Oleh:
1102105058
Sistem urin tersusun atas ginjal, ureter, vesica urinaria, dan urethra. Berfungsi
membantu terciptanya homeostasis dan pengeluaran sisa-sisa metabolisme. Ginjal selain
berfungsi sebagai alat ekskresi juga berperan menghasilkan hormon seperti: renin-
angiotensin, erythropoetin, dan mengubah provitamin D menjadi bentuk aktif (vit.D)
(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Bb4-Ginjal.pdf).
1. GINJAL
Ginjal adalah sepasang organ retroperitoneal yang integral dengan homoestasis
tubuh dalam mempertahankan keseimbangan cairan, termasuk keseimbangan fisika dan
kimia. Ginjal mensekresi hormon dan enzim yang membantu pengaturan produksi
eritrosit, tekanan darah, serta metabolisme kalsium dan fosfor. Ginjal mengatur cairan
tubuh, asiditas, dan elektrolit sehingga mempertahankan komposisi cairan yang normal.
(Mary Baradero, 2008 : 1)
Ginjal juga menyaring bagian dari darah untuk dibuang dalam bentuk urine
sebagai zat sisa yang tidak diperlukan tubuh. Bagian ginjal terdiri atas nefron, yang
merupakan unit dari struktur ginjal yang berjumlah kurang lebih satu juta nefron. Melalui
nefron, urine disalurkan ke dalam bagian pelvis ginjal, kemudian disalurkan melalui
ureter ke kandung kemih. (A.Aziz, 2008 : 62).
Darah sampai ke setiap ginjal melalui arteri renalis yang merupakan percabangan
dari aorta abdominalis. Arteri renalis memasuki ginjal melalui hilum. Setiap ginjal berisi
1 juta nefron, yang merupakan unit fungsional ginjal kemudian membentuk urine.
Darah masuk ke nefron melalui arteiola aferen. Sekelompok pembuluh darah ini
membentuk jaringan kapiler glomerulus, yang merupakan tempat pertama filtrasi darah
dan pembentukan urine. Apabila dalam urine terdapat protein yang berukuran besar
(proteinuria), maka hal ini merupakan tanda adanya cedera pada glomelorus. Normalnya
glomelorus memfiltrasi sekitar 125 ml filtrat/menit.
Renin adalah hormon lain yang diproduksi oleh ginjal berfungsi untuk mengatur
aliran darah pada saat terjadi iskemik ginjal ( penurunan suplai darah ). Fungsi renin
adalah sebagai enzim untuk mengubah angiotensinogen ( substansi yang disentesa oleh
hati ) menjadi angiotensin I. Kemudian angiotensi I bersikulasi dalam pulmonal ( paru-
paru ), angiotensin I diubah menjadi angiotensin II dan angeotensin III. Angeotensin II
menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah dan menstimulasi pelepasan aldosteron dari
korteks adrenal.
2. URETER
3. KANDUNG KEMIH
Merupakan suatu organ cekung yang dapat berdistensi dan tersusun atas jaringan
otot serta merupakan wadah tempat urine dan ekskresi. Vesica urinaria dapat
menampungan sekitar 600 ml walaupun pengeluaran urine normal 300 ml. Trigonum
( suatu daerah segetiga yang halus pada permukaan bagian dalam vesica urinaria )
merupakan dasar dari kandung kemih.
Sfingter uretra interna tersusun atas otot polos yang berbentuk seperti cincin
berfungsi sebagai pencegah urine keluar dari kandung kemih dan berada di bawah kontrol
volunter ( parasimpatis : disadari ) (fundamental of nursing hal 1679 – 1681, 2001).
4. URETRA
Urine keluar dari vesica urinaria melalui uretra dan keluar dari tubuh melalui
meatus uretra. Uretra pada wanita memiliki panjang 4 – 6,5 cm. Sfingter uretra eksterna
yang terletak sekitar setengah bagian bawah uretra memungkinkan aliran volunter urine.
Panjang uretra yang pendek pada wanita menjadi faktor predisposisi mengalami
infeksi. Bakteri dapat dengan mudah masuk ke uretra dari daerah perineum. Uretra pada
ria merupakan saluran perkemihan dan jalan keluar sel serta sekresi dari organ reproduksi
dengan panjang 20 cm. (fundamental of nursing hal 1679 – 1681, 2001).
b. Aktivitas
Aktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot. Eliminasi urine
membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik untuk tonus sfingter internal dan
eksternal. Hilangnya tonus otot kandung kemih terjadi pada masyarakat yang
menggunakan kateter untuk periode waktu yang lama. Karena urine secara terus
menerus dialirkan keluar kandung kemih, otot-otot itu tidak pernah merenggang dan
dapat menjadi tidak berfungsi. Aktifitas yang lebih berat akan mempengaruhi jumlah
urine yang diproduksi, hal ini disebabkan karena lebih besar metabolisme tubuh
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pielogram Intravena
Memvisoalisasi duktus dan pelvis renalis serta memperlihatkan ureter, kandung kemih
dan uretra. Prosedur ini tidak bersifat invasif. Klien perlu menerima injeksi pewarna
radiopaq secara intra vena.
3. Ultra Sonografi
Merupakan alat diagnostik yang noninvasif yang berharga dalam mengkaji gangguan
perkemihan. Alat ini menggunakan gelombang suara yang tidak dapat didengar,
berfrekuensi tinggi, yang memantul dari struktur jaringan.
