Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN DASAR PROFESI

MASANGAN KATETER PRIA

Disusun Oleh : Trivanny Fazmego, S.Kep (2014901043)

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Ns. Welly, M.Kep) ( )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

2020/2021

TUJUAN PELATIHAN:

Pada akhir pelatihan ini mahasiswa diharapkan mampu:

• Menjelaskan jenis-jenis kateter urin


• Mengidentifikasi indikasi pemasangan kateter urin
• Melakukan tehnik pemasangan kateter urin yang benar
TINJAUAN PUSTAKA: REVIEW ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM URINARIA

Sistem urinaria terdiri dari bermacam-macam struktur dengan masing-masing fungsinya.


Struktur ini bekerja selaras untuk mengatur keseimbangan cairan tubuh, elektrolit dan asam basa
dengan cara menyaring darah yang melalui ginjal, reabsorbsi selektif air, elektrolit dan non
elektrolit serta mengekskresi kelebihannya sebagai kemih. Ginjal juga mengeluarkan sampah
metabolisme (seperti urea, kreatinin dan asam urat) dan zat kimia asing. Selain fungsi regulasi
dan ekskresi, ginjal juga mensekkresi renin, bentuk aktif vitamin D dan eritropoetin. (Hall,
2003; Price and Wilson, 1995)

Struktur yang membangun sistem urinaria terdiri dari:

• Ginjal
• Ureter
• Kandungkemih
• Urethra

Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terletak di kedua sisi kolumna
vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan dengan ginjal kiri karena tertekan
kebawah oleh hati. Kutup atasnya terletak setinggi kosta kedua belas, sedangkan kutup atas
ginjal kiri terletak setinggi kosta sebelas .

Ginjal terdiri dari komponen-komponen di bawah ini:


• Kapsul ginjal yaitu lapisan jaringan ikat yang kuat mengelilingi ginjal
• Korteks ginjal, terletak dibawah kapsul ginjal dan terdiri dari tubulus ginjal sebagai sistem
filtrasi.

Nefron
Nefron merupakan unit fungsional ginjal . Setiap ginjal terdiri dari satu juta nefron yang
pada dasarnya mempunyai struktur dan fungsi sama, dengan demikian pekerjaan ginjal dapat
dianggap sebagai jumlah total dari fungsi semua nefron tersebut. Setiap nefron tersusun dari
kapsula bowman yang mengitari rumbai kapiler glomerulus, tubulus kontortus proksimal,
lengkung Henle dan tubulus kontortus distal yang berlanjut sebagai duktus pengumpul. Struktur
inilah yang membuang sisa hasil metabolisme dari darah dan membentuk urin untuk dikeluarkan.
Tiga fungsi utama nefron dapat disebutkan sebagai berikut:
• Mengontrol cairan tubuh melalui proses sekresi dan reabsorbsi cairan.
• Ikut mengatur pH darah.
• Membuang sisa metabolisme darah.

Medula ginjal
Medula ginjal terbagi-bagi menjadi baji segitiga yang disebut piramid, tampak bercorak
karena tersusun dari segmen - segmen tubulus dan duktus pengumpul nefron. Piramid-piramid
tersebut diselingi oleh bagian korteks yang disebut kolom bertini.

Papila ginjal
Papila (apeks) dari tiap piramid membentuk duktus papilaris Bellini yang terbentuk dari
persatuan bagian terminal dari banyak duktus pengumpul.

Kaliks
Setiap duktus papilaris masuk ke dalam suatu perluasan ujung pelvis ginjal berbentuk
seperti cawan yang disebut kaliks minor. Beberapa kaliks minor bersatu membentuk kaliks
mayor yang selanjutnya bersatu menjadi pelvis ginjal. Pelvis ginjal merupakan reservoir utama
sistem pengumpul ginjal. Ureter menghubungkan pelvis ginjal dengan kandung kemih.

Ureter
Kedua ureter merupakan saluran yang panjangnya 10-12 inci, terbentang dari ginjal sampai
kandung kemih. Fungsi satu-satunya adalah menyalurkan kemih ke kandung kemih. Urin
mengalir melalui ureter karena adanya gerakan peristaltik ureter. Sebuah membrane yang terletak
pada sambungan ureter dan kandung kemih berfungsi sebagai katup untuk mencegah aliran balik
urin.

