Anda di halaman 1dari 17

RESUME

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Nn. A DENGAN MASALAH UTAMA


RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG 1. ARIMBI RUMAH SAKIT JIWA
DAERAH AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

DISUSUN OLEH :

FADILA SYAHIDITA SUFFAH

P1337420616026

PRODI S1 TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

2019
TINJAUAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Pengertian

Kemarahan adalah suatu perasaan atau emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap
kecemasan yang meningkat dan didasarkan sebagai ancaman, pengungkapan marah yang
konstruktif dapat membuat perasaan lega.perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu
bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikolohis
(Riyadi & Purwanto, 2009). Menurut Keliat, (2011), perilaku kekerasan adalah suatu
bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis.
Herdman (2012) mengatakan bahwa risiko perilaku kekerasan merupakan perilaku yang
diperlihatkan oleh individu. Bentuk ancaman bisa fisik, emosional atau seksual yang
ditujukan kepada orang lain.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku kekerasan yaitu
ungkapan perasaan marah yang mengakibatkan hilangnya kontrol diri dimana individu bisa
berperilaku menyerang atau melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan diri
sendiri, orang lain maupun lingkungan.

B. Faktor Predisposisi Presipitasi

1. Faktor Predisposisi
a. Faktor psikologis
1) Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami
hambatan akan timbul dorongan agresif yang memotivasi perilaku kekerasan.
2) Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil yang
tidak menyenangkan.
3) Rasa frustasi.
4) Adanya kekerasan dalam rumah, keluarga, atau lingkungan.
5) Teori psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya kepuasan
dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat
konsep diri yang rendah. Agresi dan kekerasan dapat memberikan kekuatan
dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri serta memberikan arti dalam
kehidupannya. Teori lainnya berasumsi bahwa perilaku agresif dan tindak
kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa
ketidakberdayaannya dan rendahnya harga diri pelaku tindak kekerasan.
6) Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang dipelajari,
individu yang memiliki pengaruh biologik dipengaruhi oleh contoh peran
eksternal dibandingkan anak-anak tanpa faktor predisposisi biologik.
b. Faktor sosial budaya
Seseorang akan berespons terhadap peningkatan emosionalnya secara
agresif sesuai dengan respons yang dipelajarinya. Sesuai dengan teori menurut
Bandura bahwa agresif tidak berbeda dengan respon-respon yang lain. Faktor
ini dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin sering
mendapatkan penguatan maka semakin besar kemungkinan terjadi. Budaya juga
dapat mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya norma dapat membantu
mendefinisikan ekspresi marah yang dapat diterima dan yang tidak dapat
diterima.
Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima perilaku
kekerasan sebagai cara penyelesaiannya masalah perilaku kekerasan merupakan
faktor predisposisi terjadinya perilaku kekerasan.
c. Faktor biologis
Berdasarkan hasil penelitian pada hewan, adanya stimulus elektris
ringan pada hipotalamus (pada sistem limbik) ternyata menimbulkan perilaku
agresif, dimana jika terjadi kerusakan fungsi limbik (untuk emosi dan perilaku),
lobus frontal (untuk pemikiran rasional), dan lobus temporal (untuk interpretasi
indra penciuman dan memori) akan menimbulkan mata terbuka lebar, pupil
berdilatasi, dan hendak menyerang objek yang ada di sekitarnya.
Selain itu berdasarkan teori biologik, ada beberapa hal yang dapat
mempengaruhi seseorang melakukan perilaku kekerasan, yaitu sebagai berikut
a) Pengaruh neurofisiologik, beragam komponen sistem neurologis
mempunyai implikasi dalam memfasilitasi dan menghambat impuls agresif.
Sistem limbik sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya perilaku
bermusuhan dan respon agresif.
b) Pengaruh biokimia, menurut Goldstein dalam Townsend (1996)
menyatakan bahwa berbagai neurotransmitter (epinefrin, norepinefrin,
dopamine, asetilkolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi
dan menghambat impuls agresif. Peningkatan hormon androgen dan
norepinefrin serta penurunan serotonin dan GABA (6 dan 7) pada cairan
serebrospinal merupakan faktor predisposisi penting yang menyebabkan
timbulnya perilaku agresif pada seseorang.
c) Pengaruh genetik, menurut penelitian perilaku agresif sangat erat kaitannya
dengan genetik termasuk genetik tipe kariotipe XYY, yang umumnya
dimiliki oleh penghuni penjara tindak kriminal (narapidana)
d) Gangguan otak, sindrom otak organik berhubungan dengan berbagai
gangguan serebral, tumor otak (khususnya pada limbik dan lobus temporal)
trauma otak, apenyakit ensefalitis, epilepsi (epilepsi lobus temporal)
terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.
2. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik berupa
injury secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor pencetus
perilaku kekerasan adalah sebagai berikut.
a. Klien
Kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang penuh dengan
agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
b. Interaksi
Penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik, merasa terancam
baik internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun eksternal dari
lingkungan.
c. Lingkungan
Panas, padat, dan bising.
Menurut Shives (1998) dalam Fitria (2009), hal-hal yang dapat menimbulkan
perilaku kekerasan atau penganiayaan antara lain sebagai berikut.
a. Kesulitan kondisi sosial ekonomi.
b. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu.
c. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuannya
dalam menempatkan diri sebagai orang yang dewasa.
d. Pelaku mungkin mempunyai riwayat antisosial seperti penyalahgunaan obat dan
alkohol serta tidak mampu mengontrol emosi pada saat menghadapi rasa frustasi.
Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap
perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.
Ringakasan teori

