Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA II

“UJI DISOLUSI, EMULSIFIKASI, DAN DISTRIBUSI


UKURAN”

KELOMPOK 1

Disususn oleh :

1. Keysha Azzahra J ( 202110410311017)


2. Diva Mulya Agustin (202110410011024)
3. Selma Ayu Resma E ( 202101410311046)
4. Amelia Irmadela R ( 202110410311047)
5. Siti Nur Aropah ( 202110410311048)
6. Nala Tazkia Azizid ( 202110410311049)
7. Nadya Annisa Fadhilllah ( 202110410311050)
8. Auliya Nabila Dachlan ( 202110410311051)
9. Dinda Safira Putri ( 202110410311059)
10. Saniya Luthvarif A ( 202110410311063)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGAM STUDI FARMASI
2022
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..............................................................................................................................3
PERCOBAAN 1 : UJI DISOLUSI........................................................................................................4
I. TUJUAN PERCOBAAN ............................................................................................................4
II. TEORI UMUM .......................................................................................................................4
III. ALAT DAN BAHAN ..............................................................................................................5
IV. PROSEDUR ............................................................................................................................5
V. DATA DAN PERHITUNGAN ..............................................................................................7
VI. TUGAS ...................................................................................................................................15
VII. DISKUSI DAN KESIMPULAN ..........................................................................................16
VIII. PUSTAKA..........................................................................................................................17
IX. DOKUMENTASI .................................................................................................................18
PERCOBAAN 2 : EMULSIFIKASI...................................................................................................22
I. TUJUAN PERCOBAAN ..........................................................................................................22
II. TEORI UMUM .....................................................................................................................22
III. ALAT DAN BAHAN ............................................................................................................23
IV. PROSEDUR ..........................................................................................................................24
V. DATA DAN PERHITUNGAN ............................................................................................25
Metode aligasi: ..................................................................................................................................25
VI. TUGAS ....................................................................................................................................26
VIII. PUSTAKA..........................................................................................................................28
PERCOBAAN 3 .....................................................................................................................................38
DISTRIBUSI UKURAN DAN SIFAT ALIR PARTIKEL .................................................................38
I. TUJUAN PARTIKEL ....................................................................................................................38
II. TEORI UMUM .............................................................................................................................38
III. ALAT DAN BAHAN ...................................................................................................................39
IV. CARA KERJA .............................................................................................................................39
V. DATA HASIL PERCOBAAN DAN PENGLAHAN DATA. ....................................................41
DOKUMENTASI ...............................................................................................................................46

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia serta
taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum Farmasi Fisika II tentang
Uji Kelarutan, Viskositas, dan Berat Jenis. Kami berharap laporan praktikum ini dapat berguna
untuk menambah wawasan serta pengetahuan mengenai topik yang ada dalam laporan
praktikum ini.
Kami menyadari bahwa laporan praktikum ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan serta perbaikan mengenai laporan
praktikum ini di masa mendatang.

3
PERCOBAAN 1 : UJI DISOLUSI

I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu untuk :
- Menentukan laju disolusi sediaan tablet.
- Menggunakan alat penentuan laju disolusi.
- Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi laju disolusi

II. TEORI UMUM


Disolusi adalah proses melarutnya suatu bahan padat. Proses ini sangat
penting, terutama untuk bahan aktif yang digunakan secara per oral untuk tujuan
pemakaian sistemik.
Laju disolusi dapat didefinisikan sebagai jumlah bahan aktif yang terlarut per
unit waktu pada kondisi antar muka cair/padat, suhu dan komposisi pelarut yang
standar. Untuk bahan aktif dengan kelarutan rendah, laju disolusi sering merupakan
tahap pembatas yang mengendalikan absorpsi bahan aktif tersebut.
Secara kuantitatif, berdasarkan hukum difusi Fick II, laju disolusi
dirumuskan oleh Noyes-Whitney sebagai berikut:
dc
= K. S. (Cs − Ct) ............................. (1)
dt
dc/dt = laju disolusi, K = tetapan disolusi, S = luas permukaan zat aktif
Ct = kadar zat aktif yang larut pada waktu tertentu, Cs = kadar larutan jenuh

Tetapan disolusi adalah fungsi dari tebal lapisan difusi, sedangkan tebal
lapisan difusi adalah fungsi dari kecepatan pengadukan.
Jika volume media relatif besar sehingga Ct <<< Cs, maka akan tercapai
kondisi “sink”, dari persamaan (1) dapat disederhanakan menjadi :
dc
= K. S. (Cs) ...................................... (2)
dt
Uji disolusi dilakukan untuk tujuan-tujuan antara lain :
1. Menentukan kesesuaian produk dengan persyaratan disolusi

yangtertera pada monografi


4
2. Pengawasan mutu rutin di industri farmasi untuk mengawasi
konsistensiantar bets.
3. Sebagai indicator untuk melakukan optimasi formula sediaan.

Ada beberapa cara untuk menyatakan hasil uji disolusi, antara lain :

1. Jumlah bahan aktif yang harus terlarut pada suatu waktu tertentu.
2. Efisiensi disolusi

III. ALAT DAN BAHAN


A. ALAT
- Alat disolusi terdiri dari satu unit
- Spektrofotometer uv-vis
- Labu ukur: 10, 25, 50 dan 100ml
- Pipet volum: 1, 2, 3 dan 5ml
- Gelas ukur 1000ml
- Gelas beker 50, 100, 500 dan 1000ml
- Alat suntik
- Penyangga saringan (filter holder)
- Kertas saring Millipore 0,45μm dengan diameter 13mm
B. BAHAN
- Tablet parasetamol 500mg

- Larutan dapar fosfat pH 5,8

IV. PROSEDUR
Prosedur dan peralatan uji disolusi yang digunakan umumnya sudah
tertera dalam farmakope. Pemilihan alat disolusi, media disolusi,
kecepatan pengadukan untuk suatu bahan aktif, umumnya telah tercantum
dalam monografi yang tertera pada farmakope. Untuk sediaan tablet dan
kapsul, alat yang biasa digunakan adalah alat tipe 1 (rotating
basket/keranjang) dan tipe 2 (paddle/dayung).