Kandung kemih
Kandung kemih adalah satu kantung berotot yang dapa tmengempis, terletak di belakang
simfisis pubis. Kandung kemih mempunyai tiga muara: dua muara ureter dan satu muara uretra.
Dua fungsi kandung kemih adalah : (1) sebagai tempat penyimpanan kemih sebelum
meninggalkan tubuhdan (2) dibantu oleh uretra, kandung kemih berfungsi mendorong kemih
keluar tubuh. Kandung kemih dapat menampung sampai dengan 1000 ml urin. Ketika mencapai
250 ml urin dalam kandung kemih, pesan berkemih terkirim melalui corda spinal, sehingga
seseorang merasakan ingin berkemih. Pengeluaran urin dikontrol oleh spingter interna dan
eksterna.
Urethra
Urethra adalah saluran kecil yang dapat mengembang, berjalan dari kandung kemih sampai
keluar tubuh. Panjangnya pada wanita 3-5 cm mulai dari dinding anterior vagina dan keluar
diantara klitoris dan ostium vagina. Pada pria panjangnya sekitar 18-20 cm, melewati prostate
sampai glands penis. Muara uretra keluar tubuh disebut meatus urinarius. (Hall, 2003 ; Price and
Wilson, 1995)

Pengosongan Kandung kemih


Urin yang terbentuk di ginjal mencapai kandung kemih oleh peristaltik ureter. Setelah
terkumpul urin akan dikeluarkan melalui proses miksi yang dikoordinasi oleh reflekmiksi.
Proses miksia diawali oleh timbulnya potensial aksiakibat rangsangan pada Stretch
receptor di dinding kandung kemih yang telah terisiurin. Potensial aksi dikirim ke medulla
spinalis sakralis melalui saraf aferen. Medulla spinalis sakralis mengirim impuls ke saraf
parasimpatis sakral dan ke interneuron. Interneuron meneruskan inpuls ke talamus. Talamus
menyebarkan impuls ke kortek serebri. Timbulah kesadaran adanya kandung kemih yang penuh
urin.

Rasa ingin miksi timbul bila isi kandung kemih mencapai 200 ml. Refleks miksi mulai
berfungsi bila Stretch receptor mengirimkan impuls yang adekuat ke neuron parasimpatis
preganglion di medula spinalis sakralis. Saraf parasimpatis memacu kontraksi di m. Detrusor.

Kontraksi m. Detrusor meningkatkan tekanan dalam kandung kemih. Miksi terjadi setelah
spingter uretra interna dan eksterna terbuka. Spingter ekterna di bawah kendali saraf pusat.

Banyak hal dapat menggangu proses miksi yang normal, baik berupa kelainan anatomik
maupun fungsional kandung kemih dan uretra maupun kelainan saraf. Gangguan miksi akan
menimbulkan komplikasi lebih lanjut dalam sistem urinaria. Ada beberapa tindakan invasif untuk
mengatasi gangguan miksi ini. Tindakan tersebut antara lain kateterisasi uretha, kateterisasi supra
pubik, pungsi supra pubik. (martini, 2000)

KATETER URIN
Definisi:

Kateter urin adalah sebuah alat berbentuk tabung yang dipasang pada bagian tubuh manusia
untuk mengalirkan, mengumpulkan dan mengeluarkan urin dari kandung kemih (Anonim, 2005)

Jenis-jenis kateter urin:

Jenis-jenis kateter urin yang dikenal antara lain:

• Kateter Nelathon/ kateter straight/ kateter sementara adalah kateter urin yang berguna
untuk mengeluarkan urin sementara atau sesaat. Kateter jenis ini mempunyai bermacam-
macam ukuran, semakin besar ukurannya semakin besar diameternya. Pemasangan melalui
uretra.

• Kateterbalon/kateterFolley, Kateter Indwelling/ KateterTetap adalah kateter yang


