Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

PROSEDUR TINDAKAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN


KEBUTUHAN ELIMINASI URIN
(PEMASANGAN KATETER/KONDOM KATETER, PERSIAPAN PASIEN
HD, MEMBERIKAN OBAT SESUAI PROGRAM TERAPI)

DOSEN PEMBIMBING

Ns. Wiyadi, S. Kep, M. Si

DISUSUN OLEH :

1. Aulia Robiatul Adawiyah P07220118036


2. Ariani Noor Awaliyah P07220118008
3. Firman Fitrianto P07220118040
4. Mustajam P07220118051
5. Shilvi Aulia Anwar P07220118057
6. Yeyen Anggraeni P07220118030

PRODI D-III KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
KALIMANTAN TIMUR
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas berkat
dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan Makalah tugas mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah II yang berjudul “Prosedur Tindakan
Keperawatan Pada Gangguan Kebutuhan Eliminasi Urin (Pemasangan
Kateter/Kondom Kateter, Persiapan Pasien Hd, Memberikan Obat Sesuai Program
Terapi)” tepat waktu. Makalah ini tidak akan selesai tepat waktu tanpa bantuan dari
berbagai pihak.
Kami menyadari dalam pembuatan tugas ini masih banyak terdapat kekurangan.
Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Sehingga tugas yang sederhana ini dapat menjadi bahan bacaan yang bermanfaat
demi peningkatan mutu pendidikan. Dan tak lupa kami ucapkan terima kasih atas
kesempatan yang diberikan kepada kami. Akhir kata semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan semua pihak yang
membacanya.

Samarinda, 2 Juli 2020

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. 1

DAFTAR ISI............................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...............................................................................................3


1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................4
1.3 Tujuan............................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi..........................................................................................................5
2.2 Prosedur Tindakan Pemasangan Kateter Tetap............................................5
2.3 Prosedur Tindakan Persiapan Pasien Hemodialisis......................................13
2.4 Prosedur Tindakan Memberikan Obat Sesuai Program Terapi....................14

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...................................................................................................30
3.2 Saran.............................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................31

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh
ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi.
Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah
yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun,
ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasi
olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung
kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti
urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin
berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang
proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap
kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa
mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih
atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung
di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin
dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan
untuk mempercepat pembentukan kompos. Diabetes adalah suatu penyakit yang
dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan mengandung
gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat.
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-
obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang
"kotor". Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal
atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan mengandung
bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat,
secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang dihasilkan

3
berasal dari urea. Sehingga bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang
steril .Urin dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita
dehidrasi akan mengeluarkan urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi
akan mengeluarkan urin berwarna kuning pekat atau cokelat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana prosedur tindakan pemasangan kateter/kondom kateter?
2. Bagaimana prosedur tindakan persiapan pasien HD?
3. Bagaimana prosedur tindakan memberikan obat sesuai program terapi?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang prosedur tindakan pemasangan kateter/kondom
kateter.
2. Untuk mengetahui tentang prosedur tindakan persiapan pasien HD.
3. Untuk mengetahui tentang prosedur tindakan memberikan obat sesuai
program terapi.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh.


Pembuangan dapat melalui urine ataupun bowel.
Eliminasi urine normalnya adalah pengeluaran cairan. Proses pengeluaran ini
sangat bergantung pada fungsi-fungsi organ eliminasi urine seperti ginjal, ureter,
bladder, dan uretra. Ginjal memindahkan air dari darah dalam bentuk urine.
Ureter mengalirkan urine ke bladder. Dalam bladder urine ditampung sampai
mencapai batas tertentu yang kemudian dikeluarkan melalui uretra.
Gangguan eliminasi urine adalah keadaan dimana seorang
individumengalami atau berisiko mengalami disfungsi eliminasi urine. Biasanya
orangyang mengalami gangguan eliminasi urine akan dilakukan kateterisasi
urine,yaitu tindakan memasukan selang kateter ke dalam kandung kemih
melaluiuretra dengan tujuan mengeluarkan urine.

2.2 Prosedur Tindakan Pemasangan Kateter Tetap

 Tujuan pemasangan kateter menghilangkan distensi kandung kemih


 Sebagai penatalaksanaan kandung kemih inkompeten
 Sebagai pengkajian jumlah residu urine, bila kandung kemih tidak mampu
untuk dikosongkan secara lengkap
A. Komunikasi
B. Persiapan alat
1. Set ganti kateter yang berisi:
 1 duk alas steril
 1 duk berlubang steril
 1 piala ginjal steril

5
 1 mangkok steril
 4 kapas steril
 1 pinset steril
 1 pasang sarung tangan steril
2. 1 kateter folley sesuai dengan aturan
3. korentang steril
4. urine bag
5. Xylocain jelly steril
6. cairan sublimat 1:1000
7. Na CL 0,9 % atau aquadest steril sebanyak yang dibutuhkan oleh ballon
kateter (20-30 cc)
8. Spuit 20 cc steril
9. Jarum no.12 steril
10. Perlak
11. Plester
12. Alat tulis
13. Sabun mandi
14. Handuk
15. Kom mandi
16. Gantungan urine bag
17. Alkohol 70%
18. Kapas bulat
19. Jelaskan pada pasien tujuan dan maksud pemasangan kateter
C. Persiapan Lingkungan
Jendela dan pintu ditutup

D. Persiapan Pasien
1. Jelaskan pada pasien tujuan dan tindakan yang akan diberikan
2. Pasien dalam keadaan tidur/ berbaring.

