Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.

S
DENGAN DIAGNOSA MEDIS PJB ASIANOTIK DI RUANG
FLAMBOYAN RSUD dr. DORIS SYLVANUS

Oleh :

LISNAWATIE
NIM : 20231490104040

YAYASAN STIKES EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI PROFESI NERS ANGKATAN
XI TAHUN AJARAN 2023/2024
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini di susun oleh :


Nama : Lisnawatie
:
Nim : 20231490104040
:
Program Profesi : Profesi
: Ners Angkatan XI
Judul : Laporan
: Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada An.S
Dengan Diagnosa Medis PJB (Penyakit Jantung Bawaan)
Asianotik Di Ruang Flamboyan RSUD dr. Doris Sylvanus”

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Stase Anak pada Program Profesi Ners Angkatan XI di
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Asuhan Keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Dina Rawan G. Rana, Ners., M.Kep Fina Wardani, S.Kep., Ners

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Karena atas
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan pendahuluan yang
berjudul “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada An.S Dengan
Diagnosa Medis Pjb Asianotik Di Ruang Flamboyan RSUD dr. Doris Sylvanus”
Penyusun menyadari tanpa bantuan dari semua pihak maka laporan
pendahuluan ini tidak akan selesai sesuai dengan waktu yang diharapkan. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini pula penyusun mengucapkan banyak terima kasih
terutama kepada :
1. Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes. Selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Meilitha Carolina, Ners, M.Kep. Selaku Ketua Prodi Profesi Ners Angkatan
XI STIKES Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Nia Pristina, Ners, M. Kep., dan ibu Isna Wiranti S.Kep., Ners Selaku
Koordinator dalam Program Studi Profesi Ners STIKes Eka Harap Palangka
Raya.
4. Ibu Dina Rawan G. Rana, Ners., M.Kep, selaku Pembimbing Akademik yang
telah banyak memberi saran dan bimbingan dalam menyelesaikan Asuhan
keperawatan ini.
5. Ibu Fina Wardani, S.Kep., Ners. Selaku Pembimbing Klinik di Ruang
Flamboyan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya yang telah banyak
memberi saran dan bimbingan dalam menyelesaikan Asuhan keperawatan ini.
6. Secara Khusus kepada pihak dari Rumah Sakit dr. Doris Sylvanus yang telah
memberikan izin tempat praktik.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Asuhan keperawatan ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun, untuk perbaikan di masa yang akan mendatang. Akhir kata penulis
mengucapkan sekian dan terima kasih.
Palangka Raya, 3 November 2023

Penulis
iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii


KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
DAFTARISI ........................................................................................................ iv
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................ 2
1.4 Manfaat Penulisan .............................................................................. 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 5
2.1 Konsep Penyakit Pjb Asianotik ......................................................... 5
2.1.1 Definisi ................................................................................... 5
2.1.2 Anatomi Fisiologi ................................................................... 5
2.1.3 Etiologi ................................................................................... 6
2.1.4 Klasifikasi ............................................................................... 7
2.1.5 Patofisiologi............................................................................ 9
2.1.6 Manifestasi Klinis................................................................. 12
2.1.7 Komplikasi ........................................................................... 13
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang ........................................................ 14
2.1.9 Penatalaksanaan Medis......................................................... 14
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan ................................................... 16
2.2.1 Pengkajian Keperawatan ...................................................... 16
2.2.2 Diagnosa Keperawatan ......................................................... 19
2.2.3 Intervensi Keperawatan ........................................................ 20
2.1.4 Implementasi Keperawatan .................................................. 32
2.2.5 Evaluasi Keperawatan .......................................................... 32
BAB 3ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................ 33
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 54

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit jantung bawaan (PJB) atau dikenal dengan nama Penyakit Jantung
Kongenital adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi
sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir yang terjadi akibat adanya gangguan atau
kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal perkembangan janin.
Biasanya Penyakit Jantung Kongenital (Congenital Heart Disease, CHD) adalah
kelainan pada struktur jantung yang terdapat sejak lahir. Penyakit ini disebabkan
oleh gangguan pada perkembangan jantung yang terjadi saat usia gestasi 3-8
minggu (Amelia, 2019).
Menurut American Heart Association (2015), Penyakit Jantung Bawaan (PJB)
adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung
yang dibawa dari lahir yang terjadi akibat adanya gangguan atau kegagalan
perkembangan struktur jantung pada fase awal perkembangan janin. Penyakit
Jantung Bawaan (PJB) adalah abnormalitas struktur makroskopis jantung atau
pembuluh darah besar intratoraks yang mempunyai fungsi pasti atau potensial yang
berarti. Kelainan ini merupakan kelainan kongenital yang paling sering terjadi pada
bayi baru lahir. Prevalensi penyakit jantung bawaan yang diterima secara
internasional adalah 0.8%, walaupun terdapat banyak variasi data yang terkumpul,
secara umum, prevalensi penyakit jantung bawaan masih diperdebatkan. (Gumilar,
2020)
Kelainan Kongenital jantung terjadi pada sekitar 8 per 1000 kelahiran hidup,
yang menjadikannya salah satu tipe malformasi congenital tersering. Dengan
menurunnya insiden demam reumatik akut, penyakit jantung kongietal sekarang
menjadi penyebab tersering penyakit jantung pada anak di dunia barat. Penyakit
janung kongietal mencakup beragam malformasi, berkisardari kelainan ringan yang
hanya menimbulkan gejala minimal sampai usia dewasa, hingga anomaly berat
yang menyebabkan kematian pada masa perinatal. Penyebab sebagian besar
penyakit jatung konginetal tidak diketahui. (Claudino, 2019)

1
2

Defek jantung terjadi pada sekitar 1% bayi lahir hidup. Jantung yang abnormal
dapat ditemukan pada sekitar 10% janin yang mengalami aborsi spontan. Dokter
bertugas untuk mengenali kemunkinan adanya penyakit jantung, membedakannya
dari keadaan normal dan menilai urgensi pemeriksaan kardiologi Pada umumnya
kelainan Jantung bawaan dapat dideteksi sejak lahir, namun tak jarang gejalanya
baru muncul setelah bayi berumur beberapa minggu atau beberapa bulan.Gejala
umum dari penyakit jantung bawaan adalah sesak nafas dan bibir terlihat kebiru-
biruan. (Syifa, 2023). Untuk itu tenaga perawat/paramedis dituntut untuk berperan
aktif dalam mengatasi keadaan tersebut serta mampu memberikan asuhan
keperawatan kepada keluarga dan penderita, yang meliputi aspek promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan serta
memandang klien sebagai satu kesatuan yang utuh secara bio-psiko-sosial-spiritual.

1.2 Rumusan Masalah


“Bagaimana Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada An.S
Dengan Diagnosa Medis Pjb Asianotik Di Ruang Flamboyan RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya” ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Penulis mampu menggambarkan tentang bagaimana menerapkan Asuhan
Keperawatan Pada An.S Dengan Diagnosa Medis Pjb Asianotik Di Ruang
Flamboyan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
1.3.2 Tujuan khusus
1) Mahasiswa mampu memahami konsep Asuhan Keperawatan Pada An.S
Dengan Diagnosa Medis Pjb Asianotik Di Ruang Flamboyan RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya.
2) Mahasiswa mampu melakukan Pengkajian Asuhan Keperawatan Pada An.S
Dengan Diagnosa Medis Pjb Asianotik Di Ruang Flamboyan RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya.
3

3) Mahasiswa mampu menganalisa kasus dan merumuskan masalah Asuhan


Keperawatan Pada An.S Dengan Diagnosa Medis Pjb Asianotik Di Ruang
Flamboyan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
4) Mahasiswa mampu menyusun Intervensi Asuhan Keperawatan Pada An.S
Dengan Diagnosa Medis Pjb Asianotik Di Ruang Flamboyan RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya.
5) Mahasiswa mampu melakukan implementasi Asuhan Keperawatan Pada
An.S Dengan Diagnosa Medis Pjb Asianotik Di Ruang Flamboyan RSUD
dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
6) Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil Asuhan Keperawatan Pada An.S
Dengan Diagnosa Medis Pjb Asianotik Di Ruang Flamboyan RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya.

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Bagi Mahasiswa
Memberikan pengetahuan dan memperbanyak pengalaman bagi penulis
dalam memberikan dan menyusun asuhan keperawatan pada Klien dengan Pjb
Asianotik.
1.4.2 Bagi Institusi
1) Bagi institusi Pendidikan
Dapat menjadi bahan referensi bagi perpustakaan, dan dapat
menjadi penerapan ilmu tentang Pjb Asianotik.
2) Bagi institusi Rumah Sakit
Sebagai tambahan dan masukan bagi tim kesehatan dalam
memberikan Asuhan Keparawatan pada pasien dengan Diagnosa Medis Pjb
Asianotik di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
3) Bagi Perawat di Rumah Sakit
Menambah pengetahuan untuk profesi keperawatan secara mandiri
mengenai manfaat pemberian pemberian asuhan keperawatan pada pasien
dengan Diagnosa Medis Pjb Asianotik di RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya.
4

4) Bagi IPTEK
Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja alat-alat yang
dapat membantu serta menunjang pelayanan perawatan yang berguna bagi
status kesehatan pasien.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit Pjb Asianotik


2.1.1 Definisi
Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit jantung yang dibawa sejak
lahir, karena sudah terjadi ketika bayi masih dalam kandungan. Pada akhir
kehamilan 7 minggu, pembentukan jantung sudah lengkap; jadi kelainan
pembentukan jantung terjadi pada awal kehamilan. Penyebab PJB seringkali tidak
bisa diterangkan, meskipun beberapa faktor dianggap berpotensi sebagai penyebab
. (Adinda, 2018)
Penyakit jantung bawaan PJB Asianotik atau sering disebut (PJB) non
sianotik adalah kelainan struktur dan fungsi jantung yang dibawa sejak lahir yang
tidak ditandai dengan sianosis. Penyakit jantung bawaan ini merupakan bagian
terbesar dari seluruh penyakit jantung bawaan,7 bergantung pada ada tidaknya pirau
(kelainan berupa lubang pada sekat pembatas antar jantung). Kelompok tersebut
dapat dibagi lagi menjadi dua yaitu PJB asianotik dengan pirau dan PJB asianotik
tanpa pirau. (Novatriyanto CA, 2018)
2.1.2 Anatomi Fisiologi
Jantung adalah organ otot yang berongga dan berukuran sebesar kepalan tangan.
Fungsi utama jantung adalah memompa darah ke pembuluh darah dengan kontraksi
ritmik dan berulang. (Gumilar, 2020)

