LITERATURE REVIEW
SKRIPSI
Oleh :
Ika Nur Rahmawati
NIM. 17010096
Nezamoleslami dan terendah jurnal penelitian oleh Ataya Hafizah. Studi dari
jurnal internasional terdapat 1 artikel dan studi dari jurnal naasional terdapat 5
yang diukur dengan DAS28, kadar ESR dan kadar CRP dalam tubuh
dengan kekambuhan rheumatoid arthritis pada lansia, hal ini dapat dilihat dari
hasil ada hubungan pola makan dengan kekambuhan rematik sehingga dapat
disimpulkan pnegaturan pola makan mampu mengurangi tingkat kekambuhan
RA pada lansia, penelitian ini merupakan artikel nasional tahun 2017 yang
sectional ( Rai M, 2019). Penelitian serupa juga dilakukan oleh Susarti (2019)
RA pada lansia, penelitian ini merupakan artikel nasional pada tahun 2019
dengan RA dengan diet kadar purin menunjukkan ada hubungan antara diet
kadar purin dengan kejadian RA pada lansia, penelitian ini merupakan artikel
2. Fera Bawarodi, Desain : cross- Ditemukan dari 32 Artikel ini berisi tiga
2017 Faktor- sectional responden, sebanyak 29 variabel independen
faktor yang responden (90,63%) (tingkat pengetahuan,
berhubungan Sampel : 32 orang mengalami kekambuhan pekerjaan/ aktivitas
dengan dengan total RA sering dan 3 responden dan pola makan),
kekambuhan sampling (9,37%) mengalami sehingga variabel pola
penyakit rematik kekambuhan RA tidak makan memiliki
Instrumen :
di Wilayah sering. Sedangkan terdapat penjelasan yang
kuisioner
Pukesmas Beo 23 responden (71,9%) minim. Selain itu ada
Kabupaten memiliki pola makan yang kesalahan dalam
Talaud Analisis : chi- baik dan 9 respoden penulisan p-value pada
square test (28,1%) memiliki pola hubungan variabel
makan tidak baik. Hal ini pola makan dan
Variabel : menunjukkan bahwa kekambuhan RA,
Pengetahuan, terdapat hubungan pola didalam tabel analisis
pekerjaan/aktifitas makan dengan kekambuhan bivariat dituliskan p-
dan pola makan RA pada lansia dengan p- value 0,004 sedangkan
dengan value 0,017. di abstrak dan uraian
kekambuhan dituliskan p-value
rematik 0,017.
4. Ni Made Rai M, Desain : cross- Ditemukan dari 76 Pada artikel ini peneliti
2019 Hubungan sectional responden responden yang tidak melakukan
pola makan menderita RA terdapat 38 analisis multivariat
dengan kejadian Sampel : 76 orang orang (50%) dan yang tidak yang
penyakit dengan 38 sampel menderita terdapat 38 orang mempertimbangkan
reumatik di intervensi dan 38 (50%). Sedangkan faktor perancu dalam
Wilayah Kerja sampel control responden yang pola variabel penelitian.
Pukesmas makannya baik 40 orang Hal ini dikhawatirkan
Tinggede Instrumen : (52,6%) dan responden dapat mengakibatkan
Kecamatan kuisioner yang memliki pola makan kemungkinan
Marawola kurang baik ada 36 orang kesalahan dalam
Kabupaten Sigi Analisis : chi- (47,4%). Hal ini mengukur pola makan
square test menunjukkan bahwa dengan kejadian RA.
terdapat hubungan pola
Variabel : pola makan dengan kejadian
makan dengan penyakit rematik dengan p-
rematik value 0,039.
didalamnya, hal ini dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh
melibatkan sampel 297 responden yang terdiri dari 81% perempuan dan
obat 58% serta dengan sejarah penyakit sebesar 59%. Penelitian serupa
sampe 284 responden yang tediri dari 40,3% laki-laki dan 59,7%
dengan rentan umur 56-65 tahun 34,2% dan >60 tahun 13,2% dengan
60-74 tahun 47%, 75-90 tahun 51,5% dan >90 tahun 1,5% dengan jenis
terdiri dari 25% laki-laki dan 75% perempuan dengan status ekonomi
berikut:
(Bawarodi, 2017)
(Susarti, 2019)
(Rai M, 2019)
(Rehena, 2019)
5. 1. Diet normal 29,8%
(Hafizhah, 2020)
pengaturan pola makan pada lansia berdasarkan dari enam artikel yang
telah dianalsis yaitu hasil dari penelitian Fera Bawarodi 2017 didapatkan
yang baik dan 9 respoden (28,1%) memiliki pola makan tidak baik..