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang


melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan
perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. Perilaku kekerasan/amuk dapat
disebabkan karena frustasi, takut, manipulasi atau intimidasi. Perilaku kekerasan
merupakan hasil konflik emosional yang belum dapat diselesaikan. Perilaku
kekerasan juga menggambarkan rasa tidak aman, kebutuhan akan perhatian dan
ketergantungan pada orang lain.

Gejala klinis yang ditemukan pada klien dengan perilaku kekerasan


didapatkan melalui pengkajian meliputi :
a. Wawancara : diarahkan penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah yang
diserasakan oleh klien.
b. Observasi : muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat
dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul
jika tidak senang.

Ringkasan kasus

Nn. A dibawa ke RSJD amino gondohutomo tanggal 6 april 2019 di karenakan 3


bulan terakhir klien banyak maunya dan sering marah-marah jika keinginan nya tidak
terpenuhi , klien saat malam hari sering menangis sendiri , sering berbelanja jajanan dan
pakaian , kadang klien sering tertawa sendiri dan bicara sendiri , serta sering mendengar
suara – suara serta melihat bayangan.1,6 tahun yang lalu klien saat pulang sekolah sering
menyendiri di kamar , tidak mau bertemu teman-teman nya , kemudian keluarga merujuk
ke RS rembang mendapat obat berwarna pink. Klien sempat berhenti minum obat selama
10 bulan. Klien baru pertama kali masuk RSJ.
LAPORAN KASUS RESUME
1. Identitas klien
Nama : Nn. A
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 16 tahun
Tanggal masuk : 6 april 2019 pukul 18.30 WIB
Alamat : Rembang , Jawa Tengah
2. Alasan masuk RS
3 bulan terakhir klien banyak maunya dan sering marah-marah jika keinginan nya tidak
terpenuhi , klien saat malam hari sering menangis sendiri , sering berbelanja jajanan dan
pakaian , kadang klien sering tertawa sendiri dan bicara sendiri .

3. Predisposisi dan presipitasi


a. Predisposisi : klien selalu marah jika keinginanya tidak di penuhi.
b. Presipitasi : klien tidak melanjutkan minum obat.

4. Analisa Data

Tgl / Jam Data Diagnosa Paraf

Senin , 8 April DS : Resiko Perilaku


2019  Klien mengatakan jika keinginan nya tidak Kekerasan
09.00 WIB dituruti dia akan marah-marah dan pergi
naik motor dengan kecepatan tinggi Dila

DO :
 Klien terlihat agresif dan saat becerita
nada suara tinggi .