5
6

Jantung terdiri dari 4 ruangan. Atrium kiri dan kanan dibagian atas. Ventrikel kiri
dan kanan terletak dibagian bawah. Ventrikel kiri merupakan rauang yang terbesar.
Katup jantung dapat membuka dan menutup sedemikian rupa sehingga darah hanya
dapat mengalir dalam satu arah. 4 katup tersebut, yaitu:

1. Katup mitral, berada di antara serambi kiri dan bilik kiri. Katup ini normalnya
memiliki dua daun katup, karenanya disebut juga katup bikuspid.
2. Katup aorta, berada di antara bilik kiri dan aorta atau batang nadi.
3. Katup trikuspid, berada di antara serambi kanan dan bilik kanan, dan memiliki
tiga daun katup.
4. Katup pulmonalis, berada di antara bilik kanan dan arteri pulmonalis.
Aliran darah dalam jantung dimana darah dari tubuh masuk keatrium kanan.
Darah dalam tubuh mengandung kadar Oksigen rendah dan harus menambah
oksigen sebelum kembali ke dalam tubuh. Darah dari atrium kanan masuk ke
ventrikel kanan melalui katup tricuspid. Darah kemudian dipompa oleh
ventrikel kanan ke paru-paru melewati katup pulmonal kemudian diteruskan
oleh arteri pulmonal ke paru-paru untuk mengambil oksigen.Darah yang sudah
bersih yang kaya oksigen mengalir ke atrium kiri melalui vena pulmonalis. Dari
atrium kiri darah mengalir ke ventrikel kiri melewati katup mitral. Ventrikel kiri
kemudian memompa darah keseluruh tubuh melalui katup aorta dan diteruskan
oleh pembuluh aorta keseluruh tubuh. Dari tubuh kemudian darah yang dari
tubuh dengan kadar oksigen yang rendah karena telah diambil oleh sel-sel tubuh
kembali ke atrium kanan dan begitu seterusnya.
2.1.3 Etiologi
Penyebab terjadinya PJB (Penyakit Jantung Bawaan) belum dapat diketahui secara
pasti, tetapi ada beberapa faktor yang di duga mempunyai pengaruh pada penyakit
peningkatan angka kejadia PJB. Faktor- faktor penyebab kelainan jantung menurut
sifatnya dapat dibagi sebagai berikut menurut (Amelia, 2019) :

1. Eksogen
Infeksi rubella atau penyakit virus lain, obat-obat yang diminum ibu (misalnya
thalidomide), konsumsi alkohol, radiasi dan sebagainya yang dialami ibu pada
kehamilan muda dapat merupakan faktor terjadinya kelainan jantung
7

kongenital, umur ibu lebih dari 40 tahun, dan lain-lain. Diferensiasi lengkap
susunan jantung terjadi pada kehamilan bulan. Faktor eksogen mempunyai
pengaruh terbesar terhadap terjadinya kelainan jantung dalam masa tersebut.
2. Endogen
Faktor genetik/kromosom memegang peranan kecil dalam terjadinya kelainan
jantung congenital. Walaupun demikian beberapa keluarga mempunyai insiden
PJB tinggi, jenis PJB yang sama terdapat pada anggota keluarga yang sama.
3. Faktor Lingkungan
Paparan lingkungan yang tidak baik, misalnya menghirup asap rokok, rubella,
infeksi virus ini pada kehamilan trimester pertama, akan menyebabkanpenyakit
jantung bawaan, Diabetes, bayi yang dilahirkan dari seorang ibu yang menderita
diabetes tidakterkontrol mempunyai risiko sekitar 3-5% untuk mengalami
penyakit jantung bawaand. Alkohol, seorang ibu yang alkoholik mempunyai
insiden sekitar 25-30% untukmendapatkan bayi dengan penyakit jantung
bawaane. Ekstasi dan obat-obat lain, seperti diazepam, corticosteroid,
phenothiazin, dan kokainakan meningkatkan insiden penyakit jantung bawaan
(Dyah Primasari, 2019).
2.1.4 Klasifikasi
Penyakit jantung bawaan dapat dibagi atas dua golongan besar yaitu : (Claudino,
2019)
1. Penyakit Jantung Bawaan Asianotik
Penyakit Jantung Bawaan Asianotik adalah kelainan struktur dan fungsi
jantung yang dibawa lahir yang tidak ditandai dengan sianosis; misalnya lubang
di sekat jantung sehingga terjadi pirau dari kiri ke kanan, kelainan salah satu
katup jantung dan penyempitan alur keluar ventrikel atau pembuluh darah besar
tanpa adanya lubang di sekat jantung. Masing-masing mempunyai spektrum
presentasi klinis yang bervariasi dari ringan sampai berat tergantung pada jenis
dan beratnya kelainan serta tahanan vaskuler paru.
a. Defek Septum Atrium(AtrialSeptalDefect-ASD)
Adalah Defek pada sekat yang memisahkan atrium kiri dan kanan. Pada
DSA, presentasi klinisnya agak berbeda karena defek berada di septum
atrium dan aliran dari kiri ke kanan yang terjadi selain menyebabkan aliran
8

ke paru yang berlebihan juga menyebabkan beban volume pada jantung


kanan.

b. Defek Septum Ventrikuler (Ventricular Septal Defect-VSD)


Adalah Kelainan jantung berupa lubang pada sekat antar bilik jantung,
menyebabkan kebocoran aliran darah pada bilik kiri dan kanan jantung. Hal
ini mengakibatkan sebagian darah kaya oksigen kembali ke paru-paru,
sehingga menghalangi darah rendah oksigen memasuki paru-paru . DSV
merupakan malformasi jantung yang paling sering, meliputi 25% PJB.
Gejala utama dari kelainan ini adalah gangguan pertumbuhan, sulit ketika
menyusu, nafas pendek dan mudah lelah.
c. Duktus Arteriosus Paten (Patent Ductus Arteriosus-PDA
Patent Ductus Arteriousus (PDA) atau duktus arteriosus persisten adalah
duktus arteriosus yang tetap membuka setelah bayi lahir. Kelainan ini
banyak terjadi pada bayi-bayi yang lahir premature . Duktus Arteriosus
Persisten (DAP) disebabkan oleh duktus arteriosus yang tetap terbuka
setelah bayi lahir. Jika duktus tetap terbuka setelah penurunan resistensi
vaskular paru, maka darah aorta dapat bercampur ke darah arteri pulmonalis.

d. Stenosis Pulmoner (Pulmonary Stenosis- SP)


Adalah Pada stenosis pulmonalis (SP) terjadi obstruksi aliran keluar
ventrikel kanan atau arteri pulmonalis dan cabang-cabangnya. Status gizi
penderita dengan stenosis pulmonal umumnya baik dengan pertambahan
berat badan yang memuaskan. Bayi dan anak dengan stenosis ringan
umumnya asimptomatik dan tidak sianosis sedangkan neonatus dengan
stenosis berat atau kritis akan terlihat takipneu dan sianosis.
e. Koarktasio Aorta (Coarctatio Aorta- CA)
Koarktasio Aorta (KA) adalah penyempitan terlokalisasi pada aorta yang
umumnya terjadi pada daerah duktus arteriosus. Tanda yang klasik pada
kelainan ini adalah tidak terabanya nadi femoralis serta dorsalis pedis
sedangkan nadi brakialis teraba normal.1,2 Koarktasio aorta pada anak besar
seringkali asimtomatik. Sebagian besar dari pasien mengeluh sakit kepala,
nyeri di tungkai dan kaki, atau terjadi epistaksis.
9

2. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik


Pada PJB sianotik didapatkan kelainan struktur dan fungsi jantung sedemikian
rupa sehingga sebagian atau seluruh darah balik vena sistemik yang
mengandung darah rendah oksigen kembali beredar ke sirkulasi sistemik.
Adapun Macam- Macam Penyakit Jantung Bawaan Sianotik Yaitu :
(Novatriyanto CA, 2018)
a. Tetralogi Fallot
Merupakan PJB sianotik yang paling banyak ditemukan, kurang lebih 10%
dari seluruh PJB. Salah satu manifestasi yang penting pada Tetralogi Fallot
adalah terjadinya serangan sianotik (cyanotic spells) yang ditandai oleh
timbulnya sesak napas mendadak, nafas cepat dan dalam, sianosis bertambah,
lemas, bahkan dapat disertai dengan kejang.

b. Transposisi Pembuluh Darah Besar (Transposition Of The Great Arteries-


TGAs)
Merupakan Suatu penyakit atau kelainan jantung bawaan yang dimana
Atresia dapat mengenai katup pulmonal, a.pulmonalis, atau infundibulum,
sehingga seluruh curah ventrikel kanan dialirkan ke dalam aorta.

