Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN DIAGNOSA MEDIS HERNIA INGUINALIS


DENGAN TINDAKAN HERNIOTOMY
DI RUANG IBS

Disusun Oleh :

Nama : Dony Sentory


NIM : 2018.C.10a.0965
Semester VII/Tingkat IV B

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini disusun oleh :


Nama : Dony Sentory
NIM : 2018.C.10a.0965
Program Studi : S1- Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada
Dengan Diagnosa Medis Hernia Ingunialis Dengan
Tindakan Herniotomi Di IBS.

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persayaratan untuk


menyelesaikan Praktik Praklinik Keperawatan IV Program Studi Sarjana
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya

Laporan Keperawatan ini telah disahkan oleh :

Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Rimba Aprianti, S.Kep.,Ners Hazelel Poni, S.Kep., Ners

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ners,

Meilitha Carolina, Ners, M.Kep.


KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan
Dengan Diagnosa Medis Hernia Ingunialis Dengan Tindakan Herniotomy Di
IBS”. Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK IV).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners STIKES
Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Rimba Aprianti, S.Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini.
4. Ibu Hazelel Poni, S.Kep. selaku pembimbing lahan yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini
5. Ibu Ika Paskaria, S.Kep., Ners selaku koordinator Praktik Pra Klinik
Keperawatan IV Program Studi Sarjana Keperawatan.
6. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Palangka Raya, 06 Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan.................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5
2.1 Konsep Penyakit................................................................................................5
2.1.1 Definisi................................................................................................................5
2.1.2 Anatomi...............................................................................................................6
2.1.3 Etiologi................................................................................................................6
2.1.4 Klasifikasi...........................................................................................................7
2.1.5 Patofisiologi........................................................................................................8
2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)..........................................................10
2.1.7 Komplikasi........................................................................................................10
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang..................................................................................11
2.1.9 Penatalaksaan Medis.......................................................................................11
2.2. Konsep Dasar Herniatomy..............................................................................12
2.3. Manajeman Asuhan Keperawatan.................................................................18
2.3.1 Pengkajian.........................................................................................................18
2.3.2 Diagnosa Keperawatan....................................................................................20
2.3.3 Intervensi Keperawatan...................................................................................21
2.3.4 Implementasi Keperawatan.............................................................................27
2.3.5 Evaluasi Keperawatan.....................................................................................27
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN...............................................................28
3.1 Pengkajian............................................................................................................28
3.2 Prioritas Masalah.................................................................................................34
3.3 Rencana Keperawatan........................................................................................35
3.4 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan........................................................38
BAB IV PENUTUP..............................................................................................42
4.1 Kesimpulan..........................................................................................................42
4.2 Saran.....................................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................43
1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hernia merupakan penonjolan isi dari rongga sehingga keluar dari rongga
tersebut dan menuju jaringan lain. Pada hernia abdomen, usus keluar melalui
rongga yang lemah dari lapisan otot apeneurotik dinding perut (Sjamsuhidayat,
2013). Menurut Sjamsuhidayat dan Jong (2012), hernia berdasarkan letaknya
yaitu hernia opigastrika, hernia inguinalis, hernia femoralis, hernia umbilikal dan
hernia skrotalis. Hernia opigastrika adalah hernia yang keluar defek di liena alba
umbilikus dan procesus xipoideus. Hernia inguinalis adalah penonjolan organ
dalam perut ke dalam lubang amulus inguinalis. Hernia femoralis adalah batasng
usus yang masuk menuju kanalis femoralis melalui cincin femoral. Hernia
umbilikal adalah hernia yang keluar dari umbilikus. Sedangkan hernia skrotalis
adalah hernia ingunalis lateralis yang mencapai skrotum. Hernia inguinalis
merupakan salah satu jenis hernia dimana penonjolan usus keluar dari rongga
peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh
epigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalam kanalis inguinalis dan jika
cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus (Sjamsuhidayat,
2012). Hernia inguinalis dapat terjadi karena bawaan lahir atau karena sebab yang
didapat. Kejadian hernia meningkat dengan bertambahnya umur karena
meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan
penunjang berkurang 2 kekuatannya (Nettina, 2011). Jika hernia tidak segera
diatasi, bisa menyebabkan pembengkakan atau udem dan jepitan pada cincin
hernia makin bertambah sehingga peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia
menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi cairan serosanguinus. Kalau isi
hernia terdiri usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses
lokal, fistel, atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut (Jong,
2014).
Pada tahun 2005 - 2010, World Health Organization (WHO), mendapatkan
data penderita hernia mencapai 19.173.279 orang. Pada tahun 2011, Negara Uni
Emirat Arab menjadi negara dengan jumlah penderita hernia terbesar di dunia
sekitar 3.950 orang. Penyebaran hernia paling banyak berada di negara

1
2

berkembang seperti negara-negara di Afrika dan Asia Tenggara termasuk


Indonesia (Gian,2017). Selain itu, berdasarkan data dari Departermen Kesehatan
Republik Indonesia pada bulan Januari 2010 sampai dengan Februari 2011,
penderita hernia inguinalis berjumlah 1.243 orang (DepKesRI, 2011). Pada tahun
2012, RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen terdapat 324 pasien
hernia inguinalis dari 5291 pasien bedah rawat jalan (Rekam Medik, 2012).
Angka kejadian hernia inguinalis 10 kali lebih banyak daripada hernia femoralis
dan keduanya mempunyai persentase sekitar 75-80% dari seluruh jenis hernia
(Sjamsuhidajat, 2012).
Secara umum, kejadian hernia inguinalis lebih banyak diderita oleh laki-laki
daripada perempuan. Menurut penelitian Ruhl (2011), angka perbandingan
kejadian hernia inguinalis 13,9 % pada laki-laki dan 2,1 % pada perempuan.
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia 3 inguinalis yang
paling memungkin untuk dilakukan. Jenis pembedahan yang mungkin dilakukan
pada operasi hernia yaitu herniotomy, hernioplasti dan herniorafi (Sjamsuhidajat,
2010). Herniorafi merupakan pembedahan kecil diatas area yang lemah. Usus ini
kemudian dikembalikan ke rongga perineal, kantung hernia dibuang dan otot
ditutup dengan kencang di atas area tersebut. Herniorafi merupakan tehknik
terbaru yang angka keberhasilannya lebih tinggi dengan meminimalisasi
kekambuhan, nyeri, dan waktu pemulihan post operasi lebih pendek (Black,
2006). Burney (2012) memperkirakan terdapat 20 juta kasus pembedahan hernia
inguinalis pada setiap tahunnya. Kejadian dan prevalensi di seluruh dunia tidak
diketahui pasti. Tingkat prosedur operasi dalam berbagai negara berkisar antara
100 hingga 300 prosedur per 100.000 orang dalam satu tahun.
Setiap klien merasa cemas untuk melakukan pembedahan karena
pengalaman di rumah sakit sebelumnya, peringatan dari teman dan keluarga, atau
karena kurang pengetahuan. Jika klien memiliki informasi yang salah atau tidak
menyadari alasan dilakukannya pembedahan akan dapat menimbulkan stress
psikologis yang tinggi pada pasien. Klien merasa cemas tentang pembedahan dan
hasil dari operasinya. Klien sering merasa bahwa mereka kurang dapat
mengontrol kecemasan pada diri mereka (Potter dan Perry, 20012).
Mempersiapkan mental dari pasien adalah salah satu tindakan untuk mengurangi
3

tingkat kecemasan. Salah satu persiapan mental tersebut adalah melalui


pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan pra operasi dapat membantu pasien
dan keluarga mengidentifikasi kekhawatiran yang dirasakan. Perawat kemudian
dapat merencanakan intervensi keperawatan dan perawatan suportif untuk
mengurangi tingkat kecemasan pasien dan membantu pasien untuk berhasil
menghadapi stress yang dihadapi selama periode pre operasi (Lemone, Burke dan
Karen, 2011).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka penulis mengambil
rumusan masalah bagimana cara memberikan asuhan keperawatan pada pasien
dengan Diagnosa Medis Hernia Ingunialis Dengan Tindakan Herniotomy Di IBS.

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman
langsung tentang bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan Dengan
Diagnosa Medis Hernia Ingunialis Dengan Tindakan Herniotomy Di IBS.