6
E. Langkah-langkah
1. Tutup tirai dan pintu kamar pasien.
2. Perawat mencuci tangan.
3. Bersihkan daerah perineum dengan sabun dan keringkan.
4. Atur posisi untuk pemasangan kateter.
 Wanita: dorsal recumbent
 Pria : supine
5. Letakkan set kateter diantara kedua tungkai bawah pasien dengan jaral min
45cm dari perineum pasien.
6. Buka set kateter
7. Gunakan sarung tangan steril.
8. pasang duk berlubang didaerah genitalia pasien.
9. Tes ballon kateter.
10. Membuka daerah meatus
 Wanita : Buka labia dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari
tangan kiri lalu sedikit ditarik keatas
 Pria : Pegang daerah dibawah glanda penis dengan jari dan telukjuk,
preputium ditarik keatas
11. Membersihkan daerah meatus dengan kapas sublimat dan pinset.
 Wanita : Bersihkan daerah labia luar terakhir bagian meatus, kapas
hanya sekali dipakai.
 Pria : Bersihkan dengan arah melingkar dari meatus keluar minimum
3x
12. Lumasi ujung kateter dengan xylocain jelly
 Wanita : 4-5 cm
 Pria : 15-18 cm
13. Masukan kateter
 Wanita : sepanjang 5-7 cm sampai urine keluar

7
 Pria : sepanjang 18-20cm sampai urine keluar, tegakkan penis
dengan sudut 90° .
14. Jika waktu memasukkan kateter terasa adanya tahanan jangan dilanjutkan
selama pemasangan kateter anjurkan pasien untuk nafas dalam.
15. Masukkan kateter sepanjang 2 cm sambil sedikit diputar.
16. Isi ballon kateter dengan NaCL sebanyak yang ditentukan, menggunakan
spuit tanpa jarum.
17. Tarik kateter perlahan sampai ada tahanan ballon.
18. Fiksasi kateter menggunakan plester.
19. Gantung urine bag dengan posisi lebih rendah daripada vesika urinaria.
20. Beri posisi yang nyaman pada pasien.
21. Rapihkan alat simpan alat pada tempatnya.
22. Perawat/ bidan mencuci tangan.
23. Catat prosedur pelaksanaan, kondisi perineum dan meatus, waktu,
konsistensi, warna, bau, jumlah urine, reaksi pasien pada catatan perawat/
bidan.
POLITEKNIK SOP PEMASANGAN KONDOM KATETER
KESEHATAN
No Halaman Ditetapkan Oleh Direktur Poltekkes
DEPKES
Dokumen 1/4 Kemenkes Kaltim
KALTIM

Jl. Wolter
Monginsidi
no 38
Samarinda

1. Definisi Kondom kateter ialah alat drainase urine eksternal yang aman digunakan
untuk mengalirkan cairan urine terutama untuk pasien laki-laki. Kondom
kateter terbuat dari bahan yang lunak yang berupa selaput karet yang

8
lembut.

2. Tujuan 1. Untuk menampung urine dan mengontrol inkontinensia urine


2. Untuk memungkinkan klien melakukan aktivitas fisik tanpa rasa takut
atau malu karena rembesan urine
3. Untuk mencegah iritasi kulit sebagai akibat dari inkonentisia urine

3. Ruang Indikasi : mengambil sample urine untuk kultur urine, monitor produksi
Lingkup urine atau balance cairan
Kontraindikasi : alergi atau sensitivitas terhadap lateks.