5
A. Prosedur uji disolusi dengan metode dayung untuk Tablet Parasetamol

- Wadah disolusi dicelupkan dalam suatu penangas air, lalu diisi dapar fosfat 5,8
sebanyak 900ml.
- Penangas air diatur, sehingga mempertahankan suhu media disolusi di bagian
dalam wadah disolusi pada 37 ± 0,5°C.
- Pasang pengaduk dayung pada motor pengaduk, atur posisinya sehingga
sumbu tangkai terletak di tengah wadah disolusi dan antara dayung dengan
dasar wadah ± 2,5cm.
- Bila suhu larutan dapar telah konstan 37 ± 0,5°C tablet dimasukkan, lalu
tunggu tablet mencapai dasar, baru motor penggerak dihidupkan dengan
kecepatan 50rpm.
- Pengambilan sampel dilakukan pada rentang waktu: 5, 10, 15, 20, 25 dan 30
menit.
- Larutan disolusi diambil sebanyak 5,0ml dengan alat suntik yang telah dilengkapi
dengan penyangga saringan (filter holder) dengan kertas saring millipore
0,45μm pada bagian tengah antara bagian atas pengaduk dan permukaan media
dan tidak lebih dekat dari 1cm dari dinding wadah, lalu dimasukkan ke dalam
tabung reaksi.
- Pada setiap pengambilan sampel media disolusi harus diganti denganvolume
yang sama suhunya dengan suhu media percobaan. Pada waktu pengambilan
larutan disolusi harus dijaga agar partikel sediaan tidak ikut terambil, sebab
akan mengganggu uji disolusi.
- Penetapan kadar parasematol yang terlarut dilakukan dengan spektrofotometer
UV-Vis.
A. Pembuatan larutan baku Parasetamol
1. Buat larutan parasetamol dengan konsentrasi 2,0 sampai 10,0 ppm.
2. Amati absorban larutan tersebut dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang maksimum (243nm).
3. Buat kurva baku (konsentrasi vs absorban) dan persamaan garis

regresi y = bx + a (lihat pada percobaan kelarutan)

6
B. Pengukuran konsentrasi Parasetamol terlarut denganSpektrofotometer UV-vis
1. Hidupkan spektrofotometer, tunggu 10 sampai 15 menit.
2. Masukkan media disolusi ke dalam kuvet dengan pelarut kemudian scan
untuk mendapatkan “baseline” pada panjang gelombang 200 – 400nm.
3. Isi kuvet dengan larutan sampel, dan ukur absorbannya pada panjang
gelombang maksimum.

V. DATA DAN PERHITUNGAN


A. Data Hasil Percobaan
Tabel 1. Hasil pengukuran absorban larutan sampel

Waktu Generik Paten


(menit) Absorban tablet 1 Absorban tablet 2
5 0,328 Abs 0,708 Abs
10 0,340 Abs 0,717 Abs
15 0,312 Abs 0,770 Abs
20 0,349 Abs 0,758 Abs
25 0,348 Abs 0,391 Abs
30 0,515 Abs 0, 399 Abs

B. Pengolahan Data
1. Perhitungan konsentrasi parasetamol
• Konsentrasi (x) Tablet Generik
𝑦 = 𝑏𝑥 + 𝑎 𝑦 = 0,06740𝑥 − 0,01610 (𝑟 = 0,99928)
𝑦 + 0,01610
𝑥=
0,06740
1) 5 menit
0,328 + 0,01610
𝑥= = 5,1053 𝑝𝑝𝑚
0,06740
2) 10 menit
0,340 + 0,01610
𝑥= = 5,2834 𝑝𝑝𝑚
0,06740
3) 15 menit
0,312 + 0,01610
𝑥= = 4,8680 𝑝𝑝𝑚
0,06740
4) 20 menit
0,349 + 0,01610
𝑥= = 5,4169 𝑝𝑝𝑚
0,06740

7
5) 25 menit
0,348 + 0,01610
𝑥= = 5,4021 𝑝𝑝𝑚
0,06740
6) 30 menit
0,515 + 0,01610
𝑥= = 7,8798 𝑝𝑝𝑚
0,06740
• Konsentrasi (x) Tablet Paten
1) 5 menit
0,708 + 0,01610
𝑥= = 10,7433 𝑝𝑝𝑚
0,06740
2) 10 menit
0,717 + 0,01610
𝑥= = 10,8769 𝑝𝑝𝑚
0,06740
3) 15 menit
0,770 + 0,01610
𝑥= = 11,6632 𝑝𝑝𝑚
0,06740
4) 20 menit
0,758 + 0,01610
𝑥= = 11,4852 𝑝𝑝𝑚
0,06740
5) 25 menit
0,391 + 0,01610
𝑥= = 6.0401 𝑝𝑝𝑚
0,06740
6) 30 menit
0,399 + 0,01610
𝑥= = 6,1588 𝑝𝑝𝑚
0,06740
2. Perhitungan kadar (pengenceran)
• Tablet Generik
1) 5 menit
= 5,1053 𝑝𝑝𝑚 × 50 = 255,265 𝑝𝑝𝑚
2) 10 menit
= 5,2834 𝑝𝑝𝑚 × 50 = 264,165 𝑝𝑝𝑚
3) 15 menit
= 4,8680 𝑝𝑝𝑚 × 50 = 243,400 𝑝𝑝𝑚
4) 20 menit
= 5,4169 𝑝𝑝𝑚 × 50 = 270,845 𝑝𝑝𝑚
5) 25 menit
= 5,4021 𝑝𝑝𝑚 × 50 = 270,105 𝑝𝑝𝑚
6) 30 menit
= 7,8798 𝑝𝑝𝑚 × 50 = 393,99 𝑝𝑝𝑚

8
• Tablet paten
1) 5 menit
= 10,7433 𝑝𝑝𝑚 × 50 = 537,165 𝑝𝑝𝑚
2) 10 menit
= 10,8769 𝑝𝑝𝑚 × 50 = 543,845 𝑝𝑝𝑚
3) 15 menit
= 11,6632 𝑝𝑝𝑚 × 50 = 583,160 𝑝𝑝𝑚
4) 20 menit
= 11,4852 𝑝𝑝𝑚 × 50 = 574,260 𝑝𝑝𝑚
5) 25 menit
= 6,0401 𝑝𝑝𝑚 × 50 = 302,005 𝑝𝑝𝑚
6) 30 menit
= 6,1588 𝑝𝑝𝑚 × 50 = 307,940 𝑝𝑝𝑚
3. Perhutungan Konsentrasi dalam 900 ml
900 𝑚𝑙
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 (𝑝𝑝𝑚) ×
1000 𝑚𝑙
• Tablet Generik
1) 5 menit
900 𝑚𝑙
= 255,265 𝑝𝑝𝑚 × = 229,7385 𝑝𝑝𝑚
1000 𝑚𝑙
2) 10 menit
900 𝑚𝑙
= 264,165 𝑝𝑝𝑚 × = 237,7485 𝑝𝑝𝑚
1000 𝑚𝑙
3) 15 menit
900 𝑚𝑙
= 243,400 𝑝𝑝𝑚 × = 219,060 𝑝𝑝𝑚
1000 𝑚𝑙
4) 20 menit
900 𝑚𝑙
= 270,845 𝑝𝑝𝑚 × = 243,7605 𝑝𝑝𝑚
1000 𝑚𝑙
5) 25 menit
900 𝑚𝑙
= 270,105 𝑝𝑝𝑚 × = 243,0945 𝑝𝑝𝑚
1000 𝑚𝑙
6) 30 menit

