Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PRAKTIKUM

MEKANIKA FLUIDA
(Friction Losses dan Local Losses)

Oleh :
Kelompok/Kelas : 6/A1
Hari, Tanggal Praktikum : Rabu, 12 Desember 2018
Nama (NPM) : 1. Sarah Salamah (240110170021)
2. Ghaitsa Hauralia A. (240110170022)
3. Andika D.B (240110170023)
4. Aji Trirahadi (240110170024)
5. Adit Djati .P. (240110170026)
6. Eldin Azhar I. (240110170027)
7. Abi Malik R. (240110170028)
Asisten Praktikum : 1. Dian Ayu Lestari
2. Encep Farokhi Arisandi
3. Nanda Rianiari Siagian
4. Raden Naufal Rizki Riandri
5. Yuza Ramadhan

LABORATORIUM SUMBER DAYA AIR


DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018
Eldin Azhar
240110170027

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mengalirkan fluida dari tempat yang satu ke tempat yang lain diperlukan
suatu peralatan. Peralatan utama yang digunakan, ada bagian-bagian yang tidak
kalah penting dimana dalam bagian ini, sering terjadi peristiwa-peristiwa yang
dapat mengurangi efisiensi kerja yang diinginkan. Bagian dari peralatan ini dapat
berupa pipa-pipa yang dihubungkan. Menggunakan pipa yang harus diperhatikan
adalah karakteristik dari fluida yang digunakan, misalnya : sifat korosi, explosive,
racun, suhu dan tekanan.
Kerugian energi pada aliran fluida antara lain dijumpai pada aliran dalam
pipa. Kerugian-kerugian tersebut diakibatkan oleh adanya gesekan dengan dinding,
perubahan luas penampang, sambungan, katup-katup, belokan pipa dan kerugian-
kerugian khusus lainnya. Belokan atau lengkungan kerugian energi aliran yang
terjadi lebih besar dibandingkan dengan pipa lurus. Faktor yang perlu diperhatikan
untuk mengalirkan fluida yaitu kehilangan tekanan dalam pipa. Kehilangan tekanan
dalam pipa dibedakan menjadi dua yaitu local losses dan friction losses. Friction
losses diartikan sebagai kehilanagn tekanan di sepanjang pipa yang di lewati aliran
fluida tersebut sentara local losses adalah kehilangan tekanan di setiap titik/titik
tertentu dan di setiap bend.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Mampu menentukan friction losses dan local losses
2. Mengetahui perhitungan friction losses dan local losses
Aji Trirahadi
240110170024

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hukum Bernoulli


Prinsip Bernoulli adalah sebuah istilah di dalam mekanika fluida yang
menyatakan bahwa pada suatu aliran fluida, peningkatan pada kecepatan fluida
akan menimbulkan penurunan tekanan pada aliran tersebut. Prinsip ini sebenarnya
merupakan penyederhanaan dari Persamaan Bernoulli yang menyatakan bahwa
jumlah energi pada suatu titik di dalam suatu aliran tertutup sama besarnya dengan
jumlah energi di titik lain pada jalur aliran yang sama. Prinsip ini diambil dari nama
ilmuwan Belanda yang bernama Daniel Bernoulli, dalam bentuknya yang sudah
disederhanakan, secara umum terdapat dua bentuk persamaan Bernoulli; yang
pertama berlaku untuk aliran tak-termampatkan (incompressible flow), dan yang
lain adalah untuk fluida termampatkan (compressible flow) menruut (Kanginan,
2007) terdapat jenis jenis aliran :

1. Aliran Tak-termampatkan

Aliran tak-termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan dengan tidak


berubahnya besaran kerapatan massa (densitas) dari fluida di sepanjang aliran
tersebut. Contoh fluida tak-termampatkan adalah: air, berbagai jenis minyak,
emulsi, dll. Bentuk Persamaan Bernoulli untuk aliran tak-termampatkan adalah
sebagai berikut:

………...………………(1)
Dimana:
v = kecepatan fluida
g = percepatan gravitasi bumi
h = ketinggian relatif terhadap suatu referensi
p = tekanan fluida
= densitas fluida
Persamaan di atas berlaku untuk aliran tak-termampatkan dengan asumsi-
asumsi sebagai berikut:
- Aliran bersifat tunak (steady state)
- Tidak terdapat gesekan (inviscid)

2. Aliran Termampatkan

Aliran termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan dengan berubahnya


besaran kerapatan massa (densitas) dari fluida di sepanjang aliran tersebut. Contoh
fluida termampatkan adalah: udara, gas alam, dll. Persamaan Bernoulli untuk aliran
termampatkan adalah sebagai berikut:

………………………….(2)
Dimana:
= energi potensial gravitasi per satuan massa; jika gravitasi konstan maka:
= entalpi fluida per satuan massa

2.2 Constant Head

Constant Head adalah suatu ketinggian yang tetap dimana ada suatu sirkulasi
yang mempertahankan agar ketinggiannya itu tetap terjaga. Biasanya di dalam
tabung tersebut terdapat suatu pipa yang dimana bila air dalam tabung telah penuh
maka air akan masuk ke suatu pipa lain, dan seperti sirkulasi yang menggunakan
volume air yang sama walaupun digunakan secara terus menerus (Frank, 1994).

