
Hi = Tinggi Alat
Rumus-rumus yang digunakan dalam pengukuran waterpass adalah
a. Beda tinggi antara titik A dan B adalah :
∆H = Hi – BT…………………………………………(1)
b. Jarak datar adalah :
100 x ( BA – BB)……………………………………..(2)
Nama : Santi Amalya
NPM : 240110170005

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Praktikum
Tabel 1. Hasil Pengamatan Asisten Praktikum

Tinggi Bacaan (dm) Beda


Titik Sudut Jarak
Tempat Alat Alat tinggi
Bidikan BA BT BB (o) (m)
(m) (m)
BM 1,32 1,29 1,26 0 6 0,01
1 1,11 1,07 1,07 64 10 0,23
I 13
2 0,61 0,5 0,5 28 22 0,7

BM 1,4 1,35 1,305 0 9,5 -0,03

II 13,2 1 1,172 1,135 1,1 74 7,2 0,17

2 0,6 0,57 0,52 98 8 0,75

BM 1,6 1,54 1,48 0 12 -0,17

III 13,7 1 1,36 1,32 1,285 50,5 7,5 0,05

2 0,85 0,76 0,67 104 18 0,18

BM 1,59 1,51 1,42 0 17 -0,14

IV 13,7 1 1,34 1,3 1,27 131 7 0,07

2 0,8 0,8 0,66 114 14 6,4

Tabel 2. Hasil Pengamatan


Bacaan Rambu Ukur
Tempat Tinggi Titik (m) Jarak ∆h
Sudut
Alat Alat(m) Bidikan (m) (m)
BA BT BB

BM 1.592 1.52 1.48 0 11.2 -0.15


4 1.37 1 1.34 1.301 1.265 29 7.5 0.069
2 0.76 0.74 0.659 115 10.1 0,63
Nama : Santi Amalya
NPM : 240110170005

3.1.1 Perhitungan Hasil Pengukuran


1. Jarak = (BA-BB) x 100
A. Jarak BM = (1.592 – 1.48) x 100
= 11.2 m
B. Jarak 1 = (1.34 – 1.265) x 100
= 7.5 m
C. Jarak = (0.76 – 0.659) x 100
= 10.1 m
2. Beda Tinggi = Hi – BT
A. Beda BM = 1.37 – 1.52
= -0.15 m
B. Beda 1 = 1.37 – 1.301
= 0.069 m
C. Beda 2 = 1.37 – 0.74
= 0.63 m
Nama : Santi Amalya
NPM : 240110170005

3.2 Pembahasan
Berdasarkan praktikum pemetaan sumber daya lahan pertama kali ini
praktikan diperkenalkan dengan peralatan utama alat ukur wilayah, mendirikan alat
ukur, membidik, dan membaca alat ukur waterpass. Waterpass itu sendiri adalah
alat ukur yang bersifat datar untuk menentukan sebuah beda ketinggian tanah
berdasarkan sudut horizontal. Praktikan diajarkan mengenai tata cara mendirikan,
memasang, serta membidikkan alat ukur waterpass. Sebelum memulai praktikum
praktikan harus mengetahui alat-alat terlebih dahulu serta dapat memahami fungsi
dari alat-alat yang akan di praktikumkan oleh praktikan. Percobaan praktikum
pertama ini dimulai dengan memasang alat, yaitu tripod atau kaki tiga. Praktikan
memastikan terlebih dahulu untuk cuaca pada saat mau melakukan praktikum.
Praktikum ini, jika hujan maka akan sangat menghambat praktikum yang
mengakibatkan paktikan harus melakukan pengukuran kembali jikalau ditengah-
tengah pembidikkan terjadi hujan. Mendirikan atau memasang tripod, usahakan
bagian kepala tripod haruslah benar-benar sejajar dan rata dengan tanah karena hal
ini akan mempengaruhi pengukuran (pembidikkan).
Melakukan pembidikan, kaki tiga harus sejajar (rata) karena ini sangat
mempengaruhi nivo kotak. Praktikan harus berhati-hati serta mahir dalam
memainkan tiga sekrup untuk memasukan nivo kotak. Kesalahan yang sering kali
terulang karena praktikan terburu-buru dalam memutar sekrup, ini menyebabkan
praktikan sulit menemukan putaran yang pas untuk memasukkan nivo ke dalam
bulatannya. Apabila tripod/kaki tiga tersenggol atau terkena oleh praktikan dengan
otomatis nivo akan bergeser keluar dari posisinya. Setelah alat ukut waterpass
terpasang dengan benar, praktikan melakukan pembidikkan ke tiga titik yang telah
ditentukan oleh asisten dosen. Awal pembidikan, sudut pada waterpass harus nol
derajat karena diasumsikan sebagai titik awal atau titik utama dan dinamakan titik
BM (Bench Mark). Angka yang dibaca harus akurat dengan memerhatikan benang
diafragma pada teropong. Angka berpengaruh terhadap penentuan ketinggian dan
jarak alat ukur dengan rambu ukur. Ketika akan membidik titik kedua maupun titik
ketiga, harus tetap memerhatikan sudut. Sudut dari masing-masing titik akan
berbeda sesuai dengan posisi lahan dan rambu ukurnya. Kesulitan dalam
pembidikkan pada praktikum ini adalah rambu ukur yang dipegang oleh praktikan
Nama : Santi Amalya
NPM : 240110170005