9
900 𝑚𝑙
= 393,99 𝑝𝑝𝑚 × = 354,591 𝑝𝑝𝑚
1000 𝑚𝑙
• Tablet Paten
1) 5 menit
900 𝑚𝑙
= 537,165 𝑝𝑝𝑚 × = 483,4485 𝑝𝑝𝑚
1000 𝑚𝑙
2) 10 menit
900 𝑚𝑙
= 543,845 𝑝𝑝𝑚 × = 489,4605 𝑝𝑝𝑚
1000 𝑚𝑙
3) 15 menit
900 𝑚𝑙
= 583,160 𝑝𝑝𝑚 × = 524,844 𝑝𝑝𝑚
1000 𝑚𝑙
4) 20 menit
900 𝑚𝑙
= 574,260 𝑝𝑝𝑚 × = 516,834 𝑝𝑝𝑚
1000 𝑚𝑙
5) 25 menit
900 𝑚𝑙
= 302,005𝑝𝑝𝑚 × = 271,8045 𝑝𝑝𝑚
1000 𝑚𝑙
6) 30 menit
900 𝑚𝑙
= 307,940 𝑝𝑝𝑚 × = 277,146 𝑝𝑝𝑚
1000 𝑚𝑙
4. Perhitungan Persen (%) terlarut
𝑥 𝑚𝑔
%𝑇𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 = × 100%
500 𝑚𝑔
• Tablet Generik
1) 5 menit
229,7385
= × 100% = 45,9477 = 45,95%
500 𝑚𝑔
2) 10 menit
237,7485
= × 100% = 47,5497 = 45,55%
500 𝑚𝑔
3) 15 menit
219,060
= × 100% = 43,8121 = 43,81%
500 𝑚𝑔
4) 20 menit

10
243,7605
= × 100% = 48,7521 = 48,75%
500 𝑚𝑔
5) 25 menit
243,0945
= × 100% = 48,6189 = 48,62%
500 𝑚𝑔
6) 30 menit
354,591
= × 100% = 70,9182 = 70,92%
500 𝑚𝑔
• Tablet Paten
1) 5 menit
483.4485
= × 100% = 96,69%
500 𝑚𝑔
2) 10 menit
489,4605
= × 100% = 97,89%
500 𝑚𝑔
3) 15 menit
524,8440
= × 100% = 104,97%
500 𝑚𝑔
4) 20 menit
516,8340
= × 100% = 103,37%
500 𝑚𝑔
5) 25 menit
271,8045
= × 100% = 54,36%
500 𝑚𝑔
6) 30 menit
277,146
= × 100% = 55,43%
500 𝑚𝑔
Tabel 2. Perhitungan % parasetamol terlarut Tablet Generik

Waktu Absorban Konsentrasi Konsentrasi x Konsentrasi %


(menit) (ppm) pengenceran (dalam 900ml) terlarut
5 0,328 Abs 5,1053 𝑝𝑝𝑚 255,265 𝑝𝑝𝑚 229,7385 𝑝𝑝𝑚 45,95%
10 0,340 Abs 5,2834 𝑝𝑝𝑚 264,165 𝑝𝑝𝑚 237,7485 𝑝𝑝𝑚 45,55%

11
15 0,312 Abs 219,060 𝑝𝑝𝑚 243,7605 𝑝𝑝𝑚 43,81%
4,8680 𝑝𝑝𝑚

20 0,349 Abs 5,4169 𝑝𝑝𝑚 270,845 𝑝𝑝𝑚 243,7605 𝑝𝑝𝑚 48,75%


25 0,348 Abs 5,4021 𝑝𝑝𝑚 270,105 𝑝𝑝𝑚 243,0945 𝑝𝑝𝑚 48,62%
30 0,515 Abs 7,8798 𝑝𝑝𝑚 393,99 𝑝𝑝𝑚 354,591 𝑝𝑝𝑚 70,92%

Tabel 3. Perhitungan % parasetamol terlarut Tablet Paten

Waktu Absorban Konsentrasi Konsentrasi x Konsentrasi %


(menit) (ppm) pengenceran (dalam 900ml) terlarut
5 0,708 Abs 10,7473 𝑝𝑝𝑚 537,165 𝑝𝑝𝑚 483,4485 𝑝𝑝𝑚 96,69%
10 0,717 Abs 10,8769 𝑝𝑝𝑚 543,845 𝑝𝑝𝑚 489,4605 𝑝𝑝𝑚 97,89%
15 0,770 Abs 583,160 𝑝𝑝𝑚 524,844 𝑝𝑝𝑚 104,97%
11,6632 𝑝𝑝𝑚

20 0,758 Abs 11,4852 𝑝𝑝𝑚 574,260 𝑝𝑝𝑚 516,834 𝑝𝑝𝑚 103,37%


25 0,391 Abs 302,005 𝑝𝑝𝑚 271,8045 𝑝𝑝𝑚
6.0401 𝑝𝑝𝑚 54,36%

30 0, 399 Abs 6,1588 𝑝𝑝𝑚 307,940 𝑝𝑝𝑚 277,146 𝑝𝑝𝑚


55,43%

12
5. Kurva Waktu (t) terhadap Persen (%) terlarut
(Untuk melihat profil disolusi & perhitungan ED)

Kurva 1. Tablet Generik


100.00%
PERSEN (%) TERLARUT 90.00%
80.00% 70.92%
70.00%
60.00% 45.95% 47.55% 43.81% 48.75% 48.62%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
0 5 10 15 20 25 30 35
WAKTU (MENIT)

Kurva 2. Tablet Paten


120.00% 104.97%103.37%
96.69% 97.89%
Persen (%Terlarut)

100.00%
80.00%
54.46% 55.43%
60.00%
40.00%
20.00%
0.00%
0 5 10 15 20 25 30 35
Waktu (menit)

6. Perhitungan Efisiensi Disolusi (ED)


x 100%
Area di bawah kurva
ED =
Area di bawah kurva
total

➢ Tablet Generik
1) 5 Menit
1
= × 45,95 × 5 = 114,875
2

2) 10 Menit

45,95 + 47,55
= × 5 = 233,75
2

3) 15 Menit

13
47,55 + 43,81
= × 5 = 228,40
2

4) 20 Menit
43,81 + 48,75
= × 5 = 231,40
2

5) 25 Menit
48,75 + 48,62
= × 5 = 243,425
2

6) 30 Menit
48,62 + 70,92
= × 5 = 298,85
2

• Total = 114,875 + 233,75 + 228,40 + 231,40 + 243,425 + 298,85


= 1350,7
1350,7
• ED = × 100% = 45,02%
3000

➢ Tablet Paten
1) 5 Menit
1
= × 96,69 × 5 = 291,275
2

2) 10 Menit
96,69 + 97,89
= × 5 = 486,45
2

3) 15 Menit
97,89 + 104,97
= × 5 = 507,15
2

4) 20 Menit
104,97 + 103,37
= × 5 = 520,85
2

5) 25 Menit
103,37 + 54,46
= × 5 = 394,575
2

6) 30 Menit
54,46 + 55,43
= × 5 = 274,72
2
• Total = 241,725 + 486,45 + 507,15 + 520,85 + 394,575 + 274,725
= 2425,475

