KELOMPOK 1
Disususn oleh :
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia serta
taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum Farmasi Fisika II tentang
Uji Kelarutan, Viskositas, dan Berat Jenis. Kami berharap laporan praktikum ini dapat berguna
untuk menambah wawasan serta pengetahuan mengenai topik yang ada dalam laporan
praktikum ini.
Kami menyadari bahwa laporan praktikum ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan serta perbaikan mengenai laporan
praktikum ini di masa mendatang.
3
PERCOBAAN 1 : UJI DISOLUSI
I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu untuk :
- Menentukan laju disolusi sediaan tablet.
- Menggunakan alat penentuan laju disolusi.
- Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi laju disolusi
Tetapan disolusi adalah fungsi dari tebal lapisan difusi, sedangkan tebal
lapisan difusi adalah fungsi dari kecepatan pengadukan.
Jika volume media relatif besar sehingga Ct <<< Cs, maka akan tercapai
kondisi “sink”, dari persamaan (1) dapat disederhanakan menjadi :
dc
= K. S. (Cs) ...................................... (2)
dt
Uji disolusi dilakukan untuk tujuan-tujuan antara lain :
1. Menentukan kesesuaian produk dengan persyaratan disolusi
Ada beberapa cara untuk menyatakan hasil uji disolusi, antara lain :
1. Jumlah bahan aktif yang harus terlarut pada suatu waktu tertentu.
2. Efisiensi disolusi
IV. PROSEDUR
Prosedur dan peralatan uji disolusi yang digunakan umumnya sudah
tertera dalam farmakope. Pemilihan alat disolusi, media disolusi,
kecepatan pengadukan untuk suatu bahan aktif, umumnya telah tercantum
dalam monografi yang tertera pada farmakope. Untuk sediaan tablet dan
kapsul, alat yang biasa digunakan adalah alat tipe 1 (rotating
basket/keranjang) dan tipe 2 (paddle/dayung).
5
A. Prosedur uji disolusi dengan metode dayung untuk Tablet Parasetamol
- Wadah disolusi dicelupkan dalam suatu penangas air, lalu diisi dapar fosfat 5,8
sebanyak 900ml.
- Penangas air diatur, sehingga mempertahankan suhu media disolusi di bagian
dalam wadah disolusi pada 37 ± 0,5°C.
- Pasang pengaduk dayung pada motor pengaduk, atur posisinya sehingga
sumbu tangkai terletak di tengah wadah disolusi dan antara dayung dengan
dasar wadah ± 2,5cm.
- Bila suhu larutan dapar telah konstan 37 ± 0,5°C tablet dimasukkan, lalu
tunggu tablet mencapai dasar, baru motor penggerak dihidupkan dengan
kecepatan 50rpm.
- Pengambilan sampel dilakukan pada rentang waktu: 5, 10, 15, 20, 25 dan 30
menit.
- Larutan disolusi diambil sebanyak 5,0ml dengan alat suntik yang telah dilengkapi
dengan penyangga saringan (filter holder) dengan kertas saring millipore
0,45μm pada bagian tengah antara bagian atas pengaduk dan permukaan media
dan tidak lebih dekat dari 1cm dari dinding wadah, lalu dimasukkan ke dalam
tabung reaksi.
- Pada setiap pengambilan sampel media disolusi harus diganti denganvolume
yang sama suhunya dengan suhu media percobaan. Pada waktu pengambilan
larutan disolusi harus dijaga agar partikel sediaan tidak ikut terambil, sebab
akan mengganggu uji disolusi.
- Penetapan kadar parasematol yang terlarut dilakukan dengan spektrofotometer
UV-Vis.
A. Pembuatan larutan baku Parasetamol
1. Buat larutan parasetamol dengan konsentrasi 2,0 sampai 10,0 ppm.
2. Amati absorban larutan tersebut dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang maksimum (243nm).
3. Buat kurva baku (konsentrasi vs absorban) dan persamaan garis
6
B. Pengukuran konsentrasi Parasetamol terlarut denganSpektrofotometer UV-vis
1. Hidupkan spektrofotometer, tunggu 10 sampai 15 menit.
2. Masukkan media disolusi ke dalam kuvet dengan pelarut kemudian scan
untuk mendapatkan “baseline” pada panjang gelombang 200 – 400nm.
3. Isi kuvet dengan larutan sampel, dan ukur absorbannya pada panjang
gelombang maksimum.
