Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

KETRAMPILAN KLINIK PRAKTIK


KEBIDANAN

Disusun Oleh :

KELOMPOK 2

1. Anisa Nur Hamidah B2020001


2. Ika Findi Julianti B2020006
3. Lutfi As Sifah B2020010
4. Shevia Triyani B2020015

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah


Gombong
Tahun 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Shalawat beserta salam semoga tercurahkan atas junjungan kita nabi besar
Muhammad saw yang telah membawa kita dari jaman gelap gulita menuju jaman
yang terang benerang, dan dari jalan yang berliku menuju jalan yang lurus dan
selalu kita nanti – nantikan syafa’atnya di yaumil akhir nanti, aamiin.
Alhamdulillah hirobbil alamin………
karena atas rahmat-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan

makalah “SYIRIK ZAMAN MODERN” dengan baik dan tepat pada waktunya.

Dan mudah-mudahan makalah yang kami susun ini dapat menjadi sebuah

referensi bagi teman-teman yang lain terutama bagi diri kami pribadi

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................6
Pengambilan Sample Urin.......................................................................................6
BAB III....................................................................................................................9
PENGUMPULAN SAMPEL DARAH...................................................................9
BAB IV..................................................................................................................19
Sampel swab PCR, Antigen, Genos.......................................................................19
BAB V....................................................................................................................25
PENUTUP..............................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengambilan sempel urin yang bertujuan untuk pemeriksaan Urinalisis.
Urinalisis merupakan salah satu tes yang sering diminta oleh para klinisi
karena dapat memantu menegakkan diagnosis dengan menunjukkan adanya
zat-zat yang dalam keadaan normal yang tidak terdapat dalam urine, atau
menunjukkan perubahan kadar zat yang dalam keadaan normal terdapat
dalam urine. Dalam kegiatan pengumpulan sampel darah dikenal istilah
phlebotomy yang berarti proses mengeluarkan darah. Dalam praktek
laboratorium klinik, ada 3 macam cara memperoleh darah, yaitu : melalui
tusukan vena (venipuncture), tusukan kulit (skinpuncture) dan tusukan arteri
atau nadi. Venipuncture adalah cara yang paling umum dilakukan, oleh karena
itu istilah phlebotomy sering dikaitkan dengan venipuncture.
Pemeriksaan untuk mendeteksi infeksi virus Corona dapat dilakukan
dengan metode PCR (Polymerase Chain Reaction) atau Swab PCR test.
Metode Swab test atau usap digunakan untuk mengambil sampel dari hidung
dan tenggorokan. Selain dengan test usap, ada lagi jenis sampel yang dapat
digunakan, seperti sampel urine, sputum, sampel darah bahkan cairan
serebrospinal (SCF).

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara pengambilan sempel urin untuk pemeriksaan


urinalisis?

2. Bagaimana cara pengambilan sempel darah?

3. Bagaimana cara pengambilan sampel swab PCR, Antigen,


Genos?

1.3 Tujuan

4
1. Dapat mengetahui pengambilan sempel urin untuk pemeriksaan
urinalisis.

2. Dapat mengetahui cara pengambilan sempel darah.

3. Dapat mengetahui cara pengambilan sampel swab PCR,


Antigen, Genos.

5
BAB II

Pengambilan Sample Urin

2.1 Pengambilan sample urin untuk pemeriksaan urinalisis

Urine adalah sisa material yang dieksresikan oleh ginjal dan


ditampung dalam saluran kemih hingga akhirnya dikeluarkan oleh tubuh
melalui proses urinasi dalam bentuk cairan.
Urinalisis adalah pemeriksaan spesimen urine secara fisik, kimia dan
mikroskopik (Hardjoeno, 2006). Secara umum, pemeriksaan urine selain
untuk mengetahui kelainan ginjal dan salurannya, juga bertujuan untuk
mengetahui kelainan-kelainan di berbagai organ tubuh seperti hati, saluran
empedu, pankreas dan lain-lain. Tes ini juga menjadi populer karena dapat
membantu menegakkan diagnosis, mendapatkan informasi mengenai fungsi
organ dan metabolisme tubuh (Wirawanet al., 2011).
Urinalisis merupakan salah satu tes yang sering diminta oleh para
klinisi karena dapat memantu menegakkan diagnosis dengan menunjukkan
adanya zat-zat yang dalam keadaan normal yang tidak terdapat dalam urine,
atau menunjukkan perubahan kadar zat yang dalam keadaan normal terdapat
dalam urine. Dengan urinalisis, klinisi juga akan mendapatkan informasi
mengenai fungsi organ dalam tubuh seperti ginjal, saluran kemih, pankreas,
cortex adrenal, metabolisme tubuh dan juga dapat mendeteksi kelainan
asimptomatik, mengikuti perjalanan penyakit dan pengobatan. Dengan
demikian, tes urine haruslah dilakukan secara teliti, tepat dan cepat
(Gandasoebrata, 2013).
Cara Pengambilan Sampel
Teknik standar pengambilan sampel urine untuk urinalisis adalah midstream
clean-catch atau pemeriksaan urine 24 jam..
1. Midstream clean-catch

