Anda di halaman 1dari 21

Nilai :

LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PASCA PANEN
(Kesetimbangan Massa)

Oleh :
Nama : Adit Djati Permana
NPM : 240110170026
Hari, Tanggal Praktikum : Jumat, 12 April 2019
Waktu / Shift : 15.00 - 17.00 WIB / A1
Co. Ass : 1. Dannisa Fathiya Rachma
2. Dina Aprilia
3. Faly Ananda Zahira
4. Siti Ismaya Syahnur

LABORATORIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI PROSES


TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesetimbangan adalah keadaan dimana suatu bahan memiliki kondisi reaksi
bolak-balik dimana reaktan dan produk memiliki jumlah yang tetap.
Kesetimbangan Massa digunakan untuk mengetahui keluar-masuknya (inflow-
outflow) bahan dalam suatu proses. Kesetimbangan massa juga digunakan untuk
menetapkan jumlah / kuantitas berbagai bahan dalam setiap aliran proses.
Kesetimbangan massa pada kenyataanya jarang terjadi, hanya saja mendekati.
Proses pengolahan industri pertanian konsep kesetimbangan massa ini sangat
penting. Konsep kesetimbangan merupakan parameter pengendali dalam proses
penanganan (khususnya dapat dipakai untuk mengetahui hasil yang diperoleh dari
suatu proses). Prosedur perhitungan kesetimbangan massa sangat berguna antara
lain untuk mengetahui formulasi bahan, mengetahui komposisi produk yang
dihasilkan dari suatu proses pencampuran, mengetahui besarnya rendemen dari
suatu hasil produksi, dan atauuntuk mengetahui efisiensi pemisahan dalam suatu
sistem pemisah mekanik.
Proses pemekatan sari mangga contohnya, seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya bahwa laju massa yang masuk ke dalam proses pemekatan harus sama
dengan laju massa yang keluar dari proses pemekatan, maka apabila massa yang
masuk ke dalam sistem adalah sebesar 2270 kg/jam maka massa yang keluar
haruslah 2270 kg/jam. Praktiknya di lapangan produk yang dihasilkan hanya
memiliki massa sebesar 500 kg/jam. Selisih massa yang hilang tersebut tidak benar-
benar hilang melainkan diubah menjadi massa dalam bentuk lain dalam hal ini
massa tersebut diubah menjadi air yang teruapkan akibat dari proses pemekatan
tersebut.
Laju massa masuk dan laju massa keluar yang harus sama tersebut merupakan
kesetimbangan massa. Proses pengolahan bahan pangan yang memanfaatkan
hukum tersebut adalah proses pengenceran dan juga proses pengentalan,
bermanfaat untuk menganalisis suatu proses pengolahan hasil pertanian dalam
menentukan komposisi produk setelah dilakukan serangkaian proses. Praktikum
kali ini, akan dibahas mengenai proses pengentalan dan pengenceran larutan gula
dengan kesetimbangan massa.

1.1 Tujuan Praktikum


1.2.1 Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Mahasiswa dapat mempelajari kesetimbangan massa secara umum.
1.2.2 Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
a. Mempelajari keadaan sistem steady dan unsteady state dengan larutan
gula.
b. Menentukan model neraca massa steady state pada air massa dan unsteady
state pada komponen gula.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Steady State dan Unsteady State


Keadaan tunak (steady state) adalah kondisi sewaktu sifat-sifat suatu sistem
tak berubah dengan berjalannya waktu atau dengan kata lain, konstan. Suatu sistem
berada dalam keadaan tak tunak apabila keadaannya mengalami perubahan
terhadap waktu tertentu. Contohnya adalah saat menghidupkan (startup) atau
mematikan (shutdown) turbin, kompresor, dan motor. Selain itu bejana
yang sedang diisi atau dikosongkan juga termasuk dalam keadaan tak tunak
(Indah, 2014).