digunakan untuk mengeluarkan urin dalam sistem tertutup dan bebas hama, dapat digunakan
untuk waktu lebih lama ( 5 hari). Kateter ini terbuat dari karet atau plastik yang mempunyai
cabang dua atau tiga dan terdapat satu balon yang dapat mengembang oleh air atau udara
untuk mengamankan/ menahan ujung kateter dalam kandung kemih. Kateter dengan dua
cabang, satu cabang untuk memasukkan spuit, cabang lainnya digunakan untuk mengalirkan
urin dari kandung kemih dan dapat disambung dengan tabung tertutup dari kantung urin,
sedangkan kateter dengan tiga cabang, kedua cabang mempunyai fungsi sama dengan kateter
diatas, sementara cabang ketiga berfungsi untuk disambungkan keirigasi, sehingga cairan
irigasi yang steril dapat masuk ke kandung kemih, tercampur dengan urin, kemudian akan
keluar lagi. Pemasangan kateter jenis ini bisa melalui uretra atau suprapubik. (Senat
mahasiswa Universitas Gadjah Mada, 1988; Tim Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia, no date)
• KatetersuprapubikdenganbungkusSilver alloy, merupakan kateter paling baru yang
dibungkus dengan perak bagian luar maupun bagian dalamnya. Perak mengandung anti
mikroba yang efektif, tetapi karena penggunaan perak sebagai terapi anti mikroba belum
sistematik, maka penggunaan jenis kateter inipun masih terbatas dan belum jelas
keakuratannya. Pemasangan kateter, sementara ini baru dapat dilakukan oleh dokte rurologi
dalam kamar operasi sebagai tindakan bedah minor (Saint, no date)
UKURAN KATETER

• Wanitadewasa Kateter no 14/16


• Laki-laki dewasa Kateter no 18/20
• Anak-anak Kateter no 8/10

Wanita Laki-laki

Panjang urethra 3,7 – 6 cm 14 - 20 cm

Kateter yang 5 - 7,5 cm 15 - 22,5


masuk cm

Yang diberi jelly 3 - 4 cm 5 – 7,5 cm


TUJUAN PEMASANGAN KATETER (KATETERISASI)

• Membantu memenuhi kebutuhan pasien untuk mengosongkan kandung kemih, terutama


pada pasien yang mengalami penyakit akut, akan operasi, sakit hebat, terbatas pergerakannya
atau pasien dengan penurunan kesadaran.
• Menjaga agar kandung kemih tetap kosong, penyembuhan luka, pengobatan beberapa infeksi
dan operasi suatu organ dari sistem urin dimana kandung kemih tidak boleh tegang sehingga
menekan unsur lain.
• Menjaga agar pasien dengan keluhan inkontinensia urin( urin terkumpul di kandung kemih
karena tidak dapat dikeluarkan) tetap kering bagian perineumnya , sehingga kulit tetap utuh
dan tidak terinfeksi.
• Mengukur jumlah produksi urin oleh ginjal secara akurat.
• Membantu melatih kembali atau memulihkan pengendalian kandung kemih secara normal.

KONTRA INDIKASI PEMASANGAN KATETER (KATETERISASI)

• Striktur urethra
• Rupturaurethra
• Infeksi uretra (relatif)

ALAT DAN BAHAN

• Kateterurin
• Urin bag
• Sarungtangansteril
• Set bengkokdanpinsetsteril
• Kapasdancairan sublimate
• Jelly
• Plester
• Perban
• SpuitdanSteril water aquadest
• Bengkoktidaksteril
• Alas/ Perlakkecil
• Handukkecil + Waskom isi air hangat + sabun
• Sampiran
• Lampu

PROSEDUR TINDAKAN
• Identifikasipasien
• Jelaskanprosedurkepadapasien
• Tarik tirai tempat tidur dan atur posisi
• Pasien anak/pasien sadar butuh bantuan
• Pasien dewasa/wanita : posisi dorsal recumbent dengan lutut fleksi
• Pasien dewasa/ laki-laki: Posisi supine dan kaki abduksi
• Pasangurin bag
• Pasang perlak atau alas pada klien
• Tuangkancairan antiseptic
• Sediakanspuitisiaquadest
• Cucitangandengancarafurbringer
• Pasangsarungtangan
• Lakukan vulva/perineum hygiene
• Buka set kateter dan berikan jelly di ujung kateter
• Masukkankatetersampaiurinmengalir
• Ketikaurinmengalir, pindahkantangan yang tidak dominant dari labia ataudari penis kekateter.
• Jika menggunakan indwelling kateter, isi balon kemudian tarik kateter ± 2,5 cm
• Fiksasi kateter
• Bantu pasien pada posisi yang nyaman
• Kumpulkan dan buang alat-alat yang sekali pakai, bersihkan alat-alat yang bukan sekali pakai
• Cucitangan

KOMPLIKASI

• Ruptur urethra
• Infeksisalurankemih
• Striktur urethra

• Konsep asuhan keperawatan dengan masalah gangguan eliminasi urine

• Pengkajian

• Identitas klien
Pada klien penderita Infeksi saluran kemih dapat terjadi baik di pria maupun wanita
dari semua umur, dan dari kedua jenis kelamin ternyata wanita lebih sering
menderita dari pada pria (Sudoyo Aru,dkk,2009).
• Keluhan utama penyakit infeksi saluran kemih

