KELOMPOK VI
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui
Direktur
ii
NIDN:0819037801
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………..……..……...i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..……..……….ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………..………..……..iii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………..………………...…….1
A. Latar Belakang…………………………………………………………………………...…....1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………...…...3
BAB II PEMBAHASAN…………………………………..………………………………..…...4
A. Devinisi Defakasi…………………………………………………………………………...…4
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Defakasi……………………………………...…..4
C. Jenis Pispot……………………………………………………………………………...…….5
D. Tujuan dilakukan Tindakan……………………………………………………………...……5
E. Indikasi………………………………………………………………………………..………5
F. Kontra Indikasi…………………………………………………………………………..……6
G. Menilong Buang Air Besar………………………………………………………………..….6
H. Konsep Tindakan Denga Pendekatan Komunikasi Terapeutik ……………………………..7
BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………..…….…..10
A. Kesimpulan……………………………………………………………………………..……10
B. Saran…………………………………………………………………………………………10
iii
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………11
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan
anugrahNya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Laporan pendahuluan ini berisikan
tentang landasan teori membantu pasien dalam melakukan tindakan Buang Air Besar.
dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Dasar Eliminasi dan
juga sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti kegiatan praktik klinik keperawatan
dasar.
Dalam menyusun laporan pendahuluan ini, penulis banyak mendapatkan
bimbingan, masukan dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini,
penulis mengucapkan limpah terima kasih kepada yang terhormat :
1. Ibu Maria Kornelia Ringgi Kuwa, S.ST.,M.Kes selaku Direktur yang telah
memberikan kesempatan bagi penulis untuk menimbah ilmu dan pengetahuan di
Akademi Keperawatan St.Elisabeth Lela.
2. Gabriel Mane, S.Fil,Lic,Th sebagai Pudir I Bidang Akademik yang telah
mengkoordinir seluruh proses akademik baik di Kelas maupun di tempat praktik.
3. Ibu Mediatrix Santi Gaharpung selaku Dosen Pengampuh mata kuliah Eliminasi
yang telah membimbing dan membantu kami dalam penyelesaian Laporan
Pendahuluan tentang Buang Air Besar
4. Teman kelompok VI yang telah berjuang bersama menyelesaikan laporan
pendahuluan tentang Buang Air Besar.
Penulis sangat sadar bahwa laporan pendahuluan ini dengan judul Laporan
Pendahuluan Tindakan Pemenuhan kebutughan dasar Eliminasi melalui tindakan BAB
diatas tempat tidur masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran dari
iv
pembaca sekalian sangat kami harapkan demi perbaikan serta penyempurnaan laporan
pendahuluan ini.
Maumere, Desember 2023
Penulis
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya teknologi, menyebabkan gaya hidup
manusia menjadi semakin modern. Di era globalisasi saat ini, manusia cenderung
dipermudah dengan segala kecanggihan teknologi dan informasi yang sudah tersedia tanpa
harus mengeluarkan banyak energi. Hal ini yang membuat manusia malas untuk beraktivitas
dan menyebabkan terjadinya pergeseran pola penyakit, dari penyakit infeksi menjadi
penyakit tidak menular. Meskipun tingkat penyakit infeksi masih tinggi namun saat ini
penyakit tidak menular terus mengalami peningkatan. Di wilayah negara maju, penyakit
tidak menular yang memiliki angka kematian tinggi adalah diabetes, jantung, stroke, dan
kanker. Di negara berkembang, angka kejadian penyakit tidak menular semakin meningkat
meskipun penyakit infeksi tetap menjadi yang utama. Stroke dapat dijumpai pada semua
golongan umur, sebagian besar pada usia diatas 55 tahun. Angka kejadian stroke meningkat
secara bertahap dengan seiring bertambahnya usia.
Kurangnya suplai oksigen dan nutrisi ke otak dapat menyebabkan kematian sel saraf
pada otak. Stroke menjadi hal yang menakutkan bagi penduduk di negara Amerika. Dimana
setiap tahun 700 ribu warga Amerika mengalami stroke dan 160 ribu meninggal. Prevalensi
stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan, angka kejadian stroke tertinggi
terdapat di provinsi Kalimantan Timur (14,7%), Sulawesi Utara (14,2%), Daerah Istimewa
Yogyakarta (14,6%), Jawa tengah (11,8%). Prevalensi penyakit stroke berdasarkan
karakteristik yang didiagnosis tenaga kesehatan memperlihatkan bahwa gejala meningkat
seiring dengan bertambahnya umur, tertinggi pada umur ≥75 tahun (50,2%), gejala sama
tinggi pada laki-laki dan perempuan. Prevalensi stroke cenderung lebih tinggi pada
masyarakat dengan pendidikan rendah (21,2%). Prevalensi stroke di kota lebih tinggi dari di
desa (12,6%). Prevalensi lebih tinggi pada masyarakat yang tidak bekerja baik yang
didiagnosis tenaga kesehatan (21,8%). Prevalensi stroke berdasarkan data diatas bahwa jika
dilihat dari wilayah, usia, jenis pekerjaan dan pendidikan sangat mempengaruhi angka
kejadian stroke.
