Disusun oleh:
2020/2021
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan karunia-Nya,
kami dapat menyelesaikan laporan praktikum laboratorium personal hygiene tepat waktu. Tidak
lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Kami menyadari bahwa penulisan laporan ini masih banyak kekurangan. Kami menerima segala
bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan laporan praktikum ini. Apabila terdapat
banyak kesalahan pada laporan praktikum ini, kami memohon maaf.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga laporan praktikum laboratorium
Nutrisi (Pemasangan dan pelepasan NGT, pemberian nutrisi NGT) ini dapat bermanfaat.
Daftar Isi
i
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii
Bab I Pendahuluan
Bab II Pembahasan
a. Kesimpulan ..................................................................................................................... 13
b. Saran ............................................................................................................................... 13
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kebutuhan dasar pada manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam
menjaga keseimbangan naik secara fisiologi maupun psikologis. Memberi makan enternal lebih
dipilih dari pada nutrisi parenteral karena ini memperbaiki penggunaan nutrient, lebih aman
untuk klien dan sedikit lebih murah. Tidak semua klien mampu makan secara enteral tetapi bila
sistem GI (gastrointestinal) mampu mencerna dan mengabsorpsi nutrient, maka pemberi makan
dengan cara ini harus digunakan. Indukasi yang tidak ingin makan, klien yang tidak dapat
mempertahankan nutrisi oral adekuat (misal : klien dengan kanker, sepsis, trauma), pasien tidak
sadar atau koma, pasien dengan masalah saluran pencernaan atas stenosis esophagus, tumor
mulut, faring atau esophagus, pasien yang tidak mampu menelan, dan pasien pasca operasi pada
mulut, faring atau esophagus.
2. Tujuan
a. Untuk mengetahui cara pemasangan NGT
b. Untuk mengetahui cara pelepasan NGT
1
BAB II
Pembahasan
A. Anatomi Sistem Pencernaan
Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan
mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan (pengunyahan,
penelanan, dan pencampuran) dengan enzim dan zat cair yang terbentang mulai dari mulut (oris)
sampai anus.
1. Mulut
Makanan pertama kali masuk ke dalam tubuh melalui mulut. Makanan ini mulai dicerna
mekanis dan kimiawi. Di dalam mulu terdapat beberapa alat yang berperandalam proses
pencernaan yaitu gigi, dan kelenjar ludah (glandula salives).
a. Gigi
Pada manusia, gigi berfungsi sebagai alat pencernaan mekanis. Gigi membantu memecah
makanan menjadi potongan-potongan yang lebih kecil. Hal ini akan membantu enzim-enzim
pencernaan agar dapat mencerna makanan lebih efisien dan cepat. Selama pertumbujan dan
perkembangan, gigi manusia mengalami perubahan, mulai dari gigi susu dan gigi tetap
(permanen). Gigi susu (dens lakteus). Pada anak berusia 6 tahun, gigi berjumlah 20, dengan
susunan sebagai berikut.
Lidah dalam sistem pencernaan berfungsi untuk membantu mencampur dan menelan
makanan, mempertahankan makanan agar berada di antara gigi-gigi atas dan bawah saat
makanan dikunyah serta sebagai alat perasa makanan. Lidah dapat pengecap atau perasa.
Lidah tersusun atas otot lurik dan permukaannya dilapisi dengan lapisan epitelium yang
banyak mengandung kelenjar lender (mukosa).
c. Kelenjar ludah
Terdapat tiga pasang kelenjar ludah di dalam rongga mulut, yaitu glandula parotis,
glandula submaksilaris, dall glandula subngualis atau glandula submandibularis. Air ludah
berperan penting dalam proses perubahan zat makanan secara kimiawi yang terjadi di dalam
mulut. Setelah makanan dilumatkan secara mekanis oleh gigi, air ludah berperan secara
kimiawi dalam proses membasahi dan membuat makanan menjadi lembek agar mudah
2
ditelan. Ludah terdiri atas air (99%) dan enzim amilase. Enzim ini menguraikan pati dalam
makanan menjadi gula sederhana (glukosa dan maltosa). Makanan yang telah dilumatkan
dengan dikunyah dan dilunakkan di dalam mulut oleh air liur disebut bolus. Bolus ini
diteruskan ke sistem pencernaan selanjutnya.
2. Kerongkongan (Esofagus)
3. Lambung
Lambung merupakan saluran pencernaan yang berbentukseperti kantung, terletak di
bawah sekat rongga badan.Lambung merupakan bagian dari saluran yang dapat
mengembang paling banyak terutama di daerah epigaster, lambung terdiri dari bagian
atas fundus uteri berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pilorik, terletak
dibawah diapragma didepan pankreas dan limpa, menempel disebelah kiri fundus uteri.
