Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIKUM PEMASANGAN KATETER


“Disusun untuk membuat laporan pendahuluan praktikum”

Dosen Pembimbing : Annisa Ell Raharyani.,S.Kep.M.Biomed

Disusun Oleh :

Nekha Nur Haliza (2020270035)


Resti Nur Poncowati (2020270007)
Rifqi Agung Jehian (2020270021)
Risna Nur Ducha (2020270025)
Sabrina Mayada (2020270011)
Safira Septiani (2020270048)
Silviana Salsabila (2020270023)

S-1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN JAWA TENGAH
DI WONOSOBO
2020/2021

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiraat Tuhan Yang Mahsakuasa karena telah memberikan
kesempatan pada kami untuk menyelesaikan laporan pekerjaan ini. Atas rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan pendahuluan ini
yang berjudul Laporan Pendahuluan Praktikum Pemasangan Kateter.

Laporan pekerjaan disusun guna memenuhi tugas dari bu Annisa Ell


Raharyani pada praktik laboraturium di Universitas Sains Al-Quran. Selain itu,
kami juga berharap agar laporan ini dapat menambah wawasan khususnya bagi
para pembaca.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada ibu Annisa Ell


Raharyani.,S.Kep.M.Biomed selaku pembimbing dari praktik laboraturium
Pemasangan Kateter. Tugas laporan yang di berikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait praktikum Kateterisasi (Pemasangan,
Pelepasan dan Perawatan Kateter) yang dibimbing oleh Ibi Annisa Ell
Raharyani.,S.Kep.M.Biomed . Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua
pihak yang telah membantu proses penyusunan pembuatan laporan ini. Kami
menyadari masih kurang baik dari segi kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi
kesempurnaan laporan ini.

2
DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN
A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Urinaria
B. Konsep Dasar Pemasangan Kateter
C. Asuhan Keperawatan
D. Prosedur Tindakan Pemasangan, Perawatan, dan Pelepasan Kateter

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem urinaria terdiri dari bermacam-macam struktur dengan masing-


masing fungsinya. Struktur ini bekerja selaras untuk mengatur keseimbangan
cairan tubuh, elektrolit dan asam basa dengan cara menyaring darah yang melalui
ginjal, reabsorbsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit serta mengekskresi
kelebihannya sebagai kemih. Ginjal juga mengeluarkan sampah metabolisme
(seperti urea, kreatinin dan asam urat) dan zat kimia asing. Selain fungsi regulasi
dan ekskresi, ginjal juga mensekkresi renin, bentuk aktif vitamin D dan
eritropoetin. (Hall, 2003; Price and Wilson, 1995) Struktur yang membangun
sistem urinaria terdiri dari: Ginjal, Ureter. Kandung kemih. UrethraBelakang

Kateter urin adalah sebuah alat berbentuk tabung yang dipasang pada
bagian tubuh manusia untuk mengalirkan, mengumpulkan dan mengeluarkan urin
dari kandung kemih (Anonim, 2005)

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian kateter?

2. Bagaimana cara membantu pasien dalam melakukan proses pemasangan,


perawatan, dan pelepasan kateter?

3. Bagaimana asuhan keperawatan pada pemasangan kateter?

C. Tujuan

1. Memahami tentang kateterisasi

2. Mahasiswa mampu mempraktikkan bagaimana cara membantu pasien dalam


pemasangan kateter

3. Mengetahui metode yang digunakan dalam pemasangan kateter.

4
BAB II

PPEMBAHASAN

A. Anatomi Fisiologi Sistem Urinaria

a. Ginjal (Kidney)

Ginjal berbentuk seperti kacang, terdiri dari 2 bagian kanan dan kiri. Produk
buangan (limbah) hasil metabolisme yang terkumpul dalam darah melewati arteri
renalis kemudian difiltrasi di ginjal. Sekitar 20 % - 25 % curah jantung
bersirkulasi setiap hari melalui ginjal. Setiap 1 ginjal mengandung 1-4 juta nefron
yang merupakan unit pembentukan urine di Glomerulus. Kapiler glomerulus
memiliki pori-pori sehingga dapat memfiltrasi air dan substansi seperti
glukosa,asam-amino, urea, kreatinin dan elektrolit. Kondisi normal, protein
ukuran besar dan sel-sel darah tidak difiltrasi.

