Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PEMERIKSAAN SPUTUM

OLEH
KELOMPOK 4

NAMA MAHASISWA:
1. CALISTA NENOBAHAN
NIM. PO530320919212
2. CATURING PALI
NIM. PO530320919213
3. CHAMELIA DOH
NIM. PO530320919214
KELAS: PPN TINGKAT 2
MATA AJARAN : PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini meskipun dengan sangat sederhana.
Harapan kami semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat, menambah
wawasan dan pengetahuan, sehingga nantinya kami dapat memperbaiki bentuk ataupun isi
makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Kami mengakui bahwasanya masih banyak kekurangan didalam makalah ini. Oleh sebab
itu, dengan penuh kerendahan hati kami berharap kepada para pembaca untuk memberikan kritik
dan saran demi lebih memperbaiki makalah ini. Terima kasih.

Kupang, 01 Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................iii
BAB 1.........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG................................................................................................................1
1.2 TUJUAN.....................................................................................................................................2
BAB 2.........................................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................................3
2.1 PENGERTIAN SPUTUM........................................................................................................3
2.2 TUJUAN PEMERIKSAAN SPUTUM.....................................................................................3
2.3 JENIS PEMERIKSAAN SPUTUM..........................................................................................4
2.4 JENIS DAN NILAI NORMAL SPUTUM...............................................................................8
2.5 INTERPRETASI NILAI ABNORMALITAS SPUTUM........................................................9
2.6 IMPLIKASI PERAWAT DALAM PENGUMPULAN SPUTUM.......................................10
2.7 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGUMPULAN SPUTUM..........................12
BAB 3.......................................................................................................................................................16
PENUTUPAN..........................................................................................................................................16
3.1 KESIMPULAN........................................................................................................................16
3.2 SARAN.....................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................17

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam menentukan diagnosis suatu penyakit, diperlukan beberapa uji laboratorium yaitu
pemeriksaan spesimen yang diambil dari pasien. Pemeriksaan laboratorium adalah suatu
tindakan dan prosedur pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari penderita.
Sampel yang diambil dapat berupa darah, urin, feses, dahak, secret vagina, dan sebagainya untuk
menentukan diagnosa disertai dengan uji lainnya sebagai penunjang. Sekumpulan pemeriksaan
laboratorium dilakukan dengan tujuan tertentu misalnya untuk mendeteksi penyakit, menentukan
risiko, memantau perkembangan penyakit, memantau perkembangan pengobatan, dan lain-lain.
Tes atau pemeriksaan dapat secara kimia klinik, hematologi, imunologi, serologi,
mikrobiologi klinik, dan parasitologi klinik. Metode pemeriksaan terus berkembang dari
kualitatif, semi kuantitatif, dan dilaksanakan dengan cara manual, semiotomatik, otomatik,
sampai robotic. Hal ini berarti peralatan pun berkembang dari yang sederhana sampai yang
canggih dan mahal hingga biaya tes pun dapat meningkat.
Ada beberapa penyakit saluran pernapasan yang mulai banyak menyerang masyrakat.
Seperti tuberkolosis pulmonal, bakteri pneumonia, bronchitis kronis, dan sebagainya. Oleh
karena hal tersebut, perlu dilakukan tes terhadap spesimen guna menentukan penyakit-penyakit
tersebut yaitu dengan menggunakan dahak atau sputum.
Perawat mempunyai kontribusi dalam pengkajian status kesehatan klien dengan
mengumpulkan specimen cairan tubuh. Semua klien rawat inap menjalani paling sedikit satu kali
pengumpulan specimen laboratorium pada specimen seperti urin, darah, feses, sputum dan
drainase luka memberikan informasi tambahan yang penting untuk mendiagnosis masalah
kesehatan dan mengukur respons terhadap terapi. Perawat sering diberikan tanggung jawab
untuk mengumpulkan specimen bergantung pada jenis specimen dan keterampilan yang
diperlukan. Perawat dapat mendelegasikan tugas ini kepada UAP di bawah pengawasan perawat
professional.
Peran perawat dalam pengambilan sputum diperlukan untuk membantu mengurangi keluhan
pasien. Cara yang dilakukan yaitu perawat menjelaskan tujuan pengumpulan specimen dan

