Oleh :
Nama : Dina Febrianti
NIM :2019.C.11a.1042
Mengetahui,
Pembimbing Akademik Ketua Program Studi Ners
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, sehingga dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Post Orif Fraktur Femur Ruang Dahlia RSUD Dr.Doris Sylvanus Palangka Raya”
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Saya berharap laporan pendahuluan
penyakit ini dapat berguna dan menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai
Parasomnia.
Laporan Pendahuluan dan juga asuhan keperawatan ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak .Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid ,S.Pd,.M.Kes Selaku Ketua STIKES Eka Harap Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina ,Ners., M.Kep Selaku Ketua Program Studi Ners STIKES Eka
Harap Palangka Raya.
3. Ibu Meida Sinta Araini , S.Kep.,Ners Selaku Penanggung Jawab Mata Kuliah Praktik
Praklinik Keperawatan I.
4. Yelstria Ulina .T.,S.Kep., Ners Selaku dosen pembimbing Akademik di ruang
Pendengaran
5. Secara Khusus kepada pihak dari Rumah Sakit Doris Sylvanus yang telah
memberikan izin tempat
Menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan pendahuluan penyakit ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna oleh sebab itu berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan laporan pendahuluan. Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami
bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-katan yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan.
Dina Febrianti
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 2
1.3.1. Tujuan Umum ........................................................................................ 2
1.3.2. Tujuan Khusus ....................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan ...................................................................................... 3
1.4.1. Manfaat Mahasiswa ............................................................................... 3
1.4.2. Manfaat Bagi Klien dan Keluarga ……………………………………. 3
1.4.3. Manfaat Bagi Institusi ………………………………………………… 3
1.4.4. Manfaat Bagi IPTEK …………………………………………………. 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA......................................................................4
2.1 Konsep Dasar ……………………………………………………………. 4
2.1.1. Pengertian Fraktur ……………………………………………………. 4
2.1.2. Etiologi ……………………………………………………………….. 4
2.1.3. Klasifikasi ……………………………………………………………. 4
2.1.4. Patofisiologi & Pathway ……………………………………………....4
2.1.5. Manifestasi Klinik…………………………………………………….. 6
2.1.6. Penatalaksanaan ………………………………………………………. 6
2.1.7. Pemeriksaan Penunjang ………………………………………………. 10
2.2 Konsep Kebutuhan Dasar ……………………………………………….. 11
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan ………………………………………. 11
2.3.1. Pengkajian Keperawatan ……………………………………………... 11
2.3.2. Diagnosa Keperawatan ……………………………………………….. 13
2.3.3. Intervensi Keperawatan ………………………………………………. 14
2.3.4. Implementasi Keperawatan …………………………………………... 14
2.3.5. Evaluasi Keperawatan ………………………………………………... 16
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN............................................................17
3.1 Pengkajian ………………………………………………………………. 17
iii
3.2 Diagnosa ………………………………………………………………… 21
3.3 Intervensi ………………………………………………………………... 24
3.4 Implementasi ……………………………………………………………. 24
3.5 Evaluasi …………………………………………………………………. 24
BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................26
4.1 Kesimpulan ……………………………………………………………… 26
4.2 Saran …………………………………………………………………….. 26
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................27
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Masalah keperawatan yang muncul pada pasien fraktur adalah nyeri akut, perfusi
perifer tidak efektif, gangguan integritas kulit, gangguan mobilitas fisik, defisit perawatan
diri: mandi, resiko infeksi, dan resiko syok (SDKI 2016). Tindakan keperawatan yang
dapat dilakukan sebagai perawat adalah sesuai diagnosa yaitu nyeri akut dapat dilakukan
dengan manejemen nyeri, perfusi perifer tidak efektif dapat dilakukan memonitoring
tanda tanda vital, gangguan integritas kulit dapat dilakukan monitor kulit akan adanya
kemerahan, gangguan mobilitas fisik dapat dilakukan tindakan mengajarkan pasien dan
keluarga tentang teknik ambulasi, defisit perawatan diri dapat dilakukan tindakan
membantu pasien melakukan perawatan diri, resiko infeksi dapat dilakukan tindakan
dengan kolaborasi pemberian obat, resiko syok dapat dilakukan tindakan monitoring
status sirkulasi BP, warna kulit suhu kulit, denyut jantung, HR, dan ritme, nadi perifer.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merasa tertarik untuk mengambil judul
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post ORIF Fraktur Femur Di Ruang Flamboyan
RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya” untuk memenuhi tugas Praktik Praklinik
Keperawatan I (PPK I) Pada Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.