Gambar 1. Constant Head


(Sumber : Frank dkk, 1994)
Hal ini dibuat dengan tujuan agar kita dapat mengetahui nilai kecepatan dan
tekanan suatu fluida yang mengalir dalam pipa. Untuk dapat membuat constant
head ini diperlukan beberapa alat tertentu yang kemudian dirancang seperti suatu
siklus agar air mengalir kembali ke tempat awal dimana hal itu merupakan proses
terjadinya constant head. Dan karena pipa yang dipasang mempunyai diameter yang
berbeda akan menyebabkan aliran fluida lebih cepat meninggi dari pada aliran
kembali ke asal, maka dipasang sebuah pipa di tengah tangki constant head yang
dihubungkan langsung keluar dan dihubungkan juga ke tangki utama dengan tujuan
membuang fluida yang melebihi garis constant head yang ditentukan (Frank, 1994).

2.3 Aliran Fluida

Aliran fluida merupakan pergerakkan massa atau partikel-partikel fluida.


Persoalan aliran fluida sesungguhnya sangat kompleks, sehingga tidak selalu dapat
diselesaikan dengan persamaan yang eksak, maka dari itu perlu dilakukan
percobaan untuk mendapatkan rumus empirik Selain itu, menurut (Sistanto, 2003),
perlu ada penyederhanaan-penyederhanaan atau pembatasan-pembatasan atau
asumsi-asumsi untuk dapat menyelesaikan persoalan aliran fluida, misalnya:

a. Aliran fluida
Aliran fluida memiliki beberapa tipe, yakni diantaranya sebagai berikut:
1. Aliran Tetap (Steady)
Aliran dimana pada suatu titik tertentu besarnya tekanan dan kecepatan
tidak berubah dengan waktu.
2. Aliran Tidak Tetap (Unsteady)
Aliran dimana pada suatu titik tertentu dan kecepatan berubah setiap saat.
3. Aliran Seragam (Uniform)
Aliran dimana kecepatan pada arah tertentu dari titik adalah konstan.
4. Aliran Tidak Seragam (Non Uniform)
Aliran dimana sifat aliran berubah dari titik ke titik sepanjang lintasan.
5. Aliran Laminar
Aliran dimana setiap partikel menempuh jalan tertentu yang tidak
berpotongan satu sama lain.
6. Aliran Turbulen (Turbulent)
Aliran dimana lintasan partikel tidak mempunyai lintasan tertentu atau
dengan lintasan yang saling berpotongan.
7. Aliran Mampu Mampat (Compressible Flow)
Aliran yang kerapatannya berubah-ubah sepanjang aliran.
8. Aliran Tak Mampu Mampat (Incompressible Flow)
Aliran yang kerapatannya tetap sepanjang aliran.

Gambar 2. Skema Aliran Dalam Pipa


(Sumber : Victor dkk, 1988)

9. Aliran Berdimensi
- Aliran Berdimensi 1 (1D)
Aliran dimana garis arus hanya mempunyai satu arah. Pada aliran 1D
biasanya tidak terdapat variasi tekanan, kecepatan, dan lain-lain.
- Aliran Berdimensi 2 (2D)
Aliran yang bergerak pada dua bidang dengan pola garis arus yang sama
pada masing-masing bidang, komponen kecepatan aliran mempnyai 2
dimensi.
- Aliran Berdimensi 3 (3D)
Aliran dengan komponen kecepatan tiga dimensi.
- Aliran mengikuti garis arus tertentu
Beberapa istilah yang perlu diketahui:
a. Garis arus
Garis arus merupakan garis lurus atau garis lengkung atau garis lengkung
khayal yang garis singgungnya di tiap titik menunjukan arah gerak satu
vektor kecepatan partikel fluida di titik itu.

b. Garis lintasan
Merupakan garis yang terbentuk oleh semua partikel yang telau melalui
titik-titik tertentu yang diketahui pada suatu saat, disebut juga jalan arus.
c. Pipa arus
Pipa arus merupakan kumpulan sejumlah garis yang membentuk suatu
lengkungan aliran tertentu.

Gambar 3. Garis Arus


(Sumber : Victor dkk, 1988)
Adit Djati P.
240110170026

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini yakni:
1. Dua buah pipa lurus yang dihubungkan dengan manometer air;
2. Bak Thorn;
3. Bak untuk Constant (berwarna biru);
4. Bak Limpasan;
5. Pompa air 200 Watt;
6. Gelas Ukur 1000 ml;
7. Bak Sirkulasi Air;
8. Ember;
9. Stopwatch;
10. Alat tulis dan mistar;
11. Kalkulator.