Keluhan utama yang sering terjadi pada pasien infeksi saluran kemih

,nyeri saat berkemih, sering bolak balik kamar mandi tetapi kemih
yang di keluarkan hanya sedikit.
• Riwayat penyakit sekarang

Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai penyakit


yang di derita oleh klien dan mulai timbulnya keluhan yang di
rasakan sampai klien di bawa ke Rumah Sakit, dan apakah pernah
memeriksakan diri ke tempat lain sekalin Rumah Sakit umum serta
pengobatan apa yang pernah di berikan dan bagaimana perubahan
data yang didapatkan saat periksa.
• Riwayat penyakit dahulu

Adanya penyakit infeksi saluran kemih


• Riwayat penyakit keluarga

Perlu ditanyakan pada keluarga apakah salah satu anggota


keluraga ada yang pernah mengalami sakit yang sama dengan pasien
atau penyakit yang lain yang ada di dalam keluarga.
• Riwayat psikososial

Meliputi informasi mengenai perilku, perassan dan emosi yang


dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan
keluarga terhadap penyakit penderita.

• Pola
fungsi s

• Pola persepsi

Pola persepsi menggambarkan persepsi klien terhadap


penyakitnya tentang pengetahuan dan penatalaksanaan
infeksi saluran kemih dengan gangguan eliminasi urine
• Pola nutrisi

Kemampuan pasien dalam mengkonsumsi makanan


mengalami penurunan akibat nafsu makan yang kurang
karena mual, muntah saat makan hanya sedikit bahkan tidak
makan sama sekali
• Pola eliminasi

Eliminasi alvi klien tidak dapat mengalami konstipasi


oleh karena tirah baring lama. Sedangkan eliminasi urine
mengalami gangguan karena ada organisme yang masuk
sehingga urine tidak lancar
• Pola aktivitas/istirahat

Penderita sering mengalami susah tidur, letih, lemah,


karena nyeri yang di alami
• Nilai dan keyakinan

Gambaran tentang penyakit infeksi saluran kemih


dengan penyakit yang d ideritanya menurut agama dan
kepercayaan, kecemasan akan kesembuhan, tujuan dan
harapan akan sakitnya.
• Pemeriksaan fisik persistem

• Keadaan umum

Di dapatkan klien tampak lemah


Kesadara
n Normal
GCS 4-5-
6
• Secara Kualitatif

• Composmentis (conscious), yaitu kesadaran normal,


sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan
tentang keadaan sekelilingnya.
• Apatis, yaitu keadaan yang segan untuk
berhubungan dengan sekiranya, sikapnya acuh tag
acuh.
• Delerium, yaitu gelisah, disorentasi (orang, tempat
waktu), memberontak, berteriak-teriak,
berhalusinasi, kadang berhayal.
• Somnolen (obtundasi, letargi), yaitu kesadaran menurun,
respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun
kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan)
tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
• Stupor yaitu kesadaran seperti tertidur lelap, tetapi ada
respon terhadap nyeri.
• Coma yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon
terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea
maupun reflek muntah, mungkin tidak ada respon pupil
terhadap cahaya.

Secara Kuantitatif dengan GCS (Glasgow Coma


Scale) Tabel 2.1 Glasgow Coma Scale(GCS)
(Junaidi, 2011)
No Komponen Nilai Hasi
l

1 Verbal 1 Tidak berespon


2 Suara tidak dapat dimengerti
3 Bicara kacau atau kata-kata tidak
tepat
4 Bicara membingungkan
5 Orientasi baik
2 Motorik 1 Tidak berespon
2 Ekstensi abnormal
3 Flexi abnormal
4 Menarik area nyeri
5 Melokalisasi nyeri
6 Dengan perintah
3 Reaksi 1 Tidak berespon
membuka
mata 2 Rangsang nyeri
3 Dengan perintah
4 Spontan

Nilai Motorik

Tabel 2.2 Glasgow Coma Scale (GCS) (Junaidi, 2011)


Respon Skal
a
Kekuatan normal 5
Kelemahan sedang 4
Kelemahan berat (antigravity) 3
Kelemahan berat (not antigravity) 2
Gerakan trace 1
Tak ada gerakan 0

