Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN TINDAKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

DASAR ELIMINASI MELALUI TINDAKAN MEMBANTU PASIEN DALAM


MELAKUKAN TINDAKAN BUANG AIR BESAR DI ATAS TEMPAT TIDUR

KELOMPOK VI

Yohana A.B. Lado NIM:225202300803


Yohanes Gervanto Jehadut NIM:225202300805
Bernadetha Relfina Bura NIM:225202300719
Veronika Firgis NIM:225202300799
Megthildis Mediatrix NIM:225202300815
Oktaviana Nona Wanti NIM:225202300786
Adriani Kemba NIM:225202300704
Maria Nona Feni NIM:225202300774
AKADEMIK KEPERAWATAN ST.ELISABETH LELA

YAYASAN SANTO LUKAS KEUSKUPAN MAUMERE

TAHUN AKADEMIK 2023/2024

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Tindakan pemenuhan kebutuhan dasar Eliminasi melalui tindakan


Buang Air Besar dengan tahapan komunikasi terapeoitik
Laporan pendahuluan Tindakan pemenuhan kebutuhan dasar Elminasi telah disetujui
sebagai salah satu syarat untuk mengikuti praktik klinik keperawatan dasar Eliminasi
Hari/tanggal : Sabtu, 2 Desember 2023
Tempat : Maumere
Oleh : Kelompok VI Tingkat 1 A

Dosen pengampuh mata kuliah Pudir I Bidang Akademik

Mediatrix S. Gaharpung S.Kep,Ns,M.Kes Gabriel Mane, S.Fil.,Lic.Th


NIDN:151303 NIDN:0813027603

Mengetahui

Direktur

Maria K. Ringgi Kuwa,S.ST,M.Kes

ii
NIDN:0819037801

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………..……..……...i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..……..……….ii

KATA PENGANTAR…………………………………………………………..………..……..iii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………..………………...…….1

A. Latar Belakang…………………………………………………………………………...…....1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………...…...3

BAB II PEMBAHASAN…………………………………..………………………………..…...4

A. Devinisi Defakasi…………………………………………………………………………...…4
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Defakasi……………………………………...…..4
C. Jenis Pispot……………………………………………………………………………...…….5
D. Tujuan dilakukan Tindakan……………………………………………………………...……5
E. Indikasi………………………………………………………………………………..………5
F. Kontra Indikasi…………………………………………………………………………..……6
G. Menilong Buang Air Besar………………………………………………………………..….6
H. Konsep Tindakan Denga Pendekatan Komunikasi Terapeutik ……………………………..7

BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………..…….…..10

A. Kesimpulan……………………………………………………………………………..……10
B. Saran…………………………………………………………………………………………10

iii
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………11

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan
anugrahNya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Laporan pendahuluan ini berisikan
tentang landasan teori membantu pasien dalam melakukan tindakan Buang Air Besar.
dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Dasar Eliminasi dan
juga sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti kegiatan praktik klinik keperawatan
dasar.
Dalam menyusun laporan pendahuluan ini, penulis banyak mendapatkan
bimbingan, masukan dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini,
penulis mengucapkan limpah terima kasih kepada yang terhormat :
1. Ibu Maria Kornelia Ringgi Kuwa, S.ST.,M.Kes selaku Direktur yang telah
memberikan kesempatan bagi penulis untuk menimbah ilmu dan pengetahuan di
Akademi Keperawatan St.Elisabeth Lela.
2. Gabriel Mane, S.Fil,Lic,Th sebagai Pudir I Bidang Akademik yang telah
mengkoordinir seluruh proses akademik baik di Kelas maupun di tempat praktik.
3. Ibu Mediatrix Santi Gaharpung selaku Dosen Pengampuh mata kuliah Eliminasi
yang telah membimbing dan membantu kami dalam penyelesaian Laporan
Pendahuluan tentang Buang Air Besar
4. Teman kelompok VI yang telah berjuang bersama menyelesaikan laporan
pendahuluan tentang Buang Air Besar.
Penulis sangat sadar bahwa laporan pendahuluan ini dengan judul Laporan
Pendahuluan Tindakan Pemenuhan kebutughan dasar Eliminasi melalui tindakan BAB
diatas tempat tidur masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran dari

iv
pembaca sekalian sangat kami harapkan demi perbaikan serta penyempurnaan laporan
pendahuluan ini.
Maumere, Desember 2023

