Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PEMERIKSAAN LABORATORIUM SPESIMEN

Mata Kuliah : Ilmu Dasar Keperawatan

Dosen Pengampu : Ns. Eni Kusyawati, M.Si.Med

Disusun :

1. Delvin Dananjaya (2103009)


2. Icha Anandita Dewi (2103016)
3. Renny Fransiska Aryanti (2103030)

SEMESTER 2 REGULER

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KARYA HUSADA SEMARANG 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa Atas rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pemeriksaan Laboratorium Spesimen” dengan
tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan. Selain
itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang prosedur pemeriksaan spesimen bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ns. Eni Kusyawati, M.Si.Med selaku dosen
mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 21 Maret 2022

Penulis,

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4

A. Latar Belakang.....................................................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah................................................................................................................................................5

C. Tujuan..................................................................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................................................6

A. Pengambilan Spesimen Darah.............................................................................................................................6

B. Pengambilan Spesimen Sputum.........................................................................................................................16

C. Pengambilan Spesimen Urine............................................................................................................................17

D. Pengambilan Spesimen Feces............................................................................................................................22

BAB III PENUTUP..............................................................................................................................................23

A. Simpulan............................................................................................................................................................23

B. Saran..................................................................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................................24

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam menentukan diagnosis suatu penyakit, diperlukan beberapa uji


laboratorim yaitu pemeriksaan spesimen yang diambil dari pasien. Pemeriksaan
laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur pemeriksaan khusus dengan
mengambil bahan atau sampel dari penderita. Sampel yang diambil dapat berupa
darah, urin, feses, dahak, sekret vagina, dan sebagainya untuk menentukan diagnosa
disertai dengan uji lainnya sebagai penunjang. Sekumpulan pemeriksaan laboratorium
dilakukan dengan tujuan tertentu misalnya untuk mendeteksi penyakit, menentukan
risiko, memantau perkembangan penyakit, memantau perkembangan pengobatan, dan
lain-lain. Mengetahui ada tidaknya kelainan atau penyakit yang banyak di jumpai dan
potensial membahayakan.
Tes atau pemeriksaan dapat secara kimia klinik, hematologi, imunologi, serologi,
mikrobiologi klinik, dan parasitologi klinik.  Metode pemeriksaan terus berkembang
dari kualitatif, semi kuantitatif, dan dilaksanakan dengan cara manual, semiotomatik,
otomatik, sampai robotik. Hal ini berarti peralatan pun berkembang dari yang
sederhana sampai yang canggih dan mahal hingga biaya tes pun dapat meningkat.
Oleh karena itu, bagi masyarakat yang berprofesi dalam bidang kesehatan,
misalnya Dokter, Perawat, Bidan dan tenaga kesehatan lainnya harus mengetahui dan
memahami cara pengambilan spesimen.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara pengambilan spesimen darah untuk pemeriksaan laboratorium?

2. Bagaimana cara pengambilan spesimen sputum untuk pemeriksaan laboratorium?

3. Bagaimana cara pengambilan spesimen urine untuk pemeriksaan laboratorium?

4
4. Bagaimana cara pengambilan spesimen feces untuk pemeriksaan laboratorium?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui cara pengambilan spesimen darah

2. Untuk mengetahui cara pengambilan spesimen sputum

3. Untuk mengetahui cara pengambilan spesimen urine

4. Untuk mengetahui cara pengambilan spesimen feces

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengambilan Spesimen Darah

1) Pengambilan spesimen darah vena

a. Pengertian
Suatu tindakan memasukkan jarum ke dalam  pembuluh darah vena klien
untuk mendapat spesimen darah. Fungsi pembuluh vena adalah Menyalurkan
darah dari seluruh tubuh menuju jantung. Jenis pembuluh vene yaitu vena cava,
vena pulmonalis, vena superfisialis, dan vena dalam Berikut adalah lokasi
pengambilan darah vena. Tujuan pengambilan darah vena untuk mendapatkan
sampel darah vena yang baik dan memenuhi syarat untuk dilakukan
pemeriksaan, untuk menurunkan resiko kontaminasi dengan darah (infeksi,
needle stick injury) akibat vena punctie bagi petugas maupun penderita, untuk
petunjuk bagi setiap petugas yang melakukan pengambilan darah (phlebotomy).

