Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP DASAR MANUSIA : ELIMINASI

NAMA : Karina Maya Ovie A.

NIM : 21101047

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER
YAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL(JIS)
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Definisi

Eliminasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang esensial dan berperan


penting untuk kelangsungan hidup manusia. Eliminasi dibutuhkan untuk
mempertahankan keseimbangan fisiologis melalui pembuangan sisa – sisa
metabolisme. Sisa metabolism terbagi menjadi dua jenis yaitu berupa feses yang
berasal dari saluran cerna dan urin melalui saluran perkemihan (Kasiati &
Rosmalawati, 2016). Eliminasi alvi/fekal (defekasi) adalah pengeluaran feses dari
anus dan rectum. Defekasi juga disebut bowel movement atau pergerakan usus
(Tarwoto & Wartonah, 2015).

1.2 Etiologi
1. Gangguan Eliminasi Urin
a. Intake cairan
Jumlah dan type makanan merupakan faktor Jumlah dan type makanan
merupakan faktor utama yang utama yang mempengaruhi output urine
mempengaruhi output urine atau defekasi. Seperti protein dan atau
defekasi. Seperti protein dan sodium mempengar sodium
mempengaruhi jumlah urine yang keluar, kopi uhi jumlah urine yang
keluar, kopi meningkatkan pembentukan urine intake cairan dari
meningkatkan pembentukan urine intake cairan dari kebutuhan,
akibatnya output urine ebutuhan, akibatnya output urine lebih banyak.
b. Aktivitas Aktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus
otot. nus otot. Eliminasi urine Eliminasi urine membutuhkan tonus otot
kandung kemih yang baik membutuhkan tonus otot kandung kemih
yang baik untuk tonus sfingter internal dan k tonus sfingter internal
dan eksternal. Hilangnya tonus otot kandung kemih terjadi pada
masyarakat yang menggunakan kateter untuk periode waktu yang
lama. Karena urine secara terus menerus dialirkan keluar kandung
kemih, otot menerus dialirkan keluar kandung kemih, otot-otot i -otot
itu tidak pernah merenggang dan tu tidak pernah merenggang dan
dapat menjadi tidak berfungsi. Aktifitas yang lebih berat akan
mempengaruhi jumlah urine yang diproduksi, hal urine yang
diproduksi, hal ini disebabkan karena le ini disebabkan karena lebih
besar metabolisme tubuh bih besar metabolisme tubuh
c. Obstruksi; batu ginjal, pertumbuhan jaringan abnormal, striktur urethra
d. Infeksi
e. Kehamilan
f. Penyakit; pembesaran kelenjar ptostat
g. Trauma sumsum tulang belakang
h. Operasi pada daerah
i. Operasi pada daerah abdomen bawah, pelviks, kand abdomen bawah,
pelviks, kandung kemih, urethra. ung kemih, urethra.
j. Umur
k. Penggunaan obat-obatan
2. Gangguan Eliminasi Fekal
a. Pola diet tidak adekuat/tidak sempurna:
Makanan adalah faktor utama yang Makanan adalah faktor utama yang
mempengaruhi elimi mempengaruhi eliminasi feses. Cukupnya
selulosa, nasi feses. Cukupnya selulosa, serat pada makanan, penting
untuk memperbesar volume feses. Makanantertentu pada beberapa
orang sulit atau tidak bisa dicerna. Ketidakmampuan ini berdampak
pada gangguan pencernaan, di beberapa bagian jalur dari pengairan
feses. Makan yang teratur mempengaruhi defekasi. Makan yang tidak
teratur dapat mengganggu keteraturan pola defekasi. Individu yang
makan pada waktu yang sama setiap hari mempunyai suatu keteraturan
waktu, respon fisiologi on fisiologi pada pemasukan pada pemasukan
makanan dan keteraturan pola aktivitas peristaltik di colon.
b. Cairan
Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika Ketika
pemasukan cairan yang pemasukan cairan yang adekuat ataupun
pengeluaran (cth: urine, muntah) adekuat ataupun pengeluaran (cth:
urine, muntah) yang berlebihan untuk beberapa ng berlebihan untuk
beberapa alasan, tubuh melanjutkan untuk mereabsorbsi air dari chyme
ketika ia lewat di sepanjang colon. Dampaknya chyme menjadi lebih
sepanjang colon. Dampaknya chyme menjadi lebih kering dari normal,
menghasilkan ng dari normal, menghasilkan feses yang keras.
Ditambah lagi feses yang keras. Ditambah lagi berkurangnya pemasu
berkurangnya pemasukan cairan memperlambat kan cairan
memperlambat perjalanan chyme di sepanjang intestinal, sehingga
meningkatkan meningkatkan reabsorbsi cairan dari reabsorbsi cairan
dari chime
c. Meningkatnya stress psikologi
Dapat dilihat bahwa stres dapat mempengaruhi defekasi. Penyakit-
penyakit tertentu termasuk diare kronik, seperti ulcus pada termasuk
diare kronik, seperti ulcus pada collitis, collitis, bisa jadi mempunyai