14
2425,475
• ED = × 100% = 80,84916667 %
3000
= 80,85%

VI. TUGAS
- Dapar fosfat (FI Ed. III Hal.755) pada pH 5,8 adalah 3,6 (mililiter natrium
hidroksida 0,2 N)
Larutan NaH2PO4 Larutan Na2HPO4 pH
0,8 % ml 0,947% mL
90 10 5,5
80 20 6,2
70 30 6,5
60 40 6,6
50 50 6,8
40 60 7,0
30 70 7,2
20 80 7,4
10 90 7,7
5 95 8,0

- Persyaratan Uji Disolusi Tablet Parasetamol (FI Ed. VI Hal. 1364)


Disolusi <1231>
Media disolusi 900 ml. Dapar fosfat pH 5.8.
Alat tipe 2: 50 rpm. Waktu 30 menit.
Prosedur Lakukan penetapan Jumlah CHNO yang terlarut dengan mengukur serapan
alikot, jika perlu encerkan dengan Media disolusi dan serapan larutan baku
Parasetamol BPFI dalam media yang sama pada panjang gelombang serapan
maksimum lebih kurang 243 nm. Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
kurang dari 80% (Q) CHINO, dari jumlah yang tertera pada etiket.

Untuk tablet kunyah


Media disolusi 900 ml. Dapar fosfat pH 5.8.
Alat tipe 2.75 rpm. Waktu. 45 menit.

15
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C8H9NO2 yang terlarut dengan mengukur
serapan alikot, jika perlu encerkan dengan Media disolusi dan serapan larutan baku
Parasetamol BPFI dalam media yang sama pada panjang gelombang serapan
maksimum lebih kurang 243 nm. Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
kurang dari 75% (Q) C8H9NO2 dari jumlah yang tertera pada etiket.

VII. DISKUSI DAN KESIMPULAN

Disolusi adalah proses melarutnya suatu bahan padat. Proses ini sangat penting,
terutama untuk bahan aktif yang digunakan secara per oral untuk tujuan pemakaian
sistemik. Pada praktikum dengan percobaan uji disolusi menggunakan alat disolusion
tester dengan dua jenis tablet parasetamol yakni tablet generic dan tablet paten.
Setelah preprasi selesai dilakukan diamati absorban menggunakan spektrofotometri
UV dan dicari perhitungan konsentrasi dengan Persamaan garis: Y = 0,06740 x –
0,01610 (r = 0,99928). Waktu yang diukur adalah 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 menit.
Jika dibandingkan berdasalkan hasil perhitungan konsentrasi yang dilakukan antara
tablet generic dengan tablet paten, lebih besar hasil tablet paten daripada hasil
konsntrasi tablet generic (ppm). Jika dirata-rata, tablet generic mendapatkan 4,51262
ppm dibandikan tablet paten yang lebih besar yakni 9,49592 ppm.
Perbandingan kadar x pengenceran juga memilii hasil lebih besar tablet paten
dibandingkan tablet generic, tablet paten didapatkan 200-300an ppm sedangkan
tablet paten 300-500an ppm. Begitu pula hingga tahap perhitungan persen terlarut,
berdasarkan FI edisi VI halaman 1364 dinyatakan bahwa Dalam waktu 30 menit
harus larut tidak kurang dari 80% sedangkan persen terlarut yang didapatkan pada
waktu 30 menit untuk percobaan generic adalah 70,92% dan tablet paten yakni 55,43
%. Sehingga hasil persen terlarut tidak memenuhi persyaratan uji disolusi tidak
kurang dari 80%.

16
VIII. PUSTAKA
1. Abdou, H.A., 1989, Dissolution, Bioavailability & Bioequivalence, Mack

Publishing Co., Easton Pennsylvania.


2. Carstensen, J.T., 1993, Pharmaceutical Principles of Solid Dosage Form,

Technomic Publishing Company, Inc., Lancaster, Pennsylvania.


3. Carstensen, J.T., 1977, Pharmaceutics of Solid and Solid Dosage

Form,John Wiley and Sons, Inc., New York.


4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Farmakope

Indonesia,ed. 4, Jakarta.
5. Florence A.T., and Attwood D., 1998, Physicochemical Principles

ofPharmacy, 3rd Ed. The Macmillan Press Ltd.


6. Hanson, W.A., 1991, Handbook of Dissolution Testing, 2nd Ed

Revised,Aster Publishing Corp. Eugene, Oregon.


7. Martin, A., 1993, Physical Pharmacy, 4th ed., Lea & Febiger,

Philadelphia,London, p.324-361.

17
IX. DOKUMENTASI
Diisi wadah disolusi yang
dicelupakn dalam penangas air
dengan daparfosfat 5,8 sebanyak
900ml

Suhu media disolusi di bagian dalam


wadah disolusi diatur pada suhu 37 ±
0,5°C

Dipasang pengaduk dayung pada motor


pengaduk, atur posisinya sehingga
sumbu tangkai terletak di tengah wadah
disolusi

Dimasukkan tablet kedalam wadah


disolusi
Dilakukan pengambilan sampel pada
rentang waktu: 5, 10, 15, 20, 25 dan 30
menit, sebanyak 5,0ml dengan alat suntik

Dimasukkanlarutan disolusi ke
dalam tabung reaksi(vial) dengan
filter holder

Dibuat larutan parasetamol dengan


konsentrasi 2,0 sampai 10,0 ppm.

19
Dilakukan pengukuran konsentrasi
Parasetamol terlarut dengan
Spektrofotometer UV-vis

Mengisi kuvet dengan larutan sampel

Hasil pengukuran ukur absorbansi


pada panjanggelombang maksimum.
(Tablet Generik)

20
Hasil pengukuran ukur absorbansi pada
panjanggelombang maksimum. (Tablet
Paten)

21
PERCOBAAN 2 : EMULSIFIKASI

I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu untuk :
- Menghitung jumlah emulgator golongan surfaktan yang digunakan
untuk pembuatan emulsi.
- Membuat emulsi dengan menggunakan emulgator golongan surfaktan.
- Dapat menentukan HLB butuh.

- Mengevaluasi ketidakstabilan suatu emulsi.