2.1.5 Patofisiologi
Dalam keadaan normal darah akan mengalir dari daerah yang bertekanan
tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. Daerah yang bertekanan tinggi ialah
jantung kiri sedangkan daerah yang bertekanan rendah adalah jantung kanan.
Sistem sirkulasi paru mempunyai tahanan yang rendah sedangkan sirkulasi sistemik
memiliki tahanan yang tinggi. (Novatriyanto CA, 2018). Apabila terjadi hubungan
antara rongga-rongga jantung yang bertekanan tinggi dengan rongga-rongga
jantung yang bertekanan rendah akan terjadi aliran darah dari rongga jantung yang
bertekanan tinggi ke jantung yang bertekanan rendah. Sebagai contoh adanya Defek
pada sekat ventrikel, maka akan terjadi aliran darah dari ventrikel kiri ke ventrikel
kanan. Kejadian ini disebut Pirau (Shunt) kiri ke kanan. Sebaliknya pada obstruksi
arteri pulmonalis dan defek septum ventrikel tekanan rongga jantung kanan akan
lebih tinggi dari tekanan rongga jantung kiri sehingga darah dari ventrikel kanan
yang miskin akan okigen mengalir dari defek tersebut ke ventrikel kiri yang kaya
10

akan oksigen, keadaan ini disebut dengan Pirau (Shunt) kanan ke kiri yang dapat
berakibat kurangnya kadar oksigen pada sirkulasi sistemik. Kadar oksigen yang
terlalu rendah akan menyebabkan Sianosis. (Novatriyanto CA, 2018)

.
11

WOC PJB ASIANOTIK

Etiologi :
Faktor prenatal: Infeksi, usia, penderita dm

Factor genetic: ayah dan ibu penderita pjb , kelainan kromosom

Factor lingkungan: paparan lingkungan , infeksi rubella, alcohol dan obat obatan

Penyakit jantung Bawaan (PJB) MK: Defisit


Kurangnya informasi Pengetahuan

B1 B2 B3 B4 B6
B5
Breathing Blood Brain Bladder Bone
Bowel

Atrium septal Oksigen otak Ekstraksi cairan hipoksemia Penurunan perfusi


Tekanan pada
defect menurun jaringan
atrium tinggi

Hipertrifi sesak Tirah baring lama


Tekanan atrium jaringan otak Perpindahan cairan
Input darah ventrikel
dari intravaskuler
kiri menurun Kelemahan
Aliran paru berlebih Resiko abses ke ekstravaskuler
Nafsu menyusu
selebri odem berkurang
Cardiac output MK: Intoleransi
Volum ventrikel meningkat menurun Aktivtas

MK: Resiko Oliguri,


Perfusi Serebral
anuri, edema Asupan nutrsi
Kesulitan bernafas
MK: Resiko Tidak Efektif berkurang
Penurunan MK: Risiko
MK: Pola Napas Ketidakseimbangan
Curah Jantung
Tidak Efektif Elektrolit MK: Gangguan
MK: Resiko Defisit Tumbuh
Nutrisi Kembang
12

2.1.6 Manifestasi Klinis


Gangguan hemodinamik akibat kelainan jantung dapat memberikan gejala
yang menggambarkan derajat kelainan. Adanya gangguan pertumbuhan, sianosis,
berkurangnya toleransi latihan, kekerapan infeksi saluran napas berulang, dan
terdengarnya bising jantung, dapat merupakan petunjuk awal terdapatnya kelainan
jantung pada seorang bayi atau anak. (Syifa, 2023)
1) Gangguan pertumbuhan
Pada PJB nonsianotik dengan pirau kiri ke kanan, gangguan pertumbuhan
timbul akibat berkurangnya curah jantung. Pada PJB sianotik, gangguan
pertumbuhan timbul akibat hipoksemia kronis. Gangguan pertumbuhan ini
juga dapat timbul akibat gagal jantung kronis pada pasien PJB.
2) Sianosis
Sianosis timbul akibat saturasi darah yang menuju sistemik rendah. Sianosis
mudah dilihat pada selaput lendir mulut, bukan di sekitar mulut. Sianosis akibat
kelainan jantung ini (sianosis sentral) perlu dibedakan pada sianosis perifer
yang sering didapatkan pada anak yang kedinginan. Sianosis perifer lebih jelas
terlihat pada ujung - ujung jari.
3) Toleransi latihan
Toleransi latihan merupakan petunjuk klinis yang baik untuk
menggambarkan status kompensasi jantung ataupun derajat kelainan jantung.
Pasien gagal jantung selalu menunjukkan toleransi latihan berkurang.
Gangguan toleransi latihan dapat ditanyakan pada orangtua dengan
membandingkan pasien dengan anak sebaya, apakah pasien cepat lelah, napas
menjadi cepat setelah melakukan aktivitas yang biasa, atau sesak napas dalam
keadaan istirahat. Pada bayi dapat ditanyakan saat bayi menetek. Apakah ia
hanya mampu minum dalam jumlah sedikit, sering beristirahat, sesak waktu
mengisap, dan berkeringat banyak. Pada anak yang lebih besar ditanyakan
kemampuannya berjalan, berlari atau naik tangga. Pada pasien tertentu seperti
pada tetralogi Fallot anak sering jongkok setelah lelah berjalan.
4) Infeksi saluran napas berulang
Gejala ini timbul akibat meningkatnya aliran darah ke paru sehingga
mengganggu sistem pertahanan paru. Sering pasien dirujuk ke ahli jantung
anak karena anak sering menderita demam, batuk dan pilek. Sebaliknya tidak
13

sedikit pasien PJB yang sebelumnya sudah diobati sebagai tuberkulosis


sebelum dirujuk ke ahli jantung anak.
5) Bising jantung
Terdengarnya bising jantung merupakan tanda penting dalam menentukan,
penyakit jantung bawaan. Bahkan kadang-kadang tanda ini yang merupakan
alasan anak dirujuk untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Lokasi bising,
derajat serta penjalarannya dapat menentukan jenis kelainan jantung. Namun
tidak terdengarnya bising jantung pada pemeriksaan fisik, tidak menyingkirkan
adanya kelainan jantung bawaan. Jika pasien diduga menderita kelainan
jantung, sebaiknya dilakukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan
diagnosis.
2.1.7 Komplikasi
Ada beberapa Komplikasi yang di timbulkan oleh penyakit Jantung
Bawaan, antara Lain : (Adinda, 2018)

1. Sindrom Eisenmenger merupakan komplikasi yang terjadi pada PJB non


sianotik yang meyebabkan alairan darah ke paru yang meningkat. Akibatnya
lamakelaman pembuluh kapiler diparu akan bereksi dengan meningkatkan
resistensinya sehingga tekanan di arteri pulmonal dan diventrikel kanan
meningkat.
2. Serangan sianotik, pada serangan ini anak atau pasien menjadi lebih biru dari
kondisi sebelumnya tampak sesak bahkan dapat menimbulkan kejang.
3. Abses otak, biasanya terjadi pada PJB sianotik biasanya abses otak terjadi pada
anak yang berusia diatas 2 tahun yang diakibatkan adanya hipoksia da
melambtkanya aliran darah diotak.
4. Endokarditis
5. Obstruksi pembuluh darah pulmonal 6. CHF
6. Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur)
7. Enterokolitis nekrosis
8. Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas atau
displasia bronkkopulmoner)
9. Perdarahan gastrointestinal (GI), penurunan jumlah trombosit
10. Hiperkalemia (penurunan keluaran urin.
14

11. Aritmia
12. Gagaltumbuh.
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Novatriyanto CA, 2018) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
pada pasien dengan penyakit jantung bawaan, yaitu :
1. Pemeriksaan Laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat
saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16- 18
gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan
tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen
(PO2) dan penurunan PH.pasien dengan Hn dan Ht normal atau rendah mungkin
menderita defisiensi besi.
2. Radiologis
Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, tidak
ada pembesaran jantung . gambaran khas jantung tampak apeks jantung
terangkat sehingga seperti sepatu.
3 EKG
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula
hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal.
4 Echocardiography
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel
kanan,penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke paru-
paru.
5 SPO2
Menilai saturasi oksigen secara real-time dari waktu ke waktu dan
mengevaluasi intervensi serta perkembangan proses penyakit. Untuk menilai
oksigenasi darah pada pasien dengan kesulitan pernapasan. Informasi ini
membantu penyedia layanan kesehatan untuk memutuskan apakah seseorang
membutuhkan tambahan oksigen atau tidak.
2.1.9 Penatalaksanaan Medis
1. Farmakologis
Secara Garis besar penatalaksanaan Pada Pasien yang menderita Penyakit
Jantung Bawaan dapat dilakukan dengan 2 Cara Yakni Dengan Cara
15

pembedahan dan Kateterisasi Jantung . (Amelia, 2019)

a. Metode Operatif : Setelah pembiusan umum dilakukan, dokter akan


membuat sayatan pada dada, menembus tulang dada atau rusuk sampai
jantung dapat terlihat. Kemudian fungsi jantung digantikan oleh sebuah
alat yang berfungsi untuk memompa darah keseluruh tubuh yang
dinamakan Heart lungbypass yang juga menggantikan fungsi paru-paru
untuk pertukaran oksigen setelah itu jantung dapat dihentikan detaknya
dan dibuka untuk memperbaiki kelainan yang ada, seperti apabila ada
lubang pada septum jantung yang normalnya tertutup, maka lubang akan
ditutup dengan alat khusus yang dilekatkan pada septum jantung.
b. Kateterisasi jantung : prosedur kateterisasi umumnya dilakukan dengan
memasukkan keteter atau selang kecil yang fleksibel didalamnya
dilengkapi seperti payung yang dapat dikembangkan untuk menutup
defek jantung, ketetr dimasukkan melalui pembuluh darah balik atau
vena dipanggal paha atau lengan. Untuk membimbing jalannya kateter,
dokter menggunakan monitor melalui fluoroskopi angiografi atau
dengan tuntunan transesofageal ekokardiografi (TEE)/Ekokardiografi
biasa sehinggan kateter dapat masuk dengan tepat menyusuri pembuluh
darah, masuk kedalam defek atau lubang, mengembangkan alat diujung
kateter dan menutup lubang dengan sempurna. Prosedur ini dilakukan
dalam pembiusan umum sehingga anak/pasien tidak melakukan sakit.
Keberhasilan prosedur kateterisasi ini untuk penangana PJB dilaporkan
lebih dari 90% namun tetap diingan bahwa tidak semuan jenis PJB dapat
diintervensi dengan metode ini. Pada kasus defek septum jantung yang
terlalu besar dan kelainan struktur jantung tertentu seperti jantung yang
berada diluar rongga dada (jantung ektopik) dan tetralogi fallot yang
parah tetap membutuhkan operatif terbuka.
2. Non- Farmakologis
a. Sedangkan Secara Non-Farmakologis dapat Diberikan Tambahan Susu
Formula dengan kalori yang tinggi dan suplemen untuk air Susu Ibu
dibutuhkan pada bayi yang menderita PJB. Terutama pada bayi yang
lahir premature dan bayi-bayi yang cepat lelah saat menyusui.
16

b. Pada Pasien/Anak Yang Menghadapi atau dicurigai menderita PJB


dapat dilakukan tindakan , Seperti Menempatkan pasien khususnya
neonatus pada lingkungan yang hangat dapat dilakukan dengan
membedong atau menempatkannya pada inkhubator.
c. Memberikan Oksigen
d. Memberikan cairan yang cukup dan mengatasi gangguan elektrolit serta
asam basa.