bergerak-gerak oleh getarannya sendiri (human error) mapun oleh angin, sehingga
pembacaan rambu ukur menjadi ragu dan tidak akurat.
Melakukan pengukuran, alat-alat yang digunakan dirapihkan dan
dikembalikan pada posisi awal. Waterpass dan unting-unting dimasukkan ke
kotaknya dengan baik dan hati – hati. Merapikan kaki tiga agar lebih mudah dengan
cara praktikan merapatkan kaki tiga dan membuka kunci setelah itu semula ke
ketinggian awal pertama dan kunci kembali lalu ikat dan rapihkan. Data hasil
pengukuran dihitung dengan rumus yang telah ditentukan.
Nama : Santi Amalya
NPM : 240110170005

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan praktikum kali ini adalah:
1. Tripod/kaki tiga yang tidak rata sangat mempengaruhi dalam menempatkan
posisi nivo yang tepat.
2. Rambu ukur yang tidak seimbang mengakibatkan pembidikan susah untuk
dibaca.
3. Praktikan harus berhati—hati dan kuat dalam memasangkan waterpass diatas
kepala kaki tiga ini merupakan untuk meghindari terjadinya jatuh.

4.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan untuk praktikum pertama kali ini adalah:
Rambu ukur sebaiknya sudah ditetapkan pada tempat yang telah ditentukan,
dan tidak mengandalkan praktikan yang sudah selesai maupun belum karena ini
sangat menghambat waktu dan terjadinya ketidak akuratan dalam pembacaan
rambu ukur karena terjadinya getaran oleh praktikan.
Nama : Yessi Carolina
NPM : 240110170007

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Praktikum


Tabel 3. Hasil Pengamatan Asisten Praktikum
Bacaan (dm)
Tinggi Beda
Titik Sudut Jarak
Tempat Alat Alat tinggi
Bidikan BA BT BB (o) (m)
(m) (m)
BM 1,32 1,29 1,26 0 6 0,01
1 1,11 1,07 1,07 64 10 0,23
I 13
2 0,61 0,5 0,5 28 22 0,7

BM 1,4 1,35 1,305 0 9,5 -0,03

II 13,2 1 1,172 1,135 1,1 74 7,2 0,17

2 0,6 0,57 0,52 98 8 0,75

BM 1,6 1,54 1,48 0 12 -0,17

III 13,7 1 1,36 1,32 1,285 50,5 7,5 0,05

2 0,85 0,76 0,67 104 18 0,18

BM 1,59 1,51 1,42 0 17 -0,14

IV 13,7 1 1,34 1,3 1,27 131 7 0,07

2 0,8 0,8 0,66 114 14 6,4

Tabel 4. Hasil Pengamatan

Tinggi Bacaan (dm) Beda


Tempat Titik Jarak
Alat Sudut Tinggi
Alat Bidikan (m)
(dm) BA BT BB (m)

BM 15,9 15,2 14,45 0O 14,5 -0,15

IV 13,7 1 13,38 13 12,62 26O 7,6 0,07

2 8,1 7,48 6,8 113O 13 0,622


Nama : Yessi Carolina
NPM : 240110170007

3.1.1 Perhitungan
A. Jarak
1. Jarak BM = (BA-BB) x 100
= (15,9 – 14,45) x 100
= 145 dm = 14,5 m
2. Jarak 1 = (BA-BB) x 100
= (13,38 – 12,62) x 100
= 76 dm = 7,6 m
3. Jarak 2 = (BA-BB) x 100
= (8,1 – 6,8) x 100
=130 dm = 13 m
B. Beda Tinggi
1. Beda Tinggi BM = Hi − BT
= 13,7 – 15,2
= -1,5 dm = -0,15 m
2. Beda Tinggi 1 = Hi − BT
= 13,7 – 13
= 0,7 dm = 0,07 m
3. Beda Tinggi 2 = Hi − BT
= 13,7 – 7,48
= 6,22 dm = 0,622 m
Nama : Yessi Carolina
NPM : 240110170007