B. Pengolahan Data
1. Perhitungan konsentrasi parasetamol
• Konsentrasi (x) Tablet Generik
𝑦 = 𝑏𝑥 + 𝑎 𝑦 = 0,06740𝑥 − 0,01610 (𝑟 = 0,99928)
𝑦 + 0,01610
𝑥=
0,06740
1) 5 menit
0,328 + 0,01610
𝑥= = 5,1053 𝑝𝑝𝑚
0,06740
2) 10 menit
0,340 + 0,01610
𝑥= = 5,2834 𝑝𝑝𝑚
0,06740
3) 15 menit
0,312 + 0,01610
𝑥= = 4,8680 𝑝𝑝𝑚
0,06740
4) 20 menit
0,349 + 0,01610
𝑥= = 5,4169 𝑝𝑝𝑚
0,06740
7
5) 25 menit
0,348 + 0,01610
𝑥= = 5,4021 𝑝𝑝𝑚
0,06740
6) 30 menit
0,515 + 0,01610
𝑥= = 7,8798 𝑝𝑝𝑚
0,06740
• Konsentrasi (x) Tablet Paten
1) 5 menit
0,708 + 0,01610
𝑥= = 10,7433 𝑝𝑝𝑚
0,06740
2) 10 menit
0,717 + 0,01610
𝑥= = 10,8769 𝑝𝑝𝑚
0,06740
3) 15 menit
0,770 + 0,01610
𝑥= = 11,6632 𝑝𝑝𝑚
0,06740
4) 20 menit
0,758 + 0,01610
𝑥= = 11,4852 𝑝𝑝𝑚
0,06740
5) 25 menit
0,391 + 0,01610
𝑥= = 6.0401 𝑝𝑝𝑚
0,06740
6) 30 menit
0,399 + 0,01610
𝑥= = 6,1588 𝑝𝑝𝑚
0,06740
2. Perhitungan kadar (pengenceran)
• Tablet Generik
1) 5 menit
= 5,1053 𝑝𝑝𝑚 × 50 = 255,265 𝑝𝑝𝑚
2) 10 menit
= 5,2834 𝑝𝑝𝑚 × 50 = 264,165 𝑝𝑝𝑚
3) 15 menit
= 4,8680 𝑝𝑝𝑚 × 50 = 243,400 𝑝𝑝𝑚
4) 20 menit
= 5,4169 𝑝𝑝𝑚 × 50 = 270,845 𝑝𝑝𝑚
5) 25 menit
= 5,4021 𝑝𝑝𝑚 × 50 = 270,105 𝑝𝑝𝑚
6) 30 menit
= 7,8798 𝑝𝑝𝑚 × 50 = 393,99 𝑝𝑝𝑚
8
• Tablet paten
1) 5 menit
= 10,7433 𝑝𝑝𝑚 × 50 = 537,165 𝑝𝑝𝑚
2) 10 menit
= 10,8769 𝑝𝑝𝑚 × 50 = 543,845 𝑝𝑝𝑚
3) 15 menit
= 11,6632 𝑝𝑝𝑚 × 50 = 583,160 𝑝𝑝𝑚
4) 20 menit
= 11,4852 𝑝𝑝𝑚 × 50 = 574,260 𝑝𝑝𝑚
5) 25 menit
= 6,0401 𝑝𝑝𝑚 × 50 = 302,005 𝑝𝑝𝑚
6) 30 menit
= 6,1588 𝑝𝑝𝑚 × 50 = 307,940 𝑝𝑝𝑚
3. Perhutungan Konsentrasi dalam 900 ml
900 𝑚𝑙
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 (𝑝𝑝𝑚) ×
1000 𝑚𝑙
• Tablet Generik
1) 5 menit
900 𝑚𝑙
= 255,265 𝑝𝑝𝑚 × = 229,7385 𝑝𝑝𝑚
1000 𝑚𝑙
2) 10 menit
900 𝑚𝑙
= 264,165 𝑝𝑝𝑚 × = 237,7485 𝑝𝑝𝑚
1000 𝑚𝑙
3) 15 menit
900 𝑚𝑙
= 243,400 𝑝𝑝𝑚 × = 219,060 𝑝𝑝𝑚
1000 𝑚𝑙
4) 20 menit
900 𝑚𝑙
= 270,845 𝑝𝑝𝑚 × = 243,7605 𝑝𝑝𝑚
1000 𝑚𝑙
5) 25 menit
900 𝑚𝑙
= 270,105 𝑝𝑝𝑚 × = 243,0945 𝑝𝑝𝑚
1000 𝑚𝑙
6) 30 menit
9
900 𝑚𝑙
= 393,99 𝑝𝑝𝑚 × = 354,591 𝑝𝑝𝑚
1000 𝑚𝑙
• Tablet Paten
1) 5 menit
900 𝑚𝑙
= 537,165 𝑝𝑝𝑚 × = 483,4485 𝑝𝑝𝑚
1000 𝑚𝑙
2) 10 menit
900 𝑚𝑙
= 543,845 𝑝𝑝𝑚 × = 489,4605 𝑝𝑝𝑚
1000 𝑚𝑙
3) 15 menit
900 𝑚𝑙
= 583,160 𝑝𝑝𝑚 × = 524,844 𝑝𝑝𝑚
1000 𝑚𝑙
4) 20 menit
900 𝑚𝑙
= 574,260 𝑝𝑝𝑚 × = 516,834 𝑝𝑝𝑚
1000 𝑚𝑙
5) 25 menit
900 𝑚𝑙
= 302,005𝑝𝑝𝑚 × = 271,8045 𝑝𝑝𝑚
1000 𝑚𝑙
6) 30 menit
900 𝑚𝑙
= 307,940 𝑝𝑝𝑚 × = 277,146 𝑝𝑝𝑚
1000 𝑚𝑙
4. Perhitungan Persen (%) terlarut
𝑥 𝑚𝑔
