Disusun Oleh :
Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ners,
Penyusun
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan.................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5
2.1 Konsep Penyakit................................................................................................5
2.1.1 Definisi................................................................................................................5
2.1.2 Anatomi...............................................................................................................6
2.1.3 Etiologi................................................................................................................6
2.1.4 Klasifikasi...........................................................................................................7
2.1.5 Patofisiologi........................................................................................................8
2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)..........................................................10
2.1.7 Komplikasi........................................................................................................10
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang..................................................................................11
2.1.9 Penatalaksaan Medis.......................................................................................11
2.2. Konsep Dasar Herniatomy..............................................................................12
2.3. Manajeman Asuhan Keperawatan.................................................................18
2.3.1 Pengkajian.........................................................................................................18
2.3.2 Diagnosa Keperawatan....................................................................................20
2.3.3 Intervensi Keperawatan...................................................................................21
2.3.4 Implementasi Keperawatan.............................................................................27
2.3.5 Evaluasi Keperawatan.....................................................................................27
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN...............................................................28
3.1 Pengkajian............................................................................................................28
3.2 Prioritas Masalah.................................................................................................34
3.3 Rencana Keperawatan........................................................................................35
3.4 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan........................................................38
BAB IV PENUTUP..............................................................................................42
4.1 Kesimpulan..........................................................................................................42
4.2 Saran.....................................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................43
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hernia merupakan penonjolan isi dari rongga sehingga keluar dari rongga
tersebut dan menuju jaringan lain. Pada hernia abdomen, usus keluar melalui
rongga yang lemah dari lapisan otot apeneurotik dinding perut (Sjamsuhidayat,
2013). Menurut Sjamsuhidayat dan Jong (2012), hernia berdasarkan letaknya
yaitu hernia opigastrika, hernia inguinalis, hernia femoralis, hernia umbilikal dan
hernia skrotalis. Hernia opigastrika adalah hernia yang keluar defek di liena alba
umbilikus dan procesus xipoideus. Hernia inguinalis adalah penonjolan organ
dalam perut ke dalam lubang amulus inguinalis. Hernia femoralis adalah batasng
usus yang masuk menuju kanalis femoralis melalui cincin femoral. Hernia
umbilikal adalah hernia yang keluar dari umbilikus. Sedangkan hernia skrotalis
adalah hernia ingunalis lateralis yang mencapai skrotum. Hernia inguinalis
merupakan salah satu jenis hernia dimana penonjolan usus keluar dari rongga
peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh
epigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalam kanalis inguinalis dan jika
cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus (Sjamsuhidayat,
2012). Hernia inguinalis dapat terjadi karena bawaan lahir atau karena sebab yang
didapat. Kejadian hernia meningkat dengan bertambahnya umur karena
meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan
penunjang berkurang 2 kekuatannya (Nettina, 2011). Jika hernia tidak segera
diatasi, bisa menyebabkan pembengkakan atau udem dan jepitan pada cincin
hernia makin bertambah sehingga peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia
menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi cairan serosanguinus. Kalau isi
hernia terdiri usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses
lokal, fistel, atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut (Jong,
2014).
Pada tahun 2005 - 2010, World Health Organization (WHO), mendapatkan
data penderita hernia mencapai 19.173.279 orang. Pada tahun 2011, Negara Uni
Emirat Arab menjadi negara dengan jumlah penderita hernia terbesar di dunia
sekitar 3.950 orang. Penyebaran hernia paling banyak berada di negara
1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Penyakit
2.1.1 Definisi
Hernia adalah defek dalam dinding abdomen yang memungkinkan isi
abdomen (seperti peritonium, lemak, usus, atau kandung kemih) memasuki defek
tersebut sehingga timbul kantong berisikan materi abdominal. Menurut Leyner &
Goldberg (2012), ada berbagai jenis hernia pada tubuh, yang paling umum adalah
hernia inguinal.
Hernia inguinalis adalah prolaps sebagian usus ke dalam anulus inguinalis
di atas kantong skrotum, yang disebabkan oleh kelemahan atau kegagalan
menutup kongenital. Menurut sifatnya, hernia dapat berupa hernia reponible atau
irreponible. Hernia repobible merupakan hernia yang hilang timbul karena isi
hernia yang dapat kembali ke dalam rongga abdomen, sedangkan hernia
irreponible merupakan hernia dengan isi hernia yang tidak dapat susut kembali ke
dalam rongga abdomen (Suryanah, 2011). Sehingga hernia inguinalis lateral
reponible adalah hernia yang berada di atas kantung skrotum dengan isi hernia
dapat kembali ke dalam rongga abdomen.