3.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu:
1. Air dalam sistem sirkulasi.
Sarah Salamah
240110170021

3.3.1 Diagram Alir


Diagram alir pada praktikum ini adalah:

Alat dan bahan


dipersiapkan

Debit dihitung dengan


3x percobaan

Mengitung ∆h

Friction Loses
dianalisis

Local Loses dianalisis

Gambar 4. Diagram Alir Prosedur Praktikum Pengukuran Friction Losses


dan Local Losses
Ghaitsa Hauralia
240110170022

3.3.1 Diagram Alir


Diagram alir pada praktikum ini adalah:

Gambar 5. Diagram Alir Prosedur Praktikum Pengukuran Friction Losses


dan Local Losses
Andika D.B
240110170022

3.3.1 Diagram Alir


Diagram alir pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:

Membuka stop Memeriksa semua stop


Mulai kran inlet dari BT keran BK menuju alat
ke BK ukur pada posisi tertutup

Memastikan Memasang kembali Mengukur dan Mencatat


instrumen terhubung selang pada kran BK debit pada setiap bukaan
dengan kran BK menuju instrumen stop kran BK

Memposisikan
instrumen yang Mengukur dimensi
terhubung pada Mencatat hasil
pipa pada instrumen percobaan
manometer dan
dengan meteran
terpasang pada
papan penyangga

Selesai

Gambar 6. Diagram Alir Prosedur Praktikum Pengukuran Friction Losses dan


Local Losses
Aji Trirahadi
240110170023

3.3.1 Diagram Alir


Diagram alir pada praktikum ini:

MULAI

Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan saat praktikum

Membuka dan
memeriksa pembuka kran

Mengukur panjang
pipa pada setiap belokan

Mengukur ketinggian
air pada manometer

Menghitung beda ketinggian


air pada manometer

Menghitung Debit Air

Menghitung Friction Losses


dan Local Losses

SELESAI

Gambar 7. Diagram Alir Prosedur Praktikum Pengukuran Friction Losses dan


Local Losses
Adit Djati
24011017026

3.3.1 Diagram Alir


Praktikum kali ini terdapat diagram alir yaitu :

Membuka dan memeriksa stop keran inlet dari


BK;

Melepaskan selang dan menetukan bukaan stop


keran BK serta menandainya;

Mencatat dan menghitung debit;

Memasang kembali dan memposisikan pipa


lurus yang telah dihubungkan manometer;

Membaca dan mencatat ketinggian air pada


manometer;

Memposisikan keran bak konstan dalam


keadaan tertutup;

Menghitung friction losses dan local losses


yang terjadi pada pipa instrumen.

Gambar 8. Diagram Alir Prosedur Praktikum Pengukuran Friction Losses dan


Local Losses
Eldin Azhar
24011017027

3.3.1 Diagram Alir


Praktikum kali ini terdapat diagram alir yaitu :

Gambar 9. Diagram Alir Prosedur Praktikum Hydraulic Gradient tahap


pengukuran.
Abi Malik
24011017028

3.3.1 Diagram Alir


Praktikum kali ini terdapat diagram alir yaitu :

Gambar 10. Diagram Alir Prosedur Praktikum Hydraulic Gradient tahap


pengukuran.
Sarah Salamah
240110170021

3.3.2 Prosedur
Prosedur yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah:

1. Menyiapkan Alat dan bahan


2. Menghitung debit air dengan 3x percobaan
3. Mengukur ketinggian air pada setiap selang lalu menghitung ∆ℎ
4. Menghitung Local dan Friction Loses

1
3
Ghaitsa Hauralia
240110170022

3.3.2 Prosedur
Prosedur yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah:
Prosedur yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah awalnya
menyiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan saat praktikum, kemudian
mengukur panjang selang, panjang dan diameter pipa yang digunakan. Selanjutnya
yaitu menyalakan keran air untuk mengaliri air ke dalam pipa untuk melakukan
perhitungan ketinggian selang air yang dihasilkan, lalu selanjutnya melakukan
langkah di atas secara kontinyu 5 kali dan mencatat data dari hasil yang didapatkan
pada tabel dan langkah terakhir yaitu melakukan perhitungannya.
Andika D.B
240110170023

3.3.2 Prosedur
Prosedur yang dilakukan saat praktikum adalah:
Prosedur praktikum ini dibagi kedalam dua tahap, yaitu tahap awal dan
tahap pengukuran. Tahap awal diawali dengan membuka stop kran inlet dari bak
thorn yang menuju bak konstan. Setelah itu memeriksa bahwa semua stop kran BK
yang menuju instrumen dalam posisi tertutup. Mengukur dan mencatat debit pada
setiap bukaan stop kran BK secara volumetrik dengan gelas ukur dan alat
penghitung waktu. Memasang kembali selang pada kran BK yang menuju ke
instrumen. Tahap pengukuran diawali dengan memastikan instrumen sudah
terhubung dengan selang BK. Kemudian memposisikan instrumen yang telah
terhubung dengan manometer, dan terpasang pada papan penyangga. Mengukur
dimensi pipa pada insturmen dengan meteran. Mencatat hasil pengukuran.
Aji Trirahadi
240110170024