2.2 Brix Degree


Brix adalah jumlah zat padat semu yang larut (dalam gram) setiap 100 gram
larutan. (Harril, 1998). Untuk mengetahui banyaknya zat padat yang terlarut dalam
larutan (brix) diperlukan suatu alat ukur, antara lain:
a. Pengukuran brix dengan Piknometer. Piknometer adalah suatu alat untuk
menentukan berat jenis benda, dengan menggunakan piknometer yang berisi
air kemudian setelah itu piknometer diisi larutan gula, dan setelah dikoreksi
dengan temperatur maka dapat dihitung berat jenis larutan tersebut.
b. Penentuan brix dengan hydrometer (Timbangan brix). Alat ini paling umum
pemakaiannya di pabrik, karena pemakaiannya mudah dan cepat. Prinsip
kerjanya adalah bahwa gaya ke atas yang diambil dari suatu benda yang
dicelupkan dalam cairan tergantung dari berat jenis cairan.
c. Pengukuran brix dengan Indeks Bias. Indeks bias suatu larutan gula atau nira
mempunyai hubungan yang erat dengan brix. Artinya bahwa jika indeks bias
nira bisa diukur, maka brix nira dapat dihitung berdasarkan indeks bias
tersebut. Alat untuk mengukur brix dengan indeks bias dinamakan
refraktometer.
2.3 Pengentalan dan Pengenceran
Pengentalan adalah proses untuk mengurangi atau menghilangkan sebagian
air yang terkandung dalam suatu produk hasil pengolahan bahan hasil pertanian.
Tujuan dari pengentalan adalah untuk mengurangi atau meminimalkan volume air
yang terkandung dalam produk tersebut. Pengentalan banyak dilakukan terhadap
bahan pangan cair. Pengentalan dapat dialkukan dengan menaikkan suhu produk
sampai pada titik didihnya dalam waktu tertentu. Atau bagi produk bahan hasil
pertanian yang sensitif terhadap suhu yang panas, dapat dilakukan dengan tekanan
vakum. Pengenceran merupakan proses penurunan suatu larutan akibat adanya
pencampuran bahan pelarut. Semakin tinggi konsentrasi maka ikatan antara
partikelnya semakin kuat, sebaliknya semakin rendah konsentrasi maka ikatan antar
partikelnya akan semakin lemah (Fahmi, 2015).

2.4 Kesetimbangan Massa


Prinsip hukum kekekalan massa menerangkan bahwa massa tidak dapat
terbentuk atau dihilangkan didalam suatu proses fisis atau kimia. Kesetimbangan
massa menjelaskan mengenai massa bahan yang melewati operasi pengolahan.
Setiap bentuk kesetimbangan didasari oleh hukum konservasi dimana jika proses
berlangsung tanpa terjadi akumulasi, maka massa yang masuk ke dalam sistem akan
sama dengan massa yang ke luar sistem. Kesetimbangan massa didasarkan pada
prinsip dari hukum kekekalan massa yaitu “massa tidak dapat diciptakan dan tidak
dapat dimusnahkan”. Sistem kesetimbangan dibagi menjadi dua kelompok yaitu
sistem kesetimbangan homogen dan sistem kesetimbangan heterogen.
Kesetimbangan homogen merupakan kesetimbangan yang anggota sistemnya
mempunyai kesamaan fase. Sedangkan kesetimbangan heterogen merupakan suatu
kesetimbangan yang anggota sistemnya mempunyai lebih dari satu fase, sehingga
sistem yang terbentuk pun mempunyai lebih dari satu macam fase (Hardin, 2015).

