Anda di halaman 1dari 8

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

KEBUTUHAN ELIMINASI BAK

Nama Mahasiswa : FADILA SYAHIDITA SUFFAH

NIM : P1337420616026

Kudus , 31 Oktober 2017

Menyetujui, Penyusun

Pembimbing akademik pembimbing klinik

( ) (Fathonah S.kep.) (Fadila syahidita suffah)


BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian eliminasi urin

Eliminasi merupakan kebutuhan dalam manusia yang esensial dan berperan dalam menentukan
kelangsungan hidup manusia. Eliminasi dibutuhkan untuk mempertahankan homeostasis melalui
pembuangan sisa-sisa metabolisme. Secara garis besar, sisa metabolisme tersebut terbagi ke dalam dua
jenis yaitu sampah yang berasal dari saluran cerna yang dibuang sebagai feces (nondigestible waste)
serta sampah metabolisme yang dibuang baik bersama feses ataupun melalui saluran lain seperti urine,
CO2, nitrogen, dan H2O.

( fundamental of nursing hal 1679, 2001)

Gangguan eliminasi urinarius adalah suatu keadan dimana seorang individu mengalami gangguan dalam
pola berkemih

( fundamental of nursing hal 1079, 2001 )

II. TANDA DAN GEJALA

1. Gangguan Pencernaan

2. Tidak Nafsu Makan

3. Mual-mual dan Muntah

4. Berat badan turun dan lesu

5. Gatal-gatal

6. Gangguan tidur

7. Hipertensi dan Vena di leher melebar

8. Cairan di selaput jantung dan paru-paru

9. Otot-otot mengecil

10. Gerakan-gerakan tak terkendali, kram

11. Kulit kasar

12. Sesak napas dan confusion

(http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-public-health/182813-tanda-dan-gejala-
penyakit ginjal/ )

III. PATOFISIOLOGI
 Ginjal

1. Ginjal terbentang dari vertebra torakalis ke-12 sampai denganvertebra lumbalis ke-3. Dalam kondisi
normal, ginjal kiri lebih tinggi 1,5 – 2 cm dari ginjal kanan karena posisi anatomi hepar (hati). Setiap ginjal
dilapisi oleh kapsul yang kokoh dan dikelilingi oleh lapisan lemak. Produk pembuangan hasil metabolisme
yang terkumpul dalam darah di filtrasi di ginjal.

2. Darah sampai ke setiap ginjal melalui arteri renalis yang merupakan percabangan dari aorta
abdominalis. Arteri renalismemasuki ginjal melalui hilum. Setiap ginjal berisi 1 jutanefron, yang
merupakan unit fungsional ginjal kemudian membentuk urine.

3. Darah masuk ke nefron melalui arteiola aferen. Sekelompok pembuluh darah ini membentuk
jaringan kapiler glomerulus, yang merupakan tempat pertama filtrasi darah dan pembentukan
urine. Apabila dalam urine terdapat protein yang berukuran besar (proteinuria), maka hal ini merupakan
tanda adanya cedera pada glomelorus. Normalnya glomelorus memfiltrasi sekitar 125 ml filtrat/menit.

4. Sekitar 99 % filtrat direabsorsi ke dalam plasma, dengan 1 % sisanya diekskresikan sebagai urine.
Dengan demikian ginjal memiliki peran dalam pengaturan cairan dan eletrolit.

5. Ginjal juga sebagai penghasil hormon penting untuk memproduksi eritrisit, pengatur tekanan darah
dan mineralisasi mineral. Ginjal memproduksi eritropoietin, sebuah hormon yang terutama dilepaskan
dari sel glomerolus sebagai penanda adanyahipoksia ( penurunan oksigen) eritrosit. Setelah dilepaskan
dari ginjal, fungsi eritropoesis ( produksi dan pematangan eritrosit ) dengan merubah sel induk tertentu
menjadi eritoblast. Klien yang mengalami perubahan kronis tidak dapat memproduksi hormon ini
sehingga klien tersebut rentan terserang anemia.

6. Renin adalah hormon lain yang diproduksi oleh ginjal berfungsi untuk mengatur aliran darah pada
saat terjadi iskemik ginjal ( penurunan suplai darah ). Fungsi renin adalah sebagai enzim untuk
mengubah angiotensinogen ( substansi yang disentesa oleh hati ) menjadi angiotensin I. Kemudian
angiotensi I bersikulasi dalam pulmonal ( paru-paru ), angiotensin I diubah menjadi angiotensin II dan
angeotensin III. Angeotensin IImenyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah dan menstimulasi pelepasan
aldosteron dari korteks adrenal.