1
prosedur pengambilan specimen dan memberikan kenyamanan, privasi dan keamanan bagi klien.
Perawat juga dapat membantu mengeluarkan sputum pasien dengan teknik batuk efektif dan
fisioterapi dada.
1.2 TUJUAN
1) TUJUAN UMUM
Agar mahasiswa/I mampu mengetahui, mengerti dan paham mengenai pemeriksaan
sputum.
2) TUJUAN KHUSUS
Agar mahasiswa/I mampu:
a) Menjelaskan pengertian sputum
b) Menjelaskan tujuan pemeriksaan sputum
c) Menjelaskan jenis pemeriksaan sputum
d) Menjelaskan jenis dan nilai normal sputum
e) Menjelaskan interpretasi nilai abnormalitas sputum
f) Menjelaskan impikasi perawat dalam pengumpulan sputum
g) Menjelaskan standar operasional prosedur pengumpulan sputum

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN SPUTUM


Sputum adalah lendir dan materi lainnya yang dibawa dari paru-paru, bronkus dan trakea
yang mungkin dibatukkan dan dimuntahkan atau ditelan. Kata “sputum” yang dipinjam langsung
dari bahasa Latin “meludah,” disebut juga dahak (Kamus Kesehatan, 2011).
Sputum (dahak) adalah bahan yang dikeluarkan dari paru dan trakea melalui mulut biasanya
juga disebut dengan ecpectoratorian (Dorland, 1992). Sputum yang dikeluarkan oleh seorang
pasien hendaknya dapat dievaluasi sumber, warna, volume dan konsistennya karena kondisi
sputum biasanya memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan
sputum itu sendiri. Pemeriksaan sputum diperlukan jika diduga terdapat penyakit paru-paru.
Membran mukosa saluran pernafasan berespons terhadap inflamasi dengan meningkatkan
keluaran sekresi yang sering mengandung mikroorganisme penyebab penyakit.
Sputum berbeda dengan sputum yang bercampur dengan air liur. Cairan sputum lebih kental
dan tidak terdapat gelembung busa diatasnya, sedangkan cairan sputum yang bercampur air liur
encer dan terdapat gelembung busa di atasnya. Sputum diambil dari saluran nafas bagian bawah
sedangkan sputum yang bercampur air liur diambil dari tenggorokan. Sputum diproduksi oleh
Trakheobronkhial tree yang secara normal memproduksi sekitar 3 ons mucus setiap hari sebagai
bagian dari mekanisme pembersihan normal (Normal Cleaning Mechanism) tetapi produksi
sputum akibat batuk adalah tidak normal (Rohani, 2007). Sputum ialah materi yang di
ekspetorasi dari saluran nafas bawah oleh batuk, yang tercampur bersama ludah (Hudoyo, 2009).
2.2 TUJUAN PEMERIKSAAN SPUTUM
Pemeriksaan sputum bersifat mikroskopik dan penting untuk diagnosis etiologi berbagai
penyakit pernapasan. Pemeriksaan mikroskopik dapat menjelaskan organisme penyebab penyakit
pada berbagai pneumonia bacterial, tuberkulosa serta berbagai jenis infeksi jamur. Pemeriksaan
sitologi eksfoliatif pada sputum dapat membantu diagnosis karsinoma paru-paru. Sputum
dikumpulkan untuk pemeriksaan dalam mengidentifikasi organisme patogenik dan menentukan
apakah terdapat sel-sel maligna atau tidak. Aktifitas ini juga digunakan untuk mengkaji

