Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN TINDAKAN

KEPERAWATAN DASAR MEMASANG DAN MELEPASKAN KATETER PADA


WANITA DIATAS TEMPAT TIDUR DENGAN PENDEKATAN KOMUNIKASI
TERAPEUTIK

NAMA NIM

ZITA APRILLIA 225202300814

MARIA INEZTINA NURI 220252300767

MARIANA LEONA MARAN 225202300780

AGATA FEBRIANTI ARI MEDHO 225202300706

FRANSISKA ARYESTI 225202300735

PILOMENA DA INA 225202300790

YOLASTIKA AFRILIA KESAR 225202300807

FRANSISKA MELANIA 225202300738

TINGKAT : IA/I

YAYASAN ST.LUKAS

AKADEMI KEPERAWATAN ST. ELISABETH LELA


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan karunianya serta kesehatan kepada kita semua, sehingga mampu
menyelesaikan makalah dengan judul Keperawatan Dasar Memasang Dan Melepaskan
Kateter Pada Wanita Dengan Pendekatan Komunikasi Terapeutik.

Laporan ini di susun dengan harapan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
kita serta mampu memberi tanggapan serta kritikan terhadap suatu pembahasan dengan
sumber yang berbeda. Kami menyadari bahwa laporan yang disusun masih jauh dari kata
sempurna. Masih ada terdapat kekurangan dalam menusun dan menyampaikan materi
yang sesuai dengan jdul topik.oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik
dari pembaca yang sifatnya membangun, guna menyempurnkan laporan ini. Akir dari
kata, kami berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca di masa yang akan
datang. Sekian dan terimakasih.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii

BAB I...............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN...........................................................................................................................1

A. Latar Belakang..................................................................................................................1

B. Tujuan Umum...................................................................................................................2

C. Tujuan Khusus..................................................................................................................2

BAB II.............................................................................................................................................3

PEMBAHASAN..............................................................................................................................3

A. Anatomi Fisiologi Sisetm Perkemihan (Urinaria).........................................................3

B. Konsep Dasar Memasang Dan Melepaskan Kateter.....................................................6

C. Konsep Tindakan Keperawatan Memasang Dan Melepaskan Kateter Pada Wanita


Dengan Tahapan Komunikasi Teraputik.................................................................................8

BAB III..........................................................................................................................................18

PENUTUP.....................................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................19

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kateter urin adalah selang yang dimasukkan ke dalam kandung kemih untuk
mengalirkan urin melalui saluran kemih yang dimasukkan ke dalam kantong kemih untuk
membantu memenuhi kebutuhan berkemih dengan menggantikan kebiasaan normal dari
pasien untuk berkemih secara langsung dengam menggunakan selang.

Pemasangan dan pelepasan kateter pada wanita merupakan suatu tindakan medis
yang memegang peranan penting dalam perawatan kesehatan. Kateterisasi pada wanita
melibatkan pengenalan tabung yang lentur ke dalam kandung kemih melalui saluran
kemih untuk berbagai keperluan medis. Prosedur ini diperlukan dalam situasi-situasi
tertentu, seperti perawatan pasien di rumah sakit, manajemen kondisi medis tertentu, atau
pemantauan kesehatan jangka panjang.

Pentingnya pemahaman yang mendalam terhadap proses pemasangan dan


pelepasan kateter pada wanita tidak hanya mencakup aspek teknis, tetapi juga
mempertimbangkan aspek keamanan, kenyamanan pasien, dan efektivitas perawatan.
Proses ini tidak hanya dilakukan untuk tujuan diagnostik tetapi juga seringkali
merupakan langkah yang mendukung pemeliharaan hidrasi, pengelolaan infeksi, atau
penanganan kondisi medis yang memerlukan drainase urin.

Dalam konteks perawatan pasien, pengetahuan yang memadai tentang teknik


pemasangan dan pelepasan kateter pada wanita sangat diperlukan oleh tenaga medis,
terutama oleh perawat dan petugas kesehatan lainnya. Aspek keamanan dan pemahaman
terhadap anatomi wanita menjadi faktor kunci dalam menjalankan prosedur ini secara
efisien. Oleh karena itu, latar belakang yang menyeluruh terkait dengan prosedur ini perlu
dikemukakan, memberikan landasan untuk mengembangkan keahlian dan pemahaman
yang diperlukan dalam melakukan tindakan medis ini dengan keselamatan dan efektivitas
yang optimal.