Hernia inguinalis adalah hernia yang paling umum terjadi dan muncul
sebagai tonjolan di selangkangan atau skrotum. Orang awam biasa menyebutnya
“turun bero” atau “hernia”. Hernia inguinalis terjadi ketika dinding abdomen
berkembang sehingga usus menerobos kebawah melalui celah. Jika anda merasa
ada benjolan dibawah perut yang lembut, kecil, dan mungkin sedikit nyeri dan
bengkak, anda mungkin terkena hernia ini. Hernia tipe ini lebih sering terjadi pada
laki-laki daripada perempuan.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hernia inguinalis adalah
kondisi penonjolan organ, seperti usus dan jaringan yang ada di dalam perut, ke
area inguinal atau selangkangan. Hernia inguinal adalah salah satu jenis hernia
yang paling sering terjadi.
5
6
2.1.3 Etiologi
Menurut Henry dan Thompson (2012), terdapat dua faktor predisposisi
utama terjadinya hernia, yaitu:
a. Tekanan yang meningkat pada abdomen:
7
2.1.4 Klasifikasi
2.1.4.1 Berdasarkan terjadinya, hernia terbagi atas:
1. Hernia bawaan atau kongenital.
Sjamsuhidayat (2011) mengemukakan bahwa pada hernia
kongenital, sebelumnya telah terbentuk kantong yang terjadi sebagai
akibat dari perintah atau gangguan proses perkembangan intra uteri.
Kantong yang terbentuk akibat lemahnya celah abdominal (congenital
defect) yang merupakan bawaan sejak lahir (Priyatna, 2012).
2. Hernia dapatan atau akuisita.
Hernia ini merupakan hernia yang didapat seseorang akibat
beberapa faktor, salah satunya seperti mengangkat benda yang terlalu
berat. Hernia akuisita terbagi menjadi 2 tipe (Henry & Thompson,
2012
2.1.4.2 Berdasarkan letaknya, hernia terbagi atas:
1. Hernia Inguinal.
a. Inguinalis , terbagi lagi menjadi :
8
2.1.5 Patofisiologi
Hernia inguinalis terjadi di lipatan paha. Di lipatan paha terdapat suatu area
yang disebut kanal inguinal. Kanal inguinal adalah saluran atau lubang alami yang
menembus otot-otot dinding perut. Kanal inguinal membentuk jalan bagi testis
untuk turun dari rongga perut ke kantong skrotum. Pada umumnya, setiap kanal
menutup sebelum atau segera setelah lahir. Jika lubang ini tidak menutup, akan
terlihat benjolan di regio tersebut atau pembengkakan skrotum. benjolan tersebut
dapat terisi oleh usus maupun omentum lalu menonjol keluar. Hernia ini bisa
bersifat bawaan lahir atau didapatkan selama masa dewasa. Hernia ini lebih sering
terjadi pada pria daripada wanita (Leyner & Goldberg, 2011). Secara sederhana
hernia inguinalis terjadi akibat penutupan tuba (prosesus vaginalis) yang tidak
lengkap antara abdomen dan skrotum (atau uterus pada wanita). hal ini
menyebabkan turunnya sebagian intestine (Hany, 2011).
Kehamilan, batuk kronis, obesitas Kelemahan otot abdomen karena 9
usia atau secara congenital
Tekanan intra
abdomen
WOC Hernia Ingunialis Peregangan rongga dinding
Herniasi
Cincin hernia
Hernia Ingunialis
Pembedahan Pembedahan
Prosedur tindakan
pembedahan
Terputusnya kontinuitas Terputusnya kontinuitas
jaringan lunak jaringan lunak
Kurang terpapar
informasi
Perdarahan meningkat Strangulasi
MK : Ansietas
MK : Risiko Penekanan pada saraf
Perdarahan
MK : Nyeri Akut
Kehamilan, batuk kronis, obesitas Kelemahan otot abdomen karena
usia atau secara congenital
10
Tekanan intra
abdomen
WOC Hernia Ingunialis Peregangan rongga dinding
Herniasi
Cincin hernia
Hernia Ingunialis
Kelemahan otot
MK : Gangguan Mobilitas Fisik
MK : Risiko Konstipasi
11
2.1.7 Komplikasi
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi
hernia dapat tertahan dalam kantong, pada hernia ireponibel ini dapat terjadi kalau
isi hernia terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum, organ ekstraperitonial.