4. Acuan Kozier, Barbara. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan.EGC:Jakarta

5. Prosedur Komponen Ya Tidak

Fase Orientasi

1. Salam terapiutik
2. Evaluasi / validasi kondisi pasien
3. Kontrak : topik / waktu / tempat
Fase Persiapan Alat

1. Kantong drainase di tungkai dengan selang dan


kantong drainase urine dengan selang
2. Set kondom kateter
3. Selimut mandi atau selimut serupa lain
4. Sarung tangan bersih
5. Waskom berisi air hangat dan sabun
6. Waslap dan handuk
7. Kapas cebok

9
Fase Kerja

1. Jelaskan kepada klien tentang apa yang akan anda


lakukan, mengapa tindakan tersebut diperlukan dan
bagaimana dapat bekerjasama
2. Diskusikan apakah penggunaan kateter kondom akan
memengaruhi perawatan atau penanganan selanjutnya
3. Cuci tangan, pakai sarung tangan bersih, dan pantau
prosedur pengendalian infeksi yang tepat
4. Berikan privasi pada klien
a. Selimutkan klien dengan tepat menggunakan
handuk mandi, hanya penis yang terlihat
5. Inspeksi dan bersihkan penis
a. Bersihkan area genital dan keringkan secara
menyeluruh, ini meminimalkan iritasi kulit dan
eskoriasi kulit setelah kondom dipasang
6. Pasang dan fiksasi kondom
a. Gulung kondom secara halus ke atas penis,
sisakan 2,5 cm antara ujung penis dan slang
penghubung yang terbuat dari karet atau plastik.
Jarak ini mencegah iritasi ujung penis dan dapat
menampung drainase urine secara penuh
b. Fiksasi kondom dengan kuat, tetapi jangan
terlalu ketat ke penis. Beberapa kondom memiliki
perekat di ujung proksimal bagian dalamnya yang
menempel ke kulit dasar penis. Banyak kondom
dikemas dengan plester khusus. Apabila
keduanya tidak ada, tempelkan potongan plester
elastis atau velkro ke atas kondom mengelilingi

10
dasar penis. Plester biasa di kontraindikasikan
karena tidak fleksibel dan dapat menghentikan
aliran darah.
7. Fiksasi secara aman ke sistem drainase urine
a. Pastikan bahwa ujung penis tidak menyentuh
kondom dan bahwa kondom tidak terpelintir.
Kondom yang terpelintir dapat menghambat
aliran urine
b. Hubungkan sistem drainase urine ke kondom
c. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
d. Apabila klien tetap ditempat tidur, hubungkan
kantung drainase urine ke kerangka tempat tidur
e. Apabila klien dapat berjalan-jalan, hubungkan
kantung ke tungkai klien. Menghubungkan
kantung drainase ke tungkai membantu
mengontrol pergerakan selang dan mencegah
pelintiran materi kondom yang tipis yang
dipasang di ujung penis
8. Ajarkan klien mengenai sistem drainase
a. Instruksikan klien untuk menjaga kantung
drainase tetap berada di bawah kondom dan
hindari tertekuk atau terpelintirnya selang
9. Inspeksi penis 30 menit setelah pemasangan kondom
dan periksa aliran urine. Dokumentasikan
a. Kaji adanya pembengkakan dan perubahan
warna pada penis, yang mengindikasikan bahwa
kondom terlalu ketat
b. Kaji aliran urine jika klien telah berkemih.

11
Normalnya, hanya sedikit urine yang berada di
dalam selang apabila aliran tidak terhambat.
10. Ganti kondom setiap hari dan berikan perawatan
kulit,
a. Lepaskan potongan plester elastis atau velkro,
pakai sarung tangan bersih dan lepaskan kondom
dengan menggunakan menuruni penis
b. Cuci penis dengan air bersabun, bilas dan
keringkan secara menyeluruh
c. Kaji tanda-tanda iritasi, pembengkakan, dan
perubahan warna pada kulit kulup
d. Pasang kembali kondom yang baru
11. Dokumentasikan ke dalam catat klien. Catat
pemasangan kondom, waktu dan pemantauan yang
terkaitseperti area teriritasi pada penis.

Fase Terminasi

Evaluasi :

1. Laksanakan tindak lanjut mendetail berdasarkan


temuan pada klien yang menyimpang dari perkiraan atau
menyimpang dari normal. Hubungkan hasil penemuan
dengan data pengkajian sebelumnya jika ada.
2. Laporkan adanya penyimpangan bermakna dari
normal ke pemberi perawatan primer
Sikap :

1. Menggunakan komunikasi terapetik


2. Bekerja dengan hati-hati dan sopan

12
2.3 Prosedur Tindakan Persiapan Pasien Hemodialisis

A. Definisi Hemodialisis
Hemodialisa berasal dari kata hemo=darah,dan dialisa=pemisahan atau
filtrasi. Pada prinsipnya hemodialisa menempatkan darah berdampingan
dengan cairan dialisat atau pencuci yang dipisahkan oleh suatu membran atau
selaput semi permeabel. Membran ini dapat dilalui oleh air dan zat tertentu
atau zat sampah. Proses ini disebut dialysis yaitu proses berpindahnya air atau
zat, bahan melalui membran semi permeabel ( Pardede, 1996 ).
Terapi hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti
untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran
darah manusia seperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatinin, asam
urat, dan zat-zat lain melalui membran semi permeabel sebagai pemisah darah
dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis
dan ultra filtrasi (Setyawan, 2001).

B. Tujuan Hemodialisis
Hemodialisis bertujuan untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik
dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan, pada hemodialisis
aliran darah yang penuh dengan toksik dan limbah nitrogen dialihkan dari
dalam tubuh ke dialiser tempat darah tersebut dibersihkan dan kemudian
dikembalikan ke dalam tubuh.
C. Persiapan Pasien Hemodialisis
1) Surat dari dokter penanggungjawab Ruang HD untuk tindakan HD
(instruksi dokter).

13
2) Apabila dokter penanggung jawab HD tidak berada ditempat atau tidak
bisa dihubungi, surat permintaan tindakan hemodialisa diberikan oleh
dokter spesialis penyakit dalam yang diberi delegasi oleh dokter
penanggung jawab HD.
3) Apabila pasien berasal dari luar RS ( traveling ) disertai dengan surat
traveling dari RS asal.
4) Identitas pasien dan surat persetujuan tindakan HD.
5) Riwayat penyakit yang pernah diderita (penyakit lain).
6) Keadaan umum pasien.
7) Keadaan psikososial.
8) Keadaan fisik (ukur TTV, BB, warna kulit, extremitas edema +/-.)
9) Data laboratorium: darah rutin,GDS,ureum, creatinin, HBsAg, HCV,
HIV, CT, BT.
10) Pastikan bahwa pasien benar-benar siap untuk dilakukan HD.

2.4 Prosedur Tindakan Memberikan Obat Sesuai Program Terapi


1. Pemberian Obat Melalui Oral
Pemberian obat melalui mulut dilakukan dengan tujuan mencegah,
mengobati, dan mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis
obat.
a. Persiapan Alat dan Bahan :
1) Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat.
2) Obat dan tempatnya.
3) Air minum dalam tempatnya.
b. Prosedur Kerja :
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3) Baca obat, dengan berprinsip tepat obat, tepat pasien, tepat dosis,
tepat waktu, dan tepat tempat.

14
4) Bantu untuk meminumkannya dengan cara:
- Apabila memberikan obat berbentuk tablet atau kapsul dari
botol, maka tuangkan jumlah yang dibutuhkan ke dalam tutup
botol dan pindahkan ke tempat obat. Jangan sentuh obat dengan
tangan. Untuk obat berupa kapsul jangan dilepaskan
pembungkusnya.
- Kaji kesulitan menelan. Bila ada, jadian tablet dalam bentuk
bubuk dan campur dengan minuman.
- Kaji denyut nadi dan tekanan darah sebelum pemberian obat
yang membutuhkan pengkajian.
5) Catat perubahan dan reaksi terhadap pemberian. Evaluasi respons
terhadap obat dengan mencatat hasil pemberian obat.
6) Cuci tangan.
2. Pemberian Obat Melalui Sublingul
Pemberian obat melalui sublingual merupakan rute pemberian obat yang
absorpsinya baik melalui jaringan, kapiler di bawah lidah.Obat-obat ini
mudah diberikan sendiri.Karena tidak melalui lambung, sifat kelabilan
dalam asam dan permeabilitas usus tidak perlu dipikirkan.
a. Persiapan
Persiapan Alat dan Bahan :
1) Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat.
2) Obat yang sudah ditentukan dalam tempatnya.
b. Prosedur Kerja :
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3) Memberikan obat kepada pasien.
4) Memberitahu pasien agar meletakkan obat pada bagian bawah
lidah, hingga terlarut seluruhnya.

15
5) Menganjurkan pasien agar tetap menutup mulut, tidak minum dan
berbicara selama obat belum terlarut seluruhnya.
6) Catat perubahan dan reaksi terhadap pemberian. Evaluasi respons
terhadap obat dengan mencatat hasil pemberian obat.
7) Cuci tangan.
3. Pemberian Obat Melalui Bukal
Pemberian obat secara bukal adalah memberika obat dengan cara
meletakkan obat diantara gusi dengan membran mukosa diantara pipi.
Tujuannya yaitu mencegah efek lokal dan sistemik, untuk memperoleh aksi
kerja obat yang lebih cepat dibandingkan secara ora, dan untuk menghindari
kerusakan obat oleh hepar.
c. Persiapan Alat dan Bahan :
1) Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat.
2) Obat yang sudah ditentukan dalam tempatnya.
d. Prosedur Kerja :
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3) Memberikan obat kepada pasien.
4) Memberitahu pasien agar meletakkan obat diantara gusi dan selaput
mukosa pipi sampai habis diabsorbsi seluruhnya.
5) Menganjurkan pasien agar tetap menutup mulut, tidak minum dan
berbicara selama obat belum terlarut seluruhnya.
6) Catat perubahan dan reaksi terhadap pemberian. Evaluasi respons
terhadap obat dengan mencatat hasil pemberian obat.
7) Cuci tangan.
a) Konsep dan Teknik Pemberian Obat Melalui Intervena (Selang
IV), Intracutan (IC), Subcutan (SC), dan Intramuscular (IM)
1. Pemberian Obat Melalui Intervena (selang IV)
a. Alat dan bahan :

16
1) Spuit dan jarum sesuai ukuran
2) Obat dalam tempatnya
3) Selang intravena
4) Kapas alcohol
b. Prosedur Kerja:
1) Cuci tangan
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3) Periksa identitas pasien dan ambil obat kemudian masukkan ke
dalam spuit.
4) Cari tempat penyuntikan obat pada daerah selang intravena
5) Lakukan desinfeksi dengan kapas alcohol dan stop aliran
6) Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga
menembus bagian tengah dan masukkan obat perlahan-lahan ke
dalam selang intravena.
7) Setelah selesai tarik spuit.
8) Periksa kecepatan infuse dan observasi reaksi obat
9) Cuci tangan
10) Catat obat yang telah diberikan dan dosisnya
2. Pemberian Obat Melalui Jaringan Intrakutan (IC)
Memberikan atau memasukkan obat ke dalam jaringan kulit dilakukan
sebagai tes reaksi alergi terhadap jenis obat yang akan digunakan. Pemberian
obat melalui jaringan intrakutan ini dilakukan di bawah dermis atau
epidermis.Secara umum, dilakukan pada daerah lengan, tangan bagian
ventral.
a. Persiapan Alat dan Bahan:
1) Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat.
2) Obat dalam tempatnya.
3) Spuit 1 cc / spuit insulin.
4) Kapas alkohol dalam tempatnya.

17
5) Cairan pelarut.
6) Bak steril dilapisi kas steril (tempat spuit).
7) Bengkok.
8) Perlak dan alasnya.
b. Prosedur Kerja:
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan ada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3) Bebaskan daerah yang akan disuntik. Bila menggunakan baju
lengan panjang, buka dan ke ataskan.
4) Pasang perlak / pengalas di bawah bagian yang disuntik.
5) Ambil obat untuk tes alergi, kemudian larutkan / encerkan dengan
akuades (cairan pelarut). Selanjutnya, ambil 0,5 cc dan encerkan
lagi sampai ±1 cc. Lalu siapkan pada bak injeksi atau steril.
6) Desinfeksi dengan kapas alkoho pada daerah yang akan disuntik.
7) Tegangkan daerah yang akan disuntik dengan tangan kiri.
8) Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas yang
sudutnya 15-20 terhadap permukaan kulit.
9) Semprotkan obat hingga terjadi gelembung.
10) Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan massage.
11) Cuci tangan.
12) Catat reaksi pemberian, hasil pemberian obat / tes obat, tanggal,
waktu, dan jenis obat.

3. Pemberian Obat Melalui Jaringan Subcutan (SC)


Pemberian obat melalui suntikan di bawah kulit dapat dilakukan pada
daerah lengan atas sebelah luar atau 1/3 bagian dari bahu, paha sebelah luar,
daerah dada, dan daerah sekitar umbilikus (abdomen). Umumnya, pemberian
obat melalui jaringan subkutan ini dilakukan dalam program pemberian

18
insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah. Terdapat dua
tipe larutan insulin yang diberikan, yaitu jernih dimaksudkan sebagai insulin
tipe reaksi cepat (insulin reguler).Larutan yang keruh termasuk tipe lambat
karena adanya penambahan protein sehingga memperlambat absorpsi obat.
a. Persiapan Alat dan Bahan:
1) Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat.
2) Obat dalam tempatnya.
3) Cairan pelarut.
4) Bak injeksi.
5) Bengkok.
6) Perlak dan alasnya.
b. Prosedur Kerja:
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3) Bebaskan daerah yang disuntik atau bebaskan suntikan dari
pakaian. Apabila menggunakan baju, maka dibuka atau
dikeataskan.
4) Ambil obat dalam tempatnya sesuai dengan dosis yang akan
siberikan. Setelah itu, tempatkan pada bak injeksi.
5) Desinfeksi dengan kapas alcohol
6) Tegakkan dengan tangan kiri (daerh yang akan dilakukan suntikan
subkutan).
7) Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas, yang sudut
45o dengan permukaan kulit.
8) Lakukan aspirasi. Bila tidak ada daerah, semprotkan obat perlahan-
lahan hingga habis.
9) Tarik spuit dan tahan dengan kapas alkohol. Masukan spuit yang
telah dipakai  ke dalam bengkok.

