Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES ELIMINASI URINE

Dosen Pengampu:
Siti Khoirul Dwi Astuti, M. Tr. Keb

Disusun Oleh:

Fauziah Abdullah
NIM: 751540123124

JURUSAN KEBIDANAN
FAKULTAS KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
GORONTALO
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Eliminasi urin merupakan proses metabolik tubuh. Zat yang tidak

dibutuhkan, dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal, dan pencernaan. Paru-

paru secara primer mengeluarkan karbondioksida, sebuah bentuk gas yang

dibentuk selama metabolism pada jaringan. Hamper semua karbondioksida di

bawah keparu-paru oleh sistem vena dan dieksresikan melalui pernapasan. Kulit

mengeluarkan air dan natrium atau keringat. Ginjal merupakan bagian tubuh

primer yang utama untuk mengekspresikan kelebihan cairan tubuh, elektrolit, ion-

ion hidrogen, dan asam.1

Proses ini terjadi dari dua langkah utama, yaitu kandung kemih secara

progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat di atas nilai ambang,

yang kemudian mencetuskan langkah kedua yaitu timbul refleks saraf yang

disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung

kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akan

keinginan untuk berkemih. Meskipun refleks miksi adalah refleks autonomik

medula spinalis, refleks ini bisa juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat

korteks serebri atau batang otak.2

Eliminasi urin secara normal bergantung pada satu pemasukan cairan dan

sirkulasi volume darah, jika salah satunya menurun, pengeluaran urin akan

menurun. Pengeluaran urin juga berubah pada seseorang dengan penyakit ginjal,

yang mempengaruhi kuantitas, urin dan kandungan produk sampah di dalam urin.

1
T Aris, Fisiologi Tubuh Manusia, (Jakarta: Trans Info Media, 2009), h. 4.
2
Ibid.

1
2

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana anatomi fisiologi terkait kebutuhan eliminasi?

2. Bagaimana mekanisme eliminasi?

3. Apa saja gangguan-gangguan kebutuhan eliminasi?

4. Apa saja tanda dan gejala gangguan kebutuhan manusia?

5. Bagaimana pengkajian terhadap gangguan kebutuhan eliminasi?


BAB II
PEMBAHASAN
A. Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan

1. Pengertian Sistem Perkemihan

Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana

terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak

dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh

tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan

berupa urin (air kemih).3

2. Susunan Sistem Perkemihan

a. Ginjal

Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di

belakang peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung

pada dinding abdomen. Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis),

jumlahnaya ada 2 buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal

kanan. Pada orang dewasa berat ginjal ± 200 gram. Dan pada umumnya ginjal laki

– laki lebih panjang dari pada ginjal wanita.4

b. Bagian-Bagian Ginjal

1) Kulit Ginjal (konteks)

Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan

darah yang disebut nefron. Pada tempat penyaringan darah ini banyak

mengandung kapiler – kapiler darah yang tersusun bergumpal – gumpal disebut

glomerolus. Tiap glomerolus dikelilingi oleh simpai bownman, dan gabungan

antara glomerolus
3
J Gibson., Fisiologi dan Anatomi Tubuh Modern untuk Perawat, (Jakarta: EGC, 2003),
h. 33.
4
Ibid., h. 34

3
4

dengan simpai bownman disebut badan malphigi. Penyaringan darah terjadi pada

badan malphigi, yaitu diantara glomerolus dan simpai bownman. Zat-zat yang

terlarut dalam darah akan masuk kedalam simpai bownman. Dari sini maka zat-

zat tersebut akan menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari simpai

bownman yang terdapat di dalam sumsum ginjal.5

2) Sum-sum Ginjal (Medula)

Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut

piramid renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks

atau papila renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan

korteks di dalamnya disebut lobus ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak

bergaris-garis karena terdiri atas berkas saluran paralel (tubuli dan duktus

koligentes). Di antara piramid terdapat jaringan korteks yang disebut dengan

kolumna renal. Pada bagian ini berkumpul ribuan pembuluh halus yang

merupakan lanjutan dari simpai bownman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut

urine yang merupakan hasil penyaringan darah dalam badan malphigi, setelah

mengalami berbagai proses.6

3) Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)

Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk

corong lebar. Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang

dua atau tiga disebut kaliks mayor, yang masing-masing bercabang membentuk

beberapa kaliks minor yang langsung menutupi papila renis dari piramid. Kliks

minor ini menampung urine yang terus kleuar dari papila. Dari Kaliks minor,

5
Ibid.
6
Ibid.
5

urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke ureter, hingga di tampung dalam

kandung kemih (vesikula urinaria).7

c. Fungsi Ginjal

1) Mengekskresikan zat-zat sisa metabolisme yang mengandung

nitrogennitrogen, misalnya amonia.

2) Mengekskresikan zat-zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula dan

vitamin) dan berbahaya (misalnya obat – obatan, bakteri dan zat warna).

3) Mengatur keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi.

4) Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan

asam atau basa.

d. Peredaran Darah dan Persyaratan Ginjal

1) Peredaran Darah

Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai

percabangan arteria renalis, yang berpasangan kiri dan kanan dan bercabang

menjadi arteria interlobaris kemudian menjadi arteri akuata, arteria interlobularis

yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi kapiler membentuk gumpalan yang

disebut dengan glomerolus dan dikelilingi leh alat yang disebut dengan simpai

bowman, didalamnya terjadi penyadangan pertama dan kapilerdarah yang

meninggalkan simpai bowman kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena

kava inferior.8

2) Persyaratan Ginjal

Ginjal mendapat persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor) saraf ini

berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf

7
Ibid., h. 51
8
Ibid.
6

inibarjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal. Anak ginjal

(kelenjar suprarenal) terdapat di atas ginjal yang merupakan senuah kelenjar buntu

yang menghasilkan 2 (dua) macam hormon yaitu hormon adrenalin dan hormn

kortison.9

3. Ureter

Terdiri dari dua saluran pipa, masing-masing bersambung dari ginjal ke

kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25-30 cm dengan penampang ± 0,5

cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam

rongga pelvis. Adapun lapisan dinding ureter terdiri dari:

a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa).

b. Lapisan tengah otot polos.

c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa.10

Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik tiap 5

menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih

(vesika urinaria). Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang

dieskresikan oleh ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum

uretralis masuk ke dalam kandung kemih. Ureter berjalan hampir vertikal ke

bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi oleh pedtodinium.

Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter terjadi pada tempat ureter

meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh sekitarnya

mempunyai saraf sensorik.11

9
Ibid.
10
S Mashudi. Buku Ajar Anatomi Fisiologi Dasar, (Jakarta: Salemba Medika, 2011).
11
Ibid.
7

4. Veskula Urinaria (Kandung Kemih)

Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet,

terletak di belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul. Bentuk kandung

kemih seperti kerucut yang di kelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan

ligamentum vesika umbikalis medius. Bagian vesika urinaria terdiri dari:

a. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian

ini terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan

ikat duktus deferent, vesika seminalis dan prostate.

b. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.

c. verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum

vesika umbilikalis.12

Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium

(lapisan sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa

(lapisan bagian dalam). Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang

stres reseptor yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc

sudah cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi

reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi

spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terjadi

pengosongan kandung kemih. Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung

kemih dan relaksasi spinter interus dihantarkan melalui serabut-serabut para

simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah

atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf-saraf

yang menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh. Bila

terjadi kerusakan pada saraf – saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin

12
E. C Pearce, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, (Jakarta: Kompas Gramedia,
2002), h. 7.
8

(kencing keluar terus – menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing

tertahan).13

Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar

dan kranial dari sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk

relaksasi lapisan otot dan kontraksi spinter interna. Peritonium melapis kandung

kemih sampai kira – kira perbatasan ureter masuk kandung kemih. Peritoneum

dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung kemih

terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis

bagian distal, vena membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh

limfe berjalan menuju duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis.14

5. Uretra

Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih

yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Pada laki- laki uretra bewrjalan

berkelok-kelok melalui tengah-tengah prostat kemudian menembus lapisan

fibrosa yang menembus tulang pubis kebagia penis panjangnya ± 20 cm. uretra

pada laki-laki terdiri dari:

a. Uretra Prostaria.

b. Uretra membranosa.

c. Uretra kavernosa.

