Adalah obat yang diberikan kepada penderita dalam satuan berat: g (gram), mg (miligram), microgram, atau satuan isi: mL (mililiter), L (liter), ui (unit international). a. Dosis - Sejumlah obat yang diberikan satu kali atau selama jangka waktu tertentu. - Dosis adalah takaran obat yang menimbulkan efek farmakologi (khasiat) yang tepat dan aman bila dikonsumsi oleh pasien. b. Dosis awal (loading dose) atau dosis permulaan (initial dose): Adalah dosis obat untuk memulai terapi sehingga dapat mencapai konsentrasi terapeutik dalam tubuh yang menghasilkan efek klinis. c. Dosis pemeliharaan (maintenance dose): Adalah obat yang diperlukan untuk memelihara- mempertahankan efek klinik atau konsentrasi terapeutik obat yang sesuai dengan dosis regimen. d. Dosis medicinalis = dosis lazim: Adalah dosis yang diberikan berdasarkan petunjuk umum pengobatan yang biasa digunakan, referensinya bisa berbeda-beda, dan sifatnya tidak mengikat, selagi ukuran dosisnya diantara dosis maksimum dan dosis minimum obat. e. Dosis terapeutik = terapi Adalah dosis yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat menyembuhkan pasien atau sejumlah obat yang memberikan efek terapeutik. f. Dosis minimum Adalah takaran dosis terendah yang masih dapat memberikan efek farmakologis (khasiat) kepada pasien apabila dikonsumsi. g. Dosis maksimum Adalah takaran dosis tertinggi yang masih boleh diberikan kepada pasien dan tidak menimbulkan keracunan. h. Dosis toksik Adalah takaran dosis yang apabila diberikan dalam keadaan biasa dapat menimbulkan keracunan pada pasien. i. Dosis letalis Adalah takaran obat yang apabila diberikan dalam keadaan biasa dapat menimbulkan kematian pada pasien. Dosis letal dibagi menjadi 2: - Dosis letal 50: takaran dosis yang bisa menyebabkan kematian 50% hewan percobaan. - Dosis letal 100: takaran dosis yang bisa menyebabkan kematian 100% hewan percobaan. Tujuan Penetapan Dosis Tujuan penetapan dosis obat adalah untuk mendapatkan efek terapeutik dari suatu obat. Namun tidak semua obat bersifat betul- betul menyembuhkan penyakit, banyak diantaranya hanya meniadakan atau meringankan gejalanya. Terapi obat dibedakan dalam 3 jenis pengobatan: 1. Terapi kausal, dimana penyebab penyakit ditiadakan, khususnya pemusnahan mikroorganisme yang merugikan. Contoh: obat kemoterapeutika, antibiotik, fungisida,obat malaria dsb. 2. Terapi simptomatis, hanya gejala penyakit yang diobati dan diringankan, misalnya kerusakan pada suatu organ atau saraf. Contoh: analgetik pada reumatik, obat hipertensi, obat jantung. 3. Terapi substitusi, obat pengganti zat yang lazim dibuat oleh organ yang sakit misalnya insulin. Faktor yang dapat mempengaruhi obat: 1. Faktor obat, meliputi sifat fisika, kimiawi, toksisitas. 2. Cara pemberian pada penderita. 3. Faktor penderita/karakteristik penderita, meliputi umur, berat dan komposisi badan, jenis kelamin,ras, toleransi, sensitifitas. Keterangan: 1. Umur: - Usia berdampak langsung pada kerja obat - Sejumlah perubahan fisiologis yang menyertai masa pertumbuhan dan penuaan mempengaruhi respon terhadap terapi obat. 2. Berat dan komposisi badan: - Ada hubungan langsung antara jumlah obat yang diberikan dan jumlah jaringan tubuh tempat obat didistribusikan. - Kebanyakan obat diberikan berdasarkan berat dan komposisi tubuh dewasa. Perubahan komposisi tubuh dapat mempengaruhi distribusi obat secara bermakna, misalnya pada klien lansia. - Semakin kecil berat badan, semakin besar konsentrasi obat dalam jaringan tubuhnya. 3. Jenis kelamin: - Perbedaan hormonal antara pria dan wanita mengubah metabolisme obat tertentu. - Hormon dan obat saling bersaing dalam biotransformasi karena kedua senyawa tersebut terurai dalam proses metabolik yang sama. 4. Toleransi Kemampuan klien untuk berespon terhadap dosis tertentu dari suatu obat dapat hilang setelah beberapa hari atau minggu setelah pemberian. Kombinasi obat- obatan dapat diberikan untuk mengurangi atau menunda terjadinya konsentrasi obat. 5. Sensitifitas, meliputi: a. Keadaan patofisiologi Kerusakan/ gangguan pada hepar, ginjal, jantung, sirkulasi dan kelainan pada gastrointestinal mempengaruhi respon terhadap obat. b. Kehamilan dan laktasi c. Perbedaan genetik - Susunan genetik mempengaruhi biotransformasi. - Pola metabolik dalam keluarga seringkali sama, faktor genetik menentukan apakah enzim yang terbentuk secara alami ada untuk penguraian obat, akibatnya ada anggota keluarga yang sentitif terhadap suatu obat. d. Faktor psikologis - Sikap seseorang terhadap obat berakar dari pengalaman sebelumnya atau pengaruh keluarga, anak-anak yang sering melihat orang tuanya minum obat akan cepat