3
Daerah perbatasan antara lambung dan kerongkongan terdapatotot sfinkter kardiak yang
secara refleks akan terbuka bilaada bolus masuk. Sementara itu, di bagian pilorus terdapat
otot yang disebut sfinkter pilorus.Otot-otot lambung ini dapat berkontraksiseperti halnya
otot-otot kerongkongan.Apabila otot-ototini berkontraksi, otot-otot tersebut menekan,
meremas, danmencampur bolus-bolus tersebut menjadi kimus (chyme).
Fungsi lambung terdiri dari:
a. Menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan makanan oleh
peristaltik lambung dan getah lambung.
b. Getah cerna lambung yang dihasilkan:
1) Pepsin fungsinya memecah putih telur menjadi asam amino (albumin dan pepton).
2) Asam garam (HCl) fungsinya mengasamkan makanan, sebagai anti septik dan
desinfektan, dan membuat suasana asam pada pepsinogen sehingga menjadi pepsin.
3) Renin fungsinya sebagai ragi yang membekukan susu dan membentuk kasein dari
kasinogen (kasinogen dan protein susu).
4) Lapisan lambung jumlahnya sedikit memecah lemak yang merangsang sekresi
getah lambung.
4. Usus halus
Usus halus merupakan saluran berkelok-kelok yang panjangnya sekitar 6–8 meter, lebar
25 mm dengan banyak lipatan yang disebut viliatau jonjot-jonjot usus. Vili ini berfungsi
memperluas permukaan usus halus yang berpengaruh terhadap proses penyerapan
makanan. Lakukan eksperimen berikut untuk mengetahui pengaruh lipatan terhadap
proses penyerapan.
Usus halus terbagi menjadi tiga bagian seperti berikut:
a. Usus dua belas jari (duodenum) adalah bagian pertama usus halus yang
panjangnya 25 cm, berbentuk sepatu kuda, dan kepalanya mengelilingi kepala pankreas.
Saluran empedu dan saluran pankreas masuk ke dalam duodenum pada satu lubang yang
disebut ampulla hepatopankreatika, ampulla vateri, 10 cm dari pilorus.
b. Usus kosong (jejenum), menempati dua perlima sebelah atas pada usus halus yang
selebihnya,panjangnya ± 7 m.
c. Usus penyerapan (illeum), menempati tiga perlima akhir, panjangnya ± 1 m .
5. Usus besar
Bagian-bagian usus besar atau kolon;
a. Kolon asendens. Panjangnya 13 cm, terletak dibawah abdomen sebelah kanan
membujur ke atas dari ileum ke bawah hati. Di bawah hati melengkung ke kiri,
lengkungan ini disebut fleksura hepatika.
4
b. Kolon transversum. Panjangnya ± 38 cm, membujur dari kolon asendens sampai ke
kolon desendens berada di bawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura hepatika dan
sebelah kiri terdapat fleksura lienalis.
c. Kolon desendens. Panjangnya ± 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri
membujur dari atas ke bawah dari fleksura lienalis sampai ke depan ileum kiri,
bersambung dengan kolon sigmoid.
d. Kolon sigmoid merupakan lanjutan dari kolon desendens terletak miring, dalam
rongga pelvis sebelah kiri bentuknya menyerupai huruf S, ujung bawahnya berhubungan
dengan rektum.
e. Rektum terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor
dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan ossakrum dan oskoksigis.
Zat-zat sisa di dalam usus besar ini didorong kebagian belakang dengan gerakan
peristaltik.Zat-zat sisaini masih mengandung banyak air dan garam mineralyang
diperlukan oleh tubuh.Air dan garam mineralkemudian diabsorpsi kembali oleh dinding
kolon, yaitukolon ascendens.Zat-zat sisa berada dalam usus besarselama 1 sampai 4 hari.
Pada saat itu terjadi prosespembusukan terhadap zat-zat sisa dengan dibantubakteri
Escherichia coli, yang mampu membentukvitamin K dan B12. Selanjutnya dengan
gerakanperistaltik, zat-zat sisa ini terdorong sedikit demi sedikit ke saluran akhir dari
pencernaan yaitu rektum danakhirnya keluar dengan proses defekasi melewati anus.
6. Rektum
Rektum dalam bahasa latin regere (meluruskan , mengatur). Organ ini berfungsi sebagai
tempat penyimpanan sementara feses. Mengembangnya dinding rektum karena
penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan
keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan
dikembalikan ke usus besar, dimana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika
defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan
terjadi.