1.3.2 Tujuan Khusus


1.3.2.1 Mampu melakukan pengkajian, menganalisa, menentukan diagnosa
keperawatan, membuat intervensi keperawatan, mampu melakukan
perawatan dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah
diberikan.
1.3.2.2 Mampu memberikan tindakan keperawatan yang diharapkan dapat
mengatasi masalah keperawatan pada kasus tersebut.
1.3.2.3 Mampu mengungkapkan faktor-faktor yang menghambat dan
mendukung serta permasalahan yang muncul dari asuhan keperawatan
yang diberikan.
1.3.2.4 Mampu mengetahui manajemen keperawatan untuk mengarahkan seluruh
kegiatan yang direncanakan dan mengatasai permasalahan.
4

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Bagi Mahasiswa
Untuk mengembangkan ilmu dan wawasan dari ilmu keperawatan
khususnya penyakit dan pengalaman langsung dalam melakukan penelitian.
1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga
Klien dan keluarga mengerti cara perawatan pada penyakit dengan diagnosa
medis secara benar dan bisa melakukan perawatan dirumah dengan mandiri.
1.4.3 Bagi Institusi
Sebagai bahan atau sumber data bagi peneliti berikutnya dan bahan
pertimbangan bagi yang berkepentingan untuk melanjutkan penelitian
sejenis dan untuk publikasi ilmiah baik jurnal nasional maupun
internasional.
1.4.4 Bagi IPTEK
Memberikan informasi dalam pengembangan ilmu keperawatan terutama
dalam keperawatan komunitas yang menjadi masalah kesehatan pada
masyarakat.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Penyakit
2.1.1 Definisi
Hernia adalah defek dalam dinding abdomen yang memungkinkan isi
abdomen (seperti peritonium, lemak, usus, atau kandung kemih) memasuki defek
tersebut sehingga timbul kantong berisikan materi abdominal. Menurut Leyner &
Goldberg (2012), ada berbagai jenis hernia pada tubuh, yang paling umum adalah
hernia inguinal.
Hernia inguinalis adalah prolaps sebagian usus ke dalam anulus inguinalis
di atas kantong skrotum, yang disebabkan oleh kelemahan atau kegagalan
menutup kongenital. Menurut sifatnya, hernia dapat berupa hernia reponible atau
irreponible. Hernia repobible merupakan hernia yang hilang timbul karena isi
hernia yang dapat kembali ke dalam rongga abdomen, sedangkan hernia
irreponible merupakan hernia dengan isi hernia yang tidak dapat susut kembali ke
dalam rongga abdomen (Suryanah, 2011). Sehingga hernia inguinalis lateral
reponible adalah hernia yang berada di atas kantung skrotum dengan isi hernia
dapat kembali ke dalam rongga abdomen.
Hernia inguinalis adalah hernia yang paling umum terjadi dan muncul
sebagai tonjolan di selangkangan atau skrotum. Orang awam biasa menyebutnya
“turun bero” atau “hernia”. Hernia inguinalis terjadi ketika dinding abdomen
berkembang sehingga usus menerobos kebawah melalui celah. Jika anda merasa
ada benjolan dibawah perut yang lembut, kecil, dan mungkin sedikit nyeri dan
bengkak, anda mungkin terkena hernia ini. Hernia tipe ini lebih sering terjadi pada
laki-laki daripada perempuan.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hernia inguinalis adalah
kondisi penonjolan organ, seperti usus dan jaringan yang ada di dalam perut, ke
area inguinal atau selangkangan. Hernia inguinal adalah salah satu jenis hernia
yang paling sering terjadi.

5
6

2.1.2 Anatomi Hernia

Sjamsuhidayat (2011), mengemukakan bahwa hernia terdiri atas cincin,


kantong, dan isi hernia. Sedangkan menurut Laniyati et al (20 11), hernia
terdiri atas orifisium hernia dan kantung hernia. Orifisium adalah defek dari
lapisan aponeurosis paling dalam dari abdomen, dan sakus adalah kantung
keluar dari peritoneum. Kolum dari kantung hernia berhubungan dengan
orifisium. Hernia disebut eksterna jika kantung menonjol secara lengkap
melalui dinding abdomen, dan interna jika sakus terletak di dalam kavitas
viseral.
Menurut Henry dan Tompson (2011), Isi hernia bervariasi, tetapi yang
paling sering adalah organ dalam. pada abdomen isi terbanyak adalah usus
halus dan omentum majus. Meskipun tidak sering, bagian lain dari abdomen
pun juga dapat masuk menjadi isi hernia seperti:
a. Usus besar dan apendiks.
b. Divertikulum Meckel
c. Vesica Urinaria
d. Ovarium dengan atau tanpa tuba falopi
e. Cairan asites

2.1.3 Etiologi
Menurut Henry dan Thompson (2012), terdapat dua faktor predisposisi
utama terjadinya hernia, yaitu:
a. Tekanan yang meningkat pada abdomen:
7

b. Mengangkat beban berat.


c. Batuk akibat PPOK.
d. Tahanan saat miksi seperti BPH atau karsinoma.
e. Tahanan saat defekasi seperti konstipasi atau obstruksi usus besar.
f. Distensi abdomen yang mungkin mengindikasikan adanya gangguan
intraabdomen.
g. Perubahan isi abdomen seperti adanya asites, tumor jinak atau ganas,
kehamilan, dan lemak tubuh.
h. Kelemahan dinding abdomen:
i. Umur yang semakin bertambah.
j. Malnutrisi baik makronutrien seperti protein atau kalori maupun
mikronutrien seperti Vit. C.
k. Kerusakan atau paralisis dari saraf motorik
l. Abnormal metabolisme kolagen.

2.1.4 Klasifikasi
2.1.4.1 Berdasarkan terjadinya, hernia terbagi atas:
1. Hernia bawaan atau kongenital.
Sjamsuhidayat (2011) mengemukakan bahwa pada hernia
kongenital, sebelumnya telah terbentuk kantong yang terjadi sebagai
akibat dari perintah atau gangguan proses perkembangan intra uteri.
Kantong yang terbentuk akibat lemahnya celah abdominal (congenital
defect) yang merupakan bawaan sejak lahir (Priyatna, 2012).
2. Hernia dapatan atau akuisita.
Hernia ini merupakan hernia yang didapat seseorang akibat
beberapa faktor, salah satunya seperti mengangkat benda yang terlalu
berat. Hernia akuisita terbagi menjadi 2 tipe (Henry & Thompson,
2012
2.1.4.2 Berdasarkan letaknya, hernia terbagi atas:
1. Hernia Inguinal.
a. Inguinalis , terbagi lagi menjadi :
8

 Indirek / lateralis : hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan


melewati corda spermatikus melalui kanalis inguinalis. Umumnya
terjadi pada pria dan wanita. Insidennya tinggi pada bayi dan anak
kecil. Hernia ini dapat menjadi sangat besar dan sering turun ke
scrotum.
 Direk / medialis : hernia ini melewati dinding abdomen di area
kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis.
Umumnya pada lansia.
b. Femoralis : terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada
wanita dari pada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis
femoralis yang membesar dan secara bertahap menarik peritonium dan
hampir tidak dapat dihindari kandung kemih masuk ke dalam kantung.
c. Umbilikal : pada orang dewasa umumnya pada wanita dan karena
peningkatan tekanan abdominal. Biasanya pada klien gemuk dan
wanita multipara.

2.1.5 Patofisiologi
Hernia inguinalis terjadi di lipatan paha. Di lipatan paha terdapat suatu area
yang disebut kanal inguinal. Kanal inguinal adalah saluran atau lubang alami yang
menembus otot-otot dinding perut. Kanal inguinal membentuk jalan bagi testis
untuk turun dari rongga perut ke kantong skrotum. Pada umumnya, setiap kanal
menutup sebelum atau segera setelah lahir. Jika lubang ini tidak menutup, akan
terlihat benjolan di regio tersebut atau pembengkakan skrotum. benjolan tersebut
dapat terisi oleh usus maupun omentum lalu menonjol keluar. Hernia ini bisa
bersifat bawaan lahir atau didapatkan selama masa dewasa. Hernia ini lebih sering
terjadi pada pria daripada wanita (Leyner & Goldberg, 2011). Secara sederhana
hernia inguinalis terjadi akibat penutupan tuba (prosesus vaginalis) yang tidak
lengkap antara abdomen dan skrotum (atau uterus pada wanita). hal ini
menyebabkan turunnya sebagian intestine (Hany, 2011).
Kehamilan, batuk kronis, obesitas Kelemahan otot abdomen karena 9
usia atau secara congenital

Tekanan intra
abdomen
WOC Hernia Ingunialis Peregangan rongga dinding

Herniasi

Cincin hernia

Hernia Ingunialis

Pre Operatif Intra Operatif Post Operatif

Pembedahan Pembedahan
Prosedur tindakan
pembedahan
Terputusnya kontinuitas Terputusnya kontinuitas
jaringan lunak jaringan lunak
Kurang terpapar
informasi
Perdarahan meningkat Strangulasi

MK : Ansietas
MK : Risiko Penekanan pada saraf
Perdarahan

MK : Nyeri Akut
Kehamilan, batuk kronis, obesitas Kelemahan otot abdomen karena
usia atau secara congenital
10
Tekanan intra
abdomen
WOC Hernia Ingunialis Peregangan rongga dinding

Herniasi

Cincin hernia

Hernia Ingunialis

B1 (Breath) B2 (Blood) B3 (Brain) B4 (Bledder) B5 (Bowel) B6 (Bone)

Penekanan Pembedahan Gangguan Pembedahan


Pembedahan Mual muntah
pembuluh darah penyaluran isi (usus)
Terputusnya Terputusnya kontinuitas
Terputusnya kontinuitas Intake cairan
kontinuitas jaringan lunak
jaringan lunak Strangulasi menurun Makanan tidak
jaringan
dapat dicerna
lunak Keterbatasan gerak
Perdarahan meningkat Penekanan Gangguan
keseimbangan cairan Lama tersimpan Destruksi
MK : Risiko Proses simpul pertahanan
Perdarahan MK : Nyeri Akut penyembuhan

MK : Defisit Nutrisi Porte de entre masuknya


MK : Risiko Peningkatan mikroorganisme
Ketidakseimbangan metabolisme
Elektrolit
Kebutuhan
Hipoperistaltik usus nutrisi MK : Resiko Infeksi
11

Kelemahan otot
MK : Gangguan Mobilitas Fisik
MK : Risiko Konstipasi
11

2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)


1. Berupa benjolan keluar masuk / keras
2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan
3. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi
4. Terdapat keluhan kencing berupa disuria pada hernia femoralis yang
berisi kandung kencing.