3.2 Pembahasan
Praktikum Pemetaan Sumber Daya Lahan kali ini dilakukan pengenalan
penggunaan alat ukur pemetaan yaitu waterpass, yang mana praktikan dianjurkan
untuk dapat mendirikan tripod, memasang waterpass, membidik bidikan serta
melakukan perhitungan jarak dan beda tinggi.
Perhitungan jarak dan beda tinggi dapat dilakukan apabila terdapat nilai BM,
BA BT dan BB. Maka dari itu, dilakukan pula pengukuran pada titik titik tersebut.
Nilai BA, BT, dan BB yang didapatkan berdasarkan titik acuan pada BM dengan
sudut 00 secara berturut-turut adalah 15,9 dm, 15,2 dm, dan 14,45 dm. Maka dari
itu, didapatkanlah nilai jarak dan beda tinggi sebesar 14,5 m dan -0,15 m.
Nilai BA, BT, dan BB yang didapatkan berdasarkan titik acuan pada Titik 1
dengan sudut 260 secara berturut-turut adalah 13,38 dm, 13 dm, dan 12,62 dm.
Maka dari itu, didapatkan nilai jarak dan beda tinggi sebesar 7,6 m dan 0,07 m.
Nilai BA, BT, dan BB yang didapatkan berdasarkan titik acuan pada Titik 2
dengan sudut 1130 secara berturut-turut adalah 8,1 dm, 7,48 dm, dan 6,8 dm. Maka
dari itu, didapatkan nilai jarak dan beda tinggi sebesar 13 m dan 0,622 m.
Hasil yang didapatkan oleh praktikan tidak terlalu berbeda jauh dari hasil
dengan hasil pengukuran dari asisten dosen. Titik BM sendiri memiliki hasil yang
sama, terletak pada hasil ∆H atau Beda Tinggi sebesar -1,4 m, praktikan
mendapatkan -1,45 m. Persamaan kedua terletak pada titik 1 yaitu pada jarak dan
beda tinggi adalah 7 m dan 0,07 m dan praktikan mendapatkan 7,6 m dan 0,07 m.
Persamaan ketiga terletak pada titik 2 tepatnya pada hasil pengukuran jarak dan
beda tinggi sebesar 14 m dan 0,64 m, yang praktikan dapatakan adalah 13 m dan
0,622 m. Perbedaan perhitungan bisa terjadi disebabkan karena pembacaan skala
pada rambu ukur yang kurang teliti dan terjadinya beberapa kali pembacaan skala
sehingga mempengaruhi hasil jarak serta beda tinggi yang didapatkan.
Kendala yang dialami praktikan yaitu mengalami beberapa kendala dimulai
dari berubahnya hasil yang didapat dari satu titik dalam beberapa kali bidikan
dikarenakan perubahan rambu ukur,rambu ukur goyang, miring, dan kurang
telitinya praktikan membaca rambu ukur karena waktu praktikum pada sore hari
sehingga kekurangan cahaya matahari dan menimbulkan perbedaan hasil ukur nya.
Nama : Yessi Carolina
NPM : 240110170007

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini yaitu :
1. Gelembung nivo mengindikasikan bahwa alat telah berada pada posisi datar;
2. Perbedaan data yang didapatkan antara lapangan dan secara teoritis terjadi
karena kesalahan praktikan dalam membaca bidikan, kesalahan pada saat
menentukan titik yang akan dibidik, memegang rambu ukur yang tidak lurus
dan adanya titik yang terlewat misalnya dilahan tersebut ada paritnya;
3. Kendala dalam praktikum ini lebih banyak dikarenakan faktor alam, yaitu
cuaca dan waktu yang tidak mendukung. Cuaca yang mendung dan berangin
menyebabkan praktikan kesulitan membaca nilai pada rambu ukur karena
rambu ukur sering bergoyang-goyang karena angin, dan juga waktu yang
sudah sore menyebabkan pencahayaan semakin berkurang (redup);
4. Jarak dan beda tinggi yang telah dihitung cukup sesuai bila dibandingkan
dengan perkiraan jarak dan beda tinggi secara nyata di lapangan.