6
Sampel urine yang biasa dipakai adalah porsi tengah (midstrea).
Jenis pengambilan sampel urine ini dimaksudkan agar urine tidak
terkontaminasi dengan kuman yang berasal dari perineum, prostat, uretra
maupun vagina, karena dalam keadaan normal urine tidak mengandung
bakteri, virus atau organisme lain (Brunsel N.A, 2013).
Pengambilan dengan porsi tengah sebaiknya digunakan untuk
setiap pemeriksaan urin rutin dan kultur bakteri, karena kontaminasi sel
epitel dan bakteri lebih sedikit.
Pengambilan sampel ini dilakukan oleh pasien sendiri, oleh sebab
itu pasien harus diberikan penjelasan cara pengambilan sampel urine, yaitu
sebagai berikut :
a. Pada wanita
Pasien harus mencuci bersih tangan dengan sabun dan dikeringkan
dengan kertas tisu, dengan menggunakan tisu basah dan steril labia
dan sekitarnya dibersihkan. Buang urine pertama yang keluar, setelah
itu urine porsi tengah ditampung dan membuang urine terakhir yang
dikemihkan. Tutup rapat botol sampel.
b. Pada pria
Pasien mencuci bersih tangan dengan sabun dan dikeringkan
dengan kertas tisu, untuk pasien yang tidak disunat tarik preputium ke
belakang, lubang uretra dibersihkan. Pasien 16 Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta yang sudah disunat langsung membersihkan uretra
menggunakan tisu basah ke arah glans penis setelah itu urine porsi
tengah ditampung. Botol sampel ditutup rapat (Wirawan, 2015).
2. Pemeriksaan Urine 24 Jam
Prinsip pengambilan sampel untuk pemeriksaan urine 24 jam
adalah menampung seluruh urine yang dihasilkan dalam satu wadah
khusus selama 24 jam. Prosedurnya adalah sebagai berikut:
a. Pada hari pertama, ketika buang air kecil pertama kali di pagi hari,
buang seluruhnya ke dalam toilet.

7
b. Setiap kali buang air kecil setelahnya, selama 24 jam, kumpulkan
seluruh urine ke dalam wadah. Simpan wadah dalam kulkas ketika tidak
digunakan.
c. Pada hari kedua, ketika buang air kecil pertama kali di pagi hari,
tampung seluruhnya ke dalam wadah.
d. Kembalikan wadah berisi sampel ke tempat pemeriksaan sesuai
instruksi.
Peralatan yang perlu dipersiapkan sebelum pengambilan sampel untuk
urinalisis adalah sebagai berikut:
 Wadah bersih (jika memungkinkan, steril) untuk menampung urine.
 Povidone-iodine atau swab air sabun.
 Tampon pada pasien wanita dengan perdarahan pervaginam untuk
mencegah kontaminasi (penggunaan tampon jarang di Indonesia).
Pada pasien pria, pengambilan sampel urine dilakukan dengan posisi
berdiri seperti buang air kecil biasa. Pada pasien wanita, pasien dapat
berjongkok atau duduk menghadap bagian belakang toilet. Pada pasien
posisi tirah baring, pengambilan sampel dilakukan menggunakan kateter
yang diambil midstream.
Urinalisis harus dilakukan dalam dua jam setelah pengambilan sampel
untuk mendapat hasil yang reliabel. Jika pemeriksaan baru dapat dilakukan
setelah dua jam, sampel urine harus ditempatkan dalam kulkas dengan
suhu 4 derajat untuk mencegah kolonisasi bakteri.

8
BAB III

PENGUMPULAN SAMPEL DARAH

3.1 Pengambilan Darah Vena

Pada pengambilan darah vena (venipuncture), contoh darah umumnya


diambil dari vena median cubital, pada anterior lengan (sisi dalam lipatan
siku). Vena ini terletak dekat dengan permukaan kulit, cukup besar, dan
tidak ada pasokan saraf besar. Apabila tidak memungkinkan, vena chepalica
atau vena basilica bisa menjadi pilihan berikutnya. Venipuncture pada vena
basilica harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya berdekatan
dengan arteri brachialis dan syaraf median.
Jika vena cephalica dan basilica ternyata tidak bisa digunakan, maka
pengambilan darah dapat dilakukan di vena di daerah pergelangan tangan.
Lakukan pengambilan dengan dengan sangat hati-hati dan menggunakan
jarum yang ukurannya lebih kecil (Iskandar, 2016).

Lokasi yang tidak diperbolehkan diambil darah adalah :


 Lengan pada sisi mastectomy
 Daerah edema
 Hematoma
 Daerah dimana darah sedang ditransfusikan
 Daerah bekas luka
 Daerah dengan cannula, fistula atau cangkokan vascular
 lines Pengambilan darah di daerah ini dapat menyebabkan Daerah
intra-vena darah menjadi lebih encer dan dapat meningkatkan atau
menurunkan kadar zat tertentu.