3.3.2 Prosedur
Prosedur praktikum yang dilakukan adalah :
1. Tahap Awal
a. Pada saat mulai praktikum, asisten dosen akan membuka stop kran inlet
dari bak thorn yang menuju bak konstan.
b. Memeriksa semua stop kran bak konstan yang menuju ke alat ukur
(instrument) bermanometer harus dalam keadaan tertutup.
c. Melepaskan selang pada stop kran bak konstan, setelah itu menentukan
tiga bukaan untuk stop kran bak konstan. Setiap bukaan stop kran akan
menjadi inlet pada pengukuran.
d. Mengukur dan mencatat debit (Q) pada setiap bukaan stop kran bak
konstan secara volumentrik dengan menggunakan gelas ukur dan
stopwatch.
e. Memasang kembali selang pada pada kran bak konstan yang menuju ke
instrument.

2. Tahap Pengukuran
a. Memastikan bahwa instrument sudah terhubung dengan selang bak
konstan.
b. Memposisikan pipa lurus yang telah terhubung dengan manometer pada
posisi tegak lurus terhadap pipa penyangga.
c. Memposisikan kran bak konstan dalam keadaan tertutup.
d. Menghitung menggunakan meteran tinggi pipa Z1, Z2,dan Z3 terhadap
datum (lantai).
e. Membuka kran bak konstan dan membaca ketinggian air pada manometer.
f. Mencatat nilai V (kecepatan) dan P (tekanan) pada Z1, Z2,dan Z3.
g. Menutup kembali kran bak konstan.
h. Merubah posisi pipa lurus yang tergantung pada pipa penyangga (pipa
diberi perlakuan atau ditekuk) sehingga diperoleh ketinggian pipa yang
berbeda.
i. Membuka kran bak konstan dengan posisi pipa diberi perlakuan, dan
membaca ketinggian air pada manometer.
Adit Djati
24011017026

3.3.2 Prosedur
Praktikum kali ini terdapat prosedur praktikum yaitu :
1. Membuka stop keran inlet dari bak thorn menuju bak konstan.
2. Memeriksa stop keran Bak Konstan (BK) yang menuju ke alat ukur
(instrumen) bermanonemeter dalam keadaan tertutup.
3. Melepaskan selang pada stop keran Bak Konstan. Lalu menentukan bukaan
stop keran Bak Konstan.
4. Menandai dengan pasti karena setiap bukaan stop keran bak konstan akan
menjadi inlet pengukuran.
5. Mencatat dan menghitung debit (Q) bukaan stop keran secara volumetrik
dengan menggunakan dengan menggunakan gelas ukur dan stopwatch..
6. Memasang kembali selang pada stop keran Bak Konstan (BK) menuju alat
ukur (instrumen).
7. Memastikan bahwa Instrumen sudah terhubung dengan selang BK.
8. Memosisikan pipa lurus yang telah dihubungkan dengan manometer, pada
posisi tegak lurus terhadap pipa penyangga.
9. Membaca dan mencatat ketinggian air pada manometer (pada kolom P1, P2,
P3, P4) pada debit bukaan pertama (Q1)
10. Mengulangi langkah nomor 3‒9 sebanyak dua kali dengan debit yang
berbeda yaitu Q2 dan Q3.
11. Memposisikan keran Bak Konstan dalam keadaan tertutup.
12. Menghitung friction losses dan local losses yang terjadi pada pipa
instrumen.
13. Menggunakan persamaan Manning untuk mendapat nilai K dan K’
10
4 3 × 𝑛2 8
a) K = 𝜋2 × 𝐷16/3 b) K’ = 9,81 × 𝜋2 × 𝐷4

14. Diketahui nilai n (Manning) pada pipa PVC adalah 0,014.


15. Nilai k dapat diperoleh berdasarkan bentuk pipa pada instrumen.
Eldin Azhar
24011017027

3.3.2 Prosedur
Praktikum kali ini terdapat prosedur praktikum yaitu :
1. Mulai
Praktikan mempersiapkan diri sebelum praktikum, berdoa dan menulis laporan
pendahuluan yang telah disediakan;
2. Siapkan alat dan bahan
Praktikan menyiapkan alat-alat dan bahan yang akan digunakan dalam
praktikum, praktikan juga mengecek apakah alat dapat digunakan ddengan baik
atau tidak;
3. Mengukur debit pada 3 bukaan berbeda
Selanjutnya praktikan melakukan pengukuran besar debit aliran yang keluar
dari kran dengan menghitung waktu dan volume air yang keluar, pengukuran
dilakukan pada tiga bukaan kran yaitu bukaan penuh, bukaan 1/3 dan 2/3;
4. Mengukur ketinggian h1-h2
Pengukuran juga dilakukan pada ke manometer yang terdapat pada alat,
ketinggian h1 dan h2 diukur menggunakan mistar untuk diketahui nilai beda
tingginya;
5. Pengukuran panjang pipa dan analisis jenis pipa
Panjang dan diameter pipa juga dibutuhkan dalam proses perhitungan,
dengan demikian panjang dan diameter pipa ditentukan dengan pengukuran.
Analisis jenis pipa juga dilakukan pada pipa yang digunakan;
6. Pencatatan hasil pengukuran dan perhitungan
Hasil pengukuran yang didapatkan dicatat dan dimasukkan kedalam tabel
untuk selanjutnya digunakan untuk perhitungan sesuai rumus yang telah
disediakan;
7. Analisis hasil dan kesimpulan
Hasil yang didapatkan dari hasil pengukuran dan perhitungan dianalisis dan
dibandingkan satu sama lain untuk selanjutnya dibuat kesimpulan sesuai dengan
hasil yang didapatkan selama praktikum berlangsung; dan
8. Selesai
Praktikum selesai, praktikan membereskan kembali alat dan bahan.
Abi Malik
24011017028