• Sistem Pernafasan

Pernafasan normal yaitu 16-20x/menit

• Sistem Kardiovaskuler

Terjadi penurunan tekanan darah

• Sistem Neurologi

Terjadi penurunan sensori, parathesia, anastesia,


mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorentasi.
• Sistem Perkemihan

Inspeksi : Pada pasien ISK , Lakukan inspeksi pada


daerah meatus ( pembukaan yang dilalui urine untuk
meninggalkan tubuh) apakah terjadi adanya oliguria, dan
disuria.
Palpasi : pada palpasi biasanya terjadi nyeri hebat dan distensi

Perkusi : pada perkusi terdapat nyeri tekan pada


abdomen bagian bawah abdomen dan nyeri saat berkemih
• Sistem Pencernaan
Terdapat polifagia, polidipsi, mual, muntah, diare,
konstipasi, dihedrasi, perubahan berat badan, peningkatan
lingkar abdomen, obesitas.
• Sistem Integument

Turgor kulit menurun, kulit kering.

• Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas


mengenai status kesehatan atau masalah actual atau resiko
mengidentifikasi serta menentukan intervensi keperawatan
untuk mengurangi, mencegah atau menghilangkan masalah
kesehatan pasien yang ada pada tanggung jawabnya (Carpenito,
1983 dalam Tarwoto&Wartonah, 2011).
Dilihat dari status kesehatan pasien, diagnosa dapat
dibedakan menjadi actual, potensial, resiko dan kemungkinan.
• Actual: diagnosa keperawatan yang menggambarkan
penilaian klinik yang harus di validasi perawat karena ada
batasab mayor. Contoh Perubahan pola eliminasi
berhubungan dengan adanya infeksi saluran

kemih yang dimanifestasikan oleh adanya nocturia,


inkontinensia dan hematuri.
• Potensial: diagnosa keperawatan yang menggambarkan
kondisi pasien kearah yang lebih positif (kekuatan pasien).
• Resiko: diagnosa keperawatan yang menggambarkan
kondisi klinis individu lebih rentan mengalami masalah.
Kemungkinan Diagnosa yang muncul:

• Gangguan eliminasi Urine berhubungan dengan adanya nyeri


saat berkemih .
• Intervensi

Tabel 2.3 intervensi Keperawatan Gangguan Eliminasi Urine (Heardman,2015)

Gangguan eliminasi urine NOC NIC


Gangguan Eliminasi Urine Gangguan Eliminasi Urine
Gangguan eliminasi urine Eliminasi urine: Kontrol infeksi :
Definisi : disfungsi • Pola eliminasi • Alokasikan
eliminasi urine • Bau urine kesesuain luas
• Jumlah urine ruang perpasien,
Faktor yang • Warna urine seperti
berhubugan : • Kejernihan urine yang
• Intake cairan diindikasikan oleh
• Gangguan • Mengosongkan pedoman pusat
sensori motorik kantong pengendalian
• Infeksi saluran kemih sepenuhnya
kemih • Mengenali dan pencegahan
• Obstruksi anatomik keinginan untuk penyakit (Centers
• Penyebab berkemih for disease control
multipel Batasan • Partikel-partikel and prevention I
karakteristik urine terlihat CDC)
• Anyang- anyangan • Drah terlihat • Bersihkan
• Disuria dalam urine lingkungan dengan
• Dorongan berkemih • Nyeri saat kencing baik setelah
• Inkontinensia digunakan untuk
• Inkontinensia urine setiap pasien
• Ganti
peralatan parawatan
perpasien
• Nokturia • Rasa terbakar sesuai protoko
• Retensi urine saat berkemih institusi
• Sering berkemih • Ragu untuk • Isolasi orang yang
berkemih terkena
• Frekuensi penyakit menular
untuk berkemih • Tempatkan
• Keinginan isolasi sesuai
mendesak untuk tindakan
berkemih pencegahan yang
• Retensi urine sesuai
• Nokturia • Pertahankan teknik
• Inkontinensia urine isolasi yang sesuai
• Stress inkontinensia • Batasi
• Inkontinen jumlah pengunjung
sia • Ajarkan cuci tangan
berkemih bagi tenaga
• Inkontinen kesehatan
sia • Anjurkan
fungsional pasien mengenai
teknik cuci tangan
dengan tepat
• Anjurkan
pengunjung untuk
mencuci tangan
pada saat memasuki
dan meningglkan
ruangan pasien
• Gunakan
sabun antimikroba
untuk cuci tangan
yang sesuai
• Cuci tanga sebelum
dan sesudah
kegiatan perawatan
pasien
• Lakukan tindakan-
tindakan
pencegahan yang
bersifat universal
• Pakai sarung
tangan sebagaimana
di anjurkan
oleh kebijakan
pencegahan
universal/universal
precautions
• Pakai pakaian ganti
atau jubah saat
menangani bahan-
bahan
yang infeksius
• Pakai sarung tangan
stiril dengan tepat
• Gosok kulit pasien
dengan agen
entibakteri yang
sesuai
• Cukur dan siapkan
daerah untuk
persiapan prosedur
invasif atau operasi
sesuia indikasi
• Jaga lingkungan
aseptik yang
optimal selama
penusukan di
samping tempat
tidur dari
saluran penghubung
• Jaga lingkungan
saat mengganti
tabung dan botol
TPN
• Jaga sistem yang
tertutup saat
melakukan monitor
hemodinamik
invasif
• Ganti IV perifer dan
tempat
saluran
penghubung