9
Ada dua cara dalam pengambilan darah vena, yaitu cara manual dan
cara vakum. Cara manual dilakukan dengan menggunakan alat suntik
(syring), sedangkan cara vakum dengan menggunakan tabung vakum
(vacutainer).

Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pengambilan darah


vena adalah :
 Pemasangan turniket (tali pembendung)
 pemasangan dalam waktu lama dan terlalu keras dapat menyebabkan
hemokonsentrasi (peningkatan nilai hematokrit/PCV dan elemen
sel), peningkatan kadar substrat (protein total, AST, besi, kolesterol,
lipid total)
 melepas turniket sesudah jarum dilepas dapat menyebabkan
hematoma ( kumpulan darah tidak normal di luar pembuluh darah)
 Jarum dilepaskan sebelum tabung vakum terisi penuh sehingga
mengakibatkan masukknya udara ke dalam tabung dan merusak sel
darah mera
 Penusukan
 penusukan yang tidak sekali kena menyebabkan masuknya cairan
jaringan sehingga dapat mengaktifkan pembekuan. Di samping itu,
penusukan yang berkali-kali juga berpotensi menyebabkan
hematoma.
 tutukan jarum yang tidak tepat benar masuk ke dalam vena
menyebabkan darah bocor dengan akibat hematoma
 Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol menyebabkan hemolisis
sampel akibat kontaminasi oleh alcohol, rasa terbakar dan rasa nyeri
yang berlebihan pada pasien ketika dilakukan penusukan.
A. Pengambilan Darah Vena dengan Syring

10
Pengambilan darah vena secara manual dengan alat suntik (syring)
merupakan cara yang masih lazim dilakukan di berbagai laboratorium
klinik dan tempat- tempat pelayanan kesehatan. Alat suntik ini adalah
sebuah pompa piston sederhana yang terdiri dari sebuah sebuah tabung
silinder, pendorong, dan jarum. Berbagai ukuran jarum yang sering
dipergunakan mulai dari ukuran terbesar sampai dengan terkecil adalah :
21G, 22G, 23G, 24G dan 25G. Pengambilan darah dengan suntikan ini
baik dilakukan pada pasien usia lanjut dan pasien dengan vena yang tidak
dapat diandalkan (rapuh atau kecil).
Prosedur :
 Persiapkan alat-alat yang diperlukan : syring, kapas alkohol 70%,
tali pembendung (turniket), plester, dan tabung. Untuk pemilihan
syring, pilihlah ukuran/volume sesuai dengan jumlah sampel yang
akan diambil, pilih ukuran jarum yang sesuai, dan pastikan jarum
terpasang dengan erat.
 Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan
pasien senyaman mungkin.
 Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar
permintaan.
 Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat.
Catat bila pasien minum obat tertentu, tidak puasa dsb.
 Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak
melakukan aktifitas.
 Minta pasien mengepalkan tangan.
 Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat
siku.
 Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan
(palpasi) untuk memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah
pipa kecil, elastis dan memiliki dinding tebal. Jika vena tidak
teraba, lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke siku, atau
kompres hangat selama 5 menit daerah lengan.

11
 Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas
alcohol 70% dan biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan
jangan dipegang lagi.
 Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas.
Jika jarum telah masuk ke dalam vena, akan terlihat darah masuk
ke dalam semprit (dinamakan flash). Usahakan sekali tusuk kena.
 Setelah volume darah dianggap cukup, lepas turniket dan minta
pasien membuka kepalan tangannya. Volume darah yang diambil
kira-kira 3 kali jumlah serum atau plasma yang diperlukan untuk
pemeriksaan.
 Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum.
Tekan kapas beberapa sat lalu plester selama kira-kira 15 menit.
Jangan menarik jarum sebelum turniket dibuka.
B. Pengambilan Darah Vena Dengan Tabung Vakum
Tabung vakum pertama kali dipasarkan oleh perusahaan AS BD
(Becton- Dickinson) di bawah nama dagang Vacutainer. Jenis tabung ini
berupa tabung reaksi yang hampa udara, terbuat dari kaca atau plastik.
Ketika tabung dilekatkan pada jarum, darah akan mengalir masuk ke
dalam tabung dan berhenti mengalir ketika sejumlah volume tertentu
telah tercapai. Jarum yang digunakan terdiri dari dua buah
jarum yang dihubungkan oleh sambungan berulir. Jarum pada
sisanterior digunakan untuk menusuk vena dan jarum pada sisi
posterior ditancapkan pada tabung. Jarum posterior diselubungi oleh
bahan dari karet sehingga dapat mencegah darah dari pasien mengalir
keluar. Sambungan berulir berfungsi untuk melekatkan jarum pada
sebuah holder dan memudahkan pada saat mendorong tabung
menancap pada jarum posterior.