2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian Keperawatan
Menurut Amelia (2019), pengkajian fokus dari penyakit jantung bawaan (PJB),
sebagai berikut :

1. Pengkajian
a. Biodata
Meliputi nama, tempat tanggal lahir/umur, berat badan lahir, serta
apakah bayi lahir cukup bulan atau tidak, jenis kelamin, anak keberapa,
jumlah saudara dan identitas orang tua.
b. Keluhan Utama
Biasanya orang tua mengeluh nafas anak sesak, lemas, ujung jari tangan
dan kaki teraba dingin, anak cepat berhenti saat menyusu, keringat yang
berlebihan, berat badan anak tidak bertambah, sianosis atau kebiruan pada
bibir dan kuku.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat kesehatan dahulu pada neonatus juga mencakup riwayat
kesehatan keluarga atau riwayat kesehatan serangan sianotik, faktor
genetik, riwayat keluarga yang mempunyai penyakit jantung bawaan dan
riwayat tumbuh kembang anak yang terganggu, adanya riwayat gerakan
jongkok bila anak telah berjalan beberapa menit.
d. Riwayat Kehamilan
Riwayat terjadinya infeksi pada ibu selama trimester pertama. Agen
penyebab lain adalah rubella, influenza atau chicken fox. Riwayat prenatal
seperti ibu yang menderita diabetes mellitus dengan ketergantungan pada
17

insulin. Kepatuhan ibu menjaga kehamilan dengan baik, termasuk menjaga


gizi ibu, dan tidak kecanduan obat-obatan dan alcohol, tidak merokok.
e. Riwayat Persalinan
Proses kelahiran atau secara alami atau adanya factor-faktor yang
memperlama proses persalinan, pengunaan alat seperti vakum untuk
membantu kelahiran atau ibu harus dilakukan SC.
f. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat keturunan dengan memperhatikan adanya anggota keluarga
lain yang juga mengalami kelainan jantung, untuk mengkaji adanya factor
genetic yang menunjang.
g. Riwayat aktifitas
Anak-anak yang mengalami PJB sering tidak dapat melaksanakan
aktivitas sehari- hari secara normal. Apabila melakukan aktivitas yang
membutuhkan banyak energi, seperti berlari, bergerak, berjalan-jalan
cukup jauh, makan/minum tergesa-gesa, menangis, atau tiba-tiba duduk
jongkok (squating), anak dapat mengalami serangan sianosis. Hal ini
dimaksudkan untuk memperlancar aliran darah ke otak. Kadang- kadang
anak tampak pasif dan lemah, sehingga kurang mampu untuk
melaksanakan aktivitas sehari-hari dan perlu dibantu.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-Tanda Vital
1) Nadi : Nadi berdasarkan usia, frekuensi nadi usia 1-3 tahun 90-
150x/menit, usia 4-5 tahun 80-140x/menit, usia 5-12 tahun 70-
120x/menit, usia 12-18 tahun 60- 100x/menit.
2) Pernapasan : Pernapasan berdasarkan usia, frekuensi pernapasan 1-3
tahun 24- 40x/menit, usia 4-5 tahun 22- 34x/menit, usia 5-12 tahun 18-
30x/menit, 12-18 tahun 12- 16x/menit.
3) Suhu: Suhu tubuh normal 36,5oC-37,5OC, pada anak PJB suhu normal
selama tidak didapatkan tanda-tanda infeksi.
b. Kepala-leher : Biasanya tidak ada kelainan pada kepala.
c. Mata : Konjungtiva anemis, sklera ikterik.
d. Hidung: Nafas cepat dan adanya pernafasan cuping hidung.
e. Mulut : Sianosis (warna kebiruan) dapat dilihat pada membran mukosa,
18

seperti lidah, bibir. Sianosis yang terdapat pada daerah tersebut disebut
sianosis sentral. Sianosis sentral dapat timbul selama melakukan aktivitas,
seperti menangis atau makan tergesa-gesa. Pada sianosis yang berat, tanpa
melakukan aktivitas apapun warna pucat kebiruan sudah tampak.
f. Leher : Terdapat distensi vena jugularis, aneurisma aorta akibat penebalan
atau pembengkakan aorta.
g. Thorax
1) Paru : Biasanya pada anak dengan TOF, hasil inspeksi tampak adanya
retraksi dinding dada akibat pernapasan yang pendek dan dalam dan
tampak menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan. Palpasi mungkin
teraba desakan dinding paru yang meningkat terhadap dinding dada,
pada perkusi mungkin terdengar suara redup karena peningkatan
volume darah paru dan untuk auskultasi akan terdengar ronkhi basah
atau krekels sebagai tanda adanya edema paru pada komplikasi
kegagalan jantung. Bayi yang baru lahir saat di auskultasi akan
terdengar suara nafas mendengkur lemah bahkan takipneu.
2) Jantung : Biasanya pada inspeksi mungkin dada masih terlihat simetris
sehingga tidak tampak jelas, namun pada usia dewasa akan ditemukan
tonjolan atau pembengkakan pada dada sebelah kiri karena
pembesaran ventrikel kanan. Perkusi biasanya didapatkan batas
jantung melebihi 4-10 cm ke arah kiri dari garis midsternal pada
intercostae ke 4, 5, dan 8. Palpasi teraba pulsasi pada ventrikel kanan
akibat peningkatan desakan, iktus kordis masih teraba jelas pada
interkosta 5-6. Pada auskultasi terdengar bunyi jantung tambahan
(machinery mur-mur) pada batas kiri sternum tengah sampai bawah,
biasanya bunyi jantung I normal sedangkan
bunyi jantung II terdengar tunggal dan keras.
h. Abdomen : Biasanya hasil inspeksi tampak membesar dan membuncit,
pada auskultasi biaanya terdengar bunyi gesekan akibat adanya
pembesaran hepar. Pada perkusi adanya suara redup pada daerah hepar dan
saat dipalpasi biasanya ada nyeri tekan.
i. Kulit : Adanya keringat yang berlebihan dan pucat.
j. Ekstremitas : Biasanya pada ekstremitas teraba dingin bahkan dapat terjadi
19

clubbing finger akibat kurangnya suplai oksigen ke perifer. Dan CRT > 3
detik akibat suplai oksigen ke perifer berkurang menyebabkan sianosis dan
adanya clubbing finger (jari tabuh)..
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya
baik yang berlangsung aktual maupun potensial (PPNI, 2017). Diagnosis
kepewatan yang mungkin muncul pada pasien dengan penyakit CKD
berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) yaitu :
1) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
(D.0005)
2) Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi
jantung (D.0011)
3) Risiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan penurunan kinerja
ventrikel kiri (D.0017)
4) Risiko Ketidakseimbangan elekrolit (D.0037)
5) Defisit nutrisi berhubungan dengan kurang intake makanan (D.0106)
6) Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek
ketidakmampuan fisik (D.0106)
7) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan (D.0056)
8) Defisit Pengetahuan berhubungan dengan dengan kurang terpapar informasi
(SDKI D.0110)
20

2.2.3 Intervensi Keperawatan


No Diagnosa Tujuan ( Kriteria Hasil) Intervensi
1. Pola napas tidak efektif Manajemen Jalan Napas (I.01011) Hal. 187
Pola napas membaik
berhubungan dengan hambatan
(SLKI L.01004) Observasi
upaya napas (D.0005)
1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
Definisi : inspirasi dan/atau Setelah dilakukan tindakan 2. Monitor bunyi napas tambahan (misalnya: gurgling, mengi,
ekspirasi yang tidak keperawatan 3x7 jam diharapkan wheezing, ronchi kering)
Pola napas membaik dapat 3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
memberikan ventilasi adekuat
membaik dengan kriteria hasil : Terapeutik
Gejala dan tanda mayor : 1. Dispnea menurun 1. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-
Subjektif 2. Penggunaan otot bantu lift (jaw thrust jika curiga trauma fraktur servikal)
- Dispnea
napas menurun 2. Posisikan semi-fowler atau fowler
Objektif
- Penggunaan otot bantu 3. Pemanjangan fase 3. Berikan minum hangat
pernapasan ekspirasi menurun 4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- Fase ekspirasi memanjang 4. Frekuensi napas membaik 5. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
- Pola napas abnormal 5. Kedalaman napas 6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
Gejala dan tanda minor : membaik 7. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
Subjektif 8. Berikan oksigen, jika perlu
- Ortopnea
Edukasi
Objektif
- Pernapasan pursed-lip 1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak ada
- Pernapasan cuping hidung kontraindikasi
- Ventilasi semenit menurun 2. Ajarkan Teknik batuk efektif
Kolaborasi
21

1. Kolaborasi,pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik,


jika perlu.
2. Risiko penurunan curah jantung
Curah Jantung Perawatan jantung I.02075 Hal. 317
berhubungan dengan perubahan
(SLKI L.02008)
frekuensi jantung (D.0011) Observasi
Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung
Definisi : berisiko mengalami
keperawatan 3x7 jam di harapkan 2. Monitor tekanan darah
pemompaan jantung yang tidak 3. Monitor saturasi oksigen
penurunan curah jantung dapat
adekuat untuk memenuhi teratasi dengan 4. Monitor keluhan nyeri dada
kebutuhan metabolisme tubuh 5. Monitor atrimia
Kriteria hasil : 6. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan sesudah
Gejala dan Tanda Mayor aktivitas
Subjektif : 1. Kekuatan nadi perifer 7. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum pemberian
2. EJection fractian (EF)
- perubahan irama jantung obat
3. Cardiec todex (CI)
(palpitasi) 4. Left Ventricular stroke Terapeutik
work index (LVSWI) 1. Posisikan pasien semi fowler dengan kaki kebawah atau posisi
Objektif : 5. Stroke volume index (SVI) nyaman
6. Palpitasi 2. Berikan diet jantung yang sesuai
- Perubahan irama jantung 7. Bradikardia 3. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres, jika perlu
8. Takikardla 4. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen>94%
Gejala dan tanda Minor: 9. Gambaran EKG aritmia
10. Lelah Edukasi
Subjektif :
11. Edema 1. Anjurkan aktivitasfisik sesuai toleransi
- perubahan preload (tidak 12. Distensi vema Jugularis 2. Anjurkan berhentimeokok
tersedia 13. Dispnea Kolaborasi
14. Oligurla 1. Kolaborasi pemberian antia ritmia, jikaperlu
22

- perubahan afterload (tidak 15. Pucat/sianosis Rujuk ke program rehabilitas jantung


tersedia) 16. Paroxysmal nocturnal
dyspnea (PND)
- perubahan kontraktilitas 17. Ortopnea
(tidak tersedia) 18. Batuk
19. Suara jantung S3
- perilaku/emosiaonal (cemas 20. Suara jantung S4
dan gelisah).