Lapisan uretra laki-laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam),

dan lapisan submucosa. Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis

pubisberjalan miring sedikit kearah atas, panjangnya ± 3-4 cm. Lapisan uretra

pada wanita terdiri dari Tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa

merupakan pleksus dari vena-vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam),
13
Ibid.
14
Ibid., h. 8
9

Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan

vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi.15

B. Mekanisme Eliminasi

1. Proses Filtrasi

Terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian cairan darah

kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen yang

terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke

tubulus ginjal. Cairan yang disaring disebut filtrate glomerulus.16

2. Proses Reabsor

Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa,

sodium, klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara

pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus proximal. Sedangkan pada tubulus distal

terjadi kembali penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila diperlukan tubuh.

Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan pada

papilla renalis.17

3. Proses Sekresi

Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke

papilla renalis selanjutnya diteruskan ke luar.18

15
Ibid., h. 56.
16
P Perry, Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik, (Jakarta: EGC, 2006),
h. 49.
17
Ibid.
18
Ibid., h. 50.
10

C. Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine

1. Diet dan Asupan (Intake)

Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang memengaruhi

output urine (jumlah urine). Protein dapat menentukan jumlah urine yang

dibentuk. Selain itu, juga dapat meningkatkan pembentukan urine.19

2. Respon Keinginan Awal untuk Berkemah

Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat

menyebabkan urine banyak tertahan di dalam urinaria sehingga memengaruhi

ukuran vesika urinaria dan jumlah urine.20

3. Gaya Hidup

Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan

eliminasi dalam kaitannya terhadap tersedianva fasilitas toilet.

4. Stres Psikologis

Meningkatnya stres dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi

keinginan berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan

berkemih dan jumlah urine yang diproduksi.21

5. Tingkat Aktivitas

Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk

fungsi sfingter. Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan

pengontrolan berkemih menurun dan kemampuan tonus otot didapatkan dengan

beraktivitas.22

19
J Tambayong, Anatomi dan Fisiologi untuk Keperawatan, (Jakarta: EGC, 2001), h. 22.
20
Ibid.
21
Ibid.
22
Ibid., 23.
11

6. Tingkat Perkembangan

Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi pola

berkemih. Hal tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki

mengalami kesulitan untuk mengontrol buang air kecil. Namun dengan usia

kemampuan dalam mengontrol buang air kecil.23

7. Kondisi Penyakit

Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes

melitus.24

8. Sosiokultural

Budaya dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti

adanya kultur pada masyarakat tertentu yang melarang untuk buang air kecil di

tempat tertentu.25

9. Kebiasaan Seseorang

Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di mengalamikesulitan

untuk berkemih dengan melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan sakit.26

10. Tonus Otot

Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses

berkemih adalah otot kandung kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat

berperan dalam kontraksi pengontirolan pengeluaran urine.27

23
Ibid.
24
Ibid.
25
Ibid., h. 24.
26
Ibid. h. 25.
27
Ibid.
12

11. Pengobatan

Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya

peningkatan atau penurunan proses perkemihan. Misalnya pemberian diuretik

dapat meningkatkan jumlah urine, sedangkan pemberian obat antikolinergik dan

antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine.

12. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik ini juga dap'at memengaruhi kebutuhan eliminasi

urine, khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan

pemeriksaan saluran kemih seperti IVY (intra uenus pyelogram), yang dapat

membatasi jumlah asupan sehingga mengurangi produksi urine. Selain itu

tindakan sistoskopi dapat menimbulkan edema lokal pada uretra yang dapat

mengganggu pengeluaran urine.28

D. Tanda dan Gejala Gangguan Kebutuhan Eliminasi

1. Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)

Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau pembesaran prostat jinak adalah

suatu kondisi yang menyebabkan kelenjar prostat mengalami pembengkakan,

namun tidak bersifat kanker. Kelenjar prostat memiliki fungsi untuk memproduksi

air mani dan terletak pada rongga pinggul antara kandung kemih dan penis.

Karena kelenjar prostat hanya dimiliki oleh pria, maka tentu saja seluruh penderita

BPH adalah pria. Umumnya pria yang terkena kondisi ini berusia di atas 50 tahun.

Adapun gejala-gejala yang biasanya dirasakan oleh penderita pembesaran prostat

jinak (BPH), yaitu:

a. Selalu ingin berkemih, terutama pada malam hari.

b. Inkontinensia urine atau beser.

