NAMA NIM
TINGKAT : IA/I
YAYASAN ST.LUKAS
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan karunianya serta kesehatan kepada kita semua, sehingga mampu
menyelesaikan makalah dengan judul Keperawatan Dasar Memasang Dan Melepaskan
Kateter Pada Wanita Dengan Pendekatan Komunikasi Terapeutik.
Laporan ini di susun dengan harapan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
kita serta mampu memberi tanggapan serta kritikan terhadap suatu pembahasan dengan
sumber yang berbeda. Kami menyadari bahwa laporan yang disusun masih jauh dari kata
sempurna. Masih ada terdapat kekurangan dalam menusun dan menyampaikan materi
yang sesuai dengan jdul topik.oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik
dari pembaca yang sifatnya membangun, guna menyempurnkan laporan ini. Akir dari
kata, kami berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca di masa yang akan
datang. Sekian dan terimakasih.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Tujuan Umum...................................................................................................................2
C. Tujuan Khusus..................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..............................................................................................................................3
BAB III..........................................................................................................................................18
PENUTUP.....................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................19
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kateter urin adalah selang yang dimasukkan ke dalam kandung kemih untuk
mengalirkan urin melalui saluran kemih yang dimasukkan ke dalam kantong kemih untuk
membantu memenuhi kebutuhan berkemih dengan menggantikan kebiasaan normal dari
pasien untuk berkemih secara langsung dengam menggunakan selang.
Pemasangan dan pelepasan kateter pada wanita merupakan suatu tindakan medis
yang memegang peranan penting dalam perawatan kesehatan. Kateterisasi pada wanita
melibatkan pengenalan tabung yang lentur ke dalam kandung kemih melalui saluran
kemih untuk berbagai keperluan medis. Prosedur ini diperlukan dalam situasi-situasi
tertentu, seperti perawatan pasien di rumah sakit, manajemen kondisi medis tertentu, atau
pemantauan kesehatan jangka panjang.
1
B. Tujuan Umum
C. Tujuan Khusus
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Ginjal
Ginjal termasuk organ penting dalam sistem urinaria. Dua organ berbentuk
kacang ukuran besar ini terletak di bawah tulang rusuk dekat bagian tengah
punggung.
3
- Membuang limbah dan cairan berlebih dari tubuh
- Menyeimbangkan kadar air dan elektrolit di tubuh
- Melepaskan hormon yang mengontrol produksi sel darah merah
- Membantu menjaga kesehatan tulang dengan mengontrol kalsium
dan fosfor.
Ginjal nantinya akan mengeluarkan urea dari darah lewat unit penyaringan
kecil yang disebut nefron. Setiap nefron biasanya terdiri atas bola yang dibentuk
dari kapiler darah kecil (glomerulus) dan tabung kecil (tubulus ginjal). Bersamaan
dengan air dan limbah lainnya, urea akan membentuk urine saat melewati nefron
dan menuju tubulus ginjal.
2. Ureter
Ureter merupakan bagian dari sistem urinarius yaitu sistem tubuh yang
berperan dalam proses pembentukan dan pembuangan sisa metabolisme dan
kelebihan cairan dalam bentuk urin disebut juga sistem perkemihan.
Ureter adalah suatu saluran muskuler berbentuk silinder atau pipa yang
menghubungkan ginjal dengan kandng kemih. Ureter merupakan lanjutan dari
pelvis renalis yang berjalan dari hillus ginjal menuju distal dan kemudian
bermuara pada kandung kemih.
Ureter terdiri dari 2 saluran pipa di sebelah kanan dan kiri yang
menghubungkan ginjal kanan dan kiri dengan kandung kemih. Ureter memiliki
4
panjang sekitar 20 - 30 cm dengan diameter rata - rata sekitar 0,5 cm dan diameter
maksimal sekitar 1,7 cm yang berada di dekat kandung kemih.
Kandung kemih merupakan organ berongga yang terdiri dari tiga lapis otot
detrusor yang saling beranyaman.
Lapisan paling dalam disebut Mukosa, lapisan tengah terdiri dari otot
polos, dan lapisan paling luar adalah jaringan fibrosa. Kandung kemih dalam
sistem urinaria yang berfungsi sebagai penampung sementara urine yang telah di
produksi oleh ginjal sebelum dikeluarkan dari tubuh melalui uretra.
Letak posisi kandung kemih berada pada anterior abdomen. Ukuran urine
yang sanggup ditampung oleh kandung kemih adalah sekitar 500 ml, tetapi saat
sudah terisi 250 ml maka akan dikeluarkan oleh tubuh. Bentuk, ukuran, dan posisi
kandung kemih (Vesica Urinaria) tiap orang berbeda-beda. Bentuk tersebut
dipengaruhi umur dan urine di dalam vesica urinaria tersebut. Pada orang dewasa
kandung kemih saat kosong berbentuk agak bundar dan 12 keseluruhannya
terletak dalam rongga pelvis. Bila terisi penuh posisi kandung kemih dapat
setinggi umbilicus.
4. Uretra
5
Secara anatomis uretra dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
- Uretra posterior
- Uretra anterior
Sfingter uretra interna tersusun atas otot polos yang dipersyarafi oleh
sistem simpatik sehingga saat vesika urinaria penuh, sfingter ini akan membuka.
Sfingter eksterna tersusun atas otot bergaris yang dipersyarafi oleh sistem syaraf
somatik.