1
B. Tujuan Umum

Diharapkan agar mahasiswa dapat mengetahui konsep keperawatan dasar dengan


tindakan pemasangan dan pelepasan kateter pada Wanita, secara umum.

C. Tujuan Khusus

Diharapkan agar mahasiswa dapat mengetahui :

 Anatomi fisiologi sistem perkemihan


 Konsep dasar memasang dan melepaskan kateter pada wanita
 Konsep tindakan keperawatan memasang dan melepaskan kateter pada wanita
dengan tahapan komunikasi teraputik

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Anatomi Fisiologi Sisetm Perkemihan (Urinaria)

Sistem perkemihan merupakan bagian penting dalam tubuh manusia yang


memiliki peran utama dalam pengeluaran limbah dan pemeliharaan keseimbangan
cairan. Sistem ini terdiri dari organ-organ seperti ginjal, ureter, kandung kemih, dan
uretra. Fungsi utama sistem perkemihan adalah menghasilkan, menyaring, dan
mengeluarkan urine dari tubuh, serta menjaga keseimbangan elektrolit dan zat-zat
penting dalam darah. Ginjal, sebagai organ utama dalam sistem perkemihan,
berfungsi sebagai penyaring darah untuk menghasilkan urin. Selanjutnya, urin dikirim
melalui ureter ke kandung kemih untuk sementara disimpan, sebelum akhirnya
dikeluarkan melalui uretra saat berkemih. Sistem perkemihan juga melibatkan otot-
otot dan mekanisme sfingter yang mengatur aliran urin. (Fitri Mailani, 2023)

1. Ginjal

Ginjal termasuk organ penting dalam sistem urinaria. Dua organ berbentuk
kacang ukuran besar ini terletak di bawah tulang rusuk dekat bagian tengah
punggung.

Ada beberapa fungsi ginjal dalam penyaringan zat sisa untuk


menghasilkan urine, yaitu:

3
- Membuang limbah dan cairan berlebih dari tubuh
- Menyeimbangkan kadar air dan elektrolit di tubuh
- Melepaskan hormon yang mengontrol produksi sel darah merah
- Membantu menjaga kesehatan tulang dengan mengontrol kalsium
dan fosfor.

Ginjal nantinya akan mengeluarkan urea dari darah lewat unit penyaringan
kecil yang disebut nefron. Setiap nefron biasanya terdiri atas bola yang dibentuk
dari kapiler darah kecil (glomerulus) dan tabung kecil (tubulus ginjal). Bersamaan
dengan air dan limbah lainnya, urea akan membentuk urine saat melewati nefron
dan menuju tubulus ginjal.

2. Ureter

Ureter merupakan bagian dari sistem urinarius yaitu sistem tubuh yang
berperan dalam proses pembentukan dan pembuangan sisa metabolisme dan
kelebihan cairan dalam bentuk urin disebut juga sistem perkemihan.

Ureter adalah suatu saluran muskuler berbentuk silinder atau pipa yang
menghubungkan ginjal dengan kandng kemih. Ureter merupakan lanjutan dari
pelvis renalis yang berjalan dari hillus ginjal menuju distal dan kemudian
bermuara pada kandung kemih.

Ureter terdiri dari 2 saluran pipa di sebelah kanan dan kiri yang
menghubungkan ginjal kanan dan kiri dengan kandung kemih. Ureter memiliki

4
panjang sekitar 20 - 30 cm dengan diameter rata - rata sekitar 0,5 cm dan diameter
maksimal sekitar 1,7 cm yang berada di dekat kandung kemih.

3. Kandung kemih (vesica urinaria)

Kandung kemih merupakan organ berongga yang terdiri dari tiga lapis otot
detrusor yang saling beranyaman.

Lapisan paling dalam disebut Mukosa, lapisan tengah terdiri dari otot
polos, dan lapisan paling luar adalah jaringan fibrosa. Kandung kemih dalam
sistem urinaria yang berfungsi sebagai penampung sementara urine yang telah di
produksi oleh ginjal sebelum dikeluarkan dari tubuh melalui uretra.

Letak posisi kandung kemih berada pada anterior abdomen. Ukuran urine
yang sanggup ditampung oleh kandung kemih adalah sekitar 500 ml, tetapi saat
sudah terisi 250 ml maka akan dikeluarkan oleh tubuh. Bentuk, ukuran, dan posisi
kandung kemih (Vesica Urinaria) tiap orang berbeda-beda. Bentuk tersebut
dipengaruhi umur dan urine di dalam vesica urinaria tersebut. Pada orang dewasa
kandung kemih saat kosong berbentuk agak bundar dan 12 keseluruhannya
terletak dalam rongga pelvis. Bila terisi penuh posisi kandung kemih dapat
setinggi umbilicus.