3
sensitivitas (di mana terdapat peningkatan eosinofil). Pemeriksaan sputum secara periodik
mungkin diperlukan untuk klien yang mendapat antibiotik, kortikosteroid dan medikasi
imunosupresif dalam jangka panjang karena preparat ini dapat menimbulkan infeksi oportunistik.
Secara umum kultur sputum digunakan dalam mendiagnosis untuk pemeriksaan sensitivitas obat
dan sebagai pedoman pengobatan. Jika sputum tidak dapat keluar secara spontan, pasien sering
dirangsang untuk batuk dalam dengan menghirupkan aerosol salin yang sangat jenuh glikol
propilen yang mengiritasi atau agen lainnya yang diberikan dengan nebulizer ultrasonic.
2.3 JENIS PEMERIKSAAN SPUTUM
1) Pewarna gram:
Pemeriksaaan dengan pewarnaan gram dapat memberikan informasi tentang jenis
mikroorganisme untuk menegakkan diagnosis presumatif.
2) Kultur Sputum:
Pemeriksaan kultur sputum dilakukan untuk mengidentifikasi organisme spesifik guna
menegakkan diagnosis definitif.
3) Sensitivitas:
Pemeriksaan sensitivitas berfungsi sebagai pedoman terapi antibiotik dengan
mengidentifikasi antibiotik yang mencegah pertumbuhan organisme yang terdapat dalam
sputum.
4) Basil tahan asam (BTA):
Pemeriksaan BTA dilakukan untuk menentukan adanya Mycobacterium tuberculosa yang
setelah dilakukan pewarnaan bakteri ini tidak mengalami perubahan warna oleh alkohol asam.
Dalam prosedur pengambilan sampel BTA, untuk mengumpulkan sampel dahak pasien akan
diberikan wadah khusus dari plastik steril. Untuk mengeluarkan dahak, terlebih dahulu pasien
menghirup napas dalam-dalam dan menhannya selama sekitar lima detik. Setelah ditahan, napas
kemudian dikeluarkan secara perlahan. Ulangi lagkah menghirup napas, kemudia batukan
dengan keras hingga dahak naik ke mulut. Dahak yang sudah ada di mulut kemudian dikeluarkan
ke dalam wadah plastik yang sudah disediakan dan ditutup rapat.
Pengambilan dahak tidak hanya dilakukan 1 kali melainkan 3 kali dengan metode SPS
(Sewaktu-Pagi-Sewaktu). Sampel dahak pertama diambi; sewaktu dokter meminta sampel dahak.
Dahak kedua diambil pagi hari keesokan harinya dan dahak ketiga diambil saat mengantarkan

4
sampel dahak yang kedua ke laboratorium. Selain metode SPS, dahak juga bisa diambil 3 hari
berturut-turut setiap pagi.
5) Sitologi:
Pemeriksaan sitologi ditunjukan untuk mengidentifikasi adanya keganasan (karsinoma) pada
paru-paru. Sputum mengandung runtuhan sel dari percabangan trakheobronkhial sehingga
mungkin saja terdapat sel-sel malignan. Sel-sel malignan menunjukkan adanya karsinoma tidak
terdapatnya sel ini bukan berarti tidak adanya tumor atau tumor yang terdapat tidak meruntuhkan
sel.
6) Tes Kuantitatif :
Pengumpulan sputum selama 24 sampai 72 jam pemeriksaan kualitatif harus sering
dilakukan untuk menentukan apakah sekresi merupakan saliva, lendir, pus atau bukan. Jika
bahan yang dikeluarkan berwarna kuning-hijau biasanya menandakan infeksi parenkim paru
(pneumonia).
Pemeriksaan Laboratorium Sputum:
a) Makroskopis
1) Volume
Orang yang sehat tidak mengeluarkan sputum kalau ada jumlahnya hanya sedikit sekali
sehingga tidak dapat diukur. Volume sputum yang dikeluarkan dipengaruhi oleh penyakit
yang diderita juga stadium penyakitnya. Jumlah yang besar yaitu lebih dari 100 ml/24
jam, mungkin melebihi 500 ml ditemukan pada edema pulmonum, abses paru-paru
bronchiectasi, tuberculosis pulmonum yang lanjut dan pada abses yang pecah menembus
paru-paru.
2) Bau
Syarat pemeriksaan: harus diuji dalam keadaan segar karena sputum yang dibiarkan
beberapa lama akan busuk. Bau busuk pada sputum segar didapat pada ganggren dan
abses pulmonum, pada tumor yang mengalami nekrosis dan pada empyema yang
menembus ke bronchi, kalau abses dibawah diafragma (subphrenik) menembus ke atas
akan ditemukan bau seperti tinja.
3) Warna
Warna sputum berbeda-beda tergantung stadium penyakit yang diderita oleh pasien:
 Abu-abu atau kuning; pus dan sel epitel.