Bila urine terdapat protein ( proteinuria), hal ini bertanda adanya cedera
pada glomerulus. Rata-rata Glomerular Filtrasi Rate (GFR) normal pada orang
dewasa 125 ml permenit atau 180 liter per 24 jam. Sekitar 99 % filtrat
direabsorpsi seperti ke dalam plasma, sedang 1 % di ekskresikan seperti ion
hidrogen, kalium dan amonia sebagai urine.

b. Ureter

Setelah urine terbentuk kemudian akan dialirkan ke pelvis ginjal ke


bladder melalui ureter. Panjang ureter dewasa 25-30 cm dan berdiameter1.25 cm.
Dinding ureter dibentuk dari 3 lapisan, yaitu lapisan dalam membran mukosa,
lapisan tengah otot polos yang mentransfor urine melalui ureter dengan gerakan
peristaltik yang distimulasi oleh distensi urine dikandung kemih, lapisan luar
jaringan fibrosa menyokong ureter. Adanya obstruksi di ureter atau batu ginjal,
menimbulkan gerakan peristaltik yang kuat sehingga mencoba mendorong dalam
kandung kemih, hal ini menimbulkan nyeri yang sering disebut kolik ginjal.

c. Kandung Kemih (Bladder)

Kandung kemih tempat penampung 400- 600 ml, namun keinginan


berkemih dirasakan pada saat kandung kemih terisi urine pada orang dewasa 150
walaupun pengeluaran urine normal 300 ml urine, letaknya di dasar panggul
terdiri otot yang dapat mengecil seperti balon. Dalam keadaan penuh kandung
kemih membesar terdiri 2 bagian fundus dan bagian leher terdapat spinter interna
dikontrol saraf otonom oleh sakral 2 dan 3.

5
d. Uretra

Merupakan saluran pembuangan urin keluar dari tubuh, kontrol


pengeluaran pada spinter eksterna yang dapat dikendalikan oleh kesadaran kita.
Dalam kondisi normal,aliran urine yang mengalami turbulasi membuat urine
bebas dari bakteri, karena membran mukosa melapisi uretra mesekresi lendir
bersifat bakteriostatis dan membentuk plak mukosa mencegah masuknya
bakteri.panjang uretra wanita lebih pendek 4 – 6.5 cm, sehingga menjadi faktor
predisposisi infeksi saluran kemih, sedangkan pria panjangnya 20 cm. Pada
wanita, meatus uninarius (lubang) terletak diantara labia minora, diatas vagina
dan dibawah klitoris. Pada pria, meatus terletak pada ujung distal penis

B. Konsep Dasar Pemasangan Kateter

1.Definisi:

Kateter urin adalah sebuah alat berbentuk tabung yang dipasang pada bagian
tubuh manusia untuk mengalirkan, mengumpulkan dan mengeluarkan urin dari
kandung kemih (Anonim, 2005). Kateterisasi urinarius aalah memasukkan kateter
melalui urethra ke dalam kandung kemih dengan tujuan untuk mengeluarkan urine
(Potter&Perry 2000)

2. Jenis-jenis kateter urin:

1). Kateter Nelathon/ Kateter straight/ Kateter sementara

Kateter ini adalah kateter urin yang berguna untuk mengeluarkan urin
sementara atau sesaat. Kateter jenis ini mempunyai bermacam-macam ukuran,
semakin besar ukurannya semakin besar diameternya. Pemasangan melalui uretra.