4. Uretra

Uretra merupakan sebuah saluran yang berfungsi sebagai saluran keluaran


urine yang tertampung dari vesika urinaria.

5
Secara anatomis uretra dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

- Uretra posterior
- Uretra anterior

Uretra dilengkapi dengan sfingter uretra interna yang terletak pada


perbatasan vesika urinaria dan uretra, serta terdapat sfingter uretra eksterna yang
terletak pada perbatasan uretra posterior dan anterior.

Sfingter uretra interna tersusun atas otot polos yang dipersyarafi oleh
sistem simpatik sehingga saat vesika urinaria penuh, sfingter ini akan membuka.
Sfingter eksterna tersusun atas otot bergaris yang dipersyarafi oleh sistem syaraf
somatik.

Pada saat ingin kencing maka sfingter ini terbuka dan akan tetap menutup
saat menahan kencing. Panjang uretra wanita kurang lebih 3-5 cm, sedangkan
pada pria dewasa bisa memiliki panjang kurang lebih 23-25 cm. Perbedaan inilah
yang menyebabkan keluhan hambatan pengeluaran urine lebih sering terjadi pada
pria dibanding dengan wanita.

B. Konsep Dasar Memasang Dan Melepaskan Kateter

1. Definisi

6
Kateter urin adalah selang yang dimasukkan ke dalam kandung kemih
untuk mengalirkan urin melalui saluran kemih yang dimasukkan ke dalam
kandung kemih untuk membantu memenuhi kebutuhan berkemih dengan
menggantikan kebiasaan normal dari pasien untuk berkemih secara langsung
dengam menggunakan selang.

2. Jenis-jenis kateter urine

Terdapat dua jenis kateter urin yaitu:

- Kateter urin menetap (indwelling catheter)


- Kateter yang hanya digunakan sewaktu-waktu dibutuhkan (intermitten
catheter)

3. Tujuan

Tujuan memasang dan melepaskan kateter, yaitu:

- Menghilangkan distensi pada kandung kemih


- Mengosongkan kandung kemih secara lengkap
- Mengetahui residual urin setelah miksi
- Memasukkan kontras ke dalam buli-buli
- Mengeksplorasi uretra apakah terdapat lesi atau sianosis
- Mendapatkan spesimen urin steril

4. Manfaat

Membantu klien dalam membuang sisa cairan yang tidak di perlukan /


urine dalam tubuh, saat tubuh tidak bisa bergerak dengan normal seperti ibu hamil
atau klien oprasi.

5. Indikasi

Indikasi pemasangan kateter urin antara lain :

7
- Pasien dengan kesulitan BAK
- Pengambilan sampel untuk kultur urin (memeriksa bakteri dan jenis bakteri)
- Membantu dalam pemeriksaan radiologi
- Monitor produksi urin
- Untuk irigasi kandung kemih
- Untuk membantu proses penyembuhan luka di sakral dan perineum pada
pasien inkontinensia urin
- Monitor keseimbangan cairan
- Mengukur sisa atau residu urin, seperti pasien telah menjalani prosedur
pembedahan, mengalami tumor, trauma sistem perkemihan, dan pasien kritis
dengan masalah komplit di mana terdapat masalah dengan sistem
perkemihan

6. Kontraindikasi

Kontraindikasi pemasangan katater urin antara lain :

- Apabila pasien mengalami striktur uretra, ruptur uretra


- Adanya infeksi pada saluran perkemihan
- Pada pasien memiliki riwayat sulit dipasang kateter urin,
- Pasien dicurigai mengalami perdarahan
- Pasien mengalami prostitis akut, phymosis, suspek trauma urethral

