Anda di halaman 1dari 61

LAPORAN STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. S DENGAN DIAGNOSA


MEDIS FRAKTUR FEMUR DI RUANG IGD RSUD dr.
DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

DISUSUN OLEH :
LISNAWATIE
2019.C.11a.1015

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2022/2023
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Ini Disusun Oleh:


Nama : Lisnawatie
NIM : 2019.C.11a.1015
Program Studi : Sarjana Keperawatan
Judul :“ Laporan Studi Kasus Asuhan Keperawatan Gawat
Darurat Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis Fraktur
Femur Di Ruang IGD RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya”

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menempuh Praktik Praklinik Keperawatan IV (PPK 4) Pada Program Studi
Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan Keperawatan Ini Telah di Setujui Oleh:

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Elin Ria Resty, S.Kep., Ners Ati Sidabutar, S.Kep., Ners

ii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Studi Kasus Asuhan Keperawatan Gawat Darurat
Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis Fraktur Femur Di Ruang IGD RSUD Dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya”.
Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas Praktik Praklinik
Keperawatan IV (PPK 4). Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Ika Paskaria, S.Kep., Ners selaku Koordinator PPK III
4. Ibu Elin Ria Resty, S.Kep., Ners selaku Pembimbing Akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini.
5. Ibu Ati Sidabutar, S.Kep., Ners Selaku Pembimbing Lahan yang telah
banyak memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam penyelesaian
laporan pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Palangka Raya, 4 November 2022

Lisnawatie

iii
iv
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN.....................................................................i


LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................1
1.4 Manfaat.................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Penyakit Fraktur Femur ................................................4
2.2.1 Definisi........................................................................................4
2.2.2 Etiologi........................................................................................4
2.2.3 Patofisiologi.................................................................................5
2.2.4 Komplikasi..................................................................................8
2.2.5 Klasifikasi....................................................................................8
2.2.6 Manifestasi Klinis........................................................................9
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang...............................................................11
2.2.8 Penatalaksanaan Medis................................................................12
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan...............................................................12
2.3.1 Pengkajian...................................................................................12
2.3.2 Diagnosa Keperawatan................................................................16
2.3.3 Intervensi Keperawatan...............................................................17
2.3.4 Implementasi Keperawatan.........................................................24
2.3.5 Evaluasi Keperawatan.................................................................24
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian.............................................................................................55
4.2 Diagnosa Keperawatan.........................................................................55
4.3 Intervensi Keperawatan........................................................................56

v
4.4 Implementasi Keperawatan..................................................................57
4.5 Evaluasi Keperawatan..........................................................................57
BAB 5 PENUTUP
5.2 Kesimpulan.........................................................................................58
5.3 Saran...................................................................................................58
DAFTAR PUSTAKA

vi
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fraktur yang disebut juga dengan cedera merupakan istilah dari
hilangnya atau terputusnya kontinuitas tulang, tulang rawan baik yang
bersifat total maupun sebagian. Fraktur terjadi apabila stres yang lebih besar
dari pada yang diabsorbsinya. Fraktur juga dikenal dengan istilah patah
tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik, kekuatan, sudut,
tenaga, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang akan
menentukan fraktur yang terjadi bahkan juga disebabkan oleh kontraksi otot
yang ekstrem. (Rudi Hermanto, 2020)
Fraktur femur adalah terputus atau hilangnya kontinuitas tulang
femur, kondisi fraktur femur ini secara klinis dapat berupa fraktur femur
terbuka yang disertai dengan kerusakan jaringan lainnya (otot, saraf, kulit,
pembuluh darah) dan fraktur femur tertutup yang dapat disebabkan oleh
trauma pada paha secara langsung . (Juli Andri, 2020)
Kecelakaan Lalu lintas merupakan masalah kesehatan yang sering
terjadi di Negara Berkembang seperti Indonesia. Salah satu penyebabnya
yaitu faktor kelalaian manusia itu sendiri dan juga mobilitas yang tinggi
Badan kesehatan dunia (WHO), mencatat terdapat lebih dari 7 juta orang
meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 2 juta orang
mengalami kecacatan fisik yaitu patah tulang atau fraktur. (Anggi Agustina,
2020)
Fraktur pada tulang femur merupakan suatu akibat dari insiden kecelakaan
yang memiliki angka kejadian yang cukup tinggi yakni sekitar 40%.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia didapatkan dari 45.987
peristiwa terjatuh yang mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang, dari
20.829 kasus kecelakaan lalu lintas, mengalami fraktur sebanyak 1.770
orang, dari 14.127 trauma benda tajam/tumpul, yang mengalami fraktur
sebanyak 236 orang. Kecenderungan prevalensi cedera menunjukkan
kenaikan dari 7,5% pada tahun 2007 menjadi 7,2% pada tahun 2013 dan

1
sebagian besar pasien dengan faktur femur mengalami gangguan rasa aman
dan nyaman nyeri. (Imam Fathur Rozi1, 2021)
Berdasarkan pembahasan diatas, penulis tertarik untuk mengangkat
masalah tersebut dalam sebuah karya tulis ilmiah yang berjudul “ Studi
Kasus Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Tn. S Diagnosa Medis
Fraktur Femur Di Ruang IGD RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Studi Kasus Asuhan Keperawatan Gawat darurat Pada Tn. S
Dengan Diagnosa Medis Fraktur Femur Di Ruang IGD RSUD Dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan dan memberikan Asuhan Keperawatan
Gawat darurat Pada Tn. S Dengan Diagnosa Medis Fraktur Femur Di
Ruang IGD RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar Penyakit
2. Mahasiswa mampu menjelaskan Manajemen Asuhan Keperawatan Gawat
darurat Pada Tn. S Dengan Diagnosa Medis Fraktur Femur
3. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian Keperawatan Asuhan
Keperawatan Gawat darurat Pada Tn. S Dengan Diagnosa Medis Fraktur
Femur Di Ruang IGD RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
4. Mahasiswa mampu menentukan dan menyusun intervensi Keperawatan
Gawat darurat Pada Tn.S Dengan Diagnosa Medis Fraktur Femur Di
Ruang IGD RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya..
5. Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi Keperawatan Gawat
darurat Pada Tn. S Dengan Diagnosa Medis Fraktur Femur Di Ruang IGD
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
6. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi Keperawatan Gawat darurat Pada
Tn. S Dengan Diagnosa Medis Fraktur Femur Di Ruang IGD RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya.

2
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan
ilmu pengetahuan yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Program
Studi Sarjana Keperawatan Stikes Eka Harap Palangka Raya.
1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga
Klien dan keluarga mengerti cara perawatan Pada Pasien Dengan Diagnosa
Medis Fraktur Femur secara benar dan bisa melakukan keperawatan di
rumah dengan mandiri.
1.4.3 Bagi Institusi
1. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan tentang Diagnosa Medis Fraktur Femur dan
Asuhan Keperawatannya.
2. Bagi Institusi Rumah Sakit
Memberikan gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan dan
Meningkatkan mutu pelayanan perawatan kepada pasien dengan diagnosa
medis Medis Fraktur Femur melalui Asuhan Keperawatan yang
dilaksanakan secara komprehensif.
3. Bagi IPTEK
Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja alat-alat yang dapat
membantu serta menunjang pelayanan perawatan yang berguna bagi status
kesembuhan klien.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Penyakit Fraktur Femur
2.2.1 Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya
tulang yang utuh, yang biasanya disebabkan oleh trauma/rudapaksa atau
tenaga fisik yang ditentukan jenis dan luasnya trauma . fraktur juga disebut
sebagai gangguan komplet atau tak-komplet pada kontinuitas struktur tulang
dan didefinisikan sesuai jenis keluasannya . (Agus Desiartama, 2017)
Fraktur femur adalah diskontinuitas dari femoral shaft yang bisa
terjadi akibat trauma secara langsung (kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari
ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami laki-laki dewasa . (Anggi
Agustina, 2020)
Fraktur femur adalah hilangnya kontinuitas paha, kondisi fraktur
femur secara klinis bisa berupa fraktur femur terbuka disertai adanya
kerusakan jaringan lunak (otot, kulit, jaringan saraf dan pembuluh darah)
dan fraktur femur tertutup yang dapat disebabkan oleh trauma pada paha
Fraktur dalam penelitian lain femur adalah terjadinya diskontinuitas dari
jaringan tulang femur. (Imam Fathur Rozi1, 2021)
Fraktur femur tertutup atau patah tulang paha tertutup adalah
hilangnya kontinuotas tulang paha tanpa di sertai kerusakan jaringan kulit
yang dapat di sebabkan oleh trauma langsung atau kondisi tertentu, seperti
degenerasi tulang (osteoporosis) dan tumor atau keganasan tulang paha yang
menyebabkan fraktur patologis. . (Juli Andri, 2020)
2.2.2 Etiologi
Fraktur disebabkan oleh pukulan langsung, gaya remuk, gerakan
punter mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem. Umumnya fraktur
disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada
tulang. Pada orang tua, perempuan lebih sering mengalami fraktur daripada
laki-laki yang berhubungan dengan meningkatnya insiden osteoporosis yang
terkait dengan perubahan hormon pada menopouse (Juli Andri, 2020)

4
Penyebab fraktur menurut (Juli Andri, 2020) dapat dibedakan
menjadi:
1. Cedera traumatic
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
a. Cedera langsung adalah pukulan langsung terhadap tulang sehingga
tulang patah secara spontan
b. Cedera tidak langsung adalah pukulan langsung berada jauh dari
lokasi benturan
c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak
2. Fraktur patologik
Kerusakan tulang akibat proses penyakit dengan trauma minor
mengakibatkan :
a. Tumor tulang adalah pertumbuhan jaringan baru yang tidak
terkendali
b. Infeksi seperti osteomielitis dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut
c. Rakitis
d. Secara spontan disebabkan oleh stres tulang yang terus menerus
Penyebab terbanyak fraktur adalah kecelakaan, baik itu kecelakaan

kerja, kecelakaan lalu lintas dan sebagainya. Tetapi fraktur juga bisa
terjadi akibat faktor lain seperti proses degeneratif dan patologi (Imam
Fathur Rozi1, 2021).