2.5 Refraktometer
Refraktometer tipe hand-held adalah salah satu alat yang dapat digunakan
untuk menganalisis kadar sukrosa pada bahan makanan atau bahan hasil pertanian.
Satuan skala pembacaan refraktometer yaitu °brix, yaitu satuan skala yang
digunakan untuk pengukuran kandungan padatan terlarut Skala °Brix dari
refraktometer sama dengan berat gram sukrosa dari 100 g larutan sukrosa. Jika yang
diamati adalah daging buah, skala ini menunjukkan berat gram sukrosa dari 100 g
daging buah (Ihsan, 2010).
2.5.1 Prinsip Kerja Refraktometer
Refraktometer bekerja menggunakan prinsip pembiasan cahaya ketika
melalui suatu larutan. Ketika cahaya datang dari udara ke dalam larutan maka
kecepatannya akan berkurang. Fenomena ini terlihat pada batang yang terlihat
bengkok ketika dicelupkan ke dalam air. Refraktometer memakai prinsip ini untuk
menentukan jumlah zat terlarut dalam larutan dengan melewatkan cahaya ke
dalamnya. Sumber cahaya ditransmisikan oleh serat optik ke dalam salah satu sisi
prisma dan secara internal akan dipantulkan ke interface prisma dan sampel larutan.
Bagian cahaya ini akan dipantulkan kembali ke sisi yang berlawanan pada sudut
tertentu yang tergantung dari indeks bias larutannya.(Ihsan, 2010).
2.5.2 Bagian-bagian Refraktometer

Gambar 1. Bagian-bagian Refraktometer


(Sumber: Ihsan, 2010)
1. Day Light Plate (Kaca)
Day light plate berfungsi untuk melindungi prisma dari goresan akibat debu,
benda asing, atau untuk mencegah agar sampel yang diteteskan pada prisma
tidak menetes atau jatuh.
2. Prisma (biru)
Prisma merupakan bagian yang paling sensitif terhadap goresan. Prisma
berfungsi untuk pembacaan skala dari zat terlarut dan mengubah cahaya
polikromatis (cahaya lampu/matahari) menjadi monokromatis.
3. Knop Pengatur Skala
Knop pengagtur skala berfungsi untuk mengkalibrasi skala menggunakan
aquades. Cara kerjanya ialah knop diputar searah atau berlawanan arah jarum
jam hinggan didapatkan skala paling kecil (0.00 untuk refraktometer salinitas,
1.000 untuk refraktometer urine).
4. Lensa
Lensa berfungsi untuk memfokuskan cahay yang monokromatis.
5. Handle
Handle berfungsi untuk memegang alat refraktometer dan menjaga suhu agar
stabil.
6. Biomaterial Strip
Biomaterial strip terletak pada bagian dalam alat (tidak terlihat) dan berfungsi
untuk mengatur suhu sekitar 18 – 28OC. Jika saat pengukuran suhunya
mencapai kurang dari 18OC atau melebihi 28OC maka secara otomatis
refraktometer akan mengatur suhunya agar sesuai dengan range yaitu 18 –
28OC.
7. Lensa Pembesar
Sesuai dengan namanya, lensa pembesar berfungsi untuk memperbesar skala
yang terlihat pada eye piece.
8. Eye Piece
Eye piece merupakan tempat untuk melihat skala yang ditunjukkan oleh
refraktometer.
9. Skala
Skala berguna untuk melihat, konsentrasi, dan massa jenis suatu larutan (Ihsan,
2010).
2.6 Neraca Massa
Neraca massa/bahan adalah perincian dari jumlah bahan-bahan yang masuk,
keluar dan yang terakumulasi di dalam sebuah sistem (Samsudin, 2014). Sistem ini
dapat berupa satu alat proses maupun rangkaian dari beberapa alat proses, bahkan
rangkaian dari banyak alat proses.Prinsip dari neraca bahan itu sendiri adalah:
1. Neraca bahan merupakan penerapan hukum kekekalan massa terhadap suatu
sistem proses atau pabrik; dan
2. Massa berjumlah tetap, tidak dapat dimusnahkan maupun diciptakan
Ada dua tipe neraca massa yaitu :
a. Neraca Diferensial (differencial balances) : Dinyatakan dalam laju.
Mempunyai satuan, satuan kuantitas/waktu. Biasanya untuk proses kontinu;
dan
Neraca Integral (Integral balances) : Dinyatakan dalam jumlah; Mempunyai
satuan berupa kuantitas. Biasanya untuk proses batch (Samsudin, 2014).