C. Konsep Tindakan Keperawatan Memasang Dan Melepaskan Kateter Pada


Wanita Dengan Tahapan Komunikasi Teraputik

1. Tahap Prainteraksi
a. Persiapan pasien
a) Menjelaskan tindakan
R: Agar pasien dapat menngetahui tindakan yang akan dilakukan

b) Meminta persetujuan pasien

8
R: Untuk memastikan agar pasien benar-benar menerima tindakan
yang akan dilakukan

c) Mengatur posisi pasien


R: Memudahkan perawat dalam melakukan tindakan

b. Persiapan lingkungan
a) Menutup pintu dan jendela serta memasang sampiran
R: Menjaga privasi klien

b) Pastikan ruangan nyaman dan penerangan yang cukup


R: Memudahkan perawat dalam melakukan tindakan

c. Persiapan alat

No Nama alat Gambar Rasional

1 Kateter set steril Mengeluarkan urine


dari kandung kemih

2 Pelumas Mengurangi rasa nyeri


saat memasang kateter

3 Pinset Membantu
memasukan kateter ke
dalam uretra

9
Bak instrumen steril
4. Meletakan barang
steril

5 Kapas steril Membantu


membersihkan area
genitalia wanita
sebelum pemasangan
kateter

6 Kassa steril Membantu


membersihkan area
genitalia wanita
sebelum pemasangan
kateter

7 Sarung tangan steril Mencegah terjadinya


infeksi nosocomial

Duk bolong steril


8 Mencegah agar air
atau cairan lainnya
tidak mengotori
tempat lain

10
Bengkok
9 Wadah untuk menaruh
alat-alat medis yang
sudah terkontaminasi
darah atau kotoran
lainnya

Urine bag
10 Menampung cairan
(urine)

Washlap
11 Membersihkan area
genitalia

Perlak pengalas
12 Pengalas agar tempat
tidur tidak terkena air
atau cairan tubuh
pasien

Kom kecil berisi air


13 Menyimpan air

Sabun
14 Membersihkan daerah
rektal pasien

11
Spuit
15 Membantu
memasukan cairan
aquades ke dalam
kateter

Pispot
16 Menampung bab jika
klien ingin bab
sebelum tindakan
dilakukan

Gunting
17 Menggunting plester

Plester
18 Melakukan fiksasi
pada paha

2. Tahap Orientasi
a) Memberi salam
R: Membina hubungan saling percaya

b) Memperkenalkan diri
R: Membina hubungan saling percaya

c) Memvalidasi kembali data pasien


R: Agar tidak terjadi kesalahan

12
d) Identifikasi pasien dan periksa waktu terakir pasien berkemih, tingkat
kesadaran, mobilitas, keterbatasan fisik, dan kondisi patologis
R: Pemeriksaan yang benar membantu mengidentifikasi kemampuan
pasien untuk bekerjasama selama prosedur dilakukan dan kemungkinan
obstruksi saat memasukan kateter

e) Menjelaskan tujuan darinprosedur kerja yang akan dilakukan


R: Mengurangi kecemasan dan mendapatkan kerjasama ynag memastikan
memasakuan kateter dengan mulus

f) Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien


R: Agar tindakan bisa dilakukan

3. Tahap Kerja
a) Tahap pemasangan kateter
 Memperkenakan diri
R: Membina hubungan saling percaya, dan agar pasien dapat
mengetahui siapa yang mengurusnya

 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan


R: Mengurangi kecemasan dan mendapatkan kerjasama ynag
memastikan memasakuan kateter dengan mulus

 Siapkan alat di samping klien


R: Memudahkan perawatn dalam mengambil alat

 Siapkan ruangan dan pasang sampiran


R: Menajaga privasi klien, dan membuat klien merasa nyaman

13
 Cuci tangan
R: Mengurangi resiko transmisi mikroorganisme

 Atur posisi pasien dengan telentang abduksi


R: Mencegah ketegangan perut dan otot-otot panggul

 Pasang pengalas
R: Menghindari pengotoran tempat tidur

 Pasang selimut di daerah genetalia terbuka


R: Menghindari pengotoran di daerah luar genetalia

 Pasang handschoen steril


R: Mengurangi resiko transmisi mikroorganisme

 Letakkan bnengkok diantara kedua paha


R: Memudahkan perawat dalam menaruh alat yang sudah
terkontaminasi

 Bersihkan area perineum dengan sabun dan air


R: Mengurangi mikroorganisme pada area meatus uretra dan
kemungkinan menempelnya mikroorganisme pada kateter

 Lepas sarung tangan dang anti dengan sarung tangan steril


R: Mengurangi resiko transmisi mikroorganisme

14
 Bersikan vulva dengan kasa, buka labia mayoer, dengan ibu jari dan
telunjuk tangan kiri, bersihkan bagian dalam
R: Mengurangi mikroorganisme dan kemungkinan menempelnya
mikroorganisme pada kateter