12
Keuntungan menggunakan metode pengambilan ini adalah, tak
perlu membagi- bagi sampel darah ke dalam beberapa tabung. Cukup
sekali penusukan, dapat digunakan untuk beberapa tabung secara
bergantian sesuai dengan jenis tes yang diperlukan. Untuk keperluan tes
biakan kuman, cara ini juga lebih bagus karena darah pasien langsung
dapat mengalir masuk ke dalam tabung yang berisi media biakan kuman.
Jadi, kemungkinan kontaminasi selama pemindahan sampel pada
pengambilan dengan cara manual dapat dihindari.
Kekurangannya sulitnya pengambilan pada orang tua, anak kecil,
bayi, atau jika vena tidak bisa diandalkan (kecil, rapuh), atau jika pasien
gemuk. Untuk mengatasi hal ini mungkin bisa digunakan jarum bersayap
(winged needle). Jarum bersayap atau sering juga dinamakan jarum
“kupu-kupu” hampir sama dengan jarum vakutainer seperti yang
disebutkan di atas. Perbedaannya adalah, antara jarum anterior dan
posterior terdapat dua buah sayap plastik pada pangkal jarum anterior
dan selang yang menghubungkan jarum anterior dan posterior. Jika
penusukan tepat mengenai vena, darah akan kelihatan masuk pada selang
(flash).
Prosedur :
1) Persiapkan alat-alat yang diperlukan : jarum, kapas alkohol 70%,
tali pembendung (turniket), plester, tabung vakum.
2) Pasang jarum pada holder, pastikan terpasang erat.
3) Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan
pasien senyaman mungkin.
4) Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar
permintaan.
5) Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat.
Catat bila pasien minum obat tertentu, tidak puasa dsb.
6) Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak
melakukan aktifitas.
7) Minta pasien mengepalkan tangan.

13
8) Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku
9) Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan
(palpasi) untuk memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah
pipa kecil, elastis dan memiliki dinding tebal. Jika vena tidak
teraba, lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke siku, atau
kompres hangat selama 5 menit daerah lengan.
10) Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas
alcohol 70% dan biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan
jangan dipegang lagi.
11) Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas.
Masukkan tabung ke dalam holder dan dorong sehingga jarum
bagian posterior tertancap pada tabung, maka darah akan mengalir
masuk ke dalam tabung. Tunggu sampai darah berhenti mengalir.
Jika memerlukan beberapa tabung, setelah tabung pertama terisi,
cabut dan ganti dengan tabung kedua, begitu seterusnya.
12) Lepas turniket dan minta pasien membuka kepalan tangannya.
Volume darah yang diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau
plasma yang diperlukan untuk pemeriksaan.
13) Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum.
Tekan kapas beberapa sat lalu plester selama kira-kira 15 menit.
Jangan menarik jarum sebelum turniket dibuka.
C. Menampung Darah Dalam Tabung
Beberapa jenis tabung sampel darah yang digunakan dalam praktek
laboratorium klinik adalah sebagai berikut :
1. Tabung tutup merah. Tabung ini tanpa penambahan zat additive,
darah akan menjadi beku dan serum dipisahkan dengan
pemusingan. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah,
imunologi, serologi dan bank darah (crossmatching test)
2. Tabung tutup kuning. Tabung ini berisi gel separator (serum
separator tube/SST) yang fungsinya memisahkan serum dan sel
darah. Setelah pemusingan, serum akan berada di bagian atas gel

14
dan sel darah berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk
pemeriksaan kimia darah, imunologi dan serologi
3. Tabung tutup hijau terang. Tabung ini berisi gel separator (plasma
separator tube/PST) dengan antikoagulan lithium heparin. Setelah
pemusingan, plasma akan berada di bagian atas gel dan sel darah
berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan
kimia darah.
4. Tabung tutup ungu atau lavender. Tabung ini berisi EDTA.
Umumnya digunakan untuk pemeriksaan darah lengkap dan bank
darah (crossmatch)
5. Tabung tutup biru. Tabung ini berisi natrium sitrat. Umumnya
digunakan untuk pemeriksaan koagulasi (mis. PPT, APTT)
6. Tabung tutup hijau. Tabung ini berisi natrium atau lithium heparin,
umumnya digunakan untuk pemeriksaan fragilitas osmotik eritrosit,
kimia darah.
7. Tabung tutup biru gelap. Tabung ini berisi EDTA yang bebas
logam, umumnya digunakan untuk pemeriksaan trace element
(zink, copper, mercury) dan toksikologi.
8. Tabung tutup abu-abu terang. Tabung ini berisi natrium fluoride
dan kalium oksalat, digunakan untuk pemeriksaan glukosa.
9. Tabung tutup hitam ; berisi bufer sodium sitrat, digunakan untuk
pemeriksaan LED (ESR).
10. Tabung tutup pink ; berisi potassium EDTA, digunakan untuk
pemeriksaan imunohematologi.
11. Tabung tutup putih ; potassium EDTA, digunakan untuk
pemeriksaan molekuler/PCR dan bDNA.
12. Tabung tutup kuning dengan warna hitam di bagian atas ; berisi
media biakan, digunakan untuk pemeriksaan mikrobiologi - aerob,
anaerob dan jamur