II. TEORI UMUM

Emulsi adalah suatu sistem dispersi, dengan stabilitas terbatas yang


dibentuk oleh sekurang-kurangnya dua cairan yang tidak tercampur atau
tercampur sebagian. Suatu cairan terdispersi di dalam cairan lain dalam
bentuk partikel halus (ukuran mikron) dengan adanya satu atau lebih zat
pengemulsi.
Parafin cair sering digunakan sebagai pembawa dari obat baik untuk
pemakaian dalam maupun luar dan juga untuk sediaan kosmetik. Pada umumnya
parafin cair merupakan salah satu komponen dari suatu formula sistem
dispersidan agar sediaan homogen dibuat emulsi.
Pada penyimpanan sering terlihat ketidakstabilan fisik emulsi, seperti
pecah (breaking), memisah ke atas (creaming), dan koagulasi (flocullating).
Untuk meningkatkan kestabilan emulsi parafin, dapat dilakukan antara lain
dengan penambahan bahan pengental. Zat pengemulsi yang digunakan
dalam percobaan ini adalah campuran surfaktan non ionik, sedangkan untuk
pengental digunakan CMC Na, yang kerjanya untuk melapisi partikel-
partikel parafin, sehingga mencegah terjadinya penggabungan
(coalescence).
Stokes memberikan rumus untuk kecepatan pengendapan partikel yang
terdispersi dalam sistem emulsi, dengan persamaan sebagai berikut:
𝑣 = 2 𝑟 (𝜌𝑡 − 𝜌𝑜)𝑔
18 𝜂

22
Dimana :

𝑣 : laju pengendapan

𝑟 : jari-jari partikel

𝜌𝑡 : bobot jenis fasa terdispersi

𝜌𝑜 : bobot jenis fasa pendispersi

𝑔 : gravitasi

𝜂 : viskositas
Jika 𝜌𝑜 > 𝜌𝑡, maka nilai 𝑣 adalah negatif dan akan terjadi pemisahan
ke atas. Tetapi jika fase terdispersi lebih berat daripada medium pendispersi
(𝜌𝑡 −
𝜌𝑜), maka nilai 𝑣 positif dan terjadi pemisahan ke bawah atau pengendapan.
Dari persamaan Stokes dapat diketahui bahwa: jari-jari partikel dan
viskositas medium pendispersi dapat mempengaruhi stabilitas fisik emulsi.

III. ALAT DAN BAHAN


- ALAT
- Pengaduk listrik
- Pemanas listrik
- Thermometer
- Beaker glass
- Batang pengaduk
- Gelas ukur
- Cawan porselin kecil
- BAHAN
- Parafin cair
- Span
- Tween
- CMC N

23
IV. PROSEDUR

- Formula Emulsi Parafin

Parafin cair 30%

Span dan Tween 5%Air


suling ad 150ml
- Tentukan jumlah span dan tween dengan metode aligasi

- Cari HLB butuh dari parafin cair, kemudian tentukan jumlah spandan
tween sesuai dengan harga HLBnya

- Pembuatan Emulsi Parafin

1. Timbang secara seksama bahan-bahan yang digunakan.

2. Campurkan bahan-bahan tersebut, berdasarkan kelarutannya di


dalam fasa air atau fasa minyak.
3. Parafin cair ditambah span dipanaskan 70ºC.

4. Air suling ditambah tween, dipanaskan 70ºC.

5. Dituangkan perlahan-lahan fasa parafin ke dalam fasa air pada suhu


70ºC.
6. Diaduk dengan pengaduk listrik pada kecepatan 500rpm selama 10
menit, kemudian dinginkan sampai suhu kamar.
7. Ulangi seperti prosedur di atas dengan kecepatan pengadukan
300rpm selama 10’.
8. Masukkan dalam botol dan sebagian untuk uji stabilitas emulsi dan uji
tipe emulsi.

24
V. DATA DAN PERHITUNGAN

- Perhitungan harga HLB butuh, dengan metode


aligasi. HLB butuh parafin : 12
HLB span 20 : 8,6

HLB tween 80 : 15
Metode aligasi:
3
SPAN 20 3 ( 6,4 𝑥 5% = 2,342 )

12

3,4
Tween 80 3,4 ( 6,4 𝑥 5% = 2,66 )

• Bahan yang ditimbang/ dibutuhkan


Span 20 = 2,34 x 150ml = 3,51gram
Tween 80 = 2,66 x 150ml = 3,99gram
Paraffin 30% = 45gram
Aquadest ad 150ml – ( 3,51g + 3,99g + 45g ) = 52,5ml
- Penentuan tipe emulsi
1. Metode pewarnaan
- Indikator larut air (methylen blue) ditambahkan pada sediaan
emulsi,aduk sampai homogen.
- Amati warna sediaan, jika homogen tipe emulsi m/a.

- Amati pola dengan mikroskop: ukuran globul (partikel) dan tipe


emulsinya.
2. Metode pengenceran
- Sediaan emulsi ditambah air suling sampai 10 kali bobot.

- Jika sediaan tetap homogen jenis emulsi m/a.


- Membandingkan distribusi ukuran tetesan parafin yang terdispersi
padasistem emulsi tanpa atau dengan penambahan bahan
pengental. Amati dengan mikroskop dan gambar secara skematis.
- Membandingkan stabilitas fisik emulsi, dengan cara pendiaman
pada suhukamar selama 7 hari dalam gelas ukur.
25
VI. TUGAS
• Mengamati Tipe Emulsi yang sudah dilakukan perwarnaan ( Methylen Blue )
Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa
sediaan emulsi termasuk
tipe O/W, yang dimana
gelembung – gelembung
kecil yang berwarna biru
merupakan molekul air
yang ada di dalam emulsi

• Membandingkan stabilitas fisik emulsi, dengan cara


pendiaman pada suhukamar selama 7 hari dalam gelas ukur.
Emulsi kami diamkan selama 7 hari pada suhu ruang
• Cara Pemansan

Before After
Didapatkan hasil bahwa emulsi yang dibuat dengan cara pemansan
terjadi pemisahan sebesar ±0,5𝑐𝑚

26
• Tidak menggunakan cara pemanasan

Before After
Didapatkan bahwa emulsi yang tidak menggunakan cara pemanasan terjadi
pemisahan sebesar ±8𝑐𝑚