%𝑇𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 = × 100%
500 𝑚𝑔
• Tablet Generik
1) 5 menit
229,7385
= × 100% = 45,9477 = 45,95%
500 𝑚𝑔
2) 10 menit
237,7485
= × 100% = 47,5497 = 45,55%
500 𝑚𝑔
3) 15 menit
219,060
= × 100% = 43,8121 = 43,81%
500 𝑚𝑔
4) 20 menit
10
243,7605
= × 100% = 48,7521 = 48,75%
500 𝑚𝑔
5) 25 menit
243,0945
= × 100% = 48,6189 = 48,62%
500 𝑚𝑔
6) 30 menit
354,591
= × 100% = 70,9182 = 70,92%
500 𝑚𝑔
• Tablet Paten
1) 5 menit
483.4485
= × 100% = 96,69%
500 𝑚𝑔
2) 10 menit
489,4605
= × 100% = 97,89%
500 𝑚𝑔
3) 15 menit
524,8440
= × 100% = 104,97%
500 𝑚𝑔
4) 20 menit
516,8340
= × 100% = 103,37%
500 𝑚𝑔
5) 25 menit
271,8045
= × 100% = 54,36%
500 𝑚𝑔
6) 30 menit
277,146
= × 100% = 55,43%
500 𝑚𝑔
Tabel 2. Perhitungan % parasetamol terlarut Tablet Generik
11
15 0,312 Abs 219,060 𝑝𝑝𝑚 243,7605 𝑝𝑝𝑚 43,81%
4,8680 𝑝𝑝𝑚
12
5. Kurva Waktu (t) terhadap Persen (%) terlarut
(Untuk melihat profil disolusi & perhitungan ED)
100.00%
80.00%
54.46% 55.43%
60.00%
40.00%
20.00%
0.00%
0 5 10 15 20 25 30 35
Waktu (menit)
➢ Tablet Generik
1) 5 Menit
1
= × 45,95 × 5 = 114,875
2
2) 10 Menit
45,95 + 47,55
= × 5 = 233,75
2
3) 15 Menit
13
47,55 + 43,81
= × 5 = 228,40
2
4) 20 Menit
43,81 + 48,75
= × 5 = 231,40
2
5) 25 Menit
48,75 + 48,62
= × 5 = 243,425
2
6) 30 Menit
48,62 + 70,92
= × 5 = 298,85
2
➢ Tablet Paten
1) 5 Menit
1
= × 96,69 × 5 = 291,275
2
2) 10 Menit
96,69 + 97,89
= × 5 = 486,45
2
3) 15 Menit
97,89 + 104,97
= × 5 = 507,15
2
4) 20 Menit
104,97 + 103,37
= × 5 = 520,85
2
5) 25 Menit
103,37 + 54,46
= × 5 = 394,575
2
6) 30 Menit
54,46 + 55,43
= × 5 = 274,72
2
• Total = 241,725 + 486,45 + 507,15 + 520,85 + 394,575 + 274,725
= 2425,475
14
2425,475
• ED = × 100% = 80,84916667 %
3000
= 80,85%
VI. TUGAS
- Dapar fosfat (FI Ed. III Hal.755) pada pH 5,8 adalah 3,6 (mililiter natrium
hidroksida 0,2 N)
Larutan NaH2PO4 Larutan Na2HPO4 pH
0,8 % ml 0,947% mL
90 10 5,5
80 20 6,2
70 30 6,5
60 40 6,6
50 50 6,8
40 60 7,0
30 70 7,2
20 80 7,4
10 90 7,7
5 95 8,0
15
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C8H9NO2 yang terlarut dengan mengukur
serapan alikot, jika perlu encerkan dengan Media disolusi dan serapan larutan baku
Parasetamol BPFI dalam media yang sama pada panjang gelombang serapan
maksimum lebih kurang 243 nm. Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
kurang dari 75% (Q) C8H9NO2 dari jumlah yang tertera pada etiket.