15
Beberapa hal penting dalam menampung sampel darah adalah :
Darah dari syring atau suntikan harus dimasukkan ke dalam tabung
dengan cara melepas jarum lalu mengalirkan darah perlahan-lahan melalui
dinding tabung. Memasukkan darah dengan cara disemprotkan, apalagi
tanpa melepas jarum, berpotensi menyebabkan hemolisis. Memasukkan
darah ke dalam tabung vakum dengan cara menusukkan jarum pada tutup
tabung, biarkan darah mengalir sampai berhenti sendiri ketika volume telah
terpenuhi.
 Homogenisasi sampel jika menggunakan antikoagulan dengan cara
memutar-mutar tabung 4-5 kali atau membolak-balikkan tabung 5-10
kali dengan lembut. Mengocok sampel berpotensi menyebabkan
hemolisis.
 Urutan memasukkan sampel darah ke dalam tabung vakum adalah :
pertama - botol biakan (culture) darah atau tabung tutup kuning-hitam
kedua - tes koagulasi (tabung tutup biru), ketiga - tabung non additive
(tutup merah), keempat - tabung tutup merah atau kuning dengan gel
separator atau clot activator, tabung tutup ungu/lavendet (EDTA),
tabung tutup hijau (heparin), tabung tutup abu-abu (NaF dan Na
oksalat)
3.2 Pengambilan Darah Kapiler

Pengambilan darah kapiler atau dikenal dengan istilah skinpuncture yang


berarti proses pengambilan sampel darah dengan tusukan kulit. Tempat yang
digunakan untuk pengambilan darah kapiler adalah :
a) Ujung jari tangan (fingerstick) atau anak daun telinga.
b) Untuk anak kecil dan bayi diambil di tumit (heelstick) pada 1/3
bagian tepi telapak kaki atau ibu jari kaki.
c) Lokasi pengambilan tidak boleh menunjukkan adanya gangguan
peredaran, seperti vasokonstriksi (pucat), vasodilatasi (oleh radang,
trauma, dsb), kongesti atau sianosis setempat.
Pengambilan darah kapiler dilakukan untuk tes-tes yang memerlukan
sampel dengan volume kecil, misalnya untuk pemeriksaan kadar glukosa,

16
kadar Hb, hematokrit (mikrohematokrit) atau analisa gas darah (capillary
method).
Prosedur
1. Siapkan peralatan sampling : lancet steril, kapas alcohol 70%.
2. Pilih lokasi pengambilan lalu desinfeksi dengan kapas alkohol 70%,
biarkan kering.
3. Peganglah bagian tersebut supaya tidak bergerak dan tekan sedikit
supaya rasa nyeri berkurang.
4. Tusuk dengan lancet steril. Tusukan harus dalam sehingga darah tidak
harus diperas-peras keluar. Jangan menusukkan lancet jika ujung jari
masih basah oleh alkohol. Hal ini bukan saja karena darah akan
diencerkan oleh alkohol, tetapi darah juga melebar di atas kulit
sehingga susah ditampung dalam wadah.
5. Setelah darah keluar, buang tetes darah pertama dengan memakai kapas
kering, tetes berikutnya boleh dipakai untuk pemeriksaan.
6. Pengambilan darah diusahakan tidak terlalu lama dan jangan diperas-
peras untuk mencegah terbentuknya jendalan.
13. Pengambilan Darah Arteri
Pengambilan darah arteri umumnya menggunakan arteri radialis di daerah
pergelangan tangan. Jika tidak memungkinkan dapat dipilih arteri brachialis
di daerah lengan atau arteri femoralis di lipat paha. Pengambilan darah harus
dilakukan dengan hati-hati dan oleh tenaga terlatih.
Sampel darah arteri umumnya digunakan untuk pemeriksaan analisa gas
darah.

Prosedur
1) Siapkan peralatan sampling di tempat/ruangan dimana akan dilakukan
sampling.
2) Pilih bagian arteri radialis.
3) Pasang tali pembendung (tourniquet) jika diperlukan.
4) Lakukan palpasi (perabaan) dengan jari tangan untuk memastikan letak

17
arteri.
5) Desinfeksi kulit yang akan ditusuk dengan kapas alkohol 70%, biarkan
kering. Kulit yang telah dibersihkan jangan dipegang lagi.
6) Tekan bagian arteri yang akan ditusuk dengan dua jari tangan lalu
tusukkan jarum di samping bawah jari telunjuk dengan posisi jarum
tegak atau agak miring. Jika tusukan berhasil darah terlihat memasuki
spuit dan mendorong thorak ke atas.
7) Setelah tercapai volume darah yang dikehendaki, lepaskan/tarik jarum
dan segera letakkan kapas pada tempat tusukan lalu tekan kapas kuat-
kuat selama ±2 menit. Pasang plester pada bagian ini selama ±15 menit.