2). Kateter balon/Kateter Folley, Kateter Indwelling/ Kateter Tetap

Adalah kateter yang digunakan untuk mengeluarkan urin dalam sistem


tertutup dan bebas hama, dapat digunakan untuk waktu lebih lama (± 5 hari).
Kateter ini terbuat dari karet atau plastik yang mempunyai cabang dua atau tiga
dan terdapat satu balon yang dapat mengembang oleh air atau udara untuk
mengamankan/ menahan ujung kateter dalam kandung kemih. Kateter dengan dua
cabang, satu cabang untuk memasukkan spuit, cabang lainnya digunakan untuk
mengalirkan urin dari kandung kemih dan dapat disambung dengan tabung
tertutup dari kantung urin, sedangkan kateter dengan tiga cabang, kedua cabang
mempunyai fungsi sama dengan kateter diatas, sementara cabang ketiga berfungsi
untuk disambungkan ke irigasi, sehingga cairan irigasi yang steril dapat masuk ke
kandung kemih, tercampur dengan urin, kemudian akan keluar lagi. Pemasangan
kateter jenis ini bisa melalui uretra atau suprapubik. (Senat mahasiswa Universitas
Gadjah Mada, 1988; Tim Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, no
date)

6
3). Kateter suprapubik dengan bungkus Silver alloy,

Merupakan kateter paling baru yang dibungkus dengan perak bagian luar
maupun bagian dalamnya. Perak mengandung antimikroba yang efektif, tetapi
karena penggunaan perak sebagai terapi antimikroba belum sistematik, maka
penggunaan jenis kateter inipun masih terbatas dan belum jelas keakuratannya.
Pemasangan kateter, sementara ini baru dapat dilakukan oleh dokter urologi dalam
kamar operasi sebagai tindakan bedah minor (Saint, no date)

2. Tujuan Pemasangan Kateter

1. Menghilangkan distensi kandung kemih


2. Menatalaksana kandung kemih inkompeten
3. Mendapatkan spesimen urine steril
4. Mengkaji jumlah residu urine, jika kandung kemih tidak mampu
sepenuhnya dikosongkan
5. Mengukur jumlah produksi urine oleh ginjal secara akurat
6. Membantu melatih kembali atau memulihkan pengendalian kandung
kemih secara normal

3. Indikasi

1. Untuk mengatasi retensi urine


2. Mengukur jumlah produksi urine oleh ginjal secara akurat
3. Memperoleh bahan urine steril
4. Mengukur jumlah residu urine dalam kandung kemih
5. Memperoleh bahan urine bila tidak dapat ditampung dengan cara lain :
menampung urine agar tidak terkontaminasi pada wanita yang sedang
menstruasi atau pada klien yang sedang mengalami masalah inkontinensia
urine

4. Kontra Indikasi

Produk kateter yang menggunakan bahan lateks dapat menimbulkan reaksi


alergi.

5. Kateter urin sangat dibutuhkan oleh orang-orang dengan kondisi berikut:

1. Tidak dapat buang air kecil sendiri.


2. Tidak bisa mengontrol kencing (inkontinensia urine) atau aliran urinenya.
3. Memiliki masalah kesehatan kandung kemih.
4. Dirawat inap untuk operasi.
5. Sedang dalam koma.Dibius dalam jangka waktu lama.

Seseorang juga perlu menggunakan kateter urin apabila:

7
1. Mengalami retensi urin, yakni kondisi ketika kandung kemih tidak dapat
kosong seutuhnya.
2. Sedang tidak boleh banyak bergerak, misalnya akibat cedera atau usai
operasi.
3. Frekuensi buang air kecil, jumlah urin yang keluar, dan aliran urin perlu
dimonitor, misalnya pada pasien penyakit ginjal.
4. Memiliki kondisi medis yang memerlukan pemasangan kateter, seperti
cedera saraf tulang belakang, multiple sclerosis, dan demensia.

C. Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

Pengkajian adalah merupakan tahap yang sistematis dalam mengumpulkan data


tentang individu, keluarga, dan kelompok ( Carpenito & Moyet, 2009) Proses
pengkajian pertama dilakukan adalah pengumpulan data :

1) Identitas pasien

Biasanya berisikan tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat, diagnose medis
dan tanggal masuk serta tanggal pengakajian dan identitas penanggung jawab.

2) Keluhan utama

Merupakan riwayat kesehatan klien saat ini yang meliputi keluhan pasien,
biasanya jika klien mengalami ISK bagian bawah keluhan klien biasanya berupa
rasa sakit atau rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan air kemih sedikit-
sedikit serta rasa sakit tidak enak di suprapubik. Dan biasanya jika klien
mengalami ISK bagian atas keluhan klien biasanya sakit kepala, malaise, mual,
muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak atau nyeri pinggang.

3) Riwayat kesehatan

a) Riwayat kesehatan sekarang Merupakan riwayat kesehatan klien saat ini yang
meliputi keluhan pasien, biasanya jika klien mengalami ISK bagian bawah
keluhan klien biasanya berupa rasa sakit atau rasa panas di uretra sewaktu kencing
dengan air kemih sedikit- sedikit serta rasa sakit tidak enak di suprapubik. Dan
biasanya jika klien mengalami ISK bagian atas keluhan klien biasanya sakit
kepala, malaise, mual, muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak atau nyeri
pinggang. Pengkajian nyeri dilakukan dengan cara PQRST : P (pemicu) yaitu
faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri. Q (quality) dari nyeri,
apakah rasa tajam, tumpul atau tersayat. R (region) yaitu daerah perjalanan nyeri.
S (severty) adalah keparahan atau intensits nyeri. T (time) adalah lama/waktu
serangan atau frekuensi nyeri.

b) Riwayat kesehatan dahulu Pada pengkajian biasanya di temukan kemungkinan


penyebab infeksi saluran kemih dan memberi petunjuk berapa lama infeksi sudah
di alami klien.

8
c) Riwayat kesehatan keluarga Merupakan riwayat kesehatan keluarga yang
biasanya dapat meperburuk keadaan klien akibat adanya gen yang membawa
penyakit turunan seperti DM, hipertensi dll. ISK bukanlah penyakit turunan
karena penyakit ini lebih disebabkan dari anatomi reproduksi, higiene seseorang
dan gaya hidup seseorang, namun jika ada penyakit turunan di curigai dapat
memperburuk atau memperparah keadan klien.

d) Riwayat Psikososial Adanya kecemasan, mekanisme koping menurun dan


kurangnya berinteraksi dengan orang lain sehubungan dengan proses penyakit.

e) Riwayat kesehatan lingkungan. Lingkungan kotor dapat menyebabkan


berkembang biaknya penyakit seperti stafilokok, juga kuman lainnya yang dapat
menyebabkan terjadinya ISK.

f) Data tumbuh kembang Data tumbuh kembang dapat diperoleh dari hasil
pengkajian dengan mengumpulkan data lumbang dan dibandindingkan dengan
ketentuaketentuan perkembangan normal. Perkembangan motorik, perkembangan
bahasa, perkembangan kognitif, perkembangan emosional, perkembangan
kepribadian dan perkembangan sosial.

g) Pola kebiasaan kebutuhan dasar manusia menurut Virginia Henderson (2008):

1) Pernapasan Frekuensi pernapasan meningkat.

2) Makan dan minum Frekuensi makan dan minum dan berkurang karena
adanya mual dan muntah

3) Eliminasi

a) BAB : Tidak ada keluhan

b) BAK : Adanya dysuria

c) Frekuensi miksi yang bertambah

d) Nyeri suprapubik

e) Bau urine yang tidak menyenangkan dan berwanra keruh

f) Pergerakan yang berhubungan dengan sikap Terbatasnya pergerakan


karena adanyan yeri dan kelemahan fisik

4) Istirahat dan tidur Gangguan tidur karena seringnya BAK, adanya rasa
nyeri dan rasa mual muntah.