terpengaruh dengan kebiasaan orang tuanya tersebut. - Sebuah obat dapat digunakan untuk mengatasi rasa tidak aman, pada situasi ini klien bergantung pada obat. Sebaliknya jika klien kesal terhadap kondisi fisik mereka, rasa marah dan sikap bermusuhan dapat menimbulkan reaksi yang diinginkan terhadap obat. e. Obat seringkali memberi rasa aman. Misalnya pada penggunaan obat tanpa resep atau obat yang dijual bebas. f. Perilaku perawat saat memberikan obat dapat berdampak secara signifikan pada respons klien terhadap pengobatan. g. Diet - Interaksi obat dan nutrient dapat mengubah kerja obat atau efek nutrient. Contoh vitamin K (dalam sayuran hijau), merupakan nutrien yang melawan efek warfarin natrium, mengurangi efeknya pada mekanisme pembekuan darah. - Klien membutuhkan nutrisi tambahan ketika mengkonsumsi obat yang menurunkan efek nutrisi. - Menahan konsumsi nutrient tertentu dapat menjamin efek terapeutik obat. h. Lingkungan - Stres fisik dan emosi yang berat. - Radiasi ion menghasilkan efek yang sama dengan mengubah kecepatan aktivitas enzim. - Panas dan dingin. Klien hipertensi diberi vasodilator untuk mengontrol tekanan darahnya. Pada cuaca panas, dosis perlu dikurangi karena suhu yang tinggi meningkatkan efek obat. Cuaca dingin cenderung meningkatkan vasokontriksi, sehingga dosis perlu ditambah. - Klien yang dirawat di ruang isolasi dan diberi obat analgesik memperoleh efek pereda nyeri lebih kecil dibanding klien yang dirawat di ruang biasa. PERHITUNGAN DOSIS OBAT a. Dosis untuk anak Efek obat dan kaitannya dengan dosis tergantung banyak faktor, antara lain usia, bobot badan, kelamin, luas permukaan tubuh, berat penyakit dan keadaan daya tahan tubuh. Respon tubuh anak dan dewasa terhadap obat berbeda karena faktor endogen dan eksogen. Parameter perbedaan anak dan dewasa: - pola ADME - sensitivitas intrinsik berlainan terhadap bahan obat - redistribusi dari zat-zat endogen Cara menghitung dosis obat untuk anak: 1. Perhitungan dosis individual untuk bayi dan anak jika hanya dosis dewasa yang diketahui. a. Berdasarkan luas permukaan tubuh b.Menurut Wagner c. Berdasarkan hasil perkalian antara tinggi badan dengan berat badan d. Berdasarkan Nomogram West e. Berdasarkan berat badan/ rumus Clark f. Berdasarkan usia 2. Berdasaran dosis setiap kg BB yang sudah diketahui. Rumus dasar yang sering digunakan untuk menghitung dosis obat yang diberikan adalah X=DxB T Keterangan: X = jumlah/ volume yang harus diberikan D = dosis / konsentrasi yang diinginkan (atas perintah dokter) T = dosis /konsentrasi yang ada ( tersedia pada kemasan obat) B = bentuk sediaan obat/ volume dosis tersedia/ jumlah diminta Contoh soal: Berikan erythromicin 125mg, setiap 6jam. Berat badan anak 12 kg. Berapa mililiter yang harus diberikan kepada anak tiap 6 jam? Jika diketahui sediaan erhytromicin 125mg/5ml. Dosis obat anak 30-50mg/kg/hari dalam dosis terbagi 4. Apakah dosis yang diresepkan aman? Jawab : Diketahui D = 125 mg ; T = 125 mg ; B = 5 ml ; BB anak = 12 kg X=DxB T = 125mg x 5 ml 125mg = 5 ml Diberikan erhytromicin 5 ml setiap 6 jam Keamanan obat : Parameter obat : 30 mg x 12 kg = 360 mg/ hari 50 mg x 12 kg = 600 mg / hari Perintah dosis 125mg x 4 = 500 mg/ hari Dosis berada dalam parameter keamanan. Pemberian melalui infus 1. Menghitung kecepatan infus dengan volume tertentu dan waktu yang ditentukan. Rumus : tetes = VO x k menit W x 60 VO = volume yang harus diberikan k = faktor tetesan (tetes/ml infus set) W = waktu pemberian yang diinginkan Faktor tetesan merupakan jumlah tetesan permililiter yang terdapat pada perangkat infus ( infus set). Infus set terbagi 2 jenis: a. Perangkat makrodipe : tetesan yang besar permililiter (10-20 tetes/ ml) b. Perangkat mikrodipe : tetesan yang kecil permililiter (60 tetes/ml) Pengenceran Rumus umum yang digunakan : P1.V1 = P2.V2 atau V1.M1 = V2.M2 V = volume M = molaritas Satuan dosis yang sering digunakan dalam farmakologi: 1. Mg (miligram) dan atau g (gram) 2. IU atau UI (international unit, unit international) merupakan satuan dosis untuk obat yang sukar dimurnikan atau ditentukan bobotnya, ct. vaksin, hormon, dll. 3. Persen (%) dalam ml Yang dimaksud dengan %, ada beberapa macam yaitu: a. Pesen b/b (bobot per bobot), berarti jumlah gram zat terlarut dalam 100 gram larutan b. Persen b/v (bobot per volume), berarti jumlah gram zat terlarut dalam 100 ml larutan c. Persen v/v (volume per volume), berarti jumlah ml zat terlarut dalam 100 ml larutan d. Persen v/b (volume per bobot), berarti jumlah ml zat terlarut dalam 100 gram larutan. Kecuali dinyatakan lain, % yang dimaksud adalah % b/b e. Mg/ml (untuk sirup atau larutan)