Penulis

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya teknologi, menyebabkan gaya hidup
manusia menjadi semakin modern. Di era globalisasi saat ini, manusia cenderung
dipermudah dengan segala kecanggihan teknologi dan informasi yang sudah tersedia tanpa
harus mengeluarkan banyak energi. Hal ini yang membuat manusia malas untuk beraktivitas
dan menyebabkan terjadinya pergeseran pola penyakit, dari penyakit infeksi menjadi
penyakit tidak menular. Meskipun tingkat penyakit infeksi masih tinggi namun saat ini
penyakit tidak menular terus mengalami peningkatan. Di wilayah negara maju, penyakit
tidak menular yang memiliki angka kematian tinggi adalah diabetes, jantung, stroke, dan
kanker. Di negara berkembang, angka kejadian penyakit tidak menular semakin meningkat
meskipun penyakit infeksi tetap menjadi yang utama. Stroke dapat dijumpai pada semua
golongan umur, sebagian besar pada usia diatas 55 tahun. Angka kejadian stroke meningkat
secara bertahap dengan seiring bertambahnya usia.
Kurangnya suplai oksigen dan nutrisi ke otak dapat menyebabkan kematian sel saraf
pada otak. Stroke menjadi hal yang menakutkan bagi penduduk di negara Amerika. Dimana
setiap tahun 700 ribu warga Amerika mengalami stroke dan 160 ribu meninggal. Prevalensi
stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan, angka kejadian stroke tertinggi
terdapat di provinsi Kalimantan Timur (14,7%), Sulawesi Utara (14,2%), Daerah Istimewa
Yogyakarta (14,6%), Jawa tengah (11,8%). Prevalensi penyakit stroke berdasarkan
karakteristik yang didiagnosis tenaga kesehatan memperlihatkan bahwa gejala meningkat
seiring dengan bertambahnya umur, tertinggi pada umur ≥75 tahun (50,2%), gejala sama
tinggi pada laki-laki dan perempuan. Prevalensi stroke cenderung lebih tinggi pada
masyarakat dengan pendidikan rendah (21,2%). Prevalensi stroke di kota lebih tinggi dari di
desa (12,6%). Prevalensi lebih tinggi pada masyarakat yang tidak bekerja baik yang
didiagnosis tenaga kesehatan (21,8%). Prevalensi stroke berdasarkan data diatas bahwa jika
dilihat dari wilayah, usia, jenis pekerjaan dan pendidikan sangat mempengaruhi angka
kejadian stroke.