19
10) Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu pemberian, dan jenis/dosis
obat.
11) Cuci tangan.
4. Pemberian Obat Melalui intramuscular (IM)
Memberikan obat melalui intramaskular merupakan pemberian obat
dengan memasukannya kedalam jaringan otot.Lokasi penyuntikan dapat
dilakukan di dorsogluteal (posisi tengkurak), ventrogluteal (posisi
berbaring), vastus lateralis (daerah paha), atau deltoid (lengan
atas).Tujuannya agar absorsi obat dapat lebih cepat.
a. Persiapan alat dan bahan:
1) Daftar buku obat/catatan, jadwal pemberian obat.
2) Obat dalam tempatnya.
3) Spuit dan jarum yang sesuai dengan ukuran: untuk orang dewasa,
panjangnya 2,5-3,75 cm sedangkan untuk anak, panjangnya 1,25-
1,5 cm.
4) Kapas alcohol dalam tempatnya.
5) Cairan pelarut.
6) Bak injeksi.
7) Bengkok.
b. Prosedur kerja:
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3) Ambil obat kemudian masuk kedalam spuit sesuai dengan dosis.
Setelah itu, letakan pada bak injeksi.
4) Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan (lihat lokasi
penyuntikan).
5) Disenfeksi dengan kapas alkohol pada tempat yang akan dilakukan
penyuntikan.
6) Lakukan penyuntikan:

20
- Dorsogluteal, dengan menganjurkan pasien untuk tengkurap
dan lututnya di putar kea rah dalam atau miring. Fleksikan lutut
bagian atas dan pinggul, serta letakan didepan tungkai bawah.
- Ventrogluteal, dengan menganjurkan pasien untuk miring,
tengkurap, atau terlentang. Lutut dan pinggul pada sisi yang
akan dilakukan penyuntikan dalam keadaan fleksi.
- Vastuslateralis (paha), menganjurkan pasien untuk berbaring
telentang dengan lutut sedikit fleksi.
- Deltoid (lengan atas), dengan menganjurkan pasien untuk
duduk atau berbaring mendatar dan dengan lengan atas fleksi.
7) Lakukan penusukan menggunakan jarum dengan posisi tegak lurus.
8) Setelah jarum masuk, lakukan aspirasi spuit. Bila tidak ada darah,
semprotkan obat secara perlahan-lahan hingga habis.
9) Setelah selesai, ambil spuit dengan menariknya. Tekan daerah
penyuntikan dengan kapas alkohol, kemudian letakan spuit yang
telah digunakan pada bengkok.
10) Catat reaksi pemberian, jumblah dosis dan waktu pemberian.
11) Cuci tangan.

b) Konsep dan Teknik Cara Pemberian Obat Secara Topical (Kulit,


Mata, Telinga dan Hidung)
1. Pemberian Obat Pada Kulit
Memberikan obat pada kulit merupakan pemberian obat dengan
mengoleskannya dikulit yang bertujuan mempertahankan hidrasi,
melindungi permukaan kulit, mengurangi iritasi kulit atau mengatasi
infeksi.Jenis obat kulit yang diberikan dapat bermacam-macam seperti krim,
losion, aerosol dan spray.
c. Persiapan alat dan bahan:
1) Obat dalam tempatnya (seperti krim, losion, aerosol dan sray).

21
2) Pinset anatomis.
3) Kain kasa.
4) Kertas tisu.
5) Balutan.
6) Pengalas.
7) Air sabun, air hangat.
8) Sarung tangan.
d. Prosedur kerja:
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3) Pasang pengalas dibawah daerah yang akan dilakukan tindakan.
4) Gunakan sarung tangan.
5) Bersihkan daerah yang akan diberi obat dengan air hangat (apabila
terdapat kulit mengeras) dan gunakan pinset anatomis.
6) Berikan obar sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian seperti
mengoleskan dan mengompres.
7) Kalau perlu, tutup dengan kain kasa atau balutan pada daerah yang
diobati.
8) Cuci tangan.
2. Pemberian Obat Pada Mata
Pemberian obat pada mata dengan obat tetes mata atau saleb mata
digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata dengan
mendilatasi pupil, pengukuran refraksi lensa dengan melemahkan otot lensa,
serta penghilangan iritasi mata.
a. Persiapan alat dan bahan:
1) Obat dalam tempatnya dengan penetes steril atau berupa saleb.
2) Pipet.
3) Pinset anatomi dalam tempatnya.
4) Korentang dalam tempatnya.