28
Ibid.
13

c. Sulit mengeluarkan urine.

d. Mengejan pada waktu berkemih.

e. Aliran urine tersendat-sendat.

f. Mengeluarkan urine yang disertai darah.

g. Merasa tidak tuntas setelah berkemih.29

Munculnya gejala-gejala tersebut disebabkan oleh tekanan pada kandung

kemih dan uretra ketika kelenjar prostat mengalami pembesaran. Disarankan

untuk menemui dokter jika Anda merasakan gejala BPH, meski ringan. Diagnosis

sangat diperlukan karena ada beberapa kondisi lain yang gejalanya sama dengan

BPH, di antaranya:

a. Prostatitis atau radang prostat.

b. Infeksi saluran kemih.

c. Penyempitan uretra.

d. Penyakit batu ginjal dan batu kandung kemih.

e. Bekas luka operasi pada leher kandung kemih.

f. Kanker kandung kemih

g. Kanker prostat.

h. Gangguan pada saraf yang mengatur aktivitas kandung kemih.30

Adapun penyebab BPH, yaitu Sebenarnya penyebab persis pembesaran

prostat jinak (BPH) masih belum diketahui, namun diperkirakan kondisi ini terjadi

karena adanya perubahan pada kadar hormon seksual akibat proses penuaan. Pada

sistem kemih pria terdapat sebuah saluran yang berfungsi membuang urine keluar

dari tubuh melalui penis, atau lebih dikenal sebagai uretra. Dan jalur lintas uretra

ini secara kebetulan melewati kelenjar prostat. Jika terjadi pembesaran pada

29
R Watson, Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat, (Jakarta: EGC, 2002), h. 75.
30
Ibid.
14

kelenjar prostat, maka secara bertahap akan mempersempit uretra dan pada

akhirnya aliran urine mengalami penyumbatan. Penyumbatan ini akan membuat

otot-otot pada kandung kemih membesar dan lebih kuat untuk mendorong urine

keluar. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko seseorang terkena BPH,

yaitu:

a. Kurang berolahraga dan obesitas

b. Faktor penuaan.

c. Menderita penyakit jantung atau diabetes.

d. Efek samping obat-obatan penghambat beta.

e. Keturunan.31

2. Sistitis

Sistitis dalah inflamasi kandung kemih. Inflamasi ini dapat disebabkan

oleh infeksi bakteri (biasanya Eacherichia Colf) yang menyebar dari uretra atau

karena respon alergi atau akibat iritasi mekais pada kandung kemih. Gejalanya

adalah sering berkemih dan nyeri yang disertai darah dalam urine (hematuria).32

3. Glomerulonefritis

Glomerulonefritis adalah inflamasi nefron, terutama pada glomerulus.

Glomerulonefritis terbagi menjadi dua yaitu:

a. Glomerulonefritis akut seringkali terjadi akibat respon imun terhadap toksin

bakteri tertentu.

b. Glomerulonefritis kronik tidak hanya merusak glomerulus tetapi juga tubulus.

Infalamasi ini mungkin diakibatkan infeksi streptokokus, tetapi juga

31
Ibid.,h. 77.
32
Ibid., h. 84.
15

merupakan akibat sekunder dari penyakit sistemik lain atau karena

glomerulonefritis akut.33

4. Pielonefritis

Pielonefritis adalah inflamasi ginjal dan pelvis ginjal akibat infeksi bakteri.

Infalamasi dapat berawal ditraktus urinaria bawah (kanduung kemih) dan

menyebar ke ureter, atau karena infeksi yang di bawa darah dan limfe ke ginjal.

Obstruksi traktus urinari terjadi akibat pembesaran kelenjar prosfat atau batu

ginjal.34

5. Batu Ginjal

Batu ginjal atau kalkuli Urinari terbentuk dari pengendapan garam

kalsium, magnesium, asam urat, atau sistein. Batu-batu kecil dapat mengalir

bersam dengan urine, batu yang lebih besar akan tersangkut dalam ureter dan

menyebabkan raa nyeri yang tajam(kolik ginjal) yang menyebar dari ginjal ke

selangkangan.35

6. Gagal Ginjal

Gagal ginjal adalah hilangnya fungsi ginjal. Hal ini mengakibatkan

terjadinya retensi garam, air, zat buangan nitrogen (urea dan kreatinin) dan

penurunan drastis volume urine (oliguria). Gagal ginjal terbagi menjadi dua

macam yaitu:

a. Gagal ginjal akut terjadi secara tiba-tiba dan biasanya berhasil diobati.