2.2.3 Patofisiologi
Pada kondisi trauma, diperlukan gaya yang besar untuk
mematahkan batang femur individu dewasa. Kebanyakan fraktur ini terjadi
karena trauma langsung dan tidak langsung pada pria muda yang mengalami
kecelakaan kendaraan bermotor atau jatuh dari ketinggian. Kondisi
degenerasi tulang (osteoporosis) atau keganasan tulang paha yang
menyebabkan fraktur patologis tanpa riwayat trauma, memadai untuk
mematahkan tulang femur (Juli Andri, 2020)
Kerusakan neurovaskular menimbulkan manifestasi peningkatan
risiko syok, baik syok hipovolemik karena kehilangan darah banyak ke
dalam jaringan maupun syok neurogenik karena nyeri yang sangat hebat

5
yang dialami klien. Respon terhadap pembengkakan yang hebat adalah
sindrom kompartemen. Sindrom kompartemen adalah suatu keadaan
terjebaknya otot, pembuluh darah, jaringan saraf akibat pembengkakan lokal
yang melebihi kemampuan suatu kompartemen/ruang lokal dengan
manifestasi gejala yang khas, meliputi keluhan nyeri hebat pada area
pembengkakan, penurunan perfusi perifer secara unilateral pada sisi distal
pembengkakan, CRT (capillary refill time) lebih dari 3 detik pada sisi distal
pembengkakan, penurunan denyut nadi pada sisi distal pembengkakan
(Muttaqin, 2012).
Kerusakan fragmen tulang femur menyebabkan gangguan mobilitas fisik
dan diikuti dengan spasme otot paha yang menimbulkan deformitas khas
pada paha, yaitu pemendekan tungkai bawah. Apabila kondisi ini berlanjut
tanpa dilakukan intervensi yang optimal akan menimbulkan risiko
terjadinya malunion pada tulang femur (Imam Fathur Rozi1, 2021)

6
2.1.6 WOC

Trauma langsung Trauma tidak langsung Kondisi patologis

B6

Pergeseran fragmen/
FRAKTUR FEMUR kerusakan integritas tulang

B2 B4 B5
B1 B3
Gangguan fungsi

Trauma pembuluh Peningkatan rasa


Pergeseran fragmen perdarahan
Cedera pembuluh nyeri
darah tulang
darah MK: GANGGUAN
hipovolemia MOBILITAS FISIK
Spasme otot, Penurunan napsu
Lemak, sumsum masuk Perdarahan
kerusakan struktur makan
aliran darah Oliguria, anuria
jaringan tulang

Dyspnea, distres Peningkatan tanda Nutrisi menurun


MK:
pernapasan tanda vital MK: NYERI
GANGGUAN
AKUT
MK: RESIKO ELIMINASI
GANGGUAN URIN MK: DEFISIT NUTRISI
PERTUKARAN MK: HIPOVLEMIA
GAS 13
2.2.4 Komplikasi
Adapun komplikasi yang sering muncul pada pasien dengan fraktur frmur meliputi:

Komplikasi Awal :

1. Syok
Syok hipovolemik atau traumatik, akibat perdarahan (baik kehilangan darah
eksterna maupun interna) dan kehilangan cairan ekstra sel ke jaringan yang rusak
(Smeltzer, 2015).
2. Sindrom emboli lemak
Pada saat terjadi fraktur, globula lemak dapat masuk kedalam darah karena tekanan
sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karena katekolamin yang
dilepaskan oleh reaksi stress pasien akan memobilisasi asam lemak dan
memudahkan terjadinya globula lemak dalam aliran darah. Globula lemak akan
bergabung dengan trombosit membentuk emboli, yang kemudian menyumbat
pembuluh darah kecil yang memasok otak, paru, ginjal, dan organ lain. Awitan
gejalanya yang sangat cepat dapat terjadi dari beberapa jam sampai satu minggu
setelah cedera, namun paling sering terjadi dalam 24 sampai 72 jam (Agus
Desiartama, 2017)
3. Sindrom kompartemen
Sindrom kompartemen merupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam
otot kurang dari yang dibutuhkan untuk jaringan, bisa disebabkan karena penurunan
kompartemen otot (karena fasia yang membungkus otot terlalu ketat atau gips atau
balutan yang menjerat) atau peningkatan isi kompartemen otot (karena edema atau
perdarahan (Juli Andri, 2020)

(Agus Desiartama, 2017) Komplikasi Lambat :

1. Penyatuan terlambat atau tidak ada penyatuan


Penyatuan terlambat terjadi bila penyembuhan tidak terjadi dengan kecepatan
normal. Penyatuan terlambat mungkin berhubungan dengan infeksi sistemik dan
distraksi (tarikan jauh) fragmen tulang.
2. Nekrosis avaskuler tulang
Nekrosis avaskuler terjadi bila tulang kehilangan asupan darah dan mati. Tulang
yang mati mengalami kolaps atau diabsorpsi dan diganti dengan tulang baru
3. Reaksi terhadap alat fiksasi interna

14
Alat fiksasi interna biasanya diambil setelah penyatuan tulang telah terjadi, namun
pada kebanyakan pasien alat tersebut tidak diangkat sampai menimbulkan gejala.
Masalah yang dapat terjadi meliputi kegagalan mekanis (pemasangan dan stabilisasi
yang tidak memadai), kegagalan material (alat yang cacat atau rusak), berkaratnya
alat, respon alergi terhadap campuran logam yang dipergunakan (Agus Desiartama,
2017)
2.2.5 Klasifikasi
Adapun klasefikasi frakturfemur menurut (Imam Fathur Rozi1, 2021) adalah sebagai
berikut:
1. Fraktur intrakapsuler femur/ fraktur collum femoris
Fraktur collum femoris adalah fraktur yang terjadi di sebelah proksimal linea
intertrichanterica pada daerah intrakapsular sendi panggul.
2. Fraktur subtrochanter
Fraktur subtrochanter merupakan fraktur yang terjadi antara trochanter minor dan di
dekat sepertiga proksimal corpus femur. Fraktur dapat meluas ke proksimal sampai
daerah intertrochanter. Fraktur ini dapat disebabkan oleh trauma berenergi tinggi
pada pasien muda atau perluasan fraktur intertrochanter kearah distal pada pasien
manula.
3. Fraktur intertrochanter femur
Fraktur intertrochanter adalah fraktur yang terjadi diantara trochanter major dan
minor sepanjang linea intertrichanterica, diluar kapsul sendi. Trauma berenergi
tinggi dapat menyebabkan fraktur tipe ini pada pasien muda. Pada keadaan ini,
fraktur introchanter biasanya menyertai fraktur compus (shaft) femoralis
4. Fraktur corpus femoris / fraktur batang femur
Fraktur corpus femoris adalah fraktur diafisis femur yang tidak melibatkan daerah
artikular atau metafisis. Fraktur ini sering berhubungan dengan trauma jaringan
lunak yang berat dan pada saat yang bersamaan terjadi luka terbuka (
Batang femur didefinisikan sebagai bagian yang memanjang dari trokanter hingga
kondil. Sebagian besar fraktur batang femur disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas
atau trauma industri, khususnya kecelakaan yang melibatkan kecepatan tinggi atau
kekuatan besar.
5. Fraktur suprakondilar femur
Fraktur femur suprakondilar melibatkan aspek distal atau metafisis femur. Daerah
ini mencakup 8 sampai 15 cm bagian distal femur. Fraktur ini sering melibatkan
15
permukaan sendi. Pada pasien berusia muda, fraktur ini biasanya disebabkan oleh
trauma berenergi tinggi seperti tertabrak mobil
2.2.6 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis fraktur menurut (Juli Andri, 2020)) meliputi :
1. Nyeri akut terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi, hematoma, dan edema
2. Kehilangan fungsi
3. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah
4. Pemendekan ekstremitas. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena
kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur
5. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
6. Edema local
7. Ekimosis
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien fraktur menurut (Agus Desiartama, 2017):
1. X-ray : untuk menentukan lokasi atau luasnya fraktur, mengetahui tempat dan tipe
fraktur, biasanya diambil sebelum dan sesudah dilakukan operasi dan selama proses
penyembuhan secara periodik. Hal yang harus dibaca pada X-ray :
a. Bayangan jaringan lunak
b. Tipis tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteum atau biomekanik atau
juga rotasi
c. Trobukulasi ada tidaknya rare fraction
d. Sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi
2. Scan tulang : mempelihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi kerusakan
jaringan lunak
3. Arteriogram : dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler
4. Hitung darah lengkap : hemokonsentrasi mungkin meningkat, menurun pada
perdarahan, peningkatan leukosit sebagai respon terhadap peradangan
5. Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirensginjal
6. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah transfusi atau
cedera hati