6
b. Prosedur pengambilan darah vena

1. Pengambilan spesimen darah vena dengan syring (alat suntik)


Pengambilan darah vena secara manual dengan alat suntik (syring)
merupakan cara yang masih sering dilakukan di berbagai laboratorium klinik
dan tempat-tempat pelayanan kesehatan. Alat suntik ini adalah sebuah pompa
piston sederhana yang terdiri dari sebuah sebuah tabung silinder, pendorong,
dan jarum. Berbagai ukuran jarum yang sering dipergunakan mulai dari ukuran
terbesar sampai dengan terkecil adalah : 21G, 22G, 23G, 24G dan 25G.
Pengambilan darah dengan suntikan ini baik dilakukan pada pasien usia lanjut
dan pasien dengan vena yang tidak dapat diandalkan (rapuh atau kecil).

Alat dan bahan :

1. 1 pasang sarung tangan bersih

2. 1 botol kecil alkohol

3. Kapas (secukupnya)

4. Satu buah bantal kecil sebagai penopang

5. 1 buah pengalas

6. 1 buah tourniquet

7. 1 buah spuit (sesuaikan ukuran spuit dengan dengan jumlah darah yang
akan diambil)

8. Plester (secukupnya)

9. 1 buah kertas label

10. 1 berkas form permintaan pemeriksaan laboratarium

11. 1 buah wadah spesimen dan tutupnya

12. 1 buah plastik spesimen

7
Prosedur pelaksanaan :

1. Jaga privasi klien

2. Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan

3. Beri klien posisi fowler di tempat tidur atau posisi duduk di kursi

4. Cuci tangan

5. Pakai sarung tangan bersih

6. Pasang pengalas di bawah tangan klien

7. Pilih lokasi yang akan dilakukan pengambilan (biasanya di fossa


antecubital)

8. Pasang tourniquet 5-10 cm di atas vena yang dipilih

9. Bersihkan lokasi penusukan dengan kapas alkohol dengan arah sirkuler


dari dalam ke luar (± 5 cm). biarkan kulit mongering

10. Tempatkan jari telunjuk  tangan non domianant di bawah lokasi


penusukan (± 2,5 cm) dan tarik kulit secara perlahan.

11. Masukkan jarum suntik dengan arah 15-30 derajat dengan perlahan

12. Lakukan aspirasi sampai jumlah darah mencukupi

13. Lepaskan tourniquet

14. Cabut jarum suntik dan tutup lokasi penyuntikan dengan kapas alkohol

15. Pasang plester di lokasi penyuntikan

16. Lepaskan jarum suntik dari syingernya

17. Masukkan darah ke dalam wadah spesimen

18. Berikan label pada wadah spesimen ( nama klien, tanggal, jenis
pemeriksaan, nama ruangan)

19. Masukkan wadah spesimen kedalam palstik spesimen

8
20. Rapikan alat dank klien

21. Lepaskan sarung tangan

22. Cuci tangan

23. Dokumentasi tindakan

24. Antarkan wadah spesimen ke laboratarium beserta form permintaan


pemeriksaan laboratarium

2. Pengambilan spesimen darah vena dengan vakum


Tabung vakum pertama kali dipasarkan oleh perusahaan AS BD (Becton-
Dickinson) di bawah nama dagang Vacutainer. Jenis tabung ini berupa tabung
reaksi yang hampa udara, terbuat dari kaca atau plastik. Ketika tabung
dilekatkan pada jarum, darah akan mengalir masuk ke dalam tabung dan
berhenti mengalir ketika sejumlah volume tertentu telah tercapai. Jarum yang
digunakan terdiri dari dua buah jarum yang dihubungkan oleh sambungan
berulir. Jarum pada sisi anterior digunakan untuk menusuk vena dan jarum pada
sisi posterior ditancapkan pada tabung. Jarum posterior diselubungi oleh bahan
dari karet sehingga dapat mencegah darah dari pasien mengalir keluar.
Sambungan berulir berfungsi untuk melekatkan jarum pada sebuah holder dan
memudahkan pada saat mendorong tabung menancap pada jarum posterior.