18
BAB IV

Sampel swab PCR, Antigen, Genos

4.1 Swab PCR Test


Tes PCR adalah salah satu pemeriksaan molekuler untuk seluruh pasien
yang terduga terinfeksi COVID-19. Tes ini merupakan rekomendasi yang
dibuat oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sejak pagebluk COVID-19
melanda dunia.Tes ini digunakan untuk mendeteksi penyakit dengan cara
mencari jejak materi genetik virus pada sampel yang dikumpulkan.
Sampelnya yang dikumpulkan ini diambil melalui teknik usap hidung atau
tenggorokan (swab).
Pemeriksaan untuk mendeteksi infeksi virus Corona dapat dilakukan
dengan metode PCR (Polymerase Chain Reaction) atau Swab PCR test.
Metode Swab test atau usap digunakan untuk mengambil sampel dari hidung
dan tenggorokan. Selain dengan test usap, ada lagi jenis sampel yang dapat
digunakan, seperti sampel urine, sputum, sampel darah bahkan cairan
serebrospinal (SCF).
Sebelum melakukan Swab PCR test tidak ada persiapan khusus yang
perlu dilakukan. Pemeriksaan PCR tidak berpengaruh apakah diambil saat
kondisi sedang batuk/pilek, tidak enak badan, demam, diare, kurang tidur,
makan/minum obat/suplemen tertentu. Hanya saja, selama pemeriksaan Swab
PCR test pasien wajib mematuhi protokol kesehatan. Biasanya, pasien akan
melakukan proses pengambilan sampel dengan metode khusus. Umumnya,
mereka akan melewati tiga tahapan, mulai dari pengambilan sampel, ekstraksi
materi genetik dari sampel, amplifikasi (penggandaian materi genetik), dan
pembacaan hasil. Pasien juga diberi tahu waktu/berapa lama hasil
pemeriksaan akan keluar atau terlihat.
Prosedur Swab Test

19
Salah satu prosedur Swab PCR test ditandai dengan tes usap (swab).
Lebih jelas, berikut ini tahapan yang dilakukan selama pemeriksaan Swab
PCR test:
Petugas kesehatan meminta pasien membuka masker. Petugas akan
mengambil sampel pasien berupa ingus dari hidung (Jika ada). Petugas
kesehatan meminta pasien mendongakkan kepala untuk mengambil sampel
lendir. Alat yang digunakan selama pemeriksaan Swab test menyerupai
cotton bud panjang. Petugas kesehatan akan memasukannya ke hidung hingga
nasofaring. Petugas kesehatan akan memutar atau menggerakkan alat swab
agar lendir di nasofaring menempel di alat swab. Setelah proses pengambilan
sampel, petugas kesehatan meminta pasien segera memakai masker kembali.
Selain metode usap, sampel juga bisa didapatkan dari urine, sputum,
sampel darah bahkan cairan serebrospinal (SCF). Hal ini dilakukan sesuai
jenis penyakit yang ingin didiagnosa melalui tes PCR. Lalu, sampel tadi akan
dimasukkan ke dalam tabung plastik. Petugas akan menutup rapat tabung
plastik yang berisi sampel tersebut. Lalu, sampel yang sudah diambil akan
diperiksa ke laboratorium. Tabung yang berisi sampel tadi akan diperiksa
melalui alat PCR untuk mendeteksi keberadaan untaian DNA virus Corona.
Hasil swab test dapat diketahui dalam waktu 1-2 hari. Jadi, prosedur Swab
test dilakukan dalam tiga proses, mulai dari pengambilan sampel, ekstraksi
materi genetik dari sampel, amplifikasi (penggandaian materi genetik), dan
pembacaan hasil.
Pemeriksaan Swab test menunjukkan hasil positif atau negatif. Jika
hasil positif berarti pasien menderita atau terinfeksi Covid-19. Sebaliknya,
hasil pemeriksaan Swab test negatif berarti pasien tidak menderita atau
terinfeksi Covid-19. Pemeriksaan Swab PCR test ini tidak menimbulkan efek
samping. Anda hanya merasakan rasa yang tidak nyaman saat proses
pengambilan sampel. Saat alat Swab test dimasukkan ke dalam hidung. Selain
itu, muncul rasa sedikit nyeri atau memar di area suntikan saat pengambilan
darah. Namun, efek tersebut akan hilang dengan sendirinya.
Harga swab PCR test

