Anda di halaman 1dari 3

Assalamualaikum wr wb, kami dari kelompok 4 akan mempresentasikan hasil kerja kami.

Saya Rifqi Agung Jehian dan Arum Setiani Sangadah. Berbicara tentang Nahdlatul Ulama (NU)
adalah salah satu organisasi Islam terbesar dengan jumlah anggota terbanyak di Indonesia,
dan merupakan suatu organisasi yang berbasis massa di bawah kepemimpinan ulama. Dalam
Nahdlatul Ulama sendiri terbagi menjadi beberapa pedoman yaitu Mazhab Hanafi, Mazhab
Maliki, Mazhab Syaifi’I, Mazhab Hambali dalam bidang Fiqih. Imam Junaidi Al-Baghdadi
dan Imam Syeikh Abdul Qadir Al Jailani dalam bidang tasawuf. Imam Abu Manshur Al
maturidi dan Imam Abu Hasan Al Asy’ary dalam bidang aqidah. Yang pertama pedoman nu
dalam bidang fiqih yang akan disampaikan oleh rekan saya.

Yang pertama yaitu pedoman nu dibidang fiqih, dalam hukum Islam atau fiqih
terdapat empat mazhab besar yang diakui oleh golongan ahli sunnah wal jamaah, yaitu
Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hambali.

1. Madzhab Hanafi

Dinamakan Hanafi, karena pendirinya Imam Abu Hanifah An-Nu’man bin Tsabit.
Beliau lahir pada tahun 80 H di Kufah dan wafat pada tahun 150 H. Madzhab ini dikenal
madzhab Ahli Qiyas (akal) karena hadits yang sampai ke Irak sedikit, sehingga beliau banyak
mempergunakan Qiyas. Beliau termasuk ulama yang cerdas, pengasih dan ahli tahajud dan
fasih membaca Al-Qur’an.

2. Madzhab Maliki

Pendirinya adalah Al-Imam Maliki bin Anas Al-Ashbahy. Ia dilahirkan di Madinah pada
tahun 93 H dan wafat pada tahun 179 H. Beliau sebagai ahli hadits di Madinah dimana
Rasulullah SAW hidup di kota tersebut. Madzhab ini dikenal dengan madzhab Ahli Hadits,
bahkan beliau mengutamakan perbuatan ahli Madinah daripada Khabaril Wahid (Hadits yang
diriwayatkan oleh perorangan). Karena bagi beliau mustahil ahli Madinah akan berbuat
sesuatu yang bertentangan dengan perbuatan Rasul, beliau lebih banyak menitikberatkan
kepada hadits, karena menurut beliau perbuatan ahli Madinah termasuk hadits mutawatir.
Madzhab ini lahir di Madinah kemudian berkembang ke negara lain khususnya Maroko.

3. Madzhab Syafi’i

Tokoh utamanya adalah Al-Imam Muhammad bin Idris As-Syafi’i Al-Quraisyi. Beliau
dilahirkan di Ghuzzah pada tahun 150 H dan wafat di Mesir pada tahun 204 H. Beliau belajar
kepada Imam Malik yang dikenal dengan madzhabul hadits, kemudian beliau pergi ke Irak
dan belajar dari ulama Irak yang dikenal sebagai madzhabul qiyas. Beliau berikhtiar
menyatukan madzhab terpadu yaitu madzhab hadits dan madzhab qiyas.

4. Madzhab Hambali

Dinamakan Hanbali, karena pendirinya Al-Imam Ahmad bin Hanbal As-Syaebani, lahir di
Baghdad Th 164 H dan wafat 248 H. Beliau adalah murid Imam Syafi’i yang paling istimewa
dan tidak pernah pisah sampai Imam Syafi’i pergi ke Mesir.
Menurut beliau hadits dla’if dapat dipergunakan untuk perbuatan-perbuatan yang afdal
(fadlailul a'mal) bukan untuk menentukan hukum. Beliau tidak mengaku adanya Ijma’
setelah sahabat karena ulama sangat banyak dan tersebar luas.

Yang kedua adalah pedoman nu di bidang tasawuf terdapat dua imam besar yaitu
Imam Junaidi Al Baghdadi dan Imam Syeikh Abdul Qadir Al Jailani.