4.2 Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya yaitu :
1. Praktikum kali ini dilakukan pada lahan yang sempit, sebaiknya praktikum
selanjutnya dilakukan pada lahan yang lebih luas agar memiliki titik yang
bervariasi;
2. Praktikum kali ini memiliki perbedaan elevasi yang terlalu jauh, sebaiknya
praktikum selanjutnya pada lahan yang perbedaan elevasi yang tidak terlalu
jauh.
Nama : Adelya Triana E
NPM : 240110170012

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Praktikum
Tabel 5. Hasil Pengamatan Asisten Praktikum
Bacaan (dm)
Tinggi Beda
Titik Sudut Jarak
Tempat Alat Alat tinggi
Bidikan BA BT BB (o) (m)
(m) (m)
BM 1,32 1,29 1,26 0 6 0,01
1 1,11 1,07 1,07 64 10 0,23
I 13
2 0,61 0,5 0,5 28 22 0,7

BM 1,4 1,35 1,305 0 9,5 -0,03

II 13,2 1 1,172 1,135 1,1 74 7,2 0,17

2 0,6 0,57 0,52 98 8 0,75

BM 1,6 1,54 1,48 0 12 -0,17

III 13,7 1 1,36 1,32 1,285 50,5 7,5 0,05

2 0,85 0,76 0,67 104 18 0,18

BM 1,59 1,51 1,42 0 17 -0,14

IV 13,7 1 1,34 1,3 1,27 131 7 0,07

2 0,8 0,8 0,66 114 14 6,4

Tabel 6. Hasil Pengamatan

Tinggi Bacaan (dm) Beda


Tempat Titik Jarak
Alat Sudut Tinggi
Alat Bidikan (m)
(m) BA BT BB (m)

BM 15,9 15,2 14,4 0O 15 -0,14

IV 13,7 1 13,5 13 12,4 27O 11 0,08

2 8,3 7,3 6,5 114O 18 0,64


Nama : Adelya Triana E
NPM : 240110170012

3.1.1 Perhitungan
A. Jarak
1. Jarak BM = (BA-BB) x 100
= (15,9 – 14,4) x 100
= 150 dm = 15 m
2. Jarak 1 = (BA-BB) x 100
= (13,5 – 12,4)x100
= 110 dm = 11 m
3. Jarak 2 = (BA-BB) x 100
= ( 8,3– 6,5) x 100
=180 dm = 18 m
B. Beda Tinggi
1. Beda Tinggi BM = Hi - BT
= 13,7 – 15,1
= -1,4 dm = -0,14 m
2. Beda Tinggi 1 = Hi - BT
= 13,7 – 12,9
= 0,8 dm = 0,08 m
3. Beda Tinggi 2 = Hi - BT
= 13,7 – 7,3
= 6,4 dm = 0,64 m
= 13,7 – 12,9
= 0,8 dm = 0,08 m

4. Beda Tinggi 2 = Hi - BT
= 13,7 – 7,3
= 6,4 dm = 0,64 m
Nama : Adelya Triana E
NPM : 240110170012

3.2 Pembahasan
Praktikum kali ini melakukan pengukuran jarak dan sudut dengan
menggunakan alat ukur Waterpass. Waterpass sendiri adalah suatu alat ukur tanah
yang digunakan untuk mengukur beda ketinggian dalam posisi rata baik dalam
pengukuran horizontal maunpun vertikal. Pengukuran beda tinggi digunakan antara
lain untuk merancang jalan raya, jalan baja, dan saluran-saluran yang mempunyai
garis gradien sesuai dengan topografi yang dimiliki.
Penggunaan waterpass harus disertai dengan penggunaan rambu ukur
dimana pemegangan dari rambu ukur itu sendiri harus dipastikan dalam posisi yang
benar-benar tegak dan dalam pembacaan skalanya harus dilakukan dengan teliti
agar dapat menghasilkan angka yang sesuai. Praktikan juga harus memerhatikan
garis bidik mendatar, agar dapat memastikan apakah garis bidik tersebut sudah
benar - benar mendatar dapat menggunakan nivo tabung. Apabila gelembung nivo
seimbang, maka garis arah nivo pasti mendatar.
Pembidikan dilakukan pada tiga tempat titik bidikan. Titik bidikkan pertama
pada praktikum kali ini dilakukan dengan membidikan pada rambu ukur yang
berada pada posisi benchmark. Benchmark ini berfungsi sebagai patokan
pengukuran sudut karena benchmark dianggap dalam posisi sudut 0.
Hasil yang didapatkan praktikan dengan hasil yang didapatkan oleh Asisten
Dosen Praktikum Pemetaan Sumber Daya Lahan ini sedikit berbeda. Perbedaan
pada hasil pengukuran dapat disebabkan oleh beberapa sebab, diantaranya akibat
dari pengaturan waterpass yang tidak sempurna, kemudian dapat juga disebabkan
karena penempatan rambu ukur yang tidak paten, sehingga rambu ukur tidak berdiri
dengan tegak. Adapun kesalahan yang disebabkan dalam pembacaan rambu ukur
seperti kurangnya ketelitian mata dalam pembacaan alat waterpass dalam
pembacaan benang atas, benang bawah, dan benang tengah. Hal lain yang harus
diperhatikan juga ketika mendirikan tripod, ketiga kaki tripod harus sejajar agar
memudahkan dalam membidik acuannya dan memudahkan dalam pengaturan nivo.
Nama : Adelya Triana E
NPM : 240110170012