3.3.2 Prosedur
Praktikum kali ini terdapat prosedur praktikum yaitu :
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum.
2. Mengisikan pipa inlet dengan aliran air yang diteruskan constant head.
3. Menghitung ketinggian air pada selang dan melakukannya dalam 3 kondisi
bukaan debit.
4. Menghitung dimensi panjang pada pipa dan selang.
5. Menghitung debit aliran serta tekanan dan kecepatan aliran di berbagai
titik yang telah ditetapkan.
Andika D.B
240110170023

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


Tabel 1. Debit

Debit pada Kran Bak Konstan


Bukaan Q (L/S) Qr (L/S)
1 0,225
2 0,225 0,228
3 0,235

Tabel 2. Pengukuran Ketinggian Air

N Qr h1 h2 ∆h h3 h4 ∆h h5 h6 ∆h h7 h8 ∆h
o
1. 0,2 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
28 86 98 12 85 92 07 69 7 01 53 74 21

Tabel 3. Data Friction Losses


Pipa Diameter L (m) K KL KLQ2
(m)
Entrance- 0,0254 0,24,4 2136917,9 521407,9676 27104,87179
A
A-B 0,0254 0,341 2136917,9 728689,0039 37880,16918

B-Bend 0,0254 0,124 2136917,9 264977,8196 13774,60697

Bend-C 0,0254 0,1905 2136917,9 407082,86 21161,7953

C-Socket 0,0254 0,085 2136917,9 181638,0215 9442,2709

Socket-D 0,0127 0,0845 21538782,75 1820027,1435 94612,2909


Sarah Salamah
240110170021

Pipa Diameter L (m) K KL KLQ2


(m)
D-Exit 0,0127 0,14 21538782,75 301542,9585 156754,09154

Tabel 4. Data Local Losses


Point k K’ kK’ Kk’Q2
Entrance 1,5 198511,8185 99255,98925 5159,79
Bend 0,26 198511,8185 51613,07281 2683,053
Socket 1,8 3176189,096 5717140,373 297199,825
Exit 1 3176189,096 3176189,096 165111,014

4.2 Perhitungan

4.2.1 Menghitung Debit Rata-Rata

Q1+Q2+Q3
Qr = 3

0.225+0.225+0.235
= 3

= 0,228

4.2.2 Menghitung Friction Losses

a) Entrance – A
410/3 . D2
K = 𝜋2 . D16/3
410/3 x 0.02542
= 𝜋2 x 0.025416/3

= 2136917.9
KL = 2136917.9 x 0.244
= 52140.9676
KLQ2 = 52140.9676 x 0.2282 = 27104.87179
b) A – B
10
4 3 . D2
K = 16
𝜋2 . D 3
410/3 x 0.02542
= 𝜋2 x 0.0254 16/3

= 2136917.9
KL = 2136917.9 x 0.341
= 728689.0039
KLQ2 = 728689.0039 x 0.2282 = 37880.16918
c) B – Bend
10
4 3 . D2
K = 16
𝜋2 . D 3
10
4 3 x 0.02542
= 16
𝜋 2 x 0.0254 3

= 2136917.9
KL = 2136917.9 x 0.124
= 264977.8196
KLQ2 = 264977.8196 x 0.2282 = 13774.60697
d) Bend – C
10
4 3 . D2
K = 16
𝜋2 . D 3
10
4 3 x 0.02542
= 16
𝜋 2 x 0.0254 3

= 2136917.9
KL = 2136917.9 x 19.05
= 407.08386
KLQ2 = 407.08386 x 0.2282 = 21161.7953
e) C – Socket
10
4 3 . D2
K = 16
𝜋2 . D 3
10
4 3 x 0.02542
= 16
𝜋 2 x 0.0254 3