1
Jumlah penderita stroke di Indonesia diperkirakan akan terus mengalami peningkatan
2 kali lipat pada tahun 2020. Kedepan jika tidak ada penanganan dan upaya pencegahan
yang baik stroke tidak hanya akan menyerang pada lanjut usia, tetapi juga menyerang pada
semua kelompok usia baik anak-anak, dewasa dan lansia. Hal ini dapat dilihat dari pola
makan yang lebih menyukai makanan cepat saji. Ada beberapa faktor yang menyebabkan
seseorang beresiko terkena stroke yaitu faktor medis seperti penyakit hipertensi, diabetes,
kolesterol, penyakit jantung, riwayat stroke dalam keluarga. Faktor perilaku seperti
kurangnya olahraga, kurang aktivitas fisik, kebiasaan merokok, pola makan yang salah,
kepatuhan minum obat, kebiasaan makan fast food yang tidak dikontrol. Faktor lain seperti
emboli serebral, perdarahan intra serebral, trombosis sinus dura, deseksi arteri karotis atau
vertebralis, kondisi hiperkoagulasi, vaskulitis sistem saraf pusat, kelainan hematologis,
miksoma atr. Individu yang tidak mau berusaha menjaga atau memperbaiki gaya hidup serta
pola makan akan mudah terkena penyakit stroke yang berdampak bagi tubuh.
Dampak tersebut tergantung pada lokasi, luasnya kerusakan, usia dan kesehatan
sebelum stroke. Sekitar 10-16% penderita stroke memiliki resiko terjadi serangan ulang, dan
memilik resiko menyebabkan kematian dua kali lipat lebih tinggi dari populasi umum.
Sekitar 20% dari penderita stroke memiliki ketergantungan kepada orang lain dalam
melakukan aktivitas (seperti mencuci, berpakaian, eliminasi, berhias, dan berjalan. Dari
dampak yang terjadi pada penyakit stroke, maka perlu dilakukan penanganan segera dan
tidak boleh terjadi kesalahan dalam mendiagnosa. Obat-obatan yang digunakan untuk
menangani pasien stroke berbeda-beda tergantung dari jenis penyakit stroke itu sendiri.
Salah satu dampak dari terjadinya stroke adalah kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh yang
menyebabkan pasien menjadi imobilisasi. Penderita stroke lebih sering melakukan aktivitas
fisiknya ditempat tidur, buang air besar (BAB) yang dilakukan di tempat tidur dapat
meningkatkan resiko terjadinya dekubitus karena adanya tekanan pada tubuh, kelembaban
yang tinggi, didukung dengan cairan urine yang bersifat mengiritasi kulit, serta dapat
menimbulkan bau tidak sedap yang dapat membuat pasien menjadi kurang percaya diri
dengan keadaan dirinya.

2
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami langkah-langkah dalam melakukan
tindakan Buang air besar
2. Tujuan khusus
Mahasiswa di harapkan mampu :
a. Mengetahui Meksnisme buang air besar
b. Mengetahui konsep dasar buang air besar
c. Mengetahui konsep dasar tindakan buang air besar

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi Fisiologi Rektum


Rektum merupakan sebuah saluran yang berawal dari ujung usus besar dan
berakhir di anus. Rektum berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara
fases.biasanya rektum akan kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih
tinggi,yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk kedalam
rektum,maka timbul keinginan untuk buang air besar (defekasi).mengembangnya dinding
rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang
menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi.jika defeksi tidak terjadi,seringkali
material akan dikembalikan ke usus besar,dimana penyerapan air akan kembali dilakukan

panjang rektum sekitar 15-20cm dan membentuk-s. mula-mula rektum menikuti


kecembungan os sacrum,f;exura sacralis,lalu memutar ke belakang setinggi os coccygis
dan berjalan melalui dasar pelvis,flexura perinealis.akhirnya rektum menjadi
canalisanalis dan berakhir pada anus.sepertiga atas rektum merupakan bagian yang sangat
lebar yaitu ampulla recti.jika ampulla terisi maka timbuul perasaan ingin defekasi

3
Rektum biasanya kososng sampai menjelang defekasi.seorang yang mempunyai
kebiasaan teratur akan merasa kebutuhan membuang air besar pada kira-kira waktu yang
sama setiap hari.hal ini disebabkan oleh refleks gastrokolika yang biasanya bekerja
sesudah makan pagi.setelah makanan mencapai lambung dan pencernaan dimulai,maka
peristaltik di dalam usus akibat rangsangan isi usus,gerakan peristaltik merambat ke
kolon dan sisa makanan akhirnya terdorong,dan makanan yang mencapai sekum mulai
bergerak.isi kolon pelvis masuk kedalam sekum disertai gerakan peristaltik keras terjadi
di dalam kolon.tekanan di intra abdominal bertambah dengan penutupan glottis dan
diafragma dan otot abdominal,sfingter anus akan mendorong dan kerjanya berakhir
rektum merupakan bagian distal dari usus besar yang dimulai dari setinni
corpus,sacralis tiga.rektum dibagi menjadi tiga bagian diantaranya yaitu:
a. Rektum bagian bawah,yaitu sepanjang 3-6cm dari anal verge
b. Rektum bagian tengah,yaitu sepanjang 6-10cm dari anal verge
c. Rektum bagian atas,yaitu sepanjag 10-15cm dari anal verge,umumnya rektum
mencapai batas atasnya sekitar 12cm dari anal verge.
B. DeFinisi Defakasi

Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut buang air
besar.Terdapat dua pusat yang menguasai refleks untuk defekasi yang terletak dimedula dan
sumsum tulang belakang. Apabila terjadi rangsangan parasimpatis ,sfingter anus bagian dalam
akan mengendor dan usus besar menguncup. Reflekdefekesi dirangsang untuk buang air
besar,kemudian sfingter anus bagian luaryang diawali oleh syaraf parasimpatis setiap waktu
menguncup atau mengendorselama defekasi berbagai otot lain membantu proses itu seperti
otot dinding perut,diafragma dan otot-otot dasar pelvis.Secara umum, terdapat 2 macam reflek
yang membantu proses defekasi yaitu, pertama, reflek defekasi interinsik yang mulai dari zat
sisa makanan (feses) dalamrektum sehingga terjadi distensi. Kemudian flexus mesenterikus
merangsanggerakan peristaltik dan akhirnya feses sampai di anus. Lalu pada saat
sfingterinterna relaksasi, maka terjadilah proses defekasi. Kedua, reflek defekasi parasimpatis,
adanya feses dalam rektum yang merangsang saraf rectum ke spinalcord. Dan merangsang ke
kolon desenden, kemudian ke sigmoid, lalu ke rektumdengan gerakan peristaltik dan akhirnya
terjadi relaksasi sfingter interna, makaterjadilah proses defekasi saat sfingter interna
berelaksasi.

4
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Defekasia.
1. Usia
Setiap tahap perkembangan atau usia memiliki kemampuan mengontrol prosesdefekasi
yang berbeda.pada bayi belum memiliki kemampuan mengotrol
secara penuh dalam buang air besar,sedangkan orang dewasa sudah memilikikemampuan
mengotrol secara penuh,kemudian pada usia lanjut proses pengontrolan tersebut
mengalami penurunan
2. Diet
Diet atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat mempengaruhi prosesdefekasi.makanan
yang memiliki kandungan serat tinggi dapat membantu proses percepatan defekasi dan
jumlah yang di konsumsi pun dapat mempengaruhinya.
3. Asupan Cairan Pemasukan
cairan yang kurang dalam tubuh membuat defekasi menjadi keras olehkarenaproses
absorbsi yang kurang sehingga dapat mempengaruhi kesulitan proses defekasi.
4. Aktivitas
Aktivitas dapat mempengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitas
tonusotot,abdomen,pelvis dan diafragma dapat membantu kelancaran
prosesdefekasi,sehingga proses gerakan peristaltik pada daerah kolon dapat
bertambah baik dan memudahkan untuk kelancaran proses defekasi.
5. Pengobatan
Pengobatan juga dapat mempengaruhi proses defekasi seperti penggunaan obat-obatan
laksatif atau antasida yang terlalu kering.
6. Gaya hidup
Gaya hidup dapat mempengaruhi proses defekasi.halini dapat dilihat padaseseorang yang
memiliki gaya hidup sehat/kebiasaan melakukan buang air besardi tempat yang bersih
atau toilet.maka ketika seseorang tersebut buang air besarditempat yang terbuka atau
tempat yang kotor maka ia akan mengalami kesulilandalam proses defekasi.
7. Penyakit Beberapa
Penyakit dapat mempengaruhi proses defikasi.biasanya penyakit tersebut berhubungan
langsung dengan sistem pencernaan seperti gastroenteristis atau penyakit infeksi lainnya.