1
Jumlah penderita stroke di Indonesia diperkirakan akan terus mengalami peningkatan
2 kali lipat pada tahun 2020. Kedepan jika tidak ada penanganan dan upaya pencegahan
yang baik stroke tidak hanya akan menyerang pada lanjut usia, tetapi juga menyerang pada
semua kelompok usia baik anak-anak, dewasa dan lansia. Hal ini dapat dilihat dari pola
makan yang lebih menyukai makanan cepat saji. Ada beberapa faktor yang menyebabkan
seseorang beresiko terkena stroke yaitu faktor medis seperti penyakit hipertensi, diabetes,
kolesterol, penyakit jantung, riwayat stroke dalam keluarga. Faktor perilaku seperti
kurangnya olahraga, kurang aktivitas fisik, kebiasaan merokok, pola makan yang salah,
kepatuhan minum obat, kebiasaan makan fast food yang tidak dikontrol. Faktor lain seperti
emboli serebral, perdarahan intra serebral, trombosis sinus dura, deseksi arteri karotis atau
vertebralis, kondisi hiperkoagulasi, vaskulitis sistem saraf pusat, kelainan hematologis,
miksoma atr. Individu yang tidak mau berusaha menjaga atau memperbaiki gaya hidup serta
pola makan akan mudah terkena penyakit stroke yang berdampak bagi tubuh.
Dampak tersebut tergantung pada lokasi, luasnya kerusakan, usia dan kesehatan
sebelum stroke. Sekitar 10-16% penderita stroke memiliki resiko terjadi serangan ulang, dan
memilik resiko menyebabkan kematian dua kali lipat lebih tinggi dari populasi umum.
Sekitar 20% dari penderita stroke memiliki ketergantungan kepada orang lain dalam
melakukan aktivitas (seperti mencuci, berpakaian, eliminasi, berhias, dan berjalan. Dari
dampak yang terjadi pada penyakit stroke, maka perlu dilakukan penanganan segera dan
tidak boleh terjadi kesalahan dalam mendiagnosa. Obat-obatan yang digunakan untuk
menangani pasien stroke berbeda-beda tergantung dari jenis penyakit stroke itu sendiri.
Salah satu dampak dari terjadinya stroke adalah kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh yang
menyebabkan pasien menjadi imobilisasi. Penderita stroke lebih sering melakukan aktivitas
fisiknya ditempat tidur, buang air besar (BAB) yang dilakukan di tempat tidur dapat
meningkatkan resiko terjadinya dekubitus karena adanya tekanan pada tubuh, kelembaban
yang tinggi, didukung dengan cairan urine yang bersifat mengiritasi kulit, serta dapat
menimbulkan bau tidak sedap yang dapat membuat pasien menjadi kurang percaya diri
dengan keadaan dirinya.
2
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami langkah-langkah dalam melakukan
tindakan Buang air besar
2. Tujuan khusus
Mahasiswa di harapkan mampu :
a. Mengetahui Meksnisme buang air besar
b. Mengetahui konsep dasar buang air besar
c. Mengetahui konsep dasar tindakan buang air besar
3
BAB II
PEMBAHASAN
3
Rektum biasanya kososng sampai menjelang defekasi.seorang yang mempunyai
kebiasaan teratur akan merasa kebutuhan membuang air besar pada kira-kira waktu yang
sama setiap hari.hal ini disebabkan oleh refleks gastrokolika yang biasanya bekerja
sesudah makan pagi.setelah makanan mencapai lambung dan pencernaan dimulai,maka
peristaltik di dalam usus akibat rangsangan isi usus,gerakan peristaltik merambat ke
kolon dan sisa makanan akhirnya terdorong,dan makanan yang mencapai sekum mulai
bergerak.isi kolon pelvis masuk kedalam sekum disertai gerakan peristaltik keras terjadi
di dalam kolon.tekanan di intra abdominal bertambah dengan penutupan glottis dan
diafragma dan otot abdominal,sfingter anus akan mendorong dan kerjanya berakhir
rektum merupakan bagian distal dari usus besar yang dimulai dari setinni
corpus,sacralis tiga.rektum dibagi menjadi tiga bagian diantaranya yaitu:
a. Rektum bagian bawah,yaitu sepanjang 3-6cm dari anal verge
b. Rektum bagian tengah,yaitu sepanjang 6-10cm dari anal verge
c. Rektum bagian atas,yaitu sepanjag 10-15cm dari anal verge,umumnya rektum
mencapai batas atasnya sekitar 12cm dari anal verge.
B. DeFinisi Defakasi
Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut buang air
besar.Terdapat dua pusat yang menguasai refleks untuk defekasi yang terletak dimedula dan
sumsum tulang belakang. Apabila terjadi rangsangan parasimpatis ,sfingter anus bagian dalam
akan mengendor dan usus besar menguncup. Reflekdefekesi dirangsang untuk buang air
besar,kemudian sfingter anus bagian luaryang diawali oleh syaraf parasimpatis setiap waktu
menguncup atau mengendorselama defekasi berbagai otot lain membantu proses itu seperti
otot dinding perut,diafragma dan otot-otot dasar pelvis.Secara umum, terdapat 2 macam reflek
yang membantu proses defekasi yaitu, pertama, reflek defekasi interinsik yang mulai dari zat
sisa makanan (feses) dalamrektum sehingga terjadi distensi. Kemudian flexus mesenterikus
merangsanggerakan peristaltik dan akhirnya feses sampai di anus. Lalu pada saat
sfingterinterna relaksasi, maka terjadilah proses defekasi. Kedua, reflek defekasi parasimpatis,
adanya feses dalam rektum yang merangsang saraf rectum ke spinalcord. Dan merangsang ke
kolon desenden, kemudian ke sigmoid, lalu ke rektumdengan gerakan peristaltik dan akhirnya
terjadi relaksasi sfingter interna, makaterjadilah proses defekasi saat sfingter interna
berelaksasi.
4
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Defekasia.
1. Usia
Setiap tahap perkembangan atau usia memiliki kemampuan mengontrol prosesdefekasi
yang berbeda.pada bayi belum memiliki kemampuan mengotrol
secara penuh dalam buang air besar,sedangkan orang dewasa sudah memilikikemampuan
mengotrol secara penuh,kemudian pada usia lanjut proses pengontrolan tersebut
mengalami penurunan
2. Diet
Diet atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat mempengaruhi prosesdefekasi.makanan
yang memiliki kandungan serat tinggi dapat membantu proses percepatan defekasi dan
jumlah yang di konsumsi pun dapat mempengaruhinya.
3. Asupan Cairan Pemasukan
cairan yang kurang dalam tubuh membuat defekasi menjadi keras olehkarenaproses
absorbsi yang kurang sehingga dapat mempengaruhi kesulitan proses defekasi.
4. Aktivitas
Aktivitas dapat mempengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitas
tonusotot,abdomen,pelvis dan diafragma dapat membantu kelancaran
prosesdefekasi,sehingga proses gerakan peristaltik pada daerah kolon dapat
bertambah baik dan memudahkan untuk kelancaran proses defekasi.
5. Pengobatan
Pengobatan juga dapat mempengaruhi proses defekasi seperti penggunaan obat-obatan
laksatif atau antasida yang terlalu kering.
6. Gaya hidup
Gaya hidup dapat mempengaruhi proses defekasi.halini dapat dilihat padaseseorang yang
memiliki gaya hidup sehat/kebiasaan melakukan buang air besardi tempat yang bersih
atau toilet.maka ketika seseorang tersebut buang air besarditempat yang terbuka atau
tempat yang kotor maka ia akan mengalami kesulilandalam proses defekasi.
7. Penyakit Beberapa
Penyakit dapat mempengaruhi proses defikasi.biasanya penyakit tersebut berhubungan
langsung dengan sistem pencernaan seperti gastroenteristis atau penyakit infeksi lainnya.
3
8. Nyeri adanya nyeri dapat mempengarihi kemampuan/keinginan untuk berdefekasiseperti
nyeri pada kasus hemoroid dan episiotomi.i. Kerusakan motorik dan sensorikKerusakan
pada sistem sensoris dan metoris dapat mempengaruhi proses defekasi karena dapat
menimbulkan proses penurunan stirmulasi sensoris dalam berdefikasi hal tersebut dapat
mengakibatkan kerusakan pada tulang belakang atau kerusakan saraf lainya.
D. Jenis-jenis Pispot
1. Pispot
2. Kursi untuk buang air besar yaitu pispot yang di pasang di kursi roda
4
E. Tujuan di lakukannya tindakan
1. Membantu pasien dalam rangka memenuhi kebutuhan elimiasi pasien.
2. Mengobservasi output
3. Memberikan rasa nyaman pada pasien
F. Indikasi
1. Dilakukan pada pasien yang tidak mampu ke toilet.
2. Pada pasien yang bedrest total.
3. Pada klien selesai operasi agar luka bekas operasi tidak infeksi karenaterlalu banyak
bergerak
G.Kontra Indikasi.
1. Pasien yang mampu ke toilet atau bisa BAB secara mandiri.
2. Pasien dengan fraktur vertebra dan femur
H. Menolong Buang Air Besar Dengan Menggunakan Pispot Menolong membuang air besar
dengan menggunakan pispot merupakan tindakankeperawatan yang dilakukan kepada pasien
yang tidak mampu buang air besar4. Bentuk Sesuai diameter rectum Kecil, bentuknyaseperti
pensil.Obstruksi dan peristaltikyang cepat. Konstituen Makanan yang tidakdicerna, bakteri
yangmati, lemak, pigmenempedu, mukosa usus,air.Darah, pus, bendaasing, mukus, atau
cacing.Internal bleeding,infeksi, tertelan benda,iritasi, atau inflamasi secara sendiri dikamar
kecil misalnya, pasien yang mempunyai luka dikaki dantidak bisa berjalan, pasien yang
lemah, bad areas, dan lain-lain. Yaitu dengan caramenggunakan pispot (penampung) untuk
buang air besar ditempat tidur, dengantujuan untuk pemenuhan kebutuhan dasar BAB di
tempat tidur, kebutuhaneliminasi pasien terpenuhi, memberi rasa nyaman, mengobservasi
output.
5
I. Pelaksanaan tindakan dengan pendekatan komunikasi terapeotik
1. Persiapan alat dan bahan
Adapun alat dan bahan yang perlu dipersiapkan adalah sebagai berikut
Table 1.1 persiapan alat dan bahan
Sumber: www.alomedika.com, genitourinaria
6
4. Pispot Terbuat dari bahan plastic 1
yang ringan da mudah
digunakan
7
9. Antiseptik Jel Alcohol 70% dalam bentuk 1
gel yang dapat digunakan
sebagai antiseptic yang
dapat membersihkan tangan
dari kuman,seperti bakteri
da virus tanpa bilas
2. Prosedur kerja
Berikut langkah kerja yang dilakukan untuk membantu pasien BAB dengan menggunakan
pispot.
Tabel 2.1 prosedur kerja dalam melakukan tindakan buang air besar
Sumber: spada.uns.ac.id,mod-view
8
infeksi atau kuman
yang masuk
9
kotoran dari kuku
saat melakukan
tindakan
10
10) Keranjang sampah Untuk menampung
bahan-bahan yang
kotor.
11
R: memudahkan perawat dalam
melakukan tindakan
a. Persiapan lingkungan
1. Tutup pintu dan jendela serta memasang
sampiran
R: menjaga privasi pasien
2. Mengatur penerangan yang cukup
R: memudahkan perawat dalam
melakukan tindakan
12
a) Interaksi dengan pasien mengeluarkan urin.
b) Menjaga privasi pasien dengan
menutup sampiran
c) Cuci tangan
d) Gunakan handschoon
e) Ganti selimut pasien
f) Memasang perlak sedang
g) Memberikan posisi dorsal recumbent
h) Membantu melepas celana pasien
i) Memasang pispot dengan ujung
menghadap ke pasien
j) Persilahkan pasien melakukan eliminasi
k) Siapkan alat untuk membersihkan
kotoran pasien
l) Bersihkan dan rapikan alat
m) Rapikan pasien dengan membersihkan
tempat tidur pasien
n) Melepaskan handschoon
o) Bantu pasien mengenakan celana
4. Fase terminasi Perawat
mengevaluasi
tindakan dan
mendokumentasi
hasil tindakan
13
dengan pasien
R: menjalin hubungan yang baik antara
perawat dan pasien
3. Buka sarung tangan dan cuci tangn
R:Mencegah Transmisi mikroorganisem
4. Mencatat hasil tindakan di catatan perawat
termasuk ukuran kateter, jumlah dan
karakter urine
R: mendokumentasikan respons pasien dan
hasil terapi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam menangani masalah eliminasi, perawat harus memahami eliminasi normal dan
faktor-faktor yang meningkatkan atau menghambat elimnasi asuhan keperawatan yang
mendukung akan menghormati dan kebutuhan emosianal klien. Tindakan yang di rancang
untuk meningkatkan eliminasi normal juga harus menimalkan rasa ketidaknyamanan.
Dampak yang dapatb terjadi alibat dari ganguan system gastrointestinal sangatlah beragam
mulai dari konstipasi,diare,inkontinensia usus, dan hemoroid fecal infection.
14
Perawat dibekali dengan ilmu keperawatan dasar tentang pemenuhan kebutuhan dasar BAB
di tempat tidur agar perawat mampu membantu atau menolong pasien yang tidak mampu
untuk melakukan BAB secara mandiri di kamar mandi.
B. Saran
Dengan terselesainya makalah ini,di harapkan para mahasiswa mengetahui cara prosedur
membantu menggunakan pispot atau membantu pasien BAB di atas tempat tidur,bagi para
pembaca di harapkan kritik dan sarannya agar makalah ini lebih baik dan memberikan
motivasi kepada penulis.
DAFTAR PUSTAKA
15
16