9
Alat dan Bahan :

1. Jarum vakutainer atau winged needle (jarum bersayap)

2. Kapas

3. Alkohol 70%

4. Tali pembendung (turniket)

5. Plester

6. Tabung vakum

7. Kontainer khusus benda tajam (wadah sampah)

Prosedur pelaksanaan :

1. Jaga privasi klien

2. Cuci tangan

3. Pakai sarung tangan bersih

4. Pasang jarum pada holder, pastikan terpasang erat.

5. Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak


melakukan aktifitas.

6. Minta pasien mengepalkan tangan.

7. Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku.

8. Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan


(palpasi) untuk memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah
pipa kecil, elastis dan memiliki dinding tebal. Jika vena tidak teraba,
lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke siku, atau kompres hangat
selama 5 menit daerah lengan.

10
9. Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alkohol
70% dan biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang
lagi.

10. Dengan hati-hati buka tutup jarum, masukkan ke dalam holder dan
sekrupkan

11. Angkat pelindung jarum dan buka tutup jarun

12. Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas.
Masukkan tabung ke dalam holder dan dorong sehingga jarum bagian
posterior tertancap pada tabung, maka darah akan mengalir masuk ke
dalam tabung. Tunggu sampai darah berhenti mengalir. Jika
memerlukan beberapa tabung, setelah tabung pertama terisi, cabut dan
ganti dengan tabung kedua, begitu seterusnya.

13. Lepas turniket dan minta pasien membuka kepalan tangannya. Volume
darah yang diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau plasma yang
diperlukan untuk pemeriksaan.

14. Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum.


Tekan kapas beberapa saat, lalu plester selama kira-kira 15 menit.
Jangan menarik jarum sebelum turniket dibuka.

15. Lipat pelindung jarum kembali ke tempatnya

16. Buang jarum ke kontainer khusus benda tajam

17. Rapikan alat dan klien

18. Lepaskan sarung tangan

19. Cuci tangan

20. Dokumentasi tindakan

21. Antarkan wadah spesimen ke laboratarium beserta form permintaan


pemeriksaan laboratarium.

11
2) Pengambilan sampel darah arteri

a. Pengertian

Pengambilan darah arteri adalah suatu tindakan untuk mengambil darah


arteri yaitu pembuluh darah yang berasal dari bilik jantung yang berdinding
tebal dan kaku. Fungsi pembuluh arteri mengalirkan darah dari jantung ke
seluruh tubuh, menghantarkan oksigen dan nutrisi ke semua sel, mengangkut
zat buangan misalnya karbon dioksida, menjaga keseimbangan mobilitasi
protein, kimia, unsur-unsur dari sistem kekebalan tubuh dan sel. Jenis arteri
yatitu arteri pulmonalis, arteri sistemik, aorta, arteriol, pembuluh pembuluh
kapiler. Pengambilan darah arteri dilakukan untuk pemeriksaan analisa gas
darah yang digunakan untuk mendiagnosa dan mengevaluasi penyakit
pernafasan serta kondisi yang mempengaruhi seberapa efektif paru-paru
mengirimkan oksigen ke darah dan mengeleminasi karbondioksida dari darah.

Alat dan bahan :

1. Spuit  2 ml atau 3ml  dengan jarum ukuran 22 atau 25 (untuk anak-anak)


dan nomor 20 atau 21 untuk dewasa

2. Heparin

3. Yodium-povidin

4. Penutup jarum (gabus atau karet)

5. Kasa steril

6. Kapas alkohol

7. Plester dan gunting

12
8. Pengalas

9. Handuk kecil

10. Sarung tangan sekali pakai

11. Obat anestesi lokal jika dibutuhkan

12. Wadah berisi es

13. Kertas label untuk nama

14. Bengkok

Prosedur pelaksanaan :