5) Memilih, menggenakan dan melepaskan pakayan Jika kondisi pasien


tidak memungkinkan maka dalam memilih, menenakan, dan melepaskan pakayan
dibantu oleh perawat dan keluarga.

6) Suhutubuh Peningkatan suhu tubuh disertai dengan demam

9
7) Kebersihan dan kesegaran tubuh

8) Pasien Infeksi Saluran Kemih dengan pergerakan terbatas dalam


melaksanakan personal higyene dibantu oleh perawat dan keluarga

9) Menghindari bahaya. Kemungkinan karena kelemahan fisik maka


pasien diawasi atau didampingi keluarga atau perawat.

10) Beribadah sesuai keyakinan. Pada umumnya pasien lebih


mendekatkan diri pada TYME

11) Komunikasi dengan orang lain. Pasien kurang berkomunikasi karena


adnya nyeri dan kelemahan fisik

12) Mengerjakan dan melaksanakan sesuai perasaan Dalam mengerjakan


dan melaksanakan aktifitasnya pasien dibantu oleh perawat dan keluarga.

13) Berpartisipasi dalam bentuk rekreasi Pasien tidak mampu


melaksanakan rekreasi karena penyakitnya

14) Belajar dan memuaskan keingintahuan yang mengarah pada


perkembangan kesehatannya. Pasien sering meminta informasi tentang
penyakitnya dan perkembangan kesehatannya.

4) Pemeriksaan Fisik

Menurut Asmadi, (2008) pemeriksaan fisik yang dapat di lakukan yaitu :

a) Kepala dan rambut : Tidak ada kelainan

b) Wajah : Ekspresi wajah meringis

c) Mata : Bila terjadi hematuria, kemungkinan konjungtiva anemis

d) Telinga : Tidak ada kelainan

e) Hidung : Tidak ada kelainan

f) Mulut & gigi : Bibir kering dan lidah kotor

g) Leher : Tidak ada kelainan

h) Perut Inspeksi : frekuensi napas meningkat Perut Palpasi : distensi abdomen &
nyeri tekan suprapubik.

i) Ekstremitas atas danb awah: Terpasang infus dan Kateter

j) Kulit Inspeksi : Kulit kering

10
5) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Penunjang Menurut Sumber Buku Saku Keperawatan Pediatri,


(2009) :

1) Diagnosis pasti dikatakan dengan kulturorganisme melalui urine Dipakaites


stick untuk mengetahui adanya proteinuria, hematuria, glukosuriadan PH

2) Pemeriksaan secara mikro skopik dikatakan positif bila terdapat piuria (> 2000
leukosit/ml) pada pasien dengan gejala ISK

3) Pemeriksaan urinalisis:

a) Keruh

b) Bakteri

c) Pituria

d) Sel darah putih

e) Sel darah merah

b. Diagnosa keperawatan

Diagnosa Keperawatan Menurut Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015).


APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-
NOC adapun masalah keperawatan yang muncul pada Infeksi Saluran Kemih
yaitu:

1.) Nyeri akut berhubungan dengan infeksi traktus urinarius.

2.) Hipertermia berhubungan dengan Proses penyakit

3.) Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi mekanik pada


kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain.

4.) Resiko infeksi berhubungan dengan port de entry kuman.

5.) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif


ditandai dengan mual, muntah.

c. Intervensi Keperawatan

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan NO DIAGNOSAKEPERAWATAN NOC NIC


1. Nyeri akut berhubungan infeksi traktus urinarius. Tujuan : Nyeri berkurang
Kriteria hasil :

1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab, mampu menggunakan tehnik non


farmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)

2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri

11
3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri)

1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,


karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan factor presipitasi.

2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidak nyamanan

3. Gunakan tehnik relaksasi : nafas dalam.

4. Berikan analgesik dan antibiotic.

5. Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman (batasi pengunjung,


ciptakan suasana yang tidak berisik).

6. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau.

7. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman


nyeri pasien.