Disolusi adalah proses melarutnya suatu bahan padat. Proses ini sangat penting,
terutama untuk bahan aktif yang digunakan secara per oral untuk tujuan pemakaian
sistemik. Pada praktikum dengan percobaan uji disolusi menggunakan alat disolusion
tester dengan dua jenis tablet parasetamol yakni tablet generic dan tablet paten.
Setelah preprasi selesai dilakukan diamati absorban menggunakan spektrofotometri
UV dan dicari perhitungan konsentrasi dengan Persamaan garis: Y = 0,06740 x –
0,01610 (r = 0,99928). Waktu yang diukur adalah 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 menit.
Jika dibandingkan berdasalkan hasil perhitungan konsentrasi yang dilakukan antara
tablet generic dengan tablet paten, lebih besar hasil tablet paten daripada hasil
konsntrasi tablet generic (ppm). Jika dirata-rata, tablet generic mendapatkan 4,51262
ppm dibandikan tablet paten yang lebih besar yakni 9,49592 ppm.
Perbandingan kadar x pengenceran juga memilii hasil lebih besar tablet paten
dibandingkan tablet generic, tablet paten didapatkan 200-300an ppm sedangkan
tablet paten 300-500an ppm. Begitu pula hingga tahap perhitungan persen terlarut,
berdasarkan FI edisi VI halaman 1364 dinyatakan bahwa Dalam waktu 30 menit
harus larut tidak kurang dari 80% sedangkan persen terlarut yang didapatkan pada
waktu 30 menit untuk percobaan generic adalah 70,92% dan tablet paten yakni 55,43
%. Sehingga hasil persen terlarut tidak memenuhi persyaratan uji disolusi tidak
kurang dari 80%.
16
VIII. PUSTAKA
1. Abdou, H.A., 1989, Dissolution, Bioavailability & Bioequivalence, Mack
Indonesia,ed. 4, Jakarta.
5. Florence A.T., and Attwood D., 1998, Physicochemical Principles
Philadelphia,London, p.324-361.
17
IX. DOKUMENTASI
Diisi wadah disolusi yang
dicelupakn dalam penangas air
dengan daparfosfat 5,8 sebanyak
900ml
Dimasukkanlarutan disolusi ke
dalam tabung reaksi(vial) dengan
filter holder
19
Dilakukan pengukuran konsentrasi
Parasetamol terlarut dengan
Spektrofotometer UV-vis
20
Hasil pengukuran ukur absorbansi pada
panjanggelombang maksimum. (Tablet
Paten)
21
PERCOBAAN 2 : EMULSIFIKASI
I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu untuk :
- Menghitung jumlah emulgator golongan surfaktan yang digunakan
untuk pembuatan emulsi.
- Membuat emulsi dengan menggunakan emulgator golongan surfaktan.
- Dapat menentukan HLB butuh.
22
Dimana :
𝑣 : laju pengendapan
𝑟 : jari-jari partikel
𝑔 : gravitasi
𝜂 : viskositas
Jika 𝜌𝑜 > 𝜌𝑡, maka nilai 𝑣 adalah negatif dan akan terjadi pemisahan
ke atas. Tetapi jika fase terdispersi lebih berat daripada medium pendispersi
(𝜌𝑡 −
𝜌𝑜), maka nilai 𝑣 positif dan terjadi pemisahan ke bawah atau pengendapan.
Dari persamaan Stokes dapat diketahui bahwa: jari-jari partikel dan
viskositas medium pendispersi dapat mempengaruhi stabilitas fisik emulsi.