2.1.7 Komplikasi
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi
hernia dapat tertahan dalam kantong, pada hernia ireponibel ini dapat terjadi kalau
isi hernia terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum, organ ekstraperitonial.
Disini tidak timbul gejala klinis kecuali berupa benjolan. Dapat pula terjadi isi
hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia strangulata yang
menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana. Sumbatan dapat terjadi total
atau parsial. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis, atau lebih kaku, lebih sering
terjadi jepitan parsial. Jarang terjadi inkarserasi retrograd, yaitu dua segmen usus
terperangkap di dalam kantong hernia dan satu segmen lainnya berada dalam
rongga peritonium, seperti huruf “W”.
Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi
hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau
struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya udem
menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah, sehingga akhirnya
peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia terjadi nekrosis dan kantong hernia
berisi transudat berupa cairan serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri atas usus,
dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses local, fistel, atau
peritonitis, jika terjadi hubungan dengan dengan rongga perut (Jong, 2012).
Gambaran klinis hernia inguinalis lateralis inkarserata yang mengandung
usus dimulai dengan gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan
cairan, elektrolit dan asam basa. Bila sudah terjadi strangulasi karena gangguan
vaskularisasi, terjadi keadaan toksik akibat gangren dan gambaran klinis menjadi
kompleks dan sangat serius. Penderita mengeluh nyeri lebih hebat di tempat
hernia. Nyeri akan menetap karena rangsangan peritoneal.
12

Pada pemeriksaan local ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukkan


kembali disertai nyeri tekan dan tergantung keadaan isi hernia, dapat dijumpai
tanda peritonitis atau abses local. Hernia strangulata merupakan keadaan gawat
darurat. Oleh karena itu, perlu mendapat pertolongan segera (Jong 2012).

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada penderita hernia adalah
(Henry & Thompson, 2012) :
1. Herniografi
Teknik ini, yang melibatkan injeksi medium kontras ke dalam kavum
peritoneal dan dilakukan X-ray, sekarang jarang dilakukan pada bayi
untuk mengidentifikasi hernia kontralateral pada groin. Mungkin
terkadang berguna untuk memastikan adanya hernia pada pasien dengan
nyeri kronis pada groin.
2. USG
Ultra Sonografi (USG) sering digunakan untuk menilai hernia yang sulit
dilihat secara klinis, misalnya pada Spigelian hernia.
3. CT dan MRI
CT (Computerized Tomography) dan MRI (Magnetic Resonance
Imaging) berguna untuk menentukan hernia yang jarang terjadi misalnya
pada hernia obturator.

2.1.9 Penatalaksaan Medis


a. Secara konservatif (non operatif)
1) Reposisi hernia : hernia dikembalikan pada tempat semula bisa langsung
dengan tangan.
2) Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan
sementara, misalnya pemakaian korset.
b. Secara operatif
1) Hernioplasty : memindahkan fasia pada dinding perut yang lemah,
hernioplasty sering dilakukan pada anak-anak.
13

2) Hernioraphy. Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia dimasukan,


kantong diikat, dan dilakukan bainyplasty atau tehik yang lain untuk
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Ini sering dilakukan
pada orang dewasa.
3) Herniotomy. Seluruh hernia dipotong dan diangkat lalu dibuang. Ini
dilakukan pada hernia yang sudah nekrosis.

2.2 Konsep Dasar Herniotomy


2.2.1 Definisi
Herniotomi adalah operasi pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya,
kantong hernia dibuka dan isi hernia dibebaskkan kalau ada perlengketan,
kemudian direposisi, kantong hernia dijahit ikat setingggi mungkin lalu dipotong.
Herniotomi merupakan suatu tindakan pembedahan dengan cara memotong
kantong hernia, menutup defek. Benjolan di daerah inguinal dan dinding depan
abdomen yang masih bisa dimasukan kedalam cavum abdomen

2.2.2 Indikasi
Herniotomi dilakukan pada pasien yang mengalami hernia dimana tidak
dapat kembali dengan terapi konservatif.

2.2.3 Proses Tindakan Herniotomi


Langkah-langkah untuk melakukan operasi ini adalah:
a. Penderita dalam posisi supine dan dilakukan anestesi umum. Dapat
ditambah dengan kaudal blok.
b. Dilakukan aseptik dan antiseptik pada lapangan operasi
c. Lapangan operasi ditutup dengan doek steril
d. Dilakukan insisi transversal 1/3 tengah pada skin crease abdomino
inguinal sejajar ligamentum inguinale
e. Insisi diperdalam sampai tampak aponeurosis MOE
f. Aponeurosis MOE dibuka secara tajam
g. Funikulus spermatikus diidentifikasi kemudian mencari kantong hernia di
antromedial
14

h. Sisi hernia dimasukan ke dalam cavum abdomen


i. Kantong hernia dipotong pada jembatan kantong proximal dan distal.
Kemudian kantong proximal diikat setinggi lemak preperitonium
j. Perdarahan dirawat, dilanjutkan menutup luka operasi lapis demi lapis.

Gambaran Herniatomi
k. Sebelum pembedahan dijalankan,dokter anestesi haruslah melakukan
anestesi spinal pada pasien.
l. Selama masa pembedahan,dokter bedah haruslah memastikan tiadanya
perdarahan yang berlaku. Kerjasama dengan dokter anestesi amat
diperlukan bagi memonitor keadaan pasien.Sepanjang proses
pembedahan,dokter anestesi haruslah memonitor kondisi pasien. Tujuan
monitoring pasien adalah untuk perkiraan kemungkinan terjadi kegawatan
15

serta untuk mengevaluasi hasil suatu tindakan. Antara perkara yang harus
dimonitor oleh dokter anestesi adalah:
- Oksigenasi : Dilakukan dengan menggunakan alat analisa
oksigen,pulse oximetry dan analisa gas darah. Pada pemeriksaan fisik
dilihat jenis pernapasan, retraksi, suara pernapasan tambahan, serta
warna kulit.
- Ventilasi : Menggunakan alat kapnografi atau
kapnometri,spektoskopi,dan respirometer.Pada pemeriksaan fisik
dilihat pergerakan dinding dada,pergerakan reservoir bag dan
auskultasi suara napas.
- Sirkulasi: menggunakan alat NIBP,IABP,EKG,USG,dan pulse
oxymetry. Pada pemeriksaan fisik dilihat palpasi denyut nadi,dan
auskultasi jantung.
- Denyut nadi: dilakukan melalui palpasi arteri
temporalis,radialis,femoralis,dan carotis.Seterusnya auskultasi dengan
stetoskop.
- Suhu tubuh:dengan meraba suhu kulit dan menggunakan alat
thermometer,
- Central Venous pressure(CVP) : dilakukan bagi penanganan
hipovolemia dan syok,jalur pemberian obat dengan osmolalitas
tinggi,pasien dengan nutrisi parenteral,aspirasi emboli
udara,memasukkan pacing transkutaneous,serta akses intravena bagi
[asien dengan akses perifer yang kurang baik.
- Produksi urin: dengan pemasangan kateter urin. Produksi urin normal
adalah 0.5-1cc/KgBB/jam.
- Perdarahan: melakukan penilaian terhadap warna darah.Jumlah
perdarahan diukur dengan cara
o Jumlah perdarahan = calorimeter terbaca X vol.pelarut (ml)
200 X kadar Hb (gr%)
16