8. Kurangi factor presipitasi nyeri

9. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

10. Tingkatkan istirahat.

11. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil.

12. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu


ruangan,pencahayaan dan kebisingan.

13. Lakukan pengkajian Tanda-tanda infeksi, Calor (panas), Dolor (rasa


sakit/nyeri), Rubor (Kemerahan), Tumor (pembengkakan), Functiolaesa (danya
perubahan fungsi).

14. Lakukan perawatan kateter.

15. Anjurkan ibu atau keluarga klien untuk melakukan hand hygine.

16. Anjurkan klien sering untuk mengganti celana dalam.

2. Hipertermi berhubungan dengan Proses penyakit. Tujuan : Suhu tubuh dalam


batas normal Kriteria hasil :

1. Suhu dalam rentang normal (36- 37 )

2. Nadi dan RR dalam rentang normal (nadi 60-100) (RR 16-24). 3. Tidak ada
perubahan warna kulit dan tidak ada pusing.

1. Monitor suhu sesering mungkin

2. Monitor watna dan suhu kulit

12
3. Monitor tekanan darah, nadi dan RR

4. Monitor Wbc,Hb, Dan Hct

5. Monitor intake dan output

6. Berikan kompre hangat.

7. Berikn anti piretik

8. Kolaborasi pemberian cairan intravena.

9. Tingkatkan sirkulasi udara

10. Monitor minimal tiap 2 jam

11. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi

12. Selimuti pasien.

13. Lakukan tapid sponge.

3. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi mekanik pada


kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain Tujuan : Masalah disfungsi
pada eliminasi urine teratasi. Kriteria hasil :

1. Kandung kemih kosong secara penuh Bebas dari ISK.

2. Tidak ada spasme bladder

1. Lakukan penilaian kemih yang komprehensif berfokus pada


inkontinensia (misalnya output urine, pola berkemih, fungsi kognitif, dan masalah
kencing persisten)

2. Memntau penggunaan obat dengan sifat antikolinergik

3. Meransang reflek kandung kemih dengan menerapkan dingin untuk


perut

4. Instruksikan cara-cara untuk menghindari konstipasi

5. Masukan kateter kemih, sesuai

6. Anjurkan pasien atau keluarga untuk merekam output urin, sesuai

7. Memantau asupan dan keluaran

8. Membantu dengan toilet secara berkala, sesuai

9. Memenrtau tingkat distensi kandung kemih dengan palpasi dan perkusi

13
4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
ditandai dengan mual, muntah. Setelah dilakukan tindakan 1x24 jam diharapkan
klien masalah kebutuhan ciaran adekuat dengan Kriteria Hasil:

1. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi

2. Tekanan darah,nadi,suhu tubuh dalam batas normal

1. Monitor tekanan darah,suhu,nadi,dan tekanan darah

2. Kolaborasikan dalam pemberian cairan IV

3. Monitor status dehidrasi (kelembaban mukosa bibir, nadi adekuat, nadi,)


jika di perlukan.

4. Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian.

5. Dorong keluarga untuk mementau makan.

6. Monitor status nutrisi.

7. Dorong masukan oral

8. Kolaborasikan dengan dokter dalam pemberian terapi

9. Memantau tingkat Hb dan hematocrit

10. Monitor berat badan.

11. Memonitor balance cairan.

5. Resiko infeksi b/d dengan port de entry kuman. Setelah dilakukan tindakan
1x24 jam diharapkan klien Infeksi tidak terjadi dengan Kriteria Hasil:

1. klien bebas dari tanda gejala infeksi

2. Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi


penularan.

3. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi

4. Jumlah leukosit dalam batas normal

5. Menunjukkan perilaku hidup sehat.

1. Monitor tanda-tanda infeksi

2. Jelaskan untuk tidak menahan keinginan berkemih, kosongkan kandung


kemih secara sempurna setiap kali berkemih.