Objektif

- perubahan preload

3. Risiko Perfusi Serebral Tidak Perfusi Serebral Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial (I. 06198)
Efektif b.d penurunan kinerja (SLKI L.02014) Observasi
Setelah dilakukan tindakan
ventrikel kiri (D.0017) 1. Identifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. Lesi, gangguan metabolism
keperawatan 3x7 jam
Definisi : Berisiko mengalami edema serebral)
maka diharapkan masalah
penurunan sirkulasi darah ke 2. Monitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis. Tekanan darah meningkat, tekana
keperawatan dapat teratasi dengan
otak nadi melebar, bradikardi, pola nafas ireguler, kesadaran menurun)
kriteria hasil
Gejala dan tanda mayor : 3. Monitor MAP (Mean Arterial Pressure)
Subjektif :
4. Monitor CVP (Central Venous Pressure), jika perlu
- 1. Tingkat kesadaran meningkat
Objektif 5. Monitor PAWP, jika perlu
2. Kognitif meningkat
- Pengisian kapiler >3 detik
6. Monitor PAP , jika perlu
- Nadi perifer menurun atau 3. Sakit kepala menurun
tidak teraba 4. Gelisah menurun
23

- Akral teraba dingin 5. Kecemasan menurun 7. Monitor ICP (Intra Cranial Pressure), jika tersedia
- Warna kulit pucat 6. Agitasi menurun 8. Monitor CPP (Cerebral Perfusion Pressure)
- Turgor kulit menurun 7. Demam menurun
Gejala dan tanda minor : 9. Monitor gelombang ICP
8. Tekanan arteri rata-rata
Subjektif
membaik 10. Monitor setatus pernapasan
- Parastesia
- Nyeri ekstremitas (klaudikasi 9. Tekanan intra kranial 11. Monitor intake dan ouput cairan
intermiten) membaik
12. Monitor cairan serebro-spinalis (mis. Warna, konsistensi)
Objektif 10. Tekanan darah sistolik
- Edema membaik Terapeutik
- Penyembuhan luka lambat 11. Tekanan darah diastolic 1. Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang
- Indeks ankle-brachial
membaik
2. Berikan posisi semi Fowler
12. Reflex saraf membaik
3. Hindari maneuver valsava
4. Cegah terjadinya kejang
5. Hindari penggunaan PEEP
6. Hindari pemberian cairan IV hipotonik
7. Atur ventilator agar PaCO2 optimal
8. Pertahankan suhu tubuh normal
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian sedasi dan anti konvulsan, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian diuretic osmosis, jika perlu
3. Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu
24

Pemantauan Tekanan Intrakranial (I.06198)


Observasi
Identifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. Lesi menempati ruang, ganggua
metabolisme, edema serebral tekann vena, obstruksi aliran cairan serebrospina
hipertensi, intracranial
idiopatik)
4. Risiko Ketidakseimbangan Keseimbangan Elektrolit Pemantauan Elektrolit (I.03122)
elekrolit (D.0037 ) ( SLKI L.03021) Hal.507
Definisi : Berisiko mengalamoi Setelah dilakukan tindakan Observasi
kadar serum elektrolit keperawatan 3x7 jam maka 1. Monitor kemungkinan penyebab ketidakseimbangan elektrolit
Faktor Resiko diharapkan tingkat nyeri menurun. 2. Monitor kadar elektrolit serum
1. Gagal ginjal Kriteria Hasil: 3. Monitor mual, muntah, diare
2. Anoreksia nervosa 1. Serum natrium 4. Monitor kehilangan cairan, jika perlu
3. Diabetes melitus 2. Serum kalium 5. Monitor tanda dan gejala hipokalemia (mis: kelemahan otot,
4. Penyakit Chron 3. Serum calsium interval QT memanjang, gelombang T datar atau terbalik, depresi
5. Gastroenteritis segmen ST, gelombang U, kelelahan, parestesia, penurunan
6. Pankreatitis refleks, anoreksia, konstipasi, motilitas usus menurun, pusing,
7. Cedera kepala depresi pernapasan)
8. Kanker 6. Monitor tanda dan gejala hiperkalemia (mis: peka rangsang,
9. Trauma multipel gelisah, mual, muntah, takikardia mengarah ke bradikardia,
10. Luka bakar fibrilasi/takikardia ventrikel, gelombang T tinggi, gelombang P
11. Anemia sel sabit datar, kompleks QRS tumpul, blok jantung mengarah asistol)
25

7. Monitor tanda dan gejala hiponatremia (mis: disorientasi, otot


berkedut, sakit kepala, membrane mukosa kering, hipotensi
postural, kejang, letargi, penurunan kesadaran)
8. Monitor tanda dan gejala hipernatremia (mis: haus, demam, mual,
muntah, gelisah, peka rangsang, membrane mukosa kering,
takikardia, hipotensi, letargi, konfusi, kejang)
9. Monitor tanda dan gejala hipokalsemia (mis: peka rangsang, tanda
Chvostek [spasme otot wajah] dan tanda Trousseau [spasme
karpal], kram otot, interval QT memanjang)
10. Monitor tanda dan gejala hiperkalsemia (mis: nyeri tulang, haus,
anoreksia, letargi, kelemahan otot, segmen QT memendek,
gelombang T lebar, komplek QRS lebar, interval PR memanjang)
11. Monitor tanda dan gejala hypomagnesemia (mis: depresi
pernapasan, apatis, tanda Chvostek, tanda Trousseau, konfusi,
disritmia)
12. Monitor tanda gan gejala hypermagnesemia (mis: kelemahan otot,
hiporefleks, bradikardia, depresi SSP, letargi, koma, depresi)
Terapeutik
1. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
26

5. Defisit nutrisi berhubungan Status nutrisi membaik Manajemen Nutrisi (I.03119)


dengan kurang intake makanan (SLKI L.03030) Observasi
Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi status nutrisi
(D.0019)
keperawatan 3x7 jam diharapkan 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Definisi : Asupan nutrisi tidak status nutris membaik , dengan 3. Identifikasi makanan yang disukai
cukup untuk memenuhi kriteria hasil: 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
1. Porsi makana yang 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
kebutuhan metabolisme
dihabiskan meningkat 6. Monitor asupan makanan
Gejala dan tanda mayor : 2. Kekuatan mengunyah 7. Monitor berat badan
Objektif meningkat 8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
- Berat badan menurun
3. Kekuatan otot menelan Terapeutik
minimal 10% dibawah
rentang ideal membaik 1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
4. Penyiapan dari 2. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
Gejala dan tanda minor : penyimpanan makanan 3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
Subjektif yang aman 4. Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Kram/nyeri abdomen 5. Nyeri abdomen menurun 5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Nafsu makanmenurun 6. Indeks massa tubuh (IMT) 6. Berikan suplemen makanan, jika perlu
Objektif
membaik 7. Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik jika
- Bising usushiperaktif
- Otot mengunyahlemah 7. Membran mukosa asupan oral dapat ditoleransi
- Otot menelanlemah membaik Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda
nyeri, antiemetik), jika perlu Kolaborasi
27

2. dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis


nutrient yang dibutuhkan, jika perlu

6. Gangguan Tumbuh Kembang Perawatan Perkembangan (I.10339)


berhubungan dengan efek Status Perkembangan (L.10101) Observasi
ketidakmampuan fisik Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi pencapaian tugas perkembangan anak
(D.0106) keperawatan 3x7 jam maka 2. Identifikasi isyarat perilaku dan fisiologis yang ditunjukkan bayi
Definisi : Kondisi individu diharapkan masalah (mis:lapar, tidak nyaman)
mengalami gangguan keperawatan dapat teratasi Terapeutik
kemampuan bertumbuh dan dengan kriteria hasil 3. Pertahankan sentuhan seminimal mungkin pada bayi premature
berkembang sesuai dengan 1. Keterampilan/perilaku sesuai 4. Berikan sentuhan yang bersifat gentle dan tidak ragu-ragu
usia meningkat 5. Minimalkan nyeri
kelompok usia
2. Kemampuan melakukan 6. Minimalkan kebisingan ruangan
Gejala dan tanda mayor :
Subjektif perawatan diri meningkat 7. Pertahankan lingkungan yang mendukung perkembangan optimal
- 3. Respon sosial meningkat
8. Motivasi anak berinteraksi dengan anak lain
Objektif 4. Kontak mata meningkat
- tidak mampu melakukan 5. Kemarahan menurun 9. Sediakan aktivitas yang memotivasi anak berinteraksi dengan
keterampilan atau perilaku khas 6. Regresi menurun anaklainnya
sesuai usia (fisik, bahasa,
7. Efek membaik 10. Fasilitasi anak berbagi dan bergantian/bergilir
motorik, psikososial).
- Pertumbuhan fisik terganggu 8. Pola Tidur membaik
11. Dukung anak mengekspresikan diri melalui penghargaan positif
Gejala dan tanda minor : atauumpan balik atas usahanya
Subjektif 12. Pertahankan kenyamanan anak
28

-
13. Fasilitasi anak melatih keterampilan pemenuhan kebutuhan
Objektif
- tidak mampu melakukan secaramandiri (mis: makan, sikat gigi, cuci tangan, memakai
perawatan diri sesuai usia
baju)
- Afek datar
- Respon sosial lambat 14. Bernyanyi Bersama anak lagu-lagu yang disukai
- Kontak mata terbatas Edukasi
- Nafsu makan menurun
1. Anjurkan orang tua menyentuh dan menggendong bayinya
- Lesu
- Mudah marah 2. Anjurkan orang tua berinteraksi dengan anaknya
- Regresi
Kolaborasi
- Pola tidur terganggu (pada
bayi) 1. Rujuk untuk konseling, jika perlu

Manajemen Energi (I.05178) Hal. 179


7. Intoleransi aktivitas Toleransi aktivitas meningkat
Observasi
berhubungan dengan kelemahan (SLKI L.05047) 1. Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
Setelah dilakukan tindakan
(D.0056) 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
keperawatan 3x7 jam diharapkan
3. Monitor pola dan jam tidur
Definisi : ketidakcukupan intoleransi aktivitas meningkat ,
4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
energi untuk melakukan dengan kriteria hasil: Terapeutik
1. saturasi oksigen meningkat 1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya,
aktivitas seari-hari
2. kekuatan tubuh bagian atas suara, kunjungan)
Gejala dan tanda mayor : meningkat 2. Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif
Subjektif 3. kekuatan tubuh bagian 3. Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
- Mengeluh lelah 4. Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau
bawah meningkat
berjalan
29

Objektif 4. dispnea saat aktivitas Edukasi


- frekuensi jantung menurun
meningkat >20% dari 5. perasaan lemah menurun 1. Anjurkan tirah baring
kondisi istirahat 2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertaha
6. warna kulit membaik
7. frekuensi napas membaik 3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan
Gejala dan tanda minor : tidak berkurang
Subjektif 4. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
- dispnea saat/setelah Kolaborasi
aktivitas, merasa tidak
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
nyaman setelah
beraktivitas, merasa
lemah.