komponen bisa jadi mempunyai komponen psikologi. Diketahui juga
bahwa beberapa orang yagn cemas atau marah dapat meningkatkan
aktivitas peristaltik dan frekuensi diare. Ditambah lagi orang yagn
depresi bisa memperlambat motilitas intestinal, yang berdampak pada
konstipasi
d. Kurang aktifitas, kurang berolahraga, berbaring lama.
Pada pasien immobilisasi atau bedrest akan Pada pasien immobilisasi
atau bedrest akan terjadi terjadi penurunan gerak peristaltic dan
penurunan gerak peristaltic dan dapat menyebabkan melambatnya
feses menuju rectum dalam waktu lama dan alam waktu lama dan
terjadi terjadi reabsorpsi cairan feses sehingga feses mengeras
e. Obat-obatan
Beberapa obat memiliki efek samping Beberapa obat memiliki efek
samping yang dapat berp yang dapat berpengeruh terhadap eliminasi
yang engeruh terhadap eliminasi yang normal. Beberapa menyebabkan
diare; yang lain seperti dosis yang besar dari tranquilizer tertentu dan
diikuti dengan pr tranquilizer tertentu dan diikuti dengan prosedur pe
osedur pemberian morphin dan codein, mberian morphin dan codein,
menyebabkan konstipasi. Beberapa obat secara langsung
mempengaruhi eliminasi. Laxative adalah obat yang Laxative adalah
obat yang merangsang aktivitas usus merangsang aktivitas usus dan
memudahkan eliminasi dan memudahkan eliminasi feses. Obat-obatan
ini melunakkan feses, mempermudah defekasi. Obat-obatan tertentu
seperti dicyclomine hydrochloride (Bentyl), menekan aktivitas
aktivitas peristaltik dan kadang- peristaltik dan kadangkadang
digunakan untuk mengobati diare
f. Usia;
Umur tidak hanya mempengaruhi karakteristi hanya mempengaruhi
karakteristik feses, tapi juga pengontrolannya.. Anak-anak tidak
mampu mengontrol eliminasinya sampai sistem neuromuskular
berkembang, biasanya antara umur 2 – 3 tahun. Orang dewasa juga
mengalami perubahan pengalaman yang dapat mempengaruhi proses
pengosongan lambung. Di antaranya adalah atony (berkurangnya tonus
otot yang normal) dari otot-otot polos colon yang dapat berakibat
colon yang dapat berakibat pada melambatnya perista pada
melambatnya peristaltik dan mengerasnya (menge ltik dan
mengerasnya (mengering) feses, dan menurunnya tonus dari otot-otot
feses, dan menurunnya tonus dari otot-otot perut ya perut yagn juga
menurunkan tekanan gn juga menurunkan tekanan selama proses
pengosongan lambung. Beberapa orang dewasa juga mengalami juga
mengalami penurunan kontrol terhadap muskulus spinkter ani yang
dapat berdampak pada proses dapat berdampak pada proses defekasi.
g. Penyakit-penyakit seperti obstruksi usus, paralitik ileus, kecelakaan
pada tik ileus, kecelakaan pada spinal cord spinal cord dan tumor.
Cedera pada sumsum tulang belakan dan Cedera pada sumsum tulang
belakan dan kepala dapat kepala dapat menurunkan stimulus sensori
menurunkan stimulus sensori untuk defekasi. Gangguan mobilitas bisa
membatasi kemampuan k emampuan klien untuk merespon lien untuk
merespon terhadap keinginan defekasi ketika dia terhadap keinginan
defekasi ketika dia tidak dapat tidak dapat menemukan toilet atau
mendapat menemukan toilet atau mendapat bantuan. Akibatnya, klien
bisa mengalami k bantuan. Akibatnya, klien bisa mengalami konstipasi
onstipasi. Atau seorang klien bisa mengalami . Atau seorang klien bisa
mengalami fecal inkontinentia karena sangat berkurangnya fungsi dari
spinkter ani
1.3 Klasifikasi
a. Konstipasi
Konstipasi adalah penurunan frekuensi defekasi, yang diikuti oleh
pengeluaran feses yang lama atau keras dan kering
b. Impaksi
Imfaksi feses merupakan akibat dari konstipasi yang tidak diatasi. Imfaksi
adalah kumpulan feses yang mengeras, mengendap di dalam rektum , yang
tidak dapat dikeluarkan.
c. Diare
Diare adalah peningkatan jumlah feses dan peningkatan pengeluaran feses
yang cair dan tidak berbentuk. Diare adalah gejala gangguan yang
mempengaruhi proses pencernaan , absorpsi , dan sekresi di dalam saluran
GI
d. Inkontinensia
Inkontinensia feses adalah ketidakmampuan mengontrol keluarnya feses
dan gas dari anus
e. Flatulen
Flatulen adalah penyebab umum abdomen menjadi penuh , terasa nyeri ,
dan kram
f. Hemoroid adalah vena – vena yang berdilatasi , membengkak dilapisan
rektum .
1.4 Patofisiologis
1.5 Pathway
(Terlampir)
1.6 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis (Wahyudi & Wahid, 2016):
1).Tidak mampu mengontrol pengeluaran feses
2).Tidak mampu menunda defekasi
3).Feses keluar sedikit-sedikit dan sering
4).Kulit perianal kemerahan

