LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PASCA PANEN
(Kesetimbangan Massa)
Oleh :
Nama : Adit Djati Permana
NPM : 240110170026
Hari, Tanggal Praktikum : Jumat, 12 April 2019
Waktu / Shift : 15.00 - 17.00 WIB / A1
Co. Ass : 1. Dannisa Fathiya Rachma
2. Dina Aprilia
3. Faly Ananda Zahira
4. Siti Ismaya Syahnur
2.5 Refraktometer
Refraktometer tipe hand-held adalah salah satu alat yang dapat digunakan
untuk menganalisis kadar sukrosa pada bahan makanan atau bahan hasil pertanian.
Satuan skala pembacaan refraktometer yaitu °brix, yaitu satuan skala yang
digunakan untuk pengukuran kandungan padatan terlarut Skala °Brix dari
refraktometer sama dengan berat gram sukrosa dari 100 g larutan sukrosa. Jika yang
diamati adalah daging buah, skala ini menunjukkan berat gram sukrosa dari 100 g
daging buah (Ihsan, 2010).
2.5.1 Prinsip Kerja Refraktometer
Refraktometer bekerja menggunakan prinsip pembiasan cahaya ketika
melalui suatu larutan. Ketika cahaya datang dari udara ke dalam larutan maka
kecepatannya akan berkurang. Fenomena ini terlihat pada batang yang terlihat
bengkok ketika dicelupkan ke dalam air. Refraktometer memakai prinsip ini untuk
menentukan jumlah zat terlarut dalam larutan dengan melewatkan cahaya ke
dalamnya. Sumber cahaya ditransmisikan oleh serat optik ke dalam salah satu sisi
prisma dan secara internal akan dipantulkan ke interface prisma dan sampel larutan.
Bagian cahaya ini akan dipantulkan kembali ke sisi yang berlawanan pada sudut
tertentu yang tergantung dari indeks bias larutannya.(Ihsan, 2010).
2.5.2 Bagian-bagian Refraktometer
2.7 Larutan
Larutan adalah suatu campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat
dalam komposisi yang bervariasi. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan
disebut (zat) terlarut. Zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam
larutan disebut pelarut. Sifat suatu larutan dipengaruhi oleh susunan komposisinya
(Petrucci. 1985).
Konsentrasi larutan adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan
perbandingan jumlah zat terlarut terhadap pelarut. Konsentrasi larutan adalah
komposisi yang menunjukkan dengan jelas perbandingan jumlah zat terlarut
terhadap pelarut. Kelarutan dapat kecil atau besar sekali, dan jika jumlah zat terlarut
melewati titik jenuh, zat itu akan keluar (mengendap di bawah larutan). Suatu
larutan dapat mengandung lebih banyak zat terlarut dari pada dalam keadaan jenuh
(Adha, S. D. 2015).
BAB III
METODOLOGI
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut.
1. Air
2. Gula pasir
3. Kertas tisu
4.1 Tabel
Tabel 1. Hasil Pengukuran Pengentalan Gula
Waktu (menit) Pengentalan (brix) ln (Xf-Xt)
0 0 -
5 5,5 3,1986
10 8 3,0910
15 11 2,944
20 11,5 2,917
25 11,5 2,917
30 13 2,833
5 23 -
10 22,1 -0,10536
15 20,9 0,7419
20 20 1,0986
25 20 1,0986
30 19,2 1,3350
Tabel 3. Perubahan Volume Proses Pengentalan
Waktu (menit) Volume (ml)
0 500
1 505
2 520
3 530
4 540
5 550
4.2 Perhitungan
V awal air = 500 ml
V awal larutan gula = 500 ml
Setelah dibuka katup selama:
1 menit
V air = 505 ml
V larutan gula = 480 ml
(500−505) 𝑚𝑙
Q input pengentalan =
60 𝑠
= 0,83 ml/s
(480−500) 𝑚𝑙
Q input pengenceran =
60 𝑠
= -0,083 ml/s
2 menit
V air = 520 ml
V larutan gula = 470 ml
(520−505) 𝑚𝑙
Q input pengentalan =
120 𝑠
= 0,125 ml/s
(470−480) 𝑚𝑙
Q input pengenceran =
120 𝑠
= -0,083 ml/s
3 menit
V air = 530 ml
V larutan gula = 470 ml
(530−520) 𝑚𝑙
Q input pengentalan =
180 𝑠
= 0,05 ml/s
(470−470) 𝑚𝑙
Q input pengenceran =
180 𝑠
= 0 ml/s
4 menit
V air = 540 ml
V larutan gula = 465 ml
(540−530) 𝑚𝑙
Q input pengentalan =
240 𝑠
= 0,1667 ml/s
(465−470) 𝑚𝑙
Q input pengenceran =
240 𝑠
=-0,02 ml/s
5 menit
V air = 550 ml
V larutan gula = 480 ml
(550−540) 𝑚𝑙
Q input pengentalan =
300 𝑠
= 0,03 ml/s
(480−465) 𝑚𝑙
Q input pengenceran =
300 𝑠
= 0,05 ml/s
4.3 Grafik
0,8
0,6
0,4
0,2
0
-0,2 0 5 10 15 20 25 30 35
Waktu (mnt)
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut.