VII. DISKUSI DAN KESIMPULAN


Emulsi adalah suatu sistem dispersi dengan stabilitas terbatas yang
dibentuk oleh minimal 2 cairan yang tidak tercampur atau tercampur sebagian.
Dalam praktikum kali ini kita melakukan 2 metode dalam pembuatan emulsi yaitu
dengan cara pemanasan dan dengan cara biasa (tidak dengan pemanasan). Untuk
prinsip pembuatan diantara keduanya hampir sama, hanya terdapat perbedaan
ketika dengan pemanasan kita memakai hot plate untuk mengaduknya dan
ditunggu suhu sampai 70°C, sedangkan yang tidak dengan pemanasan langsung
di aduk tanpa menggunakan hot plate dan tidak ditunggu panas sampai 70°C.
Untuk kecepatan dalam pengadukan dilakukan dengan perlakuan yang
sama. yaitu, pengadukan pertama dengan kecepatan 500rpm selama 10 menit,
dan pengadukan kedua menggunakan kecepatan 300rpm selama 10 menit.
setelah semua proses dilakukan maka emulsi di uji dengan methylen blue untuk
memastikan tipe emulsi yang sudah jadi, yaitu tipe O/W atau W/O. Penentuan
tipe emulsi ada dua cara, yaitu dengan metode pewarnaan dan metode
pengenceran. Namun yang diamati dengan mikroskop hanya pada uji stabilitas
menggunakan metode pewarnaan.
Jika hasil pengamatan dengan mikroskop menunjukkan warna sediaan
homogen, maka tipe emulsi tersebut yaitu O/W. setelah melakukan uji
menggunakan mikroskop kita melakukan uji seberapa baik antara metode
pemanasan atau tidak dalam pemisahan 2 fase yang di amati selama 7 hari. Dari

27
hasil pengamatan didapatkan bahwa metode pemanasan menunjukkan hasil
yang baik dimana pemisahan yang terjadi sangat sedikit jika dibandingkan dengan
tidak dilakukannya pemanasan. Pada saat melakukan pemanasan terdapat
kekurangan ketika melaksanakan praktikum, yaitu tidak ada nya termometer
untuk mengetahui suhu tersebut apakah benar-benar dalam keadaan 70°C atau
tidak. Namun, sediaan emulsi dalam pemanasan di kelompok kami menunjukkan
hasil yang baik karena hanya memisah -+0,5cm dan menunjukkan bahwa suhu
yang kita perkirakan sudah mendekati suhu 70°C. Sedangkan untuk metode tanpa
pemanasan didapatkan hasil dari pemisahan sebanyak +-8cm.
Faktor yang menyebabkan terjadinya pemisahan pada sediaan emulsi
diantaranya kecepatan dalam pengadukan, suhu pengadukan, volume pelarut,
jenis pendispersi, kosolvent, katalis dan sebagainya. Hal ini didapatkan
kesimpulan bahwa metode pemanasan lebih baik untuk pembuatan emulsi
dengan tipe O/W.

VIII. PUSTAKA

1. Martin, A., 1993, Physical Pharmacy, 4th ed., Lea & Febiger,
Philadelphia,London, p.324-361.
2. Florence A.T., and Attwood D., 1998, Physicochemical Principles
ofPharmacy, 3rd Ed. The Macmillan Press Ltd.

28
MENGGUNAKAN CARA PEMANASAN

Gambar Keterangan
Bahan yang digunakan untuk pembuatan
emulsi

Penimbangan bahan-bahan sesuai dengan


perhitungan

29
Pencampuran span dengan paraffin dan Air
dengan Tween

Dilakukan pengadukkan sebentar untuk


menghomogenkan kedua campuran

Kedua campuran tersebut dipanaskan di


atas hot plate dengan suhu ± 70℃

30
Dituangkan secara perlahan fasa paraffin ke
dalam fasa air yang berada dia tas hot plate
pada suhu ± 70℃ di ikutin dengan
pengadukkan perlahan

Diaduk dengan penaduk listrik pada


kecepatan ±500𝑟𝑝𝑚 selama 10 menit

Didinginkan campuran hingga dingin pada


suhu kamar/ruang

31
Dilakukan Kembali pengadukkan yang
kedua, dengan kecepatan ±300𝑟𝑝𝑚 selama
10 menit

Dilakukan penentuan tipe emulsi dengan 2


cara yaitu dengan cara pewarnaan
(diberikan pewarna methylen blue, aduk
ad homogen ) dan dengan cara
pengenceran ( ditambahkan 10x bobot
emulsi yang ingin di encerkan )

32
Setelah diamati dengan mikroskop di dapat
bahwa tipe emulsi kamu yaitu m/a (
gelembung kecil berwarna biru adalah air )

Hasil sediaan dimasukkan ke dalam wadah


dan di uji stabilitas emulsi selama 7 hari

33
TIDAK MENGGUNAKAN CARA PEMANASAN

Gambar Keterangan
Bahan yang digunakan untuk pembuatan
emulsi

Penimbangan bahan-bahan sesuai


dengan perhitungan

34
Pencampuran span dengan paraffin dan
Air dengan Tween

Dilakukan pengadukkan sebentar untuk


menghomogenkan kedua campuran

Dituangkan secara perlahan fasa paraffin


ke dalam fasa air di ikuti pengadukkan
secara perlahan

35
Diaduk dengan penaduk listrik pada
kecepatan ±500𝑟𝑝𝑚 selama 10 menit

Dilakukan Kembali pengadukkan yang


kedua, dengan kecepatan
±300𝑟𝑝𝑚 selama 10 menit

Dilakukan penentuan tipe emulsi dengan


2 cara yaitu dengan cara pewarnaan
(diberikan pewarna methylen blue, aduk
ad homogen ) dan dengan cara
pengenceran ( ditambahkan 10x bobot
emulsi yang ingin di encerkan )

36
Setelah diamati dengan mikroskop di
dapat bahwa tipe emulsi kamu yaitu m/a
( gelembung kecil berwarna biru adalah
air )

Hasil sediaan dimasukkan ke dalam


wadah dan di uji stabilitas emulsi selama
7 hari

37
PERCOBAAN 3
DISTRIBUSI UKURAN DAN SIFAT ALIR PARTIKEL
I. TUJUAN PARTIKEL
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu untuk :
a. Menggunakan alat penentuan distribusi ukuran dan sifat alir zat padat.
b. Menentukan distribusi ukuran partikel dan diameter rata-rata zat padat dengan metode
ayakan.
c. Menentukan kecepatan alir dan sifat alir zat padat.
II. TEORI UMUM
A. DISTRIBUSI UKURAN
Distribusi ukuran dapat ditentukan dengan pengayakan standar. Metode ini dapat
diterapkan untuk partikel-partikel dengan diameter > 100 micro meter. Efisiensi dan
kecepatan pemisahan partikel berbanding terbalik dengan jumlah partikel yang diayak.
Efektivitas pemisahan menurun dengan cepat bila tebal bahan > 6-8 partikel.
Untuk menentukan keseragaman kehalusan serbuk bahan obat atau bahan kimia dapat
digunakan proses sebagai berikut, dengan menggunakan pengayak standar yang sesuai
dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Hindari pengocokan yang terlalu lama yang dapat
meningkatkan kehalusan serbuk selama proses pengujian.