 Beri pelumas pada ujung kateter (2,5 – 5 cm) lalu masukkan pelan –
pelan ujung kateter pada meatus uretra sambil pasien dianjurkan
menarik napas
R: Mengurangi rasa nyeri

 Setelah kateter masuk isi balon dengan cairan aquades 10 cc


R: Untuk mengembangkan balon dan membantu menahan kateter di
dalam kandung kemih

 Sambung dengan urobag


R: Agar urine dapat tertamung rapih dan tidak berceceran

 Fiksasi slang kateter pada paha bagian dalam dengan menggunakan


plester nonalergik
R: Traksi pada kateter dapat menimbulkan cedera pada meatus uretra

 Rapikan alat, dan buka sarung tangan


R: Agar alat-alat tersusun rapi dan tidak berhamburan

 Kembalikan klien ke posisi semula


R: Mengembalikan rasa nyaman pasien

15
 Cuci tangan
R: Mencegah infeksi nosocomial

 Dokumentasikan Tindakan (opsional)


R: Agar mendapatkan bukti untuk keperluan penelitian

b) Tahap pelepasan kateter


 Siapkan ruangan dan pasang sampiran
R: Menjaga privasi dan kenyamanan klien

 Perawat menyiapkan klien dengan posisi dorsal recumbent dan


melepaskan pakian bawah
R: memungkinkan perawat untuk melakukan pemeriksaan fisik dan
perawatan dengan lebih mudah, sambil memastikan kenyamanan
klien yang optimal

 Perawat memasang perlak dan pengalas, selimut mandi


R: Mencegah kotoran di atas tempat tidur

 Perawat memakai sarung tangan (handschoen)


R: Mengurangi resiko transmisi mikroorganisme

 Perawat melepas plester dan sisa plester


R: Untuk memudahkan perawat dalam mengambil kembali urobag
dan selangnya

 Perawat melakukan aspirasi balon kateter hingga habis isinya

 perawat menarik kateter perlahan-lahan hingga lepas, klien diminta


menarik nafas dalam dan rileks

16
R: mencegah terjadinya nyeri atau luka pada klien

 Perawat melepas pengalas dan sarung tangan


R: Mencegah infeksi nosocomial

 Kembalikan posisi klien


R: Mengembalikan rasa nyaman pasien

 Merapikan alat-alat yang dibawa


R: Agar alat-alat tersusun rapi dan tidak berhamburan

4. Tahap Terminasi
a) Melakukan evaluasi tindakan yang baru dilakukan
R: Agar tidak terjadi kesalahan, dan mengidentifikasi apa yang perlu
ditingkatkan untuk memberikan layanan terbaik selanjutnya

b) Merapikan pasien dan lingkungan


R: Untuk memberikan kenyamanan pada klien

c) Berpamitan dengan klien


R: Membina hubungan yang baik dan memberikan kesan ramah kepada
klien sehingga membuat klien merasa nyaman

d) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan


R: Untuk mengidentifikasi apa yang perlu ditingkatkan untuk memberikan
layanan terbaik selanjutnya, serta untuk menambah informasi.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kateter urin adalah selang yang dimasukkan ke dalam kandung kemih untuk
membantu mengalirkan urin melalui saluran kemih yang dimasukkan ke dalam kantong
kemih untuk membantu memenuhi kebutuhan berkemih dengan menggantikan kebiasaan
normal dari pasien untuk berkemih secara langsung dengan menggunakan selang. Pasien
yang menggunakan bantuan kateter urin adalah seperti pasien dengan retensi urine,
persalina caesar (ibu setelah melahirkan), pasien oprasi, dll. Penggunaan kateter urine
tidak boleh dilakukan oleh sembarang orang, dan butuh penaganan kusus dari tenaga
medis agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.

B. Saran

Sebagai perawat hendaknya kita dapat memahami dengan benar prosedur


pelaksanaan tindakan pemasangan dan pelepasan kateter urine kepada klien agar tidak
terjadi hal yang tidak diinginkan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Dra. Elly Nurachmah, DNSc dan Ratna S. Sudarsono, SKp (2000). Buku Saku
Prosedur Keperawatan Medikal-Bedah, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Ns. Fitri Mailani, M.Kep (2023). Sistem Perkemihan, Gangguan Dan


Penatalaksanaannya, Jawa Tengah : Eureka Media Aksara

19

Anda mungkin juga menyukai