2.7 Larutan
Larutan adalah suatu campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat
dalam komposisi yang bervariasi. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan
disebut (zat) terlarut. Zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam
larutan disebut pelarut. Sifat suatu larutan dipengaruhi oleh susunan komposisinya
(Petrucci. 1985).
Konsentrasi larutan adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan
perbandingan jumlah zat terlarut terhadap pelarut. Konsentrasi larutan adalah
komposisi yang menunjukkan dengan jelas perbandingan jumlah zat terlarut
terhadap pelarut. Kelarutan dapat kecil atau besar sekali, dan jika jumlah zat terlarut
melewati titik jenuh, zat itu akan keluar (mengendap di bawah larutan). Suatu
larutan dapat mengandung lebih banyak zat terlarut dari pada dalam keadaan jenuh
(Adha, S. D. 2015).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam prakrikum kali ini adalah sebagai berikut.
1. Gelas ukur
2. Pengaduk
3. Peralatan proses kontinu berpengaduk
4. Pipet
5. Refraktometer
6. Stopwatch

3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut.
1. Air
2. Gula pasir
3. Kertas tisu

3.2 Prosedur Percobaan


Prosedur yang dilakukan dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut.
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum.
2. Memasang peralatan tangki kontinu.
3. Menentukan volume maksimum tangki (V) ketika pengaduk sedang
berjalan dan menentukan laju alir input (Qf : ml/detik), output (QR :
ml/detik) sehingga tercapai kondisi steady state (QF = QR).
4. Menjalankan masing-masing operasi sesuai dengan perlakuan di atas dan
memeriksa konsentrasi gula (0Brix) setiap 5 menit pada pengeluaran
tangki atau interval pemeriksaan gula dapat disesuaikan dengan laju alir.
5. Membuat grafik konsentrasi gula terhadap waktu berdasarkan hasil
percobaan dan menentukan model persamaan dari grafik tersebut.
6. Membandingkan antara proses pemekatan dan proses pengenceran.
BAB IV
HASIL

4.1 Tabel
Tabel 1. Hasil Pengukuran Pengentalan Gula
Waktu (menit) Pengentalan (brix) ln (Xf-Xt)
0 0 -
5 5,5 3,1986
10 8 3,0910
15 11 2,944
20 11,5 2,917
25 11,5 2,917
30 13 2,833

Tabel 2. Hasil Pengukuran Pengenceran Gula


Waktu (menit) Pengentalan (brix) ln (Xf-Xt)
0 23 -

5 23 -

10 22,1 -0,10536

15 20,9 0,7419

20 20 1,0986

25 20 1,0986

30 19,2 1,3350
Tabel 3. Perubahan Volume Proses Pengentalan
Waktu (menit) Volume (ml)
0 500
1 505
2 520
3 530
4 540
5 550

Tabel 4. Perubahan Volume Proses Pengenceran


Waktu (menit) Volume (ml)
0 500
1 480
2 470
3 470
4 465
5 480

4.2 Perhitungan
V awal air = 500 ml
V awal larutan gula = 500 ml
Setelah dibuka katup selama:
1 menit
V air = 505 ml
V larutan gula = 480 ml
(500−505) 𝑚𝑙
Q input pengentalan =
60 𝑠

= 0,83 ml/s
(480−500) 𝑚𝑙
Q input pengenceran =
60 𝑠

= -0,083 ml/s
2 menit
V air = 520 ml
V larutan gula = 470 ml
(520−505) 𝑚𝑙
Q input pengentalan =
120 𝑠

= 0,125 ml/s
(470−480) 𝑚𝑙
Q input pengenceran =
120 𝑠

= -0,083 ml/s
3 menit
V air = 530 ml
V larutan gula = 470 ml
(530−520) 𝑚𝑙
Q input pengentalan =
180 𝑠

= 0,05 ml/s
(470−470) 𝑚𝑙
Q input pengenceran =
180 𝑠

= 0 ml/s
4 menit
V air = 540 ml
V larutan gula = 465 ml
(540−530) 𝑚𝑙
Q input pengentalan =
240 𝑠