3
8. Nyeri adanya nyeri dapat mempengarihi kemampuan/keinginan untuk berdefekasiseperti
nyeri pada kasus hemoroid dan episiotomi.i. Kerusakan motorik dan sensorikKerusakan
pada sistem sensoris dan metoris dapat mempengaruhi proses defekasi karena dapat
menimbulkan proses penurunan stirmulasi sensoris dalam berdefikasi hal tersebut dapat
mengakibatkan kerusakan pada tulang belakang atau kerusakan saraf lainya.

No Keadaan Normal Abnormal Penyebab


.
1. Warna Bayi: Kuning Putih,hitam da merah Kurangnya kadar
empedu, perdarahan
saluran cerna, atau
perdarahan saluran
cerna bagian bawah
Dewasa: coklat Pucat berlemak Malapsorbsi lemak
2. Bau Khas fases dan Amis dan perubahan Darah dan infeksi
dipengaruhi oleh makanan bau
3. Konsistensi Lunak dan berbentuk Cair Diare dan absorpsi
kurang
4. Bentuk Sesuai dimeter rectum Kecil,bentuknya Obstruksi dan
seperti pensil peistaltik yang cepat
5. Konstituen Makanan yang tidak Darah,pus,benda Internal bleeding,
dicerna,bakteri yang asing,mucus,atau infeksi,tertelan
mati,lemak,pigmen cacing benda,iritasi atau
empedu,mukosa usus,air. inflamansi.

D. Jenis-jenis Pispot
1. Pispot
2. Kursi untuk buang air besar yaitu pispot yang di pasang di kursi roda

4
E. Tujuan di lakukannya tindakan
1. Membantu pasien dalam rangka memenuhi kebutuhan elimiasi pasien.
2. Mengobservasi output
3. Memberikan rasa nyaman pada pasien
F. Indikasi
1. Dilakukan pada pasien yang tidak mampu ke toilet.
2. Pada pasien yang bedrest total.
3. Pada klien selesai operasi agar luka bekas operasi tidak infeksi karenaterlalu banyak
bergerak
G.Kontra Indikasi.
1. Pasien yang mampu ke toilet atau bisa BAB secara mandiri.
2. Pasien dengan fraktur vertebra dan femur

H. Menolong Buang Air Besar Dengan Menggunakan Pispot Menolong membuang air besar
dengan menggunakan pispot merupakan tindakankeperawatan yang dilakukan kepada pasien
yang tidak mampu buang air besar4. Bentuk Sesuai diameter rectum Kecil, bentuknyaseperti
pensil.Obstruksi dan peristaltikyang cepat. Konstituen Makanan yang tidakdicerna, bakteri
yangmati, lemak, pigmenempedu, mukosa usus,air.Darah, pus, bendaasing, mukus, atau
cacing.Internal bleeding,infeksi, tertelan benda,iritasi, atau inflamasi secara sendiri dikamar
kecil misalnya, pasien yang mempunyai luka dikaki dantidak bisa berjalan, pasien yang
lemah, bad areas, dan lain-lain. Yaitu dengan caramenggunakan pispot (penampung) untuk
buang air besar ditempat tidur, dengantujuan untuk pemenuhan kebutuhan dasar BAB di
tempat tidur, kebutuhaneliminasi pasien terpenuhi, memberi rasa nyaman, mengobservasi
output.

5
I. Pelaksanaan tindakan dengan pendekatan komunikasi terapeotik
1. Persiapan alat dan bahan
Adapun alat dan bahan yang perlu dipersiapkan adalah sebagai berikut
Table 1.1 persiapan alat dan bahan
Sumber: www.alomedika.com, genitourinaria

No Nama alat Spesifikasi Gambar Jumlah


1. Handschoon Terbuat dari bahan lateks 1
dan bahan lainya seperti
vinyl dan nitrile,kegunaanya
untuk mengurangi kelelahan
kerja tangan

2. Perlak Terbuat dari Polyethylene 1


Vinly Acetate
(PEVA),kegunaanya untuk
material yang digunakan
pada bagian midsole
maupun outsole pada
alas,Vinyl (PVC)
kegunaanya untuk material
pelapis perlak,Ethylene
Vinyl Acetate (EVA) dan
Polyurethane
3. Handuk Terbuat dari bahan 1
katun,yang memiliki sifat
mudah menyerap
air,kegunaannya untuk
melembabkan kulit

6
4. Pispot Terbuat dari bahan plastic 1
yang ringan da mudah
digunakan

5. Air dalam baskom Baskom yang berisi air -1


terbuat dari aluminium
untuk menampung air bersih

6. Nierbeken Terbuat dari stainless 2


steel,lebih tahan panas
sehingga bisa di sterilisasi
dan juga terbuat dari
aluminium
7. Selimut Terbuat dari bahan katun 1
untuk menjaga orivasi klien
saat memasang dan
melepaskan keteter
8. Masker Medis Terbuat dari bahan 1
katun,untuk pencegahan
virus.

7
9. Antiseptik Jel Alcohol 70% dalam bentuk 1
gel yang dapat digunakan
sebagai antiseptic yang
dapat membersihkan tangan
dari kuman,seperti bakteri
da virus tanpa bilas

10. Keranjang Sampah Terbuat dari logam atau 1


plastic untuk menampung
sampah dan bahan’ medis
yang sudah digunakan atau
kotor

2. Prosedur kerja
Berikut langkah kerja yang dilakukan untuk membantu pasien BAB dengan menggunakan
pispot.
Tabel 2.1 prosedur kerja dalam melakukan tindakan buang air besar
Sumber: spada.uns.ac.id,mod-view

No Aspek Tindakan Ilustrasi Gambar Rasional


1. Fase prainteraksi Perawat mencari
a. Melakukan tahu data dari pasien
verifikasi data

b. Persiapan alat 1) Handschoon Untuk menghindari

8
infeksi atau kuman
yang masuk

2) Perlak Sebagai pengalas


ketika sedang
melakukan
tindakan,seperti
pengalas kotoran
3) Handuk Untuk mengeringkan
kuku yang sudah
dibasuhi dengan air

4) Pispot Alat bantu dalam


memenuhi
kebutuhan yaitu
buag air besar bagi
laki-laki dan
perempuan serta
kebutuhan buang air
kecil bagi
perempuan.
5) Air dalam baskom Untuk menampung
air,saat ingin
membersihkan
pasien sesudah
melakukan buang air
besar.

6) Nierbeken Untuk menampung

9
kotoran dari kuku
saat melakukan
tindakan

7) Selimut Untuk menjaga


privasi klien saat
melakukan tindakan
pemasangan keteter
dan pelepasan
keteter.

8) Masker medis Untuk mencegah


virus da bakteri
menyebar melalui
lender atau cairan
yang keluar saat
kamu bersin atau
batuk.

9) Aseptic Jel Untuk


membersihkan
tangan dari kuman
seperti bakteri dan
virus tanpa di bilas
sebelum perawat
melakukan tindakan.

10
10) Keranjang sampah Untuk menampung
bahan-bahan yang
kotor.

c. Persiapan Perawat menjelaskan


pasien maksud dan tujuan
kedatangannya
untuk memasang
dan pelepasan
keteter kondom
wanita
1. Mengucapkan salam pada klien
R: menciptakan keakraban antara perawat
dan klien agar tindakan yang dilakukan
dapat berjalan dengan lancer
2. Menjelaskan maksud dan tujuan yang
akan dilakukan
R: agar pasien mengetahui tindakan yang
akan dilakukan
3. Mengatur posisi pasien

11
R: memudahkan perawat dalam
melakukan tindakan

d. Persiapan Perawat memasang


lingkungan sampiran sebelum
melakukan tindakan
guna untuk menjaga
privasi klien,

a. Persiapan lingkungan
1. Tutup pintu dan jendela serta memasang
sampiran
R: menjaga privasi pasien
2. Mengatur penerangan yang cukup
R: memudahkan perawat dalam
melakukan tindakan

2. Fase orientasi Perawat memberi


salam kepada
klien.menjelaskan
tujuan prosedur
tindakan dan
menempatkan alat
didekat pasien
3. Fase kerja Untuk melakukan
pemasangan dan
pelepasan keteter
kondom wanita agar
memudahkan pasien
bedah untuk

12
a) Interaksi dengan pasien mengeluarkan urin.
b) Menjaga privasi pasien dengan
menutup sampiran
c) Cuci tangan
d) Gunakan handschoon
e) Ganti selimut pasien
f) Memasang perlak sedang
g) Memberikan posisi dorsal recumbent
h) Membantu melepas celana pasien
i) Memasang pispot dengan ujung
menghadap ke pasien
j) Persilahkan pasien melakukan eliminasi
k) Siapkan alat untuk membersihkan
kotoran pasien
l) Bersihkan dan rapikan alat
m) Rapikan pasien dengan membersihkan
tempat tidur pasien
n) Melepaskan handschoon
o) Bantu pasien mengenakan celana
4. Fase terminasi Perawat
mengevaluasi
tindakan dan
mendokumentasi
hasil tindakan

1. Mengevaluasi keadaan pasien


R: Untuk mengetahui keadaan umum
pasien setelah dilakukan tindakan
2. Mengucapkan terima kasih dan berpamitan

13
dengan pasien
R: menjalin hubungan yang baik antara
perawat dan pasien
3. Buka sarung tangan dan cuci tangn
R:Mencegah Transmisi mikroorganisem
4. Mencatat hasil tindakan di catatan perawat
termasuk ukuran kateter, jumlah dan
karakter urine
R: mendokumentasikan respons pasien dan
hasil terapi.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam menangani masalah eliminasi, perawat harus memahami eliminasi normal dan
faktor-faktor yang meningkatkan atau menghambat elimnasi asuhan keperawatan yang
mendukung akan menghormati dan kebutuhan emosianal klien. Tindakan yang di rancang
untuk meningkatkan eliminasi normal juga harus menimalkan rasa ketidaknyamanan.
Dampak yang dapatb terjadi alibat dari ganguan system gastrointestinal sangatlah beragam
mulai dari konstipasi,diare,inkontinensia usus, dan hemoroid fecal infection.

14
Perawat dibekali dengan ilmu keperawatan dasar tentang pemenuhan kebutuhan dasar BAB
di tempat tidur agar perawat mampu membantu atau menolong pasien yang tidak mampu
untuk melakukan BAB secara mandiri di kamar mandi.

B. Saran
Dengan terselesainya makalah ini,di harapkan para mahasiswa mengetahui cara prosedur
membantu menggunakan pispot atau membantu pasien BAB di atas tempat tidur,bagi para
pembaca di harapkan kritik dan sarannya agar makalah ini lebih baik dan memberikan
motivasi kepada penulis.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat,A.A.A.dan M.Uliyah. 2015. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.: Medika: Jakarta


Suryani, 2017. Panduan Praktikum Keterampilan Dasar Dalam Keperawatan.Yogyakarta:
Yogyakarta
Suryani, 2012. Panduan Praktikum Keterampilan Dasar Dalam Keperawatan. Yogyakarta:
Yogyakarta
Tim praktik kep.2016. Buku Ceklist Keterampilan Keperawatan .banyuwangi: perpus stikes
banyuwangi

15
16

Anda mungkin juga menyukai