serta balutannya
sesui dengan
pedoman CDC saat
ini
• Pastikan
penanganan aseptik
dari semua saluran
IV
• Pastikan
teknik perawatan
luka bakar yang
tepat
• Gunakan
kateterisasi
intermiten
untuk mengurangi
kejadian infeksi
kandung kemih
• Ajarkan pasien
untuk mendapatkan
spesimen urin aliran
tengah yang sesuai
pada saat tanda
pertama
dari
kembalinya gejala
• Dorong batuk dan
nafas dalam yang
tepat
• Dorong intake
cairan yang sesuai
• Dorong
untuk beristirahat
• Berikan terapi
antibiotik yang
sesuai
• Anjurkan pasien
untuk meminum
antibiotik seperti
yang di resepkan
• Ajarkan pasien dan
keluarga mengenai
tanda dan gejal
infeksi dan kapan
harus
melaporkannya
kepada penyedia
perawatan
kesehatan
• Ajarkan paseien dan
anggota
keluarga
mengenai bagimana
menghindari infeksi
• Promosikan
persiapan dan
pengawetan

makanan yang aman


Manajemen nyeri
• Lakukan
pengkajian nyeri
komprehensif yang
meliputi lokasi,
karakteristik,
onset/durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas atau
beratnya nyeri
dan faktor pencetus
• Observasi
adanya petunjuk
non ferbal mengenai
ketidak nyaman
terutama pada
mereka yang tidak
dapat
berkomunikasi
secara efektif
• Pastikan perawatan
analgesik bagi
pasien dilakukan
dengan pemantauan
yang ketat
• Gunakan
strategi komunikasi
terapeutik untuk
mnegetahui
pengalaman nyeri
dan sampaikan
penerimaan pasien
terhadap nyeri
• gali pengetahuan
dan keoercayaan
pasien mengenai
nyeri
• pertimbangkan
pengaruh
budaya terhadap
respon nyeri
• tentukan akibat dari
pengalaman
nyeri terhadap
kualitas hidup
pasien ( misalnya:
tidur, nafsu
makan, pengertian,
perasaan, hubungan,
performa kerja dan
tanggung jawab
peran)
• gali bersama pasien
faktor-faktor yang
dapat menurunkan
atau memperberat
nyeri
• evaluasi
pengalaman nyeri di
masa lalu yang
meliputi riwayat
nyeri kronik
individu atau
keluarga atau nyeri
yang menyebabkan
disability / ketidak
mampuan /
kecatatan dengan
tepat
• evaluasi bersama
pasien dan tim
kesehatan lainnya,
mengenai
efektifitas tindakan
pengontrolan nyeri
yang pernah di
gunakan
sebelumnya
• bantu keluarga
dalam mencari
dan
menyediakan
dukungan
• gunkan
metode penilaian
yang sesuai dengan
tahapan
perkembangan
yang
memungkinkan
untuk memonitor
perubahn nyeri dan
akan dapat
membantu
mengidentifikasi
faktor pencetus
aktual dan
potensial ( misalnya
: catatan
perkembangan,
catatan harian)
• tentukan kebutuhan
frekuensi
untuk melakukan
pengkajian ketidak
nyamanan
pasien dan
mengimplementasika
n rencana monitor
• Berikan
informasi mnegenai
nyeri,seperti
penyebab nyeri,
berapa lama nyeri
yang di rasakan, dan
antisipasi dari
ketidak nyamanan
akibat prosedur
• Kendalikan
faktor lingkungan
yang dapat
mempengaruhi
pasien terhadap
ketidak
nyamanan
( misalnya: suhu
ruangan,
pencahayaan, suara
bising)
• Kurangi atau
eliminasi faktor-
faktor yang dapat
mencetuskan
atau meningkatkan
nyeri ( misalnya :
ketakutan
,kelelahan,
keadaan