Untuk serbuk yang sangat kasar, kasar dan agak kasar :


Letakkan 25-100g serbuk yang akan diuji pada pengayak standar ynag dilengkapi
dengan penutup dan pan penampung. Getarkan pengayak dengan arah berputar horizontal
dan secara vertikal dengan ketukan-ketukan pada suatu permukaan yang keras selama tidak
kurang dari 20 menit atau sampai pemisahan secara praktis terjadi sempurna. Timbang
jumlah serbuk pada pengayak dan pan penampung.

Untuk serbuk yang halus atau sangat halus :


Lakukan seperti pada serbuk kasar, kecuali jumlah sampel sebaiknya tidak lebih dari
25g, dan pengayak digetarkan tidak kurang dari 30 menit atau sampai pemisahan secara
praktis sempurna.
Dalam hal serbuk berminyak atau cenderung menutupi lubang pengayak, sikat
pengayak dengan hati-hati pada interval-interval selama proses pengujian. Hancurkan
gumpalan-gumpalan yang terbentuk selama proses.
Ukuran lubang dari masing-masing oengayak standar dinyatakan dalam satuan
"MESH" yang artinya jumlah lubang yang terdapat pada 1 inci panjang. Tabel perbandingan
ukuran macam-macam standar pengayak dapat dilihat pada karl kolb Scientific Technical
Supplies 74 p.527.

38
B. SIFAT ALIR ZAT PADAT
Sifat alir serbuk dalam farmasi diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu serbuk
yang mengalir benas (free flowing) dan serbuk yang kohesif. Beberapa faktor penting yang
mempengaruhi sifat alir serbuk yaitu : ukuran, porositas dan densitas serta tekstur
permukaan dari partikel.
Pada pembuatan sediaan tablet, kecepatan alir merupakan hal yang sangat berpengaruh
terhadap keseragaman bobot tablet yang dihasilkan. Untuk menghasilkan tablet dengan
bobot yang seragam, diperlukan suatu batas kecepatan alir minimum.
Kecepatan alir serbuk dapat ditentukan secara langsung dengan menggunakan corong.
Dari hasil penentuan kecepatan alir dengan corong, dapat juga ditentukan sudut istirahat
(angle of repose). Sudut istirahat mencerminkan gaya gesek ( frictional force) yang terjadi
antar partikel serbuk. Semakin besar gaya gesek maka hambatan untuk mengalir semakin
besar sehingga sudut istirahat menjadi besar.

III. ALAT DAN BAHAN


a. ALAT :
• Seperangkat pengayak standar
• Timbangan
• Mesin penggetar pengayak
• Corong standar
• Stopwatch
• Penggaris
b. BAHAN :
• Granul
• Amilum

IV. CARA KERJA


A. DISTRIBUSI UKURAN
Timbang 25 gram granul dan amilum

Timbang bobot masing – masing pengayak serta pan penampung yang akan digunakan

Susun pengayak-pengayak tersebut dengan diameter lubang terbesar diletakkan di atas


dan pan penampung di bawah.

Letakkan susunan pengayak tersebut di atas mesin penggetar.

letakkan (granul dan amilum) yang sudah ditimbang pada pengayak paling atas, tutup
dan kencangkan.

Getarkan pengayak dengan kecepatan getaran 5 rpm selama 10 menit

39
Timbang bobot masing – masing pengayak beserta (granul dan amilum)

Hitung bobot (granul dan amilum) yang terdapat pada masing – masing pengayak serta
pan penampung .

Buat tabel serta hitung diameter rata – rata sampel tanpa sampel pada pengayak paling
atas.

Buat kurva distribusi ukuran (granul dan amilum) serta kurva frekuensi kumulatif.

B. KECEPATAN ALIR DAN SUDUT ISTIRAHAT

Pasang corong pada statif dengan jarak ujung pipa bagian bawah kebidang datar

= 10,0 ± 0,2cm.

Timbang teliti 25 gram bahan (w).

Tuang bahan tersebut ke dalam corong dengan dasar lubang corong ditutup.

Buka tutup dasar lubang corong sambil jalankan stopwatch.

Catat waktu yang diperlukan mulai bahan mengalir sampai bahan dalam
corong habis(t detik).

Hitung kecepatan alir dengan rumus:


𝑤
Kecepatan alir = gram/detik
𝑡

Ukur tinggi timbunan bahan di bawah corong hasil penentuan kecepatan alir (h
cm). tan-1

Ukur jari-jari alas kerucut timbunan bahan tersebut (r cm).

Hitung sudut istirahat dengan rumus:



𝛼 = tan−1 𝑟

40
V. DATA HASIL PERCOBAAN DAN PENGLAHAN DATA.
A. DISTRIBUSI UKURAN
-GRANUL

PENGAYAK BOBOT BOBOT


NO. MESH DIAMETER BOBOT PENGAYAK + GRANUL
LUBANG ( (g) GRANUL (g) (g)
20 850 343,52 345,23 1,71
30 600 341,35 344,56 3,21
40 425 305,48 310,17 4,69
50 300 293,74 297,48 3,74
60 250 289,18 291,08 1,9
80 180 284,14 286,97 2,83
Penampung 6,87
Jumlah 257,31 264,18 24,95

• TABEL DISTRIBUSI UKURAN

UKURAN BOBOT GRANUL


GRANUL ( G % % KUMULATIF <
>850 1,71 g 6,84 % 6,84 %
850 – 600 3,21 g 12,84 % 12,84 %
600 – 425 4,69 g 18,76 % 18,76 %
425 – 300 3,74 g 14,96 % 14,96 %
300 – 250 1,9 g 7,6 % 7,6 %
250 – 180 2,83 g 11,32 % 11,32 %
Penampung 6,87 g 27,48 % 27,32 %
JUMLAH 24,95 g 99,81 %

➢ Perhitungan
1. > 850 = 1,71 g/ 25 g x 100% = 6,84%
2. 850-600 = 3,21 g/ 25 g x 100% = 12,84%
3. 600-425 = 4,69 g/25 g x 100 % =18,76 %
4. 425-300 = 3,74 g/25g x 100% = 14,96%
5. 300-250 = 1,9 g /25g x 100 % = 7,6 %
6. 250-180 = 2,81 g/25 g x 100 % = 11,32 %
7. Penampung = 6,87 g/25g x 100% = 27,32 %

41
• TABLET RATA RATA DIAMETER SAMPEL

Ukuran lubang Rata-rata Bobot sampel / % bobot BxD


ayakan lubang ayakan g sampel
(A) (B) (C) (D) (E)
850 850 1,71 g 6,84 % 5,814
600 850 + 600 3,21 g 12,84 % 9,309
= 725
2
425 600 + 425 4,69 g 18,76 % 9,614
= 512,5
2
300 425 + 300 3,74 g 14,96 % 5,423
= 362,5
2
250 300 + 250 1,9 g 7,6 % 2,090
= 275
2
180 180 2, 83 g 11,32 % 2,037
Penampung - 6,87 g 27,48 % -
Jumlah 2,905 24,95 g 99,81 % 34,287