Penyakit ini ditandai dengan oliguria mendadak yang diikuti dengan

penghentian produksi urine (anuria) secara total. Hal ini disebabkan oleh

33
Ibid.
34
Ibid., h. 87.
35
Ibid.
16

penurunan aliran darah ke ginjal akibat trauma atau cedera, glomerulonefritis

akut, hemoragi, tranfusi darah yang tidak cocok, atau dehidrasi berat.

b. Gagal ginjal kronik adalah kondisi progresif parah karena penyakit yang

mengakibatkan kerusakan parenkim ginjal, seperti glomerulonefritis kronik

atau pielonefritis, trauma, atau diabetes nefropati (penyakit ginjal yang

diakibatkan oleh diabetes melitus).

E. Urin (Air Kemih)

1. Sifat Fisis Air Kemih

Adapun sifat fisi air kemih terdiri dari:

a. Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari pemasukan (intake)

cairan dan faktor lainnya.

b. Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.

c. Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan sebagainya.

d. Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.

e. Berat jenis 1,015-1,020.

f. Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari pada diet. 36

(sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).

2. Komposisi Air Kemih

Adapun komposisi air kemih, terdiri dari:

a. Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.

b. Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak dan

kreatinin.

c. Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat.

d. Pagmen (bilirubin dan urobilin).


36
D. S Wibowo, Anatomi Fungsional Elementer dan Penyakit yang Menyertainya,
(Jakarta: Kompas Media, 2013), h. 12.
17

e. Toksin.

f. Hormon.37

37
Ibid.
18

3. Mikturisi

Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan

urin. Mikturisi melibatkan 2 tahap utama, yaitu:

a. Kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan pada dindingnya

meningkat melampaui nilai ambang batas (Hal ini terjadi bila telah tertimbun

170-230 ml urin), keadaan ini akan mencetuskan tahap ke 2).

b. Adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan mengosongkan

kandung kemih.38

Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang belakang)

Sebagian besar pengosongan di luar kendali tetapi pengontrolan dapat di pelajari

“latih”. Sistem saraf simpatis: impuls menghambat Vesika Urinaria dan gerak

spinchter interna, sehingga otot detrusor relax dan spinchter interna konstriksi.

Sistem saraf parasimpatis, impuls menyebabkan otot detrusor berkontriksi,

sebaliknya spinchter relaksasi terjadi mikturisi (normal tidak nyeri).

38
Ibid., h. 14.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana

terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak

dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh

tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan

berupa urin (air kemih). Sistem urinaria terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih,

dan uretra. Dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi urine terjadi proses berkemih.

Berkemih merupakan proses pengosongan vesika urinaria (kandung kemih).

Faktorfaktor yang mempengaruhi eliminasi urine adalah diet, asupan, respon

keinginan awal untuk berkemih kebiasaan seseorang dan stress psikologi.

Gangguan kebutuhan eliminasi urine adalah retensi urine, inkontinensia urine dan

enuresis. Dan tindakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah pengumpulan

urine untuk bahan pemeriksaan, buang air kecil dengan urineal dan melakukan

katerisasi. Salah satu fungsi ginjal yaitu mengekskresikan zat-zat sisa

metabolisme yang mengandung nitrogennitrogen, misalnya amonia.

B. Saran

Kita harus lebih memperhatikan kebutuhan eliminasi urin dalam

kehidupan kita seharihari. Menjaga kebersihan daerah tempat keluarnya urine.

Kita juga harus menjaga pola makan, dan lebih sering meminum air putih. Karena

air putih lebih baik dari air yang berwarna yang memiliki banyak kandungan.

Sehingga membuat sistem eliminasi bekerja lebih keras.

18
DAFTAR PUSTAKA

Aris, T. Fisiologi Tubuh Manusia. Jakarta: Trans Info Media, 2009.


Gibson, J. Fisiologi dan Anatomi Tubuh Modern untuk Perawat. Jakarta: EGC,
2003.
Mashudi. S. Buku Ajar Anatomi Fisiologi Dasar. Jakarta: Salemba Medika, 2011.
Pearce, E. C. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Kompas
Gramedia, 2002.
Perry, P. Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC,
2006.
Tambayong, J. Anatomi dan Fisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC, 2001.
Watson, R. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. Jakarta: EGC, 2002.
Wibowo, D. S. Anatomi Fungsional Elementer dan Penyakit yang Menyertainya.
Jakarta: Kompas Media, 2013.

19

Anda mungkin juga menyukai