Pada saat ingin kencing maka sfingter ini terbuka dan akan tetap menutup
saat menahan kencing. Panjang uretra wanita kurang lebih 3-5 cm, sedangkan
pada pria dewasa bisa memiliki panjang kurang lebih 23-25 cm. Perbedaan inilah
yang menyebabkan keluhan hambatan pengeluaran urine lebih sering terjadi pada
pria dibanding dengan wanita.
1. Definisi
6
Kateter urin adalah selang yang dimasukkan ke dalam kandung kemih
untuk mengalirkan urin melalui saluran kemih yang dimasukkan ke dalam
kandung kemih untuk membantu memenuhi kebutuhan berkemih dengan
menggantikan kebiasaan normal dari pasien untuk berkemih secara langsung
dengam menggunakan selang.
3. Tujuan
4. Manfaat
5. Indikasi
7
- Pasien dengan kesulitan BAK
- Pengambilan sampel untuk kultur urin (memeriksa bakteri dan jenis bakteri)
- Membantu dalam pemeriksaan radiologi
- Monitor produksi urin
- Untuk irigasi kandung kemih
- Untuk membantu proses penyembuhan luka di sakral dan perineum pada
pasien inkontinensia urin
- Monitor keseimbangan cairan
- Mengukur sisa atau residu urin, seperti pasien telah menjalani prosedur
pembedahan, mengalami tumor, trauma sistem perkemihan, dan pasien kritis
dengan masalah komplit di mana terdapat masalah dengan sistem
perkemihan
6. Kontraindikasi
1. Tahap Prainteraksi
a. Persiapan pasien
a) Menjelaskan tindakan
R: Agar pasien dapat menngetahui tindakan yang akan dilakukan
8
R: Untuk memastikan agar pasien benar-benar menerima tindakan
yang akan dilakukan
b. Persiapan lingkungan
a) Menutup pintu dan jendela serta memasang sampiran
R: Menjaga privasi klien
c. Persiapan alat
3 Pinset Membantu
memasukan kateter ke
dalam uretra
9
Bak instrumen steril
4. Meletakan barang
steril
10
Bengkok
9 Wadah untuk menaruh
alat-alat medis yang
sudah terkontaminasi
darah atau kotoran
lainnya
Urine bag
10 Menampung cairan
(urine)
Washlap
11 Membersihkan area
genitalia
Perlak pengalas
12 Pengalas agar tempat
tidur tidak terkena air
atau cairan tubuh
pasien
Sabun
14 Membersihkan daerah
rektal pasien
11
Spuit
15 Membantu
memasukan cairan
aquades ke dalam
kateter
Pispot
16 Menampung bab jika
klien ingin bab
sebelum tindakan
dilakukan
Gunting
17 Menggunting plester
Plester
18 Melakukan fiksasi
pada paha
2. Tahap Orientasi
a) Memberi salam
R: Membina hubungan saling percaya
b) Memperkenalkan diri
R: Membina hubungan saling percaya
12
d) Identifikasi pasien dan periksa waktu terakir pasien berkemih, tingkat
kesadaran, mobilitas, keterbatasan fisik, dan kondisi patologis
R: Pemeriksaan yang benar membantu mengidentifikasi kemampuan
pasien untuk bekerjasama selama prosedur dilakukan dan kemungkinan
obstruksi saat memasukan kateter
3. Tahap Kerja
a) Tahap pemasangan kateter
Memperkenakan diri
R: Membina hubungan saling percaya, dan agar pasien dapat
mengetahui siapa yang mengurusnya
13
Cuci tangan
R: Mengurangi resiko transmisi mikroorganisme
Pasang pengalas
R: Menghindari pengotoran tempat tidur
14
Bersikan vulva dengan kasa, buka labia mayoer, dengan ibu jari dan
telunjuk tangan kiri, bersihkan bagian dalam
R: Mengurangi mikroorganisme dan kemungkinan menempelnya
mikroorganisme pada kateter
Beri pelumas pada ujung kateter (2,5 – 5 cm) lalu masukkan pelan –
pelan ujung kateter pada meatus uretra sambil pasien dianjurkan
menarik napas
R: Mengurangi rasa nyeri
15
Cuci tangan
R: Mencegah infeksi nosocomial
16
R: mencegah terjadinya nyeri atau luka pada klien
4. Tahap Terminasi
a) Melakukan evaluasi tindakan yang baru dilakukan
R: Agar tidak terjadi kesalahan, dan mengidentifikasi apa yang perlu
ditingkatkan untuk memberikan layanan terbaik selanjutnya
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kateter urin adalah selang yang dimasukkan ke dalam kandung kemih untuk
membantu mengalirkan urin melalui saluran kemih yang dimasukkan ke dalam kantong
kemih untuk membantu memenuhi kebutuhan berkemih dengan menggantikan kebiasaan
normal dari pasien untuk berkemih secara langsung dengan menggunakan selang. Pasien
yang menggunakan bantuan kateter urin adalah seperti pasien dengan retensi urine,
persalina caesar (ibu setelah melahirkan), pasien oprasi, dll. Penggunaan kateter urine
tidak boleh dilakukan oleh sembarang orang, dan butuh penaganan kusus dari tenaga
medis agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.
B. Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
Dra. Elly Nurachmah, DNSc dan Ratna S. Sudarsono, SKp (2000). Buku Saku
Prosedur Keperawatan Medikal-Bedah, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
19