5. Diagnosa Keperawatan
Risiko Perilaku Kekerasan
6. Rencana Tindakan Keperawatan

Dx.Kep. Rencana Tindakan Keperawatan Rasional


Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Risiko TUM : Kriteria evaluasi : a. Beri salam dan panggil Hubungan saling
Perilaku Klien tidak a. Klien mau nama klien percaya merupakan
Kekerasan melakukan membalas b. Sebutkan nama perawat dasar untuk
tindakan salam sambil berjabat tangan hubungan
kekerasan baik b. Klien mau c. Jelaskan maksud selanjutnya.
kepada diri berjabat tangan hubungan interaksi
sendiri, orang lain c. Klien mau d. Jelaskan kontrak yang
maupun menyebut akan dibuat
lingkungan. nama e. Beri rasa aman dan
TUK I : d. Klien mau tunjukkan sikap empati
Klien dapat tersenyum f. Lakukan kontak singkat
membina e. Klien ada tetapi sering
hubungan saling kontak mata g. Penuhi kebutuhan dasar
percaya f. Klien mau pasien.
mengetahui SP 1 Pasien : Membina
nama perawat hubungan saling
g. Klien mau percaya.
menyediakan
waktu untuk
perawat.

TUK II : Kriteria Evaluasi : a. Beri kesempatan klien Beri kesempatan


Klien dapat a. Klien untuk mengungkapkan untuk
mengidentifikasi mengungkapka perasaanya mengungkapkan
penyebab n perasaannya b. Bantu klien untuk perasaannya dapat
perilaku b. Klien dapat mengungkapkan membantu
kekerasan mengungkapka penyebab perasaan mengurangi stress
n penyebab marah, jengkel/ kesal. dan penyebab
perasaan marah, jengkel/
marah, jengkel/ SP II : kesal dapat
kesal ( diri Identifikasi penyebab diketahui.
sendiri, orang perasaan marah
lain dan
lingkungan)

TUK III : Kriteria evaluasi : a. Anjurkan klien a. Untuk


Diskusikan tanda- a. Klien dapat mengungkapkan yang mengetahui hal
tanda pada pasien mengungkapka dialami soal marah, yang dialami
jika terjadi n tanda-tanda jengkel/ kesal. dan dirasakan
perilaku marah, jengkel/ b. Observasi tanda saat jengkel
kekerasan kesal perilaku kekerasan pada b. Untuk
b. Klien dapat klien mengetahui
menyimpulkan c. Simpulkan bersama tanda-tanda
tanda-tanda klien tanda-tanda klien jengkel/
marah, jengkel/ jengkel/ kesal yang kesal
kesal yang dialami klien. c. Menarik
dialami. kesimpulan
SP III : bersama klien
Diskusikan tanda dan supaya kllien
gejala yang dirasakan mengetahui
secara garis
besar tanda-
tanda marah /
kesal.

TUK IV : Kriteria evaluasi: a. Anjurkan klien untuk a. Mengeksploras


Klien dapat a. Klien dapat mengungkapkan i perasaan
mengidentifikasi mengungkapka perilaku kekerasan yang klien terhadap
perilaku n perilaku biasa dilakukan klien perilaku
kekerasan yang kekerasan yang b. Bantu klien bermain kekerasan yang
biasa dilakukan. peran sesuai dengan
biasa dilakukan perilaku kekerasan yang biasa
klien. biasa dilakukan dilakukan
b. Klien dapat c. Bicarakan dengan klien b. Untuk
bermain peran apakah dengan cara mengetahui
dengan yang klien lakukan perilaku
perilaku masalahnya selesai. kekerasan yang
kekerasan yang SP IV : biasa klien
biasa dilakukan Diskusikan perilaku lakukan dan
c. Klien kekerasan yang biasa dengan
mengetahui dilakukan bantuan
cara yang biasa perawat bisa
dapat membedakan
menyelesaikan perilaku
masalah/ tidak. konstruktif
dengan
destruktif
c. Dapat
membantu
klien, dapat
menggunakan
cara yang
dapat
menyelesaikan
masalah.