5
 Merah; perdarahan segar.
 Merah coklat; darah tua dan didapat pada permulaan pneumonia lobaris, pada
gangren dll.
 Hitam; debu yang masuk jalan pernapasan.
Jika ada warna merah yang melapisi darah perhatikan juga pada darah itu bercampur baur
dengan sputum atau hanya melapisi secara tidak merata ada bagian luarnya saja dan
apakah darah tersebut berbusa dan muda warnanya, ciri-ciri itu mungkin memberi
petunjuk kepada loklisasi perdarahan.
4) Konsistensi
Ciri-ciri ini juga dipengaruhi oleh penyakit dan stadiumnya.
 Sereus: edema pukmonum, sputum mucoid pada bronchitis, asma, pneumonia lobaris
pada stadium tertentu.
 Purulent: abses , brinchiectasi, stadium terakhir bronchitis dll.
 Seropurulent.
 Mucopurulent.
 Serohemoragik.
b) Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis dilakukan dengan sediaan natif dan sediaan pulasan.
1. Sediaan Natif
Pilihlah sebagian dari sputum yang mengandung unsur-unsur, taruhlah diatas objek dan
tutuplah dengan kaca penutup. Gunakanlah objektif 10x dan 40x untuk pemeriksaan ini dan
periksakan:
 Leukosit dan eritrosit
 Sel-sel yang mengandung pigmen:
1) Heart failure cells, yaitu sel besar, berinti satu yang mengandung hemisiderin berupa
butir kuning. Untuk membutikan adanya hemosiderin itu boleh dipakai reaksi prusian
blue, sediaan diteteskan 1 tetes larutan K ferrosianida, biarkan beberapa menit
kemudian diberikan setetes larutan HCl 5%, butir hemosiderin menjadi biru. Sel
semacam itu didapat pada kongesti dalam paru-paru (decompensatio cordis, stevonis
valvue mitralis) dan juga pada infract paru-paru.