22
5) Plester.
6) Kain kasa.
7) Kertas tisu.
8) Balutan.
9) Sarung tangan.
10) Air hangat/ kapas pelembab.
b. Prosedur kerja:
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3) Atur posisi pasien dengan kepala menegadah dengan posisi perawat
disamping kanan.
4) Gunakan saryng tangan.
5) Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembab dari
sudut mata kearah hidung. Apabila sangat kotor basuh dengan air
hangat.
6) Buka mata dengan menekan perlahan-lahan bagian bawah dengan
ibu jari, jari telunjuk di atas tulang orbita.
7) Teteskn obat mata diatas sakus kunjungtiva. Stelah tetesan selesai
sesuai dengan dosis, anjurkan pasien untuk menutup mata dengan
berlahan-lahan, apabila menggunakan obat tetes mata.
8) Apabila obat mata jenis saleb, pengang aplikasi saleb diatas pinggir
kelopak mata kemudian pencet tube sehingga obat keluar dan
berikan obat pada kelopak mata bawah. Setelah selesai, anjurkan
pasien untuk melihat kebawah, secara bergantian dan berikan obat
pada kelopak mata bagian atas. Biarkan pasien untuk memejamkan
mata dan merenggangkan kelopak mata.
9) Tutup mata dengan kasa bila perlu.
10) Cuci tangan.
11) Catat obat, jumblah, waktu dan tempat pemberian.

23
3. Pemberian Obat pada Telinga
Memberika obat pada telinga dilakukan dengan obat tetes telinga atau
salep.Pada umumnya, obat tetes telinga dapat berupa obat antibiotic
diberikan pada gangguan infeksi telinga, khususnya otitis media pada telinga
tengah.
a. Persiapan alat dan bahan:
1) Obat dalam tempatnya.
2) Penetes.
3) Speculum telinga.
4) Pinset anatomi dalam tempatnya.
5) Korentang dalam tempatnya.
6) Plester.
7) Kain kasa.
8) Kertas tisu.
9) Balutan.
b. Prosedur kerja:
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan digunakan.
3) Atur posisi pasien dengan kepala miring kekanan atau kekiri sesuai
dengan daerah yang akan diobati, usahakan agar lubang telinga
pasien ke atas.
4) Luruskan lubang telinga dengan menarik daun telinga ke
atas/kebelakang pada orang dewasa dan kebawah pada anak-anak.
5) Apabila obat berupa obat tetes, maka teteskan obat dengan jumlah
tetesan sesuai dosis pada dinding saluran untuk mencegah terhalang
oleh gelembung udara.
6) Apabila berupa salep, maka ambil kapas lidi dan masukan atau
oleskan salep pada liang telinga.
7) Pertahankan posisi kepala ±2-3 menit.

24
8) Tutup telinga dengan pembalut dan plester kalau perlu.
9) Cuci tangan.
10) Catat jumlah, tanggal, dan dosis pemberian.
4. Pemberian Obat Pada Hidung
Memberikan obat tetes pada hidung dapat dilakukan pada hidung
seseorang dengan keradangan hidung (rhinitis) atau nasofaring.
a. Persiapan alat dan bahan:
1) Obat dalam tempatnya.
2) Pipet.
3) Speculum hidung.
4) Pinset anatomi dalam tempatnya.
5) Korentang dalam tempatnya.
6) Plester.
7) Kain kasa.
8) Kertas tisu.
9) Balutan
b. Prosedur kerja:
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dijalankan.
3) Atur posisi pasien dengan cara:
- Duduk di kursi dengan kepala menengadah ke belakang.
- Berbaring dengan kepala ekstensi pada tepi tempat tidur.
- Berbaring dengan bantal dibawah bahu dan kepala tengadah ke
belakang.
5) Berikan tetesan obat sesuan dengan dosis pada tiap lubang hidung.
6) Pertahankan posisi kepala tetap tengadah ke belakang selama 5
menit.
7) Cuci tangan.
8) Catat cara, tanggal, dan dosis pemberian obat.

25
c) Konsep dan Teknik Cara Pemberian Obat Melalui Anus /
Rectum dan Vagina
1. Pemberian Obat Melalui Rectum
Memberikan obat melalui rectum merupakan pemberian obat dengan
memasukan obat melalui anus dan kemudian raktum, dengan tujuan
memberikan efek local dan sistemik.Tindakan pengobatan ini disebut
pemberian obat Supositotia yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi
obat, menjadikan lunak pada daerah fases, dan merangsang buang air besar.
Pemberian obat yang memiliki efek lokal, seperti Dulcolac Supositoria,
berfungsi untuk meningkatkan defekasi secara lokal.Pemberian obat dengan
efek sistemik, seperti obat Aminofilin Supositoria, berfungsi mendilatasi
Bronkhus.Pemberian obat Supositoria ini diberikan tepat pada dinding
Rektal yang melewati sphincter ani interna.Konta indikasi pada pasien yang
mengalami pembedahan rectal.
e. Persiapan alat dan bahan:
1) Obat Supositoria dalam tempatnya.
2) Sarung tangan.
3) Kain kasa.
4) Vaseline/pelican/pelumas.
5) Kertas tisu.
f. Prosedur kerja:
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3) Gunakan satung tangan.
4) Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.
5) Oleskan pelicin pada ujung oabat Supositoria.
6) Regangkan glutea dengan tangan kiri. Kemudian masukan
Supositiria secara berlahan melalui anus, Sphincher ana interna,