TUK V : Kriteria evaluasi : a. Bicarakan akibat/ a. Membantu klien


Klien dapat Klien dapat kerugian dari cara yang menilai perilaku
mengidentifikasi menjelaskan akibat telah dilakukan klien kekerasan yang
akibat perilaku dari cara yang b. Bersama klien dilakukan.
kekerasan digunakan klien. simpulkan akibat cara b. Dengan
yang digunakan oleh mengetahui
klien. akibat perilaku
kekerasan
c. Tanyakan pada klien diharapkan klien
apakah ia ingin dapat mengubah
mempelajari cara baru perilaku
yang sehat. destruktidf
menjadi
konstruktif.
SP V : c. Agar klien dapat
Diskusikan akibat perilaku mempelajari
kekerasan. perilaku
konstruktif yang
lain.

TUK VI : Kriteria evaluasi : a. Tanyakan pada klien a. Dengan


Klien dapat Klien dapat apakah ia ingin mengidentifikas
mengidentifikasi melakukan cara mempelajari cara baru i cara yang
cara konstruktif berespon terhdap yang sehat konstruktif
dalam berespon kemarahan secara b. Berikan pujian bila klien dalam berespon
terhadap konstruktif. mengetahui cara lain terhadap
kemarahan. yang sehat. kemarahan
c. Diskusikan dengan klien dapat
cara lain yang sehat. membantu
1) Secara fisik: tarik klien
nafas dalam saat menemukan
kesal, memukul cara yang baik
kasur/ bantal, olah untuk
raga, melakukan mengurangi
pekerjaan yang kekesalannya
penuh tenaga. sehingga klien
2) Secara verbal: tidak stress
katakan pada lagi.
perawat atau orang b. Reinforcement
lain positif dapat
memotivasi
3) Secara sosial: klien dan
latihan asertif, meningkatkan
manajemen PK. harga dirinya.
4) Secara spiritual: c. Berdiskusi
anjurkan klien dengan klien
sembahyang, untuk memilih
berdoa,/ ibadah cara yang lain
lain. dan sesuai
dengan
SP VI : kemampuan
Latihan mengontrol klien.
perilaku kekerasan secara
fisik :
a. Evaluasi latihan
nafas dalam
b. Latih cara fisik :
pukul kasur dan
bantal
c. Susun jadwal
kegiatan harian cara
kedua.

TUK VII : Kriteria evaluasi: a. Bantu klien memilih a. Memberikan


Klien dapat a. Klien dapat cara yang paling tepat stimulasi
mendemonstrasik mendemonstrasi untuk klien kepada klien
an cara kan cara b. Bantu klien untuk menilai
mengontrol mengontrol mengidentifikasi respon perilaku
perilaku perilaku manfaat cara yang kekerasan
kekerasan kekerasan. dipilih secara tepat.
1) Fisik: tarik c. Bantu klien b. Membantu
nafas dalam, menstimulasi cara klien dalam
olah raga, tersebut (role play) membuat
keputusan
menyiram d. Beri reinforcement untuk cara
tanaman. positif atas keberhasilan yang telah
2) Verbal: klien menstimulasi cara dipilihnya
mengatakan tersebut dengan melihat
langsung e. Anjurkan klien untuk manfaatnya
dengan menggunakan cara yang c. Agar klien
tidak telah dipelajari saat mengetahui
menyakiti. marah. cara marah
3) Spiritual : yang
sembahyang SP VII : konstruktif
, berdoa, Latihan mengontrol perilaku d. Pujian dapat
ibadah lain. kekerasan secara meningkatkan
sosial/verbal : motifasi dan
a. Evaluasi jadwal harga diri klien
harian untuk dua e. Agar klien
cara fisik dapat
b. Latihan melaksanakan
mengungkapkan rasa cara yang telah
marah secara verbal: dipilihnya jika
menolak dengan sedang kesal.
baik, meminta
dengan baik,
mengungkapkan
perasaan dengan
baik.