2.2.4 Pasca Operasi


Fase pasca operasi dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan
(recovery room) dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik
atau di rumah. Pada fase ini fokus pengkajian meliputi efek agen anstesi dan
memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi.
2.2.5 Observasi
Dokter bedah haruslah memonitor dan meperbaiki sekiranya terdapat
hematoma tau apa-apa kelainan selepas operasi.Monitoring pasien amat penting
untuk dilakukan bagi mengelak sebarang komplikasi akibat
pembedahan.Tindakan yang harus dilakukan oleh dokter bedah bagi pembedahan
hernia inguinalis ini adalah seperti berikut:
a. Pemberian Infus RL
b. Bed rest total pada pasien
c. Pemberian obat Kalnex 3 x 1 amp, Kaltrofen 3 x 1 amp,dan Cefotaxim 2 x
1 amp
d. Memberitahu pada pasien kapan jahitan bisa dibuka semula
e. Menasihati pasien agar tidak melakukan aktivitas berat.
f. Setelah menjalani suatu bentuk operasi, seorang ahli anestesi masih
mempunyai tanggung jawab terhadap perawatan pasien pada saat
pemulihan yaitu dapat dilakukan dengan cara monitoring pasien atau
dengan kata lain dilakukan observasi. Tujuan dari observasi ini adalah
deteksi sedini mungkin dari penyimpangan-penyimpangan fisiologis
sehingga dapat dilakukan tindakan pengobatan sedini mungkin sehingga
morbiditas dan mortalitas dapat ditekan serendah mungkin.
g. Observasi utama dilakukan dengan mengukur nadi, tekanan darah dan
frekuensi pernafasan secara teratur dan perhatikan bila ada keadaan
abnormal dan perdarahan yang berlanjut. Jam pertama setelah anestesi
merupakan saat yang paling berbahaya bagi pasien.
h. Refleks perlindungan jalan nafas masih tertekan, walaupun pasien tampak
sudah bangun, dan efek sisa obat yang diberikan dapat mendepresi
pernafasan. Ini dapat menyebabkan kematian karena hipoksia. Selain itu
17

juga perlu dibuat pencatatan teknik yang digunakan dan setiap komplikasi
yang terjadi. Hal tersebut dapat berguna bagi pasien di masa mendatang.
i. Untuk mempermudah dalam melakukan observasi maka sistem tubuh
dibagi atas 6B yang berurutan menurut prioritasnya, mulai dari yang
paling berbahaya sampai yang kurang membahayakan bila terjadi
kelainan-kelainan. Pembagian tersebut adalah :
1. B1 : Breath (Sistem Pernafasan)
2. B2 : Bleed (Sistem Kardiovaskuler)
3. B3 : Brain (Sistem Syaraf)
4. B4 : Bladder (Sistem Urogenital)
5. B5 : Bowel (Sistem Gastrointestinalis)
6. B6 : Bone (Sistem Skelet)
j. Observasi pada keenam sistem tersebut meliputi anamnesa, pemeriksaan
fisik diagnostik, pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan dengan
bantuan alat.

2.2.6 Komplikasi
Beberapa komplikasi dapat terjadi pasca bedah. Komplikasi yang paling
umum terjadi adalah:
a. Failure to awaken
b. Nausea-vomiting, kadang-kadang dipersulit oleh dehidrasi.
c. “Chest” atau komplikasi pada paru
d. Trombosis vena tungkai, kadang-kadang dipersulit oleh emboli
e. Retensi karbon dioksida
f. Nyeri Pasca Bedah
g. Trauma mekanis
h. Efek toksik lambat dari obat anasthesi
i. Hipertermi atau hipotermi
j. Agitation
k. Bleeding – hypovolemia
l. Hypertension
m. Hypervolemia
18

Oleh sebab beberapa komplikasi tersebut maka pasien pasca operasi harus
memperhatikan hal-hal berikut :
1. Pernafasan
Gangguan sistem pernafasan cepat menyebabkan kematian karena
hipoksia, sehingga harus diketahui sedini mungkin dan harus segera
diatasi. Penyebab yang paling sering dijumpai sebagai penyulit pernafasan
adalah sisa obat anestetik (penderita tidak sadar kembali) dan sisa obat
pelemas otot yang belum dimetabolisme dengan sempurna. Disamping itu
lidah yang jatuh kebelakang dapat menyebabkan obstruksi hipofaring.
2. Sirkulasi
Diagnosis penyulit sirkulasi juga harus dilakukan secara dini. Penyulit
yang sering dijumpai adalah hipotensi, syok dan aritmia.
3. Regurgitasi
Muntah dan regurgitasi disebabkan oleh hipoksia selama anestesi, anestesi
yang terlalu dalam, rangsang anestetik, misalnya pada eter, langsung pada
pusat muntah di otak, dan tekanan lambung yang tinggi karena lambung
penuh atau karena tekanan dalam rongga perut yang tinggi misalnya
karena ileus.
4. Gangguan faal lain
Pemanjangan masa pemulihan kesadaran dapat disebabkan oleh gangguan
metabolisme yang berpengaruh pada metabolisme otak seperti pada
hipotermi, syok, gangguan faal hati, gangguan faal ginjal, dan
hiponatremia.
5. Penanggulangan nyeri
Nyeri pasca bedah harus segera diatasi. Nyeri ini bersifat sangat
individual.
6. Terapi cairan
Pengaruh hormonal yang masih menetap beberapa hari pasca bedah dan
dapat mempengaruhi keseimbangan air dan elektrolit harus diperhatikan
dalam menentukan terapi cairan tersebut. Bila penderita sudah dapat
minum secepatnya diberikan peroral. Apabila penderita tidak boleh
peroral, maka pemberian secara parenteral diteruskan.
19

2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.3.1 Pengkajian
Pengkajian perioperatif terdiri dari 3 bagian pengkajian yaitu :
A. Pengkajian Pre Operasi
1) Identitas pasien
Jenis kelamin : Jenis klamin pria mempunyai resiko 3 kali lipat
untuk teerkena hernia inguinalis dibandingkan dengan waenita.
Riwayat Keperawatan
a) Keluhan utama :
Keluhan utama yang paling sering muncul pada pasien adanya
benjolan pada lipatan paha bagian atas.
b) Riwayat Penyakit sekarang
Berkaitan dengan perjalanan penyakit pasien yang sekarang.
c) Riwayat penyakit dahulu
Penderia hernia inguinalis sebelumnya kemungkinan pernah
menderita.
d) Riwayat penyakit keluarga
Orang dengan riwayat keluarga hernia mempunyai resiko lebih
besar dibandingn dengan tanpa riwayat keluarga
2) Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi :
Mengkaji tingkat kesadaran, perhatikan ada tidaknya benjolan,
awasi tanda infeksi (merah, bengkak, panas, nyeri, berubah
bentuk)
b. Palpasi :
Turgor kulit elastis, palpasi daerah benjolan biasanya terdapat
nyeri
c. Auskultasi :
20

Bising usus jumlahnya melebihi batas normal >12 karena ada


mual dan pasien tidak nafsu makan, bunyi nafas vesikuler,
bunyi jantung sonor.
d. Perkusi :
Kembung pada daerah perut, terjadi distensi abdomen.
B. Pengkajian intra Operasi
1) Pernapasan (B1: Breath)
Pada pembiusan dengan general anestesi, pernapasan pasien
dengan pentilator dan pemberian oksigen. Pada pembiusan dengan
SAB, pasien bisa napas sepontan.
2) Cardiovaskuler (B2 : Blood)
Peningkatan tekanan darah dan denyut nadi bisa terjadi karena
proses pembedahan (nyeri), resiko terjadi perdarahan. Observasi
vital sign setiap 15 menit.
3) Persarafan (B3 : Brain)
Pasien dalam keadaan tidak sadar jika dilakukan general anestesi,
sadar jika pembiusan dengan SAB. Pada mulanya, timbul demam
ringan, yang semakin lama cenderung meninggi.
4) Per kemihan - eliminasi (B4 : Bladder)
Urine normal lewat kateter.
5) Pencernaan - Eliminasi Alvi (B5: Bowel)
BAB normal
6) Tulang – otot – integumen (B6 : Bone)

Pada saat intra operatif kekuatan tulang, otot dan integumen


0 (nol), tidak jarang pasien dapt menggerakkan anggota tubuh pada
saat intra operasi karena efek dari obat anestesi berkurang.
C. Pengkajian pasca operasi
1) Pernapasan (B1: Breath)
Pernapasan perlahan sepontan, terjadi penyumbatan jalan nafas
dngan secret atau lendir
2) Cardiovaskuler (B2 : Blood)
21

Peningkatan tekanan darah dan denyut nadi bisa terjadi karena


proses pembedahan (nyeri). Observasi vital sign setiap 15 menit di
ruang pemulihan.
3) Persarafan (B3 : Brain)
Pada pasca operasi pasien perlahan disadarkan oleh petugas
anestesi hingga sadar penuh. Pada mulanya timbul demam ringan,
yang semakin lama cenderung meninggi.
4) Per kemihan - eliminasi (B4 : Bladder)
Buang air kecil tidak ada masalah.
5) Pencernaan - Eliminasi Alvi (B5: Bowel)
Biasanya terjadi mual, muntah.
6) Tulang – otot – integumen (B6 : Bone)
Kekuatan otot perlahan akan kembali normal