16
2.2.8 Penatalaksanaan Medis
Menurut (Imam Fathur Rozi1, 2021) penatalaksanaan medis antara lain :
1. Penatalaksanaan konservatif
a. Proteksi adalah proteksi fraktur terutama untuk mencegah trauma lebih lanjut
dengan cara memberikan sling (mitela) pada anggota gerak atas atau tongkat
pada anggota gerak bawah.
b. Imobilisasi dengan bidai eksterna. Imobilisasi pada fraktur dengan bidai
eksterna hanya memberikan imobilisasi. Biasanya menggunakan gips atau
macam-macam bidai dari plastik atau metal.
c. Reduksi tertutup dengan menggunakan manipulasi dan imobilisasi eksterna
dengan menggunakan gips. Reduksi tertutup yang diartikan manipulasi
dilakukan dengan pembiusan umum dan local.
d. Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi. Tindakan ini
mempunyai tujuan umum, yaitu beberapa reduksi yang bertahap dan
imobilisasi.
2. Penatalaksanaan pembedahan
Penatalaksanaan ini sangatlah penting diketaui oleh perawat, jika ada keputusan
klien diindikasikan untuk menjalani pembedahan, perawat mulai berperan dalam
asuhan keperawatn tersebut :
a. Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal perkuatan atau K-Wire
b. Reduksi terbuka dan fiksasi internal atau fiksasi eksternal tulang yaitu :
1) Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) atau reduksi terbuka dengan
fiksasi internal. Orif akan mengimobilisasi fraktur dengan melakukan
pembedahan untuk memasukan paku, scrup atau pen kedalam tempat fraktur
unruk mengfiksasi bagian tulang pada fraktur secara bersamaan. Fiksasi
internal sering digunakan untuk merawat fraktur pada tulang pinggul yang
sering terjadi pada orang tua.
2) Open Reduction Terbuka dengan fiksasi eksternal. Tindakan ini merupakan
pilihan sebagian bagi sebagian besar fraktur. Fiksasi eksternal dapat
menggunakan konselosascrew atau dengan metilmetaklirat (akrilik gigi)
atau fiksasi eksterna dengan jenis- jenis lain seperti gips. (Imam Fathur
Rozi1, 2021)

17
.
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian
1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian keperawatan gawat darurat ditujukan untuk Mendeskripsikan kondisi
pasien saat datang dan adakah risiko yang membahayakan atau mengancam
kehidupan dari pasien. Pengkajian dalam keperawatan gawat darurat dilakukan
dengan primary survey dan secondary survey (Anggi Agustina, 2020):
a. Primary survey
1) Airway:
a) Memastikan kepatenan jalan napas tanpa adanya sumbatan atau obstruksi.
b) Atur posisi : posisi kepala flat dan tidak miring ke satu sisi untuk
mencegah penekanan/bendungan pada vena jugularis
c) Cek adanya pengeluaran cairan dari hidung, telinga atau mulut
2) Breathing:
Mengkaji fungsi pernapasan berupa:
a. Jenis pernapasan
b. Frekuensipernapasan
c. Retraksi otot bantu pernapasan
d. Kelainan dinding toraks
e. Bunyi napas
f. Hembusan napas
3) Circulation:
a) Kaji tingkat kesdaran psien
b) Adakah perdarahan (internal/external)
c) CRT
d) Cek tekanan darah
e) Cek nadi karotis, dan akral perifer
4) Disability:
a) Kaji tingkat kesadaran sesuai GCS b) Refleksfisiologis
b) Reflek patologis
c) Kekuatan otot
b. Secondary Survey
1) Identitas pasien
18
Identitas pasien berisikan nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan,
kewarganegaraan, suku, pendidikan,alamat, nomor rekam medis, tanggal
masuk rumah sakit.
2) Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung jawab berisikan nama, hubungan dengan pasien, alamat
dan nomor telepon.
3) Keluhan utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri
tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan. Untuk
memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan:
a) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi
faktor presipitasi nyeri.
b) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan
klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.
c) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit
menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
d) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien,
bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa
sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.
e) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk
pada malam hari atau siang hari.
4) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur,
yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap
pasien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga
nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi. Selain itu, dapat
mengetahui mekanisme terjadinya peristiwa atau kejadian lainnya.
b) Riwayatkesehatandahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan
memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung.
Penyakit-penyakit tertentu dapat menghambat proses penyembuhan
tulang.
c) Riwayat kesehatan keluarga
19
Di dapatkan dari riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan
penyakit pasien sekarang (DM, hiperensi, penyakit sistem perkemihan).
d) Riwayat alergi
Perlu dikaji apakah pasien memiliki alergi terhadap makanan, binatang,
ataupun obat-obatan yang dapat mempengaruhi kondisi pasien.
e) Riwayat obat-obatan
Mencakup obat-obatan apa saja yang dikonsumsi oleh pasien selama ini.
5) Riwayat pola fungsional Gordon
a) Pola persegi dan pemeliharaan Kesehatan pasien Berisi pandangan
pasien tentang keadaannya saat ini, apa yang dirasakan tentang
kesehatannya sekarang.
b) Polanutrisidanmetabolik
Mengkaji nafsu makan pasien saat ini, makanan yang biasa dimakan,
frekuensi dan porsi makanan serta berat badan pasien. Gejalanya adalah
pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam kurun waktu 6
bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah, asupan nutrisi dan air
naik atau turun.
c) Pola eliminasi
Mengkaji warna, frekuensi dan bau dari urine pasien. Kaji juga apakah
pasien mengalami konstipasi atau tidak, serta bagaimana warna, frekuensi
dan konsistensi feses pasien. Gejalanya adalah terjadi ketidak
seimbangan antara output dan input. Tandanya adalah penurunan BAK,
pasien terjadi konstipasi, terjadi peningkatan suhu dan tekanan darah atau
tidak singkronnya antara tekanan darah dan suhu.
d) Pola aktivitas dan Latihan
Kaji apakah pasien mampu melakukan aktifitas sehari-hari secara
mandiri, di bantu atau sama sekali tidak mampu melakukan aktifitas
secara mandiri. Dalam hal ini juga dapat dikaji apakah pasien pernah
jatuh atau tidak dengan menggunakan pengkajian resiko jatuh. Gejalanya
adalah pasien mengatakan lemas dan tampak lemah, serta pasien tidak
dapat menolong diri sendiri. Tandanya adalah aktifitas dibantu sebagian
atau penuh.
e) Pola istirahat dan tidur

20
Kaji bagaimana istirahat dan tidur pasien. Apakah ada kebiasaan saat
tidur maupun kebiasaan pengantar tidur, adakah hal yang mengganggu
saat akan tidur, apakah sering terbangun dimalam hari dan berapa jam
tidur pasien setiap hari. Gejalanya adalah pasien terliat mengantuk, letih
dan terdapat kantung mata dan pasien terliat sering menguap.
f) Pola persepsi dan kognitif
Kaji apakah ada penurunan sensori dan rangsang. Tandanya adalah
penurunan kesadaran seperti ngomong nglantur dan tidak dapat
berkomunikasi dengan jelas.
g) Pola hubungan dengan orang lain
Kaji bagaimana hubungan pasien dengan orang-orang disekitarnya, baik
keluarga maupun tenaga kesehatan, apakah pasien sering menghindari
pergaulan, penurunan harga diri sampai terjadinya HDR (Harga Diri
Rendah). Tandanya lebih menyendiri, tertutup, komunikasi tidak jelas.
h) Polareproduksi
Kaji apakah ada penurunan keharmonisan pasien, adanya penurunan
kepuasan dalam hubungan, adakah penurunan kualitas hubungan.
i) Pola persepsi diri
Kaji bagaimana pasien memandang dirinya sendiri, menanyakan bagian
tubuh manakah yang sangat disukai dan tidak disuki oleh pasien, apakah
pasien mengalami gangguan citra diri dan mengalami tidak percaya diri
dengan keadaannya saat ini. Tandanya kaki menjadi edema, citra diri jauh
dari keinginan.
j) Pola mekanisme koping
Kaji emosional pasien apakah pasien marah-marah, cemas atau lainnya.
Kaji juga apa yang dilakukan pasien jika sedang stress. Gejalanya emosi
pasien labil. Tandanya tidak dapat mengambil keputusan dengan tepat,
mudah terpancing emosi.
k) Polakepercayaan
Gejalanya pasien tampak gelisah, pasien mengatakan merasa bersalah
meninggalkan perintah agama.Tandanya pasien tidak dapat melakukan
kegiatan agama seperti biasanya.
6) Pengkajian fisik