2
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan yang
diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi S1 Keperawatan Stikes Eka
Harap Palangka Raya.
1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga
Pasien dan keluarga dapat mengetahui gambaran umum tentang asuhan
keperawatan pada pasien fraktu, agar klien mendapatkan perawatan yang tepat didalam
keluarganya.
1.4.3 Bagi Institusi
3.4.3.1 Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai referensi dan menambah koleksi sumber referensi di
perpustakaan dalam mengembangkan asuhan keperawatan pada pasien Post ORIF
Fraktur Femur
3.4.3.2 Bagi Institusi Rumah Sakit
Dapat digunakan sebagai referensi dalam meningkatkan asuhan keperawatan
pada pasien Post ORIF Fraktur Femur
1.4.4 Bagi IPTEK
Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja yang dapat membantu
serta menunjang pelayanan perawatan yang berguna bagi status kesembuhan pasien.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.1.2 Etiologi
Menurut (Padila 2012), etiologi fraktur adalah sebagai berikut:
a. Trauma langsung/ direct trauma, yaitu apabila fraktur terjadi di tempat dimana
bagian tersebut mendapat ruda paksa (misalnya benturan, pukulan yang
mengakibatkan patah tulang).
b. Trauma yang tak langsung/ indirect trauma, yaitu apabila trauma dihantarkan
ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur. Misalnya penderita jatuh dengan
lengan dalam keadaan ekstensi dapat terjadi fraktur pada pegelangan tangan.
c. Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu sendiri
rapuh/ ada “underlying disesase” dan hal ini disebut dengan fraktur patologis.
2.1.3 Klasifikasi
Ada dua tipe dari fraktur femur, yaitu:
a. Fraktur Intrakapsuler femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul dan
melalui kepala femur (capital fraktur):
1) Hanya di bawah kepala femur.
2) Melalui leher dari femur
b. Fraktur Ekstrakapsuler.
1) Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih
besar/yang lebih kecil/pada daerah intertrokhanter.
2) Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci
di bawah trokanter kecil.
5
perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan akan mengakibatkan peningkatan tekanan
jaringan, oklusa darah total dan berakibat anoreksia mengakibatkan rusaknya serabut
saraf maupun jaringan otot. Komplikasi ini dinamakan sindrom compartment (Brunner
& Suddart, 2015).
Fraktur paling sering disebabkan oleh trauma. Hantaman yang keras akibat
kecelakaan yang mengenai tulang akan mengakibatkan tulang menjadi patah dan
fragmen tulang tidak beraturan atau terjadi discontinuitas di tulang tersebut.
Pada fraktur femur jarang terjadi dibanding fraktur tulang pendek. Lainnya
karena periost yang melapisi tulang femur lebih tebal dibandingkan tulang pendek
lainnya, terutama pada daerah depan yang dilapisi kulit lebih tebal sehingga tulang ini
tidak mudah patah dan karena trauma dari luar sehingga dapat terjadi fraktur pada
tulang femur.
Pathway
6
2.1.5 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis fraktur menurut Smeltzer (2018) meliputi:
1. Nyeri akut terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi, hematoma, dan edema
2. Kehilangan fungsi
3. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah
4. Pemendekan ekstremitas. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena
kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur
5. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
6. Edema lokal
7. Ekimosis
2.1.6 Penatalaksanaan
Tindakan penanganan fraktur dibedakan berdasarkan bentuk dan lokasi serta usia.
