Anda di halaman 1dari 8

Persepsi tentang Sehat-Sakit dan Perilaku Mencari

Bantuan Kesehatan

Seseorang yang sakit atau pernah melihat orang sakit, tergantung pada ketertarikannya, akan
memasukkan pengalaman tidak sehatnya itu ke dalam memorinya. Hal inilah yang mengakibatkan
penyakit atau gejala yang sama bisa ditafsirkan secara berbeda oleh dua orang pasien dari budaya yang
berbeda. Bila diperluas, keadaan ini juga memengaruhi perilaku pencarian bantuan selanjutnya.

Pasien punya sudut pandang berbeda mengenai penyakitnya bila dibandingkan dengan dokter. Dokter
mengacu pada standar ilmiah, sedangkan pasien pada respon subjektif dan lingkungannya, bukan hanya
pengalaman tentang kesehatan dan kesakitan tetapi juga arti yang dia berikan kepada pengalaman atau
keyakinan awam, misal:keyakinan bahwa AIDS adalah hukuman moral.

Mengalami sakit adalah sesuatu yang pasti dialami setiap orang dari waktu ke waktu, kesakitan tidak
hanya menyerang orang yang sakit tetapi juga lingkungan, keluarga, teman, pekerjaan dan seluruh
jaringan perawatan kesehatan. Kesakitan juga dapat dikatakan sebagai fenomena sosial.

Menurut Helman (1990) “Rationality, objective numerical measures, diseases as entities with fixed
cause, clinical picture, outcome and course, and is in fact also based upon a certain consensus”. Pasien
mempunyai sudut pandangan berbeda-beda, keyakinan awam tentang kesehatan dan kesakitan, lebih
spesifik tentang etiologi, akan memengaruhi perilaku mencari bantuan. Persepsi dan pengenalan
mengenai gejala-gejala yakni kemampuan orang untuk melaporkan sensasi-sensasi tubuh sangat kurang,
tak ada hubungan langsung antara pengenalan gejala dengan konsultasi medis. Sebaliknya, suatu sistem
pengaturan diri yang sangat kompleks akan terlibat: proses persepsi, pemberian nama, serta penjelasan
tentang gejala sangat di pengaruhi tidak hanya oleh gejala, tetapi juga oleh aspek kognitif.

Perbedaan-perbedaan individual, sebagian orang ada yang lebih memperhatikan suatu gejala dari pada
orang lain, misal: ambang rasa sakit, perbedaan perhatian, stress, suasana hati (mood). Faktor-faktor
situasi seperti fokus perhatian: semua faktor situasional yang menimbulkan kesakitan atau gejala
menonjol, membuat kesakitan atau gejala itu lebih mudah diketahui. Perbedaan budaya: studiantar
budaya menekankan perbedaan cultural dalam pengalaman (serta penafsiran) gejala-gejala. Faktor itu
selanjutnya akan menjelaskan perbedaan faktor demografis dengan gejala penyakit.

Penafsiran gejala menurut individu biasanya berdasarkan pengalaman sebelumnya dengan suatu gejala
yang dapat membuatnya waspada tentang kemungkinan bahaya.

Pandangan masyarakat tentang kriteria tubuh sehat atau sakit tak selalu bersifat obyektif, dapat di
pengaruhi unsur pengalaman masa lalu dan sosial-budaya. Petugas kesehatan berusaha menerapkan
kriteria medis yang obyektif berdasarkan simptom untuk mendiagnosis kondisi fisik individu. Terdapat
perbedaan pengertian antara sakit dan penyakit, pengertian dari penyakit (disease) adalah gangguan
fungsi fisiologis dari suatu organisme sebagai akibat dari infeksi atau tekanan dari lingkungan.
Sementara arti dari sakit (illness) adalah penilaian individu terhadap pengalaman menderita suatu
penyakit.
Adapun pengertian sehat menurut WHO (1981) adalah“A state of complete physical, mental and social
wellbeing”. Untuk menyatakan seorang menjadi sakit harus ada persamaan persepsi antara orang yang
tidak sehat dengan orang di sekitarnya, pengaruh keluarga memegang peran penting, menganggap
orang itu sakit serta memutuskan bagaimana pengobatannya merupakan urusan keluarga.