TUK VIII : Kriteria evaluasi: a. Identifikasi kemampuan a. Kemampuan


Klien mendapat Keluarga klien keluarga klien dari sikap keluarga dalam
dukungan dapat: apa yang telah mengidentifika
keluarga dalam a. Menyebutkan dilakukan keluarga si akan
mengontrol cara merawat terhadap klien selama memungkinka
perilaku klien yang ini. n keluarga
kekerasan. untuk
berperilaku b. Jelaskan peran serta melakukan
kekerasan keluarga dalam merawat penilaian
b. Mengungkapka klien. terhadap
n rasa puas c. Jelaskan cara-cara perilaku
dalam merawat merawat klien. kekerasan
klien. d. Bantu keluarga b. Meningkatkan
mendemonstrasikan cara pengetahuan
merawat klien. keluarga
e. Bantu keluarga tentang cara
mengungkapkan merawat klien
perasaannya setelah sehingga
melakukan demonstrasi. keluarga
terlibat dalam
SP VIII : perawatan
Latihan mengontrol perilaku klien.
kekerasan secara spiritual : c. Agar keluarga
a. Diskusikan hasil dapat klien
latihan mengontrol dengan
perilaku kekerasan perilaku
secara fisik dan kekerasannya
sosial/verbal d. Agar keluarga
b. Latihan mengetahui
sembahyang/berdoa cara merawat
c. Buat jadwal latihan klien melalui
sembahyang/berdoa. demonstrasi
yang dilihat
keluarga
secara
langsung.
e. Mengeksploras
i perasaan
keluarga
setelah
melakukan
demonstrasi.

TUK IX : Kriteria evaluasi: a. Jelaskan jenis- jenis a. Klien dan


Klien dapat Klien dapat obat yang diminum keluarga dapat
menggunakan menyebutkan obat- klien (pada klien dan mengetahui
obat dengan benar obatan yang keluarga) mana-mana
(sesuai program diminum dan b. Diskusikan menfaat obat yang
pengobatan) kegunaan (jenis, minum obat dan diminum oleh
waktu, dosis, dan kerugian jika berhenti klien.
efek) minum obat tanpa seijin b. Klien dan
- klien dapat dokter keluarga dapat
minum obat sesuai c. Jelaskan prinsip benar mengetahui
program terapi. minum obat (nama, kegunaan obat
dosis, waktu, cara yang
minum). dikonsumsi
d. Anjurkan klien minta oleh klien.
obat dan minum obat c. Klien dan
tepat waktu. keluarga dapat
e. Anjurkan klien melapor mengetahui
kepada perawat/ dokter prinsip benar
bila merasakan efek agartidak
yang tidak terjadi
menyenangkan. kesalahan
f. Berikan pujian pada dalam
klien bila minum obat mengkonsums
dengan benar. i obat.
d. Klien dapat
SP IX : memiliki
Latihan mengontrol perilaku kesadaran
kekerasan dengan obat : pentingnya
a. Evaluasi jadwal minum obat
kegiatan harian dan bersedia
pasien untuk cara minum obat
mencegah marah dengan
yang sudah dilatih. kesadaran
b. Latih pasien minum sendiri.
obat secara teratur e. Mengetahui
dengan prinsip lima efek samping
benar (benar nama obat sedini
pasien, benar nama mungkin
obat, benar cara sehingga
minum obat, benar tindakan dapat
waktu minum obat, dilakukan
dan benar dosis obat) sesegera
disertai penjelasan mungkin
guna obat dan akibat untuk
berhenti minum obat. menghindari
c. Susun jadual minum komplikasi.
obat secara teratur. f. Reinforcemen
t positif dapat
memotivasi
keluarga dan
klien serta
meningkatkan
harga diri.
7. Catatan Perawatan
Tgl/Jam Diagnosis/ TUK/ SP Implementasi Evaluasi
8 April Risiko Perilaku Kekerasan Melakukan SP 1 S: Klien
2019 Membina hubungan mengatakan akan
10.00 WIB saling percaya, merasa marah dan
kontrak waktu dan
kesal ketika
tempat
menginginkan
sesuatu tapi tidak di
turuti
O: Klien terlihat
agresife, nada suara
tinggi, terlihat
marah ketika
membahas orangtua
dan teman nya
A: Masalah teratasi
ditandai dengan
klien
mengungkapkan
faktor predisposisi
dan presipitasi
P: Lanjutkan SP 2

Melakukan SP 2 S : Klien
Membantu pasien
11.30 WIB mengatakan sudah
mengendalikan
perilaku kekerasan diajarkan oleh
dengan cara perawat lain dan
menarik nafas sudah
dalam dan
mempraktikannya
memukul bantal
ketika rasa
marahnya muncul
O : Terlihat klien
dapat
mendemonstrasikan
apa yang telah
diajarkan
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan SP 3

Anda mungkin juga menyukai