20
Umumnya harga Swab PCR test tertinggi sebesar Rp900.000 sesuai
aturan dari Kementrian Kesehatan (Kemenkes) RI. Batas tarif tertinggi ini
mengacu pada ketentuan surat edaran yang diumumkan Kemenkes. Harga
Swab PCR test tersebut sudah mencakup keseluruhan sampai hasilnya keluar.
Tes PCR melibatkan 5 tahap, mulai dari pengambilan sampel, ekstraksi
materi genetik dari sampel, amplifikasi atau penggandaan materi genetik (RT
PCR), interpretasi hasil, verifikasi, dan validasi. Setelah proses pengambilan
sampel selesai, akan dilakukan langkah sebagai berikut:
Ekstraksi Materi Genetik
Tabung VTM yang berisi sampel swab pasien akan dibuka di Biosafety
Cabinet level 2 yang ada di laboratorium Biomolekuler. Biasanya, deteksi
Virus Corona penyebab Covid-19 diawali dengan proses konversi RNA
melalui metode spin column. RNA tadi kemudian direkatkan dengan resin
RNA yang sudah melekat di alat tersebut akan “dicuci” dengan reagen dari
zat pengotor semisal protein dan komponen asing lain yang nantinya
mengganggu proses multiplikasi rantai asam amino. Mesin ekraksi yang ada
di CMH memiliki kapasitas memproses 16 sampel untuk satu kali siklus.
Amplifikasi atau Penggandaan Materi Genetik (RT PCR)
Setelah didapatkan sampel RNA yang bersih, selanjutnya menuju
tahap RT PCR. Apa itu RT PCR? Real Time PCR adalah sebuah metode tes
paling spesifik untuk mengetahui ada atau tidaknya virus penyebab Corona.
Bahkan mampu mendeteksi virus dengan detection limit yang sangat rendah
yaitu 100 partikel virion per 1 mililiter media.
Deteksi Real Time PCR yang dilakukan di Ciputra Mitra Hospital
bersifat kualitatif. Artinya, kita bisa mengetahui ada atau tidaknya virus
COVID-19 tanpa menghitung secara persis berapa jumlah partikel virion
yang ada pada sampel.
Ct (cycle threshold) pada PCR dapat diartikan dengan semakin
rendahnya nilai Ct maka jumlah partikel virus pada sampel semakin tinggi.
Sebaliknya, semakin tinggi nilai Ct semakin rendah jumlah virusnya.
Kemudian dibuat interpretasi apakah (sampel) itu positif, negatif, invalid atau

21
incoclusive. Alat PCR di CMH dalam satu kali running mampu mengerjakan
maksimal 96 sampel.
Verifikasi dan Validasi
Setelah melakukan interpretasi, tahap selanjutnya adalah verifikasi
dan validasi untuk dilaporkan ke rumah sakit maupun Dinas Kesehatan.
Kesimpulan dari hasil pemeriksaan akan dijelaskan kepada Anda oleh dokter
kami. Kini, Anda sudah mengetahui jenis pemeriksaan Swab. Mulai dari apa
itu PCR test, prosedurnya, harga, hingga rumah sakit yang melayani Swab
test. Pemeriksaan Swab PCR test lebih akurat dari Rapid test. Jika Anda ingin
melakukan Swab PCR test sebaiknya tetap penuhi protokol kesehatan.
Sebelum dan setelah pemeriksaan tetap menggunakan masker, jaga jarak, dan
rutin cuci tangan menggunakan sabun. Selain itu, jaga kesehatan tubuh
dengan pola makan sehat dan rutin melakukan aktivitas fisik. Jika muncul
gejala yang menunjukkan Covid-19 segera hubungi fasilitas kesehatan untuk
penanganan lebih lanjut.
4.2 Tes swab Antigen
Mencari jejak materi genetik virus pada sampel yang dikumpulkan.
Sampelnya yang dikumpulkan ini diambil melalui teknik usap hidung atau
tenggorokan (swab). Menurut ahli di Centers for Disease Control and
Prevention (CDC), tes antigen adalah immunoassay yang mendeteksi
keberadaan antigen virus tertentu, yang menunjukkan infeksi virus saat ini.
Tes antigen ini kini dilakukan melalui teknik swab pada hidung atau
tenggorokan, seperti halnya pengambilan sampel PCR. Masih menurut CDC,
tes swab antigen ini paling efektif cepat bekerja dilakukan ketika seseorang
dites pada tahap awal infeksi SARS-CoV-2. Sebab di masa ini viral load
umumnya paling tinggi.
Swab antigen ini mengambil sampel antigen, yaitu protein yang
dikeluarkan oleh virus seperti SARS-CoV-2. Nah, antigen ini terdeteksi
ketika ada infeksi yang sedang berlangsung di tubuh seseorang. Singkat kata,
tes swab antigen bisa mendeteksi keberadaan antigen virus corona pada tubuh
seseorang.

22
Saat ini, baik rapid test antibodi atau antigen, digunakan untuk
mendeteksi kasus suspek (sebelumnya disebut PDP, pasien dalam
pengawasan), atau pada mereka yang memiliki gejala berat COVID-19. Hal
yang perlu ditegaskan, menurut Keputusan Menteri Kesehatan Indonesia,
pemeriksaan rapid test tidak digunakan untuk diagnostik. Rapid test seperti
swab antigen dilakukan pada kondisi dengan keterbatasan kapasitas
pemeriksaan RT-PCR.
Di samping itu, rapid test dapat digunakan untuk skrining pada populasi
spesifik dan situasi khusus. Contohnya seperti pada pelaku perjalanan
(termasuk kedatangan Pekerja Migran Indonesia, terutama di wilayah Pos
Lintas Batas Darat Negara (PLBDN), dan penguatan pelacakan kontak seperti
di lapas, panti jompo, panti rehabilitasi, asrama, pondok pesantren, serta pada
kelompok-kelompok rentan.
''Tetap harus dilakukan konfirmasi dengan menggunakan PCR karena ini
menjadi penting. PCR memiliki sensitivitas yang jauh lebih tinggi dibanding
pemeriksaan rapid,'' ujar Achmad Yurianto (19/03/2020), sewaktu masih
menjabat sebagai jubir Pemerintah untuk COVID-19.
4.3 GeNose
Genose, adalah alat penyaringan (screening) COVID-19 yang
dikembangkan Universitas Gadjah Mada (UGM). GeNose diklaim memiliki
kemampuan mendeteksi virus corona baru dalam tubuh manusia dalam waktu
cepat. Tidak kurang dari 2 menit hasil tes sudah dapat diketahui apakah
positif atau negatif COVID-19. Selain mengklaim cepat dalam melakukan
deteksi dan memiliki akurasi tinggi, penggunaan alat ini jauh lebih murah bila
dibandingkan dengan tes usap PCR yaitu sekitar Rp15 ribu hingga Rp20 ribu
untuk sekali pemeriksaan.
GeNose bekerja mendeteksi Volatile Organic Compound (VOC) yang
terbentuk karena adanya infeksi COVID-19 dan keluar bersama nafas melalui
embusan nafas ke dalam kantong khusus. Selanjutnya diidentifikasi melalui
sensor-sensor yang kemudian datanya akan diolah dengan bantuan
kecerdasan artifisial (Artificial Intelligence). Alat ini juga dilengkapi dengan