Penilaian medis bukan satu-satunya kriteria yang menentukan tingkat kesehatan seseorang.
Saat sehat, individu akan bertindak untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, misal:
pencegahan penyakit, personal hygiene, penjagaan kebugaran dan mengkonsumsi makanan bergizi.
Perbedaan kemampuan fungsional terdiri dari tiga aspek (Bush): Kemampuan menggerakkan tubuh,
mobilitas, dan kemampuan menjalankan kegiatan-kegiatan utamanya.

Terdapat juga Teori Respons Bertahan (Coping Response Theory) secaramekanik yang menyatakan
perilaku sakit adalah reaksi optimal dari invidu jika dia terkena suatu penyakit. Reaksi sangat ditentukan
oleh sistem sosialnya. Perilaku sakit erat hubungannya dengan konsep diri, penghayatan situasi yang
dihadapi, pengaruh petugas kesehatan dan pengaruh birokrasi.Dua faktor utama yang menentukan
perilaku sakit adalah persepsi atau definisi individu tentang suatu situasi atau penyakit dan kemampuan
individu melawan serangan penyakit.

Berdasarkan etiologi perilaku sakit, dapat dikenalinya gejala-gejala yang menyimpang dari biasa, banyak
gejala serius dan di perkirakan berbahaya, dampak gejala terhadap hubungan dengan keluarga,
hubungan kerja dan kegiatan sosial yang lain, frekuensi dari gejala dan tanda-tanda yang tampak dan
persistensinya, kemungkinan individu untuk di serang penyakit tersebut, informasi pengetahuan dan
asumsi budaya tentang penyakit, perbedaan interpretasi terhadap gejala yang dikenalnya, adanya
kebutuhan untuk bertindak atau berperilaku mengatasi gejala sakit dan tersedianya sarana kesehatan,
kemudahan mencapai sarana, tersedianya biaya dan kemampuan mengatasi stigma dan jarak sosial
seperti rasa malu, takut, dan sebagainya.

Batasan analisis kondisi tubuh dapat dilihat berdasarkan batasan sakit menurut orang lain dan batasan
sakit menurut diri sendiri. Batasan sakit menurut orang lain bahwa orang-orang di sekitar mengatakan
bahwa dia sakit dan perlu mendapat pengobatan. Batasan sakit menurut diri sendiri bahwa individu itu
sendiri mengenali gejala penyakitnya dan menentukan apakah dia akan mencari pengobatan atau tidak.
Analisis orang lain bisa bertentangan dengan analisa individu.

Ada 5 macam reaksi dalam proses pengobatan menurut Schuman, yaitu Shopping, Fragmentation,
Proscrastination, Self Medication, dan Discontinuity. Shopping berarti proses mencari alternatif sumber
pengobatan untuk menemukan seseorang yang dapat memberikan diagnosa dan pengobatan sesuai
harapan si sakit. Fragmentation: proses pengobatan oleh beberapa fasilitas kesehatan pada lokasi yang
sama. Proscrastination: proses penundaan pencarian pengobatan meskipun gejala penyakitnya sudah di
rasakan.

Self medication: pengobatan sendiri dengan menggunakan berbagai ramuan atau obat-obatan yang
dinilai tepat. Dan Discontinuity berarti penghentian proses pengobatan.
Si sakit memiliki hak dan kewajiban. Hak adalah dibebaskan dari tanggung jawab sosial dan pekerjaan
sehari-hari tergantung tingkat atau persepsi keparahan penyakitnya dan hak menuntut bantuan atau
perawatan dari orang lain. Adapun kewajiban adalah kewajiban mencapai kesembuhan, sendiri atau
dengan pertolongan orang lain, misal: petugas kesehatan.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi seluruh pembaca.Terkhusus saya haturkan terima kasih untuk kedua
orang tua dan adik saya yang selalu memberikan segala daya upaya dukungan yang tanpa henti dan
begitu luar biasa kepada saya. Dan terimakasih kepada Bapak Drs.Suharyo MHum selaku dosen Bahasa
Indonesia,Ibu Dra Ani Margawati MKes, PhD selaku dosen Ilmu Kesehatan Masyarakat, dan Ibu Dra Sri
Hartati MS selaku dosen Ilmu Sosial dan Budaya. (Ismi Mulyanti Putri Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro, Semarang)