7. Anus
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum dengan dunia
luar (udara luar).Terletak di dasar pelvis bagian posterior dari peritoneum. Dindingnya
diperkuat oleh 3 otot sfingter yaitu:
a. Sfingter ani internus (sebelah atas), bekerja tidak menurut kehendak.
b. Sfingter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak.
c. Sfingter ani eksternus (sebelah bawah), bekerja sesuai kehendak.
5
B. Konsep Dasar
Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan tubuh setiap hari dalam
jumlah tetentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam jangka
waktu lama alan berakibat buruk terhadap kesehatan. Kebutuhan akan enegri dan zat-zat gizi
bergantung pada berbagai faktor, seperti umur, gender, berat badan, iklim dan aktivitas fisik.
Oleh karena itu, perlu disusun angka kecukupan gizi yang dianjurkan yang sesuai untuk rata-rata
penduduk yang yang hidup di daerah tertentu. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan digunakan
sebagai standar guba mencapai status gizi optimal bagi penduduk.
Angka kecukupan gizi yang dianjurkan di Indonesia pertama kali ditetapkan tahun 1968
melalui Widya Karya Pangan dan Gizi yang diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI). AKG ini kemudian ditinjau diselengarakan kembali pada tahun 1978, dan sejak
itu secara berkala tiap lima tahun sekali,
Angka Kecukupan Gizi yang dianjukan (AKG) atau Recommended Dietary Allowances
(RDA) adalah taraf komsumsi zat-zat gizi eswnsial, yang berdasarkan pengetahuan Ilmiah dinilai
cukup untuk memenuhi kebutuhan hamper semua orang sehat. Angka Kecukupan Gizi berbeda
dengan angka kebutuhan gizi (Dietary requirement). Angka Kecukupan adalah banyaknya zat-
zat gizi minimal yang dibutuhkan seseorang untuk memepertahankan status gizi adekuat.
AKG yang dianjurkan berdasarkan pada patokan berat badan untuk masing-masing
kelompok umur,gender,aktivitas fisik, dan kondisi fisiologis tertentu seperti kehamilan dan
menyusui. Dalam penggunaanya, bila kelompok penduduk yang dihadapi. Mempunyai rata-rata
berbeda dengan patokan yang digunakan, maka perlu dilakukan penyesuaian. Bila berat badan
kelompok penduduk tersebut dinilai terlalu kurus, AKG dihitung berdassarkan berat
idealnya.AKG yang dianjurkan tidak digunakan untuk perorangan.
6
62 kg dan perempuan dewasa 55 kg. Bila hasil survei menunjukkan bahwa rata-rata
berat badan menyimpang dari berat badan yang sedang, perlu dilakukan pemeriksaan
terhadap angka kecukupan. Demikian pula penyesuaian angkan kecukupan perlu
dilakukan bila nilai asam amino dan nilai kecernaan hidangan yang berbeda dengan
nilai yang dalam penetapan AKG yang dianjurkan. Peneyesuaian perlu dilakukan
dalam hal kecukupan energi dan vitamin yang berkaitan dengan penggunaan energi
kelompok sebenarnya.
3. Perencanan pemberian makanan di instirusi, seperti rumah sakit, sekolah, industri /
per-kantoran, asrama, panti asuhan, panti jompo dan lembaga pemasyarakatan. Juga
dalam hal ini perlu diperhatikan beban rata-rata, kegiatan yang dilakukan dan untuk
rumah sakit kecukupan gizi untuk penyembuhan. Institusi yang tidak menyediakan
makanan lengkap yang membutuhkan perhatian yang diperlukan untuk melalui
penyedian makanan.
4. Menetapkan standar bantuan pangan, misalnya untuk keadaan darurat: membantu
para transmigran dan penduduk yang ditimpa bencana alam dan memberikan
makanan untuk balita, anak-anak sekolah, dan ibu hamil. Pertimbangan yang
dikemukakan pada butir 2 perlu diperhatikan.
5. Nilai kecukupan persiapan pangan nasional. Perhatikan pertimbangan pada butir 1
6. Merencanakan program penyuluhan gizi.
7. Mengembangkan produk pangan baru di industri.
8. Menetapkan agenda untuk keperluan pelabelan gizi pangan. Biasanya dicukupkan
untuk mengukur AKG yang dapat diakses oleh sari makanan tertentu.