21
a) Penampilan/keadaan umum Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan
sensifitas nyeri. Kesadaran pasien dari compos mentis sampai coma.
b) Tanda-tandavital
Tekanan darah naik, respirasi rate naik, dan terjadi dispnea, nadi
meningkat dan reguler.
c) Antropometri
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan nutrisi,
atau terjadi peningkatan berat badan karena kelebian cairan.
d) Kepala
Rambut tidak kotor bahkan rontok, simetris, tidak ada penonjolan, tidak
ada nyeri kepala
e) Leher dan tenggorokan
Hiperparathyroid karena peningkatan reabsorbsi kalsium dari tulang,
hiperkalemia, hiperkalsiuria, prembesaran vena jugularis.
f) Wajah
Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi
maupun bentuk. Tak ada lesi, simetris, tak oedema.
g) Mata
Terdapat gangguan seperti konjungtiva anemis (jika terjadi perdarahan).
h) Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau
nyeri tekan.
i) Hidung
Tidak ada pernafasan cuping hidung
j) Mulut dan faring
Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut
tidak pucat.
k) Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat
otot bantu napas, pergerakan dada tidak simetris.
l) Paru

(1) Inspeksi

22
Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada riwayat
penyakit pasien yang berhubungan dengan paru.

(2) Palpasi

Pergerakan sama atau simetris

(3) Perkusi

Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.

(4) Auskultasi

Suara nafas normal, tidak ada wheezing, atau suara tambahan lainnya
seperti stridor dan ronchi.

m) Jantung

(1) Inspeksi

Tidak tampak iktus jantung.

(2) Palpasi

Nadi meningkat, iktus tidak teraba.

(3) Auskultasi

Suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada mur-mur.

n) Abdomen
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, ascites.
o) Neurologi
Kejang karena keracunan pada system saraf pusat, kelemahan karena
suplai Oksigen kurang, baal (mati rasa dan kram) karena rendahnya kadar
Ca dan pH.
p) Ekstremitas
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan
tulang, dan Capillary Refil lebih dari 3 detik.
q) Kulit
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan
mengkilat / uremia, dan terjadi perikarditis. r) Genital-anus Kelemahan

23
dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi, terdapat ulkus,
tidak ada hernia, tak ada pembesaran limpe, tidak ada kesulitan buang air
kecil maupun buang air besar.
7) Keadaan lokal
a) Look (inspeksi)
Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain:

(1) Warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau hyperpigmentasi (2)


Pembengkakan, memar, deformitas (penonjolan yang abnormal, angulasi,
rotasi, pemendekan)

(3) Apakah kulit tersebut utuh atau tidak, jika kulit robek dan luka
memiliki hubungan dengan fraktur, maka disebut dengan cedera terbuka.

b) Feel(palpasi)
Yang perlu dicatat adalah:

(1) Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban kulit.


Capillary refill time < 3 detik.

(2) Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau oedema


terutama disekitar persendian.

(3) Nyeri tekan , krepitasi, catat letak kelainan (1/3 proksimal, tengah,
atau distal).

Move (pergerakan terutama lingkup gerak)

Setelah melakukan pemeriksaan feel, kemudian diteruskan dengan


menggerakan ekstrimitas dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada
pergerakan. Pencatatan lingkup gerak ini perlu, agar dapat mengevaluasi
keadaan sebelum dan sesudahnya. Gerakan sendi dicatat dengan ukuran
derajat, dari tiap arah pergerakan mulai dari titik 0 (posisi netral) atau
dalam ukuran metrik. Pemeriksaan ini menentukan apakah ada gangguan
gerak (mobilitas) atau tidak. Pergerakan yang dilihat adalah gerakan aktif
dan pasif, hal yang paling penting yaitu menanyakan apakah pasien dapat
menggerakkan sendi-sendi dibagian cedera.

24
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menggambarkan respon
manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi aktual/potensial) dari individu
atau kelompok agar dapat memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status
kesehatan atau untuk mengurangi, menyingkirkan atau mencegah perubahan.
Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi masalah, faktor penyebab masalah dan
kemampuan klien untuk dapat mencegah atau memecahkan masalah . (Agus
Desiartama, 2017)
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien yang mengalami penyakit
fraktur femur menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI):
1. Gangguan pertukaran gas b.d ktidakseimbangan ventilasi perfusi D.0003
2. Hipovlemia Berhubungan dengan kehilangan cairan aktif D.0023
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik D.0077
4. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan iritasi kandung kemih D.0040
5. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan D.0019
6. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan integritas strukturtulang D.0054
7. Resiko Infeksi b.d Luka bekas Operasi

25
2.2.3 Intervensi Keperawatan
Adapun intervensi yang dapat dilakukan pada pasien dengan fraktur femur meliputi:
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi

gangguan pertukaran Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Respirasi


gas .d ktidakseimbangan keperawatan diharapkan masalah Observasi:
ventilasi perfusi D.0003 keperawatan teratasi dengan 1. Monitor pola nafas, monitor saturasi oksigen
kriteria hasil : Rasional : Agar dapat Memonitor pola nafas, monitor saturasi oksigen
pertukaran gas L.01003 2. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
1. gelisah menurun 3. Rasional : Agar dapat Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya
2. sianosia membaik napas
3. warna kulit membaik 4. Monitor adanya sumbatan jalan nafas
Rasional : Agar dapat mengetahui Monitor adanya sumbatan jalan
nafas
Terapeutik
1. Atur Interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
Rasional : Agar dapat mengatur Interval pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
Edukasi

26
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Rasional : Dapat Menjelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi

hipovlemia Berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipovolemia (I.03116)


dengan kehilangan cairan keperawatan diharapkan masalah Observasi
aktif D.0023 keperawatan teratasi dengan 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia
kriteria hasil : Rasional : Agar dapat di lakukan tanda dan gejala hipovolemia
Status cairan L.03028 2. Monitor intake dan output cairan
1. Turgor kulit meningkat Rasional : Agar dapat mengetahui intake dan output cairan
2. kekuatan nadi meningkat Terapeutik
3. Frekuensi nadi membaik 1. Hitung kebutuhan cairan
4. Membran mukosa membaik Rasional : agar dapat menghitung kebutuhan cairan
2. Berikan asupan cairan oral
Rasional : Agar dapat menerikan asupan cairan oral
Edukasi
1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral

27
Rasional : agar dapat memperbanyak asupan cairan oral
2. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Rasional : Agar dapat menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan iv issotonis (mis. Cairan nacl, rl)
2. Kolaborasi pemberian cairan iv hipotonis (mis. Glukosa 2,5%, nacl
0,4%)
3. Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. Albumin, plasmanate)
4. Kolaborasi pemberian produk darah

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi

nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan manajemen nyeri I.08238


dengan agen pencedera keperawatan diharapkan masalah Observasi:
fisik D.0077 keperawatan teratasi dengan
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
kriteria hasil :
nyeri
tingkat nyeri L.08066
Rasional : Dapat Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
1. Keluhan nyeri menurun
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Meringis menurun

28
3. Gelisah menurun
2. Identifikasi skala nyeri
4. Frekuensi nadi membaik
Rasional : Agar dapat mengetahui skala nyeri
3. Identifikasi respons nyeri non verbal
Rasional : Dapat Mengidentifikasi respons nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Rasional : Agar dapat Megidentifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri

Terapeutik:

1. Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri


2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi

1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

29
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi

Gangguan eliminasi urin Tujuan : Manajemen Eliminasi Urin I.04152


Setelah dilakukan tindakan Observasi:
keperawatan masalah 1. Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urin
keperawatan teratasi dengan Rasional : Agar dapat mengidentifikasi tanda dan gejala retensi atau
Kriteria hasil : inkontinensia urin
eliminasi urin L.04034 hal 24 2. Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau inkontinensia urin
1. Distensi kandung kemih Rasional : Agar dapat mengidentifikasi yang menyebabkan retensi atau
menurun (5) inkontinensia urin
2. Disuria menurun (5) 3. Monitor eliminasi urin

30
3. Frekuensi BAK membaik (5) Rasional : Agar dapat memonitor eliminasi urin
Terapeutik
1. Catat waktu-waktu haluaran berkemih
2. Batasi asupan cairan, jika perlu
Edukasi
1. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
2. Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urin
3. Anjurkan minum yang cukup
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat suppositoria, jika perlu

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi

defisit nutrisi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi (i. 03119)
dengan ketidakmampuan keperawatan masalah Observasi
mencerna makanan keperawatan teratasi dengan 1. Identifikasi status nutrisi
D.0019 Kriteria hasil : Rasional : Agar dapat mengidentifikasi status nutrisi
status nutrisi L.03030 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
1. Porsi makan dihabiskan Rasional : Agar dapat mengidentifikasi alergi dan intoleransi makanan