http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2013/01/06/5479/persepsi-tentang-sehat-sakit-dan-
perilaku-mencari-bantuan-kesehatan/
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rendahnya utilitas (penggunaan) fasilitas kesehatan seperti Puskesmas, Rumah Sakit, dan
sebagainya, kesalahan atau penyebabnya sering dilemparkan kepada jarak antara fasilitas tersebut
dengan masyarakat terlalu jauh (baik jarak secara fisik maupun jarak secara total), tarif yang tinggi,
pelayanan yang tidak memuaskan dan sebagainya. Kita sering melupakan faktor persepsi atau
konsep masyarakat itu sendiri tentang sakit.
Pada kenyataannya, di dalam masyarakat itu sendiri terdapat beraneka ragam konsep sehat-
sakit, yang tidak sejalan dan bahkan bertentangan dengan konsep sehat-sakit yang diberikan oleh
pihak provider atau penyelengaraan pelayanan kesehatan. Timbulnya perbedaan konsep sehat-sakit
yang dianut oleh masyarakat dengan konsep sehat-sakit yang diberikan oleh penyelenggara
pelayanan kesehatan disebabkan karena persepsi sakit yang berbeda antara masyarakat dan kita
sebagai provider. Dengan kata lain adanya perbedaan yang berkisar antara penyakit (disease)
dengan illness (rasa sakit).

Sehat dan sakit seseorang berhubungan dengan perilaku manusia. Oleh karena itu sebelum
membahas tentang perilaku kesehatan, maka kita harus mengetahui definisi tentang perilaku manusia
itu sendiri. Menurut Skinner (1938) seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa perilaku merupakan
hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan dan respons. Ia membedakan adanya
dua respons, yakni :
1. Respondent respons (reflexive respons), ialah respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-
rangsangan tertentu.
2. Operant respons (instrumental respons), ialah respons yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh
perangsang tertentu.
Perilaku manusia pada hakekatnya adalah proses interaksi individu dengan lingkungannya
sebagai manifestasi hayati bahwa dia adalah makhluk hidup. Definisi ini memberikan pengertian
bahwa manusia merupakan kesatuan jiwa raga yang tidak terpisahkan, memiliki dorongan yang
bersumber dari kebutuhan dasarnya sebagai daya penggerak untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya dengan berinteraksi dengan lingkungan dimana terdapat sumber-sumber yang mampu
memenuhi kebutuhan dasarnya. Ada berbagai disiplin ilmu yang terkait dengan perilaku manusia,
yaitu : psikologi, sosiologi, dan antropologi.

Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sehat dan sakit?
2. Bagaimana relevansi sehat dan sakit bagi studi kesehatan?
3. Bagaimana perilaku sehat dan sakit?

4. Bagaimana peranan sakit?

Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sehat dan sakit.
2. Untuk mengetahui relevansi sehat dan sakit bagi studi kesehatan.
3. Untuk mengetahui perilaku sehat dan sakit.
4. Untuk mengetahui peranan sakit.
Manfaat Penulisan
Menambah pengetahuanmahasiswa tentang sehat dan sakit, relevansi sehat dan sakit bagi studi
kesehatan, perilaku sehat dan sakit serta peranan sakit.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sehat (Health)


Pada hakekeatnya sehat atau kesehatan dapat diartikan sebagai kondisi yang normal dari kehidupan
manusia. Kesehatan adalah hak azasi setiap manusia yang dibawa sejak lahir. Hidup sehat adalah
hidup yang mengikuti hukum alam atau cara-cara alamiah (kebutuhan udara segar, istirahat,
relaksasi, tidur, kebersihan, sikap mental, (attitudes of mind) yang baik, kebiasaan yang baik dan pola
hidup (pattern of living) yang baik, dan lain-lain), baik dari segi fisik, kejiwaan, dan lingkungan
hidupnya. Kata sehat merupakan Indonesianisasi dari bahasa Arab “ash-shihhah” yang
berarti sembuh, sehat, selamat dari cela, nyata, benar, dan sesuai dengan kenyataan. Kata sehat dapat
diartikan pula :
(1) dalam keadaan baik segenap badan serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit), waras,

(2) mendatangkan kebaikan pada badan,

(3) sembuh dari sakit.