= 2136917.9
KL = 2136917.9 x 0.085
= 181638.0215
KLQ2 = 181638.0215 x 0.2282 = 9442.2709

f) Socket – D
10
4 3 . D2
K = 16
𝜋2 . D 3
10
4 3 x 0.01272
= 16
𝜋 2 x 0.0127 3

= 21538782.75
KL = 21538782.75 x 0.845 = 1820027.1426

KLQ2 = 1820027.1426 x 0.2282 = 9461229.09


g) D – Exit
10
4 3 . D2
K = 16
𝜋2 . D 3
10
4 3 x 0.01272
= 16
𝜋 2 x 0.0127 3

= 21538782.75
KL = 21538782.75 x 0.014 = 3015429.585

KLQ2 = 3015429.585 x 0.2282 = 156754.09154


4.2.2 Menghitung Local Losses

a) Entrance
k = 0.5
8
K’ = 9 x 𝜋2 x D4
8
= 9 x 𝜋2 x 0.02544

= 198511.8185
kK’ = 0.5 x 198511.8185
= 99255.90925
kK’Q2 = 99255.90925 x 0.2282 = 5159.719
b) Bend
k = 0.26
8
K’ = 9 x 𝜋2 x D4
8
= 9 x 𝜋2 x 0.02544

= 198511.8185
kK’ = 0.26 x 198511.8185

= 51613.07281
kK’Q2 = 51613.07281x 0.2282 = 2683053
c) Socket
k = 1.8
8
K’ = 9 x 𝜋2 x D4
8
= 9 x 𝜋2 x 0.02544

= 198511.8185
kK’ = 1.8 x 198511.8185
= 357321.2733
kK’Q2 = 357321.2733 x 0.2282 = 18574.98907
d) Exit
k =1
8
K’ = 9 x 𝜋2 x D4
8
= 9 x 𝜋2 x 0.01274
= 3176189.096
kK’ = 1 x 3176189.096
= 3176189.096
kK’Q2 = 3176189.096 x 0.2282 = 165111.014
Sarah Salamah
240110170021

4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini membahas mengenai Local Loses atau adanya kehilangan
energy mekanik yang disebbakan oleh adanya sambungan-sambungan pada pipa
serta Friction Loses atau kehilangan energy mekanik yang disebabkan karena
adanya gesekan antar cairan, turbulensi serta gesekan dengan dinding pipa
yangterjadi di sepanjang pipa. Pada tahap awal, praktikan dipersilahkan untuk
menghitung debit air pada bak constant. Pada bukaan pertama, besarnya debit
sebesar 0.225 l/s, pada bukaan kedua sama dengan bukaan pertama yaitu sebesar
0.225 l/s, dan pada bukaan ketiga sebesar 0.25 l/s. diperoleh rata-rata debit air
sebesar 0.228 l/s.selanjutnya kami dipersilahkan untuk menghitung besarnya beda
ketinggian (∆h) pada setiap pipa yang ada. Diperoleh sebesar 1.2 m, 0.7 m, 0.1 m
dan 2.1 m.
Analisis Friction Loses dilakukan pada sepanjang pipa sebelum ada
sambungan. Karna Friction Loses merupakan kehilangan tekanan yang diakibatkan
karna aliran air itu sendiri. Dari awal masuk air atau Entrance ke titik A,didapatkan
nilai k (koefisisen head loses) sebesar 2136917.9. Perlui diketahui nilai k akan
berlaku apabila kecepatan aliran seragam (uniform) serta distribusi tekanan
hidrostatik. Besarnya nilai k dipengaruhi oleh diameter dimana semakin besar
diameter maka nilai k akan semakin kecil. Pada Friction Loses ini dibagi menjadi
7 bagian sesui dengan jumlah aliran sebelum sabungan yaitu Entrance ke A, A ke
B, B ke Bend, Bend ke- C, C ke Socket, Socket’ ke D dan D ke Exit. Karena dari
entrance ke socket diameter pipa sama yaitu 0.0254 m, kmaka nilai k yang diperolah
juga sebesar 2136917.9. Sedangkan dari socket hingga exit nilai k yang diperoleh
sebesar 21538782,75 dengan diameter sebesar 0.0127 m. Harga KL yang diperoleh
setipa bagian berbeda-beda tergantung panjang bagian pipa itu sendiri. Semakin
panjang pipa maka harga KL akan semakin besar.begitu pula dengan KLQ2
semakin besar panjang pipa makan nilainya akan semakin besar.
Analisis Local Loses dilakukan pada setiap sambungan pipa. Sehingga hanya
dibagi kedalam 4 bagian yaitu Entrance saat air masuk pertama kali kedalam pipa,
Bend, Socket serta Exit saat keluar. Dengan koefiesien head loses yang berbeda,
yaitu Entrance sebesar 0,5, Bend sebesar 0,26, Socket 1,8, serta Exit 1. Nilai K’
dari Entrance hingga Socket sebesar 198511,8185 sedangkan exit sebesar
3176189,096. Nilai kK’Q2 akan beganatung dengan nilai k dan K’ pada setiap
sambungan pipa.
Ghaitsa Hauralia
240110170022