2.3.2 Diagnosa Keperawatan


2.3.2.1 Diagnosa Pre Operatif
2.3.2.1.1 Ansietas berhubungan dengan Kurang terpapar informasi (D.0080) Hal
180
2.3.2.2 Diagnosa Intra Operatif
2.3.2.2.1 Risiko Perdarahan berhubungan dengan Tindakan pembedahan (SDKI
D.0012) Hal 42
2.3.2.3 Diagnosa Post Operatif
2.3.2.3.1 Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencedera fisik (SDKI D.0077)
Hal 172
21

2.3.3 Intervensi Keperawatan


Intervensi Pre Operatif

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi


1. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan Reduksi Ansietas (SIKI I.09314 Hal. 387)
dengan Kurang keperawatan selama 1 × 30 Observasi :
terpapar informasi Jam diharapkan Ansietas klien 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. kondisi, waktu, stresor)
dapat menurun. Kondisi klien 2. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
membaik dengan kriteria hasil : 3. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
- Verbalisasi kebingungan Terapeutik :
menurun (5) 1. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
- Verbalisasi khawatir akibat 2. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
kondisi yang dihadapi 3. Pahami situasi yang membuat ansietas
menurun (5) 4. Dengarkan dengan penuh perhatian
- Perilaku gelisah menurun (5) 5. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
- Perilaku tegang menurun (5) 6. Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
- Pucat menurun (5) 7. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
8. Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang
Edukasi :
1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
2. Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
3. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
4. Anjurkan umelakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
5. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
6. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
7. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
8. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika peru.
22

Intervensi Intra Operatif

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi


1. Resiko Perdarahan Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Perdarahan (SIKI I.02067 Hal. 283)
berhubungan dengan keperawatan selama 1 × 1 Observasi :
Tindakan pembedahan Jam diharapkan Perdarahan 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
klien menurun. Kondisi klien 2. Monitor nilai hematokrit/hemoglobin sebelum dan setelah kehilangan
membaik dengan kriteria hasil : darah
- Perdarahan pasca operasi 3. Monitor tanda-tanda vital ortostatik
menurun (5) 4. Monitor koagulasi (mis. prothrombin time (PT), partial thromboplastin
- Hemoglobin membaik (5) time (PTT), fibrinogen degradasi fibrin dan/atau platelet.
- Tekanan darah membaik (5) Terapeutik :
- Denyut nadi membaik (5) 1. Pertahankan bed rest selama perdarahan
- Suhu tubuh membaik (5) 2. Batasi tindakan invasif, jika perlu
3. Gunakan kasur pencegah dekubitus
4. Hindari pengukuran suhu rektal
Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
2. Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk menghidari konstipasi
2. Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin K
3. Anjurkan menghindari aspirin dan antikoagulan
4. Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
3. Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu
23

Intervensi Post Operatif


Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi
1. Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (SIKI I.08238 Hal. 201)
berhubungan dengan keperawatan selama 1 × 2 Observasi :
Agen pencedera fisik Jam diharapkan Nyeri klien 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
dapat teratasi. Kondisi klien nyeri
membaik dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
- Keluhan Nyeri Menurun (5) 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
- Melaporkan nyeri terkontrol 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
meningkat (5) 5. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Kemampuan mengenali 6. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
onset nyeri meningkat (5) 7. Monitor efek samping penggunaan analgetik
- Kemampuan mengenali Terapeutik :
penyebab Nyeri meningkat 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
(5) hipnosis, akupresur, terapi musik, terapi pijat, aroma terapi, kompres
- Kemampuan menggunakan hangat/dingin)
teknik non-farmakologi 2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
meningkat (5) pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
27

2.3.4 Implementasi Keperawatan


Pada langkah ini, perawat memberikan asuhan keperawatan yang
pelaksanaannya berdasarkan rencana keperawatan yang telah disesuaikan pada
langkah sebelumnya (intervensi). Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan
dan perwujudan dan rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan. Pada tahap ini, perawat sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu
melibatkan secara integrasi semua profesi kesehatan yang menjadi tim perawatan
(Setiadi, 2010).

2.3.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana
evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan
pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya. Tahap evaluasi menentukan
kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang diinginkan dan respon pasien
terhadap keefektifan intervensi keperawatan, kemudian mengganti rencana
perawatan jika diperlukan. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah
tujuan dalam rencana keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk
melakukan pengkajian ulang.
28

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa : Dony Sentory
NIM : 2018.C.10a.0965
Ruang Praktek : OK
Tanggal Praktek : 07-09 Oktober 2021
Tanggal & Jam Pengkajian : 07 Oktober 2021 & 10.00 WIB

3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Nama : Tn. R
Umur : 49
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Kristen
Pekerjaan : PNS
Pendidikan : S1
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. G. Obos
Tgl MRS : 07 Oktober 2021
Diagnosa Medis : Post Op Hernia Inguinalis

3.1.2 Riwayat Kesehatan /Perawatan


3.1.2.1 Keluhan Utama /Alasan di Operasi :
Klien mengatakan nyeri pada daerah abdomen kanan bawah, muncul saat
klien berpindah posisi/ bergerak, seperti ditusuk-tusuk dan tertekan, pada daerah
abdomen kanan bawah, skala nyeri 8, nyeri yang dirasakan sewaktu-waktu /
kadang-kadang durasi ± 3-5 menit.
3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang :
Klien masuk Rumah Sakit pada tanggal 07 Oktober 2021 pukul 09.00 WIB
dengan keluhan nyeri pada daerah abdomen kanan bawah yang dirasakan kurang
lebih 3 bulan yang lalu. Muncul saat klien berpindah posisi/ bergerak, seperti

28
29

ditusuk-tusuk dan tertekan, pada daerah abdomen kanan bawah, skala nyeri 8,
nyeri yang dirasakan sewaktu-waktu / kadang-kadang durasi ± 3-5 menit. Setelah
dilakukan pemeriksaaan oleh dokter bedah didapatkan diagnose medis Hernia
Ingunialis dengan rencana tindakan operasi. Klien diantar keruang operasi pukul
10.00 WIB dan dilakukan operasi pukul 10.30 WIB dan selesai pukul 11.30 WIB.
Klien terpasang infus RL 20 tpm, Tekanan Darah : 140/90 mmHg, N : 84 x/menit,
RR : 20 x/menit, S : 36 0C. Berdasarkan pengkajian pada tanggal 08 Februari 2010
didapatkan data klien, yaitu klien mengatakan terdapat luka operasi perut kanan
bawah, nyeri pada daerah luka operasi. Terdapat luka operasi pada daerah inguinal
dextra, keadaan luka bersih dan ditutup verban.
3.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Klien pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya klien dengan penyakit
yang sama, tidak pernah mengalami kecelakaan sebelumnya klien, klien tidak ada
riwayat alergi terhadap masinestra dan obat-obatan.
3.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada yang sama dengan penyakit klien

Genogram Keluarga

Keterangan :
1. Meninggal Dunia
2. Klien
3. Istri Klien
4. Tinggal Serumah
30

3.1.3 Pemerikasaan Fisik


3.1.3.1 Keadaan Umum :
Kesadaran compos menthis, klien tampak lemah, dalam keadaan yang
berat klien selalu dibantu oleh keluarganya, bicara klien jelas, ekspresi wajah
nampak meringis, klien tampak terpasang infus RL 20 tpm
3.1.3.2 Tanda-tanda Vital :
Pada saat pengkajian TTV klien, suhu tubuh klien/ S = 36 °C tempat
pemeriksaan axilla, nadi/HR = 84 x/menit dan pernapasan/ RR = 20 x/menit,
tekanan darah/BP = 140/ 90 mmhg.
3.1.3.3 Pre Operatif :
Klien mengatakan cemas dengan keadaannya, klien tampak gelisah, klien
tampak tegang.
Masalah Keperawatan : Ansietas
3.1.3.4 Intra Operatif :
Posisi klien saat dioperasi adalah supinasi, pembedahan dilakukan selama
1 jam, klien tampak dilakukan pembedahan di abdomen, perdarahan sebanyak 200
cc, klien terpasang infus RL 20 tpm
Masalah Keperawatan : Resiko Perdarahan
3.1.3.5 Post Operatif :
Klien mengatakan nyeri pada daerah abdomen kanan bawah, muncul saat
klien berpindah posisi/ bergerak, seperti ditusuk-tusuk dan tertekan, pada daerah
abdomen kanan bawah, skala nyeri 8, nyeri yang dirasakan sewaktu-waktu /
kadang-kadang durasi ± 3-5 menit. Klien tampak meringis, tampak luka post
operasi pada abdomen kanan bawah tertutup elastic verban, klien tampak
melindungi area yang nyeri.
Masalah Keperawatan : Nyeri Akut
31