3. Ajarkan perawatan perineal yang benar terutama setelah berkemih dan


defekasi, bersihkan dari depan ke belakang

14
4. Mencegah perpindahan mikroorganisme yang ada di anus agar
kebersihan perineal agar tetap kering dan bersih keringkan depan sampai ke
belakang

5. Jelaskan pentingnya mengkonsumsi antibiotik sesuai dengan resep atau


sampai habis.

6. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan.

7. Monitor terhadap kerentanan terhadap Infeksi

8. Batasi pengunjung.

9. Dorong masukan nutrisi yang cukup

10. Instruksikan pasien untuk minum anti boitik sesuai resep

11. Ajarkan pasein dan kelurga tanda dan gejala infeksi

12. Laporkan kecurigaan infeksi

13. Laporkan kultur positif

d. Implementasi keperawatan

Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan asuhan keperawatan


ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada tahap
implementasi adalah kemampuan komunikasi yang efektif,kemampuan untuk
menciptakan hubungan saling percaya dan saling bantu, kemampuan melakukan
teknik psikomotor, kemampuan melakukan observasi sistematis,kemampuan
memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi,dan kemampuan
evaluasi (Asmadi, 2008). Intervensi keperawatan berlangsung dalam tiga tahap.
Fase pertama merupakan fase persiapan yang mencakup pegetahuan tentang
validasi rencana, implementasi rencana, persiapan klien dan keluarga. Fase kedua
merupakan puncak implementasi keperawatan yang berorientasi pada tujuan. Pada
fase ini, perawat menyimpulkan data yang dihubungkan dengan reaksi klien. Fase
ketiga merupakan terminasi perawat-klien setelah implementasi keperawatan
selesai dilakukan (Asmadi, 2008).

e. Evaluasi keperawatan

Menurut sumber Asmadi, (2008 ) Evaluasi adalah tahap akhir dari proses
keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara
hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan
klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukan tercapainya
tujuan dan kriteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses keperawatan. Jika
sebaliknya, klien akan masuk kembali ke dalam siklus tersebut mulai dari

15
pengkajian ulang (reassessment). Evaluasi terbagi atas dua jenis, yaitu evaluasi
formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses
keperawatan dan hasil tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan
segera setelah perawat mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai
keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Perumusan evaluasi
formatifini meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni
subjektif(data berupa keluhan klien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisis
data (pembandingan data dengan teori), dan perencanaan (Asmadi, 2008).

D. Prosedur Kerja Pemasangan Kateter


1. Alat dan Bahan yang Dibutuhkan :
2. Set Kateter
3. Urine Bag
4. Jelly
5. Spet 10 cc
6. Bengkok 2 buah (tempat kotor dan tempat penampung pertama)
7. Kom sedang atau kecil 2 buah (tempat cairan akuades dan tempat air
bersih)
8. Pinset anatomi
9. Duk kecil jika perlu
10. Kassa steril
11. Handscun 2 buah (steril dan bersih)
12. Kapas sublimat/kapas DTT
13. Cairan aQuades/ NaCl
14. Perlak atau pengalas
15. Plester antialergi
16. Gunting plester
17. Korentang jika perlu
18. Sampiran atau screm
19. Selimut

(i) Fase Pra Interaksi :


1. Cuci tangan sebelum tindakan
2. Kaji status klien dan cek instruksi dokter
3. Pilih tipe dan ukuran kateter
4. Kaji kebutuhan untuk mengumpulkan urine
5. Siapkan alat
(ii) Fase Orientasi
Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada pasien dan
keluarga.
(iii) Fase Kerja :