Asumsi dari penelitian ini responden yang memiliki pola makan yang baik
2019). Pada artikel 3 penelitian yang dilakukan oleh Ni Made Rai M 2019,
orang (47,4%). Asumsi dari penelitian ini pola makan yang tidak baik
dengan asupan makanan baik ada 50 orang (75,8%) dengan asumsi dari
penelitian ini bahwa asupan makanan yang baik ialah asupan makanan
(29,8%) dan yang diet purin tinggi terdapat 66 orang (70,2%). dari jumlah
pola makan sehat dan pola makan barat yang di teliti pada 297 orang di
Isfahan, Iran terdapat 91,2% tidak memiliki pola makan sehat dan hanya
8,8% yang memiliki pola makan sehat. Sedangkan terdapat 94,8% tidak
memiliki pola makan barat dan hanya 5,2% memiliki pola makan barat.
pola makan dengan baik dan 49,7% responden yang tidak mengatur pola
makan.
(Bawarodi, 2017)
2. 1. Menderita RA 61,1%
(Susarti, 2019)
3. 1. Menderita RA 50%
(Rai M, 2019)
4. 1. Menderita RA 60,7%
(Rehena, 2019)
5. 1. Menderita RA 50%
(Hafizhah, 2020)
6. 1. Menderita RA 33,7%
2. Tidak menderita RA 66,3%
pola makan sehat dan pola makan barat yang di teliti pada 297 orang di
Isfahan, Iran terdapat 100 orang terdiagnosis RA (33,7%) dan 197 orang
Rheumatoid Arthritis
1. 1. Pola makan
baik 71,9%
2. Pola makan
tidak baik
28,1%
2. 3. Makanan
baik 41,7%
4. Makanan
kurang baik
58,3%
(Susarti,
2019)
3. 3. Pola
makannya
baik 52,6%
4. Pola makan
kurang baik
47,4%
(Rai M,
2019)
5. 3. Diet normal
29,8%
4. Diet purin
tinggi 70,2%
(Hafizhah,
2020)
4. 3. Asupan
makanan
baik 75,8%
4. Asupan
makanan
kurang baik
24,2%
(Rehena, 2019)
6. 5. Memiliki
pola makan
sehat 8,8%
6. Tidak
memiliki
pola makan
sehat 91,2%
7. Memiliki
pola makan
barat 5,2%
8. Tidak
memiliki
pola makan
barat 94,8%
(Nezamoleslami
et al, 2020)
dengan porposi pada pola makan yang tidak baik (28,1 %) dengan p-value
secara berulang juga pada lansia yang menderita (22,7%) dengan porposi
(Rehena, et al 2019).
Sedangkan pola makan sehat pada Model III memiliki skor median
penurunan radang sendi dengan pola makan sehat dan skor median
penderita sebesar 47,4% dengan porposi pola makan kurang baik 63,9%
kelompok kasus (50%) dengan porposi diet tinggi purin (83%) dengan p-
PEMBAHASAN
Pengaturan pola makan yang baik berpengaruh positif bagi diri seseorang
degeratif pada lansia salah satunya adalah Rheumatoid Arthritis (RA). Pada
mengatur pola makan dengan baik dan 49,7% responden yang tidak mengatur
pola makan.