1. Cek alat-alat yang akan digunakan

2. Beri salam dan panggil klien sesuai dengan namanya

3. Perkenalkan nama perawat

4. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada klien

5. Jelaskan tujuan tindakan yang dilakukan

6. Jaga privasi klien

7. Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur klien

8. Posisikan klien dengan nyaman

9. Cuci tangan dan pakai sarung tangan sekali pakai

10. Pasang pengalas

11. Letakkan handuk kecil di bawah pergelangan tangan

12. Palpasi arteri radialis

13. Lakukan allen’s tes


Tujuan uji allen tes adalah untuk menilai sistem kolateral arteri radialis.
Penderita diminta mengepalkan tangan dengan kencang. Pengambil darah
dengan jari menekan kedua arteri radialis dan ulnaris. Penderita diminta
13
membuka dan mengepalkan beberapa kali hingga jari-jari pucat, kemudian
biarkan telapak tangan terbuka. Pengambil darah melepaskan tekanan jarinya
dari arteri ulnaris, telapak tangan akan pulih warnanya dalam 15 detik bila darah
dari arteri ulnaris mengisi pembuluh kapiler tangan. Bila terdapat gangguan
kolateralisasi pada arteri ulnaris (uji Allen negative), arteri radialis tidak boleh
digunakan untuk pengambilan darah arteri. Bila tidak terdapat kolateralisasi
arteri radialis dan arteri ulnaris (uji Allen negative), arteri radialis tidak boleh
digunakan. Minta klien untuk mengepalkan tangan dengan kuat, berikan tekanan
langsung pada arteri radialis dan ulnaris, minta klien untuk membuka tangannya,
lepaskan tekanan pada arteri, observasi warna jari-jari, ibu jari dan tangan. Jari-
jari dan tangan harus memerah dalam 15 detik, warna merah menunjukkan test
allen’s positif. Apabila tekanan dilepas, tangan tetap pucat, menunjukkan test
allen’s negatif. Jika pemeriksaan negatif, hindarkan tangan tersebut dan periksa
tangan yang lain.

14. Hiperekstensikan pergelangan tangan klien di atas gulungan handuk

15. Raba kembali arteri radialis dan palpasi pulsasi yang paling keras dengan
menggunakan jari telunjuk dan jari tengah

16. Desinfeksi area yang akan dipungsi menggunakan yodium-povidin, kemudian


diusap dengan kapas alkohol

17. Berikan anestesi lokal jika perlu

18. Bilas spuit ukuran 3 ml dengan sedikit heparin 1000 U/ml dan kemudian
kosongkan spuit, biarkan heparin berada dalam jarum dan spuit

19. Sambil mempalpasi arteri, masukkan jarum dengan sudut 45° sambil
menstabilkan arteri klien dengan tangan yang lain

20. Observasi adanya pulsasi (denyutan) aliran darah masuk spuit (apabila darah
tidak bisa naik sendiri, kemungkinan pungsi mengenai vena)

21. Ambil darah 1 sampai 2 ml

22. Tarik spuit dari arteri, tekan bekas pungsi dengan menggunakan kasa 5-10 menit

23. Buang udara yang berada dalam spuit, sumbat spuit dengan gabus atau karet

14
24. Putar-putar spuit sehingga darah bercampur dengan heparin

25. Tempatkan spuit di antara es yang sudah dipecah

26. Beri label pada spesimen yang berisi nama, suhu, konsentrasi oksigen yang
digunakan klien jika kilen menggunakan terapi oksigen

27. Kirim segera darah ke laboratorium

28. Beri plester dan kasa jika area bekas tusukan sudah tidak mengeluarkan darah
(untuk klien yang mendapat terapi antikoagulan, penekanan membutuhkan
waktu yang lama)

29. Bereskan alat yang telah digunakan, lepas sarung tangan

30. Cuci tangan

31. Akhiri kegiatan dan ucapkan salam

32. Dokumentasikan di dalam catatan keperawatan waktu pemeriksaan AGD, dari


sebelah mana darah diambil dan respon klien

B. Pengambilan Spesimen Sputum

1. Pengertian sputum
Sputum atau dahak adalah pemeriksaan dahak untuk mendeteksi adanya bakteri
penyebab infeksi saluran pernafasan, terutama infeksi paru – paru. Dahak merupakan
cairan yang diproduksi oleh sakuran pernafasan, dan dikeluarkan dari saluran pernafasan
saat batuk. Kultur dahak dapat dilakukan kepada klien yang mengalami penyakit
pneumonia, abses, paru,atau tuburkulosis dengan gejala seperti batuk, nyeri otot, demam,
mengigil, lemas, nyeri dada dan sesak nafas.