menonton, dan
kurang pengetahuan)
• Pertimbangkan
keinginan pasien
untuk berpartisipasi,
kemampuan
berpartisipasi,
kecendrungan,
dukungan dari
orang
terdekat
terhadap metode
dan kontra
indikasi ketika
memilih strategi
penurunan nyeri
• Pilih dan
implimentasikan
tindakan yang
beragam (

misalnya:
farmakologi,

non farmakologi,
interpersonal )
untuk memfasilitasi
penurunan nyeri
sesuai kebutuhan
• Ajarkan prinsip-
prinsip manajemen
nyeri
• Pertimbangkan tipe
dan sumber nyeri
ketika memilih
strategi penurunan
nyeri
• Dorong pasien
untuk memonitor
nyeri dan
menangani nyerinya
dengan tepat
• Ajarkan
penggunaan teknik
non farmakologi
( seperti : biofeed
back, TENS,
hipnosis, relaksasi,
bimbingan
antisipatis,
terapi musik,terapi
bermain, terapi
aktifitas,
akupressur,
aplikasi
panas dingin
dan
pijatan,sebelum,
sesudah dan
jika
memungkinkan
ketika
melakukan
aktifitas yang
menimbulkan
nyeri sebelum
nyeri terjadi
atau meningkat, dan
bersamaan dengan
tindakan penurunan
rasa nyeri lainnya)
• Gali
penggunaan metode
farmakologi yang di
pakai pasien saat ini
untuk menurunkan
nyeri
• Ajarkan
metode
farkologi

untuk menurunkan
nyeri
• Dorong pasien
untuk menggunakan
obat obatan penurun
nyeri yang adekuat
• Kolaborasi
denagn pasien,
orang terdekat dan
tim kesehatan
lainnya untuk
memilih dan
mengimplimentasik
an tindakan penurun
nyeri
nonfarmakologi,
sesuai kebutuhan
• Berikan
individu penurunan
nyeri yang optimal
denagn
peresepan analgesik
• Implementasikan
pengguanaan
pasien terkontrol
analgesik ( PCA ),
jika sesuai
• Gunakan
tindakan
pengontrol nyeri
sebelum

nyeri bertambah
berat
• Berikan obat
sebelum melakuakn
aktifitas untuk
meningkatkan
partisipasi, namun (
dilakukan) evaluasi
(mengenal) bahaya
dari sedasi
• Pastikan pemberian
analgesik dan atau
strategi
non
farmakologi
sebelum dilakukan
prosedur yang
menimbulkan nyeri
• Periksa tingkat
ketidak nyamanan
pasien, catat
perubahan
dalam catatan
medis pasien,
informasikan
petugas kesehatan
lain yang
merawat pasien
• Evaluasi keefektifan
dari
tindakan pengontrol
nyeri yang di pakai
selama pengkajian
nyeri di lakukan
• Mulai dan
modifikasi tindakan
pengontrol
nyeri

berdasarkan respon
pasien
• Dukung istirahat/
tidur yang adekuat
untuk membantu
penurunan nyeri
• Dorong pasien
untuk
mendiskusikan
pengalaman
nyerinya sesuai
kebutuhan
• Beritahu dokter jika
tindakan tidak
berhasi atau jika
keluhan pasien saat
ini berubah
signifikan dari
pengalaman

nyeri sebelumnya
• Informasikan
tim kesehatan lain/
anggota keluarga
mengenai strategi
nonfarmakologi
yang sedang di
gunakan untuk
mendorong
pendekatan
preventif teerkait
dengan menejemen
nyeri
• Gunakan
pendekatan multi
disiplin untuk
manajemen nyeri ,
jika sesuai
• Pertimbangkan
untuk merujuk
pasien, keluarga,
dan orang terdekat
pada kelompok
pendukung dan
sumber- sumber
liannya sesuai
kebutuhan
• Berikan informasi
yang akurat
untuk
meningkatkan
pengetahuan dan
respon keluarga

terhadap
pengalaman nyeri
• Libatkan
keluarga
dalam

modalitas penurun
nyeri, jika
memungkinkan
43. Monitor

kepuasan
pasien

terhadap manajemen
nyeri dan interfal
yang spesifik

• Implementasi

Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-


aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar
implementasi / pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan
efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau
dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang
dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan
( Doenges E Marilyn, dkk. 2000 ).
• Evaluasi

tujuan dari evaluasi adalah ntuk mengetahui sejauh mana perawat


dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan
keperawatan yang diberikat.
Langkah-langkah evaluasi sebagai berikut :

• Daftar tujuan-tujuan pasien.