bahwa asupan gizi sangat diperlukan bagi usia lanjut yang sehat untuk
lanjut yang sakit, asupan makanan diperlukan untuk proses penyembuhan dan
mencegah agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut dari penyakit yang
Jika mengatur pola makan dengan benar dan tepat maka kesehatan akan
terjaga, sebaliknya apabila pola makan tidak baik atau kurang baik, besar
riwayat penyakit yang mengharuskan untuk diet, efek dari penggunaan obat
yang dapat menambah atau mengurangi nafsu makan, jenis perkerjaan, status
ekonomi, dan jenis kelamin. Karena faktor inilah lansia mengatur pola makan
atau tidak mengatur pola makannya. Lansia juga cenderung bosan terhadap
pengaturan pola makan yang telah ditentukan. Sehingga sering kali tetap
asam urat dalam darah (hiperurisemia), makanan dengan protein yang tinggi
mengandung zat purin yang tinggi juga. Peningkatan kadar asam urat (>7
mg/dL) dalam darah akan memicu adanya pengkristalan pada sendi dan
seperti gout arthritis. Adapun mengatur pola makan yang baik bagi lansia
secara berlebih seperti daging merah, organ dalam hewan, makanan cepat
mobilitas fisik juga terganggu. Dari enam jurnal yang dianalisis juga terdapat
mengalami kekambuhan.
Kekambuhan rheumatoid Arthritis (RA) memiliki pengaruh buruk pada
dapat mengurangi aktivitas dan kualitas hidup. Untuk itu mengatur pola
sehat salah satunya ialah mengatur pola makan. Karena lansia cenderung
tidak melaksanakan pola makan yang baik yang telah ditentukan dengan
alasan bosan. Selain itu juga lansia sering mengkonsumsi makanan yang
mengatur pola makan dengan baik dan tepat. Namun tetap masih ada
makan dengan baik. Hal ini karena terdapat faktor lain yang mempengaruhi
dengan baik.
5.3 Pengaturan Pola Makan dengan Kekambuhan Rheumatoid Arthritis
pada Lansia
baik dan terdapat 9 responden yang memiliki pola makan tidak baik. Dari 9
responden yang pola makannya tidak baik (28,1%) terdapat 6 responden yang
hasil penelitiannya, mengatur pola makan sehat memiliki skor median 2,85;
1,12-7,45 dan pola makan barat memiliki skor median 2,22; 1,04-4,72.
yang tidak menderita RA yaitu dari 40 responden yang pola makannya baik,
purin normal sebanyak 8 orang (17%) dan yang diet tinggi purin ada 39 orang
menderita (39%). Selain itu responden yang memiliki pola makan baik ada 30
orang (41,7%) dan 42 orang memiliki pola makan kurang baik (58,3%).
manusia dan mengalami kemunduran fungsi fisik dan mental. Lansia rentan
generatif yang menyerang persendian dan bersifat kronis yang dapat kambuh.
yang baik dengan mengurangi asupan purin yang tinggi sehingga memicu
mengandung tinggi purin dapat meningkatkan kadar asam urat. Kadar asam
urat dalam darah yang normal adalah 5-7 mg/dL (Rehena, 2019). Selain itu,
banyak nutrisi di dalam tubuh, hal inilah yang menjadi pemicu RA pada
makan secara baik dan tepat akan menurunkan peradangan sendi pada lansia
dan mencegah kekambuhan RA. Pengaturan pola makan yang baik bagi
lansia adalah tidak mengonsumsi makanan yang tinggi protein secara berlebih
bijian yang diolah, mengonsumsi kafein secara berlebih dan produk susu yang
tinggi lemak. Jika tidak mengatur pola makan dan tetap mengonsumsi
RA pada lansia. Protein yang tinggi memiliki kandungan purin yang tinggi
pula sehingga dapat menyebabkan kadar asam urat dalam darah meningkat
(>7 mg/dL). Peningkatan kadar asam urat dalam darah akan menyebabkan
penumpukan kristal pada sendi . Kristal yang keras dan bergesekan dengan
dan daging yang diolah. Selain itu, ada pula sayuran yang dapat
meningkatkan kadar asam urat dalam tubuh seperti kangkung, bayam, daun
sayur yang tidak menyebabkan kadar asam urat dalam darah naik, menjaga
berat badan ideal, dan istirahat tidur yang cukup. Selain itu, tujuan dari
pengaturan pola makan untuk memulihkan kesehatan dan kualitas hidup