Dalam bahasa Arab terdapat sinonim dari kata ‘ash-shihhah’ yaitu al-‘afiah yang berarti ash-shihhah at-
tammah (sehat yang sempurna ). Kedua kata ash-shihah dan al-afiah sering digabung digabung menjadi
satu yaitu ash-shihhah wa al’afiah, yang apabila diIndonesiakan menjadi ‘sehat wal
afiat’ dan artinya sehat secara sempurna.
Kata sehat menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah suatu keadaan/kondisi seluruh badan serta
bagian-bagiannya terbebas dari sakit. Mengacu pada Undang-Undang Kesehatan No 23 tahun 1992
sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan seseorang dapat
hidup secara sosial dan ekonomis

Sebetulnya belum ada batasan untuk ‘sehat’ yang sudah disepakati bersama oleh semua
pihak. Dalam pengertian awam, ‘sehat’ berarti badan yang sehat, dengan jiwa yang sehat dalam
keluarga yang sehat dan dalam lingkungan yang sehat. Batasan ‘sehat’ menurut WHO (1948), sehat
adalah kondisi fisik, mental, dan sosial yang sempurna dan bukan sekedar tidak sakit atau tidak cacat.
Batasan sehat menurut WHO yang mencakup keadaan fisik, mental, dan sosial sering perlu ditambah
dengan sehat ‘spiritual’. Dapat disimpulkan sehat adalah suatu kondisi di mana segala sesuatu berjalan
normal dan bekerja sesuai fungsinya dan sebagaimana mestinya baik kondisi fisik, mental, sosial,dan spiritual.
2.2 Pengertian Sakit (Illness)
Sakit dan penyakit tidaklah sama. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak membuat definisi
tentang ‘penyakit’, tetapi merumuskan definisi ‘sehat’. Penyakit (disease) adalah suatu bentuk reaksi
biologis, terhadap suatu organisme, benda asing atau luka (injury). Sakit (illness) adalah penilaian seseorang
terhadap penyakit tersebut dalam arti penganlaman dia langsung. Sebagai contoh pasien dengan Leukemia
yang sedang menjalani pengobatan mungkin akan mampu berfungsi seperti biasanya, sedangkan
pasien lain dengan kanker payudara yang sedang mempersiapkan diri untuk menjalani operasi
mungkin akan merasakan akibatnya pada dimensi lain, selain dimensi fisik.
2.3 Relevansi atau Keterkaitan Sehat dan Sakit bagi Studi Kesehatan
Sebagian besar persepsi masyarakat tentang sehat dan sakit ini sangatlah dipengaruhi oleh
unsur pengalaman masa lalu, di samping unsur sosial budaya. Sebaliknya, tenaga kesehatan
berusaha sedapat mungkin menerapkan kriteria medis yang objektif. Perbedaan persepsi inilah yang
sering menimbulkan masalah dalam pendefinisian antara konsep sehat dan sakit menurut ilmu
kesehatan dengan konsep sehat dan sakit menurut budaya ataupun kepercayaan masyarakat
Terkadang orang tidak segera menggunakan sarana kesehatan yang tersedia sebab dia tidak merasa
mengidap penyakit. Atau jika si individu merasa bahwa penyakitnya itu disebabkan oleh makhluk
halus, maka ia akan memilih untuk berobat pada “orang pandai” yang dianggap mampu mengusir
makhluk halus tersebut dari tubuhnya sehingga penyakitnya itu akan hilang (Sarwono, 1997).