1.7 Pemeriksaan Penunjang


1. Biopsi
Biopsi digunakan untuk mengidentifikasi sel-sel abnormal dan untuk
membantu mendiagnosa berbagai kondisi kesehatan yang berbeda atau
untuk mengetahui jenis penyakit tertentu atau 23 penyebab penyakit.
Dalam kasus di mana suatu kondisi yang telah didiagnosis, biopsi dapat
digunakan untuk mengukur seberapa parah kondisi itu atau apa tahap
kondisi itu.
2. Kolonoskopi
Kolonoskopi adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
terjadinya gangguan atau kelainan pada usus besar (kolon) dan rektum
yang sering menimbulkan gejala berupa sakit perut, darah pada tinja, diare
kronis, gangguan buang air besar atau gambaran abnormal di usus pada
pemeriksaan foto Rontgen dan CT scan.
3. Rontgen dengan kontra
Foto Rontgen adalah prosedur pemeriksaan dengan menggunakan radiasi
gelombang elektromagnetik guna menampilkan gambaran bagian dalam
tubuh. Gambaran dari benda padat seperti tulang atau besi ditampilkan
sebagai area berwarna putih, sedangkan udara yang terdapat pada paru-
paru akan tampak berwarna hitam, dan gambaran dari lemak atau otot
ditampilkan dengan warna abu-abu. Dalam beberapa jenis foto Rontgen,
digunakan tambahan zat pewarna (kontras) yang diminum atau
disuntikkan, misalnya iodine atau barium,untuk menghasilkan
gambaranyang lebih detail.
Pemeriksaan penunjang eliminasi fekal (Wahyudi & Wahid, 2016):
1). Spesimen Feses
Inspeksi warna, bentuk, bau, kandungan feses (ambil sekitar 2,5 cm feses
atau 20-30 ml feses jika feses cair).
2). Fecal Occult Blood Test/Guaiac Test
Untuk mendeteksi adanya darah dalam feses (skrining kanker kolorektal)
dengan reagen khusus untuk mendeteksi adanya peroxidase)