26
serta mengenai dinding rectal ± 10 cm pada orang dewasa, 5 cm
pada bayi atau anak.
7) Setelah selesai, tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar anal
dengan tisu.
8) Anjurkan pasien untuk tetap berbaring telentang atau miring selama
± 45 menit.
9) Setelah selesai, lepaskan sarung tangan kedalam bengkok
10) Cuci tangan.
11) Catat obat, jumblah dosis, dan cara pemberian.
2. Pemberian Obat Melalui Vagina
Pemberian obat melalui vagina merupakan tindakan memasukkan obat
melalui vagina, yang bertujuan untun mendapatkan efek terapi obat dan
mengobati saluran vagina atau serviks.Obat ini tersedia dalam bentuk krim
dan supositoria yang digunakan untuk mengobati infeksi lokal.
a. Persiapan alat dan bahan:
1) Obat dalam tempatnya.
2) Sarung tangan
3) Kain kasa
4) Kertas tisu
5) Kapas sublimat dalam tempatnya.
6) Pengalas
7) Korentang dalam tempatnya
a. Prosedur Kerja:
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3) Gunakan sarung tangan
4) Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa
5) Bersihkan sekitar alat kelamin dengan kapas sublimat
6) Anjurkan pasien tidur dengan posisi dorsal recumbert

27
7) Apabila jenis obat Supositoria, maka buka pembungkus dan berikan
pelumas pada obat
8) Renggangkan labia minora dengan tangan kiri dan masukkan obat
sepanjang dinding kanal vaginal posterior sampai 7,5-10 cm.
9) Setelah obat masuk, bersihkan daerah sekitar orivisium dan labia
dengan tisu
10) Anjurkan untuk tetap dalam posisi selama ±10 menit agar obat
bereaksi.
11) Cuci tangan
12) Catat jumlah, dosis, waktu, dan cara pemberian.

d) Konsep dan Teknik Pemberian Obat Melalui Wadah Cairan


Intravena
Merupakan cara memberikan obat dengan menambahkan atau memasukkan
obat kedalam wadah cairan intravena yang bertujuan untuk meminimalkan efek
samping dan mempertahankan kadar terapetik dalam darah.
1. Alat dan bahan :
a. Spuit dan jarum sesuai dengan ukuran
b. Obat dalam tempatnya
c. Wadah cairan ( kantong / botol )
d. Kapas alcohol dalam tempatnya
2. Prosedur Kerja :
a. Cuci tangan
b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
c. Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan bau lengan
panjang buka dan ke ataskan
d. Cari tempat penyuntikan obat pada daerah kantong
e. Lakukan desinfeksi dengan kapas alcohol dan stop aliran.

28
f. Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga
menembus bagian tengah dan masukkan obat perlahan-lahan ke dalam
kantong / wadah cairan.
g. Setelah selesai tarik spuit dan campur dengan membalikkan kantong
cairan dengan perlahan-lahan dari satu ujung ke ujung lain.
h. Periksa kecepatan infus.
i. Cuci tangan
j. Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pmberian obat

29
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana


terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat
yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di
pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut
dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih). Sistem urinaria terdiri
dari ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Dalam pemenuhan
kebutuhan eliminasi urine terjadi proses berkemih. Berkemih merupakan
proses pengosongan vesika urinaria (kandung kemih). Faktor-faktor yang
mempengaruhi eliminasi urine adalah diet, asupan, respon keinginan awal
untuk berkemih kebiasaan seseorang dan stress psikologi. Gangguan
kebutuhan eliminasi urine adalah retensi urine,inkontinensia urine dan
enuresis. Dan tindakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah
pengumpulan urine untuk bahan pemeriksaan, buang air kecil dengan
urineal dan melakukan katerisasi. Salah satu fungsi ginjal yaitu
mengekskresikan zat-zat sisa metabolisme yang mengandung
nitrogennitrogen, misalnya amonia. .

3.2 Saran

Demi kesempurnaan makalah ini, penulis sangat mengharapkan


kritikan dan saran yang bersifat membangun ke arah kebaikan demi
kelancaran dan kesempurnaan penulisan ini.

30
DAFTAR PUSTAKA

Adriana, Sonya. SOP TINDAKAN HEMODIALISA


https://www.academia.edu/37008067/SOP_TINDAKAN_HEMODIALISA

(diakses 30 Juni 2020)


Emiliano, Emilda. SOP Pemasangan Kateter
https://www.academia.edu/38422222/SOP_PEMASANGAN_KATETER.doc
(diakses 30 Juni 2020)
Rahman, Ihsan Taufik. 2017. Prosedur Pemberian Obat Dalam Keperawatan.
https://www.academia.edu/8425382/Prosedur_Pemberian_Obat_Dalam_Keperawatan
(diakses 30 Juni 2020)

31

Anda mungkin juga menyukai