Perbedaan konsep sehat dan sakit ini antara orang sakit dengan petugas kesehatan
merupakan tantangan utama bagi petugas kesehatan. Maka diperlukannya pembekalan sejak dini
tentang pemahaman tentang sehat-sakit bagi para calon tenaga kesehatan, baik perawat, bidan,
dokter, rekam medis, dan lain-lain melalui proses pembelajaran di kampus, sehingga mereka dapat
meminimalkan kesalahpahaman masyarakat dalam pendefinisian sehat dan sakit.

2.4 Perilaku Kesehatan


Perilaku kesehatan adalah tanggapan seseorang terhadap rangsangan yang berkaitan
dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan lingkungan. Respons atau
reaksi organisme dapat berbentuk pasif (respons yang masih tertutup, misalnya pengetahuan,
persepsi, dan sikap) dan aktif (respon terbuka, tindakan yang nyata
atau practive/psychomotor). Perilaku sehat(health life style) adalah perilaku orang yang sehat untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka. Oleh sebab perilaku ini secara rinci mencakup
tindakan atau perilaku :
1. Mencegah dari sakit, kecelakaan, dan masalah kesehatan yang lain (preventif).
2. Meningkatkan derajat kesehatannya ( promotif ), yakni perilaku-perilaku yang terkait dengan
peningkatan kesehatan.
Perilaku orang sehat supaya tetap (terhindar dari penyakit) dan bahkan lebih meningkatkan
kesehatannya, sekurang-kurangnya mencakup hal berikut :

1) Makan dengan menu seimbang, dengan komposisi makanan sehari-hari terdiri dari makanan-
makanan yang mengandung : karbihidrat, protein, lemak, mineral, dan vitamin-vitamin.

2) Aktifitas fisik secara teratur (tidak harus dalam bentuk olahraga), sekurang-kurangnya 30 menit
sehari, dan sekurang-kurangnya 3 kali dalam satu minggu.

3) Tidak mengkonsumsi makanan atau minuman yang dapat menimbulkan adeksi atau kecanduan,
termasuk tidak merokok.

4) Mengelola stress (bukan menghindari stress).


5) Menyediakan waktu untuk rekreasi.

6) Menjaga kebersihan diri (personal hygine), lingkungan, dan makanan/minuman sehari-hari.


Menurut Notoatmodjo (1997), rangsangan yang terkait dengan perilaku kesehatan terdiri dari empat
unsur, yakni : sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan lingkungan. Berikut
penjelasannya :

1. Perilaku Terhadap Sakit dan Penyakit


Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa sakit dan penyakit yang bersifat respons
internal (berasal dari dalam dirinya) maupun eksternal (dari luar tubuh), baik respons pasif (
pengetahuan, persepsi, dan sikap), maupun aktif (praktik) yang dilakukan sehubungan dengan sakit
dan penyakit.

1. Perilaku Terhadap Sistem Pelayanan Kesehatan


Perilaku ini adalah respons individu terhadap sistem pelayanan kesehatan modern maupun tradisional,
meliputi :
1. Respons terhadap fasilitas pelayanan kesehatan.
2. Respons terhadap cara pelayanan kesehatan.
3. Respons terhadap petugas kesehatan.
4. Respons terhadap pemberian obat-obatan.
Respons tersebut tewujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap, dan penggunaan fasilitas, petugas
maupun penggunaan obat-obatan.

1. Perilaku Terhadap Makanan (Nutrition Behavior)


Perilaku ini adalah respons individu terhadap makanan. Perilaku ini meliputi pengetahuan, persepsi,
sikap dan praktik terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung di dalamnya (gizi, vitamin),
dan pengelolaan makanan sehubungan kebutuhan tubuh kita.

1. Perilaku Terhadap Lingkungan Kesehatan (Environmental Behavior)


Perilaku ini adalah respons individu terhadap lingkungan sebagai determinant (faktor penentu)
kesehatan manusia.