7. Aldesteron menyebabkan retensi air sehingga meningkatkan volume darah. Angiotensin


III mengeluarkan efek yang sama namun dengan derajat yang lebih ringan. Efek gabungan dari keduanya
adalah terjadinya peningkatan tekanan darah arteri dan aliran darah ginjal.

8. Ginjal juga berfungsi sebagai pengatur kalsium dan fosfat. Ginjal bertanggungjawab untuk
memproduksi substansi mengaktifkan vitamin D. Klien dengan gangguan fungsi ginjal tidak membuat
metabolik vitamin D menjadi aktif sehingga klien rentan pada kondisi demineralisasi tulang karena
adanya gangguan pada proses absorbsi kalsium.

 Ureter

1. Ureter membentang pada posisi retroperitonium untuk memasuki kandung kemih di dalam rongga
panggul ( pelvis ) pada sambungan uretrovesikalis. Dinding ureter dibentuk dari tiga lapisan jaringan.
Lapisan dalam, merupakan membran mukosa yang berlanjut sampai lapisan pelvis renalis dan kandung
kemih. Lapisan tengah merupakan serabut polos yang mentranspor urine melalui ureter dengan gerakan
peristaltis yang distimulasi oleh distensi urine di kandung kemih. Lapisan luar adalah jaringan
penyambung fibrosa yang menyokong ureter.

2. Gerakan peristaltis menyebabkan urine masuk kedalam kandung kemih dalam bentuk semburan.
Ureter masuk dalam dinding posterior kandung kemih dengan posisi miring. Pengaturan ini berfungsi
mencegah refluks urine dari kandung kemih ke dalam ureter selama proses berkemih ( mikturisi ) dengan
menekan ureter pada sambungan uretrovesikalis ( sambungan ureter dengan kandung kemih ).

 Kandung Kemih

1. Merupakan suatu organ cekung yang dapat berdistensi dan tersusun atas jaringan otot serta
merupakan wadah tempat urine dan ekskresi. Vesica urinaria dapat menampungan sekitar 600 ml
walaupun pengeluaran urine normal 300 ml. Trigonum ( suatu daerah segetiga yang halus pada
permukaan bagian dalam vesica urinaria ) merupakan dasar dari kandung kemih.

2. Sfingter uretra interna tersusun atas otot polos yang berbentuk seperti cincin berfungsi sebagai
pencegah urine keluar dari kandung kemih dan berada di bawah kontrol volunter (parasimpatis : disadari
).

 Uretra

1. Urine keluar dari vesica urinaria melalui uretra dan keluar dari tubuh melalui meatus uretra. Uretra
pada wanita memiliki panjang 4 – 6,5 cm. Sfingter uretra eksterna yang terletak sekitar setengah bagian
bawah uretra memungkinkan aliran volunter urine.

2. Panjang uretra yang pendek pada wanita menjadi faktor predisposisi mengalami infeksi. Bakteri
dapat dengan mudah masuk ke uretra dari daerah perineum. Uretra pada ria merupakan saluran
perkemihan dan jalan keluar sel serta sekresi dari organ reproduksi dengan panjang 20 cm.

(fundamental of nursing hal 1679 – 1681, 2001)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pielogram Intravena

Memvisoalisasi duktus dan pelvis renalis serta memperlihatkan ureter, kandung kemih dan uretra.
Prosedur ini tidak bersifat invasif. Klien perlu menerima injeksi pewarna radiopaq secara intra vena.

2. Computerized Axial Tomography


Merupakan prosedur sinar X terkomputerisasi yang digunakan untuk memperoleh gambaran terperinci
mengenai struktur bidang tertentu dalam tubuh. Scaner temografik adalah sebuah mesin besar yang
berisi komputer khusus serta sistem pendeteksi sinar X yang berfungsi secara simultan untuk memfoto
struktur internal berupa potongan lintang transfersal yang tipis.

3. Ultra Sonografi

Merupakan alat diagnostik yang noninvasif yang berharga dalam mengkaji gangguan perkemihan. Alat ini
menggunakan gelombang suara yang tidak dapat didengar, berfrekuensi tinggi, yang memantul dari
struktur jaringan.