1. Prinsip dari kesetimbangan massa adalah total berat yang masuk (input) ke
dalam suatu tahap proses atau proses keseluruhan akan sama dengan total
berat dari output-nya.
2. Steady state adalah kondisi sewaktu sifat-sifat suatu sistem tak berubah
dengan berjalannya waktu atau dengan atau kata lain,konstan.
3. Unsteady state adalah kondisi sewaktu sifat-sifat suatu sistem berubah
dengan berjalannya waktu.
4. Derajat Brix merupakan banyaknya gula dalam gram yang larut dalam 100
gram sirup bias disebut juga persen gula.
5. Pengentalan adalah proses untuk mengurangi atau menghilangkan
sebagian air yang terkandung dalam suatu produk hasil pengolahan bahan
hasil pertanian.
6. Pengenceran merupakan proses penurunan suatu larutan akibat adanya
pencampuran bahan pelarut.
7. Proses pengentalan, kadar brix mengalami peningkatan terus menerus hal
tersebut menunjukan pengentalan terjadi jika zat terlarut mengalami
peningkatan konsentrasi.
8. Proses pengenceran, kadar brix mengalami penurunan, hal tersebut
menunjukan pengenceran terjadi apabila kadar atau konsentrasi suatu zat
menurun akibat adanya aliran yang mengalir ke tabung air yang memiliki
konsentrasi lebih rendah.
9. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil praktikum seperti kondisi alat
yang kurang baik (bocor), proses pengadukan bahan yang tidak konstan,
refraktometer yang belum dikalibrasi, dan sebagainya.
10. Hasil akhir nilai brix dan nilai pengentalan sebesar 13 brix dan 2,833, nilai
akhir brix dan nilai pengenceran sebesar 30 brix dan tak terhingga.
6.2 Saran
Saran dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut.
1. Seharusnya mengecek kondisi alat sebelum praktikum sehingga, karena
kondisi alat yang rusak membuat hasil yang didapatkan tidak sesuai
dengan literatur.
2. Sebaiknya posisi selang sejajar agar hasil yang didapatkan sesuai.
3. Sebaiknya memastikan gelembung udara pada selang hilang sehingga laju
aliran lancar.
4. Seharusnya mengaduk larutan gula secara konstan agar hasil yang
didapatkan maksimal.
5. Sebaiknya mengkalibrasi ulang refraktometer sebelum digunakan agar
hasil yang didapatkan sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Adha. S. D. 2015. Pengaruh Konsentrasi Larutan HNO3 dan Waktu Kontak
Terhadap Desorpsi Kadmium (II) yang Terikat Pada Biomassa Azolla
Micropylla-Sitrat. Kimia Student Journal. Vol.1 (1) : 636-642
Harrill, R. 1998. Using a Refractometer to Test the Quality of Fruits & Vegetables.
Pineknoll Publishing.
Ihsan, F. 2010. Teknik Analisis Kadar Sukrosa pada Buah Pepaya Terdapat pada:
http://pustaka.litbang.pertanian.go.id/publikasi/bt151103.pdf (Diakses pada
Senin, 11 April 2019 pukul 21.25 WIB)
Indah, 2014. Jenis – Jenis Aliran. Program Studi Teknik Pangan FT – UNPAS.
Petrucci, R.H. 1985. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 2. Jakarta :
Gramedia.
Dokumentasi Praktikum
Gambar 5. Pengukuran
Gambar 4. Pengadukan Gula
Menggunakan Refraktometer