2.4.1 Klasifikasi Perilaku Kesehatan


Menurut Becker (1979)
Sebagaimana dikutip oleh Notoatmodjo (1997) bahwa klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan adalah :

1. Perilaku kesehatan (health behavior), yaitu perilaku individu yang ada kaitannya dengan health
promotion, health prevention, personal hygiene, memilih makanan, dan sanitasi.
2. Perilaku sakit (illness behavior), yaitu semua aktivitas yang dilakukan oleh individu yang merasa sakit
untuk mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakitnya, pengetahuan dan kemampuan individu untuk
mengenal penyakit, pengetahuan, dan kemampuan individu tentang penyebab penyakit, dan usuah-
usaha untuk mencegah penyakit.
3. Perilaku peran sakit (the sick role behavior), yaitu segala aktivitas individu yang sedang menderita sakit
untuk memperoleh kesembuhan. Perilaku ini di samping berpengaruh terhadap kesehatan/kesakitannya
sendiri, juga berpengaruh terhadap orang lain, terutama pada anak-anak yang belum mempunyai
kesadaran dan tanggungjawab terhadap kesehatannya.
2.4.1 Penyebab Perilaku Sakit
Menurut Mechanic sebagaimana diuraikan oleh Solito Sarwono (1993) bahwa perilaku sakit adalah
segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit agar memperoleh kesembuhan ada
beberapa penyebab perilaku sakit sebagai berikut.
1. Dikenal dan dirasakannya tanda dan gejala yang menyimpang dari keadaan normal.
2. Anggapan adanya gejala serius yang dapat menimbulkan bahaya.
3. Gejala penyakit dirasakan akan menimbulkan dampak terhadap hubungan dengan keluarga, hubungan
kerja, dan kegiatan kemasyarakatan.
4. Frekuensi dan persisten (terus-menerus, menetap) tanda dan gejala yang dapat dilihat.
5. Kemungkinan individu untuk terserang penyakit.
6. Adanya informasi, pengetahuan, dan anggapan budaya tentang penyakit.
7. Adanya perbedaan interpretasi tentang gejala penyakit.
8. Adanya kebutuhan untuk mengatasi gejala penyakit.
9. Tersedianya berbagai sarana pelayanan kesehatan, seperti: fasilitas, tenaga, obat-obatan, biaya, dan
transportasi.
2.5 Peranan Sakit
Ada beberapa hal tentang peranan sakit, yaitu:
1. Perilaku Peran Sakit (The Sick Role Behavior)
Dalam klasifikasi perilaku kesehatan Becker (1979) ada tiga perilaku, yaitu perilaku kesehatan (health
behavior), perilaku sakit (illness behavior), dan perilaku peran sakit (the sick role behavior) perilaku peran
sakit (the sick role behavior), yaitu segala aktivitas individu yang sedang menderita sakit untuk
memperoleh kesembuhan. Perilaku ini di samping berpengaruh terhadap kesehatan/kesakitannya
sendiri, juga berpengaruh terhadap orang lain, terutama pada anak-anak yang belum mempunyai
kesadaran dan tanggung jawab terhadap kesehatannya.
1. Peranan Orang Sakit (The Sick Role)
Orang yang berpenyakit (having a diseases) dan orang yang sakit (having an illness) adalah dua hal
yang berbeda. Berpenyakit adalah suatu kondisi patologis yang obyektif, sedangkan sakit adalah
evaluasi atau persepsi individu terhadap konsep sehat-sakit. Dua orang atau lebih secara patologis
menderita suatu jenis penyakit tertentu yang sama, bisa jadi orang yang satu akan merasa lebih sakit
dari yang lain, dan bahkan orang yang satu lagi tidak merasa sakit. Hal ini disebabkan evaluasi atau
persepsi mereka berbeda seorang dengan yang lain. Orang yang berpenyakit belum tentu akan
mengakibatkan berubahnya peranan orang tersebut dalam masyarakat. Sedangkan orang yang sakit
akan menyebabkan perubahan peranannya di dalam masyarakat maupun di dalam lingkungan
keluarganya dan memasuki posisi baru. Posisi baru ini menurut peranan yang baru pula. Peranan
baru dari orang sakit (pasien) harus mendapatkan suatu pengakuan dan dukungan dari anggota
keluarga, masyarakat yang sehat dan secara wajar.