4. Prosedur Invasif

a. Sistoscopy

Sistocopy terlihat seperti kateter urine. Walaupun tidak fleksibel tapi ukurannya lebih besar sistoscpy
diinsersi melalui uretra klien. Instrumen ini memiliki selubung plastik atau karet. Sebuah obturator yang
membuat skop tetap kaku selama insersi. Sebuah teleskop untuk melihat kantung kemih dan uretra, dan
sebuah saluran untuk menginsersi kateter atau isntrumen bedah khusus.

b. Biopsi Ginjal

Menentukan sifat, luas, dan progronosis ginjal. Prosedur ini dilakukan dengan mengambil irisan jaringan
korteks ginjal untuk diperiksa dengan tekhnik mikroskopik yang canggih. Prosedur ini dapat dilakukan
dengan metode perkutan (tertutup) atau pembedahan (terbuka).

c. Angiography (arteriogram)

Merupakan prosedur radiografi invasif yang mengefaluasi sistem arteri ginjal. Digunakan untuk
memeriksa arteri ginjal utama atau cabangnya untuk mendeteksi adanya penyempitan atau okulasi dan
untuk mengefaluasi adanya massa (cnth: neoplasma atau kista)

5. Sitoure Terogram Pengosongan (volding cystoureterogram)

Pengisian kandung kemih dengan zat kontras melalui kateter. Diambil foto saluran kemih bagian bawah
sebelum, selama dan sesudah mengosongkan kandung kemih. Kegunaannya untuk mencari adanya
kelainan uretra (misal, stenosis) dan untuk menentukan apakah terdapat refleks fesikoreta.

6. Arteriogram Ginjal

Memasukan kateter melalui arteri femonilis dan aorta abdominis sampai melalui arteria renalis. Zat
kontras disuntikan pada tempat ini, dan akan mengalir dalam arteri renalis dan kedalam cabang-
cabangnya.

Indikasi :

a. Melihat stenosis renalis yang menyebabkan kasus hiperrtensi

b. Mendapatkan gambaran pembuluh darah suatuneoplasma

c. Mendapatkan gambaran dan suplai dan pengaliran darah ke daerah korteks, untuk pengetahuan
pielonefritis kronik.
d. Menetapkan struktur suplai darah ginjal dari donor sebelum melakukan tranplantasi ginjal.

7. Pemeriksaan Urine

Hal yang dikaji adalah warna,kejernihan, dan bau urine. Untuk melihat kejanggalan dilakukan
pemeriksaan protein, glukosa, dll.

8. Tes Darah

Hal yang di kaji BUN,bersih kreatinin, nitrogen non protein, sistoskopi, intravenus, pyelogram.

(fundamen
tal of nursing hal 1700 - 1704,2001)

V. MASALAH KEPERAWATAN

a) Urgensi adalah merasakan kebutuhan untuk segera berkemih

b) Disuria adalah merasa nyeri atau sulit berkemih

c) Frekuensi adalah berkemih dengan sering

d) Keraguan poliuria adalah sulit memulai berkemih

e) Oliguria adalah haluaran urine menurun dibandingkan cairan yang masuk

f) Nokturia adalah berkemih berlebihan atau sering pada malam hari

g) Dribling adalah kebocoran/rembesan urine walaupun ada kontrol terhadap pengeluaran urine

h) Hematuria adalah terdapat darah dalam urine

i) Retensi adalah akumulasi urine di dalam kandung kemih disertai ketidakmampuan kandung kemih
untuk benar-benar mengosongkan urine

j) Residu urine adalah volume urine yang tersisa setelah berkemih

( fundamental of nursing hal 1690, 2001)

VI. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nyeri berhubungan dengan :

 Inflamasi uretra

 Obstruksi pada uretra

Deficit perawatan diri ; toileting yang berhubungan dengan :


 Kerusakan kognitif

 Keterbatasan mobilitas

Kerusakan integritas kulit atau resiko kerusakan integritas kulityang berhubungan dengan :

 Inkontinensia urine

Perubahan eliminasi urine yang berhubungan dengan :

 Kerusakan sensorik-motorik

Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan :

 Perasaan yang dirasakan akibat difersi urinarius

 Perasaan yang dirasakan akibat diferensia

Resiko infeksi yang berhubungan dengan :

 Personal higine yang buruk

 Insersi kateter uretra

Inkontinensia fungsional yang berhubungan dengan :

 Terapi diuretic

 Keterbatasan mobilitas

Inkontensia refleks yang berhubungan dengan :

 Kerusakan neurologis

 Penggunaan anestesi untuk pembedahan

Inkontinensia stress yang berhubungan dengan :

 Peningkatan tekanan intra abdomen

 Kelemahan otot panggul

Inkontinensia urgency yang berhubungan dengan :

 Iritasi mukosa kandung kemih

 Penurunan daya tampung atau kapasitas kandung kemih

Inkontinensia total yang berhubungan dengan :

 Adanya fistula

 Kerusakan neurologis

Retensi urine yang berhubungan dengan :

 Obstruksi leher kandung kemih


 Terhambatnya lengkung refleks

( fundamental of nursing hal 1704, 2001)

Anda mungkin juga menyukai