15
2. Prosedur pengambilan specimen sputum
Waktu pengambilan sptum ditentukaan berdasarkan tujuan pemeriksaan.
Berdasarkan waktu pengumpulan sputum, sampel sputum dibagi menjadi 2, yaitu
sampel sputum pagi hari dan smpel sputum sewaktu. Waktu pengumpulan sputum yang
baik adalah pagi hari dengan volume sputum yang terkumpul skitar 3- 5 ml pada setiap
wadah sempel sputum.
Alat dan bahan :
1. Wadah specimen steril dengan penutup
2. Sarung tangan bersih
3. Disinfektan
4. Tissue
5. Lebel
6. Plastic specimen
7. Obat kumur
8. Slip permintaan labolatorium
9. Bengkok

Prosedur pelaksanaan :

1. Mengcapkan salam
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
3. Menjaga privasi klien
4. Atur posisi klien semi fowler (duduk disisi tempat ditur)

16
5. Cuci tangan
6. Memakai sarung tangan bersih
7. Letakan bengkok didekat klien
8. Meminta klien agar tidak menyentuh bagian dalam tempat penampung spetum
9. Lakukan tekinik nafas dalam dan batuk efektif sekuat mungkin agar spetum
kluar dari trakea , bukan tengorok
10. Meminta klien untuk mengeluarkan spetum dalam penampung spesiemen.
Lakukan berkali – kali sampai spetum 2-10 cc.
11. Tutup penampung spesimen
12. Bersihkan penampung specimen jika terdapat spetum yang berada diluar
penampung berikan ciran desinfektan
13. Bersihkan mulut klien menggunakan tissue kemudian buang tissue kedalam
bengkok
14. Beri label pada wadah dan kirim dengan segara ke labolatorium beserta formulir
pemeriksaan
15. Simpan penampung klien dalam plastic spesimen
16. Rapikan alat dan klien
17. Lepas sarung tangan kemudian cuci tangan

C. Pengambilan Spesimen Urine

1. Pengertian urine
Urine merupakan sisa material yang dieksresikan oleh ginjal dan ditampung
dalam saluran kemih hingga akhirnya dikeluarkan oleh tubuh melalui proses urinasi
dalam bentuk cairan. Ekskresi urine yang disaring dari ginjal menuju urter selanjutny
disimpan didalam kandung kemih dan kemudian dibuang.

2. Procedure pengambilan specimen urine


Pengambilan sempel urine dilakukan untuk membantu penegakan diagnosis.
Metode pengambilan urine dilakukan berdasarkan pemeriksaan. Metode pengambilan
sempel yang lazim dilakukan adalah pengambilan sempel urine steril, sempel urine
porsi setengah, dan sempel urine untuk pemeriksaan creatinine clearance test.
A. Prosedur pengambilan sempel urine steril

17
Pengambilan sempel urine steril dilakukan menggunakan peralatan steril. Ada
dua cara pengumpulan sempel urine steril yang lazim yaitu kateterisasi atau
pungsi suprapubis. Pengumpulan sempel dengan kateter dilakukan dengan cara
menampung langsung urine yang keluar dari kateter ke dalam wadah sampel
steril, sedangkan pungsi suprapubis hanya dilakukan oleh dokter. Tujuannya
adalah untuk mengkaji adanya infeksi atau kepekaan mikroorganisme terhadap
beberapa jenis obat

Alat dan bahan :