BAB IV
PENUTUP
4.2 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini yaitu :
1. Kesalahan membaca hasil pada waterpass disebabkan oleh 2 faktor yaitu
faktor alam dan faktor manusia.
2. Perbedaan hasil nilai pengukuran dikarenakan beberapa kekeliruan
diantaranya, kurang telitinya praktikan dalam membaca skala pada rambu
ukur dan perubahan rambu ukur atau rambu ukur goyang ataupun miring.

4.1 Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya yaitu :
1. Rambu ukur dipatenkan agar berada pada posisi berdiri tegak dan tidak
condong ke depan, belakang, kanan ataupun kiri.
2. Menggunakan payung untuk melindungi waterpass agar tidak terkena sinar
matahari langsung, karena sinar matahari sangat berpengaruh terhadap
kinerja alat terlebih pada bagian nivo.
Nama : Raka Fiqriyanda
NPM : 240110170015

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Praktikum
Tabel 7. Hasil Pengamatan Asisten Praktikum

Tinggi Bacaan (dm) Beda


Titik Sudut Jarak
Tempat Alat Alat tinggi
Bidikan BA BT BB (o) (m)
(m) (m)
BM 1,32 1,29 1,26 0 6 0,01
1 1,11 1,07 1,07 64 10 0,23
I 13
2 0,61 0,5 0,5 28 22 0,7

BM 1,4 1,35 1,305 0 9,5 -0,03

II 13,2 1 1,172 1,135 1,1 74 7,2 0,17

2 0,6 0,57 0,52 98 8 0,75

BM 1,6 1,54 1,48 0 12 -0,17

III 13,7 1 1,36 1,32 1,285 50,5 7,5 0,05

2 0,85 0,76 0,67 104 18 0,18

BM 1,59 1,51 1,42 0 17 -0,14

IV 13,7 1 1,34 1,3 1,27 131 7 0,07

2 0,8 0,8 0,66 114 14 6,4

Tabel 8. Hasil Pengamatan

Tinggi Bacaan (m) Beda


Tempat Titik Jarak
Alat Sudut Tinggi
Alat Bidikan (m)
(m) BA BT BB (m)

BM 1.51 1.46 1.41 0o II 13,2

II 13,2 1 1.28 1.24 1.2 61o 7,6 0,07

2 0.82 0.72 0.62 97o 13 0,622


Nama : Raka Fiqriyanda
NPM : 240110170015

3.1.1 Perhitungan
A. Jarak
1. Jarak BM = (BA-BB)x100
= (1.5 m - 1.41 m) x100
= 10 m
2. Jarak 1 = (BA-BB)x100
= (1.28 m - 1.2m)x100
=8m
3. Jarak 2 = (BA-BB)x100
= (0.82 m - 0.62 m)x100
= 20 m
B. Beda Tinggi
3. Beda Tinggi BM = Hi − BT
= 1.32 m – 1.46 m
= -0.14 m
4. Beda Tinggi 1 = Hi − BT
= 1.32 m – 1.24 m
= 0.08 m
5. Beda Tinggi 2 = Hi − BT
= 1.32 m – 0.72
= 0.6 m
Nama : Raka Fiqriyanda
NPM : 240110170015