23
IV. PROSEDUR
- Cari HLB butuh dari parafin cair, kemudian tentukan jumlah spandan
tween sesuai dengan harga HLBnya
24
V. DATA DAN PERHITUNGAN
HLB tween 80 : 15
Metode aligasi:
3
SPAN 20 3 ( 6,4 𝑥 5% = 2,342 )
12
3,4
Tween 80 3,4 ( 6,4 𝑥 5% = 2,66 )
Before After
Didapatkan hasil bahwa emulsi yang dibuat dengan cara pemansan
terjadi pemisahan sebesar ±0,5𝑐𝑚
26
• Tidak menggunakan cara pemanasan
Before After
Didapatkan bahwa emulsi yang tidak menggunakan cara pemanasan terjadi
pemisahan sebesar ±8𝑐𝑚
27
hasil pengamatan didapatkan bahwa metode pemanasan menunjukkan hasil
yang baik dimana pemisahan yang terjadi sangat sedikit jika dibandingkan dengan
tidak dilakukannya pemanasan. Pada saat melakukan pemanasan terdapat
kekurangan ketika melaksanakan praktikum, yaitu tidak ada nya termometer
untuk mengetahui suhu tersebut apakah benar-benar dalam keadaan 70°C atau
tidak. Namun, sediaan emulsi dalam pemanasan di kelompok kami menunjukkan
hasil yang baik karena hanya memisah -+0,5cm dan menunjukkan bahwa suhu
yang kita perkirakan sudah mendekati suhu 70°C. Sedangkan untuk metode tanpa
pemanasan didapatkan hasil dari pemisahan sebanyak +-8cm.
Faktor yang menyebabkan terjadinya pemisahan pada sediaan emulsi
diantaranya kecepatan dalam pengadukan, suhu pengadukan, volume pelarut,
jenis pendispersi, kosolvent, katalis dan sebagainya. Hal ini didapatkan
kesimpulan bahwa metode pemanasan lebih baik untuk pembuatan emulsi
dengan tipe O/W.
VIII. PUSTAKA
1. Martin, A., 1993, Physical Pharmacy, 4th ed., Lea & Febiger,
Philadelphia,London, p.324-361.
2. Florence A.T., and Attwood D., 1998, Physicochemical Principles
ofPharmacy, 3rd Ed. The Macmillan Press Ltd.
28
MENGGUNAKAN CARA PEMANASAN
Gambar Keterangan
Bahan yang digunakan untuk pembuatan
emulsi
29
Pencampuran span dengan paraffin dan Air
dengan Tween
30
Dituangkan secara perlahan fasa paraffin ke
dalam fasa air yang berada dia tas hot plate
pada suhu ± 70℃ di ikutin dengan
pengadukkan perlahan
31
Dilakukan Kembali pengadukkan yang
kedua, dengan kecepatan ±300𝑟𝑝𝑚 selama
10 menit
32
Setelah diamati dengan mikroskop di dapat
bahwa tipe emulsi kamu yaitu m/a (
gelembung kecil berwarna biru adalah air )
33
TIDAK MENGGUNAKAN CARA PEMANASAN
Gambar Keterangan
Bahan yang digunakan untuk pembuatan
emulsi
34
Pencampuran span dengan paraffin dan
Air dengan Tween
35
Diaduk dengan penaduk listrik pada
kecepatan ±500𝑟𝑝𝑚 selama 10 menit
36
Setelah diamati dengan mikroskop di
dapat bahwa tipe emulsi kamu yaitu m/a
( gelembung kecil berwarna biru adalah
air )
37
PERCOBAAN 3
DISTRIBUSI UKURAN DAN SIFAT ALIR PARTIKEL
I. TUJUAN PARTIKEL
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu untuk :
a. Menggunakan alat penentuan distribusi ukuran dan sifat alir zat padat.
b. Menentukan distribusi ukuran partikel dan diameter rata-rata zat padat dengan metode
ayakan.
c. Menentukan kecepatan alir dan sifat alir zat padat.
II. TEORI UMUM
A. DISTRIBUSI UKURAN
Distribusi ukuran dapat ditentukan dengan pengayakan standar. Metode ini dapat
diterapkan untuk partikel-partikel dengan diameter > 100 micro meter. Efisiensi dan
kecepatan pemisahan partikel berbanding terbalik dengan jumlah partikel yang diayak.