23
sistem cloud computing yang memungkinkan untuk deteksi virus Corona
jenis baru secara real time.
Sementara itu, berikut cara, langkah dan ketetuan deteksi COVID-19
menggunakan GeNose C19:
1. Pada layanan pemeriksaan GeNose C19, Anda akan diminta untuk
mengambil napas melalui hidung dan membuangnya melalui mulut
sebanyak tiga kali.
2. Langkahnya adalah, sebanyak dua kali di awal, ambil napas dan buang di
dalam masker. Lalu pada saat pengambilan napas ke-3, langsung
embuskan ke dalam kantong hingga penuh.
3. Kunci kantong agar udara di dalamnya tidak keluar dan serahkan kantong
kepada petugas untuk dianalisis menggunakan alat GeNose C19.
4. Hasil pemeriksaan GeNose C19 ini akan keluar dalam waktu sekitar tiga
menit. Pemeriksaan dilakukan satu kali tanpa pengulangan.
Namun, hal terpenting yang harus diingat adalah GeNose C19 bukan alat
utama untuk pemeriksaan COVID-19. Jika pada pemeriksaan menggunakan
GeNose C19 keluar hasil positif maka Anda tetap harus melakukan
pemeriksaan lanjutan dengan metode swab PCR untuk menegakkan diagnosa
COVM<ID-19.

24
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Urine cairan sisa yang diekskresikan ginjal kemudian dikeluarkan dari


dalam tubuh, cara pengambilan, pengumpulan ,pengamanan dan pengiriman
urine haruslah sesuai prosedur agar tidak terjadi kontaminasi terhadap sampel
sehingga diperoleh hasil yang akur GeNose merupakan alat deteksi yang
dikembangkan oleh tim riset gabungan UGM. Alat ini sudah disebarkan ke
sejumlah rumah sakit. PT KAI pun telah mengizinkan penggunaan alat ini
sebagai syarat perjalanan.Swab PCR merupakan metode yang juga dilakukan
dengan cara swab di hidung dan tenggorokan untuk mendeteksi semua bagian
virus, berbeda dengan antigen yang hanya bagian luar. Sampel akan dianalisis
di laboratorium untuk memeriksa materi genetika virus. Specimen darah vena
adalah suatu cara pengambilan darah vena yang diambil dari vena dalam
fossa cubiti, vena saphena magna / vena supervisial lain yang cukup besar
untuk mendapatkan sampel darah yang baik dan representative dengan
menggunakan spuit. Faktor yang dapat menghambat pengambilan specimen
ini diantaranya factor fisik pasien, factor psikologis, dan factor teknik.
Sedangkan factor yan0g harus diperhatikan dalam pengambilan specimen
darah vena adalah keadaan basal pasien, syarat pemeriksaan, factor teknik,
pemeriksaan CITO. Adapun pemeriksaan yang menggunakan sampel darah
adalah albumin, asam urat bilirubin, trombosit, hemoglobin, dan lain-lain.
5.2 Saran

Jagalah kebersihan saat pengambilan, pengumpulan sampel agar tidak


terjadi kontaminasi dan perhatikan prosedur yang berlaku . Tes diagnostik ini
dapat mendeteksi protein spesifik dari virus corona SARS-CoV-2 penyebab
Covid-19. Antigen adalah zat yang yang dapat merangsang imun.Dalam
mengambil specimen darah khususnya pada darah harus teliti dan berhati-hati

25
untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terjadi kepada pasien.
Dalam pengambilan tes swab diantara tes swab, pcr, genose itu berbeda dan
cara bekerjanya pun berbeda-beda.

26
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1167/4/CHAPTER%202.pdf
https://www.halodoc.com/artikel/pcr-test-dan-swab-antigen-tidak-sama-ini-
penjelasannya
https://tirto.id/beda-tes-covid-19-genose-rapid-test-antigen-antibodi-swab-pcr-
f9X1
Iskandar, A. U. (2016) ‘Pengambilan Sampel Darah’, Universitas Muhammadiyah
Semarang.

27

Anda mungkin juga menyukai