3.2 Pembahasan
Praktikum kali ini, saya mengenal alat – alat yang digunakan untuk
mengukur kemiringan tanah, seperti hagameter, abney level, waterpass, dan
sebagainya. Selain itu, saya juga mencoba menggunakan alat – alat tersebut dengan
baik dan benar. Alat yang saya gunakan adalah waterpass. Waterpass adalah alat
ukur menyipat datar dengan teropong yang dilengkapi nivo dan sumbu mekanis
tegak sehingga dapat berputar ke arah horizontal. Saya belajar mulai dari
meletakkan waterpass pada tripod yang kami dirikan, mengatur sudut, mengatur
nivo, mengukur batas atas, batas tengah, dan batas bawah, serta kembali
merapihkan waterpass. Terdapat dua syarat utama sebelum melakukan pengukuran,
yaitu sudut azimuth dan titik koordinat. Saya mengukur dengan rambu ukur yang
diletakkan beberapa meter ke depan dari posisi kamu mengukur.
Saya mengukur pada tempat alat dua dan mengukur tiga titik bidikan rambu
ukur tersebut. Pada titik Bench Mark dengan sudut 0o, saya mendapatkan hasil batas
atas, batas tengah, dan batas bawah berturut turut sebesar 1.51 m, 1.46 m, dan 1.41
m. Titik selanjutnya atau titik satu dengan sudut 61o, saya mendapatkan hasil 1.28
m, 1.24m , dan 1.2 m. Titik terakhir atau titik dua dengan sudut 97o, saya
mendapatkan hasil 0.82 m, 0.72 m, dan 0.62 m. Setelah saya membandingkan hasil
pengukuran saya dengan hasil pengukuran pembimbing praktikum, terdapat
perbedaan tetapi tidak signifikan, sekitar 0.1 m sampai 0.2 m Perbedaan ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, seperti human error, kerusakan alat, dan
sebagainya. Masalah ini, yang menyebabkan perbedaan tersebut adalah human
error, karena rambu ukur yang saya ukur tidak diletakkan secara paten, melainkan
dipegang oleh teman mahasiswa secara bergantian, sehingga posisi rambu ukur bisa
berubah dan menyebabkan saya mendapatkan hasil berbeda dengan yang
seharusnya.
Nama : Raka Fiqriyanda
NPM : 240110170012

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini yaitu :
1. Waterpass adalah alat yang digunakan untuk mengukur kemiringan lahan
secara horizontal saja;
2. Kesalahan pada praktikum sering disebabkan oleh faktor human error seperti
kurang telitinya praktikan dalam membaca hasil, dan sebagainya.

4.2 Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya yaitu :
1. Rambu ukur diletakkan secara paten untuk meminimalisirkan kesalahan pada
praktikum;
2. Praktikan membawa topi atau payung agar tidak terkena paparan sinar
matahari yang banyak sehingga dapat lebih focus saat melakukan
pengukuran.
Nama : Adit Djati Permana
NPM : 240110170026

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Praktikum


Tabel 9. Hasil Pengamatan Asisten Praktikum
Bacaan (dm)
Tinggi Beda
Titik Sudut Jarak
Tempat Alat Alat tinggi
Bidikan BA BT BB (o) (m)
(m) (m)
BM 1,32 1,29 1,26 0 6 0,01
1 1,11 1,07 1,07 64 10 0,23
I 13
2 0,61 0,5 0,5 28 22 0,7

BM 1,4 1,35 1,305 0 9,5 -0,03

II 13,2 1 1,172 1,135 1,1 74 7,2 0,17

2 0,6 0,57 0,52 98 8 0,75

BM 1,6 1,54 1,48 0 12 -0,17

III 13,7 1 1,36 1,32 1,285 50,5 7,5 0,05

2 0,85 0,76 0,67 104 18 0,18

BM 1,59 1,51 1,42 0 17 -0,14

IV 13,7 1 1,34 1,3 1,27 131 7 0,07

2 0,8 0,8 0,66 114 14 6,4

Tabel 10. Hasil Pengamatan


Tinggi Bacaan Rambu (m)
Titik Sudut Jarak
Tempat Alat ∆h (m)
Bidik BA BT BB (⸰) (m)
(m)
BM 1,59 1,519 1,442 0 14,8 -0,149
IV 1,37 1 1,34 1,3 1,265 33 7,5 0,07
2 0,8 0,735 0,669 106 13,1 0,635
Nama : Adit Djati Permana
NPM : 240110170026