= 0,1667 ml/s
(465−470) 𝑚𝑙
Q input pengenceran =
240 𝑠

=-0,02 ml/s
5 menit
V air = 550 ml
V larutan gula = 480 ml
(550−540) 𝑚𝑙
Q input pengentalan =
300 𝑠

= 0,03 ml/s
(480−465) 𝑚𝑙
Q input pengenceran =
300 𝑠

= 0,05 ml/s
4.3 Grafik

Grafik Pengentalan terhadap Waktu


3
Ln (Xf-Xt) 2,5
2
1,5
1
0,5
0
0 5 10 15 20 25 30 35
Waktu (mnt)

Gambar 2. Grafik Hubungan Waktu Terhadap pengentalan Larutan Gula

Grafik Pengenceran terhadap Waktu


1,6
1,4
1,2
1
Ln (Xf-Xt)

0,8
0,6
0,4
0,2
0
-0,2 0 5 10 15 20 25 30 35
Waktu (mnt)

Gambar 3. Grafik Hubungan Waktu Terhadap Pengenceram Larutan Gula


BAB V
PEMBAHASAN
Praktikum kali ini membahas mengenai kesetimbangan massa pada proses
pengentalan dan pengenceran larutan gula. Kesetimbangan massa merupakan suatu
keadaan dimana massa yang masuk sama dengan massa yang keluar. Proses
kesetimbangan massa dilakukan dengan meninjau proses pengentalan dan
pengenceran, dimana pengentalan merupakan suatu proses mengurangi konsentrasi
zat pelarut (air) dengan menambahkan konsentrasi zat terlarut. Pengenceran
merupakan suatu proses pengurangan konsentrasi zat terlarut (gula) dengan
menambahkan zat pelarut (air). Menggunakan peralatan proses kontinu
berpengaduk dan refraktometer, peralatan proses kontinu merupakan dua buah
wadah yang dihubungkan dengan selang yang disertai dengan katup penutup.
Perbandingan antara air dan larutan gula adalah 2:1. Selang digunakan sebagai
penghubung bercampurnya air dari wadah pertama dan wadah kedua sehingga
mencapai kesetimbangan. Volume air awal yaitu sebesar 500 ml, volume larutan
gula awal yaitu sebesar 500 ml, volume akhir gula (+ air) dan volume air (+ gula)
secara berurutan sebesar 450 ml dan 480 ml.
Proses pengentalan mendapatkan nilai konsentrasi gula (derajat brix) awal
(Xf) sebesar 0 pada waktu 0 menit, dimana konsentrasi gula yang diukur merupakan
konsentrasi gula yang telah masuk ke dalam zat pelarut atau dalam proses ini adalah
air. Pengukuran dilakukan setiap selang waktu 5 menit, dimana kelompok 1
melakukan percobaan pada menit ke 5 dan 10 dengan nilai brix akhir (Xt) masing
– masing yaitu 5,5 dan 8 dan nilai pengentalan yang didapatkan adalah 3,1986 dan
3,0910. Kelompok 2 melakukan percobaan pada menit ke 15 dengan nilai brix akhir
(Xt) sebesar 8 dan nilai pengentalan sebesar 3,0910. Kelompok 3 pada menit ke 20
mendapatkan nilai brix akhir (Xt) sebesar 11,5 dan nilai pengentalan 2,917.
Kelompok 4 dan 5 pada menit ke 25 dan 30 dengan nilai brix (Xt) masing-masing
sebesar 11,5 dan 13 dan nilai pengentalan sebesar 2,917 dan 2,833. Menurut
(Hardin, 2015) Nilai yang didapat seharusnya menunjukan bahwa, hubungan antara
konsentrasi larutan (gula) yang ada pada zat pelarut (air) atau dalam hal ini disebut
Xt dengan nilai pengentalan yang didapatkan berbanding lurus, dimana semakin
besar Xt atau konsentrasi larutan maka semakin besar nilai pengentalan yang
didapatkan, namun hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan literatur yang ada
seperti pada hasil ke menit ke 20 dan 25 yang mendapatkan nilai brix yang sama,
nilai yang didapatkan seharusnya berbeda karena semakin lama mengaduk larutan
gula otomatis padatan terlarut pada air akan semakin banyak sebab selang tersebut
mengalirkan larutan gula tersebut. Kesalahan tersebut dapat disebabkan berbagai
faktor seperti banyaknya gelembung udara pada pipa yang menyebabkan aliran
pada pipa terhambat, refraktormeter yang belum di kalibrasi, dan sebagainya.
Hubungan antara konsentarasi gula (brix) dengan nilai pengenceran, dimana
konsentrasi gula yang diukur merupakan konsentrasi gula yang telah tercampur air
(dimasuki air) karena adanya proses kesetimbangan massa. Perlakuan dilakukan
pada selang waktu 5 menit, dimana nilai konsentrasi gula awal (Xf) sebesar 30.
Nilai konsentrasi gula yang didapat setelah adanya perubahan waktu yaitu pada
menit ke 5, 10 mendapatkan nilai konsentrasi gula dan nilai pengenceran 23 serta
nol. Menit ke 15, 20, 25, dan 30 mendapatkan nilai konsentrasi gula dan
pengenceran sebesar 22,1; 20,9; 20; 20; 19,2 serta -0,10536; 0,7419; 1,0986;
1,0986; dan 1,3350. Menurut literatur (Hardin, 2015) nilai yang seharusnya
didapatkan menunjukan hubungan berbanding terbalik antara nilai konsentrasi gula
dengan nilai pengenceran, dimana semakin besar konsentrasi gula yang didapatkan
