LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PASCA PANEN
(Kesetimbangan Massa)
Oleh:
Nama : Nahda Balqis Salma
NPM : 240110150022
Hari, Tanggal Responsi : Jumat, 17 Maret 2017
Waktu/Shift : 13.00 – 15.00 WIB/A1
Asisten : 1. Adryani Tresna W.
2. Eki Dwiyan Saputra
3. Mizanul Hakam
4. Umaya Nur Uswah
Inflow dapat berupa pembentukan produk oleh reaksi kimia atau sebagai
akibat dari pertumbuhan mikroba, dan outflow dapat saja berupa kehilangan
massa atau zat gizi tertentu akibat reaksi biokimia atau oleh proses mekanik
selama pengolahan.
Jika akumulasi = 0, inflow = outflow, maka proses tersebut disebut berada
pada kondisi “steady state”. Jika akumulasi 0 dan jumlah serta konsentrasi
komponen dalam sistem dapat berubah seiring dengan pertambahan waktu, maka
proses tersebut disebut berada pada kondisi “unsteady state”.
Kesetimbangan massa merupakan dasar perhitungan untuk proses
pencampuran (blending) bahan pangan selama pengolahan dan juga sebagai dasar
perhitungan untuk proses-proses pemisahan (separations process) seperti
evaporasi, dehidrasi, destilasi, absorpsi, dan ekstraksi (Mursalin,2013).
2.2 Pengenceran
Pengenceran adalah penambahan pelarut ke dalam suatu larutan. Pada
prinsipnya jumlah mol zat sebelum dan sesudah diencerkan adalah tetap, maka
rumusnya :
M1 V1 = M2 V2 ...... (1)
Dimana :
M = konsetrasi
V2 = V1 + Pelarut
Pengenceran dilakukan dengan mencampur larutan pekat (konsentrasi
tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih
besar. Pelarut yang ditambahkan dalam prose pengenceran merupakan pelarut
yang bersifat netral, lazim dipakai yaitu aquadest dalam jumlah tertentu.
Penambahan pelarut dalam suatu senyawa dan berakibat menurunnya kadar
kepekatan atau tingkat konsentrasi dari senyawa yang dilarutkan/diencerkan. Zat
yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut,
sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan
disebut pelarut atau solven (Ariani, 2004).
2.3 Pengentalan
Pengentalan merupakan proses untuk menghilangkan sebagian air pada
produk pangan cair. Tujuan pengentalan adalah mengurangi sejumlah air sehingga
menurunkan volume produk. Dengan turunnya volume produk pangan ini, maka
akan memudahkan transportasi dan penyimpanan. Pengentalan dilakukan dengan
menaikkan suhu produk sampai titik didihnya dengan lama tertentu. Untuk produk
pangan yang sensitive terhadap panas, maka pengentalan dapat dilakukan dengan
tekanan vakum (Ariani, 2004).
Brix ialah zat padat kering terlarut dalam suatu larutan (gram per 100 gram
larutan) yang dihitung sebagai sukrosa. Zat yang terlarut seperti gula (sukrosa,
glukosa, fruktosa, dan lain-lain), atau garam-garam klorida atau sulfat dari kalium,
natrium, kalsium, dan lain-lain merespon dirinya sebagai brix dan dihitung setara
dengan sukrosa (Risvan,2008).
2.6 Refraktometer
Refraktometer merupakan alat untuk mengukur kadar atau konsentrasi total
padatan terlarut yang bekerja menggunakan prinsip pembiasan cahaya ketika
melewati suatu larutan. Penemu alat ini adalah Dr. Ernest Abbe yang merupakan
seorang ilmuan abad 20 dari Jerman. Bagian-bagian dari refraktometer antara lain:
kaca prisma, penutup kaca prisma, sekrup pemutar skala, grip pegangan dan
lubang teropong. Satuan skala pembacaan refraktometer adalah °Brix, merupakan
satuan skala yang digunakan untuk pengukuran kandungan padatan terlarut
(Purwono, 2002). Skala °Brix dari refraktometer dapat diartikan berat gram
sukrosa dari 100 g larutan sukrosa.
3.1.2 Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Air
2. Gula pasir
3. Tissue
4.1 Tabel
Tabel 1. Pengentalan Larutan Gula
Waktu Pengentalan
Ln (Xf – Xt)
(menit) (°Brix)
0 21,8 -
5 0,3 3,068
10 12 2,282
15 0,3 3,068
20 2,7 2,949
25 0,35 3,065
30 5,8 2,772
35 4,9 2,827
40 5 2,821
45 4,4 2,856
4.3 Grafik
3.5
3.068 3.068 3.065
2.949
3 2.772 2.827 2.821 2.856
2.5 2.282
y = 0,1571x + 1,7065
Ln ( Xf - Xt )
2 R² = 0,2604
1.5
0.5
0
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Waktu (menit)
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
-0.2
-0.4
-0.6
-0.8
-0.916
-1
Waktu (menit)
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh setelah melaksanakan praktikum kali ini adalah
sebagai berikut :
1. Kesetimbangan massa terjadi apabila tidak terjadi perubahan massa pada
sistem terhadap waktu.
2. Semakin dekat keadaan sistem dengan titik kesetimbangan maka semakin
kecil gaya penggerak proses, semakin kecil pula laju proses dan akhirnya
sama dengan nol bila sistem sudah dalam keadaan steady state.
3. Laju alir yang masuk sama dengan yang keluar yang menunjukkan sistem
sudah dalam keadaan steady state.
4. Pada pengentalan larutan gula, nilai brix yang didapatkan tidak stabil ,
begitupula dengan pengenceran larutan gula dan tidak didapatkan titik
pada kondisi steady state.
5. Pada proses pengenceran kadar gula yang terkandung dalam larutan akan
semakin kecil, sedangkan pada proses pengentalan kadar gula yang
terkandung dalam larutan akan semakin besar.
6.1 Saran
Saran yang diperoleh untuk praktikum selanjutnya adalah sebagai berikut :
1. Sebelum melaksanakan praktikum, sebaiknya praktikan memahami materi
yang akan dilakukan percobaan sehingga akan lebih mudah.
2. Alat yang akan digunakan praktikum agar diperhatikan kembali pada saat
mau memulai praktikum agar mengurangi kesalahan.
3. Ketersediaan alat lebih dimaksimalkan agar proses praktikum bisa optimal
dan hasilnya bisa lebih akurat.
4. Praktikan lebih teliti lagi dalam melakukan percobaan dan perhitungan
hasil percobaan.
5. Lebih menjaga ketenangan dan kebersihan pada saat melaksanakan
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Dokumentasi Praktikum
Oleh:
Nama : Shinta Atilia Diatara
NPM : 240110150028
Hari, Tanggal Responsi : Jumat, 17 Maret 2017
Waktu/Shift : 13.00 – 15.00 WIB/A1
Asisten : 1. Adryani Tresna W.
2. Eki Dwiyan Saputra
3. Mizanul Hakam
4. Umaya Nur Uswah