Objektif
- tekanan darah berubah
>20% dari kondisi
istirahat

8. Setelah dilakukan tindakan


Defisit Pengetahuan Edukasi Keamanan Anak (SIKI I.12378)
berhubungan dengan kurang nyakeperawatan 3x7 diharapkan
masalah keperawatan defisit Observasi
terpapar informasi
pengetahuan dapat teratasi dengan 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
(D.0110)
kriteria hasil : Terapeutik
Definisi : Ketiadaan atau Tingkat Pengetahuan 2. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
kurangnya informasi kognitif (SLKI L.12111) 3. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
yang berkaitan dengan topik 1. Perilaku sesuai anjuran 4. Berikan kesempatan untuk bertanya
tertentu. meningkat Edukasi
2. Verbalisasi minat
dalam belajar meningkat
30

Penyebab 3. Kemampuan menjelaskan 5. Anjurkan memantau anak saat berada di tempat yang berisiko (mis.
- Keteratasan kognitif pengetahuan tentang suatu luar rumah, balkon. kolam renang)
- Gangguan fungsi kognitif topik meningkat 6. Anjurkan menutup sumber listrik yang dapat dijangkau
- Kekeliruan mengikuti 4. Kemampuan menggambarkan
7. Anjurkan mengatur perabotan rumah tangga
anjuran pengalaman sebelumnya yang
- Kurang terpapar sesuai dengan topik meningkat 8. Anjurkan memilih mainan yang sesuai dengan usia anak dan tidak
informasi 5. Perilaku sesuai dengan berbahaya
- Kurang minat dalam pengetahuan meningkat 9. Anjurkan menyimpan benda berbahaya (mis, pisau, benda tajam
belajar 6. Pertanyaan yang sesuai dengan lainnya) dan cairan berbahaya (mis. pembersih lantai deterjen) di
- Kurang mampu masalah yang dihadapi tempat yang jauh dari jangkauan
mengingat menurun 10. Anjurkan memberikan pembatas pada area dapur, kamar mandi,
- Ketidaktahuan 7. Persepsi yang keliru tentang
kolam
menemukan sumber masalah menurun
informasi 8. Menjalani pemeriksaan yang 11. Jelaskan kepada orang tua dan anak tentang bahaya lalu lintas
Gejala dan Tanda Mayor tidak tepat menurun 12. Ajarkan penggunaan sabuk pengaman saat berkendara
Subjektif 9. Perilaku membaik 13. Jelaskan keamanan bersepeda pada anak (mis. menggunakan helm
(tidak tersedia) menggunakan sepeda sesuai usai)
Objektif 14. Anjurkan penggunaan stroller (kursi dorong anak) kursi knusus anak
- Menunjukan perilaku dengan aman
tidak sesuai anjuran
15. Anjurkan tidak meletakkan anak pada tempat tidur yang tinggi
- Menunjikan presepsi yang
keliru terhadap masalah 16. Ajarkan anak tindakan yang dilakukan saat merasa dirinya dalam
Gejala dan Tanda Minor bahaya (mis. meminta bantuan orang dewasa, berteriak, segera
- Menjalani pemeriksaan berlari).
yang tepat
- Menunjikan perilaku
berlebihan (mis. apatis,
bermusuhan, agitasi,
histeria)
31

Kondisi Klinis Terkait


- Kondisi klinis yang baru
dihadapi oleh klien
- Penyakit akut
- Penyakit kronis
32

2.1.1 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan, dimana perawat
melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan. Dan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu
klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
2.2.1 Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi keperawatan ini dapat menilai sejauh mana keberhasilan yang dicapai dan
seberapa besar kegagalan yang terjadi. Dari hasil evaluasi, tenaga kesehatan dapat menilai
pencapaian dari tujuan serta dari hasil evaluasi ini, tenaga kesehatan akan menjadikan hasil evaluasi
ini sebagai bahan koreksi dan catatan untuk perbaikan tindakan yang harus dilakukan (Prabowo,
2018).
Evaluasi keperawatan disusun dengan menggunakan SOAP yang operasional, seperti :
1. S (Subjektif) adalah ungkapan perasaan maupun keluhan yang disampaikan pasien
2. O (Objektif) adalah pengamatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan melalui sikap ibu
ketika dan setelah dilakukan tindakan keperawatan
3. A (Assesment) adalah analisa tenaga kesehatan setelah mengetahui respon subjektif dan
objektif yang dibandingkan dengan tujuan dan kriteria hasil yang ada pada rencana
keperawatan
4. P (Planning) adalah perencanaan untuk tindakan selanjutnya yang akan dilakukan oleh tenaga
keseh
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

I. Anamnesa
Pengkajian Tanggal, 4 Desember 2023 Pukul 10.00 WIB

1. Identitas pasien
Nama Klien : An.S

TTL : Kasongan, 12 Desember 2023

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku : Banjar

Pendidikan :-

Alamat : Jl Mayasir, Kasongan

Diagnosa medis : PJB Asianotik

2. Identitas penanggung jawab


Nama Klien : Ny.I

TTL : Banjar, 5 Februari 1985

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku : Banjar

Pendidikan : SD

Pekerjaan : IRT

Alamat : Jl Mayasir, Kasongan

Hubungan keluarga : Ibu

3. Keluhan utama :
Orang tua mengatakan An.S Sesak Napas

4. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang

33
34
Pada tanggal 27 November 2023 pasien dirujuk dari RS Ibu dan Anak Bunda untuk
mendapatkan penangganan lebih lanjut di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya. Pada tanggal 28 November 2023 pukul 22.09 WIB klien tiba di RSUD
dr.Doris Palangka Raya bersama kedua orang tuanya, dengan keluhan ibu klien
mengatakan anaknya batuk, sesak napas, lemas, Lalu dilakukan pemeriksaan fisik
dan didapatkan hasil TTV : Nadi : 185x/menit, R : 40x/menit, S : 36,3 ˚C, SPO2 :
92% dan diberikan terapi sesampainya di IGD pasien di berikan terapi Inf D5 1/4
NS Asnet, Inj. Forusemid 2x5 mg, terpasang O2 Nasal kanul 1 lpm. Lalu klien di
anjurkan rawat inap di ruang flamboyan untuk penanganan lebih lanjut. Saat
dilakukan pengkajian yaitu pada tanggal 4 Desember 2023, ibu klien mengatakan
anaknya masih sesak, didapatkan hasil TTV : Nadi : 67x/menit, R : 25x/menit, S :
36,6 ˚C, SPO2 : 96%

b. Riwayat kesehatan lalu

1) Riwayat prenatal :

Ny.I mengandung An.E cukup bulan dan selama hamil nafsu makan Ny.I kurang
baik karena sering mual muntah dan pernah tidak napsu makan selama
seminggu. Pemeriksaan kehamilan/Antenatal Care (ANC) dilakukan secara
rutin. An.S lahir pada tanggal 12 Desember Agustus 2023

2) Riwayat natal :

Ny.S mengatakan saat proses melahirkan An.S tidak ada kendala, menangis
dengan segera setelah dilahirkan.

3) Riwayat postnatal :

Ibu klien mengatakan melahirkan klien secara normal di klinik bersalin

4) Penyakit sebelumnya :

Ny.I mengatakan An.S tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya seperti DM


dan lainnya, dan tidak ada riwayat operasi.
35
5) Imunisasi

Jenis BCG DPT Polio campak Hepatitis TT


Usia 1 bulan 2 bulan 2 bulan - - -

c. Riwayat kesehatan keluarga

Ny.S mengatakan keluarga ada yang mengidap penyakit keturunan yaitu


Diabetes Melitus akan tetapi tidak ada memiliki riwayat penyakit yang sama
dengan An.S Keluarga tidak ada mengidap penyakit keturunan seperti
hipertensi, kanker, dll dan tidak ada yang menderita HIV, sifilis, gonore.

d. Susunan genogram 3 (tiga) generasi

KETERANGAN :

= Laki-Laki

= Perempuan

= Meninggal

= Pasien

= Tinggal Serumah

II Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : Klien tampak terbaring, tampak lemas, kesadaran compos mentis,
terpasang stopper di tangan kanan
2. Tanda vital
Tekanan darah : - mmhg
Nadi : 67 x/mnt
Suhu : 36,6 ˚C
Respirasi : 25 x/mnt
SPO2 : 96%
36
3. Kepala dan wajah
a. Ubun-ubun
Menutup ( √ ) Ya ( ) Tidak
Keadaan ( ) cembung ( ) cekung (√) lain-lain : Normal
Kelainan ( - ) Hidrocefalus ( - ) Microcephalus
Lain-lain : Tidak ada masalah
b. Rambut
Warna : Hitam
Keadaan : Rontok ( ) Ya ( √ ) Tidak
Mudah dicabut ( ) Ya ( √ ) Tidak
Kusam ( ) Ya ( √ ) Tidak
Lain-lain : Tidak ada masalah
c. Kepala
Keadaan kulit kepala : Bersih
Peradangan/benjolan : ( ) Ada, sebutkan ( √ ) Tidak
Lain-lain : Tidak ada masalah
d. Mata
Bentuk : ( √ ) simetris ( ) tidak
Conjungtiva : Anemis
Skelera : tidak ikterik
Reflek pupil : Pupil klien isokor, dengan reflek cahaya kiri dan kangan positif.
Oedem Palpebra : ( ) Ya ( √ ) tidak
Ketajaman penglihatan : Baik
Lain-lain : Tidak ada masalah
e. Telinga
Bentuk : ( √ ) Simetris ( ) tidak
Serumen/secret : ( ) Ada ( √ ) tidak
Peradangan : ( ) Ada ( √ ) tidak
Ketajaman pendengaran : Tidak ada masalah
Lain-lain : Tidak ada masalah
f. Hidung
Bentuk : ( √ ) Simetris ( ) tidak
Serumen/secret : ( ) Ada (√ ) tidak
Pasase udara : (√ ) terpasang O2 simpel mask, 3 liter ( ) tidak
Fungsi penciuman : Normal
Lain-lain : Tidak ada masalah
g. Mulut
Bibir : intak ( ) ya ( √ ) tidak
Stanosis (√) ya ( ) tidak
Keadaan ( √ ) kering ( ) lembab
Palatum : ( √ ) keras ( ) lunak
h. Gigi
Carries : ( ) ya, sebutkan…............ (√ ) tidak
Jumlah gigi :-
37
Lain-lain : Tidak ada masalah
4. Leher dan tengorokan
Bentuk : Simetris
Reflek menelan : tidak sukar menelan
Pembesaran tonsil : tidak ada pembesaran tonsil
Pembesaran vena jugularis : tidak ada pembesaran vena jugularis
Benjolan : Tidak ada benjolan
Peradangan : Tidak ada peradangan
Lain-lain : Tidak ada masalah
5. Dada
Bentuk : (√ ) simetris ( ) tidak
Retraksi dada : ( ) ada ( √ ) tidak
Bunyi nafas : Vesikuler
Tipe pernafasan : Dada dan perut
Bunyi jantung : lup-dup
Iktus cordis :Tidak terlihat
Bunyi tambahan : Tidak ada
Nyeri dada : Tidak ada
Keadaan payudara : Normal
Lain-lain : Tidak ada masalah
6. Punggung
Bentuk : ( √ ) simetris ( ) tidak
Peradangan : ( - ) ada, sebutkan
Benjolan : ( - ) ada, sebutkan
Lain-lain : Tidak ada masalah
7. Abdomen
Bentuk : ( √ ) simetris ( ) tidak
Bising usus : 10x / mnt
Asites : ( ) ada ( √ ) tidak
Massa : ( ) ada, sebutkan
Hepatomegali : ( ) ada ( √ ) tidak
Spenomegali : ( ) ada ( √ ) tidak
Nyeri : ( - ) ada, sebutkan:
Lain-lain :
8. Ektremitas
Pergerakan/ tonus otot
Oedem : ( ) ada, sebutkan ( √ ) tidak
Sianosis : ( ) ada, sebutkan ( √ ) tidak
Clubbing finger : ( ) ada ( √ ) tidak
Keadaan kulit/turgor : kulit pucat/turgor kulit menurun
Lain-lain : -
9. Genetalia
a. Perempuan
Kebersihan : Baik
38
Keadaan testis : ( √ ) lengkap ( ) tidak
Hipospadia : ( ) ada ( √ ) tidak
Epispadia : ( ) ada ( √ ) tidak
Lain-lain : Tidak ada masalah

I. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan


1. Gizi : BB : 6,5 Kg, PB : 65 cm
2. Kemandirian dalam bergaul : Klien masih bayi
3. Motorik halus : Klien dapat menggengam
4. Motorik kasar : Klien belum bisa berjalan atau duduk
5. Kognitif dan bahasa: : Saat di lakukan pengkajian dan di tanyakan tentang
penyakit yang di alami anaknya, ibu klien tampang binggung menjawab dan
kurang mengetahui tentang PJB ( Penyakit Jantung Bawaan) Asianotik
6. Psikososial : Klien mendapat dukungan penuh dari orang tua
maupun keluarga dalam proses perawatannya.

Masalah Keperawatan : Defisit Pengetahuan

II. Pola Aktifitas sehari-hari


No Pola kebiasaan Sebelum sakit Saat sakit
1 Nutrisi
a. Frekuensi 30cc/jam 30cc/3 jam
b. Nafsu makan/selera Nafsu makan baik
c. Jenis makanan ASI dan Sufor
2 Eliminasi
a. BAB 3 x/hari 3 x/hari
Frekuensi
Konsistensi
4 x/sehari. 4 x/sehari.
b. BAK
Frekuensi
Konsistensi
3 Istirahat/tidur
a. Siang/ jam 1-2 jam sehari 1-2 jam sehari
b. Malam/ jam 8-9 jam sehari 8-9 jam sehari
4 Personal hygiene
a. Mandi - -
b. Oral hygiene - -
39
V Data penunjang

Hasil Pemeriksaan ECHO (Ekokardiografi)/USG Jantung

Lampiran Hasil ECHO :

Hasil pemerikasaan Laboratorium tanggal 29 November 2023 (Pukul 16.22 Wib)

Jenis Hasil Nilai Rujukan Satuan


pemeriksaan

Glukosa 137 <200 mg/dl


Sewaktu

HEMATOLOGI

DL/Paket (Hb, leukosit, eritrosit, trombosit, hematokrit)

Hemoglobin 8,1 L : 13,5-18,0 ; P : g%


11,5-16,0
40
Leukosit 9.940 4.500-11.000 /mm3

Eritrosit 3,21 4-6 Juta/mm3

Trombosit 411.000 150.000-400.000 /mm3

Hematrokit 26 37-48 %

MCV 79 80-100 fL

MCH 25 27-34 Fg

MCHC 31 32-36 g/dl

VI Penatalaksanaan Medis

Nama Obat Dosis Rute Indikasi


pemberian

Inf. D5 ¼ NS - Intravena Digunakan untuk infus vena perifer


(Stopper) sebagai sumber kalori dimana penggantian
cairan dan kalori dibutuhkan.

Inj. Furosemid 3 x 6 mg Intravena Furosemide adalah obat golongan diuretik.


Obat ini bekerja dengan cara mengurangi
cairan berlebihan dalam tubuh yang
disebabkan oleh kondisi seperti gagal
jantung, penyakit hati dan gagal ginjal.

Inj. MP 3 x 12,5 mg Intravena Methylprednisolone adalah obat untuk


meredakan peradangan pada berbagai
kondisi, termasuk radang sendi, radang
usus, asma, psoriasis, lupus,
hingga multiple sclerosis. Obat ini juga
digunakan dalam pengobatan reaksi alergi
yang parah.

Inj. 3x2 mg Intravena Indikasi cefotaxime adalah untuk


Cefotaxime penatalaksanaan infeksi saluran
pernapasan bawah, infeksi saluran kemih,
pelvic inflammatory disease, infeksi
intraabdominal, infeksi sistem saraf pusat,
infeksi pada tulang dan kulit, serta pada
bakteremia dan sepsis.
41
PO. Pct Drop 3 x 0,7 pulv Oral Obat Paracetamol Drop dikenal sebagai
(PO) obat Analgesik atau pereda nyeri dan juga
obat Antipiretik atau obat penurun
demam.

PO. Ataroc 2x2 ml Oral TAROC SIRUP adalah obat yang


mengandung Procaterol HCL 25 mcg/5
(PO) ml. Procaterol HCl digunakan untuk
mengurangi berbagai gejala yang
disebabkan oleh gangguan obstruksi
pernafasan dari berbagai penyakit seperti
asma bronkial, bronkitis kronis, emfisema
pulmonum, bronchitis akut dan asmatis
bronchitis.

PO. Vectrin 2x2 ml Oral Vectrin adalah obat yang di gunakan untuk
mengobati gangguan saluran pernapasan
akut dan kronis, termasuk batuk pada
penderita eksaserbasi akut bronkhitis
akut.

Palangka Raya, 4 Desember 2023

Mahasiswa,

(Lisnawatie)
42

ANALISA DATA

DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN


MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB

DS:
Ibu klien mengatakan klien Atrium Septal Defect Pola Napas Tidak Efektif

sesak napas.

Tekanan Atrium
DO :
- Akral teraba hangat
- Klien tampak lemas Aliran Paru berlebihan

- Klien tampak pucat


- Klien tampak kesulitan Volum ventrikel meningkat
bernapas
- Terdapat suara
tambahan ronchi Kesulitan Bernapas

- Klien tampak gelisah


- Klien tampak menangis Pola Napas Tidak Efektif
- Klien tampak terpasang
O2 Nasal kanul 2 Lpm
TTV :
- Nadi : 67 x/menit
- Suhu : 36,6 0C
- Respirasi : 25 x/menit
- SPO2 : 96%

DS: Tekanan pada atrium tinggi Resiko Penurunan Curah


Ibu klien mengatakan klien Jantung

sesak napas.
Input darah ventrikal kiri
menurun
DO :
43
- Klien mengalami
perubahan frekuensi Cardiac output menurun
jantung
- Ekstermitas tampak
sianosis dan keringat Resiko Penurunan curah
jantung
dingin
- Terdapat hasil echo
klien katup-katup
Jantung MR ringan-
sedang,
- tampak lemas
- Klien tampak pucat
TTV :
- Nadi : 67 x/menit
- Suhu : 36,6 0C
- Respirasi : 25 x/menit
- SPO2 : 96%
44
DS : Kurang terpapar Defisit Pengetahuan
- Ibu klien mengatakan informasi
kurang mengetahui
tentang PJB (Penyakit Bingung, beberapa kali
Jantung Bawaan) bertanya
Asianotik
Defisit pengetahuan
DO : .
- Saat di tanyakan
tentang penyakit
anaknya ibunya
tampak bingung
TTV :
- Nadi : 67 x/menit
- Suhu : 36,6 0C
- Respirasi : 25 x/menit
- SPO2 : 96%
45

PRIORITAS MASALAH

1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas di tandai dengan
ibu klien mengatakan klien sesak napas. Akral teraba hangat, Klien tampak lemas, Klien
tampak pucat, Klien tampak kesulitan bernapas, terdapat suara tambahan ronchi Klien
tampak gelisah, Klien tampak menangis, Klien tampak terpasang O2 Nasal kanul 2 Lpm.
TTV Nadi : 67 x/menit, Suhu: 36,6 0C , Respirasi : 25 x/menit, SPO2 : 96%

2. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung di


tandai dengan Ibu klien mengatakan klien sesak napas. Klien mengalami perubahan
frekuensi jantung, ekstermitas tampak sianosis dan keringat dingin, terdapat hasil echo
klien katup-katup jantung MR ringan-sedang, tampak lemas, klien tampak pucat. TTV
Nadi : 67 x/menit, Suhu: 36,6 0C , Respirasi : 25 x/menit, SPO2 : 96%

3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi di tandai dengan


ibu klien mengatakan kurang mengetahui tentang penyakit PJB (Penyakit Jantung
Bawaan) Asianotik, saat di tanyakan tentang penyakit anaknya ibunya tampak bingung.
TTV Nadi : 67 x/menit, Suhu: 36,6 0C , Respirasi : 25 x/menit, SPO2 : 96%
46

RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. S


Ruang Rawat : Ruang Flamboyan

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi


Pola Napas Tidak Efektif b.d Pola Napas (L.01004) Manajemen Jalan Napas (I.01011)
hambatan upaya napas. Setelah dilakukan tindakan Observasi
D.0005 keperawatan 3x7 jam maka 1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
diharapkan masalah 2. Monitor bunyi napas tambahan (misalnya: gurgling, mengi,
keperawatan dapat teratasi wheezing, ronchi kering)
dengan kriteria hasil : 3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
1. Dispnea menurun Terapeutik
2. Penggunaan otot bantu napas 1. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-
menurun lift (jaw thrust jika curiga trauma fraktur servikal)
3. Frekuensi napas membaik 2. Posisikan semi-fowler atau fowler
4. Kedalaman napas membaik 3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
5. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
8. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak ada kontraindikasi
2. Ajarkan Teknik batuk efektif
Kolaborasi
3. Kolaborasi,pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika
perlu.
47

Risiko penurunan curah Curah Jantung (L.02008) Perawatan jantung I.02075 Hal. 317
jantung berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Observasi

perubahan frekuensi jantung keperawatan 3x7 jam maka 1. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung
(D.0011) diharapkan masalah keperawatan 2. Monitor tekanan darah
3. Monitor saturasi oksigen
dapat teratasi dengan kriteria hasil
4. Monitor keluhan nyeri dada
: 5. Monitor atrimia
1. Lelah menurun 6. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan sesudah
aktivitas
2. Dispnea menurun
7. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum pemberian obat
3. Pucat/sianosis menurun Terapeutik
4. Batuk menurun
1. Posisikan pasien semi fowler dengan kaki kebawah atau posisi
5. Suara Jantung S3 menurun nyaman
2. Berikan diet jantung yang sesuai
3. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres, jika perlu
4. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen>94%
Edukasi

1. Anjurkan aktivitas fisik sesuai toleransi


Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian antia ritmia, jikaperlu


2. Rujuk ke program rehabilitas jantung
48

Edukasi Kesehatan (I.12383)


Tingkat Pengetahuan (SLKI
Defisit Pengetahuan Observasi
L.12111) 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
berhubungan dengan
Setelah dilakukan asuhan 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
dengan kurang terpapar
keperawatan 3 x 7 jam diharapkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
informasi (SDKI D.0110)
masalah keperawatan defisit Terapeutik
pengetahuan dapat teratasi dengan 1. Sediakan materi dan media pendidikankesehatan

kriteria hasil : 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuaikesepakatan


Berikan kesempatan untuk bertanya
1. Perilaku sesuai anjuran
meningkat Edukasi
2. Verbalisasi minat 1. Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi
dalam belajar meningkat kesehatan
3. Kemampuan menjelaskan 2. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untukmeningkatkan perilaku
pengetahuan tentang suatu hidup bersih dan sehat
topik meningkat
Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
4. Kemampuan menggambarkan
pengalaman sebelumnya yang
sesuai dengan topik meningkat
5. Perilaku sesuai dengan
pengetahuan meningkat
6. Pertanyaan yang sesuai dengan
masalah yang dihadapi
menurun
7. Persepsi yang keliru tentang
masalah menurun
8. Perilaku membaik
49

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Tanda tangan
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
Senin, 4 Desember S:-
2023 1. Memonitor pola napas,frekuensi nafas O:
Pukul 10.00 Wib - Klien tampak terbaring dengan posisi fowler
2. Mempertahankan kepatenan jalan napas
- Masih terdapat suara ronchi
Dx 1 3. Posisikan semi-fowler atau fowler
- Klien masih tampak masih pucat
4. memberikan oksigen nasal kanul 2 liter
- Klien masih tampak gelisah
5. Menganjurkan asupan cairan 600 ml/hari Lisnawatie
- Klien masih tampak menagis
Hasil TTV
- Nadi : 99 x/mnt
- Suhu : 36,6 ˚C
- Respirasi : 25 x/mnt
- SPO2 : 96 %
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi.
50

1. Mengidentifikasi tanda/gejala primer Penurunan


Senin, 4 Desember curah jantung (meliputi dispenea, kelelahan, adema S :
2023 - Ibu klien mengatakan klien masih kesulitan
ortopnea paroxysmal nocturnal dyspenea,
Pukul 10.30 Wib
peningkatan CPV) bernapas
Dx 2 2. Memonitor intake dan output cairan O :
3. Memonitor saturasi oksigen - Klien tampak gelisah
4. Memberikan oksigen untuk - Terdengar suara napas tambahan ronchi
memepertahankan saturasi oksigen - Klien tampak terpasang O2 nasal kanul 2 lpm Lisnawatie
5. >94% - Ibu klien tampak paham cara mengukur berat
6. Mengajarkan pasien keluarga mengukurberat badan badan harian
harian TTV :
- Nadi : 99 x/mnt
- Suhu : 36,6 ˚C
- Respirasi : 25 x/mnt
- SPO2 : 96%
- Intake 210 ml
- Output 156 cc
A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dialanjutkan
51

S:
Senin, 4 Desember 1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan
- Ibu pasien mengatakan mulai mengetahui tentang
2023
menerima informasi
Pukul 11.00 Wib penayakit yang di alami anaknya setelah diberikan
2. Menyediakan materi dan media pendidikan
penjelasan
Dx 3 kesehatan yaitu leaflet tentang bronkoneumonia.
O:
3. Menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
- Ibu pasien tampak memperhatikan selama proses
kesepakatan
pendidikan kesehatan
4. Memberikan kesempatan untuk bertanya
- Ibu pasien tampak memahami isi dari
5. Menjelaskan faktor risikoyang dapat mempengaruhi
leaflet tentang PJB (Penyakit Jantung Bawaan)
kesehatan
Asianotik
Lisnawatie
- Ibu pasien dapat menjelaskan kembali definisi,
penyebab, tanda dan gejala, cara perawatan.

A : Masalah defisit pengetahuan teratasi.


P : Intervensi di hentikan
52

Selasa, 5 Desember 1. Memonitor pola napas,frekuensi nafas S :


2023 2. Mempertahankan kepatenan jalan napas
- Ibu klien mengatakan sesak napas klien sudah
Pukul 14.00 Wib 3. Posisikan semi-fowler atau fowler berkurang
4. Memberikan oksigen nasal kanul 2 lpm
Dx 1 O :

- Klien tampak tertidur


- Sudah tidak terpasang oksigen Nasal kanul
- Klien tampak sudah tidak gelisah
- Sudah tidak terdengar suara napas tambahan ronchi
TTV Lisnawatie
- Nadi : 115 x/mnt
- Suhu : 36,4˚C
- Respirasi : 20 x/mnt
- SPO2 : 99%
A : Masalah belum teratasi sebagian

P : Intervensi dihentikan, pasien pulang


53

Selasa, 5 Desember 1. Mengidentifikasi tanda/gejala primer Penurunan S :


2023 curah jantung (meliputi dispenea, kelelahan, adema - Ibu klien mengatakan sesak napas klien sudah
Pukul 14.30 Wib
ortopnea paroxysmal nocturnal dyspenea, berkurang
Dx 2 peningkatan CPV) O :
2. Memonitor intake dan output cairan - Klien sudah tampak tenang
3. Memonitor saturasi oksigen - Klien tampak sudah tidak terpasang O2 nasal kanul
4. Memberikan oksigen untuk TTV : Lisnawatie
memepertahankan saturasi oksigen - Nadi : 115 x/mnt

5. >94% - Suhu : 36,4˚C


- Respirasi : 20 x/mnt
- SPO2 : 99%

A : Masalah teratasi sebagain

P : Intervensi dihentikan, pasien pulang


DAFTAR PUSTAKA

Adinda, S. A. (2018). Perbedaan pertumbuhan anak penyakit jantung bawaan dengan kelainan
simpleks dan kelainan kompleks pada usia 2-5 tahun. . Jurnal Kedokteraan Diponegoro. ,
7(2):1308-21.

Amelia, T. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Penyakit Jantung Bawaan entricel
[eptil Hefect (Vsd) Di Ruangan Hcu Anak Rsup Dr. M. Djamil Padang. Poltekes Kemenkes
Padang.

Claudino, F. P. (2019). Studi Kasus Asuhan Keperawatan Pada Nn. T. T. Dengan Penyakit Jantung
Bawaan (Pjb) Di Ruangan Iccu Rsud Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang.

Gumilar, K. E. (2020). Kehamilan dengan Penyakit Jantung: Seri-l: Penyakit Jantung Bawaan.
Surabaya: AUP.

Novatriyanto CA, S. A. (2018). Perbedaan pertumbuhan anak penyakit jantung bawaan dengan
kelainan simpleks dan kelainan komplek pada umur 0-2 tahun. Jurnal Kedokteran
Diponegoro. .

Syifa, P. P. (2023). Pengaruh penyakit jantung bawaan sianotik dan asianotik terhadap
pertumbuhan pasien balita periode 2018-2020 di RSUD Dr. Chasbullah Abdul Majid
Bekasi.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.: Definisi dan Kiteria Hasil Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi
I. Jakarta : DPP PPNI

54

Anda mungkin juga menyukai