3.1.4 Data Penunjang (Radiologis, Laboraturium, Penunjang Lainnya)


A. Laboratorium
Nama Pemeriksaan Nilai Normal Hasil Satuan
• Tgl : 07-10-2021.
WBC 4.0 – 10.0 6.7X103 /UL
RBC 3.50 – 5.50 15.2X106 /UL
HGB 11.0 – 70.0 14.5 /DL.
HCT 37.0 – 50.0 43.3 %.
MCH 27 – 31 28.3 PL
PLT 100 – 300 173X103 /’Dl
RDW 35.0 – 56.0 44.9 /UL
PDW 15.0 – 17.0 15.5 %
• Glukosa Random 91
• SCOT 37% 141
• SGPT 37% 82
• Oreum 16,8
• Creatinin 0,77

Palangka Raya, 07 Oktober 2021


Mahasiswa

Dony Sentory
NIM.2018.C.10a.0965

ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
Pre Operatif Prosedur tindakan Ansietas
pembedahan
1. Ds :
Klien mengatakan cemas Kurang terpaparnya
dengan keadaannya informasi
32

Do :
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak tegang
- Klien sulit tidur
- TTV :
TD : 140/90mmHg
N : 84x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,0C

Intra Operatif Pembedahan Resiko Perdarahan


2. Ds : -
Terputusnya
Do : kontinuitas jaringan
- Posisi klien saat lunak
dioperasi adalah
supinasi Perdarahan meningkat
- Pembedahan
dilakukan selama 1
jam
- Klien tampak
dilakukan pembedahan
di abdomen
- Perdarahan sebanyak
200 cc
- Terpasang infus RL 20
tpm
- TTV :
TD : 140/90mmHg
N : 84x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,0C

Post Operatif Pembedahan Nyeri Akut


3. Ds :
Terputusnya
Klien mengatakan nyeri kontinuitas jaringan
pada daerah abdomen lunak
kanan bawah, muncul saat
klien berpindah posisi/ Strangulasi
bergerak, seperti ditusuk-
tusuk dan tertekan, pada Penekanan pada saraf
daerah abdomen kanan
bawah, skala nyeri 8,
nyeri yang dirasakan
sewaktu-waktu / kadang-
kadang durasi ± 3-5 menit
33

Do :
- Klien tampak meringis
- Tampak luka post
operasi pada abdomen
kanan bawah tertutup
elastic verban
- Klien tampak
melindungi area yang
nyeri
- TTV :
TD : 140/90mmHg
N : 84x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,0C

3.2 Prioritas Masalah


Pre Operatif
1. Ansietas berhubungan dengan Kurang terpapar informasi ditandai dengan
klien mengatakan cemas dengan keadaannya, klien tampak gelisah, klien
tampak tegang, klien sulit tidur. TTV : TD 140/90 mmHg, N : 84x/menit,
RR : 20x/menit, S : 36,0C.
Intra Operatif
2. Risiko perdarahan berhubungan dengan Tindakan pembedahan ditandai
34

dengan posisi klien saat dioperasi adalah supinasi, pembedahan dilakukan di


abdomen, perdarahan sebanyak 200 cc, terpasang infus RL 20 tpm, dan hasil
TTV : TD : 140/90 mmHg, N : 84 x/m, RR : 20 x/m, S : 36 ,O C .
Post Operatif
3. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai dengan klien
mengatakan nyeri pada daerah abdomen kanan bawah, muncul saat klien
berpindah posisi/bergerak, seperti ditusuk-tusuk dan tertekan, pada daerah
abdomen kanan bawah, skala nyeri 8, nyeri yang dirasakan sewaktu-
waktu/kadang-kadang durasi ± 3-5 menit, klien tampak meringis, tampak
luka post operasi pada abdomen kanan bawah tertutup elastic verban, klien
tampak melindungi area yang nyeri. TTV : TD 140/90 mmHg, N :
84x/menit, RR : 20x/menit, S : 36,0C.
35

3.3 Rencana Keperawatan


Nama Pasien : Tn. R
Ruang Rawat : Keperawatan Perioperatif

Intervensi Pre Operatif


Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
1. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda-tanda ansietas 1. Supaya dapat mengetahui tanda-
dengan Kurang terpapar keperawatan selama 1 × 30 (verbal dan nonverbal) tanda ansietas
informasi ditandai dengan Menit diharapkan Ansietas klien 2. Ciptakan suasana terapeutik 2. Supaya perilaku tegang klien
klien mengatakan cemas untuk menumbuhkan menurun.
dapat menurun. Kondisi klien
dengan keadaannya, klien kepercayaan
tampak gelisah, klien membaik dengan kriteria hasil : 3. Motivasi mengidentifikasi 3. Supaya klien tidak cemas
tampak tegang, klien sulit situasi yang memicu kecemasan
- Verbalisasi kebingungan
tidur. TTV : TD 140/90 4. Diskusikan perencanaan 4. Agar dapat mengetahui tentang
menurun (5)
mmHg, N : 84x/menit, realistis tentang peristiwa yang penyakitnya
- Verbalisasi khawatir akibat
RR : 20x/menit, S : 36,0C. akan datang
kondisi yang dihadapi menurun
5. Jelaskan prosedur, termasuk 5. Agar dapat mengetahui tentang
(5)
sensasi yang mungkin dialami penyakitnya
- Perilaku gelisah menurun (5)
6. Anjurkan keluarga untuk tetap 6. Supaya klien lebih tenang jika
- Perilaku tegang menurun (5)
bersama pasien, jika perlu Bersama keluarga
- Pucat menurun (5)
7. Latih teknik relaksasi 7. Agar klien dapat rileks
8. Kolaborasi pemberian obat 8. Bekerja sama dengan dokter
antiansietas, jika peru. dalam pemberian dosis obat
36

Intervensi Intra Operatif


Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
2. Risiko perdarahan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan gejala 1. Untuk mengetahui gejala
berhubungan dengan keperawatan selama 1 × 1 Jam perdarahan perdarahan
Tindakan pembedahan diharapkan Perdarahan klien 2. Monitor nilai 2. Untuk memhetahui nilai
ditandai dengan posisi hematokrit/hemoglobin sebelum hematokrit/hemoglobin sebelum
menurun. Kondisi klien membaik
klien saat dioperasi dan setelah kehilangan darah dan setelah kehilangan darah
adalah supinasi, dengan kriteria hasil : 3. Pertahankan bed rest selama 3. Agar tidak banyak kehilangan
pembedahan dilakukan perdarahan darah
- Perdarahan pasca operasi
di abdomen, perdarahan 4. Batasi tindakan invasif, jika 4. Supaya perdarahan dapat diatasi
sebanyak 200 cc, menurun (5) perlu
terpasang infus RL 20 - Hemoglobin membaik (5) 5. Jelaskan tanda dan gejala 5. Supaya keluarga dapat
tpm, dan hasil TTV : TD - Tekanan darah membaik (5) perdarahan mengetahui gejala perdarahan
: 140/90 mmHg, N : 84 - Denyut nadi membaik (5) 6. Kolaborasi pemberian obat 6. Berkerja sama dengan dokter
x/m, RR : 20 x/m, S : - Suhu tubuh membaik (5) pengontrol perdarahan, jika dalam pemberian obat
36 ,O C . perlu
7. Kolaborasi pemberian produk 7. Berkerja sama dengan dokter
darah, jika perlu dalam pemberian darah
37

Intervensi Post Operatif


Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
3. Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan intervensi 1x2 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Selalu memantau perkembangan
dengan agen pencedera jam maka nyeri klien menurun, durasi, frekuensi, kualitas, nyeri
fisik ditandai dengan dengan Kriteria Hasil : intensitas nyeri
klien mengatakan nyeri 2. Identifikasi faktor yang 2. Mencari tahu faktor memperberat
pada daerah abdomen - Keluhan Nyeri Menurun (5) memperberat dan memperingan dan memperingan nyeri agar
kanan bawah, muncul saat - Melaporkan nyeri terkontrol nyeri mempercepat proses kesembuhan.
klien berpindah meningkat (5) 3. Kontrol lingkungan yang 3. Memberikan kondisi lingkungan
posisi/bergerak, seperti - Kemampuan mengenali onset memperberat rasa nyeri. yang nyaman untuk membantu
ditusuk-tusuk dan nyeri meningkat (5) meredakan nyeri
tertekan, pada daerah - Kemampuan mengenali 4. Berikan teknik nonfarmakologis 4. Salah satu cara mengurangi nyeri
abdomen kanan bawah, penyebab Nyeri meningkat (5) 5. Ajarkan teknik nonfarmakologis 5. Agar klien atau keluarga dapat
skala nyeri 8, nyeri yang - Kemampuan menggunakan untuk mengurangi rasa nyeri melakukan secara mandiri ketika
dirasakan sewaktu- teknik non-farmakologi nyeri kambuh
waktu/kadang-kadang meningkat (5) 6. Kaloborasi dengan dokter 6. Bekerja sama dengan dokter
durasi ± 3-5 menit, klien pemberian analgetik, jika perlu. dalam pemberian dosis obat
tampak meringis, tampak
luka post operasi pada
abdomen kanan bawah
tertutup elastic verban,
klien tampak melindungi
area yang nyeri. TTV :
TD 140/90 mmHg, N :
84x/menit, RR :
0
20x/menit, S : 36, C.
38