4.2 Pembahasan
Andika D.B
240110170023

4.2 Pembahasan
Aji Trirahadi
240110170025

4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini praktikan melakukan beberapa percobaan untuk
membuktikan teori Hukum Bernoulli. Dengan rata-rata 0,228 L/s debit yang berasal
dari constant head yang kemudian dialirkan menuju bak limpasan melalui
manometer sebagai pengukur besar tekanan dan kecepatan sehingga diperoleh
tekanan dan kecepatan melalui elevasi yang merupakan ketinggian aliran air
terhadap datum. Proses tersebut dilakukan sebanyak 3 kali tanpa perlakuan dan 3
kali dengan perlakuan.
Dari data yang didapat, tekanan dan kecepatan akan semakin menurun ketika
ketinggian pipanya bertambah. Dengan demikian semakin kecil tinggi pipa maka
semakin besar kecepatan dan tekanannya. Dari proses tersebut dapat disimpulkan
bahwa hubungan antara tekanan dengan kecepatan adalah berbanding lurus karena
makin besar tekanannya maka makin besar pula kecepatannya. Karena adanya
pengaruh gravitasi dan gesekan dalam pipa menyebabkan air yang mengalir naik
dari tempat rendah ke tempat tinggi akan kehilangan kecepatan dan tekanannya.
Percobaan dengan dan tanpa perlakuan, air yang mengalami perlakuan
cenderung lebih cepat sehingga tekanannya pun lebih besar, sehingga diperoleh
data P2 dan V2 yang lebih besar dibandingkan P1 dan V1. Dalam praktikum kali ini
masih mengalami beberapa kesalahan yang disebabkan kurang nya ketelitian
maupun alat-alat yang kurang baik ditambah kondisi air yang berubah-ubah karna
perlakuan yang kurang tepat.
Semua percobaan yang dilakukan menunjukan hasil yang tidak sesuai dengan
teori. Hasil dari praktikum kali menunjukkan nilai KLQ2 (Friction Losses) adalah
2576,539 pada pipa AB ; 206,1232 pada pipa BC ; 3607,155 pada pipa CD ;
154,592 pada pipa DE ; 834,798 pada pipa EF ; 401,940 pada pipa FG ; 1700,516
pada pipa GH ; 1391,331 pada pipa HI ; 247,347 pada pipa IJ ; 257,653 pada pipa
JK ; 31996,435 pada pipa KL ; 14543,834 pada pipa LM ; 12466,136 pada pipa MN
; 52357,802 pada pipa ND. Hasil atau nilai dari Local Losses (Kk'Q2) yang kami
dapatkan adalah 1575,786815 pada point A ; 10,40019298 pada point F’ ;
1575,786815 pada point J’ ; 50425,17809 pada point O.
Faktor yang mempengaruhi tekanan adalah tinggi rendahnya alat ; dan
temperature. Dalam Mekanika Fluida head tekanan adalah energi internal dari
Aji Trirahadi
240110170024

cairan karenatekanan yang diberikan pada dasar wadah dari cairan tersebut atau
bisa diartikan bahwa head tekanan menyatakan tinggi suatu kolom fluida, dimana
fluida dituju bernilai homogen atau sejenis yang akan menghasilkan kekuatan
tekanan tertentu.
Adit Djati Permana
240110170026

4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini membahas tentang Friction Losses & Local Losses.
Friction losses merujuk pada kehilangan energi pada cairan pada saat bergerak
melalui selang, pipa, atau ruang terbatas lainnya. Friction losses bergantung pada
kondisi aliran dan sifat fisik sistem, gerakan cairan molekul terhadap satu sama lain,
gerakan molekul fluida terhadap permukaan dalam pipa atau sejenisnya, terutama
jika permukaan dalamnya kasar, bertekstur, atau tidak halus, setya turbulensi.
Local losses sama seperti halnya friction losses, namun, faktor yang menyebabkan
terjadinya local losses berbeda yaitu entrance, valve, bend, exit, kontraksi serta
ekspansi. Pipa tersebut tedapat bagian – bagiannya seperti Entrance (jalan masuk
awal), Bend (lekukan), Socket, dan Exit (jalan keluar) dengan rincian : Entrance –
A, A-B, B – Bend, Bend – C, C – Socket, Socket’ – D, serta D – Exit.
Debit yang didapatkan pada keran bak konstan dengan bukaan satu, dua, dan
tiga secara berturut – turut sebesar 0.225 l/s, 0.225 l/s, dan 0.235 l/s sedangkan
untuk nilai Qr ketiga bukaan sebesar 0.228 l/s. Hasil pengamatan dapat diketahui
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi suatu debit air adalah kecepatan dan luas
penampang. Kecepatan berbanding lurus dengan debit air, semakin besar kecepatan
aliran dan diameter pipa, maka akan semakin besar pula debit air yang mengalir.
Selain itu dapat diketahui juga pengaruh tinggi terhadap tekanan dimana semakin
tinggi suatu aliran dalam pipa, maka tekanan dalam pipa nya pun akan semakin
besar. Faktor yang mempengaruhi kecepatan aliran dalam pipa adalah beda tinggi,
beda tekanan, diameter pipa, kehalusan permukaan, valve, belokan (bend),
viskositas, dan faktor lainnya. Dari hasil praktikum juga kita dapat menentukan
nilai ΔH dengan cara menjumlahkan nilai Friction Losses dengan nilai Local Losses
sehingga ΔH yang didapatkan sebesar 0.021.
Mendapatkan beberapa kendala pada saat pengukuran yaitu terdapat
gelembung pada selang yang membuat praktikan harus mengeluarkannya terlebih
dahulu, karena jika terdapat gelembung di dalam selang akan mengakibatkan
kesalahan dalam pembacaan pada manometer sehingga mengakibatkan tidak
akuratnya hasil dari perhitungan.
Eldin Azhar
240110170027