4. Prosedur Invasif
a. Sistoscopy
Sistocopy terlihat seperti kateter urine. Walaupun tidak fleksibel tapi ukurannya lebih
besar sistoscpy diinsersi melalui uretra klien. Instrumen ini memiliki selubung plastik
atau karet. Sebuah obturator yang membuat skop tetap kaku selama insersi. Sebuah
teleskop untuk melihat kantung kemih dan uretra, dan sebuah saluran untuk menginsersi
kateter atau isntrumen bedah khusus.
b. Biopsi Ginjal
Menentukan sifat, luas, dan progronosis ginjal. Prosedur ini dilakukan dengan mengambil
irisan jaringan korteks ginjal untuk diperiksa dengan tekhnik mikroskopik yang canggih.
Prosedur ini dapat dilakukan dengan metode perkutan (tertutup) atau pembedahan
(terbuka).
c. Angiography (arteriogram)
Merupakan prosedur radiografi invasif yang mengefaluasi sistem arteri ginjal. Digunakan
untuk memeriksa arteri ginjal utama atau cabangnya untuk mendeteksi adanya
penyempitan atau okulasi dan untuk mengefaluasi adanya massa (cnth: neoplasma atau
kista)
Pengisian kandung kemih dengan zat kontras melalui kateter. Diambil foto saluran kemih
bagian bawah sebelum, selama dan sesudah mengosongkan kandung kemih.
Kegunaannya untuk mencari adanya kelainan uretra (misal, stenosis) dan untuk
menentukan apakah terdapat refleks fesikoreta.
6. Arteriogram Ginjal
Memasukan kateter melalui arteri femonilis dan aorta abdominis sampai melalui arteria
renalis. Zat kontras disuntikan pada tempat ini, dan akan mengalir dalam arteri renalis
dan kedalam cabang-cabangnya.
Indikasi :
c. Mendapatkan gambaran dan suplai dan pengaliran darah ke daerah korteks, untuk
pengetahuan pielonefritis kronik.
d. Menetapkan struktur suplai darah ginjal dari donor sebelum melakukan tranplantasi
ginjal.
7. Pemeriksaan Urine
Hal yang dikaji adalah warna,kejernihan, dan bau urine. Untuk melihat kejanggalan
dilakukan pemeriksaan protein, glukosa, dll.
8. Tes Darah
Hal yang di kaji BUN,bersih kreatinin, nitrogen non protein, sistoskopi, intravenus,
pyelogram. (fundamental of nursing hal 1700 - 1704,2001)
H. PATHWAY
TERLAMPIR
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
2. Kebiasaan berkemih
- Pola berkemih
- Frekuensi berkemih
- Volume urine
No Usia Jumlah/Hari
1 1 – 2 hari 15- 60 ml
- Gaya hidup
- Stress psikologis
- Tingkat aktivitas
4. Keadaan Urine
- Warna
- Bau
- PH
- Kejernihan
- Jumlah
- Protein
- Darah
( terlampir )
D. Evaluasi
( terlampir )
Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional Evaluasi
1.Inkontinensia Setelah diberikan asuhan Urinaria S:klien
urine refleks keperawatan selama...x24 jam catheterization: mengatakan
berhubungan diharapkan inkontinensia urine -Jelaskan prosedur -Agar klien sudah lebih
dengan pada klien dapat berkurang dan rasional dari mengetahui bisa
gangguan dengan criteria hasil : pemasangan kateter kegunaan dan mengontrol
neurologi yang Urinaria elemination -Monitor intake dan tujuan dari eleminasi
ditandai • Nokturia pada output cairan pemasangan kateter urinenya
dengan tidak klien (jumlah,warna -Agar perawat O: frekuensi
adanya berkurang(skala frekuensi) mengetahui intake berkemih
dorongan 4) dan output cairan mulai
untuk • Frekuensi urine dan karakterikstik berkurang
berkemih normal(skala 5) cairan A: diagnosa
• Karakteristik inkontinensia
urine refleks
normal(skala 5) P:lanjutkan
intervensi
• Pengosongan
kandung kemih
normal(skala 5)
skala 5 A: diagnosa
• Monitor tanda
• Agar gangguan
dan gejala
mengetahui eleminasi urine
pasti dari
tanda dan P: lanjutkan
retensi urine
klien. gejala pasti intervensi
dari retensi
• Catat waktu
urine
terakhir
• Agar
berkemih
mengetahi
interval
berkemih
selanjutnya
Urinary cateterization:
• Jelaskan
• Agar klien
prosedur dan
mengetahui
rasional dari
kegunaan
pemasangan
dan tujuan
kateter
dari
• Monitor intake
pemasangan
dan output
kateter
cairan(jumlah,
• Agar
warna
perawat
frekuensi)
mengetahui
intake dan
output
cairan dan
karakterikst
ik cairan
Pathway
Merangsang hipotalasia
jaringan prostat
Pembesaran bagian
periuretra
BPH
• Inkontinensia Urinarius
Fungsional
Retensi Urine Peningkatan tekanan pada • Inkontinensia Urine Aliran
daerah obstruksi Berlebih
• Inkontinensia Urine Refleks
• Inkontinensia Urine Stress
DisuriaUrine • Inkontinensia Urine Dorongan