1. Botol steril tertutup

2. Formulir pemeriksaan labolatorium


3. Kertas lebel
4. Spuit 10 ml

18
5. Kapas alkohol

6. Bengkok

7. Sarung tangan bersih

Prosedur pengambilan urine steril

1. Mengucapkan salam
2. Menutup tirai / menjaga privasi klien
3. Menjelaskan tujuan pelaksanaan prosedur dan tindakan yang akan
dilakukan
4. Bantu dokter untuk melakaukan suprapubis, dengan cara :
a. Siapkan spuit steril 10 ml dan kapas alkohol
b. Minta klien untuk minum air putih minimal 500 ml dan tunggu hingga
klien merasa ingin berkemih
c. Setelah dorongan untuk berkemih terasa, anjurkan klien untuk
menahannya . segera lapor padadokter agar pungsi segera dilakukan
d. Membantu klien untuk membuka pakian pada area yang akan menjalani
pungsi, pastikan tirai atau pintu sudah tertutup agar privasi klien terjaga
e. Tampung urine hasil pungsi kedalam wadah sampel steril minimal 10
ml, kemudian tutup kembali wadah tersebut

19
f. Bantu klien untuk merapikan pakaian dan kembali keposisi awal
g. Rapikan peralatan dan letakan kembali ke tempat semula
h. Beri label pada wadah sampel dan segera kirim ke labolatorium bersama
formulir pemeriksaan
i. Mengucapkan terimakasih kepada klien karena telah bersedia untuk
meakukan pengambilan urine streil
B. Posedur pengmbilan urine porsi tengah
Pengambilan urine porsi tengah dilakukan dengan meminta klien
menmpung urine secara langsung kedalam wadah yang telah disediakan.
Alat dan bahan :
1. Botol bersih tertutup
2. Formulir pemeriksaan labolatorium
3. Kertas lebel
4. Bengkok
5. Sarung tangan
Prosedur pengambilan urine porsi tengah :
1. Mengucapkan salam kepada klien
2. Menjelaskan tujuan pelaksanaan prosedur dan tindakan yang akan
dilakukan
3. Minta klien / keluarga klien untuk menampung urine kedalam wadah
yang telah disediakan ketika berkemih dengan cara :
a. Basuh area genital setelah berkemih
b. Buang urine yang pertama kluar, kemudian tampung urine
selanjutnya langsung kedalam wadah sampel yang telah disediakan
4. Bantu klien tirah baring mengumpulkan sampel urine dengan cara :
a. Siapkan alat
b. Bersihkan area genital sebelum meminta klien berkemih
c. Buang urine yang pertama kluar, kemudian tampung urine
selanjutnya langsung kedalam wadah sampel yang telah disediakan
5. Bantu klien merapikan pakaiannya da kembali ke posisi yang nyaman
6. Rapikan peralatan dan letakan ketempat semula
7. Ucapkan terimakasih kepada klien karena sudah bersedia untuk
pengambilan urine porsi setengah

20
C. Pengambilan crtinine clearance (cct)
Dilakukan dengan cara mengumpulkan urine atau darah sebagai bahan
pemeriksaan untuk mengetauhi fungsi glomerulus.
Alat dan bahan :
1. Dua botol yang masing – masing diberi lebel No.1 dan No.2
2. Wadah sempel darah satu buah
3. Spuit dan jarum steril
4. Kapas alkohol
5. Sarung tangan
6. Bengkok
prosedur Pengambilan crtinine clearance (cct)
1. Mengucapkan salam kepada klien
2. Menjelaskan tujuan pelaksanaan prosedur dan tindakan yang akan
dilakukan
3. Beri klien diet UTC selama tiga hari berturut – turut
4. Mulai klien untuk puasa mulai pukul 24.00 hingga pagi hari keempat
5. Anjurkan klien agar tidak berkemih sebelum pengumpulan sampel
dilakukan
6. Lakukan pengumpulan sampel pukul 4.30 pagi. Minta klienuntuk
minum air putih sekitar700 cc dan menghabiskannya dalam waktu 30
menit
7. Pukul 5.00, minta klien untuk berkemih hingga kandung kemih
kosong, kemudian buang urine tersebut
8. Antara pukul 5.00 – 6.00 minta klien untuk berkemih kembali dan
menampung urine dalam wadah botol No.1
9. Lakukan pengumpulan sampel darah perifer dan memasukan sampel
kedalam wadah yang telah disediakan
10. Pukul 6.00- 7.00, kembali anjurkan klien untuk berkemih kembali dan
menampung urine kedalam wadah botol No.2
11. Kaji tinggi dan berat badan klien, kemudian sertakan hasil pengkajian
pada formulir pemeriksaan labolatorium
12. Kirim sempel urine dan darah ke labolatorium beserta formulir
pemerksaan