(Xt) maka semakin kecil nilai pengenceran yang didapatkan. Hal tersebut
disebabkan karena, pada konsentrasi gula yang tinggi maka konsentrasi zat pelarut
yang ada (air) lebih sedikit sehingga nilai pengenceran yang didapatkan kecil
dengan kata lain karena larutan tersebut diencerkan maka nilai brix akan semakin
kecil dikarenakan larutan gula yang bercampur dengan air. Hasil yang didapatkan
tidak sesuai dengan literatur yang ada karena alat yang dipakai dalam keadaan rusak
dan bocor sehingga pada saat proses pengenceran berlangsung alat yang digunakan
bocor menyebabkan masa pada wadah tersebut berkurang otomatis total padatan
terlarut pada larutan tersebut hilang bersamaan dengan kebocoran alat, sehingga
hasil yang didapatkan tetap seperti keadaan awal (tidak berubah) terlihat pada ke
menit 0 dan 5 mendapatkan nilai tetap serta pada menit 20 dan 25 mendapatkan
nilai yang tetap.
Kedua proses tersebut menunjukan bahwa kondisi aliran yang terjadi adalah
unsteady state, karena proses tersebut dipengaruhi oleh waktu, ditunjukan dengan
perubahan nilai konsentrasi gula yang didapatkan tiap perubahan waktu yang
ditentukan, semakin lama waktu yang digunakan maka konsentrasi gula pada proses
pengentalan semakin besar karena gula masuk ke dalam wadah atau media air
hingga massa setimbang, namun pada hasil percobaan konsentrasi gula yang
didapatkan menunjukan nilai yang kurang baik bisa dipengaruhi oleh kondisi alat
yang kurang baik, proses pengadukan bahan yang tidak konstan, refraktometer yang
belum dikalibrasi, dan sebagainya. Kesetimbangan massa akan tercapai apabila
massa Q larutan gula sama dengan Q air. Kesetimbangan tersebut tidak langsung
tercapai dalam waktu yang cepat, namun memerlukan waktu beberapa lama sampai
kandungan gula di kedua tabung tersebut sama sehingga tidak ada larutan gula yang
mengalir lagi.
BAB VI
KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut.
1. Prinsip dari kesetimbangan massa adalah total berat yang masuk (input) ke
dalam suatu tahap proses atau proses keseluruhan akan sama dengan total
berat dari output-nya.
2. Steady state adalah kondisi sewaktu sifat-sifat suatu sistem tak berubah
dengan berjalannya waktu atau dengan atau kata lain,konstan.
3. Unsteady state adalah kondisi sewaktu sifat-sifat suatu sistem berubah
dengan berjalannya waktu.
4. Derajat Brix merupakan banyaknya gula dalam gram yang larut dalam 100
gram sirup bias disebut juga persen gula.
5. Pengentalan adalah proses untuk mengurangi atau menghilangkan
sebagian air yang terkandung dalam suatu produk hasil pengolahan bahan
hasil pertanian.
6. Pengenceran merupakan proses penurunan suatu larutan akibat adanya
pencampuran bahan pelarut.
7. Proses pengentalan, kadar brix mengalami peningkatan terus menerus hal
tersebut menunjukan pengentalan terjadi jika zat terlarut mengalami
peningkatan konsentrasi.
8. Proses pengenceran, kadar brix mengalami penurunan, hal tersebut
menunjukan pengenceran terjadi apabila kadar atau konsentrasi suatu zat
menurun akibat adanya aliran yang mengalir ke tabung air yang memiliki
konsentrasi lebih rendah.
9. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil praktikum seperti kondisi alat
yang kurang baik (bocor), proses pengadukan bahan yang tidak konstan,
refraktometer yang belum dikalibrasi, dan sebagainya.
10. Hasil akhir nilai brix dan nilai pengentalan sebesar 13 brix dan 2,833, nilai
akhir brix dan nilai pengenceran sebesar 30 brix dan tak terhingga.
6.2 Saran
Saran dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut.
1. Seharusnya mengecek kondisi alat sebelum praktikum sehingga, karena
kondisi alat yang rusak membuat hasil yang didapatkan tidak sesuai
dengan literatur.
2. Sebaiknya posisi selang sejajar agar hasil yang didapatkan sesuai.
3. Sebaiknya memastikan gelembung udara pada selang hilang sehingga laju
aliran lancar.
4. Seharusnya mengaduk larutan gula secara konstan agar hasil yang
didapatkan maksimal.
5. Sebaiknya mengkalibrasi ulang refraktometer sebelum digunakan agar
hasil yang didapatkan sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Adha. S. D. 2015. Pengaruh Konsentrasi Larutan HNO3 dan Waktu Kontak
Terhadap Desorpsi Kadmium (II) yang Terikat Pada Biomassa Azolla
Micropylla-Sitrat. Kimia Student Journal. Vol.1 (1) : 636-642