Efektivitas pemisahan menurun dengan cepat bila tebal bahan > 6-8 partikel.
Untuk menentukan keseragaman kehalusan serbuk bahan obat atau bahan kimia dapat
digunakan proses sebagai berikut, dengan menggunakan pengayak standar yang sesuai
dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Hindari pengocokan yang terlalu lama yang dapat
meningkatkan kehalusan serbuk selama proses pengujian.
38
B. SIFAT ALIR ZAT PADAT
Sifat alir serbuk dalam farmasi diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu serbuk
yang mengalir benas (free flowing) dan serbuk yang kohesif. Beberapa faktor penting yang
mempengaruhi sifat alir serbuk yaitu : ukuran, porositas dan densitas serta tekstur
permukaan dari partikel.
Pada pembuatan sediaan tablet, kecepatan alir merupakan hal yang sangat berpengaruh
terhadap keseragaman bobot tablet yang dihasilkan. Untuk menghasilkan tablet dengan
bobot yang seragam, diperlukan suatu batas kecepatan alir minimum.
Kecepatan alir serbuk dapat ditentukan secara langsung dengan menggunakan corong.
Dari hasil penentuan kecepatan alir dengan corong, dapat juga ditentukan sudut istirahat
(angle of repose). Sudut istirahat mencerminkan gaya gesek ( frictional force) yang terjadi
antar partikel serbuk. Semakin besar gaya gesek maka hambatan untuk mengalir semakin
besar sehingga sudut istirahat menjadi besar.
Timbang bobot masing – masing pengayak serta pan penampung yang akan digunakan
letakkan (granul dan amilum) yang sudah ditimbang pada pengayak paling atas, tutup
dan kencangkan.
39
Timbang bobot masing – masing pengayak beserta (granul dan amilum)
Hitung bobot (granul dan amilum) yang terdapat pada masing – masing pengayak serta
pan penampung .
Buat tabel serta hitung diameter rata – rata sampel tanpa sampel pada pengayak paling
atas.
Buat kurva distribusi ukuran (granul dan amilum) serta kurva frekuensi kumulatif.
Pasang corong pada statif dengan jarak ujung pipa bagian bawah kebidang datar
= 10,0 ± 0,2cm.
Tuang bahan tersebut ke dalam corong dengan dasar lubang corong ditutup.
Catat waktu yang diperlukan mulai bahan mengalir sampai bahan dalam
corong habis(t detik).
Ukur tinggi timbunan bahan di bawah corong hasil penentuan kecepatan alir (h
cm). tan-1
40
V. DATA HASIL PERCOBAAN DAN PENGLAHAN DATA.
A. DISTRIBUSI UKURAN
-GRANUL
➢ Perhitungan
1. > 850 = 1,71 g/ 25 g x 100% = 6,84%
2. 850-600 = 3,21 g/ 25 g x 100% = 12,84%
3. 600-425 = 4,69 g/25 g x 100 % =18,76 %
4. 425-300 = 3,74 g/25g x 100% = 14,96%
5. 300-250 = 1,9 g /25g x 100 % = 7,6 %
6. 250-180 = 2,81 g/25 g x 100 % = 11,32 %
7. Penampung = 6,87 g/25g x 100% = 27,32 %
41
• TABLET RATA RATA DIAMETER SAMPEL
-AMYLUM
42
250 – 180 0,17 2,28 % 2,28 %
Penampung 22,63 90,52 % 90,52 %
JUMLAH 24,8g 99,2 %
➢ Perhitungan
8. > 850 = 0,11g/ 25 g x 100% = 0,44 %
9. 850-600 = 0,11 g/ 25 g x 100% = 0,44 %
10. 600-425 = 0,68 g/25 g x 100 % =2,72 %
11. 425-300 = 0,51 g/25g x 100% = 2,04 %
12. 300-250 = 0,19 g /25g x 100 % = 0,76 %
13. 250-180 = 0,57 g/25 g x 100 % = 2,28 %
14. Penampung = 22,63 g/25g x 100% = 99,2 %
43
B. KECEPATAN ALIR DAN SUDUT ISTIRAHAT
a) HASIL PENENTUAN KECEPATAN ALIR
Perhitungan :
Perhitungan :
44
c) KURVA HISTOGRAM ANTARA KECEPATAN ALIR DAN SUDUT
ISTIRAHAT
45
DOKUMENTASI
a. Distribusi ukuran
Proses pengayakan
46
Proses kecepatan alir
47