3.1.1 Perhitungan
1. Jarak = (BA-BB) x 100
A. Jarak IV (BM) = ( 1,59 – 1,442 ) x 100
= 14,8 m
B. Jarak IV (1) = ( 1,34 – 1,265 ) x 100
= 7,5 m
C. Jarak IV (2) = ( 0,8 – 0,669 ) x 100
= 13,1 m
2. Beda Tinggi ( ∆H ) = Hi – BT
A. ∆H IV (BM) = 1,37 – 1,519
= -0,149 m
B. ∆H IV (1) = 1,37 – 1,3
= 0,07 m
C. ∆H IV (2) = 1,37 – 0,735
= 0,63 m
Nama : Adit Djati Permana
NPM : 240110170026

3.2 Pembahasan
Praktikum kali ini membahas mengenai mengenal alat – alat utama ukur
wilayah, mendirikan, membidikan dan membaca alat ukur waterpass. Kesalahan
dalam mendirikan alat ukur waterpass menyebabkan kaki tiga menjadi tidak stabil.
Teknik membuka alat kaki tiga perlu diperhatikan dengan benar baik saat membuka
alat serta menyejajarkannya dengan dada praktikan dan juga memerhatikan lahan
sebagai peletakan tripod apakah terbebas dari berbagai halangan – halangan baik
dari bebatuan ataupun sampah, karena akan membuat kaki tiga kurang stabil
sehingga menyulitkan praktikan saat pengaturan nivo kotak. karena jika praktikan
membuka ke arah samping terlebih dahulu tentunya akan menyulitkan praktikan
pada saat pengaturan nivo kotak karena jika penempatan tripod yang kurang
seimbang dengan lahan atau bidang pengukuran, maka bidang peletakan waterpass
kurang stabil atau datar. Mengatur nivo kotak perlu dilakukan secara baik dan
benar, praktikan sebaiknya mendahulukan dua skrup yang tepat berada di bawah
nivo kotak dengan arah putaran tangan yang searah agar memudahkan proses
penempatan gelembung, agar gelembung berpindah ke posisi tengah nivo kotak.
Pemasangan unting - unting berguna untuk mengetahaui peletakan alat yang kita
letakan apakah sudah sejajar dan juga tegak dengan patok. Menggunakan alat
waterpass beserta tripod – nya, praktikan harus menjaga alat tersebut dengan baik
dengan meletakannya sesuai dengan tempat yang telah ditentukan dan
mengembalikannya seperti tempat semula, tidak lupa praktikan diwajibkan selalu
menutup tempat alat waterpass yang disimpan dengan menggunakan tutup plastik
yang disediakan dan menutup kembali alat ketika tidak digunakan atau pada saat
menggunakan alat waterpass.
Praktikum dilaksanakan dilapangan jadi sangat rentan terjadi kerusakan
baik itu karena debu dan sebagainya. Pengukuran dilakukan ke tiga titik yaitu titik
BM atau ( Bench Mark ) , titik 1, dan titik 2. Titik BM merupakan pusat dari
pengukuran dengan besar sudut 0°. Pembidikan dilakukan untuk mencari nilai
Batas Atas (BA), Batas Tengah (BT), Batas Bawah (BB), pada praktikum ini
dihitung juga besar sudut horizontal. Hasil pengukuran yang praktikan dapatkan
terdapat perbedaan dengan hasil yang telah asisten lakukan. Hasil pengamatan
peraktikum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran
Nama : Adit Djati Permana
NPM : 240110170026

sehingga hasil yang didapat oleh praktikan berbeda dengan hasil yang didapakan
oleh asisten. Kesalahan praktikan dalam membaca hasil pada rambu ukur
merupakan penyebab terjadinya perbedaan pengukuran.
Praktikan perlu memfokuskan terlebih dahulu titik bidikan, dengan
memutar tombol fokus agar posisi yang praktikan bidik bisa terlihat dengan jelas
akan mempengaruhi hasil yang tertera pada alat. Posisi benang stadia juga
mempengaruhi hasil pengukuran karena posisi benang stadia terkadang kurang
sejajar dengan rambu ukur. Sinar matahari pun ikut mempengaruhi hasil
pengukuran karena pandangan praktikan pada alat menjadi terganggu. Posisi
pemegang rambu ukur tentunya harus sejajar dengan patok dan pemegang rambu
ukur sebaiknya harus tegak dan tidak bergetar karena jika posisi rambu ukur
berpindah maka akan menyulitkan praktikan pada saat pembacaan hasil pengukuran
pada alat waterpass. Hasil yang didapatkan praktikan, selanjutnya dihitung
menggunaan rumus untuk mengukur jarak dan beda tinggi dengan menggunakan
rumus yang tersedia. Faktor yang menyebabkan terjadinya kesalahan dalam
perhitungan rumus biasanya disebabkan karena praktikan kurang teliti serta tidak
mengubah satuan pengukuran yang terdapat di waterpass dengan satuan meter.
Hasil akhir dari pengukuran ∆H dapat berupa nilai minus (-) disebabkan karena
lahan pengukuran yang kurang datar dan cenderung landai atau miring serta
permukaan lahan yang akan diukur rendah.
Nama : Adit Djati Permana
NPM : 240110170026