1. Imam Junaidi Al Baghdadi

Nama lengkap beliau adalah Abu al-Qosim al-Junaidi bin Muhammad bin al-
Junaid al-Khazzaz al-Qowariri al-Nahawandi al-Baghdadi. Al-Junaid dikenal
cerdas, dan pada usia 20 tahun beliau telah mampu mengeluarkan fatwa. Semua
kalangan menerima madzhab yang dibangunnya, dan beliau desepakati sebagai
penyandang gelar “Syeikh at-Thaifah as-Shufiyyah wa Sayyiduha” (Tuan Guru
dan Pemimpin Sufi).

Abdul Wahhab as-Sya’rani, sebagaimana dikutip Dr. K.h Saefuddin Chalim,


mengungkapkan paling tidak ada 4 faktor yang mengantarkan al-Junaid sehingga
diakui sebagai acuan dan standar dalam tasawuf Ahlussunnah wal Jama’ah.

Pertama konsistensi terhadap al-Kitab dan sunnah, kedua konsistensi terhadap


syari’ah, ketiga kebersihan dalam aqidah, keempat ajaran tasawuf yang moderat

2. Imam Syeikh Abdul Qadir Al Jailani

Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani dikenal sebagai pendiri Tarekat Qadiriyah, selain
itu beliau juga dikenal sebagai pelaku sufi yang mukhlis (ikhlas). Jalan untuk
mencapai proses tersebut sangatlah panjang, yang disebut dengan al-Muqamat itu
sendiri yaitu:

a. Maqam tawbat, yaitu meninggalkan dan tidak mengulangi suatu perbuatan


dosa yang pernah dilakukan, demi menjunjung tinggi ajaran Allah dan
menghindari murkanya.

b. Maqam wara’ yaitu menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu guna
menjunjung tinggi perntah Allah atau meninggalkan sesuatu yang bersifat
Subhat.

c. Maqam zuhd, yaitu lepasnya pandangan keduniaan atau usaha memperolehnya


dari orang yang sebetulnya mampu memperolehnya.

d. Maqam shabr, yaitu ketabahan karena dorongan agama dalam menghadapi


atau melawan hawa nafsu.

e. Maqam faqir, yaitu perasaan tenang dan tabah dikala miskin harta dan
mengutamakan kepentingan orang lain dikala kaya.

f. Maqam khauf, yaitu rasa ketakutan dalam menghadapi siksa dan azab Allah.
g. Maqam raja’, yaitu rasa gembira karena mengetahui adanya kemurahan dzat
yang maha kuasa.

h. Maqam tawakal, yaitu pasrah dan bergantung kepada Allah dalam menerima
kondisi apapun.

i. Maqam ridha, yaitu sikap tenang dan tabah tat kala menerima musibah
sebagaimana disaat menerima nikmat.

Yang terakhir pedoman nu dalam aqidah terdapat dua imam yaitu Imam Abu Manshur
Al Maturidi dan Imam Abu Hasan Al Asy’ary.

1. Imam Abu Manshur Al Maturidi

Abu Manshur Muhammad bin Muhammad bin Mahmud al-Maturidi. Ia dilahirkan


di daerah samarkan yang bernama Maturid, di wilayah Transoxiana di Asia
Tengah yang sekarang disebut Uzbekistan. Tahun kelahirannya tidak diketahui
pasti, hanya diperkirakan sekitar pertengahan abad ke 3H. al-Maturidiah
merupakan salah satu aliran Ahlusunnah wal Jama’ah, yang tampil dengan Asy’
ariyah dalam membela aqidah Islam yang lurus dan benar sesuai apa yang
diajarkan Rasulullah SAW, para sahabat dan tabi’in.

2. Imam Abu Hasan Al Asy’ary

Nama lengkap Imam Abu Hasan Al Asy’ary adalah Abu al-Hasan Ali bin Ismail
bin Ishaq bin Salim bin Ismail bin Abdilah bin Musa bin Bilal bin Abu Burdah bin
Abi Musa Al Asy’ary. Beliau lahir di Bashrah pada tahun 260H/875M. setelah
berusia lebih dari 40 tahun ia hijrah ke kota Baghdad dan wafat di sana pada tahun
324H/935M.

Memang benar semasa mudanya Abu Al-Hasan Asy’ary merupakan tokoh


mutakzilah kemudian pada usia 40 tahun beliau mengumumkan bahwa dirinya
telah meninggalkan paham mutakzilah. Peran beliau dalam bidang ilmu aqidah
adalah sebagai tokoh yang menguatkan argumentasi serta dalil-dalil yang telah
diutarakan oleh para ulama dizaman sebelumnya. Ia adalah tokoh yang terang-
terangan melawan segenap aqidah yang menyimpang dari pemahaman yang
diajarkan para sahabat nabi.

Anda mungkin juga menyukai