AKG adalah jumlah zat-sat giai yang hendaknya dikomsumsi untuk jangka wakru
sebagai bagian dari diet normal rata-rata orang sehat. Karena itu, pernu memperlengkapi semua
faktor yang berhubungan dengan absorpsi zat-zat gizi atau efisien dalam tubuh. Untuk sebagian
zat giti, sebagian dari kebutuhan mungkin dapat dilakukan dengan mengkomsumsi suatu zat
menjadi zat gini esensial. Misalnya. Karotenoid tertentu merupakan prekursor vitamin A ;
karena sebagian atau seluruh kecukupan akan vitamin A dapat dipecahkan oleh karoten- oid
yang perlu diposisikan zat yang di dalam tubuh yang kemudian dapat diekstrak oleh vitamin
yang berasal dari makanan, yang kemudian digantikan oleh vitamin A perlu ditimbangkan .
AKG untuk protein menjadi jumlah kebutuhan yang berbeda akan asam. amino yang ada dalam
pilihan yang berbeda dalam berbagai zat, pencernaan dan atau absorpsinya tidak komplit, tein
makanan. Pada kondisi AKG yang mengalami harus memperishungkan bagian zat gizi yang
tidak diabsorpsi ini. Misalnya absorpsi zat besi hem dan nonhem yang berbeda, yaitu oleh
makanan yang perlu diperhitungkan dalam zat AKG. Sampai sejauh mana AKG seharusnha
melebihi yang dibutuhkan faal ntuk berbeda antar berbagai zat gizi.
7
Cara Memenuhi AKG
Karena masih minim pengetahuan, AKG belum dapat menentukan untuk semua zat gizi
yang sudah diketahui. Akan tetapi AKG untuk zat-zat gizi yang telah ditentukan dapat di jadikan
pedoman, sehingga menu yang bervariasi yang AKG untuk zat-zat yang diperlukan untuk zat zat
gizi lainnya. Oleh sebab itu, agar menu sehari-hari terdiri atas bahan makanan yang bervariasi
dari bahan makanan (bukan dari suplementasi atau fortifikasi), dan juga diperhitungkan
kemungkinan kehilangan zat-zat gizi selama pengolahan makanan. Di Indonesia menu pola
seimbang tergambar disesuaikan dalam menu 4 Sehat 5 Sempurna dan Pedoman Umum
Seimbang (PUGS). Dalam menyusun menu, selain AKG perlu pula menampung aspalk
akseptabiliras ain sebagai zat-zat gizi, malanan dan memiliki nilai sosial dan emosional.
Seperti telah diuraikan sebelumnya, zat-zat gizi dapat digolongkan menjadi dua
golongan, yaitu golongan makromolekul (karbohidrat, protein dan lemak) serta mikromolekul
(vitamin dan mineral). Meskipun merupakan komponen yang paling vital untuk kehidupan, air
tidak akan dibahas lebih lanjut. Yang merupakan sumber semua zat-zat gizi yang diperlukan oleh
tubuh adalah makanan dan minuman (pangan) yang dlikonsumsi. Umumnya bahan pangan dapat
diperoleh dari hasil tanaman maupun hewan, karena itu dikenal bahan pangan nabati dan bahan
pangan hewani.
Bahan pangan nabati dapat berupa serealia (beras, jagung gandum/terigu, sorgum, barley
oats, millets dan lain-lain); kacang kacangan dan bij-bijian berminyak (kedelai, kacang tanah,
kacang tunggak, kacang hijau, kacang babi, kacang jogo, kelapa, dan lain- lain); serta sayur-
sayuran dan buah-buahan. Sedangkan bahan pangan hewani dapat berupa daging (sapi, kerbau,
kambing, babi, ayam dan unggas lainnya, kelinci, dan lain-lain); ikan (ikan darat ikan laut,
termasuk juga udang, kepiting, lain-lain); susu (sapi, kerbau, kambing, dan lain-lain).
Tergantung dari komposisi kimianya, bahan pangan tersebut digolongan juga sebagai
sumber karbohidrat (pati), misalnya serealia dan umbi-umbian; sumber protein, misalnya
kacang- ngan dan semua bahan pangan hewani; sumber lemak isalnya kacang-kacangan, bij-
bijian, berminyak, dan beberapa bahan hewani serta sumber vitamin dan mineral misalnya bahan
makanan hewani; dan juga vitamin dan mineral bahan makanan hewani, sayur-sayuran dan buah-
buahan.