➢ DIAMETER RATA RATA (dav)


∑(%𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑢𝑘.𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑦𝑎𝑘𝑎𝑛
= 100
99,81% 𝑥 2,905
= = 2.899,4805
100

-AMYLUM

PENGAYAK BOBOT BOBOT


NO. MESH DIAMETER BOBOT PENGAYAK + AMYLUM(g)
LUBANG ( (g) AMYLUM (g)
20 850 343,52 343,63 0,11
30 600 341,35 341,46 0,11
40 425 305,48 306,16 0,08
50 300 293,74 294,25 0,51
60 250 289,18 289,37 0,19
80 180 284,14 279,94 0,17
Penampung 257,31 279,94 22,63
Jumlah 24,95

• TABEL DISTRIBUSI UKURAN

UKURAN BOBOT GRANUL


GRANUL ( G % % KUMULATIF <
>850 0,11 0,44 % 0,44 %
850 – 600 0,11 0,44 % 0,44 %
600 – 425 0,08 2,72 % 2,72 %
425 – 300 0,51 2,04 % 2,04 %
300 – 250 0,19 0,76% 0,76%

42
250 – 180 0,17 2,28 % 2,28 %
Penampung 22,63 90,52 % 90,52 %
JUMLAH 24,8g 99,2 %
➢ Perhitungan
8. > 850 = 0,11g/ 25 g x 100% = 0,44 %
9. 850-600 = 0,11 g/ 25 g x 100% = 0,44 %
10. 600-425 = 0,68 g/25 g x 100 % =2,72 %
11. 425-300 = 0,51 g/25g x 100% = 2,04 %
12. 300-250 = 0,19 g /25g x 100 % = 0,76 %
13. 250-180 = 0,57 g/25 g x 100 % = 2,28 %
14. Penampung = 22,63 g/25g x 100% = 99,2 %

• TABLET RATA RATA DIAMETER SAMPEL


Ukuran lubang Rata-rata Bobot sampel / % bobot BxD
ayakan lubang ayakan g sampel
(A) (B) (C) (D) (E)
850 850 0,11 0,44 % 374
600 850 + 600 0,11 0,44 % 319
= 725
2
425 600 + 425 0,08 2,72 % 1394
= 512,5
2
300 425 + 300 0,51 2,04 % 739,5
= 362,5
2
250 300 + 250 0,19 0,76% 209
= 275
2
180 180 0,17 2,28 % 410,4
Penampung - 22,63 90,52 % -
Jumlah 2,905 24,8g 99,2 % 3.445,9

➢ DIAMETER RATA RATA (dav)


∑(%𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑢𝑘.𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑦𝑎𝑘𝑎𝑛
= 100
99,2% 𝑥 2,905
= = 2.881,76
100

• KESIMPULAN DISTRUBUSI UKURAN


Dari hasil praktikum distribusi ukuran granul dan amylum tritici didapatkan
hasil % kumulatif yang mendekati dengan 100%. Persen kumulatif sampel granul
didapat 99,81%, sedangkan sampel amylum tritici didapatkan 99,2%. Hasil dari
diameter rata-rata sampel granul didapatkan 2.899,4805 sedangkan sampel amylum
tritici didapat 2.881,76.

43
B. KECEPATAN ALIR DAN SUDUT ISTIRAHAT
a) HASIL PENENTUAN KECEPATAN ALIR

NO. Bahan w (gram) t (detik) Kec. Alir (g/detik)


1. Granul (1) 25 g 3,26 detik 7,67
2. Granul (2) 25 g 2,96 detik 8,45
3. Granul (3) 25 g 2,75 detik 9,09
4. Amilum (1) 25 g 0 detik -
5. Amilum (2) 25 g 0 detik -
6. Amilum (3) 25 g 0 detik -
𝑤
Rumus kecepatan alir = 𝑡 gram/detik

Perhitungan :

• Granul (1) = 25 g / 3,26 detik


= 7,67 g/detik
• Granul (2) = 25 g / 2,96 detik
= 8,45 g/detik
• Granul (3) = 25 g / 2,75 detik
= 9,09 g/detik

b) HASIL PENENTUAN SUDUT ISTIRAHAT


NO. Bahan h (cm) r (cm) α (°)
1. Granul (1) 2 cm 8 cm 26,57°
2. Granul (2) 2,2 cm 8,5 cm 27,37°
3. Granul (3) 2 cm 8,5 cm 25,20°
4. Amilum (1) - - -
5. Amilum (2) - - -
6. Amilum (3) - - -

Rumus : 𝛼 = tan−1 𝑟

Perhitungan :

• Granul (1) = tan -1 (2 x 2 cm / 8 cm)


= 26,57°

• Granul (2) = tan -1 (2 x 2,2 cm / 8,5 cm)


= 27,37°

• Granul (2) = tan -1 (2 x 2 cm / 8,5 cm)


= 25,20°

44
c) KURVA HISTOGRAM ANTARA KECEPATAN ALIR DAN SUDUT
ISTIRAHAT

d) PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN PENETUAN KECEPATAN ALIR


Pada percobaan diatas data yang didapatkan fluktuatif yaitu data yang naik turun,
dugaan kesalahan yaitu pada papan alas diameter yang kurang lurus ataupun
bergesernya corong alir pada saat melakukan percobaan.
Pada saat percobaan sampel amilum, amilum sangat susah untuk mengalir dan
sangat lama sekali untuk mengalir turun. Sehingga dapat dibedakan dengan sampel
granul yang cepat dalam mengalir. Oleh sebab itu, pada praktikum yang telah dilakukan
amilum tidak ikut serta dalam percobaannya, karena tidak ada data yang diperoleh .
Dari percobaan yang telah kami dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
didapatkan data yang fluktuatif (data yang naik turun). Pada percobaan granul ketiga
didapatkan hasil yang lebih tinggi daripada dua percobaan lainnya (3 kali percobaan),
dengan sudut istirahat paling kecil diantara percobaanyang lain. Hal tersebut karena
kecepatan alir dipengaruhi oleh ukuran partikel, distribusi ukuran partikel, bentuk
partikel, kekerasan tekstur permukaan, penurunan energi permukaan dan luas
permukaan partikel.

45
DOKUMENTASI
a. Distribusi ukuran

Proses penimbangan bahan (sampel)

Proses pengayakan

Proses penimbangan setelah diayak

b. Kecepatan alir dan sudut istirahat

Proses penimbangan bahan (sampel)

46
Proses kecepatan alir

Proses pengukuran sudut istirahat

47

Anda mungkin juga menyukai