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Praktikum pengenalan alat ukur, mendirikan, membidik, dan membaca alat
ukur ini maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Peralatan pengukuran utama dalam pengukuran wilayah yaitu theodolite dan
juga waterpass.
2. Waterpass digunakan untuk mengukur beda ketinggian, jarak, dan sudut
horizontal.
3. Posisi mendirikan alat waterpass beserta kaki tiga perlu dilakukan tegak dan
juga sejajar dengan dada praktikan, dengan memperhatikan posisi
gelembung nivo agar berada di tengah kotak nivo yang mengindikasikan
bahwa posisi peletakan alat telah berada dalam posisi datar.
4. Membidik alat dengan menggunakan waterpass harus dilakukan secara teliti
serta posisi rambu ukur harus tegak agar memudahkan pembidik
menentukan hasil pengukuran.
5. Selisih perbedaan perhitungan jarak, sudut, dan beda tinggi saat pengukuran
dengan hasil yang didapatkan oleh asisten. Dipengaruhi oleh berbagai faktor
seperti, kesalahan praktikan dalam membaca hasil,sinar matahari, peletakan
alat yang kurang datar dan seimbang dengan lahan praktikum, rambu ukur
yang tidak tegak, posisi rambu ukur yang bergetar serta alat ukur dalam
kondisi kurang baik bisa mempengaruhi hasil pengukuran.
6. Hasil perhitungan beda tinggi dapat berupa nilai minus (-) disebabkan karena
lahan pengukuran yang kurang datar dan cenderung landai atau miring serta
permukaan lahan yang akan diukur rendah.
7. Kesalahan dalam menghitung hasil akhir disebabkan oleh beberapa faktor
yang menyebabkan terjadinya kesalahan dalam perhitungan rumus seperti,
praktikan kurang teliti serta tidak mengubah satuan pengukuran yang
terdapat di waterpass dengan satuan meter.
Nama : Adit Djati Permana
NPM : 240110170026

4.2 Saran
Saran pada praktikum mendirikan, membidik, dan membaca alat ukur
waterpass ada beberapa hal yaitu:
1. Posisi pada saat memegang alat praktikum sebaiknya dilakukan secara hati -
hati agar alat tersebut tidak mengalami kerusakan ataupun jatuh.
2. Memastikan rambu ukur berada dalam posisi tegak dan juga posisi tangan
pada saat memegang rambu ukur sebaiknya tegak dan tidak bergetar agar
hasil yang terlihat bisa lebih mudah terbaca.
3. Memastikan ketinggian kaki tiga serta memastikan ketinggian alat harus
sejajar dengan dada praktikan agar posisi melihat skala tidak berubah-ubah.
4. Menggunakan payung disarankan pada saat praktikum berlangsung untuk
memudahkan praktikan dalam membaca hasil yang tertera di waterpass dari
cahaya matahari dan bertujuan juga untuk melindungi alat dari sinar matahari
langsung.
Nama : Adit Djati Permana
NPM : 240110170026

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Hanafiah. 2005. Dasar – dasar Ilmu Tanah. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada
Hidayat, Opick. 2015. Ilmu Ukur Tanah Menghindari Kesalahan-
Kesalahan Menggunakan Alat Ukur Waterpass dan Theodolit.
Program Studi Alat Ukur Tanah FTS-UIM.
Muda, Iskandar. 2008. Teknik Survey dan Pemetaan Jilid 1. Jakarta : Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Nastiti, Ratna. 2014. Pengukuran Beda Tinggi dengan Waterpass. Program
Studi Teknik Sipil – POLINEMA.
Syarifudin, Akhmad. 2014. Pengertian Rambu Ukur. Situs Sumber Belajar
Direktorat Pembinaan SMK.
Nama : Adit Djati Permana
NPM : 240110170026

LAMPIRAN

Gambar 4. Pengenalan Alat Hagameter


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)

Gambar 5. Pengenalan Alat Clinometer


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)

Anda mungkin juga menyukai