3.4 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan


Nama Pasien : Tn. R
Ruang Rawat : Keperawatan Perioperatif

Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi ( SOAP ) Tanda tangan dan


Nama Perawat
1. Pre Operatif Diagnosa 1 S : Klien mengatakan cemas berkurang
1. Memonitor tanda-tanda ansietas O :
Kamis, 07
(verbal dan nonverbal) - Verbalisasi kebingungan cukup
Oktober 2021 2. Menciptakan suasana terapeutik menurun (4)
untuk menumbuhkan kepercayaan - Verbalisasi khawatir akibat (Dony Sentory)
Pukul : 10.00
3. Memotivasi mengidentifikasi kondisi yang dihadapi cukup
WIB situasi yang memicu kecemasan menurun (4)
4. Mendiskusikan perencanaan - Perilaku gelisah cukup menurun
realistis tentang peristiwa yang (4)
akan datang - Perilaku tegang cukup menurun
5. Menjelaskan prosedur, termasuk (4)
sensasi yang mungkin dialami - Pucat cukup menurun (4)
6. Menganjurkan keluarga untuk tetap - Klien sudah mengetahui tentang
bersama pasien penyakitnya
7. Melatih teknik relaksasi - Keluarga klien selalu bersama
8. Berkolaborasi pemberian obat klien
antiansietas. - Klien sudah mengetahui teknik
relaksasi
- TD: 130/80 mmHg,
N: 84 x/m,
S: 36,0C,
RR: 20 x/m
39

A : Masalah Ansietas belum teratasi.


P : Lanjutkan intervensi No. 1,2,3,4,8

Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi ( SOAP ) Tanda tangan dan


Nama Perawat
40

2. Intra Operatif Diagnosa 2 S:-


1. Memonitor tanda dan gejala
Kamis, 07 O:
perdarahan - Tanda dan gejala perdarahan
Oktober 2021 2. Memonitor nilai terkontrol
hematokrit/hemoglobin sebelum (Dony Sentory)
Pukul : 10.30 - Perdarahan pasca operasi menurun
dan setelah kehilangan darah (4)
WIB 3. Mempertahankan bed rest selama - Hemoglobin membaik (4)
perdarahan - Tekanan darah membaik (4)
4. Membatasi tindakan invasif - Denyut nadi membaik (5)
5. Menjelaskan tanda dan gejala - Suhu tubuh membaik (5)
perdarahan - Sudah diberikan produk darah
6. Berkolaborasi pemberian obat
pengontrol perdarahan A : Masalah Risiko Perdarahan belum
7. Berkolaborasi pemberian produk teratasi
darah P : Lanjutkan intervensi 2,3,4,5,6

Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi ( SOAP ) Tanda tangan dan


Nama Perawat
41

3. Post Operatif Diagnosa 1 S : Klien mengatakan nyeri berkurang


1. Mengidentifikasi lokasi, O :
Kamis, 07
karakteristik, durasi, frekuensi, - Ekspresi wajah tidak meringis
Oktober 2021 kualitas, intensitas nyeri - Klien dan keluarga dapat
2. Mengidentifikasi faktor yang melakukan terapi relaksasi nafas
Pukul : 11.30
memperberat dan memperingan dalam disaat nyeri datang.
WIB nyeri - Klien dapat melakukan teknik
3. Mengontrol lingkungan yang relaksasi napas dalam untuk
memperberat rasa nyeri. mengurangi nyeri
4. Memberikan teknik - Keluhan nyeri menurun (4)
nonfarmakologis - Melaporkan nyeri terkontrol (3)
5. Mengajarkan teknik - Kemampuan mengenali onset
nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (3)
rasa nyeri - Kemampuan mengenali penyebab (Dony Sentory)
6. Melakukan kolaborasi dengan nyeri (3)
dokter pemberian analgetik - Kemampuan menggunakan teknik
non-farmakologi (3)
- Sudah diberi injeksi katerolac (1
amp) 8 mg (IV)
- TD: 130/80 mmHg,
N: 84 x/m,
S: 36,0C,
RR: 20 x/m
A : Masalah Nyeri Akut belum
teratasi.
P : Lanjutkan intervensi No. 1, 2, 3, 4,
5
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hernia merupakan penonjolan isi dari rongga sehingga keluar dari rongga
tersebut dan menuju jaringan lain. Pada hernia abdomen, usus keluar melalui
rongga yang lemah dari lapisan otot apeneurotik dinding perut (Sjamsuhidayat,
2010). Menurut Sjamsuhidayat dan Jong (2004), hernia berdasarkan letaknya
yaitu hernia opigastrika, hernia inguinalis, hernia femoralis, hernia umbilikal dan
hernia skrotalis. Hernia opigastrika adalah hernia yang keluar defek di liena alba
umbilikus dan procesus xipoideus. Hernia inguinalis adalah penonjolan organ
dalam perut ke dalam lubang amulus inguinalis. Hernia femoralis adalah batasng
usus yang masuk menuju kanalis femoralis melalui cincin femoral. Hernia
umbilikal adalah hernia yang keluar dari umbilikus. Sedangkan hernia skrotalis
adalah hernia ingunalis lateralis yang mencapai skrotum. Hernia inguinalis
merupakan salah satu jenis hernia dimana penonjolan usus keluar dari rongga
peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh
epigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalam kanalis inguinalis dan jika
cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus (Sjamsuhidayat,
2010).

4.2 Saran
Perawat perlu mengetahui tanda gejala Hernia Ingunialis, perawat harus
mampu mengetahui kondisi klien secara keseluruhan sehingga intervensi yang
diberikan bermanfaat untuk kemampuan fungsional pasien, perawat harus mampu
berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dan keluarga untuk mendukung adanya
proses keperawatan serta dalam pemberian asuhan keperawatan diperlukan
pemberian pendidikan kesehatan pada keluarga tentang penyakit, penyebab
Hernia Ingunialis, pencegahan, dan penanganan.

42
DAFTAR PUSTAKA
Adriana, L. (2011). hiperemesis gravidarum. Phys. Rev. E, 24. Retrieved from
http://ridum.umanizales.edu.co:8080/jspui/bitstream/6789/377/4/Muñoz
_Zap ata_Adriana_Patricia_Artículo_2011.pdf

Ali, Z. (2014). Dasar-Dasar Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : EGC

Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarta : Kemenkes RI;
2014.

Morgan, Gerri. (2012). Obstetri dan genekologi panduan praktik. Jakarta : EGC

Rahmawati, R. (2011). Penerapan Asuhan Keperawatan oleh Perawat terhadap


Ibu Hamil.

SDKI. (2017). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2017. Retrieved
from http://sdki.bkkbn.go.id/files/buku/2017IDHS.pdf

Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia SDKI, SIKI, SLKI
J. Raya Lenteng Agung No. 64 Jagakarsa, Jakarta Selatan 12610

43
LAMPIRAN
SATUAN RENCANA KEGIATAN

1.1 Topik
Pendidikan Kesehatan Pada Tn. R Dengan Diagnosa Medis Hernia
Ingunialis di Keperawatan Perioperatif.
1.2 Sasaran :
Pasien dan Keluarga
1.3 Tujuan
Tujuan Instruksional
Setelah mendapatkan penyuluhan 1x30 menit, pasien dan keluarga memahami dan
mampu menjelaskan tentang Nyeri.
Tujuan Instruksi Khusus:
1. Menyebutkan pengertian nyeri
2. Menyebutkan macam-macam manajemen nyeri
3. Memperagakan salah satu teknik untuk menghilangkan nyeri
1.4 Metode
a. Ceramah dan Tanya Jawab
1.5 Media
1. Leaflet
Leaflet yang digunakan dalam media pendidikan kesehatan ini dalam bentuk
selembar mengenai informasi manajemen nyeri.
1.6 Waktu Pelaksanaan
1. Hari/tanggal : Jumat 08 Oktober 2021
2. Pukul : 10.00 s/d 10.30 WIB
3. Alokasi : 30 Menit
No Kegiatan Waktu Metode
1 Pendahuluan : 5 Menit  Menjawab salam
 Memberi salam dan  Mendengarkan
memperkenalkan diri  Menjawab
 Menjelaskan maksud dan pertanyaan
tujuan penyuluhan
 Melakukan evaluasi
vadilasi

2 Penyajian : 15 Menit  Mendengarkan


 Pengertian nyeri dengan seksama
 Macam-macam  Mengajukan
manajemen nyeri pertanyaan
 Memperagakan salah satu
teknik untuk
menghilangkan nyeri
3 Evaluasi : 5 Menit  Menjawab
 Memberikan pertanyaan  mendemontrasi
akhir dan evaluasi
4 Terminasi : 5 Menit  mendengarkan
 menyimpulkan bersama-  menjawab salam
sama hasil kegiatan
penyuluhan
 menutup penyuluhan dan
mengucapkan salam

1.7 Tugas Pengorganisasian


1) Moderator : Dony Sentory
Moderator adalah orang yang bertindak sebagai penengah atau pemimpin
sidang (rapat,diskusi) yang menjadi pengarahan pada acara pembicara atau
pendiskusi masalah
Tugas:
1. Membuka acara penyuluhan.
2. Memperkenalkan diri.
3. Menjelaskan kontrak dan waktu disampaikan.
4. Menjelaskan kontrak dan waktu presentasi
5. Mengatur jalan diskusi
2) Penyaji : Dony Sentory
Penyaji adalah menyajikan materi diskusi kepada peserta dan
memberitahukan kepada moderator agar moderator dapat memberi arahan
selanjutnya kepada peserta-peserta diskusinya.
Tugas :
1. Menyampaikan materi penyuluhan.
2. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan.
3. Mengucapkan salam penutup.
3) Fasilitator : Dony Sentory
Fasilitator adalah seseorang yang membantu sekelompok orang, memahami
tujuan bersama mereka dan membantu mereka membuat rencana guna mencapai
tujuan tersebut tanpa mengambil posisi tertentu dalam diskusi.
Tugas :
1. Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannya kegaiatan.
2. Memfasilitasi pelaksananan kegiatan dari awal sampai dengan akhir.
4) Simulator : Dony Sentory
Simulator adalah seseorang yang bertugas untuk menyimulasikan suatu
peralatan kepada audience.
Tugas :
1. Memperagakan macam-macam gerakan.
5) Dokumentator : Dony Sentory
Dokumentator adalah orang yang mendokumentasikan suatu kegiatan yang
berkaitan dengan foto, pengumpulan data, dan menyimpan kumpulan dokumen
pada saat kegiatan berlangsung agar dapat disimpan sebagai arsip.
Tugas :
1. Melakukan dokumentasi kegiatan penyuluhan dalam kegiatan pendidikan
kesehatan.
6) Notulen : Dony Sentory
Notulen adalah sebutan tentang perjalanan suatu kegiatan penyuluhan,
seminar, diskusi, atau sidang yang dimulai dari awal sampai akhir acara. Ditulis
oleh seorang Notulis yang mencatat seperti mencatat hal-hal penting. Dan
mencatat segala pertanyaan dari peserta kegiatan.
Tugas :
1. Mencatat poin-poin penting pada saat penyuluhan berlangsung.
2. Mencatat pertanyaan-pertanyaan dari audience dalam kegiatan penyuluhan.
1.8 Setting Tempat

Keterangan :

: Kamera

: Moderator,Penyaji,Simulator, Fasilitator,
Dokumentatordan Notulen
: Pasien dan Keluarga

Lampiran Materi
MANAJEMEN NYERI

A. Definisi
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan
ektensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2014).
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah
sensori subyktif dan emosional yang tidak menyenangkan yang di dapat
terkait dengan kerusakan jaringan actual maupun potensial, atau
menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
B. Penyebab
1. Trauma
a. Mekanik, nyeri yang timbul karena akibat ujung-ujung saraf bebas
mengalami kerusakan, contoh akibat benturan, gesekan, dan luka
b. Thermis, nyeri yang timbul karena ujung saraf reseptor mendapat
rangsangan akibat panas, dingin, contoh karena api atau air
c. Khemis, nyeri yang timbul karena kontak dengan zat kimia yang
bersifat asam atau basa yang kuat
d. Elektrik, nyeri yang timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat
mengenai reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan
luka bakar
2. Neoplasma
a. Jinak
b. Ganas
3. Peradangan
Nyeri yang terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat
adanya peradangan atau terjepit oleh pembengkakan, misalnya
abses/bengkak
4. Gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah
5. Trauma psikologis
C. Sifat nyeri
1. Nyeri melelahkan dan membutuhkan banyak energy
2. Nyeri bersifat subjektif dan individual
3. Nyeri tidak dapat dinilai secara objektif seperti sinar X atau lab darah
4. Nyeri merupakan mekanisme pertahan fisiologis
5. Nyeri merupakan tanda kerusakan jaringan
6. Nyeri mengawali ketidakmampuan
7. Perawat hanya dapat mengkaji nyeri pasien dengan melihat perubahan
fisiologis tingkah laku dan dari pernyataan pasien
8. Hanya klien yang tahu kapan nyeri timbul dan seperti apa rasanya
9. Persepsi yang salah mengenai nyeri menyebabkan manajemen nyeri jadi
tidak optimal
D. Tujuan manajemen nyeri
1. Menangani nyeri akut atau kronis
2. Memberikan rasa nyaman
3. Mengurangi ketergantungan pasin dengan obat anti nyeri atau analgesik
E. Manajemen nyeri
1. Distraksi (Pengalihan pada hal-hal lain sehingga lupa terhadap nyeri yang
sedang dirasakan)
Contoh :
a. Membayangkan hal-hal yang indah
b. Membaca buku, Koran sesuai yang di sukai
c. Mendengarkan musik, radio, dan lain-lain
2. Relaksasi
Tiga hal penting dalam relaksasi adalah :
a. Posisi yang tepat
b. Pikiran tenang
c. Lingkungan tenang
Teknik relaksasi:

a. Menarik nafas dalam


b. Keluarkan perlahan-lahan dan rasakan
c. Nafas beberapa kali dengan irama yang normal
d. Ulangi nafas dalam dengan konsentrasi pikiran
e. Setelah rileks, nafas pelan
3. Stimulasi Kulit
Strategi penghilang nyeri tanpa obat yang sederhana, yaitu dengan
menggosok kulit. Masase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum,
sering dipusatkan pada punggung dan bahu. Masase dapat membuat pasien
lebih nyaman karena masase membuat relaksasi otot

MANAJEMEN A. PENGERT DISTRAKSI

NYERI IAN (Pengalihan


pada hal-hal lain
Nyeri adalah sehingga lupa
suatu rasa yang terhadap nyeri
tidak nyaman, yang sedang
baik ringan dirasakan)
maupun berat.

Contoh ;

- Membayangkan
hal-hal yang
Oleh :
indah
Dony Sentory
2018.C.10a.0965

B. CARA
Yayasan Eka Harap
SEDERHAN
Palangkaraya
A
Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan MENGATAS
Program Sarjana I NYERI ...?
Keperawatan
Tahun Ajaran
2021/2022
- Membaca buku,
koran sesuai yang
disukai

TERIMA
- Mendengarkan
TEKNIK KASIH
musik, radio, dan
lain-lain RELAKSASI

dalam

perlahan-
lahan dan
rasakan

kali dengan
irama yang
normal

1. RELAKSASI
dalam dengan
Tiga hal
konsentrasi
penting dalam
pikiran pada
relaksasi adalah :
lengan, perut,
a.Posisi yang punggung dan
tepat kelompok lain
b.Pikiran
c.Lingkungan nafas pelan
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Jalan Beliang No.110 Palangka Raya Telp/Fax. (0536) 3227707
E-Mail : stikesekaharap110@yahoo.com

LEMBAR KONSULTASI

Nama Mahasiswa : Dony Sentory


NIM : 2018.C.10a.0965
Tingkat / Prodi : IV B / S1 Keperawatan
Pembimbing : Rimba Aprianti, S. Kep., Ners

Tanda Tangan
No Hari/Tanggal Catatan Bimbingan
Mahasiswa Pembimbing
1 Kamis, 07
Oktober
2021 Sarjana Keperawatan 4B Gen X is
inviting you to a scheduled Zoom
meeting.

Topic: Konsultasi Pre Conference PPK


IV
Time: Oct 7, 2021 02:00 PM Jakarta

Join Zoom Meeting


https://us02web.zoom.us/j/5629825849
?
pwd=cTlvcmNvMG02bXRmL1FMY3
pTWnZtQT09

Meeting ID: 562 982 5849


Passcode: genxb2018
2 Jumat, 08
Oktober
2021 Sarjana Keperawatan 4B Gen X is
inviting you to a scheduled Zoom
meeting.

Topic: Konsultasi PPK 4


Time: Oct 8, 2021 10:00 AM Jakarta

Join Zoom Meeting


https://us02web.zoom.us/j/5629825849
?
pwd=cTlvcmNvMG02bXRmL1FMY3
pTWnZtQT09

Meeting ID: 562 982 5849


Passcode: genxb2018

3. Sabtu, 09
Oktober
2021
Sarjana Keperawatan 4B Gen X is
inviting you to a scheduled Zoom
meeting.

Topic: Konsultasi PPK IV Tkt.4B


Time: Oct 9, 2021 10:00 AM Jakarta

Join Zoom Meeting


https://us02web.zoom.us/j/5629825849
?
pwd=cTlvcmNvMG02bXRmL1FMY3
pTWnZtQT09

Meeting ID: 562 982 5849


Passcode: genxb2018

Anda mungkin juga menyukai