Berikut adalah tindakan pertolongan awal pada fraktur menurut (Muttaqin, 2015):
1. Kenali ciri awal patah tulang memperhatikan riwayat trauma yang terjadi karena
benturan, terjatuh atau tertimpa benda keras yang menjadi alasan kuat pasien
mengalami fraktur.
2. Jika ditemukan luka yang terbuka, bersihkan dengan antiseptic dan bersihkan
perdarahan dengan cara di perban.
3. Lakukan reposisi (pengembalian tulang ke posisi semula) tetapi hal ini hanya
boleh dilakukan oleh para ahli dengan cara operasi oleh ahli bedah untuk
mengembalikan tulang ke posisi semula.
4. Pertahankan daerah patah tulang dengan menggunakan bidai atau papan dari
kedua posisi tulang yang patah untuk menyangga agar posisi tulang tetap stabil.
5. Berikan analgesic untuk mengurangi rasa nyeri pada sekitar perlukaan.
6. Beri perawatan pada perlukaan fraktur baik pre operasi maupun post operasi.
Prinsip penanganan fraktur adalah mengembalikan posisi patahan tulang ke posisi
semula (reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan patah
tulang atau imobilisasi (Sjamsuhidayat & Jong, 2015).
Penatalaksanaan yang dilakukan adalah:
1. Fraktur Terbuka
Adalah kasus emergency karena dapat terjadi kontaminasi oleh bakteri dan
disertai perdarahan yang hebat dalam waktu 6-8jam (golden period). Kuman
belum terlalu jauh dilakukan: pembersihan luka, exici, heacting situasi, antibiotic.
Ada beberapa prinsipnya yaitu:
7
a. Harus ditegakkan dan ditangani terlebih dahulu akibat trauma yang
membahayakan jiwa airway, breathing dan circulation.
b. Semua patah tulang terbuka adalah kasus gawat darurat yang memerlukan
penanganan segera yang meliputi pembidaian, menghentikan perdarahan
dengan bidai, menghentikan perdarahan besar dengan klem.
c. Pemberian antibiotic
d. Dibredemen dan irigasi sempurna
e. Stabilisasi.
f. Penutup luka
g. Rehabilitasi.
h. Life saving. Semua penderita patah tulang terbuka diingat sebagai penderita
dengan kemungkinan besar mengalami cidera ditempat lain yang serius. Hal ini
perlu ditekankan bahwa terjadinya patah tulang diperlukan gaya yang cukup
kuat yang sering kali dapat berakibat total dan berakibat multi organ. Untuk life
saving prinsip dasar yaitu: airway, breathing, and circulation.
i. Semua patah tulang terbuka dalam kasus gawat darurat Dengan terbukanya
barrier jaringan lunak maka patah tulang tersebut terancam untuk terjadinya
infeksi seperti kita ketahui bahwa periode 6 jam sejak patah tulang terbuka luka
yang terjadi masih dalam stadium kontaminasi (golden period) dan setelah
waktu tersebut luka berubah menjadi luka infeksi. Oleh karena itu penanganan
patah tulang terbuka harus dilakukan sebelum golde periode terlampaui agar
sasaran terakhir penanganan patah tulang terbuka tercapai walaupun ditinjau
dari segi prioritas penanganannya. Tulang secara primer menempati urutan
prioritas ke 6. Sasaran akhir ini adalah mencegah sepsis, penyembuhan tulang,
dan pulihnya fungsi.
j. Pemberian Antibiotik Mikroba yang ada dalam luka patah tulang terbuka
sangat bervariasi tergantung dimana patah tulang itu terjadi. Pemberian
antibiotik yang tepat sukar untuk ditentukan hanya saja sebagai pemikiran
sadar. Sebaliknya antibiotika dengan spectrum luas untuk kuman gram positif
maupun negatif.
k. Debridemen dan Irigasi Debridemen untuk membuang semua jaringan mati
pada daerah patah terbuka baik berupa benda asing maupun jaringan lokal yang
mati. Irigasi untuk mengurangi kepadatan kuman dengan cara mencuci luka
dengan larutan fisiologis dalam jumlah banyak baik dengan tekanan maupun
tanpa tekanan.
8
l. Stabilisasi Untuk penyembuhan luka dan tulang sangat diperlukan stabilisasi
fragmen tulang, cara stabulisasi tulang tergantung derajat patah tulang
terbukanya dan fasilitas yang ada. Pada derajat 1 dan 2 dapat dipertimbangkan
pemasangan fiksasi dalam secara primer, untuk derajat 3 dianjurkan fiksasi
luar. Stabilisasi ini harus sempurna agar dapat segera dilakukan langkah awal
dari rehabilitasi pengguna.
2. Fraktur tertutup
Penatalaksanaan fraktur tertutup yaitu dengan pembedahan, perlu diperhatikan
karena memerlukan asuhan keperawatan yang komprehensif perioperatif yaitu
Reduksi tertutup dengan memberikan traksi secara lanjut dan counter traksi yaitu
memanipulasi serta imobilisasi eksternal dengan menggunakan gips. Reduksi
tertutup yaitu dengan memberikan fiksasi eksternal atau fiksasi perkuatan dengan
K-wire.
3. Seluruh Fraktur
a. Rekoknisis/Pengenalan Riwayat kajian harus jelas untuk menentukan diagnosa
dan tindakan selanjutnya.
b. Reduksi/ Manipulasi/Reposisi
c. Upaya untuk memanipulasi fragmen tulang supaya kembali secara optimal
seperti semula. Dapat juga diartikan reduksi fraktur (setting tulang) adalah
mengembalikan fragmen tulang pada posisi kesejajarannya rotasfanatomis.
d. OREF (Open Reduction an`d External Fixation) Penanganan intraoperative
pada fraktur terbuka derajat III yaitu dengan cara reduksi terbuka di ikuti
fiksasi eksternalOREF sehingga diperoleh stabilisasi fraktur yang baik.
Keuntungan fiksasi eksternal adalah memungkinkan stabilisasi fraktur
sekaligus menilai jaringan lunak sekitar dalam masa penyembuhan fraktur.
Penanganan pasca operasi yaitu perawatan luka dan pemberian antibiotik
untuk mengurangi resiko infeksi, pemberian radiologic serial, darah lengkap
serta rehabilitasi berupa latihan-latihan secara teratur dan bertahap sehingga
ketiga tujuan utama penanganan fraktur bisa tercapai yaitu union
(penyambungan tulang kembali secara sempurna), sembuh secara otomatis
(penampakan fisik organ anggota gerak baik proporsional) dan sembuh secara
fungsional (tidak ada kekakuan dan hambatan lain dalam melakukan gerakan).
e. ORIF (Open Reduction Internal Fixation) ORIF adalah suatu bentuk
pembedahan dengan pemasangan internal fiksasi pada tulang yang mengalami
fraktur. Fungsi ORIF untuk mempertahankan posisi agar fragmen tulang agar
tetap menyatu dan tidak mengalami pergeseran. Internal fiksasi ini berupa
9
Intra Modullary Nail biasanya digunakan untuk fraktur tulang panjang dengan
tipe fraktur transfer.
f. Retensi/Imobilisasi Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang
sehingga kembali seperti semula secara optimal. Setelah fraktur di reduksi,
fragmen tulang harus di imobilisasi atau dipertahankan kesejajarannya yang
benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi
eksternal atau internal. Metode fiksasi eksternal meliputi pembalutan gips,
bidai, traksi kontinu, dan teknik gips atau fiksator eksternal. Implant logam
dapat digunakan untuk fiksasi internal untuk imobilisasi fraktur.
g. Rehabilitasi Menghindari atropi dan kontraktur dengan fisioterapi. Segala
upaya diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak. Reduksi dan
imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan. Status neurovaskuler (Misal
Pengkajian peredaran darah, nyeri, perabaan, gerakan) dipantau dan ahli bedah
ortopedi diberitahu segera bila ada tanda gangguan neurovaskuler.
10
2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia
13
kesehatan (SDKI, 2016) Diagnosa keperawatan ditegakan atas dasar data pasien.
Kemungkinan diagnosa keperawatan pada pasien fraktur adalah sebagai berikut:
1) Nyeri akut (D.0077)
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat
dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
2) Perfusi perifer tidak efektif (D.0009)
Perfusi perifer tidak efektif adalah penurunan sirkulasi darah pada level kapiler
yang dapat mengganggu metabolisme tubuh.
3) Gangguan integritas kulit/jaringan (D.0129)
Gangguan integritas kulit/jaringan adalah kerusakan kulit (dermis dan atau
epidermis) atau jaringan (membrane mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang,
kartilago, kapsul sendi dan/atau ligamen).
4) Gangguan mobilitas fisik (D.0054)
Gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau
lebih ekstremitas secara mandiri.
5) Defisit perawatan diri (D.0109)
Defisit perawatan diri adalah tidak mampu melakukan atau menyelesaikan
aktivitas perawatan diri.
6) Resiko infeksi (D.142)
Resiko infeksi yaitu beresiko mengalami penigkatan terserang organisme
patogenik.
7) Resiko syok (D.0039)
Resiko syok adalah beresiko mengalami ketidak cukupan aliran darah ke jaringan
tubuh, yang dapat mengakibatkan disfungsi seluler yang mengancam jiwa.
2.3.3 Invervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dirancang untuk membantu
pasien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat yang diinginkan dalam
hasil yang diharapkan (Gordon, 1994). Intervensi keperawatan adalah semua tindakan
asuhan yang perawat lakukan atas nama klien. Tindakan ini termasuk intervensi yang
diprakarsai oleh perawat, dokter, atau intervensi kolaboratif (McCloskey & Bulechek,
1994).
15
peralatan dan lingkungan pasien dan lakukan termiasi, berikan salam sebelum
meninggalkan pasien, dan lakukan pendokumentasian.
16
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
I. IDENTITAS
Identitas Klien
Nama : Tn. H
Umur : 18 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Kristen
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Belum Menikah
Alamat : Junjung Buih I
Tgl MRS : 27 Juni 2021
Diagnosa Medis : Fraktur Femur Dextra
GENOGRAM KELUARGA
KETERANGAN:
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Hubungan keluarga
= = Menikah
= Tinggal serumah
= Pasien
18
III. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum :
Kesadaran pasien Compos Mentis, pasien tampak lemah, pasien tampak berbaring
di tempat tidur, pasien mengatakan sulit menggerakan paha kanan dan pasien
mengatakan dibantu keluarga untuk beraktivitas.
2. Tanda-tanda Vital :
Saat pengkajian TTV klien tanggal 27 Juni 2021 pukul 09.00 WIB, tekanan
darah/BP = 110/78 mmHg, nadi/HR = 84x/menit, suhu tubuh pasien/T = 36,5˚C
tempat pemeriksaan axilla, dan pernapasan/RR = 70 x/menit.
3. Pemeriksaan Kepala
Kepala: Simetris, kepala bersih, penyebaran rambut merata, warna rambut hitam
Mata: Bentuk simetris, conjungtiva normal ikterik
Telinga: Bentuk Simetris, tidak terdapat serumen atau secret, tidak ada
peradangan, ketajaman pendengaran: baik
Hidung: Bentuk Simetris tidak ada Serumen/secret.
Mulut : keadaan bibir kering
4. Perkemihan
Produksi urine: 600 ml
Warna: Kuning
Bau: Normal
5. Pencernaan
Mulut, gigi, tenggorokan, abdomen, rectum/anus, BAB (kosistensi 2x): normal
6. Tulang dan Otot 5 3
Kekuatan: 5 3
Pergerakan: Terbatas
Masalah/Keluhan: Nyeri
7. Reproduksi
Pada laki-laki
Penis: Normal
Scrotom: Normal
Testes: Normal
8. Data Penunjang
Hasil rontgen tampak fraktur komunitif 1/3 distal os femur kanan, terpasang
internal fiksasi, aligament cukup baik, trabekulasi tulang tambak baik
19
IV. Penatalaksanaan Medis
1. Ringer Laktat 500 ml 15 tpm.
Diberikan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang saat mengalami luka,
cedera, atau menjalani operasi yang menyebabkan kehilangan darah dengan cepat
dalam jumlah yang banyak. Selain itu, cairan ini juga sering digunakan sebagai
cairan pemeliharan ketika sedang menjalani perawatan di rumah sakit.
2. Antrain 3x1 gr
Antrain digunakan untuk menurunkan demam, dan meringankan rasa sakit, seperti:
sakit gigi, sakit kepala, nyeri sendi, nyeri otot, dismenore (nyeri haid).
DS:
Pasien mengatakan dibantu Gangguan Muskuloskeletal Gangguan
keluarga untuk beraktivitas Mobilitas Fisik
20
DO:
- Pasien tampak
berbaring ditempat tidur
- Klien nampak
lemah
- TD : 110/78
- SUHU ; 36,5 oC
- NADI : 84
x/menit
- RR : 70 x/menit
Kolaborasi nyeri
pemberian analgetik,
jika perlu
23
IV. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
24
4. Menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi S : 36,9 ˚C
5. Mengajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi
3. Pasien dibantu oleh ibu atau ayahnya
dini
4. Pasien mengerti tujuan mobilisasi
6. Mengajarkan mobilisasi sederhana yang harus
5. Pasien tidak bisa melakukan secara
dilakukan (mis. Duduk ditempat tidur, duduk disisi
mandiri
tempat tidur, pindah dari tempat tidur ke kursi)
6. Pasien sulit menggantikan posisinya
25
BAB 4
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Fraktur adalah suatu kondisi yang terjadi ketika keutuhan dan kekuatan dari tulang
mengalami kerusakan yang disebabkan oleh penyakit invasif atau suatu proses biologis
yang merusak (Kenneth et al., 2015). Fraktur atau patah tulang disebabkan karena trauma
atau tenaga fisik, kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang dan jaringan
lunak disekitar tulang merupakan penentu apakah fraktur terjadi lengkap atau tidak
lengkap (Astanti, 2017).
Ada dua tipe dari fraktur femur, yaitu:
1. Fraktur Intrakapsuler femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul dan melalui
kepala femur (capital fraktur):
1) Hanya di bawah kepala femur.
2) Melalui leher dari femur
2. Fraktur Ekstrakapsuler.
1) Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih besar/yang
lebih kecil/pada daerah intertrokhanter.
2) Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci di bawah
trokanter kecil.
4.2 Saran
Peran perawat sangat penting dalam proses penyembuhan pasien, oleh karena itu
untuk mencapai hasil keperawatan yang optimal, sebaiknya proses keperawatan
dilaksanakan secara berkesinambungan.
Bagi Mahasiswa: Diharapkan untuk menambah ilmu dan pengetahuan bagi mahasiswa
dalam mempelajari asuhan keperawatan pada pasien post ORIF Fraktur Femur sebagai acuan
atau referensi mahasiswa dalam penulisan laporan pendahuluan selanjutnya.
Bagi Rumah sakit RSUD dr. Doris Sylvanus: Diharapkan RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya khususnya ruang Dahlia, penulisan laporan pendahuluan ini di dapat sebagai
referensi bagi perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien post ORIF Fraktur
Femur, serta sebagai masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan yang lebih baik,
khususnya pada pasien Fraktur
Bagi Institusi Pendidikan: Diharapkan sebagai sumber bacaan di perpustakaan
STIKes Eka Harap Palangka Raya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan perawatan
di masa yang akan datang serta sebagai tolak ukur kemampuan mahasiswa dalam penguasaan
terhadap ilmu keperawatan mulai dari proses keperawatan sampai pendokumentasiaan.
26
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1
Cetakan III (Revisi). Jakarta Selatan. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1
Cetakan II. Jakarta Selatan. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan.
Edisi 1 Cetakan II. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Lukman, Ningsih Nurna (2012) Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.
Nur arif, Amin Huda (2015) Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
NANDA NIC-NOC. Yogkarta: Mediaction.
Reeves CJ, Roux G and Lockhart R (2001) Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba
Medika.
https://e-journal.poltekkes-palangkaraya.ac.id/jfk/article/view/75
27