4.2 Pembahasan
Abi Malik
240110170028

4.2 Pembahasan
Sarah Salamah
240110170021

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah:
1. Analisis Friction Loses dilakukan pada sepanjang pipa sebelum ada sambungan
karna Friction Loses merupakan kehilangan tekanan yang diakibatkan karna aliran
air itu sendiri.
2. Besarnya nilai k dipengaruhi oleh diameter dimana semakin besar diameter maka
nilai k akan semakin kecil.
3. Local Loses disebabkan oleh adanya sambungan-sambungan pada pipa.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan adalah:
1. Pengukuran panjang pada setiap pipa serta pembacaan volume air sebaiknya
dilakukan oleh orang yang sama agar data yang dihasilkan lebih akurat.
2. Sambungan pipa sebaiknya diukur dengan leboh teliti karna dapat
mempengaruhi perhitungan.
Ghaitsa Hauralia
240110170022

BAB V
PENUTUP
Andika D.B
240110170023

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah:
Aji Trirahadi
240110170024

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum kali ini adalah:
1. Semakin besar tekanan maka semakin besar kecepatannya.
2. Aliran fluida dipengaruhi oleh tekanan, kecepatan, elevasi dan massa jenis
3. Apabila posisinya naik, air yang mengalir dalam pipa akan mengalami
kehilangan tekanan dan kecepatan
4. Semakin besar debit maka tekanan dan kecepatannya akan semakin
bertambah.
5. Semakin kecil diameter pipa maka nilai friction lossesnya akan semakin
besar, demikian juga sebalikya. Disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
bergantung pada kondisi airan dan sifat fisik sistem, gerakan cairan molekul
terhadap satu sama lain, gerakan molekul fluida terhadap permukaan dalam
pipa atau sejenisnya, dan nilasi turbulensi.

5.2 Saran
Adapun sarang yang dapat diberikan pada prakikum kali ini adalah
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk perhitungan hasil dari percobaan dan
memilih jadwal praktikum yang sesuai dengan percobaan dan perhitungan yang
akan dilakukan agar tidak bentok dengan sholat Dzuhur.
Adit Djati
240110170026

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum kali ini adalah:
1. Friction Losses adalah kehilangan energi di sepanjang pipa akibat gesekan
antara air dengan permukaan dalam pipa.
2. Local Losses adalah kehilangan energi pada suatu titik akibat adanya kontraksi
tiba-tiba, belokan (bend), dan katup (valve).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu debit air adalah kecepatan dan luas
penampang. Semakin besar kecepatan aliran dan diameter pipa, maka akan
semakin besar pula debit air yang mengalir.
4. Faktor yang mempengaruhi kecepatan aliran dalam pipa adalah beda tinggi
(elevasi), beda tekanan, diameter pipa, kehalusan permukaan, valve, belokan
(bend), viskositas, dan faktor lainnya.
5. Tinggi elevasi berbanding lurus dengan tekanan, namun berbanding terbalik
dengan kecepatan.
6. Menentukan nilai ΔH dapat dilakukan dengan cara menjumlahkan nilai
Friction Losses dengan nilai Local Losses sehingga nilai ΔH yang didapatkan
sebesar 0.021 .
7. Debit yang didapatkan pada keran bak konstan dengan bukaan satu, dua, dan
tiga secara berturut – turut sebesar 0.225 l/s, 0.225 l/s, dan 0.235 l/s sedangkan
untuk nilai Qr ketiga bukaan sebesar 0.228 l/s.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan untuk praktikum kali ini adalah:
1. Praktikan sebaiknya memastikan tidak ada gelembung pada selang, karena
gelembung udara ini sangat mempengaruhi keakuratan data.
2. Melakukan pengecekan terhadap alat yang akan digunakan. Memastikan alat
tidak ada yang rusak/bocor.
Eldin Azhar
240110170027

BAB V
PENUTUP
Abi Malik
240110170028

BAB V
PENUTUP
Adit Djati
240110170026

DAFTAR PUSTAKA
Frank M. White. 1994. Mekanika Fluida. Jakarta : Erlangga

Sistanto, Bambang Aris. 2003. Mekanika Fluida. Program Studi Teknik Pertanian.
Universitas Padjadjaran: Jatinangor.

Victor L. Streeter, E. Benjamin Wylie. 1988. Mekanika Fluida. Jakarta : Penerbit


Erlangga
Adit Djati
240110170026

LAMPIRAN

Gambar 11. Bukti Mendeley

Gambar 12. Pengaliran Air ke Pipa

Gambar 13. Local Losses dan Friction Losses

Anda mungkin juga menyukai