1.8 Diagnosa Banding


1. Inkontinensia Fekal
2. Konstipasi
3. Diare

1.9 Penatalaksanaan
Tujuan : memulihkan dan mempertahankan pola eliminasi yang baik dan
mencegah komplikasi yang dapat terjadi akibat gangguan eliminasi tersebut
Modifikasi Gaya Hidup ;
1. Diet
2. Asupan cairan
3. Aktivitas/Latihan
4. Tindakan Pencegahan

1.10 Komplikasi
Komplikasi eliminasi fekal (Saryono & Widianti, 2010):1)
a. Konstipasi
Yaitu menurunnya frekuensi BAB disertai dengan pengeluaran feses
yang sulit, keras dan mengejan. Kondisi ini terjadi karena feses
berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak air diserap.
Penyebabnya kebiasaan BAB tidak teratur, diet tidak adekuat,
meningkatnya stress psikologi, kurang aktivitas, bat-obatan (kodein,
morfin, anti kolinergik, zat besi), penggunaan obat pencahar/laksatif,
usia, peristaltic menurun dan otot-otot elastisitas perut menurun
sehingga menimbulkan konstipasi.
b. Impaksi
Merupakan akibat konstipasi yang tidak teratur, sehingga tumpukan
feses yang keras di rectum tidak bias dikeluarkan, impaction berat,
tumpukan feses sampai pada kolon sigmoid. Penyebabnya pasien
dalam keadaan lemah, bingung, tidak sadar, konstipasi berulang kali
dan pemeriksaan yang dapat menimbulkan konstipasi.3).
c. Diare
Seiring dengan cairan dan feses yang tidak berbentuk.
d. Inkontinensia fekal
Keadaan tidak mampu menontrol BAB dan udara dari anus, BAB
encer dan jumlahnya banyak. Umumnya disertai dengan gangguan
fungsi sprinkter anal, penyakit neuromuskuler, truma spinal cord
dan tumor springster anal eksternal.
e. Flatulens
Menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding usus meregang
dan distended, merasa penuh, nyeri dank ram. Biasanya gas keluar
melaluimulut (sendawa) atau anus (flatus). Hal-hal yang
menyebabkan peningkatan gas di usus adalah pemecahan makanan
oleh bakteri yang menghasilkan gas metan, pembusukan di usus yang
menghasilkan CO2.
f. Hemoroid
Yaitu dilatasi vena pada dinding rectum (bias internal atau eksternal).
Hal ini terjadi pada defekasi yang keras, kehamilan, gagal jantung dan
penyakit hati menahun. Perdarahan dapat terjadi dengan mudah jika
dinding pembuluh darah teregang. Jika terjadiinflamasi dan
pengerasan, maka pasien merasa panas dan gatal. Kadang-kadang
BAB dilupakan oleh pasien, karena saat BAB menimbulkan
nyeri. Akibatnya pasien mengalami konstipasi
1.11 Proses Keperawatan
1. Pengkajian Fokus
a. Identifikasi Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, agama/kepercayaan, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, alamat, diagnosa
medis
b. Keluhan Utama
Saat masuk rumah sakit Pasien mengatakan sakit di bagian perutnya ,
dan menyatakan sudah 5 hari belum BAB. 2.Riwayat penyakit
sekarang Pasien menyatakan sudah 5 hari belum BAB dan tidak nafsu
makan.
c. Aktivitas sehari-hari
1. Pola nutrisi dan cairan
Pasien mengatakan beberapa hari ini tidak nafsu makan , apalagi
jika makanan yang berserat perut terasa aneh dan perut menjadi
mual dan berat badan turun 5 kg.
2. Pola eliminasi
Pasien mengatakan 5 hari tidak BAB . Pada saat BAB terakhir
feses berbentuk keras dan nyeri .
3. Pola aktifitas dan latihan
Pasien mengatakan malas untuk berolahraga.

d. Pemeriksaan Fisik
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan hasil peristaltik usus : 3
kali/menit, distensi abdomen , membrane mukosa pucat.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Diare (D. 0020)
Definisi Pengeluaran feses yang sering, lunak dan tidak berbentuk
Penyebab Fisiologis :
- Inflamasi gastrointestinal
- Iritasi gastrointestinal
- Proses infeksi
- Malabsorpsi
Psikologis :
- Kecemasan
- Tingkat stress tinggi
Situasional :
- Terpapar kontaminan
- Terpapar toksin
- Penyalahgunaan laksatif
- Penyalahgunaan zat
- Program pengobatan (agen tiroid, analgesic, pelunak feses, ferosulfat,
antasida, cimetidine dan antibiotik)
- Perubahan air dan makanan
- Bakteri pada air