21
D. Pengambilan Spesimen Feces

1. Pengertian Feces
Tinja atau feses atau kotoran adalah produk buangan saluran pencernaan yang
dikeluarkan melalui anus atau kloaka. sisa pencernaan dari zat-zat yang tidak lagi
berguna bagi tubuh, seperti partikel makanan yang tidak tercerna, bakteri, dan
garam. Pada manusia, proses pembuangan kotoran dapat terjadi antara sekali
setiap satu atau dua hari hingga beberapa kali dalam sehari.

2. Prosedur Pengambilan spesimen Feces


Alat dan bahan :
1. Lidi kapas
2. Pispot
3. Botol tempat tinja
4. Sarung tangan
5. Sabun cuci tangan
Prosedur Pengambilan spesimen Feces :
1. Mengucapkan salam pada klien
2. Menjelaskan tujuan pelaksanaan prosedur dan tindakan yang akan dilakukan
dan meminta persetujuan tindakan.
3. Menjaga privasi klien
4. Menyiapkan alat yang diperlukan
5. Meminta pasien untuk defekasi di pispot, hindari kontak dengan urine
6. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
7. Mengambil feces dengan alat pengambil feces
8. Masukkan specimen ke botol tempat tinja kemudian tutup dan bungkus
9. Observasi warna, konsistensi, lendir, darah, telur cacing dan adanya parasit
pada sampel
10. Membereskan peralatan
11. Mencuci tangan
12. Memberi label pada wadah specimen dan kirimkan ke labolatorium
13. Melakukan pendokumentasian dan tindakan yang sesuai
14. Mengucapkan terimakasih kepada klien karena telah bersedia untuk
melakukan pengambilan feces
22
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Pengambilan spesimen atau bahan pemeriksaan merupakan langkah awal yang


sangat menentukan hasil pemeriksaan dalam rangka memperoleh jawaban yang
menentukan penyebab infeksi. Hasil pemeriksaan laboratorium mikrobiologik sangat
ditentukan oleh cara pengambilan, saat pengambilan dan seleksi spesimen.
Pengambilan spesimen dilakukan dengan standar prosedur yang ada. Menyediakan
dan mengirim bahan pemeriksaan laboratarium sesuai dengan tindakan pemeriksaan
yang akan dilakukan terhadap pasien atau klien yang bersangkutan. Bahan
pemeriksaan dapat segera dikirimkan ke laboratarium untuk diperiksa. Sehingga
hasilnya secepatnya dapat digunakan untuk menentukan dan mengetahui
perkembangan penyakit pasien atau klien bersangkutan.

B. Saran

Sebagai tenaga kesehatan yang profesional dituntut mampu untuk mengerjakan


segala sesuatunya dengan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, kita harus selalu
mengupdate ilmu dalam segala hal terutama dalam hal keperawatan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Aryani, dkk.  (2009). Prosedur Klinik Keperawatan Kebutuahan Dasar Manusia. Jakarta
Timur: CV. Trans Info Media. ( Diunduh 21 Maret 2022)

GhadiraSaufa. (2018). MAKALAH PENGAMBILAN SPESIMEN DARAH VENA &


ARTERI, URIN, FESES DAN SPUTUM - Seputar Kuliah Kesehatan (Diunduh 21 Maret
2022)

https://www.alodokter.com/ketahui-apa-itu-kultur-dahak (Diunduh 21 Maret 2022)

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1167/4/CHAPTER%202.pdf (Diunduh 21 Maret 2022)

Potter& Perry (2000).buku suku ketrampilan dan dasar prosedur dasar. Edisi 3. Jakarta: BGC
(Diakses 21 Maret 2022)

24
25

Anda mungkin juga menyukai