31
2. Frekuensi makan meningkat
3. Nafsu makan meningkat Terapeutik
1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
2. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
Edukasi
1. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi

gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan Dukungan ambulasi (1.06171)


b.d kerusakan integritas keperawatan masalah Observasi
strukturtulang D.0054 keperawatan teratasi dengan
1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
Kriteria hasil :
Rasional : Agar dapat mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
Mobilitas Fisik L.05042
lainnya
1. Pergerakan ekstremitas

32
meningkat 2. Indentifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
2. Kekuatan otot meningkat Rasional : Agar dapat mengidentifikasi toleransi fisik melakukan
3. Nyeri menurun ambulasi
4. Kecemasan menurun
Terapeutik

1. Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu


Rasional : agar dapat memfasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat
bantu
2. Fasilitasi melakukan ambulasi fisik
Rasional : agar dapat memfasilitasi melakukan ambulasi fisik
3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
ambulasi
Rasional : agar dapat melibatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan ambulasi

Edukasi

1. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi


Rasional : dapat menjelaskan tujuan dan prosedur ambulasi

33
Resiko Infeksi (SLKI L.14137 Hal. 139)
berhubungan dengan luka Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Infeksi (SIKI I.14539. Hal 278)

bekas operasi keperawatan selama 3x24 jam di Observasi


harapkan resiko infeksi tidak 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
terjadi dengan kriteria hasil : Rasional : Agar dapat memonitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
1. Demam menurun dengan skor sistemik
(5) Terapeutik
2. Kemerahan menurun dengan 1. Batasi jumlah pengunjung
skor (5) Rasional : Agar dapat mebatasi jumlah pengunjung
3. Nyeri menurun dengan skor 2. Berikan perawatan kulit pada area edema
(5) Rasional : Agar dapat memberikan perawatan kulit pada area edema
4. Bengkak menurun dengan skor 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
(5) lingkungan pasien
5. Cairan berbau pada luka 4. Pertahankan tehnik aseptic pada pasien beresiko tinggi
menurun dengan skor (5) Edukasi

1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi

34
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi

1. Kolaborasi dalam pemberian antibiotic

35
2.2.4 Implementasi
Implementasi keperawatan adalah tahap keempat yang merupakan tahap
pelaksanaan dari berbagai tindakan keperawatan yang telah direncanakan. Dalam
tahap implementasi keperawatan, petugas kesehatan harus sudah memahami
mengenai tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien. Suatu koordinasi dan
kerja sama sangatlah penting untuk dijaga dalam tahap implementasi keperawatan
sehingga ketika terjadi hal yang tidak terduga, maka petugas kesehatan akan
berkoordinasi dengan petugas kesehatan yang lainnya untuk saling bekerjasama
dalam pemecahan masalah. Tahap implementasi keperawatan dilakukan untuk
melaksanakan tindakan yang telah direncanakan guna membantu mengatasi
masalah yang dialami pasien (Anggi Agustina, 2020)
2.2.5 Evaluasi
Tahap evaluasi keperawatan ini dapat menilai sejauh mana keberhasilan
yang dicapai dan seberapa besar kegagalan yang terjadi. Dari hasil evaluasi,
tenaga kesehatan dapat menilai pencapaian dari tujuan serta dari hasil evaluasi ini,
tenaga kesehatan akan menjadikan hasil evaluasi ini sebagai bahan koreksi dan
catatan untuk perbaikan tindakan yang harus dilakukan (Anggi Agustina, 2020)
Evaluasi keperawatan disusun dengan menggunakan SOAP yang operasional,
seperti :
a. S (Subjektif) adalah ungkapan perasaan maupun keluhan yang disampaikan
pasien
b. O (Objektif) adalah pengamatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
melalui sikap ibu ketika dan setelah dilakukan tindakan keperawatan
c. A (Assesment) adalah analisa tenaga kesehatan setelah mengetahui respon
subjektif dan objektif yang dibandingkan dengan tujuan dan kriteria hasil
yang ada pada rencana keperawatan
d. P (Planning) adalah perencanaan untuk tindakan selanjutnya yang akan
dilakukan oleh tenaga kesehatan setelah melakukan analisa atau asses

36
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
RS __________________________________ RM........ /ASKEP...... /2018
Tanggal : _3__/_11__/2022_______Pukul : _09.15 WIB
A. Data Umum
Nama : Tn.S
DOKUMEN ASUHAN KEPERAWATAN
Tgl.Lahir : 14-08-02 L
GAWAT DARURAT TERINTEGRASI
No. RM : 40.08.02

Penderita/ Rujukan
( ) Datang sendiri, diantar oleh : keluarga
() Dikirim dari RSUD Parenggean Dengan pengantar dari paramedis
( ) Dikirim oleh polisi :…………………………… Dengan/ tidak disertai permintaan visum Et Repertum
B. Kesehatan Umum Riwayat Alergi : Riwayat Alergi:
Keluhan saat MRS / mekanisme kejadian : Nyeri pada paha kiri () tidak
( ) Ya: jenis alergi:
______________________
( ) Obat, jelaskan
_______________________
Riwayat Penyakit / Pengobatan : Pada tanggal 3 november pasien datang ke IGD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya, pasien datang langsung di tangani dan di lakukan pemeriksaan fisik
GCS : Composmentis, pasien tampak lemas, meringis, saat di lakukan pengkajian pasien
mengeluh nyeri pada paha bagian kiri, serta tidak dapat di gerakakan. Saat pemeriksaan TTV
TD : 127/83 mmHg, N:95x/menit, RR:22x/menit, S:35,6 C, terpasang infus Nacl 0,9 % 500
( ) Makanan, jelaskan
cc/24 jam, dan di berikan Inj. Ranitidin 30 mg, ketorolax 30 mg, Inj Mecobalamin 3x50mg. ____________________

( ) lain-lain, jelaskan
_____________________

C. Data Khusus
Prioritas Triage:  Biru Merah Kuning  Hijau  Putih  Hitam
(Prioritas 1) (Prioritas 2) (Prioritas 3) (Prioritas 4) (Prioritas 5) (Prioritas 0)

JALAN NAPAS PERNAPASAN SIRKULASI KETIDAKMAMPUAN KETERPAPARAN


(AIRWAY) (BREATHING) (CIRCULATION) (DISABILITY) (EXPOSURE)

 Bebas Spontan Nadi :  Kuat □ Lemah Respon : Jejas : Tidak


D. PRIMARY
SURVEY

□ Gargling □ Tachipneu  Teratur □ Tidak teratur □Sadar  Nyeri □ Verbal □ Ya:


□ Stridor □Dispneu CRT : □ < 2’  > 2’ □ Tidak merespon Lokasi:
□ Wheezing □ Apneu Warna kulit: □ Normal Pucat Pupil : ……………………
□ Ronchi □ Ventilasi mekanik □ Kuning  Isokor □ Anisokor …. ……..
□ Terintubasi □ Memakai ventilator Perdarahan :  Tidak ada □ Pin Point □ Medriasis ……………………
□ SpO2: 96 % □ Terkontrol □ Tidak terkontrol Reflek : ____/____ ……………………
Turgor kulit :  Baik □ Buruk GCS : E4 V5 M6 ………………..
Lengkapi pada
TD : 127 / 83 mmHg N : 95 x/menit R: 22 x/menit Temp : 35,6 °C
E. SECONDARY SURVEY

STATUS TERKINI Keadaan Umum: STATUS LOCALIS


- Kepala : Simetris, benjolan (-), tidak ada massa, tidak ada pembengkakan,
nyeri tekan (-), keadaan kulit kepala baik tidak ada luka

37
- Leher :
Tidak ada pembesaran tiroid (-),pembengkakan (-),
jaringan parut (-) tidak ada massa, deviasi trachea (-)

Bentuk dada simetris. Bunyi jantung normal S1-S2 tunggal (lub-


Thorax : dub), tidak ada suara tambahan, bunyi rongga dada sonor (suara PEMERIKSAAN PENUNJANG
perkusi jaringan yang normal).

Hasil Rongten 3/11/2022

Normal
Cor :

Hasil Laboratorium:
Tanggal 03/111/22 Pukul 12.16

Natrium (Na) 133 mmol/l


Kalium (K) 3,6 mol/l
Calcium (Ca) 1,23 mmol/l
Glukosa Sewaktu 82 mg/dl
Abdomen supel, terdapat luka bekas operasi, tampak simetris, tidak
- Abdomen Ureum 28 mg/dl
teraba pembesaran hepar, bising usus (-) Kreatinin 1,97 mg/dl
WBC 13.82 [10^3/Ul]
Hemogloin 13,8 [g/dL]
Hematokrit 39.8 [%]
Platelet High 216 [10^3/Ul]

-Extremitas : Pada paha kiri tidak dapat di gerakkan, serta terdapat bekas luka operasi Hasil EKG: Tidak ada
Kemampuan pergerakan sendi ekstremitas atas dan bawah terbatas. Uji
kekuatan otot ektrimitas atas 5|5, ekstremitas bawah 3|3.
- Lainnnya :

Hasil CT Scan : Tidak ada

Konsultasi Spesialis :

NRS
DIAGNOSA MEDIS : Fraktur Femur
WBS

38
Resep Obat/ tindakan medis :
Inf. NacL 0,9 % 20 tpm
Inj. Ranitidin 50 mg 2x1 Nyeri
0 : Tidak Nyeri 5-6 :
Inj. Ketorolac 30 mg 3x1 Sedang
Inj. Mecobalamin 3x50 mg

Nyeri
1-4 : Nyeri Ringan 7-10 :
Berat
Nyeri : ( ) Tidak ( ) Ya, Skala : NRS/WBS
_____________
Lokasi nyeri : Abdomen

Frekuensi Nyeri : ( ) Jarang () Hilang timbul


( ) Terus-menerus
Lama nyeri :
__________________________________________
Menjalar : () Tidak ( ) Ya, ke :
_________________________

PENILAIAN RESIKO JATUH


Skor Resiko Jatuh □(Skala Humpty Dumpty) : _______________________________________
□(Skala morse) □ (Skala Sydney) : _______________________________________

KONDISI PSIKOLOGI
Masalah perkawinan :  tidak ada □ ada : Cerai / istri baru / simpanan / lain-
lain : ........................................................................
Mengalami kekerasan fisik :  tidak ada □ ada Mencederai diri / orang lain : □ pernah tidak pernah
Trauma dalam kehidupan :  tidak ada □ ada Jelaskan : ......................................................................................................................
.
Gangguan tidur :  tidak ada □ ada
Konsultasi dengan
:  tidak ada □ ada
psikologi/psikiater

SOSIAL, EKONOMI DAN SPIRITUAL

Status Pernikahan Single □Menikah □ Bercerai □ Janda / Duda

Anak □ Tidak ada □Ada, jumlah anak….

Pendidikan terakhir □ SD SMP □SMA □ Akademi □ Sarjana □ Lainnya

Warga negara  WNI □ WNA

Pekerjaan □ PNS  Swasta □ TNI / Polri □ Tidak Bekerja

Pembiayaan kesehatan □ Biaya sendiri  Asuransi □ Perusahaan

Tinggal bersama □Suami □ Anak  Orang tua □ Sendiri □ Lainnya

Nama : Tn. No. Telepon : 08564702583

Kebiasaan □ Merokok □ Alkohol □ Lainnya : ............. Jenis dan jumlah per hari : ...................................

Agama Hindu □ Islam □ Budha □ Kristen □ Katolik □ Kong Hu Cu □


La
Perlu Rohaniwan □ Ya □ Tidak, Jelaskan

KEBUTUHAN KOMUNIKASI DAN EDUKASI

39
1. Kurang pengetahuan tentang : .....................................................................................................................
2. Kemampuan berkomunikasi :  Normal □Serangan awal gangguan bicara, kapan: ………………...

ASSESSMEN FUNGSIONAL (Bartel Indeks)


SK
No FUNGSI KETERANGAN SKOR No FUNGSI KETERANGAN
OR
1 Mengontrol BAB Inkontinen/tidak teratur 0 6 Berpindah Tidak mampu 0
(perlu enema) tempat
Kadang-kadang inkontinen 1 dari tidur ke Perlu banyak bantuan untuk 1
(1 x seminggu) duduk bisa duduk (2 orang)
Kontinen teratur 2 Bantuan minimal 1 orang 2
2 Mengontrol BAK Inkontinen atau pakai kateter 0 Mandiri 3
dan tak terkontrol
Kadang-kadang inkontinen 1 7 Mobilisasi / Tidak mampu 0
(max 1 x 24 jam) berjalan
Mandiri 2 Bisa berjalan dengan kursi roda 1
3 Membersihkan diri Butuh pertolongan orang lain 0 Berjalan dengan bantuan satu 2
(lap muka, sisir Mandiri 1 Mandiri 3
rambut, sikat gigi)
4 Penggunaan toilet, Tergantung pertolongan 0 8 Berpakaian Tergantung orang lain 0
pergi ke dalam dari orang lain (Memakai baju)
WC (melepas, Perlu pertolongan pada 1 Sebagian dibantu 1
memakai celana, beberapa aktivitas terapi, (mis : mengancing baju)
menyeka, menyiram) dapat mengerjakan sendiri
beberapa aktivitas yang lain
Mandiri 2 Mandiri 2
5 Makan Tidak mampu 0 9 Naik turun Tidak mampu 0
Perlu seseorang menolong 1 tangga Butuh pertolongan 1
memotong makanan
Mandiri 2 Mandiri 2
10 Mandi Tergantung orang lain 0
Mandiri 1

SKOR TOTAL : ( ) Mandiri (20), ( ) Ketergantungan ringan (12-19), ( ) Ketergantungan sedang (9-11), ( ) Ketergantungan berat
(5-8),
() Ketergantungan total (0-4)

PENAPISAN KULIT (SKALA NORTON)

Kondisi fisik Kondisi mental Aktifitas Mobilisasi Gangguan perkemihan

Bagus 4 Sadar 4 Mobilisasi baik 4 Bebas 4 Tidak ada gangguan 4

Kurang 3 Apatis 3 Berpindah dengan bantuan 3 Ada keterbatasan 3 Hilang timbul 3

Jelek 2 Bingung 2 Menggunakan kursi roda 2 Sangat terbatas 2 Frekuensi urin 2


Sangat 1 Stupor 1 Menggunakan brancard 1 Tidak bisa bergerak 1 Besar 1
jelek
Nilai : ( ) Resiko sangat tinggi (< 10) ( ) Resiko tinggi (10-14) ( ) Resiko sedang (15-18) ( ) Resiko rendah (>18)

SKRINING NUTRISI dengan MST (Malnutrisi Screening Tools)

Berat Badan (BB) sekarang : 50 kg 2. Apakah nafsu makan Anda berkurang?


IMT (Indeks Masa Tubuh) : 19,53 □ Tidak 0
BB Biasanya : 50 kg □ Ya 1
Tinggi Badan (TB) : 160 cm
1
Apakah Berat Badan (BB) Anda menurun
. Total Skor
akhir-akhir ini tanpa direncanakan?
 Tidak 0 Nilai MST : □ Resiko Rendah (MST = 0-1)

40
□ Ya, bila ya berapa penurunan berat badan Anda? □ Resiko Sedang (MST = 2-3)
□ 1 – 5 kg 1 □ Resiko Tinggi (MST = 4-5)
□ 6 – 10 kg 2 Catatan :

ANALISA DATA

41
DATA SUBYEKTIF DAN DATA KEMUNGKINAN MASALAH
OBYEKTIF PENYEBAB
DS : Agen pencedera fisik Nyeri Akut
“Pasien mengatakan nyeri pada
paha kiri”
Kontinuitas jaringan terputus
P : Pasien mengatakan nyeri terus
menuerus
Q : Pasien mengatakan nyeri seperti
Persepsi Nyeri
di remas-remas
S : Skala nyeri 5
T : Pasien mengatakan nyeri saat Nyeri Akut
paha digerakkan
DO :
Tn. S tampak gelisah dan tidak
nyaman, serta tampak meringis
TTV :
TD : 127/83 mmHg
N : 95x/menit
S : 35,6 C
Spo2 : 96 %

DS : - Darah membentuk Resiko Infeksi


massa/hematoma
DO :
- Terdapat kemerahan pada luka
bekas operasi Interaksi antara luka operasi
dengan kuman di kulit
- Luka insisi pembedahan
- Luka di pada paha kiri tertutup

42
perban Resiko Infeksi
TTV :
TD: 127/83 mmHg
N : 95x/menit
S : 36,5 C
WBC : 13.95 (10^3uL)

Gangguan Mobilitas
Perubahan perfusi jaringan Fisik
DS :
“Pasien mengatakan bahwa pasien
tidak mampu menggerakan paha Kelemahan fisik
bagian kiri”
DO :
Gangguan Mobilitas fisik
-Tingkat kesadaran pasien
composmentis
- Aktivitas di bantu
- Skala aktvitas 4 sangat
bergantung dan tidak dapat

43
melakukan atau berpartisipasi
dalam perawatan.
- Kemampuan pergerakan sendi
terbatas
- Hemiparase ekstermitas bawah,
paha sebelah kiri
- Kekuatan otot
5 5
5 3

PRIORITAS MASALAH

1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik di tandai dengan pasien
mengatakan nyeri pada paha kiri, P : pasien mengatakan nyeri terus menerus, Q :
Pasien mengatakan nyeri seperti di remas-remas, S: skala nyeri 5. T: pasien tampak
gelisah dan tidak nyaman, serta tampak meringis. TTV TD : 127/83 mmHg,
N:95x/menit, S: 36,6 C, Spo2 : 96%
2. Resiko Infeksi berhubungan dengan luka bekas operasi di tandai dengan Terdapat
kemerahan pada luka bekas operasi , Luka insisi pembedahan , Luka di pada paha
kiri tertutup perban , TTV : TD: 127/83 mmHg, N : 95x/menit, S : 36,5 C, WBC :
13.95 (10^3uL)
3. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kelemahan Fisik di tandai dengan

44
pasien mengatatakan bahwa pasien tidak mampu menggerakan paha bagian kiri,
Tingkat kesadaran pasien composmentis, Aktivitas di bantu, Skala aktvitas 4 sangat
bergantung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam perawatan,
Kemampuan pergerakan sendi terbatas, Hemiparase ekstermitas bawah, paha
sebelah kiri Kekuatan otot 5/5, 5/3

45
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. S
Ruang Rawat : IGD

Diagnosa Tujuan (kriteria hasil) Intervensi


Keperawatan
Setelah di lakukan tindakan Manejemen Nyeri
Nyeri Akut keperawatan 1x5 jam di harapkan Observasi :
tingkat nyeri menurun dengan kriteria 1. Identifikasi Lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, insitas nyeri
hasil : Rasional : Agar dapat mengetahui Identifikasi Lokasi, karakteristik,
1. Keluhan nyeri menurun (5) durasi, frekuensi, kualitas, insitas nyeri
2. Meringis Menurun (5) 2. Identifikasi skala nyeri
3. Gelisah menurun (5) Rasional : Agar dapat menidentifikasi skala nyeri
3. Identifikasi faktor yang mempengaruhi berat dan ringan nyeri
Rasional : Agar dapat mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi berat
dan ringan nyeri
Terapeutik :
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Rasional : Agar dapat memberikan teknik nonfarmakologis untuk

46
mengurangi rasa nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Rasional : Agar dapat menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik

Resiko Infeksi Setelah di lakukan tindakan Pencegahan Infeksi


keperawatan selama 1x5 jam di Observasi :
harapkan resiko infeksi tidak terjadi 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
dengan kriteria hasil Rasional : Agar dapat memonitor tanda dan gejala infeksi lokal dan

47
1. Kemerahan menurun (5) sistemik
2. Nyeri menurun (5) Terapeutik :
3. Bengkak Mneurun (5) 1. Berikan perawatan luka pada area edema
4. Cairan berbau pada luka menurun Rasional : Agar dapat memberikan perawatan luka pada area edema
(5) 2. Membersihkan luka bagian paha kiri pasien
Rasional : Agar dapat Membersihkan luka bagian paha kiri pasien
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Rasional : Dapat menjelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Jelaskan cara membersihkan luka
Rasional : Agar dapat menjelaskan cara membersihkan luka
Kolaborasi
1. Kolaborasi dalam pemberian antibiotik

Gangguan Mobilitas Setelah di lakukan tindakan Dukungan ambulasi


Fisik keperawatan selama 1x5 jam di Observasi
harapkan mobilitas fisik mengalami 3. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
peningkatan dengan kriteria hasil : Rasional : Agar dapat mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
1. Pergerakan ektermitas meningkat (5)

48
2. Kekuatan otot meningkat (5) lainnya
3. Rentang gerak ROM meningkat (5) 4. Indentifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
4. Kecemasan menurun (5) Rasional : Agar dapat mengidentifikasi toleransi fisik melakukan
5. Gerakan terbatas menurun (5) ambulasi
6. Kelemahan fisik menurun (5)
Terapeutik
4. Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu
Rasional : agar dapat memfasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu
5. Fasilitasi melakukan ambulasi fisik
Rasional : agar dapat memfasilitasi melakukan ambulasi fisik
6. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan ambulasi
Rasional : agar dapat melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi

Edukasi
2. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
Rasional : dapat menjelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
3. Anjurkan melakukan ambulasi dini
Rasional : Dapat menganjurkan melakukan ambulasi dini
4. Ajarkan ambulasi sederhana yang haru dilakukan misalnya berjalan dari

49
tempat tidur ke kursi roda
5. Rasional : Dapat mengajarkan ambulasi sederhana yang haru dilakukan
misalnya berjalan dari tempat tidur ke kursi roda

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Tanda tangan
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat

50
Kamis, 3 november 1. Mengidentifikasi lokasi nyeri, karakteristik, durasi, S :
2022 frekuensi, kualitas, integritas nyeri Pasien mengatakan masih nyeri
Jam : 12.00 WIB 2. Mengidentifikasi skala nyeri O:
3. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk - Skala nyeri 5
mengurangi nyeri
- Meringis menurun
4. Berkolaborasi pemberian obat Inj. Ranitidin 30 mg,
Lisnawatie
Inj. Ketorolac 30 mg, Inj. Mecobalimin 3x50 mg - Pasien terlihat paham cara melakukan

teknik nonfarmakologis ( teknik relaksasi

napas dalam)

- Kondisi pasien mulai membaik di berikan

Inj. Ranitidin 30 mg, Inj. Ketorolac 30

mg, Inj. Mecobalamin 3x50 mg

TTV :
TD : 110/80 mmHg
N : 100x/menit
RR : 22x/menit
A:

51
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi di lanjutkan

Kamis, 3 November S:
2022 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi local dan
sistemik Pasien mengatakan nyeri berkurang
Jam : 12. 20 WIB
2. Mengajarkan cara membersihkan luka Pasien mengatakan merasa lebih baik

52
3. Membersihkan luka bagian paha kiri pasien O:

- Tampak luka pasien bersih sesudah di


bersihkan
- Tidak ada tanda dan gejala infeksi
- Pasien dan keluarga tampak memahami
cara membersihkan luka

A:

Masalah belum teratasi

P:

Intervensi di lanjutkan

Kamis, 3 November
2022

Jam : 12:40 1. Mengobservasi TTV


S:
2. Mengidentifikasi keluhan fisik lainnya
3. Mengajarkan klien untuk melakukan latihan gerak Pasien tampak tidak mampu untuk mengerakan
aktif pada ekstremitas yang sakit/ ROM

53
4. Mefasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu paha bagian kiri nya
misalnya tongkat
O:
5. Menjelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
- GCS 15 Compos Menthis E:4 V:5 M:6
6. Berkolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan
- Pasien terlihat paham cara untuk
fisik klien
melakukan latihan gerak aktif pada
ekstremitas yang sakit
- Pasien tampak tenang
- Posisi pasien semifowler
- Kemampuan pergerakan Terbatas
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan Intevensi

54
BAB 4
PEMBAHASAN
Proses keperawatan adalah dimana suatu konsep diterapkan dalam praktek
keperawatan. Hal ini disebutkan sebagai suatu pendekatan problem yang
memerlukan ilmu, teknik dan keterampilan interpersonal dan ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan klien baik sebagai individu, keluarga maupun masyarakat
mengemukakan dalam proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaitu : pengkajian,
diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, pelaksanaan dan. Pada bab ini penulis
akan mencoba membandingkan konsep teori mengenai asuhan keperawatan pada Tn.
S dengan diagnosa medis Fraktur Femur di Ruang IGD RSUD.dr Doris Sylvanus
palangka Raya.
4.1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahap pertama yang penulis lakukan di dalam proses
perawatan. Pengkajian ini dilakukan secara terfokus pada pengkajian sistem
pernafasan dalam berbentuk resume meskipun tidak mengkesampingkan
keluhan yang lain. Pengumpulan informasi atau data-data ini diperoleh dari
wawancara dengan pasien, melakukan observasi, catatan medis dan pemeriksaan
terfokus terhadap luka.
Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk melihat gambaran Fraktur
Femur yang terjadi di seluruh dunia.
4.2 Diagnosa
Diagnosa keperawatan merupakan suatu keputusan klinik yang diberikan
kepada klien mengenai respon individu untuk menjaga penurunan kesehatan,
status, dan mencegah serta merubah. Berdasarkan hal tersebut dalam kasus
asuhan keperawatan pada klien dengan Pneumonia menegakkan sebanyak 3
diagnosa dari 3 diagnosa yang dapat ditemukan tinjauan teori pada kasus
pneumonia ini.
1) Diagnosa yang muncul
a. Nyeri Akut
Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik di tandai dengan
pasien mengatakan nyeri pada paha kiri, P : pasien mengatakan nyeri
terus menerus, Q : Pasien mengatakan nyeri seperti di remas-remas, S:

55
skala nyeri 5. T: pasien tampak gelisah dan tidak nyaman, serta tampak
meringis. TTV TD : 127/83 mmHg, N:95x/menit, S: 36,6 C, Spo2 :
96%
b. Resiko Infeksi
Resiko Infeksi berhubungan dengan luka bekas operasi di tandai dengan
Terdapat kemerahan pada luka bekas operasi , Luka insisi pembedahan ,
Luka di pada paha kiri tertutup perban , TTV : TD: 127/83 mmHg, N :
95x/menit, S : 36,5 C, WBC : 13.95 (10^3uL)
c. Gangguan Mobilitas Fisik
Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kelemahan Fisik di
tandai dengan pasien mengatatakan bahwa pasien tidak mampu
menggerakan paha bagian kiri, Tingkat kesadaran pasien
composmentis, Aktivitas di bantu, Skala aktvitas 4 sangat bergantung
dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam perawatan,
Kemampuan pergerakan sendi terbatas, Hemiparase ekstermitas
bawah, paha sebelah kiri Kekuatan otot 5/3, 3/3
5.3 Intervensi Keperawatan
Perencanaan/Intervensi munurut fakta dibuat berdasarkan prioritas
masalah yang ditemukan pada Tn. S dengan Fraktur Femur yang menjadi
prioritas keperawatan adalah diagnosa yang pertama keperawatan nyeri akut
yaitu intervensi nya : Identifikasi Lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, insitas nyeri, Identifikasi skala nyeri , Identifikasi faktor yang
mempengaruhi berat dan ringan nyeri, Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri, Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.
Diagnosa kedua, Resiko Infeksi berhubungan dengan luka bekas operasi
yaitu intervensinya : Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik ,
Berikan perawatan luka pada area edema, Membersihkan luka bagian paha
kiri pasien, Jelaskan tanda dan gejala infeksi , Jelaskan cara membersihkan
luka, Kolaborasi dalam pemberian antibiotik.
Diagnosa ketiga, Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan
kelemahan Fisik yaitu intervensinya : Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
fisik lainnya

56
Indentifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi, Fasilitasi aktivitas ambulasi
dengan alat bantu, Fasilitasi melakukan ambulasi fisik, Libatkan keluarga
untuk membantu pasien dalam meningkatkan ambulasi, Jelaskan tujuan dan
prosedur ambulasi
5.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan suatu perwujudan dari perencanaan yang sudah
disusun pada tahap perencanaan sebelumnya. Berdasarkan hal tersebut
penulis dalam mengelola pasien dalam implementasi dengan diagnosa yang
ditegakkan.
1. Diagnosa yang pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedear fisik
Selama 1x5 jam penulis melakukan tindakan pada diagnosa ini berupa
mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri, mengidentifikasi skala nyeri, mengidentifikasi respons
nyeri nonverbal, mengidentifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri, mengidentifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup,
mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurang rasa nyeri (teknik
relaksasi napas dalam), menjelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri.
2. Diagnosa yang kedua yaitu Resiko Infeksi berhubungan dengan luka
bekas operasi
Selama 1x5 jam penulis melakukan tindakan pada diagnosa ini berupa
Memonitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik, Mengajarkan cara
membersihkan luka, Membersihkan luka bagian paha kiri pasien.
3. Diagnosa yang ketiga yaitu gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
kelemahan Fisik
Selama 1x5 jam penulis melakukan tindakan pada diagnosa ini berupa
Mengobservasi TTV, Mengidentifikasi keluhan fisik lainnya,
Mengajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstremitas
yang sakit/ ROM, Mefasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu
misalnya tongkat, Menjelaskan tujuan dan prosedur ambulasi,
Berkolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien

57
5.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah menetukan kemajuan klien terhadap pencapaian hasil yang
diharapkan dan keefektifan intervensi keperawatan. Secara teori tahap
evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditentukan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan klien, orang tua dan tenaga kesehatan
lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam
mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap
perencanaan. Pada tahap evaluasi ini terdiri dari 2 kegiatan yaitu evaluasi
formatif (SOAP) dan evaluasi sumatif (SOAPIER)
Berdasarkan hasil evaluasi keperawatan yang dilakukan pada hari Kamis,
3 November 2022 di ruang IGD RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
terhadap Tn. S didapatkan hasil evaluasi pada diagnosa pertama yaitu Nyeri
Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik Masalah teratasi sebagian
Pasien mengatakan masih nyeri, Skala nyeri 5, Meringis menurun, Pasien
terlihat paham cara melakukan teknik nonfarmakologis ( teknik relaksasi
napas dalam), Kondisi pasien mulai membaik di berikan Inj. Ranitidin 30
mg, Inj. Ketorolac 30 mg, Inj. Mecobalamin 3x50 mg, TTV : TD : 110/80
mmHg, N : 100x/menit, RR : 22x/menit. Diagnosa yang kedua Resiko
Infeksi Berhubungan dengan luka bekas operasi teratasi sebagian Pasien
mengatakan nyeri berkurang, Pasien mengatakan merasa lebih baik , Tampak
luka pasien bersih sesudah di bersihkan, Tidak ada tanda dan gejala infeksi,
Pasien dan keluarga tampak memahami cara membersihkan luka. Diagnosa
Ketiga Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kelemahan fisik
teratasi sebagian Pasien tampak tidak mampu untuk mengerakan paha bagian
kiri nya , GCS 15 Compos Menthis E:4 V:5 M:6, Pasien terlihat paham cara
untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstremitas yang sakit, Pasien
tampak tenang, Posisi pasien semifowler, Kemampuan pergerakan Terbatas

58
BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Tn. S dengan diagnosa Fraktur


Femur pada tanggal 3 November 2022 di ruang IGD didapatkan kesimpulan Pada
pengkajian klien dengan Nyeri, kita harus cermat dalam pengumpulan data yaitu
dengan mengetahui keluhan utama yang normal, riwayat kesehatan yang lalu dan
sekarang, pemeriksaan fisik dan pola kehidupan sehari-hari klien. Diagnosa yang
muncul ditentukan dari kondisi klien dan patofisiologi penyakit klien.Untuk
menentukan prioritas diperlukan pengetahuan perawat mengenai kondisi klien yang
ada di lapangan, dengan mendahulukan kebutuhan atau keadaan yang mendesak
untuk diselesaikan atau diatasi yang mungkin dapat membahayakan klien. Pada
rencana tindakan tidak semua diterpkan dalam implementasi secara ideal, tetapi
dissuaikan dengan situasi kondisi dan fasilitas ruangan. Evaluasi secara umum
terhadap klien setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah teratasi dan masalah
teratasi sebagian. Hal ini terjadi karena keterbatasan dalam waktu. Keberhasilan
tujuan dapat dicapai dalam asuhan keperawatan yang diberikan pada Tn.S jika
melibatkan peran klien, keluarga dan tim kesehatan lain.
Asuhan keperawatan medis pada Tn.S dengan penyakit Pneumonia dalam
pemberian asuhan keperawatan disesuaikan dengan standar keperawatan dalam
pelaksanaan intervensi dan implementasi.
5.2 Saran
Dari hasil pemaparan data-data di atas, maka saran yang dapat dikemukakan
adalah sebagai berikut:
1. Bagi Mahasiswa
Supaya bisa menjadi reverensi dalam membuat Laporan pendahuluan dan
asuhan keperawatan diharapkan bagi mahasiswa agar dapat mencari informasi
dan memperluas wawasan mengenai pasien dengan Fraktur Femur dengan
adanya pengetahuan dan wawasan yang luas, mahasiswa akan mampu
mengembangkan diri dalam masyarakat dan memberikan pendidikan kesehatan

59
bagi masyarakat mengenai Fraktur Femur, dan faktor-faktor pencetusnya serta
bagaimana pencegahan untuk kasus tersebut.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Peningkatan kualitas dan pengembangan ilmu mahasiswa melalui studi asuhan
keperawatan agar dapat menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Pneumonia
3. Bagi Intitusi Pelayanan Kesehatan
Bagi institusi pelayanan kesehatan, memberikan pelayanan dan
mempertahankan hubungan kerja yang baik antara tim kesehatan dan pasien
yang ditujukan untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang optimal.
Dan adapun untuk pasien yang telah mengalami Pneumonia maka harus segera
dilukukan perawatan, agar tidak terjadi komplikasi.

60
DAFTAR PUSTAKA

Agus Desiartama, I. G. (2017). Gambaran Karakteristik Pasien Fraktur Femur Akibat


Kecelakaan Lalu Lintas Pada Orang Dewasa Di Rumah Sakit Umum Pusat
Sanglah Denpasar Tahun 2013. E-Jurnal Medika, Vol. 6 No.5, Mei, 2017.
Anggi Agustina, M. M. (2020). Pengelolaan Ketidakefektifan Perfusi Jaringan
Perifer Pada Pasien Post Orif Hari Ke-3 Atas Indikasi Fraktur Femur Dextra
1/3 Distal Di Rsud Ungaran. Indonesian Journal Of Nursing Research, Vol 3
No 2, November 2020/ Page 41-48.
Imam Fathur Rozi1, G. (2021). Hubungan Usia Pasien, Jenis Fraktur Dan Lokasi
Fraktur Tulang Panjang Terhadap Lama Rawat Inap Pasca Bedah Di Rs
Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. Jurnal Sains Dan Kesehatan.
Juli Andri, H. F. (2020). Nyeri Pada Pasien Post Op Fraktur Ekstremitas Bawah
Dengan Pelaksanaan Mobilisasi Dan Ambulasi Dini. Journal Of Telenursing
(Joting) , 2 (1) 61-70.
Rudi Hermanto, L. I. (2020). Studi Kasus : Upaya Penurunan Nyeri Pada Pasien Post
Operasi Fraktur Femur. Universitas Muhammadiyah Ponorogo. All Rights
Reserved.
Rudi Hermanto, L. I. (2020). Studi Kasus : Upaya Penurunan Nyeri Pada Pasien Post
Operasi Fraktur Femur.
Ppni. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat Ppni
Ppni. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat Ppni
Ppni. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Ppni
Sudoyo, Aru W., Et Al. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

61

Anda mungkin juga menyukai