6
2) Sel-sel yang berisi karbon berbutir-butir didapat pada antharacosis dan pada orang-
orag yang sangat banyak merokok.
3) Serat elastik: ialah serat halus, agak kuning, berombakrombak dengan ujungnya
terbelah, adanya serat-serat itu menandakan parenchym paru-paru sedang dirombak.
Jika sekiranya dianggap penting untuk menemukannya, sejumlah sputum diencerkan
denga air dulu, kemudian larutan NaOH 10-20% untuk mencairkannya kemudian
sedimennya diperiksa lagi.
4) Uliran Curschmann
5) Kristal-kristal biasanya tidak banyak artinya yang mungkin didapat ialah kristal
Charcit-Leyden, kristal asam lemak, cholesterol, leucine, tyrosine dan hematoidin.
6) Fungi untuk identifikasi selanjutnya diperlukan pemeriksaan khusus seperti biakan,
bagian yang dapat dikenal denagn memeriksa sediaan natif ialah mycelium, hypae
atau sporanya.
7) Sel epitel, leukosit dan sel eosinofil lebih baik dinyatakan dengan sediaan pulasan.
2. Sediaan pulasan
Pulasan yang dipakai ialah menurut Wright atau Giemsa, pulasan Gram dan pulasan
terhadap kuman tahan asam yang penting ialah pulasan Ziehl-nelsen dan pulasan Gram.
Agar pemeriksaan gram bermakna, sebaiknya sputum yang diperoleh dicuci beberapa
kali dengan larutan garam steril supaya kuman yang hanya melekat pada unsur-unsur
sputum dan yang tidak berasal dari bronchi menjadi hanyut. Hanya pada pulasan gram
dilihat satu-dua macam kuman saja hasil pemeriksaan bakterioskopi itu mempunyai
makna. Jika tidak hendak memakai sputum yang dipekatkan terlebih dulu untuk mencari
batang tahan asam carilah sebagian dari sputum itu yang berkeju atau yang purullent
untuk dijadikan sediaan tipis. Cara langsung itu kurang baik dari cara pemekatan boleh
dikerjakan sebagai berikut:
a. Taruhlah 2-4 ml sputum dalam tabung sentrifugr dan tambahlah sama banyaknya
larutan NaOH 4% .
b. Kocoklah tabung itu selama 5-10 menit atau sampai saat sputum telah mencair
sempurna.
c. Putarlah tabung itu selama 15-30 menit pada 3000 rpm.

7
d. Buanglah cairan atas dan tambahkanlah 1 tetes indikator fenol merah kepada
sediment yang masih ada dalam tabung itu, warnanya menjadi merah.
e. Netralkanlah reaksi sediment itu dengan berhati-hati teteskan larutan HCl 2 ml ke
dalam tabung sampai tercapainya warna merah-jambu kekuning-kunigan.
f. Sedimen ini selantjutnya dipakai untuk membuat sediaan ulasan (boleh dipakai juga
untuk biakan mycobacterium tuberculosa dan untuk percobaan marmot).
2.4 JENIS DAN NILAI NORMAL SPUTUM
a) Jenis-jenis Sputum:
1) Sputum yang dihasilkan sewaktu membersihkan tenggorokan kemungkinan berasal dari
sinus atau saluran hidung bukan berasal dari saluran napas bagian bawah.
2) Sputum banyak sekali dan purulen kemungkinan proses supuratif.
3) Sputum yang terbentuk perlahan dan terus meningkat kemungkinan tanda bronchitis
/bronkhiektasis.
4) Sputum kekuning-kuningan kemungkinan proses infeksi.
5) Sputum hijau kemungkinan proses penimbunan nanah, warna hijau ini dikarenakan
adanya verdoperoksidase, sputum hijau ini sering ditemukan pada penderita
bronkhiektasis karena penimbunan sputum dalam bronkus yang melebar dan terinfeksi.
6) Sputum merah muda dan berbusa kemungkinan tanda edema paru akut.
7) Sputum berlendir, lekat, abu-abu/putih kemungkinan tanda bronchitis kronik.
8) Sputum berbau busuk kemungkinan tanda abse paru/bronkhiektasis.
9) Berdarah atau hemoptisis sering ditemukan pada Tuberculosis.
10) Berwarna-biasanya disebabkan oleh pneumokokus bakteri (dalam pneumonia).
11) Bernanah mengandung nanah, warna dapat memberikan petunjuk untuk pengobatan yang
efektif pada pasien bronkitis kronis.
12) Warna (mukopurulen) berwarna kuning-kehijauan menunjukkan bahwa pengobatan
dengan antibiotik dapat mengurangi gejala.
13) Warna hijau disebabkan oleh Neutrofil myeloperoxidase .
14) Berlendir putih susu atau buram sering berarti bahwa antibiotic tidak akan efektif dalam
mengobati gejala. Informasi ini dapat berhubungan dengan adanya infeksi bakteri atau
virus meskipun penelitian saat ini tidak mendukung generalisasi itu.
15) Berbusa putih-mungkin berasal dari obstruksi atau bahkan edema.

8
b) Nilai Normal Sputum
Cara mengukur kuailtas sputum yang baik yaitu karakteristik sputum dilihat dari warna,
kekentalan, dan jumlah sputum, dikategorikan baik dan tidak baik. Dimana sputum bewarna
kuning kehijauan/mukopurulen, kental atau mukoid serta berjumlah 3-5 ml. (Widyowati, dkk,
2007).
Kondisi sputum yang baik ada 5 kriteria yang didapatkan ketika menerima spesimen sputum
yaitu :
a) Purulen yaitu kondisi sputum dalam keadaan kental dan lengket.
b) Mukopurulen yaitu kondisi sputum dalam keadaan kental, berwarna kuning kehijauan.
c) Mukoid yaitu kondisi sputum dalam keadaan berlendir dan kental.
d) Hemoptisis yaitu kondisi sputum dalam keadaan bercampur darah.
e) Saliva yaitu Air liur.
Kuantitas sputum menurut Depkes RI, 2005:27, sebagai berikut:
 Baik: Volume 3–5 ml tiap pengambilan
 Tidak baik: Volume tiap pengambilan kurang dari 3 ml.
2.5 INTERPRETASI NILAI ABNORMALITAS SPUTUM
Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat dievaluasi sumber, warna,
volume, dan konsistensinya karena kondisi sputum biasanya memperlihatkan secara spesifik
proses kejadian patologik pada pembentukan sputum itu sendiri.
Klasifikasi sputum dan kemungkinan penyebabnya menurut Price Wilson:
a. Sputum yang dihasilkan sewaktu membersihkan tenggorokan kemungkinan berasal dari sinus
atau saluran hidung bukan berasal dari saluran napas bagian bawah.
b. Sputum banyak sekali dan purulen kemungkinan proses supuratif.
c. Sputum yang terbentuk perlahan dan terus meningkat kemungkinan tanda bronchitis
/bronkhiektasis.
d. Sputum kekuning-kuningan kemungkinan proses infeksi.
e. Sputum hijau kemungkinan proses penimbunan nanah, warna hijau ini dikarenakan adanya
verdoperoksidase, sputum hijau ini sering ditemukan pada penderita bronkhiektasis karena
penimbunan sputum dalam bronkus yang melebar dan terinfeksi.
f. Sputum merah muda dan berbusa kemungkinan tanda edema paru akut.
g. Sputum berlendir, lekat, abu-abu/putih kemungkinan tanda bronchitis kronik.

9
h. Sputum berbau busuk kemungkinan tanda abse paru/bronkhiektasis.
i. Berdarah atau hemoptisis sering ditemukan pada Tuberculosis.
j. Berwarna-biasanya disebabkan oleh pneumokokus bakteri (dalam pneumonia).
k. Bernanah mengandung nanah, warna dapat memberikan petunjuk untuk pengobatan yang
efektif pada pasien bronkitis kronis.
l. Warna (mukopurulen) berwarna kuning-kehijauan menunjukkan bahwa pengobatan dengan
antibiotik dapat mengurangi gejala.
m. Warna hijau disebabkan oleh Neutrofil myeloperoxidase .
n. Berlendir putih susu atau buram sering berarti bahwa antibiotic tidak akan efektif dalam
mengobati gejala. Informasi ini dapat berhubungan dengan adanya infeksi bakteri atau virus
meskipun penelitian saat ini tidak mendukung generalisasi itu.
o. Berbusa putih-mungkin berasal dari obstruksi atau bahkan edema.
Sedangkan bagi interpretasi untuk penyakit TBC, berdasarkan hasil pemeriksaan dahak
(BTA), TB paru dibagi atas:
1. Tuberkulosis paru BTA (+) adalah:
a. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif.
b. Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan
radiologik menunjukkan gambaran tuberkolosis aktif.
c. Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA posistif dan biakan positif.
2. Tuberkulosis paru BTA (-)
a. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinik dan biakan
M. tuberculosis positif.
b. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negative dan biakan M. tuberculosis
positif.
2.6 IMPLIKASI PERAWAT DALAM PENGUMPULAN SPUTUM
Implikasi keperawatan untuk pengumpulan sputum termasuk:
1. Klien yang kesulitan dalam pembentukan sputum atau mereka yang sangat banyak
membentuk sputum dapat mengalami dehidrasi, perbanyak asupan cairan klien.
2. Kumpulkan sputum sebelum makan dan hindari kemungkinan muntah karena batuk.
3. Instruksikan klien berkumur dengan air sebelum mengumpulkan specimen untuk mengurangi
kontaminasi sputum.

10
4. Instruksikan untuk mengingatkan dokter segera setelah specimen terkumpul sehingga
specimen dapat dikirim ke laboratirium secepatnya.
Perawat mempunyai kontribusi dalam pengkajian status kesehatan klien dengan
mengumpulkan specimen cairan tubuh. Semua klien rawat inap menjalani paling sedikit satu kali
pengumpulan specimen laboratorium pada specimen seperti urin, darah, feses, sputum dan
drainase luka memberikan informasi tambahan yang penting untuk mendiagnosis masalah
kesehatan dan mengukur respons terhadap terapi
Perawat sering diberikan tanggung jawab untuk mengumpulkan specimen bergantung pada
jenis specimen dan keterampilan yang diperlukan. Perawat dapat mendelegasikan lugasini
kepada UAP di bawah pengawasan perawat professional.
Tanggung jawab perawat dalam pengumpulan specimen meliputi hal-hal di bawah ini:
1. Berikan kenyamanan, privasi dan keamanan bagi klien. Klien mungkin merasa malu atau
tidak nyaman saat pengambilan specimen. Perawat harus menjaga privasi klien semaksimal
mungkin dan menangani specimen secara terpisah. Perawat tidak boleh menghakimi dan
sensitive terhadap kemungkinan kepercayaann social dan budaya dalam pengumpulan
specimen.
2. Jelaskan tujuan pengumpulan specimen dan prosedur pengambilan specimen. Klien mungkin
cemas terhadap prosedur. Terutama bila di rasakan oleh klien sebagai gangguan atau klien
takut terhadap hasil pemeriksaan yang belum di ketahuinya. Keterangan yang jelasakan
membuat klien mau bekerja sama dalam pengumpulan specimen. Dengan intruksi yang tepat,
banyak klien yang mampu mengumpulkan spesimen mereka sendiri yang meningkatkan
kemandirian dan mengurangi atau menghindari rasa malu.
3. Gunakan prosedur yang benar untuk mendapatkan specimen atau pastikan klien atau staf
mengikuti prosedur yang benar. Teknik aseptic digunakan dalam mengumpulkan specimen
untuk mencegah kontaminasi, yang dapat menyebabkan hasil tes tidak akurat. Prosedur
keperawatan atau petunjuk laboratorium sering tersedia bila perawat tidak terbiasa dengan
prosedur tersebut. Bila ada pertanyaan tentang prosedur, perawat dapat menghubungi petugas
laboratorium untuk mendapatkan pengarahan sebelum mengumpulkan specimen.
4. Perhatikan informasi yang relevan pada slip permintaan laboratorium, contohnya pengobatan
yang sering di gunakan klien dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.

11
5. Bawa specimen kelaboratoriumdengansegera. Specimen yang segarmemberikanhasil yang
lebih akurat.
6. Laporan hasil pemeriksaan laboratorium yang abnormal kepada tenaga kesehatan pada
waktunya sesuai dengan tingkat hasil abnormal.
2.7 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGUMPULAN SPUTUM
 Persiapan Alat :
1. Nierbeken/bengkok.
2. Kantong plastik atau kotak untuk membawa spesimen ke laboratorium (sesuai kebijakan
RS).
3. Handscoen bersih.
4. Sikat gigi, tissue, mangkuk/kom, dan masker (kalau perlu).
5. Formulir pemeriksaan laboratorium atau lembar persetujuan.
6. Bokal/pot sputum yang sudah diberi label

 Pelaksanaan :
1. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan sehari sebelum pemeriksaan,
meliputi :
a. Sputum diambil pagi hari sebelum makan dan minum.
b. Posisi klien fowler klien fowler atau semi fowlwer.
c. Mengajarkan klien nafas dalam dan batuk efektif melakukan fisioterapi dada dan
postural drainage (kalau perlu).
d. Menganjurkan klien untuk banyak minum pada malam sebelum tidur (bila tidak ada
kontaindikasi).
e. Khusus untuk pemeriksaan sputum BTA dilakukan 3 kali/hariberturut-turut.

12
2. Mencuci tangan, memakai handscoen bersih.

3. Membentangkan handuk di dada klien.

4. Memberi kesempatan kepada klien untuk berkumur.

5. Memberikan bokal/pot sputum steril dan memberitahukan agar klien tidak menyentuh
bagian dalam bokal/pot sputum.

13
6. Menganjurkan klien untuk melakukan batuk efektif dengan cara menarik nafas dalam
beberapa kali, lalu membatukkan sputum (bukan air ludah) langsung dimasukkan ke
dalam bokal/pot sputum.

7. Mengulangi, sampai sputum terkumpul ± 5 ml.


8. Menganjurkan klien untuk berkumur dan berikan tissue.
9. Melepaskan handscoen dan buang ke tempat yang sudah ditentukan.
10. Merapikan klien dan membereskan alat-alat.
11. Mencuci tangan.
12. Mengirimkan bahan pemeriksaan sputum bersama formulir pemeriksaan ke
laboratorium dengan segera.

c) PROSEDUR PENGIRIMAN SPUTUM


Sampel sputum yang di kirim ke laboratorium pemeriksaan harus disertai dengan data
sebagai berikut:

14
1. Pot sputum diberi label dengan menulis/ menempelkan label pada dinding luar pot.
Prosedur directing labeling yang berisi data nama, umur, jenis kelamin, jenis specimen,
jenis test yang diminta dan tanggal pengambilan.
2. Formuliur/ kertas/ buku yang berisi data keterangan klinis: dokter yang mengirim,
riwayat anamnesis, riwayat pemberian antibiotic terakhir (minimal 13 hari harus di
hentikan sebelum pengambilan specimen), waktu pengambilan spesimen dan keterangan
lebih lanjut mengenai biodata pasien.
3. Antar specimen dengan blanko permintaan ke laboratorium.

15
BAB 3

PENUTUPAN

3.1 KESIMPULAN
Sputum (dahak) adalah bahan yang dikeluarkan dari paru dan trakea melalui mulut. Biasanya
juga disebut dengan ecpectoratorian. Pemeriksaan sputum diperlukan jika diduga terdapat
penyakit paru-paru. Membran mukosa saluran pernapasan berespons terhadap inflamasi dengan
meningkatkan keluaran sekresi yang sering mengandung mikroorganisme penyebab penyakit.
Pengambilan sputum sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dimana kemungkinan untuk
mendapat sputum bagian dalam lebih besar. Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien
hendaknya dapat dievaluasi sumber, warna, volume, dan konsistensinya karena kondisi sputum
biasanya memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan sputum
itu sendiri.
3.2 SARAN
Dengan diberikan tugas ini kami dapat lebih memahami dan mengerti tentang pemeriksaan
sputum. Dengan adanya tugas ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bacaan untuk menambah
wawasan dari ilmu yang telah didapatkan dan lebih baik lagi dari sebelumnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. (2007). Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2. Jakarta: Depkes
RI.

Gandasoebrata, R. (1984). Penuntun Laboratorium Klinik. Ed. Ke-5. Jakarta: Penerbit Dian
Rakyat

Zulkifi Amin, Asril Bahar. (2006). Tuberkulosis Paru, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:
UI

17

Anda mungkin juga menyukai