Tanda dan Gejala

Mayor Minor
Subjektif : Subjektif :
Objektif : - Urgency
- Defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 - Nyeri/kram abdomen
jam - Feses lembek atau cair Objektif :
- Frekuensi peristaltic meningkat
- Bising usus hiperaktif

B. Konstipasi (D.0049)
Definisi Penurunan defekasi normal yang disertai pengeluaran feses sulit dan
tidak tuntas serta feses kering dan banyak
Penyebab :
Fisiologis :
- Penurunan motilitas gastrointestinal
- Ketidakadekuatan pertumbuhan gigi
- Ketidakcukupan diet
- Ketidakcukupan asupan serat
- Ketidakcukupan asupan cairan
- Aganglionik (mis. penyakit Hircsprung)
- Kelemahan otot abdomen

Psikologis :
- Konfusi
- Depresi
- Gangguan emosional

Situasional :
- Perubahan kebiasaan makan
- Ketidakadekuatan toileting
- Aktivitas fisik harian kurang dari yang dianjurkan
- Penyalahgunaan laksatif
- Efek agen farmakologis, dll
Tanda dan Gejala
Mayor Minor
Subjektif : Subjektif :
- Defekasi kurang dari 2 kali seminggu - Mengejan saat defekasi
- Pengeluaran feses lama dan sulit Objektif :
Objektif : - Distensi abdomen
- Feses keras - Kelemahan umum
- Peristaltic usus menurun - Teraba massa pada rektal

3. Kriteria hasil dan intervensi


a. Diare (D. 0020)
Tujuan yang diharapkan :
- Pola eliminasi pasien tidak terganggu
- Diare teratasi
- Tidak ada nyeri saat BAB
Rencana tindakan :
Manajemen diare (1. 03101)
Observasi
- Identifikasi penyebab diare (mis. inflamasi gastrointestinal, iritasi
gastrointestinal, proses infeksi, malabsropsi, ansietas, stress, efek obat –
obatan, pemberian botol susu )
- Monitor warna, volume, frekuensi dan konsistensi tinja
Terapeutik
- Berikan asupan cairan oral (mis. larutan garam gula, oralit, pedialyte,
renalyte) - Berikan cairan intravena (mis. ringer asetat, ringer laktat), jika
perlu
Edukasi
- Anjurkan mengkonsumsi makanan tertentu sesuai program atau hasil
konsultasi
- Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat pengeras feses (mis. atapulgit,smektit, kaolin-
pektin)
b. Konstipasi (D. 0049)
Tujuan yang diharapkan :
- Pola eliminasi pasien normal
- Kemudahan dalam BAB
- Konstipasi pasien teratasi
Rencana tindakan :
Manajemen Konstipasi (1. 04155)
Observasi
- Periksa tanda dan gejala konstipasi
Terapeutik
- Berikan asupan cairan oral (mis. larutan garam gula, oralit, pedialyte,
renalyte) - Berikan cairan intravena (mis. ringer asetat, ringer laktat), jika
perlu
Edukasi
- Anjurkan mengkonsumsi makanan tertentu sesuai program atau hasil
konsultasi
- Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap Kolaborasi -
Kolaborasi obat pencahar, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, F. R. (2014). Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta: Dua
Satria Offset.

Alimul. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar vManusia : Aplikasi Konsep dan


Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan, Definisi & klasifikasi 2015-2017 edisi


10. Jakarta: EGC.

Gloria M. belecheck, dkk. Nursing Interventions Clasifications edisi keenam

Sue Moorhead, dkk Nursing Outconme Clasifications edisi kelima

Hidayat, A. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan


Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Potter&Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,


dan Praktik. Edisi 4 Volume 2. Jakarta : EGC.

Tarwoto&Watonah. (2010). KebutuhanDasar Manusia dan Preoses


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatam Indonesia : Definisi dan Tindakan


Keperawatan. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai