Anda di halaman 1dari 53

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

A DENGAN DIAGNOSA MEDIS


HERNIA INGUINALIS DI RUANG FLAMBOYAN RSUD
Dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

Oleh :

Yosa Fernanda Iswanty


2020-01-14201-043

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2022/2023

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh:

Nama : Yosa Fernanda Iswanty

NIM : 2020-01-14201-043

Program Studi : S1 Keperawatan

Judul : “Asuhan Keperawatan Pada An.A Dengan Diagnosa Medis


Hernia Inguinalis Di Ruang Flamboyan RSUD Dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya”

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menempuh Praktik Praklinik Keperawatan II (PPK II) Pada Program Studi S-1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

PEMBIMBING PRAKTIK

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Yelstria Ulina T, S.Kep, Ners Erista , S.Kep.,Ners ,

ii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan “
Asuhan Keperawatan Pada An.D Dengan Diagnosa Medis Hernia Inguinalis Di
Ruang Flamboyan RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya” Asuhan
Keperawatan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK II).
Asuhan keperawatan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Rimba Apriyanti, S.Kep.,Ners Selaku Penanggung Jawab Mata Kuliah
Praktik Praklinik Keperawatan II.
4. Ibu Yelstria Ulina Tarigan, S.Kep.,Ners selaku pembimbing akademik
yang telah banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam
penyelesaian asuhan keperawatan ini
5. Ibu Erista., S.Kep.,Ners selaku pembimbing lahan yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat
kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan
pendahuluan ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Palangka Raya, 3 September 2022

Yosa Fernanda Iswanty

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitan...........................................................................................3
1.4.2 Bagi Mahasiswa.......................................................................................3
1.4.3 Bagi Klien dan Keluarga.........................................................................3
1.4.4 Bagi Institusi............................................................................................3
1.4.5 Bagi Iptek.................................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................4
2.1 Konsep Dasar Hernia......................................................................................4
2.1.1 Definisi....................................................................................................4
2.1.2 Etiologi....................................................................................................5
2.1.3 Klasifikasi................................................................................................5
2.1.4 Patofisiologi.............................................................................................7
2.1.5 Pathway....................................................................................................8
2.1.6 Manifestasi Klinis....................................................................................9
2.1.7 Komplikasi...............................................................................................9
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang...........................................................................9
2.1.9 Penatalaksanaan Medis..........................................................................10
2.2 Manajemen Keperawatan Hernia Inguinalis................................................12
2.3.1 Pengkajian..............................................................................................12
2.2.2 Diagnosa Keperawatan..........................................................................13
2.2.3 Intervensi...............................................................................................14
2.3.4 Implementasi..........................................................................................17
2.3.5 Evaluasi..................................................................................................17

iv
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................18
3.1 Pengkajian....................................................................................................18
3.2 Analisa Data.................................................................................................28
3.3 Prioritas Masalah..........................................................................................30
3.4 Intervensi......................................................................................................31
3.5 Implementasi dan Evaluasi...........................................................................38
BAB 4 PENUTUP.................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................47

v
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hernia berasal dari bahasa latin, herniae artinya penonjolan isi
suatu dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu membentuk kantong
dengan pintu berupa cincin.Hernia bisa juga disebut dengan nama Burut, yaitu
lubang atau robekan pada otot yang menutupi rongga perut di bawah lapisan
kulit. Lubang ini memungkinkan belitan usus menonjol keluar dan
membentuk benjolan di bawah kulit (Masriadi,2016).
Penonjolan ini sebenarnya merupakan sebuah kantung yang
letaknya di bawah kulit yang berbanding peritoneum (membran yang melapisi
ruang perut) biasanya terisi oleh organ yang biasanya merupakan selimut usus
yang istilah kedokterannya adalah omentum (Dr.H Masriadi, 2016).
Hernia inguinal lateralis merupakan kasus bedah digestif
terbanyak setelah apendisitis.Sampai saat ini masih merupakan tantangan
dalam peningkatan status kesehatan masyarakat. Dari keseluruhan jumlah
operasi di amerika serikat tindakan bedah hernia sebanyak 24,1 %. Insiden
hernia inguinalis di perkirakan di derita oleh 15 % populasi dewasa, 5 – 8 %
pada rentang usia 25 – 40 tahun dan mencapai 45 % pada usia 75 tahun. Pada
tahun 2012, hernia inguinalis menempati urutan ke delapan dengan jumlah
291.145 kasus (Monarchi A, Abdul R, Ismail H, 2013).
Hernia inguinalis lateralis yang perlu dilakukan oprasi adalah
hernia dengan komplikasi inkarserata dan hernia strangulate. Oprasi yang
dilakukan untuk mengatasi hal tersebut terdiri dari herniotomy dan herniorafi.
(Jitowiyono, 2016).Dampak kesehatan yang ditimbulkan pada klien yang di
lakukan herniotomy maupun herniorafi diantaranya nyeri, gangguan
mobilisasi, intoleransi aktivitas, dan resiko terjadinya infeksi, penurunan
peristaltic usus, penurunan dieresis, dan nyeri sekitar luka post operasi yaitu
sekitar perut (Jitowiyono, 2010).
Upaya yang dapat dilakukan oleh perawat adalah memberikan
asuhan keperawatan dengan melakukan pengkajian nyeri secara komperhensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan factor presipitasi,

1
observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan, gunakan teknik
komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien, bantu
pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan, lakukan
penanganan nyeri dengan non farmakologi yaitu teknik distraksi dan relaksasi
(Nurarif & Kusuma, 2015)

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka rumusan
masalah ini adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Pasien An.A
dengan Diagnosa Medis Hernia Inguinalis di RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Utama
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan
gambaran tentang Asuhan Keperawatan pada Pasien An.A Dengan
Diagnosa Hernia Inguinalis di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada Pasien An.A Dengan Diagnosa Hernia
Inguinalis di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
b. Menegakkan diagnosa keperawatan pada Pasien An.A Dengan
Diagnosa Hernia Inguinalis di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya.
c. Menyusun perencanaan tindakan keperawatan yang sesuai dengan
masalah keperawatan pada Pasien An.A Dengan Diagnosa Hernia
Inguinalis di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
d. Melaksanakan implementasi sesuai dengan perencanaan tindakan
keperawatan pada Pasien An.A Dengan Diagnosa Hernia Inguinalis di
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
e. Mengevaluasi dari pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah
dilakukan pada Pasien An.A Dengan Diagnosa Hernia Inguinalis di
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

2
1.4 Manfaat Penelitan
1.4.2 Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan
ilmu pengetahuan yang diperoleh.
1.4.3 Bagi Klien dan Keluarga
Diharapkan dapat mengedukasi keluarga untuk dapat selalu
menjaga kesehatannya dan sebagai sumber informasi pada keluarga
tentang Hernia Inguinalis.
1.4.4 Bagi Institusi
Menjadi sumber refrensi bagi institusi pendidikan maupun rumah
sakit.
1.4.5 Bagi Iptek
Hasil laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat peraktis
dalam keperawatan yaitu sebagai panduan perawat dalam pengelolaan
kasus pada pasien dengan Hernia Inguinalis.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Hernia
2.1.1 Definisi
Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah
dari dinding rongga bersangkutan. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas
hernia bawaan atau kongenital dan hernia dapatan atau akuisita. Berdasarkan
letaknya, hernia diberi nama sesuai dengan lokasi anatominya, seperti hernia
diafragma, inguinal, umbilikalis, fermoralis, insisional, epigastrika, dan hiatus.
(Syamsuhidajat, 2012).
Hernia inguinalis merupakan hernia yang paling umum terjadi dan muncul
sebagai tonjolan di area sekitar selangkangan atau skrotum. Hernia inguinalis
terjadi ketika dinding abdomen berkembang dan robek sehingga usus menerobos
ke bawah melalui celah tersebut. (Wibisono & Jeo, 2014).
Hernia inguinalis lateralis (indireek) adalah hernia yang melalui anulus
inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral vasa epigastrika inferior,
menyusuri kanalis dan keluar ke rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus
(Siti Aisyah,Dkk 2013).
Hernia sering terjadi dan muncul sebagai tonjolan dilipatan paha atau
skrotum. Biasanya orang awam menyebutnya turun berok atau hernia. Menurut
gejalanya, hernia dapat dibedakan antara: reponibel, ireponibel, inkarserata,
strangulata. Hernia reponibel adalah suatu hernia dengan isi hernia yang bisa
keluar masuk dari rongga abdomen ke kantong hernia dan sebaliknya, sedangkan
pada hernia ireponibel, isi hernia tidak bisa masuk atau dimasukkan ke dalam
rongga abdomen. Hernia inkarserata adalah hernia ireponibel ditambah jepitan
usus sehingga memberikan tanda-tanda ileus obstruktivus. Dan hernia strangulata
adalah hernia ireponibel ditambah dengan tanda-tanda gangguan sirkulasi lokal
daerah hernia karena ada iskemi atau nekrosis dari isi hernia, disini benjolan akan
terasa nyeri, tegang, edema atau bahkan tanda infeksi. (Nurarif & kusuma, 2015).
Jadi, dapat disimpulkan Hernia Inguinalis adalah menonjolnya suatu organ
atau struktur organ dari tempatnya yang normal melalui sebuah defek kongenital.

4
2.1.2 Etiologi
Menurut Jotowiyono dan Kristiyana Sari ( 2010 ) Etiologi hernia adalah
sebagai berikut :
a. Lemahnya dinding rongga perut. Dapat ada sejak lahir atau didapat kemudian
dalam hidup.
b. Akibat dari pembedahan sebelumnya.
c. Kongenital
1) Hernia kongenital sempurna Bayi sudah menderita hernia karena adanya
efek pada tempat-tempat tertentu.
2) Hernia kongenital tidak sempurna Bayi dilahirkan normal (kelainan belum
tampak) tapi dia mempunyai defek pada tempat-tempat tertentu (predisposisi)
dan beberapa bulan (0-1 tahun) setelah lahir akan terjadi hernia melalui defek
tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan tekanan intraabdominal (mengejan,
batuk, menangis).
d. Aquisal adalah hernia yang bukan disebabkan karena adanya defek bawaan
tetapi disebabkan oleh faktor lain yang dialami manusia selama hidupnya, antara
lain:
1) Tekanan intraabdominal yang tinggi. Banyak dialami oleh pasien yang
sering mengejan yang saat BAB maupun BAK.
2) Konstitusi tubuh. Orang kurus biasanya terkena hernia jaringan ikatnya yang
sedikit. Sedangkan pada orang gemuk juga dapat terkena hernia karena
banyaknya jaringan lemak pada tubuhnya yang menambah beban kerja
jaringan ikat penyokong pada LMR.
3) Banyaknya preperitoneal fat banyak terjadi pada orang gemuk.
4) Distensi dinding abdomen karena peningkatan tekanan intra abdominal.
2.1.3 Klasifikasi
Berikut macam-macam hernia berdasarkan letaknya menurut Handaya
(2017):
a. Hernia inguinalis adalah hernia yang paling umum terjadi dan muncul
sebagai tonjolan di slangkangan atau skrotum. Hernia inguinalis biasanya
terjadi ketika dinding abdomen berkembang sehingga usus menerobos ke

5
bawah melalui celah. Jika anda merasa ada dibawah perut benjolan lembut,
kecil, anda mungkin terkena hernia ini, hernia tipe sering terjadi pada laki-
laki dari pada perempuan.
b. Hernia inguinalis femoralis, muncul sebagai tonjolan pada pangkal paha.
Tipe ini lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria.
c. Hernia Insisional dapat terjadi melalui pasca operasi perut. Hernia ini
muncul disekitaran pusar yang terjadi ketika otot sekitar pusar tidak menutup
sepenuhnya.
d. Hernia Umbilicalis, berkembang didalam disekitar umbilicus (pusar) yang
disebabkan bukan pada dinding perut, yang biasanya menutup sebelum
kelahiran, tidak menutup sepenuhnya. Orang jawa biasnya menyebutnya
“wudel bodong”. Jika kecil (kurang dari satu centimeter), hernia jenis ini
biasanya meutup secara bertahap sebelum usia 2 tahun.
e. Hernia Epigastric yaitu penonjolan isi perut yang letaknya antara pusar
dengan batas bawah tulang rusuk, terletak antara bagian bawah perut, berisi
jaringan lemak jaringan berisi usus,biasanya tidak nyeri dan benjolan sulit
didorong masuk Kembali.
f. Hernia Hiatal adalah kondisi di mana kerongkongan (pipa tenggorokan
turun, melewati diafragma melalui celah yang disebut hiatus sehingga
sebagian perut menonjol ke dada (toraks).
g. Hernia nucleus pulposi (HNP) adalah hernia yang melibatkan cakram tulang
belakang. Di antara setiap tulang belakang ada diskus intervertebraslis yang
menyerap goncangan cakram dan meningkatkan elastistas dan mobilitas
tulang belakang. Karena aktivitas dan usia, terjadi herniasi diskus
intervertebralis yang menyebabkan saraf terjepit (sciatica). HNP umumnya
terjadi di punggung bawah pada tiga vertebra lumbar bawah

6
2.1.4 Patofisiologi
Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
dari kehamilan, terjadinya desensus vestikulorum melalui kanal tersebut.
Penurunan testis itu akan menarik peritoneum yang disebut dengan prosesus
vaginalis peritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus ini telah mengalami
obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut.
Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup, karena testis yang kiri turun
terlebih dahulu dari yang kanan, maka kanalis inguinalis yang kanan lebih sering
terbuka. Dalam keadaan normal, kanal yang terbuka ini akan menutup pada usia 2
bulan. Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila kanal
terbuka terus, karena prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia
ingunalis lateralis kongenital.
Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia.
Antara lain obstruksi usus sederhana hingga perforasi (lubangnnya) usus yang
akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel atau peritonitis (Jitowiyono dan
Kristiyanasari, 2010).

7
2.1.5 Pathway

Sumber : Muhammad Hasbi ( 2018 )

8
2.1.6 Manifestasi Klinis
Menurut Nuraruf & Kusuma (2015):
a. Berupa benjolan keluar masuk/keras dan yang tersering tampak benjolan
di lipat paha.
b. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai
perasaan mual.
c. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi.
d. Bila terjadi hernia inguinalis strangulate perasaan sakit akan bertambah
hebat serta kulit diatasnya menjadi merah dan panas.
e. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing (dysuria) disertai hematuria (kencing
darah) disamping benjolan dibawah sela paha.
f. Hernia diafragamtika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai
sesak nafas.
g. Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah
besar

2.1.7 Komplikasi
Komplikasi yang di timbulkan dari hernia menurut Rudi Heryono (2012)
antara lain :

a. Hernia berulang
b. Hematoma
c. Retensi urin
d. Infeksi pada luka
e. Nyeri kronis atau akut
f. Pembengkakan testis karena atrofi testis
g. Rekurensi hernia (sekitar 2%)
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada penyakit hernia ( Nurarif dan Kusuma,
2015) adalah sebagai berikut :
a. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam
usus/obstruksi usus.

9
b. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah
putih dan ketidak seimbangan elektrolit.
2.1.9 Penatalaksanaan Medis
Menurut Nurarif & Kusuma (2015) penanganan hernia ada dua
macam:
a. Konservatif (Townsend CM)
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan
melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang
untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Bukan
merupakan tindakan definitive sehingga dapat kambuh
kembali. Terdiri atas
1) Reposisi
Reposisi adalah suatu usaha untuk mengembalikan isi
hernia ke dalam cavum peritonii dan abdomen. Reposisi
dilakukan secara bimanual. Reposisi dilakukan pada
pasien dengan hernia reponibilis dengan cara
menggunakan dua tangan. Reposisi tidak dilakukan pada
hernia inguinalis strangulata kecuali pada anak- anak.
2) Suntikan
Dilakukan penyuntikan cairan sklerotik berupa alkohol
atau kinin di daerah sekitar hernia, yang menyebabkan
pintu hernia mengalami sclerosis atau penyempitan
sehingga isi hernia keluar dari cavum peritonii.
3) Sabuk Hernia
Diberikan pada pasien yang hernia masih kecil dan
menolak dilakukan operasi.
b. Operatif
Operasi hernia dilakukan dalam tiga tahap:
1) Herniotomy
Membuka dan memotong kantong hernia serta
mengembalikan isi hernia ke cavum abdominalis.

10
2) Hernioraphy
Mulai dari mengikat leher hernia dan menggantungkannya
pada conjoint tendon (penebalan antara tepi bebas
m.obliquus intraabdominalis dan m.transversus abdominis
yang berinsersio di tuberculum pubicum).
3) Hernoplasty
Menjahitkan conjoint tendon pada ligamentum inguinal
agar LMR menghilang/tertutup dan dinding perut jadi
lebih kuat karena tertutup otot. Hernioplasty pada hernia
inguinalis lateralis ada bermacam-macam menurut
kebutuhannya (Ferguson, Bassini, Halstedt, Hernoplasty
pada hernia inguinalis media dan hernia femoralis
dikerjakan dengan cara Mc.Vay)
Operasi hernia pada anak dilakukan tanpa hernioplasty,
dibagi menjadi dua yaitu:
a) Anak berumur kurang dari 1 tahun: menggunakan teknik
Michele
b) Anak berumur lebih dari 1 tahun: menggunakan teknik
POTT.

11
2.2 Manajemen Keperawatan Hernia Inguinalis
Dilakukan secara terstruktur dan terencana, khususnya bagi mereka
yang untuk mengidentifikasi masalah gangguan pola tidur serta
mengumpulkan data-data yang bertujuan untuk menyusun suatu rencana
keperawatan, perawat perlu melakukan pengkajian keperawatan. Hal-hal yang
perlu dikaji sebagai berikut :
2.3.1 Pengkajian
a. Identitas pasien berupa nama, tanggal lahir, umur, jenis kelamin, suku
bangsa, status, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat nomor RM, tanggal
masuk MRS, dan diagnosa medis
b. Identitas penanggung jawab berupa nama, tempat tanggal lahir, jenis
kelmain, status, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status hubungan
dengan pasien
c. Catatan medis
1) Kaji riwayat gangguan pola tidur dan nyeri
2) Kaji tanda-tanda vital : Tekanan darah, Pernapasan, Nadi, Suhu
3) Riwayat Kesehatan :
a. Keluhan utama
b. Riwayat kesehatan sekarang
c. Riwayat kesehatan dahulu (operasi)
d. Riwayat kesehatan keluarga
4) Pengkajian Fungsional Gordon
a. Pola persepsi dan pemeliharaan tubuh
b. Pola nutrisi
c. Pola eliminasi
d. Pola istirahat dan tidur
e. Pola personal hygine
f. Pola aktiitas dan latihan
g. Pola manajemen kesehatan
h. Pola konsep diri
i. Pola hubungan dan peran
j. Pola seksual dan reproduksi

12
5) Pemeriksaaan Fisik
a. Keadaan umum dan kesadaran umum
b. Tanda-tanda vital, meliputi : tekanan darah, nadi, pernapasan, dan
suhu
c. Pemeriksaan fisik
d. Data penunjang
e. Program terapi
f. Data fokus
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang muncul setelah di lakukan analisa masalah sebagai hasil
dari pengkajian. Secara garis besar, diagnosa keperawatan yang sering timbul
pada pasien Post Operasi Hernia Inguinalis menurut (Muttaqin dan Sari, 2012) :
1. Nyeri akut ( D.0077 ) berhubungan dengan pencedera fisik (misalnya abses,
amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma,
latihan fisik berlebihan).
2. Resiko infeksi ( D.0142 )ditandai dengan Efek prosedur Infasif

13
2.2.3 Intervensi

Tu
jua
Diagnosa Keperawatan n Intervensi

dila
kuk tind
1. Nyeri akut berhubungan Setelah an akan Manajemen Nyeri I.08238, hal 201)
sel
am 1x7
dengan diskontuinitas keperawatan a jam Observasi :
terk
ontr
jaringan (D.0077.Hal diharapkan nyeri dapat ol 1. Identifikasi lokasi,karakteristik,durasi
172) dengan kriteria hasil : frekuensi,kualitas,intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri pasien
3. Identifikasi respon nyeri secara non verbal
menurun.
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
2. Meringis pasien menurun. 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

3. Skala nyeri berkurang 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri


7. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
4. Kegelisahan pasien menurun.
diberikan
5. Ketegangan otot pasien. 8. Monitor efek samping penggunaan analgesic
Terapeutik :
6. Kesulitan tidur pasien menurun
1. Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri.
7. Kemampuan menuntaskan
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
aktivitas pasien meningkat. 3. Fasilitasi istirahat dan tidur

14
15
8. TTV dalam batas normal 4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab,periode,dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
5. Anjurkan teknik nonfamakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgesic

Resiko Infeksi berhubungan Setelah dilakukan tindakan


dengan kerusakan integritas keperawatan selama 1x 7 jam maka
kulit integritas kulit meningkat Observasi :

SDKI (D.142 Hal 304) Kriteria Hasil : 1.Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik.

1. Nyeri menurun Terapeutik :


2. Kemerahan menurun

16
3. Bengkak menurun 1. Batasi jumlah pengunjung.
4. Integritas kulit dan jaringan 2.Berikan perawatan kulit pada area edema.
membaik 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
5. Perfusi jaringan meningkat lingkungan pasien.
6. Kerusakan jaringan menurun 3. Pemberian teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi.
7. Kerusakan lapisan kulit menurun Edukasi:
8. Nyeri menurun 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
9. TTV batas normal 2. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi.
3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi.
4. Anjurkan meningkatkan asupan cairan.

17
2.3.4 Implementasi
Jika perencanaan yang dibuat kemudian diaplikasikan kepada klien
adalah contoh dari tahap implementasi. Tindakan yang dilakukan mungkin
sama, mungkin juga berbeda dengan urutan yang telah dibuat pada
perencaaan. Menurut ( Cahyono, T. (2018). aplikasi yang dilakukan kepada
klien akan berbeda, diseuaikan dengan kondisi klien pada saat itu dan
kebutuhan yang paling dirasakan oleh klien.
Menurut (Potter & Perry, 2017)implementasi keperawatan ialah
serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat untuk membantu
klien dari masalah kesehatan yang dihdapi ke status kesehatan yang lebih
baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.

2.3.5 Evaluasi

Pada tahap ini kita membandingkan hasil tindakan yang telah


dilakukan dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan serta menilai apakah
masalah yang terjadi sudah teratasi seluruhnya, hanya sebagian, atau bahkan
belum teratasi semuanya. Evaluasi dilakukan dengan pendekatan pada
SOAP, yaitu S untuk data subjektif ialah data yang diutarakan klien dan
pandangannya tehadap data tersebut, O untuk data objektif ialah data yang
didapat dari hasil observasi perawat, termasuk tanda-tanda klinik dan fakta
yang berhubungan dengan penyakit klien, A untuk analisis ialah analisa
ataupun kesimpulan dari data subjektif dan objektif, P untuk perencanaan
ialah pengembangan rencana segera atau yang akan datang untuk mencapai
status kesehatan klien yang optimal (Nugroho, T. (2017)

18
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
I. Anamnesa
1. Identitas pasien
Nama Klien : An. A
TTL : Palangka Raya, 10 Agustus 2022
Jenis kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Suku : Dayak Banjar
Pendidikan : Belum Sekolah
Alamat : Jln. Wisata 1
Diagnosa medis : Hernia Inguinalis
2. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. M
TTL : Banjarmasin, 20 November 1992
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Dayak Banjar
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jln. Wisata 1
Hubungan keluarga : Ayah pasien
3. Keluhan utama
Orang tua pasien mengatakan bahwa anak rewel dan sering menangis,
meringis Ketika luka post operasi nya disentuh. Skala nyeri 4
4. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pada tanggal 1 Oktober 2022 keluarga pasien membawa pasien ke
rumah sakit dengan keluhan terdapat benjolan pada bagian
selangkangan kiri klien. Benjolan ini baru diketahui oleh keluarga
setelah pasien berusia 25 hari dan dirasa semakin membesar. Pasien
masuk melalui UGD dan dilakukan pemeriksaan TTV dengan hasil
N : 148x/menit, R : 30x/menit, S : 36,7 ℃ , SPO2 : 99 %. Setelah
dilakukan pemeriksaan didapatkan diagnose medis Hernia Ingunalis

19
b. Riwayat kesehatan lalu :

1) Riwayat prenatal : - Ibu pasien selalu memeriksa


kehamilannya tiap 2 bulan ke bidan.
Keluhan selama hamil di rasakan oleh
ibu yaitu mual – muntah pada usia
kehamilan trimester I
2) Riwayat natal : - Tempat melahirkan : Bidan Praktek
Persalinan : Normal
Penolong persalinan : Bidan
Usia Kehamilan : 38 minggu
BB Lahir : 2700 gram.

3) Riwayat post natal : Kondisi saat lahir bayi normal. pasien


pada saat lahir tidak mengalami asfiksia
dan bernapas spontan.

4) Penyakit sebelumnya : Pasien tidak memiliki Riwayat penyakit


lain sebelumnya.

5) Imunisasi : Belum Lengkap


Jenis BCG DPT Polio Campak Hepatitis TT

Usia 1 bulan Belum 1 bulan Belum Baru Lahir Belum


dilakukan dilakukan dilakukan

b) Riwayat kesehatan keluarga


Ibu An. A mengatakan tidak ada riwayat penyakit keluarga seperti yang
dialami klien, keluarga tidak memiliki riwayat penyakit keturunan dan
penyakit menular.

20
c) Susunan genogram 3 (tiga) generasi

Keterangan :

: Laki-laki : Garis Keturunan

: Perempuan ------ : Garis Serumah

: Klien

: Meninggal

: Garis Perkawinan

II. Pemeriksaan fisik


1. Keadaan umum : Kesadaran composmentis , pasien hanya berbaring
di atas tempat tidur, pasien terpasang infus DS ½ NS 19.

2. Tanda vital
Tekanan darah : - mmhg
Nadi : 108 x/mnt
Suhu : 36,4 ˚C
Respirasi : 23 x/mnt

21
3. Kepala dan wajah
a. Ubun-ubun
Kondisi ubun-ubun bayi dalam keadaan menutup, cembung, dan
tidak mengalami adanya kelainan seperti hidrocefalus maupun
microcephalus. Wajah simetris.
Lain-lain: tidak ada kelainan
b. Rambut
Rabut bayi dalam keadan warna hitam, distribusi merata dan
rambut tampak tipis, keadaan rambut tidak megalami kerontokan,
tidak mudah di cabut, dan rambut tampak kusam dan lepek
Lain-lain: tidak ada kelainan / gangguan pada rambut.
c. Kepala
Pada saat melakukan pemeriksaan bagian kepala keadaan kulit
kepala bersih, bayi tidak mengalami adanya peradangan dan tidak
terdapat benjolan di bagian kepala.
Lain-lain : Tidak terdapat kelainan pada bagian kepala
d. Mata
Pada saat melakukan pemeriksaan bagian mata, mata tampak
simetris, conjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, reflek
pupil, isokor, pupil mengecil saat di ransang cahaya, tidak ada
oedem palpebra, ketajaman penglihatan baik karena bayi dapat
melihat ke arah orang disekitarnya.
Lain-lain : tidak ada kelainan pada bagian mata
e. Telinga
Pada saat melakukan pemeriksaan bagian telinga, bentuk simetris,
tidak ada serumen/secret, tidak terjadi adanya peradangan,
ketajaman pendengaran pasien menoleh dan merespon saat di
panggil .
Lain-lain : tidak ada kelainan pada telinga

22
f. Hidung
Pada saat melakukan pemeriksaan bagian telinga, bentuk telinga
simetris, tidak ada seruman/secret, tidak terpasang O 2, fungsi
penciuman pasien berusia 1 bulan 24 hari belum dapat
mengungkapkan apa aroma yang di cium.
Lain-lain: tidak ada kelainan pada hidung.
g. Mulut
Pada saat melakukan pemeriksaan bagian mulut, bibir tidak
mengalami intak, tidak stenosis, bibir dalam keadaan lembab,
palatum keras.
Lain-lain : Tidak ada masalah pada mulut
h. Gigi
Bayi usia 1 bulan 24 hari belum mempunyai gigi
lain-lain : tidak ada
4. Leher dan tengorokan
Pada saat melakukan pemeriksaan leher dan tenggorokan, bentuk
dalam keadaan simetris, reflek menelan pasien bisa meneguk susu,
tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada pembesaran vena jugularis,
tidak ada benjolan, dan tidak ada peradangan.
Lain-lain : Tidak ada masalah
5. Dada
Pada saat melakukan pemeriksaan bagian dada, dada tampak simetris,
tidak ada retraksi, bunyi nafass vesikuler, tipe pernafasan dada, bunyi
jantung lup-dup, iktus cordis tidak tampak, bunyi tambahan ada, tidak
ada nyeri di bagian dada.
Lain-lain : tidak ada kelainan di bagian dada
6. Punggung
Pada saat melakukan pemeriksaan pada bagian punggung, bentuk
punggung tampak simetris, tidak ada peradangan, tidak ada benjolan.
Lain-lain : tidak ada peradangan, benjolan
maupun gangguan lainnya
pada bagian punggung

23
7. Abdomen
Pada saat melakukan pemeriksaan di bagian abdomen, bentik abdomen
tampak simetris, bising usus hiperperistaltik 5 x/mnt, tidak ada asites,
tidak ada massa, tidak ada hepatomegaly, tidak ada spenomegali,
Nyeri pada bagian abdomen bawah, Luka Operasi, Skala nyeri 4.
Lain-lain : Nyeri Akut berhubungan dengan
agen pencedera fisik ( Prosedur
operasi )
8. Ektremitas
Pada saat melakukan pemeriksaan bagian ekstremitas,
pergerakan/tonus otot bergerak normal, tidak oedem, tidak ada
sianosis, tidak ada clubbing finger, keadaan kulit/turgor kulit lemah,
kulit elastis > 2 detik
Lain-lain : tidak ada kelainan pada
ekstermitas.
1. Genetalia
a. Laki-laki
Pada saat melakukan pemeriksaan bagian genetalia, genetalia
dalam keadaan bersih, keadaan skortum bagian kiri sedikit
bengkak dan agak merah
Lain-lain : Resiko infeksi Post operasi
herniotomy

II. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan


1. Gizi : Gizi Normal, tidak ada penurunan
BB
2. Kemandirian dalam bergaul : Pasien belum bisa bergaul di usia 1
bulan
3. Motorik halus : Pasien sudah bisa mengenggam misalnya
mengenggam jari ibunya.
4. Motorik kasar : Pasien belum bisa duduk ataupun merangkak
5. Kognitif dan bahasa: : Pasien belum dapat berbicara .

24
6. Psikososial : Pasien terlihat dekat dengan orang tuanya.

25
III. Pola Aktifitas sehari-hari
No. Pola Kebiasaan Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Nutrisi : Tidak ada perubahan
a. Frekuensi a. 6-8 x atau lebih / hari nafsu makan pasien
b. Nafsu makan/selera ( dot 60 cc )
c. Jenis makanan b. Normal
c. Susu
2. Eliminasi :
a. BAB
Frekuensi 1-2 kali/hari Belum BAB post operasi
Konsistensi Lembek
b. BAK Frekuensi BAK tidak
Frekuensi 4-8 kali/hari berubah
Konsistensi Cair
3. Istirahat dan Tidur
a. Siang/jam a. 1-2 jam c. 1 jam
b. Malam/jam b. 7-9 jam 5-6 jam
( Gangguan pola tidur
berhubungan dengan nyeri
akut post operasi )
4. Personal Hygiene Belum mandi selama
a. Mandi a. 3 kali/hari dirawat di RS, hanya di lap
b. Oral hygiene b. 2 kali/hari menggunakan tissue basah

26
IV. Data Penunjang
Hasil Pemeriksaan Laboratorium tanggal 1 Oktober 2022
PARAMET UNIT REFERENCE
ERS RANGES

WBC 15.79 + [10^3/uL] WBC

RBC 43.68 [1Ø^6/uL]


( 4 . 50 – 11.
RBC IP Message
HGB 12.2 [g/dL] ØØ )

HCT 35.6 – [%] RBC

MCV 96.7 – [fL]


( 4 . ØØ – 6 .
MCH 33.2 [pg] ØØ )

MCHC 34.3 [g/dL] HGB

PLT 328 [10^3/uL]


( 10 . 5 –
RDW-SD 50.5 [fL] 18 . Ø )

RDW-CVB 14.0 [%] HCT WBC IP Message

PDW 10.4– [fL]


( 37 . Ø –
MPV 810.3– [fL] 48 . Ø )

P-LCR 13.2 – [%] MCV

PCT Ø.25 [%]


( 86 . 6 –
102 . Ø )

NEUT 8.64 * [1Ø^3/uL] MCH


4.41 *
LYMPH [1Ø^3/uL]
PLT IP Message
1.29 * ( 25.6 - 3
MONO [1Ø^3/uL] Ø. 7 )

27
EO Ø. Ø Ø [1Ø^3/uL] MCHC

BASO Ø. Ø1 [1Ø^3/uL]
( 28.2 – 31 .
IG Ø. Ø2 [1Ø^3/uL] 5 )

PLT

NEUT% 6 Ø.2 * [%]


( 15 Ø - 4
LYMPH 2 Ø.7 * [%] ØØ )
9.
MONO% [%] RSW-SD
10. Ø *
EO% 11. [%]
( 38.Ø - 5
Ø. Ø
BASO% [%] Ø.Ø )

IG% Ø.6* [ RDW-CV

Hasil Pemeriksaan Laboratorium tanggal 1 Okrober 2022


PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN

HBsAg Negatif Negatif

Clotting time 4 ‘’ 00 “ 4-10 Menit

Bleeding time 2”00” 1-3 Menit

Glukosa sewaktu 76 <200 Mg/dl

Ureum 11 21-53 Mg/dl

Kreatinin 0,42 0,17-1,5 Mg/dl

28
 Penatalaksanaan Medis
Nama Obat Dosis dan Cara Indikasi
Pemberian

Cefotaxime 2 x 125mg ( IV ) Cefotaxime termasuk dalam golongan


antibiotik sefalosporin yang bekerja
dengan cara membunuh bakteri dan
menghambat pertumbuhannya. Selain
mengobati infeksi bakteri, cefotaxime juga
bisa mencegah infeksi pada luka operasi.

Antrain 2x45 mg ( IV ) Obat Antrain adalah obat yang dikonsumsi


untuk menangani demam dan merupakan
anti nyeri. Obat ini mengandung natrium
metamizole (dipiron). Natrium metamizole
merupakan turunan dari metansulfonat
yang berasal dari aminoprin. Biasanya,
obat Antrain ini dimanfaatkan untuk
mengurangi rasa nyeri yang terjadi setelah
seorang pasien menjalani operasi.

Palangkaraya, 3 Oktober 2022

Mahasiswa

Yosa Fernanda Iswanty

29
3.2 Analisa Data
ANALISA DATA
DATA SUBYEKTIF KEMUNGKINAN
MASALAH
DAN DATA OBYEKTIF PENYEBAB
Ds : Agen Pencedera Fisik
Orang tua pasien
mengatakan pasien kadang Kerusakan sel Nyeri Akut (D.0077)
menangis cerewet dengan
ekspresi meringis menahan Pelepasan mediator nyeri
sakit. pasien merasa nyeri
luka post operasi dibagian
bawah oerut sebelah kiri Merangsang reseptor
dengan skala nyeri 4
Dihantar serabut A &
Do : serabut C
- Pasien tampak
meringis, cerewet
Medula spinalis
- Pasien tampak
gelisah
- Pasien post operasi Otak

H0
TTV Persepsi nyeri
Nadi : 102 x/mnt
Suhu: 36,4 ˚C
Respirasi : 23 x/mnt
Nyeri Akut

DS : Peningkatan rangsangan Gangguan Pola


Orang tua pasien nociceptor Tidur
mengatakan bahwa pasien ( D.0055 )
susah untuk tidur, tidur
sebentar lalu terbangun. Nyeri

DO :
 Pasien tampak rewel Ketidaknyamanan
 Pasien ingin digendong
terus Tidak mampu memasuki
fase NREM

Gangguan Pola tidur

30
Ds : Trauma jaringan akibat Resiko Infeksi
Orang tua pasien prosedur ( D.0055 )
mengatakan daerah sekitar invasive/tindakan
operatif
luka operasi sedikit
bengkak
Adanya proses inflamasi
Do : luka post operasi
- Dolor : Nyeri tekan
- Kalor : Tidak
terasa panas
Terpapar organisme luar
- Tumor : Adanya
pembengkakan
area sekitar luka Resiko infeksi
post operasi
- Rubor :Terlihat
sedikit bengkak
- Leukosit : 15.79

31
3.3 Prioritas Masalah
PRIORITAS MASALAH

No Diangnosa Keperawatan Dasar

1. Nyeri akut (D. 0077)

Nyeri akut berhubunga dengan agen pencedera fisik ( prosedur operasi )


dibuktikan dengan pasien kadang menangis cerewet dengan ekspresi
meringis menahan sakit. pasien merasa nyeri luka post opersi dengan
skala nyeri 4
 Nadi : 102 x/mnt
 Suhu: 36,4 ˚C
 Respirasi : 23 x/mnt

2. Gangguan Pola Tidur (D.0055)

Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya peningkatan respon


rangsang nyeri ( nociceptor ) akibat dari adanya prosedur operasi ditandai
dengan Orang tua pasien mengatakan bahwa pasien susah untuk tidur,
tidur sebentar lalu terbangun.

 Pasien tampak rewel


 Pasien ingin digendong terus
3. Resiko Infeksi (D.1042)

Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan akibat prosedur


invasive/Tindakan operatif dan adanya proses inflamasi luka post operasi
ditandai dengan Dolor : Nyeri tekan, Kalor : Tidak terasa panas, Tumor :
Adanya pembengkakan area sekitar luka post operasi, Rubor :Terlihat
sedikit bengkak, Leukosit : 15.79

32
3.4 Intervensi

Nama : An. A
Ruang : Ruang Flamboyan

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional

Nyeri akut berhubungan Tingkat Nyeri ( L.08066 Hal. Manajemen Nyeri I.08238, hal  Sebagai upaya untuk
dengan agen pencedera fisik 145) 201) mengetahui
( prosedur operasi ) SDKI Setelah dilakukan tindakan Observasi : lokasi,karakteristik,
(D.0077) keperawatan selama 1x7
jam diharapkan tingkat nyeri 1. Identifikasi durasi frekuensi,
dapat terkontrol lokasi,karakteristik,durasi kualitas, intensitas nyeri
dengan kriteria hasil : frekuensi,kualitas,intensitas  Mengetahui skala nyeri
1. Keluhan nyeri pasien nyeri yang dirasakan pasien
2. Identifikasi skala nyeri  Mengetahui respon
menurun.
3. Identifikasi respon nyeri nyeri secara non verbal
2. Meringis pasien menurun
secara non verbal
 Upaya yang dilakukan
3. Skala nyeri berkurang 4. Identifikasi faktor yang
untuk Mengetahui
4. Kegelisahan pasien menurun memperberat dan
factor yang

33
memperingan nyeri memperberat dan
5. Identifikasi pengetahuan dan memperingan nyeri
keyakinan tentang nyeri  Pengetahuan tentang
6. Identifikasi pengaruh budaya nyeri akan membantu
terhadap respon nyeri pasien dalam
7. Monitor keberhasilan terapi manajemen nyeri
komplementer yang sudah  Budaya berpengaruh

Diberikan dalam respon nyeri

8. Monitor efek samping  Menggunakan Teknik

penggunaan analgesic nonfarmakologi untuk


mengurangi rasa nyeri.
Terapeutik :
 Mengelola lingkungan
1. Berikan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi rasa nyeri. yang dapat mengurangi
rasa nyeri
2.Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri  istirahat dan tidur akan
3.Fasilitasi istirahat dan tidur membantu mengurangi

Edukasi : nyeri

1.Jelaskan penyebab,periode,dan  Memberi penjelasan


pemicu nyeri tentang penyebab,

34
2.Jelaskan strategi meredakan periode, dan pemicu
nyeri nyeri
3.Anjurkan memonitor nyeri  Keluarga pasien
secara mandiri
mengetahui strategi
4.Anjurkan menggunakan
untuk meredakan nyeri
analgesik secara tepat
 Menganjurkan Keluarga
5.Anjurkan teknik nonfamakologis
untuk memonitor nyeri
untuk mengurangi rasa nyeri
secara mandiri
Kolaborasi :

1.Kolaborasi pemberian analgesic

Gangguan pola tidur


berhubungan dengan nyeri akut Pola Tidur ( L.05045 ) Dukungan tidur (I.05174)  Sebagai upaya untuk
post operasi herniatomi ( SDKI Setelah dilakukan tindakan Observasi mengetahui bagaimana
D.0055 ) keperawatan selama 1x7 pola tidur pasien
jam diharapkan Pola Tidur 1. Identifikasi pola
 Upaya untuk mengetahui
pasien membaik aktivitas dan tidur
apa factor yang
dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi factor
mengganggu kualitas tidur
1. Keluhan sulit tidur pengganggu tidur
pasien
menurun (fisik dan/atau
 Minuman seperti kopi dan
2. Keluhan sering terjaga psikologis )
makan mendekati waktu

35
menurun 3. Identifikasi makanan tidur akan mengganggu
3. Keluhan tidak puas dan minuman yang pola tidur
tidur menurun mengganggu tidur (mis  Lingkungan yang tenang
kopi,the,alcohol,makan akan menciptakan tidur
mendekati waktu yang nyaman
tidur ,minum banyak  Membantu membuat
air waktu tidur) lingkungan yang nyaman
4. Identifikasi obat tidur agar pasien mendapatkan
yang di konsumsi tidur berkualitas
 Dengan mengetahui
Terapeutik : pentingnya tidur yang
5. Modifikasi cukup saat sakit,
Lingkungan (misnya diharapkan keluarga dapat
pencahayaan, membantu pasiern
kebisingan,suhu, mendapatkan tidur yang
tempat tidur ) cukup
6. Fasilitasi
menghilangkan stress
sebelum tidur
7. Tetapkan jadwal
tidur rutin
8. Sesuaikan jadwal
pemberian obat dan
atau tindakan untuk
menunjang siklus

36
tidur terjaga.
Edukasi :
9. Jelaskan pentingnya
tidur cukup selama
sakit
10. Anjurkan menepati
kebiasaan waktu
tidur
11. Anjurkan
menghindari
makanan/minuman
yang mengganggu
tidur
12. Anjurkan
penggunaan obat
tidur yang
berkontribusi
terhadap gangguan
pola tidur.

Risiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Infeksi I.14539  Kemerahan dan bengkak
dengan trauma jaringan akibat keperawatan selama 1x7 jam (hal.278) merupakan gejala infeksi
prosedur invasive ( SDKI pertemuan diharapkan resiko
D.0142) infeksi tidak terjadi.  Mencegah agar pasien
Observasi :
tidak terpspsr orgasme dari

37
Dengan Kriteria Hasil : 1. Monitor tanda dan luar
gejala infeksi local dan  Jaga area luka agar tetap
1. Nyeri menurun
sistemik. kering
2. Kemerahan menurun
Terapeutik :  Dengan mencuci tangan
3. Bengkak menurun
1. Batasi jumlah akan mencegah resiko
pengunjung. infeksi
2. Berikan perawatan  Membantu keluarga agar
kulit pada area luka. dapat mengetahui gejala
3. Cuci tangan sebelum infeksi secara mandiri
dan sesudah kontak  Sebagai upaya supaya
dengan pasien dan pasien maupun keluarga
lingkungan pasien. dapat memeriksa keadaan
4. Cuci tangan sebelum luka operasi pasien
dan sesudah menyentuh  Mengonsumsi nutrisi yang
area luka post baik akan membantu
episiotomi mempercepat proses
Edukasi: penyembuhan luka post
1. Jelaskan tanda dan operasi
gejala infeksi.

38
2. Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka atau luka operasi.
3. Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi.
4. Anjurkan
meningkatkan asupan
cairan.
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
obat

3.5 Implementasi dan Evaluasi


Nama : An. A
Ruang : Ruang Flamboyan

Hari / Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda Tangan dan


Tanggal

39
Jam Nama Perawat

Senin, 3 Nyeri Akut ( D. 0077 ) S : Ibu pasien mengatakan meringis pasien sudah
Oktober 1. Mengendenfikasi skala nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan
2022
2. Mengidentifikasi respon nyeri secara O:
22.00
WIB non verbal  Setelah Tindakan tampak meringis
3. Mengidentifikasi faktor yang berkurang dengan skala nyeri 3
 Pasien tampak tidur setelah diberikan
memperberat dan memperingan nyeri
Teknik masase
4. Memberikan teknik nonfarmakologi  Pasien tampak lebih nyaman tidur di
Yosa Fernanda Iswanty
untuk mengurangi rasa nyeri. pangkuan ibunya
 Pasien sudah diberikan injeksi antrain
5. Menganjurkan keluarga untuk
2x45mg
memberikan posisi klien senyaman
 Nadi : 102 x/m
mungkin
RR : 24x/m
6. Kolaborasi pemberian analgesic
Suhu : 36,6℃
7. Melakukan Pemeriksaan TTV

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi di lanjutkan

Senin, 3 Risiko Infeksi (D.1042 ) S : Ibu pasien mengatakan bengkak dan


Oktober kemerahan pada daerah luka operasi sudah
1. Mengidentifikasi resiko infeksi berkurang
2. Mengajarkan orang tua pasien menjaga

40
2022 kebersihan anaknya O:
22.00 3. Menganjurkan orang tua pasien menjaga
 Tampak kemerahan dan bengkak
WIB luka agar tetap kering
berkurang
4. Mengajarkan orang tua pasien tentang
 Orang tua pasien tampak bisa menjaga
mencegah infeksi
kebersihan dan menjaga agar daerah luka
5. Pemberian obat cefotaxime 2x 125 Mg post operasi tetap kering
 Orang tua pasien tampak mencuci tangan
sebelum menggendong pasien Yosa Fernanda Iswanty
 Pasien sudah diberikan injeksi Cefotaxime
2x125 Mg
A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi di lanjutkan

Senin, 3 Gangguan Pola Tidur ( D.0055) S : Ibu pasien mengatakan anaknya sudah bisa
Oktober tidur dan terjaga berkurang.
1. Mengidentifikasi factor pengganggu tidur
2022
O:
22.15 2. Menganjurkan keluarga dan keluarga pasien lain
WIB untuk tidak membuat suara yang dapat mengganggu  Tampak pasien terganggu tidurnya karena
merasa nyeri
3. Menjelaskan pentingnya tidur saat sedang sakit
 Keluarga pasien tampak bisa memodifikasi
4. Menganjurkan untuk selalu menepati kebiasaan lingkungan menjadi lebih tenang
waktu tidur anak  Orang tua pasien tampak paham tentang
pentingnya tidur saat sakit dan pemulihan
5. Menganjurkan ibu memberi posisi yang nyaman post operasi anaknya

41
dengan memangku/menggendong anaknya  Tampak pasien dapat tertidur dalam Yosa Fernanda Iswanty
pangkuan ibunya

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

Selasa, 4 Nyeri Akut ( D. 0077 ) S : Ibu pasien mengatakan pasien tidak rewel lagi
Oktober 1. Mengendenfikasi skala nyeri
2022
2. Mengidentifikasi respon nyeri secara
17.30
WIB non verbal.
O:
3. Menganjurkan keluarga untuk
memberikan posisi klien senyaman  Setelah di injeksi tampak meringis pasien
mungkin berkurang dengan skala nyeri 3
4. Kolaborasi pemberian analgesic  Pasien tampak tidur sambil di gendong
5. Melakukan Pemeriksaan TTV ayahnya
 Pasien sudah diberikan injeksi antrain
2x45mg
 Nadi : 98 x/m Yosa Fernanda Iswanty
RR : 24x/m
Suhu : 36,5℃
A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi di lanjutkan

42
Selasa, 4 Risiko Infeksi (D.1042 ) S : Ibu pasien mengatakan bengkak sudah
Oktober berkurang
1. Mengidentifikasi resiko infeksi
2022
2. Mengajarkan orang tua pasien menjaga O:
17.30
kebersihan anaknya
WIB  Tampak bengkak berkurang
3. Menganjurkan orang tua pasien menjaga
 Orang tua pasien tampak bisa menjaga
luka agar tetap kering
kebersihan
4. Menghimbau untuk orang tua dan keluarga
 Tampak luka post operasi tetap kering Yosa Fernanda Iswanty
yang menjenguk mencuci tangan sebelum
 Orang tua pasien tampak mencuci tangan
memegang pasien
sebelum menggendong pasien
5. Pemberian obat cefotaxime 2x 125 Mg
 Pasien sudah diberikan injeksi Cefotaxime
2 x 125 Mg
A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi di lanjutkan

Selasa, 4 Gangguan Pola Tidur ( D.0055) S : Ibu pasien mengatakan anaknya sudah bisa
Oktober tidur dengan nyenyak dan terjaga sudah berkurang
1. Mengidentifikasi factor pengganggu tidur
2022
O:
19.30 2. Menganjurkan keluarga dan keluarga pasien lain
WIB untuk tidak membuat suara yang dapat mengganggu  Tampak pasien terganggu tidurnya karena
merasa nyeri
4. Menganjurkan untuk selalu menepati kebiasaan
 Keluarga pasien tampak bisa memodifikasi
waktu tidur anak
lingkungan menjadi lebih tenang
5. Menganjurkan orang tua memberi posisi yang  Tampak pasien dapat tertidur saat
nyaman dengan memangku/menggendong anaknya

43
digendong ayahnya Yosa Fernanda Iswanty

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

Rabu, 5 Nyeri Akut ( D. 0077 ) S : Ibu pasien mengatakan meringis pasien sudah
Oktober 1. Mengendenfikasi skala nyeri berkurang dan tidak rewel lagi
2022
2. Mengidentifikasi respon nyeri secara O:
18.00
non verbal.
WIB  Tampak meringis berkurang dengan skala
3. Menganjurkan keluarga untuk
nyeri 2
memberikan posisi klien senyaman
 Pasien tampak lebih nyaman tidur sambal
mungkin digendong oleh ibunya
4. Melakukan Pemeriksaan TTV Yosa Fernanda Iswanty
 Nadi : 110 x/m
RR : 24x/m
Suhu : 36,6℃
A : Masalah teratasi

P : Intervensi di hentikan

Rabu, 5 Risiko Infeksi (D.1042 ) S : Ibu pasien mengatakan daerah luka tidak
Oktober bengkak
1. Mengidentifikasi resiko infeksi
2022
2. Mengajarkan orang tua pasien menjaga O:
kebersihan anaknya

44
19.00 3. Membersihkan dan mengganti perban luka  Tampak tidak adanya bengkak
WIB post operasi  Orang tua pasien tampak bisa menjaga
4. Menganjurkan orang tua pasien menjaga luka kebersihan
agar tetap kering  Tampak luka post operasi tetap kering Yosa Fernanda Iswanty
5. Pemberian obat cefotaxime 2x 125 Mg  Pasien sudah diberikan injeksi Cefotaxime
2 x 125 Mg
A : Masalah teratasi

P : Intervensi di hentikan

45
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan Asuhan Keperawatan
Pada An. A Dengan Diagnosa Medis Hernia Inguinalis Di Ruang
Flamboyan RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya, peneliti dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut:

4.1.1 Pengkajian
Hasil pengkajian yang di dapatkan yaitu keluhan utama pada pasien
adalah nyeri akut post operasi herniatomi.
4.1.2 Hasil Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan diagnose
medis hernia inguinalis adalah nyeri akut, resiko infeksi, dan gangguan
pola tidur.
4.1.3 Hasil Perencanaan
Perencanaan yang digunakan dalam kasus pada pasien dengan
diagnose medis hernia inguinalis di sesuaikan dengan masalah
keperawatan yang ditegakkan berdasarkan kriteria tanda dan gejala
mayor, minor dan kondisi pasien saat ini.
4.1.4 Hasil Evaluasi
Akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan
keperawatan yang di berikan. Pada evaluasi yang peneliti lakukan pada
pasien dengan diagnose medis hernia inguinalis pasien di perbolehkan
pulang pada hari Kamis tanggal 6 Oktober 2022 di karenakan keadaan
pasien sudah membaik.
4.2 Saran
4.2.1 Untuk Mahasiswa
Diharapkan maahasiswa mampu mengembangkan wawasan dari ilmu
keperawatan khususnya tentang Asuhan keperawatan pada pasien
dengan Diagnosa Medis Hernia Inguinalis.

46
4.2.2 Untuk Klien dan Keluarga
Harapannya dapat Menambah informasi mengenai hernia inguinalis
dan pengobatannya sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan
kesehatan pasien.
4.2.3 Untuk Institusi
Diharapkan pembahasan ini dapat menjadi bahan atau sumber data
bagi penulis berikutnya
4.2.4 Untuk IPTEK
Diharapkan dapat memberikan informasi dalam pengembangan ilmu
keperawatan terutama dalam Asuhan keperawatan pada pasien dengan
Diagnosa Medis Hernia Inguinalis.

47
DAFTAR PUSTAKA

Amin & Kusuma.(2015). Definis & Klasifikasi Hernia. Buku Ajar Kedokteran.
Jakarta: EGC.
Amrizal. (2015). Hernia Ingunalis: Tinjauan Pustaka Program Pendidikan Dokter
Spesialis Departemen Ilmu Bedah, Rumah Sakit Umum Pusat dr. Djamil
Padang. Syifa'Medika, Vol.6, No.1.
Doengoes. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perrawatan Pasien . Jakarta: EGC.
Dyah Hanum Pertiwi, S. M. (2020). Asuhan Keperawatan Klien Hernia Inguinal
Di Paviliun Mawar RSUD Jombang. JURNAL EDUNursing, Vol 4, 87-
92.
Fadjriansyah Wahid, I. J. (2019). Hernia Inguinal Lateralis Dextra Dengan
Hemiparese Sinistra. Jurnal Medika Professional (MedPro), Vol.1, No.1.
Fatahillah, O. F. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Tn. A Dengan Post Op
Hernia Inguinalis Lateralis di Ruang Mawar Rumah Sakit Baladhika
Husada Jember.
Fatmawati, D. A. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Tn. A Dengan Pre dan Post
Op Hernia Inguinalis Lateralis(HIL) di Ruang Mawar RSUD Balung
Jember .
Nurul & Nurul (2018). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi
Praktik. Jakarta: EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia.Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia.Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan
Indonesia.Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

48

Anda mungkin juga menyukai