• Lakukan pengkajian apakah pasien dapat melakukan sesuatu.

• Bandingkan antara tujuan dengan kemampuan pasien.

• Diskusikan dengan pasien, apakah tujuan dapat tercapai atau tidak.

Melihat bahasan diatas, yang dimaksud dengan evaluasi


merupakan hasil pencapaian yang telah dilakukan dengan berdasarkan
kriteria hasil dan tujuan.

REFERENSI

1. http://www.snihc.com/patientEducation.Diakses 4 Februari 2005.

2. Anonim.2005.Urinary Catheter. (Online).


http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003981.htm. Diakses 1 februari 2005

3. DeCapite,T.,A.Richards.NoDate.Nosocomial Urinary tract


Infectionhttp://www.Hopkins.heic.org/Infectious_diseases/Urinary_tract.htm. Diakses 20
Desember 2004.

4. Saint, S. No date. Prevention of Nosocomial Urinary Tract Infections.(On


Line).http://ahcpr.gov/clinic/ptsafety/chap15a.htm. Diakses 3 Januari 2005.

5. Saint, S. No date. Prevention of Nosocomial Urinary Tract Infections.(On


Line).http://ahcpr.gov/clinic/ptsafety/chap15b.htm. Diakses 3 Januari 2005.

6. Hall,J. 2003. CatheterizationBasics.(On


line).http://www.nursingceu.com/NCEU/courses/cath/. Diakses 1 februari 2005

7. SenatMahasiswaFakultasKedoktranUniversitasGadjahMada. 1988.
PenuntunTindakanMedikbagiDokterUmum.AndiOfset, Yogyakarta. Hal.1-2.

8. Tim FakultasIlmuKeperawatanUniversitas Indonesia.2000. Panduan Praktek Profesi


Keperawatan. Jakarta.
• PENILAIAN KETERAMPILAN PEMASANGAN KATETER

Skore
No Aspek yang dinilai
0 1 2

1 Memberikan salam dan memperkenalkan diri

2 Menyiapkan alat dan bahan

3 Menjelaskanprosedur yang akandilakukankepadapasien,tujuan, indikasi,


komplikasi

4 Mengaturposisipasien

• Pasien anak/pasien sadar butuh bantuan


• Pasien dewasa/wanita : posisi dorsal recumbent dengan lutut fleksi
• Pasien dewasa/ laki-laki: Posisi supine dan kaki abduksi
8 Memasang perlak di bokong pasien
9 Menyiapkanurin bag

10 Cuci tangan dengan cara fuerbringer’smethod

11 Memakaisarungtangandenganbenar(prinsipsteril)

12 Lakukansterilisasi

• Wanita: di vulva sampaidengan perineum


• Pria: dari OUE sampaipangkal penis
Arahputarandaridalamkeluar.

13 Buka set kateter dan berikan jelly di ujung kateter, dilakukan oleh asisten

14 Ambil spuit yang sudah diisi jelly (3cc) oleh asisten, semprotkan ke dalam OUE
untuk melumasi urethra.

15 Pegangkateterdenganposisimenggulung, lalumasukkankateterperlahan-
lahansampaipangkalpercabangankateter

• Padalaki-lakitegakkan penis 45o, masukkankateter 6-9 inchi,


sambilpasiendianjurkantariknafas.
• Pada perempuan, pastikan lubang uretra, masukan 2-3 inchi
Jika urin tidak langsung mengalir, aspirasi dengan menggunakan spuit

16 Jika sudah dipastikan kateter masuk VU (urin keluar), kembangkan balon


dengan spuit 15 cc, kemudian tarik kateter ± 2,5 cm hingga ada tahanan

17 Menghubungkan kateter dengan urin bag

18 Fiksasi kateter ke bawah abdomen pasien pria atau pada paha depan untuk
wanita, bantu pasien kembali ke posisi nyaman

19 Kumpulkan dan buang alat-alat yang sekali pakai, bersihkan alat-alat yang
bukan sekali pakai

20 Cucitangandandokumentasi

TOTAL SKORE = 20

Anda mungkin juga menyukai