Fahmi. 2015. Teknik Pengolahan Pangan. Program Studi Teknologi Pangan


FATETA – IPB.

Hardin, Muhammad. 2015. Kesetimbangan Massa. Program Studi Teknologi


Pangan FTIP – Universitas Halu Oleo.

Harrill, R. 1998. Using a Refractometer to Test the Quality of Fruits & Vegetables.
Pineknoll Publishing.

Ihsan, F. 2010. Teknik Analisis Kadar Sukrosa pada Buah Pepaya Terdapat pada:
http://pustaka.litbang.pertanian.go.id/publikasi/bt151103.pdf (Diakses pada
Senin, 11 April 2019 pukul 21.25 WIB)

Indah, 2014. Jenis – Jenis Aliran. Program Studi Teknik Pangan FT – UNPAS.

Nugroho, Wahyu. 2013. Reftaktometer dan Kegunaanya. Available at:


https://multimeter-digital.com/refraktometer-dan-kegunaanya.html (Diakses
pada Jumat 12 April 2019 pukul 18.16 WIB).

Petrucci, R.H. 1985. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 2. Jakarta :
Gramedia.

Samsudin, Asep Muhammad. 2014. Dasar – dasar Neraca Massa. Semarang :


Universitas Diponegoro.
LAMPIRAN

Dokumentasi Praktikum

Gambar 5. Pengukuran
Gambar 4. Pengadukan Gula
Menggunakan Refraktometer

Gambar 6. Proses Pengenceran Gambar 7. Penyetaraan Selang

Anda mungkin juga menyukai