8
C. Asuhan Keperawatan
Komplikasi pemasangan NGT
- Jika selang NGT atau sonde memasukkannya ke duodenum atau jejunum
dapatmenyebabkan diare- Dapat menyebabkan kesulitan bernapas hingga aspirasi
Jenis-jenis NGT
- NGT yang berbahan karet- NGT yang berbahan plastik- NGT yang berbahan dari
silicon
Ukuran NGT
- Untuk ukuran NGT dewasa biasanya menggunakan nomor 14-20- Untuk ukuran NGT
anak-anak menggunakan nomor 8-16- Untuk ukuran NGT bayi yaitu 5-7
9
Ukuran NGT
Ukuran NGT diantaranya di bagi menjadi 3 kategori yaitu:
1. Dewasa ukurannya no 14-20
2. Anak-anak ukurannya no 8-16
3. Bayi ukuran no 5-7
Macam-macam NGT
1. Selang NGT dari karet
2. Selang NGT dari bahan plastic
3. Selang NGT dari bahan silicon
D. Prosedur
10
e. Tissue
f. Stetoskop
g. Selang NGT Steril
h. Waskom Berisi Larutan Klorin 0,5%
i. Gelas Tempat Makanan Cair
j. Spuit 25cc Untuk Memasukkan Makanan Cair
3. Memasang sampiran.
4. Mengatur posisi pasien (sebaiknya setengah duduk atau semi fowler).
5. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk
bersih.
6. Membuka kemasan NGT dan meletakkan pada bak instrument steril.
7. Memasang pengalas di atas dada pasien.
8. Membersihkan hidung pasien dengan kassa atau lidi kapas.
9. Memakai sarung tangan steril.
10. Mengambil NGT, mengukur panjang selang NGT mulai dari epigastrium ke hidung
kemudian, memberi tanda pada selang NGT.
11. Melicinkan ujung pipa dengan air atau jelly dan mengklem pipa.
12. Memasukkan NGT perlahan-lahan melalui hidung (pasien yang sadar dianjurkan
untuk menelan), bila ada tahanan mengeluarkan NGT dan mengganti ke lubang hidung
satunya.
13. Memastikan selang NGT benar-benar masuk lambung dengan mengujinya (dengan
aspirasi cairan lambung atau memasukkan udara atau tes asam lambung, memasukkan
selang ke air),
14. Mengambil makanan cair dengan spuit.
15. Memasang corong atau spuit pada pangkal pipa.
16. Memasukkan atau mendorong makanan secara perlahan-lahan.
17. Mengklem dulu pipa bila cairan habis dan menghisap cairan lagi pada spuit, sampai
dosis yang ditentukan.
18. Meninggikan pangkal pipa apabila cairan tidak lancar.
19. Membilas pipa dengan air matang dan segera mengklem pipa.
20. Meletakkan pipa dipipi bila NGT dipasang permanen.
21. Membereskan alat dan merapikan pasien.
22. Melepas sarung tangan, merendam sarung tangan dalam larutan klorin 0,5% selama
10 menit.
23. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk
bersih.
24. Melakukan dokumentasi yang telah dilakukan.
11
a. Handuk.
b. Peralatan untuk hygiene wajah dan mulut.
c. Sarung tangan sekali pakai.
2. Langkah-Langkah
a. Jelaskan prosedur pada klien, yakinkan bahwa pelepasan lebih ringan daripada
pemasangan.
b. Tempatkan handuk di bawah dagu klien.
c. Bila tepat, matikan alat pengisap dan lepaskan sambungan slang nasogastrik dari
kantung drainase.
d. Lepaskan plester dari batang hidung dan peniti dari pakaian.
e. Minta klien untuk memegang tisu wajah. Beri tahu klien untuk menarik napas panjang
dan menahannya.
f. Tarik slang dengan perlahan saat klien menahan napas. (jangan tarik terlalu perlahan
atau terlalu cepat).
g. Buang slang dan peralatan pengisap, kemudian cuci tangan.
h. Setelah melepaskan slang nasogastrik, perawat harus mengobservasi klien untuk
adanya distensi abdomen, mual, atau muntah. Adanya tanda atau gejala ini dapat
mengindikasikan perlunya pemasangan ulang slang.
i. Bersihkan hidung klien dan berikan perwatatan mulut.
j. Catat pelepasan slang dan volume akhir sekresi yang terkumpul di dalam system
drainase.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemasangan NGT adalah melakukan pemasangan selang ( Tube ) dari rongga hidung ke
lambung ( gaster). Selang NGT yang terpasang terlalu lama dapat menimbulkan erosi hidung,
sinusitis, esofagitis, dan ulserasi lambung.Karena itu berdasarkan pertimbangan pencegahan
komplikasi serta kondisi pasien yang memungkinkan, selang NGT perlu dilepas tepat sesuai
dengan pemulihan fungsi saluran pencernaan.
B. Saran
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan yang diharapkan,
karena masih terbatasnya pengetahuan penyusun. Olehnya itu penyusun mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun.
13
DAFTAR PUSTAKA
14