16
a). Pemasangan Kateter pada Wanita
1. Membuka labia minora dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri, dan
tangan kanan
2. memengang kapas sublimat.
3. Membersihkan vulva dengan kapas savlon/sublimat dari labia mayora dari
atas
4. kebawah 1 kali usap, kapas kotor diletakkan dibengkok, kemudian labia
minora, dan
5. perineum sampai bersih (sesuai kebutuhan) .
6. Dengan memakai sarung tangan atau dengan pinset anatomis mengambil
kateter dan diberi pelumas pada ujungnya 2.5-5 cm.
7. Perawat membuka labia minora dengan tangan kiri.
8. Memasukkan kateter ke dalam orificium uretra perlahan-lahan (5-7.5 cm
dewasa) dan menganjurkan pasien untuk menarik nafas panjang.
9. Urine yang keluar ditampung dalam bengkok atau botol steril dan
masukan lagi.
10. Bila kateter dipasang tetap/permanen maka, isi balon 5-15 cc (kateter
dikunci memakai spuit dan aquades steril).
11. Tarik sedikit kateter untuk memeriksa bolan sudah terfiksasi dengan baik.
12. Menyambung kateter dengan urobag/urine bag.
13. Fiksasi kateter di paha dengan plester bila untuk aktifitas.
14. Pasien dirapikan dengan angkat pengalas dan selimut.
15. Rapikan dan alat-alat dibereskan.
16. Lepas sarung tangan.
17. Mencuci tangan.
18. Buka sampiran.

b). Pemasangan Kateter pada Pasien Pria :

1. Tangan kiri perawat memegang penis atas.


2. Preputium ditarik sedikit ke pangkalnya dan dibersihkan dengan kapas
savlon minimal 3 kali.
3. Oleskan minyak pelicin pada ujung kateter sepanjang 12.5-17.5 cm.
4. Penis agak ditarik supaya lurus, dan kateter dimasukkan perlahan-
lahan (17.5-22 cm (dewasa) dan menganjurkan pasien untuk nafas
panjang.
5. Urine yang keluar ditampung dalam bengkok atau botol steril lalu
masukkan lagi 5 cm.
6. Bila kateter dipasang tetap/permanen maka kateter dikunci memakai
spuit dan
7. aquabides steril (mengisi balon)
8. Menyambung kateter dengan urobag/urine bag.
9. Fiksasi kateter di paha dengan plester bila untuk aktifitas.
10. Pasien dirapikan dengan angkat pengalas dan selimut.
11. Rapikan dan alat-alat dibereskan.

17
12. Mencuci tangan.
13. Buka sampiran.
14. Sikap Ketika Melakukan Pemasangan Kateter
15. Menunjukkan sikap sopan dan ramah.
16. Menjamin Privacy pasien.
17. Bekerja dengan teliti.
18. Memperhatikan body mechanism
19. Setelah selesai, penting untuk menanyakan keadaan serta kenyamanan
pasien setelah dilakukan tindakan pemasangan kateter. Lalu, lakukan
observasi pengeluaran urine seperti (jumlah urin, warna urin, dan bau
urin).

c). Perawatan Kateter

Kateter tidak bisa selamanya dipasang secara permanen, hal ini karena
kateter juga bisa kadaluarsa, sehingga pemakaian dalam jangka waktu yang
panjang akan mengakibatkan gangguan eliminasi. Maka dari itu, Kateter harus
diganti setelah 3 sampai 4 hari setelah dilakukan pemasangan kateter.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan :

Katerisasi perkemihan adalah tindakan pemasukkan selang karet atau


plastic, melalui uretra dan dalam katerisasi ada beberapa jenis, yaitu kateter
sementara, menetap, dan kateterisasi balon. Sedangkan alat untuk kateterisasi
disebut selang kateter yang berbentuk seperti pipa yang terbuat dari
karet,plastic,metal woven silk,dan silicon yang fungsinya ialah memasukkan atau
mengeluarkan cairan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Potter, Perry. 2000. Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar, Edisi 3.
Jakarta: EGC

Kusyati, Eni dkk. 2006. Keterampilan dan prosedur Laboratorium Keperawatan


Dasar. Jakarta : EGC

Patricia, Potter A. 1996. Pocket Guide to Health Asessment, Edisi 3. Jakarta :


EGC

http://www.scrib.com/doc/52297240/LP-Kateter

19

Anda mungkin juga menyukai