1. Hak-Hak Orang Sakit


Hak orang sedang sakit yang pertama dan utama adalah bebas dari segala tanggungjawab sosial
yang normal. Artinya orang yang baru sakit mempunyai hak untuk melakukan perkerjaan sehari-hari
yang biasanya ia lakukan. Hal ini boleh dituntut, namun tidak mutlak, maksudnya, tergantung dari
tingkat keparahan atau tingkat persepsi dari penyakitnya tersebut. Apabila tingkat keparahannya
masih rendah orang tersebut mungkin tidak perlu menuntut haknya. Dan seandainya mau menuntut
harus tidak secara penuh, maksudnya ia tetap berada di dalam posisinya, tetapi peranannya
dikurangi, dalam arti volume dan frekuensi kerjanya dikurangi.
1. Kewajiban-Kewajiban Orang Sakit
Disamping haknya yang dapat dituntut, orang yang sedang sakit juga mempunyai kewajiban-
kewajiban yang harus dipenuhi. Pertama, orang yang sedang sakit mempunyai kewajiban untuk
sembuh dari penyakitnya. Memperoleh kesembuhan bukanlah hak penderita, tetapi kewajiban
penderita. Mengapa? Karena kita manusia diberi kesempurnaan dan kesehatan oleh Tuhan. Secara
alamiah manusia itu sehat, adapun menjadi jatuh sakit sebenarnaya kesalahan manusia sendiri. Oleh
karena itu, bila ia jatuh sakit ia berkewajiaban untuk mengembalikan posisinya keadaan sehat.
Manusia berkewajiban untuk selalu sehat.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Sehat adalah suatu kondisi di mana segala sesuatu berjalan normal dan bekerja sesuai
fungsinya dan sebagaimana mestinya baik kondisi fisik, mental, sosial,dan spiritual. Sakit (illness)
adalah penilaian seseorang terhadap penyakit tersebut dalam arti penganlaman dia langsung. Konsep
sehat-sakit sangat keterkaitan/ relevansi bagi studi kesehatan, karena banyak masyarakat masih
memiliki persepsi yang salah tentang sehat-sakit, maka ini adalah tugas kita sebagai calon tenaga
kesehatan agar dapat menjelaskan konsep sehat-sakit yang benar kepada masyarakat, sehingga
tidak terjadi kesalahpahaman lagi tentang konsep sehat-sakit. Perilaku sehat dan perilaku sakit
manusia juga sangat penting kita lakukan supaya kita dapat tetap hidup sehat dan ketika sakit dapat
menyikapinya dengan baik. Seseorang yang berpenyakit belum tentu akan mengakibatkan
berubahnya peranan orang tersebut dalam masyarakat. Sedangkan orang yang sakit akan
menyebabkan perubahan peranannya di dalam masyarakat maupun di dalam lingkungan keluarganya
dan memasuki posisi baru.
Saran
Sebaiknya kita sebagai manusia yang diciptakan Tuhan pada dasarnya diberikan kesehatan
dan kesempuranaan dibanding makhluk ciptaanNya yang lain supaya dapat menjaga kesehatan kita,
karena sehat itu sangatlah mahal harganya.

DAFTAR PUSTAKA

B, Budioro. 2001. Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Kamus Q. 2013. Sehat Adalah Pengertian dan Definisi.http://www.kamusq.com/
2013/08/sehat-adalah-pengertian-dan-definisi.html. diakses tanggal 08 Maret 2014.
Kusmiati, Sri. 1990. Dasar-Dasar Perilaku. Jakarta: Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan
Departemen Kesehatan.
Psikologi Kesehatan. 2012. Konsep Sehat dan Sakit. http://www.psychologymania.
com/2012/06/konsep-sehat-dan-sakit.html. diakses tanggal 07 Maret 2014.
Sunny Day. 2014. Pengertian Sakit. http://www.scribd.com/doc/111061050/
Pengertian-sakit. diakses tanggal 07 Maret 2014.

Notoatmodjo, Soekidjo.1990. Pengantar Perilaku Kesehatan. Depok : Jurusan Pendidikan Kesehatan


dan Ilmu Perilaku Fakultas Universitas Indonesia.
Notoatmodjo, Soekidjo.2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai