S
DENGAN DIAGNOSA MEDIS PJB ASIANOTIK DI RUANG
FLAMBOYAN RSUD dr. DORIS SYLVANUS
Oleh :
LISNAWATIE
NIM : 20231490104040
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Karena atas
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan pendahuluan yang
berjudul “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada An.S Dengan
Diagnosa Medis Pjb Asianotik Di Ruang Flamboyan RSUD dr. Doris Sylvanus”
Penyusun menyadari tanpa bantuan dari semua pihak maka laporan
pendahuluan ini tidak akan selesai sesuai dengan waktu yang diharapkan. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini pula penyusun mengucapkan banyak terima kasih
terutama kepada :
1. Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes. Selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Meilitha Carolina, Ners, M.Kep. Selaku Ketua Prodi Profesi Ners Angkatan
XI STIKES Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Nia Pristina, Ners, M. Kep., dan ibu Isna Wiranti S.Kep., Ners Selaku
Koordinator dalam Program Studi Profesi Ners STIKes Eka Harap Palangka
Raya.
4. Ibu Dina Rawan G. Rana, Ners., M.Kep, selaku Pembimbing Akademik yang
telah banyak memberi saran dan bimbingan dalam menyelesaikan Asuhan
keperawatan ini.
5. Ibu Fina Wardani, S.Kep., Ners. Selaku Pembimbing Klinik di Ruang
Flamboyan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya yang telah banyak
memberi saran dan bimbingan dalam menyelesaikan Asuhan keperawatan ini.
6. Secara Khusus kepada pihak dari Rumah Sakit dr. Doris Sylvanus yang telah
memberikan izin tempat praktik.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Asuhan keperawatan ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun, untuk perbaikan di masa yang akan mendatang. Akhir kata penulis
mengucapkan sekian dan terima kasih.
Palangka Raya, 3 November 2023
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
Defek jantung terjadi pada sekitar 1% bayi lahir hidup. Jantung yang abnormal
dapat ditemukan pada sekitar 10% janin yang mengalami aborsi spontan. Dokter
bertugas untuk mengenali kemunkinan adanya penyakit jantung, membedakannya
dari keadaan normal dan menilai urgensi pemeriksaan kardiologi Pada umumnya
kelainan Jantung bawaan dapat dideteksi sejak lahir, namun tak jarang gejalanya
baru muncul setelah bayi berumur beberapa minggu atau beberapa bulan.Gejala
umum dari penyakit jantung bawaan adalah sesak nafas dan bibir terlihat kebiru-
biruan. (Syifa, 2023). Untuk itu tenaga perawat/paramedis dituntut untuk berperan
aktif dalam mengatasi keadaan tersebut serta mampu memberikan asuhan
keperawatan kepada keluarga dan penderita, yang meliputi aspek promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan serta
memandang klien sebagai satu kesatuan yang utuh secara bio-psiko-sosial-spiritual.
4) Bagi IPTEK
Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja alat-alat yang
dapat membantu serta menunjang pelayanan perawatan yang berguna bagi
status kesehatan pasien.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
Jantung terdiri dari 4 ruangan. Atrium kiri dan kanan dibagian atas. Ventrikel kiri
dan kanan terletak dibagian bawah. Ventrikel kiri merupakan rauang yang terbesar.
Katup jantung dapat membuka dan menutup sedemikian rupa sehingga darah hanya
dapat mengalir dalam satu arah. 4 katup tersebut, yaitu:
1. Katup mitral, berada di antara serambi kiri dan bilik kiri. Katup ini normalnya
memiliki dua daun katup, karenanya disebut juga katup bikuspid.
2. Katup aorta, berada di antara bilik kiri dan aorta atau batang nadi.
3. Katup trikuspid, berada di antara serambi kanan dan bilik kanan, dan memiliki
tiga daun katup.
4. Katup pulmonalis, berada di antara bilik kanan dan arteri pulmonalis.
Aliran darah dalam jantung dimana darah dari tubuh masuk keatrium kanan.
Darah dalam tubuh mengandung kadar Oksigen rendah dan harus menambah
oksigen sebelum kembali ke dalam tubuh. Darah dari atrium kanan masuk ke
ventrikel kanan melalui katup tricuspid. Darah kemudian dipompa oleh
ventrikel kanan ke paru-paru melewati katup pulmonal kemudian diteruskan
oleh arteri pulmonal ke paru-paru untuk mengambil oksigen.Darah yang sudah
bersih yang kaya oksigen mengalir ke atrium kiri melalui vena pulmonalis. Dari
atrium kiri darah mengalir ke ventrikel kiri melewati katup mitral. Ventrikel kiri
kemudian memompa darah keseluruh tubuh melalui katup aorta dan diteruskan
oleh pembuluh aorta keseluruh tubuh. Dari tubuh kemudian darah yang dari
tubuh dengan kadar oksigen yang rendah karena telah diambil oleh sel-sel tubuh
kembali ke atrium kanan dan begitu seterusnya.
2.1.3 Etiologi
Penyebab terjadinya PJB (Penyakit Jantung Bawaan) belum dapat diketahui secara
pasti, tetapi ada beberapa faktor yang di duga mempunyai pengaruh pada penyakit
peningkatan angka kejadia PJB. Faktor- faktor penyebab kelainan jantung menurut
sifatnya dapat dibagi sebagai berikut menurut (Amelia, 2019) :
1. Eksogen
Infeksi rubella atau penyakit virus lain, obat-obat yang diminum ibu (misalnya
thalidomide), konsumsi alkohol, radiasi dan sebagainya yang dialami ibu pada
kehamilan muda dapat merupakan faktor terjadinya kelainan jantung
7
kongenital, umur ibu lebih dari 40 tahun, dan lain-lain. Diferensiasi lengkap
susunan jantung terjadi pada kehamilan bulan. Faktor eksogen mempunyai
pengaruh terbesar terhadap terjadinya kelainan jantung dalam masa tersebut.
2. Endogen
Faktor genetik/kromosom memegang peranan kecil dalam terjadinya kelainan
jantung congenital. Walaupun demikian beberapa keluarga mempunyai insiden
PJB tinggi, jenis PJB yang sama terdapat pada anggota keluarga yang sama.
3. Faktor Lingkungan
Paparan lingkungan yang tidak baik, misalnya menghirup asap rokok, rubella,
infeksi virus ini pada kehamilan trimester pertama, akan menyebabkanpenyakit
jantung bawaan, Diabetes, bayi yang dilahirkan dari seorang ibu yang menderita
diabetes tidakterkontrol mempunyai risiko sekitar 3-5% untuk mengalami
penyakit jantung bawaand. Alkohol, seorang ibu yang alkoholik mempunyai
insiden sekitar 25-30% untukmendapatkan bayi dengan penyakit jantung
bawaane. Ekstasi dan obat-obat lain, seperti diazepam, corticosteroid,
phenothiazin, dan kokainakan meningkatkan insiden penyakit jantung bawaan
(Dyah Primasari, 2019).
2.1.4 Klasifikasi
Penyakit jantung bawaan dapat dibagi atas dua golongan besar yaitu : (Claudino,
2019)
1. Penyakit Jantung Bawaan Asianotik
Penyakit Jantung Bawaan Asianotik adalah kelainan struktur dan fungsi
jantung yang dibawa lahir yang tidak ditandai dengan sianosis; misalnya lubang
di sekat jantung sehingga terjadi pirau dari kiri ke kanan, kelainan salah satu
katup jantung dan penyempitan alur keluar ventrikel atau pembuluh darah besar
tanpa adanya lubang di sekat jantung. Masing-masing mempunyai spektrum
presentasi klinis yang bervariasi dari ringan sampai berat tergantung pada jenis
dan beratnya kelainan serta tahanan vaskuler paru.
a. Defek Septum Atrium(AtrialSeptalDefect-ASD)
Adalah Defek pada sekat yang memisahkan atrium kiri dan kanan. Pada
DSA, presentasi klinisnya agak berbeda karena defek berada di septum
atrium dan aliran dari kiri ke kanan yang terjadi selain menyebabkan aliran
8
2.1.5 Patofisiologi
Dalam keadaan normal darah akan mengalir dari daerah yang bertekanan
tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. Daerah yang bertekanan tinggi ialah
jantung kiri sedangkan daerah yang bertekanan rendah adalah jantung kanan.
Sistem sirkulasi paru mempunyai tahanan yang rendah sedangkan sirkulasi sistemik
memiliki tahanan yang tinggi. (Novatriyanto CA, 2018). Apabila terjadi hubungan
antara rongga-rongga jantung yang bertekanan tinggi dengan rongga-rongga
jantung yang bertekanan rendah akan terjadi aliran darah dari rongga jantung yang
bertekanan tinggi ke jantung yang bertekanan rendah. Sebagai contoh adanya Defek
pada sekat ventrikel, maka akan terjadi aliran darah dari ventrikel kiri ke ventrikel
kanan. Kejadian ini disebut Pirau (Shunt) kiri ke kanan. Sebaliknya pada obstruksi
arteri pulmonalis dan defek septum ventrikel tekanan rongga jantung kanan akan
lebih tinggi dari tekanan rongga jantung kiri sehingga darah dari ventrikel kanan
yang miskin akan okigen mengalir dari defek tersebut ke ventrikel kiri yang kaya
10
akan oksigen, keadaan ini disebut dengan Pirau (Shunt) kanan ke kiri yang dapat
berakibat kurangnya kadar oksigen pada sirkulasi sistemik. Kadar oksigen yang
terlalu rendah akan menyebabkan Sianosis. (Novatriyanto CA, 2018)
.
11
Etiologi :
Faktor prenatal: Infeksi, usia, penderita dm
Factor lingkungan: paparan lingkungan , infeksi rubella, alcohol dan obat obatan
B1 B2 B3 B4 B6
B5
Breathing Blood Brain Bladder Bone
Bowel
11. Aritmia
12. Gagaltumbuh.
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Novatriyanto CA, 2018) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
pada pasien dengan penyakit jantung bawaan, yaitu :
1. Pemeriksaan Laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat
saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16- 18
gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan
tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen
(PO2) dan penurunan PH.pasien dengan Hn dan Ht normal atau rendah mungkin
menderita defisiensi besi.
2. Radiologis
Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, tidak
ada pembesaran jantung . gambaran khas jantung tampak apeks jantung
terangkat sehingga seperti sepatu.
3 EKG
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula
hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal.
4 Echocardiography
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel
kanan,penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke paru-
paru.
5 SPO2
Menilai saturasi oksigen secara real-time dari waktu ke waktu dan
mengevaluasi intervensi serta perkembangan proses penyakit. Untuk menilai
oksigenasi darah pada pasien dengan kesulitan pernapasan. Informasi ini
membantu penyedia layanan kesehatan untuk memutuskan apakah seseorang
membutuhkan tambahan oksigen atau tidak.
2.1.9 Penatalaksanaan Medis
1. Farmakologis
Secara Garis besar penatalaksanaan Pada Pasien yang menderita Penyakit
Jantung Bawaan dapat dilakukan dengan 2 Cara Yakni Dengan Cara
15
1. Pengkajian
a. Biodata
Meliputi nama, tempat tanggal lahir/umur, berat badan lahir, serta
apakah bayi lahir cukup bulan atau tidak, jenis kelamin, anak keberapa,
jumlah saudara dan identitas orang tua.
b. Keluhan Utama
Biasanya orang tua mengeluh nafas anak sesak, lemas, ujung jari tangan
dan kaki teraba dingin, anak cepat berhenti saat menyusu, keringat yang
berlebihan, berat badan anak tidak bertambah, sianosis atau kebiruan pada
bibir dan kuku.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat kesehatan dahulu pada neonatus juga mencakup riwayat
kesehatan keluarga atau riwayat kesehatan serangan sianotik, faktor
genetik, riwayat keluarga yang mempunyai penyakit jantung bawaan dan
riwayat tumbuh kembang anak yang terganggu, adanya riwayat gerakan
jongkok bila anak telah berjalan beberapa menit.
d. Riwayat Kehamilan
Riwayat terjadinya infeksi pada ibu selama trimester pertama. Agen
penyebab lain adalah rubella, influenza atau chicken fox. Riwayat prenatal
seperti ibu yang menderita diabetes mellitus dengan ketergantungan pada
17
seperti lidah, bibir. Sianosis yang terdapat pada daerah tersebut disebut
sianosis sentral. Sianosis sentral dapat timbul selama melakukan aktivitas,
seperti menangis atau makan tergesa-gesa. Pada sianosis yang berat, tanpa
melakukan aktivitas apapun warna pucat kebiruan sudah tampak.
f. Leher : Terdapat distensi vena jugularis, aneurisma aorta akibat penebalan
atau pembengkakan aorta.
g. Thorax
1) Paru : Biasanya pada anak dengan TOF, hasil inspeksi tampak adanya
retraksi dinding dada akibat pernapasan yang pendek dan dalam dan
tampak menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan. Palpasi mungkin
teraba desakan dinding paru yang meningkat terhadap dinding dada,
pada perkusi mungkin terdengar suara redup karena peningkatan
volume darah paru dan untuk auskultasi akan terdengar ronkhi basah
atau krekels sebagai tanda adanya edema paru pada komplikasi
kegagalan jantung. Bayi yang baru lahir saat di auskultasi akan
terdengar suara nafas mendengkur lemah bahkan takipneu.
2) Jantung : Biasanya pada inspeksi mungkin dada masih terlihat simetris
sehingga tidak tampak jelas, namun pada usia dewasa akan ditemukan
tonjolan atau pembengkakan pada dada sebelah kiri karena
pembesaran ventrikel kanan. Perkusi biasanya didapatkan batas
jantung melebihi 4-10 cm ke arah kiri dari garis midsternal pada
intercostae ke 4, 5, dan 8. Palpasi teraba pulsasi pada ventrikel kanan
akibat peningkatan desakan, iktus kordis masih teraba jelas pada
interkosta 5-6. Pada auskultasi terdengar bunyi jantung tambahan
(machinery mur-mur) pada batas kiri sternum tengah sampai bawah,
biasanya bunyi jantung I normal sedangkan
bunyi jantung II terdengar tunggal dan keras.
h. Abdomen : Biasanya hasil inspeksi tampak membesar dan membuncit,
pada auskultasi biaanya terdengar bunyi gesekan akibat adanya
pembesaran hepar. Pada perkusi adanya suara redup pada daerah hepar dan
saat dipalpasi biasanya ada nyeri tekan.
i. Kulit : Adanya keringat yang berlebihan dan pucat.
j. Ekstremitas : Biasanya pada ekstremitas teraba dingin bahkan dapat terjadi
19
clubbing finger akibat kurangnya suplai oksigen ke perifer. Dan CRT > 3
detik akibat suplai oksigen ke perifer berkurang menyebabkan sianosis dan
adanya clubbing finger (jari tabuh)..
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya
baik yang berlangsung aktual maupun potensial (PPNI, 2017). Diagnosis
kepewatan yang mungkin muncul pada pasien dengan penyakit CKD
berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) yaitu :
1) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
(D.0005)
2) Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi
jantung (D.0011)
3) Risiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan penurunan kinerja
ventrikel kiri (D.0017)
4) Risiko Ketidakseimbangan elekrolit (D.0037)
5) Defisit nutrisi berhubungan dengan kurang intake makanan (D.0106)
6) Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek
ketidakmampuan fisik (D.0106)
7) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan (D.0056)
8) Defisit Pengetahuan berhubungan dengan dengan kurang terpapar informasi
(SDKI D.0110)
20
Objektif
- perubahan preload
3. Risiko Perfusi Serebral Tidak Perfusi Serebral Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial (I. 06198)
Efektif b.d penurunan kinerja (SLKI L.02014) Observasi
Setelah dilakukan tindakan
ventrikel kiri (D.0017) 1. Identifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. Lesi, gangguan metabolism
keperawatan 3x7 jam
Definisi : Berisiko mengalami edema serebral)
maka diharapkan masalah
penurunan sirkulasi darah ke 2. Monitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis. Tekanan darah meningkat, tekana
keperawatan dapat teratasi dengan
otak nadi melebar, bradikardi, pola nafas ireguler, kesadaran menurun)
kriteria hasil
Gejala dan tanda mayor : 3. Monitor MAP (Mean Arterial Pressure)
Subjektif :
4. Monitor CVP (Central Venous Pressure), jika perlu
- 1. Tingkat kesadaran meningkat
Objektif 5. Monitor PAWP, jika perlu
2. Kognitif meningkat
- Pengisian kapiler >3 detik
6. Monitor PAP , jika perlu
- Nadi perifer menurun atau 3. Sakit kepala menurun
tidak teraba 4. Gelisah menurun
23
- Akral teraba dingin 5. Kecemasan menurun 7. Monitor ICP (Intra Cranial Pressure), jika tersedia
- Warna kulit pucat 6. Agitasi menurun 8. Monitor CPP (Cerebral Perfusion Pressure)
- Turgor kulit menurun 7. Demam menurun
Gejala dan tanda minor : 9. Monitor gelombang ICP
8. Tekanan arteri rata-rata
Subjektif
membaik 10. Monitor setatus pernapasan
- Parastesia
- Nyeri ekstremitas (klaudikasi 9. Tekanan intra kranial 11. Monitor intake dan ouput cairan
intermiten) membaik
12. Monitor cairan serebro-spinalis (mis. Warna, konsistensi)
Objektif 10. Tekanan darah sistolik
- Edema membaik Terapeutik
- Penyembuhan luka lambat 11. Tekanan darah diastolic 1. Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang
- Indeks ankle-brachial
membaik
2. Berikan posisi semi Fowler
12. Reflex saraf membaik
3. Hindari maneuver valsava
4. Cegah terjadinya kejang
5. Hindari penggunaan PEEP
6. Hindari pemberian cairan IV hipotonik
7. Atur ventilator agar PaCO2 optimal
8. Pertahankan suhu tubuh normal
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian sedasi dan anti konvulsan, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian diuretic osmosis, jika perlu
3. Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu
24
-
13. Fasilitasi anak melatih keterampilan pemenuhan kebutuhan
Objektif
- tidak mampu melakukan secaramandiri (mis: makan, sikat gigi, cuci tangan, memakai
perawatan diri sesuai usia
baju)
- Afek datar
- Respon sosial lambat 14. Bernyanyi Bersama anak lagu-lagu yang disukai
- Kontak mata terbatas Edukasi
- Nafsu makan menurun
1. Anjurkan orang tua menyentuh dan menggendong bayinya
- Lesu
- Mudah marah 2. Anjurkan orang tua berinteraksi dengan anaknya
- Regresi
Kolaborasi
- Pola tidur terganggu (pada
bayi) 1. Rujuk untuk konseling, jika perlu
Objektif
- tekanan darah berubah
>20% dari kondisi
istirahat
Penyebab 3. Kemampuan menjelaskan 5. Anjurkan memantau anak saat berada di tempat yang berisiko (mis.
- Keteratasan kognitif pengetahuan tentang suatu luar rumah, balkon. kolam renang)
- Gangguan fungsi kognitif topik meningkat 6. Anjurkan menutup sumber listrik yang dapat dijangkau
- Kekeliruan mengikuti 4. Kemampuan menggambarkan
7. Anjurkan mengatur perabotan rumah tangga
anjuran pengalaman sebelumnya yang
- Kurang terpapar sesuai dengan topik meningkat 8. Anjurkan memilih mainan yang sesuai dengan usia anak dan tidak
informasi 5. Perilaku sesuai dengan berbahaya
- Kurang minat dalam pengetahuan meningkat 9. Anjurkan menyimpan benda berbahaya (mis, pisau, benda tajam
belajar 6. Pertanyaan yang sesuai dengan lainnya) dan cairan berbahaya (mis. pembersih lantai deterjen) di
- Kurang mampu masalah yang dihadapi tempat yang jauh dari jangkauan
mengingat menurun 10. Anjurkan memberikan pembatas pada area dapur, kamar mandi,
- Ketidaktahuan 7. Persepsi yang keliru tentang
kolam
menemukan sumber masalah menurun
informasi 8. Menjalani pemeriksaan yang 11. Jelaskan kepada orang tua dan anak tentang bahaya lalu lintas
Gejala dan Tanda Mayor tidak tepat menurun 12. Ajarkan penggunaan sabuk pengaman saat berkendara
Subjektif 9. Perilaku membaik 13. Jelaskan keamanan bersepeda pada anak (mis. menggunakan helm
(tidak tersedia) menggunakan sepeda sesuai usai)
Objektif 14. Anjurkan penggunaan stroller (kursi dorong anak) kursi knusus anak
- Menunjukan perilaku dengan aman
tidak sesuai anjuran
15. Anjurkan tidak meletakkan anak pada tempat tidur yang tinggi
- Menunjikan presepsi yang
keliru terhadap masalah 16. Ajarkan anak tindakan yang dilakukan saat merasa dirinya dalam
Gejala dan Tanda Minor bahaya (mis. meminta bantuan orang dewasa, berteriak, segera
- Menjalani pemeriksaan berlari).
yang tepat
- Menunjikan perilaku
berlebihan (mis. apatis,
bermusuhan, agitasi,
histeria)
31
I. Anamnesa
Pengkajian Tanggal, 4 Desember 2023 Pukul 10.00 WIB
1. Identitas pasien
Nama Klien : An.S
Agama : Islam
Suku : Banjar
Pendidikan :-
Agama : Islam
Suku : Banjar
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
3. Keluhan utama :
Orang tua mengatakan An.S Sesak Napas
4. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
33
34
Pada tanggal 27 November 2023 pasien dirujuk dari RS Ibu dan Anak Bunda untuk
mendapatkan penangganan lebih lanjut di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya. Pada tanggal 28 November 2023 pukul 22.09 WIB klien tiba di RSUD
dr.Doris Palangka Raya bersama kedua orang tuanya, dengan keluhan ibu klien
mengatakan anaknya batuk, sesak napas, lemas, Lalu dilakukan pemeriksaan fisik
dan didapatkan hasil TTV : Nadi : 185x/menit, R : 40x/menit, S : 36,3 ˚C, SPO2 :
92% dan diberikan terapi sesampainya di IGD pasien di berikan terapi Inf D5 1/4
NS Asnet, Inj. Forusemid 2x5 mg, terpasang O2 Nasal kanul 1 lpm. Lalu klien di
anjurkan rawat inap di ruang flamboyan untuk penanganan lebih lanjut. Saat
dilakukan pengkajian yaitu pada tanggal 4 Desember 2023, ibu klien mengatakan
anaknya masih sesak, didapatkan hasil TTV : Nadi : 67x/menit, R : 25x/menit, S :
36,6 ˚C, SPO2 : 96%
1) Riwayat prenatal :
Ny.I mengandung An.E cukup bulan dan selama hamil nafsu makan Ny.I kurang
baik karena sering mual muntah dan pernah tidak napsu makan selama
seminggu. Pemeriksaan kehamilan/Antenatal Care (ANC) dilakukan secara
rutin. An.S lahir pada tanggal 12 Desember Agustus 2023
2) Riwayat natal :
Ny.S mengatakan saat proses melahirkan An.S tidak ada kendala, menangis
dengan segera setelah dilahirkan.
3) Riwayat postnatal :
4) Penyakit sebelumnya :
KETERANGAN :
= Laki-Laki
= Perempuan
= Meninggal
= Pasien
= Tinggal Serumah
II Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : Klien tampak terbaring, tampak lemas, kesadaran compos mentis,
terpasang stopper di tangan kanan
2. Tanda vital
Tekanan darah : - mmhg
Nadi : 67 x/mnt
Suhu : 36,6 ˚C
Respirasi : 25 x/mnt
SPO2 : 96%
36
3. Kepala dan wajah
a. Ubun-ubun
Menutup ( √ ) Ya ( ) Tidak
Keadaan ( ) cembung ( ) cekung (√) lain-lain : Normal
Kelainan ( - ) Hidrocefalus ( - ) Microcephalus
Lain-lain : Tidak ada masalah
b. Rambut
Warna : Hitam
Keadaan : Rontok ( ) Ya ( √ ) Tidak
Mudah dicabut ( ) Ya ( √ ) Tidak
Kusam ( ) Ya ( √ ) Tidak
Lain-lain : Tidak ada masalah
c. Kepala
Keadaan kulit kepala : Bersih
Peradangan/benjolan : ( ) Ada, sebutkan ( √ ) Tidak
Lain-lain : Tidak ada masalah
d. Mata
Bentuk : ( √ ) simetris ( ) tidak
Conjungtiva : Anemis
Skelera : tidak ikterik
Reflek pupil : Pupil klien isokor, dengan reflek cahaya kiri dan kangan positif.
Oedem Palpebra : ( ) Ya ( √ ) tidak
Ketajaman penglihatan : Baik
Lain-lain : Tidak ada masalah
e. Telinga
Bentuk : ( √ ) Simetris ( ) tidak
Serumen/secret : ( ) Ada ( √ ) tidak
Peradangan : ( ) Ada ( √ ) tidak
Ketajaman pendengaran : Tidak ada masalah
Lain-lain : Tidak ada masalah
f. Hidung
Bentuk : ( √ ) Simetris ( ) tidak
Serumen/secret : ( ) Ada (√ ) tidak
Pasase udara : (√ ) terpasang O2 simpel mask, 3 liter ( ) tidak
Fungsi penciuman : Normal
Lain-lain : Tidak ada masalah
g. Mulut
Bibir : intak ( ) ya ( √ ) tidak
Stanosis (√) ya ( ) tidak
Keadaan ( √ ) kering ( ) lembab
Palatum : ( √ ) keras ( ) lunak
h. Gigi
Carries : ( ) ya, sebutkan…............ (√ ) tidak
Jumlah gigi :-
37
Lain-lain : Tidak ada masalah
4. Leher dan tengorokan
Bentuk : Simetris
Reflek menelan : tidak sukar menelan
Pembesaran tonsil : tidak ada pembesaran tonsil
Pembesaran vena jugularis : tidak ada pembesaran vena jugularis
Benjolan : Tidak ada benjolan
Peradangan : Tidak ada peradangan
Lain-lain : Tidak ada masalah
5. Dada
Bentuk : (√ ) simetris ( ) tidak
Retraksi dada : ( ) ada ( √ ) tidak
Bunyi nafas : Vesikuler
Tipe pernafasan : Dada dan perut
Bunyi jantung : lup-dup
Iktus cordis :Tidak terlihat
Bunyi tambahan : Tidak ada
Nyeri dada : Tidak ada
Keadaan payudara : Normal
Lain-lain : Tidak ada masalah
6. Punggung
Bentuk : ( √ ) simetris ( ) tidak
Peradangan : ( - ) ada, sebutkan
Benjolan : ( - ) ada, sebutkan
Lain-lain : Tidak ada masalah
7. Abdomen
Bentuk : ( √ ) simetris ( ) tidak
Bising usus : 10x / mnt
Asites : ( ) ada ( √ ) tidak
Massa : ( ) ada, sebutkan
Hepatomegali : ( ) ada ( √ ) tidak
Spenomegali : ( ) ada ( √ ) tidak
Nyeri : ( - ) ada, sebutkan:
Lain-lain :
8. Ektremitas
Pergerakan/ tonus otot
Oedem : ( ) ada, sebutkan ( √ ) tidak
Sianosis : ( ) ada, sebutkan ( √ ) tidak
Clubbing finger : ( ) ada ( √ ) tidak
Keadaan kulit/turgor : kulit pucat/turgor kulit menurun
Lain-lain : -
9. Genetalia
a. Perempuan
Kebersihan : Baik
38
Keadaan testis : ( √ ) lengkap ( ) tidak
Hipospadia : ( ) ada ( √ ) tidak
Epispadia : ( ) ada ( √ ) tidak
Lain-lain : Tidak ada masalah
HEMATOLOGI
Hematrokit 26 37-48 %
MCV 79 80-100 fL
MCH 25 27-34 Fg
VI Penatalaksanaan Medis
PO. Vectrin 2x2 ml Oral Vectrin adalah obat yang di gunakan untuk
mengobati gangguan saluran pernapasan
akut dan kronis, termasuk batuk pada
penderita eksaserbasi akut bronkhitis
akut.
Mahasiswa,
(Lisnawatie)
42
ANALISA DATA
DS:
Ibu klien mengatakan klien Atrium Septal Defect Pola Napas Tidak Efektif
sesak napas.
Tekanan Atrium
DO :
- Akral teraba hangat
- Klien tampak lemas Aliran Paru berlebihan
sesak napas.
Input darah ventrikal kiri
menurun
DO :
43
- Klien mengalami
perubahan frekuensi Cardiac output menurun
jantung
- Ekstermitas tampak
sianosis dan keringat Resiko Penurunan curah
jantung
dingin
- Terdapat hasil echo
klien katup-katup
Jantung MR ringan-
sedang,
- tampak lemas
- Klien tampak pucat
TTV :
- Nadi : 67 x/menit
- Suhu : 36,6 0C
- Respirasi : 25 x/menit
- SPO2 : 96%
44
DS : Kurang terpapar Defisit Pengetahuan
- Ibu klien mengatakan informasi
kurang mengetahui
tentang PJB (Penyakit Bingung, beberapa kali
Jantung Bawaan) bertanya
Asianotik
Defisit pengetahuan
DO : .
- Saat di tanyakan
tentang penyakit
anaknya ibunya
tampak bingung
TTV :
- Nadi : 67 x/menit
- Suhu : 36,6 0C
- Respirasi : 25 x/menit
- SPO2 : 96%
45
PRIORITAS MASALAH
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas di tandai dengan
ibu klien mengatakan klien sesak napas. Akral teraba hangat, Klien tampak lemas, Klien
tampak pucat, Klien tampak kesulitan bernapas, terdapat suara tambahan ronchi Klien
tampak gelisah, Klien tampak menangis, Klien tampak terpasang O2 Nasal kanul 2 Lpm.
TTV Nadi : 67 x/menit, Suhu: 36,6 0C , Respirasi : 25 x/menit, SPO2 : 96%
RENCANA KEPERAWATAN
Risiko penurunan curah Curah Jantung (L.02008) Perawatan jantung I.02075 Hal. 317
jantung berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Observasi
perubahan frekuensi jantung keperawatan 3x7 jam maka 1. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung
(D.0011) diharapkan masalah keperawatan 2. Monitor tekanan darah
3. Monitor saturasi oksigen
dapat teratasi dengan kriteria hasil
4. Monitor keluhan nyeri dada
: 5. Monitor atrimia
1. Lelah menurun 6. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan sesudah
aktivitas
2. Dispnea menurun
7. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum pemberian obat
3. Pucat/sianosis menurun Terapeutik
4. Batuk menurun
1. Posisikan pasien semi fowler dengan kaki kebawah atau posisi
5. Suara Jantung S3 menurun nyaman
2. Berikan diet jantung yang sesuai
3. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres, jika perlu
4. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen>94%
Edukasi
Tanda tangan
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
Senin, 4 Desember S:-
2023 1. Memonitor pola napas,frekuensi nafas O:
Pukul 10.00 Wib - Klien tampak terbaring dengan posisi fowler
2. Mempertahankan kepatenan jalan napas
- Masih terdapat suara ronchi
Dx 1 3. Posisikan semi-fowler atau fowler
- Klien masih tampak masih pucat
4. memberikan oksigen nasal kanul 2 liter
- Klien masih tampak gelisah
5. Menganjurkan asupan cairan 600 ml/hari Lisnawatie
- Klien masih tampak menagis
Hasil TTV
- Nadi : 99 x/mnt
- Suhu : 36,6 ˚C
- Respirasi : 25 x/mnt
- SPO2 : 96 %
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi.
50
P : Intervensi dialanjutkan
51
S:
Senin, 4 Desember 1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan
- Ibu pasien mengatakan mulai mengetahui tentang
2023
menerima informasi
Pukul 11.00 Wib penayakit yang di alami anaknya setelah diberikan
2. Menyediakan materi dan media pendidikan
penjelasan
Dx 3 kesehatan yaitu leaflet tentang bronkoneumonia.
O:
3. Menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
- Ibu pasien tampak memperhatikan selama proses
kesepakatan
pendidikan kesehatan
4. Memberikan kesempatan untuk bertanya
- Ibu pasien tampak memahami isi dari
5. Menjelaskan faktor risikoyang dapat mempengaruhi
leaflet tentang PJB (Penyakit Jantung Bawaan)
kesehatan
Asianotik
Lisnawatie
- Ibu pasien dapat menjelaskan kembali definisi,
penyebab, tanda dan gejala, cara perawatan.
Adinda, S. A. (2018). Perbedaan pertumbuhan anak penyakit jantung bawaan dengan kelainan
simpleks dan kelainan kompleks pada usia 2-5 tahun. . Jurnal Kedokteraan Diponegoro. ,
7(2):1308-21.
Amelia, T. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Penyakit Jantung Bawaan entricel
[eptil Hefect (Vsd) Di Ruangan Hcu Anak Rsup Dr. M. Djamil Padang. Poltekes Kemenkes
Padang.
Claudino, F. P. (2019). Studi Kasus Asuhan Keperawatan Pada Nn. T. T. Dengan Penyakit Jantung
Bawaan (Pjb) Di Ruangan Iccu Rsud Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang.
Gumilar, K. E. (2020). Kehamilan dengan Penyakit Jantung: Seri-l: Penyakit Jantung Bawaan.
Surabaya: AUP.
Novatriyanto CA, S. A. (2018). Perbedaan pertumbuhan anak penyakit jantung bawaan dengan
kelainan simpleks dan kelainan komplek pada umur 0-2 tahun. Jurnal Kedokteran
Diponegoro. .
Syifa, P. P. (2023). Pengaruh penyakit jantung bawaan sianotik dan asianotik terhadap
pertumbuhan pasien balita periode 2018-2020 di RSUD Dr. Chasbullah Abdul Majid
Bekasi.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.: Definisi dan Kiteria Hasil Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi
I. Jakarta : DPP PPNI
54