Disini tidak timbul gejala klinis kecuali berupa benjolan. Dapat pula terjadi isi
hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia strangulata yang
menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana. Sumbatan dapat terjadi total
atau parsial. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis, atau lebih kaku, lebih sering
terjadi jepitan parsial. Jarang terjadi inkarserasi retrograd, yaitu dua segmen usus
terperangkap di dalam kantong hernia dan satu segmen lainnya berada dalam
rongga peritonium, seperti huruf “W”.
Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi
hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau
struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya udem
menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah, sehingga akhirnya
peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia terjadi nekrosis dan kantong hernia
berisi transudat berupa cairan serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri atas usus,
dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses local, fistel, atau
peritonitis, jika terjadi hubungan dengan dengan rongga perut (Jong, 2012).
Gambaran klinis hernia inguinalis lateralis inkarserata yang mengandung
usus dimulai dengan gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan
cairan, elektrolit dan asam basa. Bila sudah terjadi strangulasi karena gangguan
vaskularisasi, terjadi keadaan toksik akibat gangren dan gambaran klinis menjadi
kompleks dan sangat serius. Penderita mengeluh nyeri lebih hebat di tempat
hernia. Nyeri akan menetap karena rangsangan peritoneal.
12
2.2.2 Indikasi
Herniotomi dilakukan pada pasien yang mengalami hernia dimana tidak
dapat kembali dengan terapi konservatif.
Gambaran Herniatomi
k. Sebelum pembedahan dijalankan,dokter anestesi haruslah melakukan
anestesi spinal pada pasien.
l. Selama masa pembedahan,dokter bedah haruslah memastikan tiadanya
perdarahan yang berlaku. Kerjasama dengan dokter anestesi amat
diperlukan bagi memonitor keadaan pasien.Sepanjang proses
pembedahan,dokter anestesi haruslah memonitor kondisi pasien. Tujuan
monitoring pasien adalah untuk perkiraan kemungkinan terjadi kegawatan
15
serta untuk mengevaluasi hasil suatu tindakan. Antara perkara yang harus
dimonitor oleh dokter anestesi adalah:
- Oksigenasi : Dilakukan dengan menggunakan alat analisa
oksigen,pulse oximetry dan analisa gas darah. Pada pemeriksaan fisik
dilihat jenis pernapasan, retraksi, suara pernapasan tambahan, serta
warna kulit.
- Ventilasi : Menggunakan alat kapnografi atau
kapnometri,spektoskopi,dan respirometer.Pada pemeriksaan fisik
dilihat pergerakan dinding dada,pergerakan reservoir bag dan
auskultasi suara napas.
- Sirkulasi: menggunakan alat NIBP,IABP,EKG,USG,dan pulse
oxymetry. Pada pemeriksaan fisik dilihat palpasi denyut nadi,dan
auskultasi jantung.
- Denyut nadi: dilakukan melalui palpasi arteri
temporalis,radialis,femoralis,dan carotis.Seterusnya auskultasi dengan
stetoskop.
- Suhu tubuh:dengan meraba suhu kulit dan menggunakan alat
thermometer,
- Central Venous pressure(CVP) : dilakukan bagi penanganan
hipovolemia dan syok,jalur pemberian obat dengan osmolalitas
tinggi,pasien dengan nutrisi parenteral,aspirasi emboli
udara,memasukkan pacing transkutaneous,serta akses intravena bagi
[asien dengan akses perifer yang kurang baik.
- Produksi urin: dengan pemasangan kateter urin. Produksi urin normal
adalah 0.5-1cc/KgBB/jam.
- Perdarahan: melakukan penilaian terhadap warna darah.Jumlah
perdarahan diukur dengan cara
o Jumlah perdarahan = calorimeter terbaca X vol.pelarut (ml)
200 X kadar Hb (gr%)
16
juga perlu dibuat pencatatan teknik yang digunakan dan setiap komplikasi
yang terjadi. Hal tersebut dapat berguna bagi pasien di masa mendatang.
i. Untuk mempermudah dalam melakukan observasi maka sistem tubuh
dibagi atas 6B yang berurutan menurut prioritasnya, mulai dari yang
paling berbahaya sampai yang kurang membahayakan bila terjadi
kelainan-kelainan. Pembagian tersebut adalah :
1. B1 : Breath (Sistem Pernafasan)
2. B2 : Bleed (Sistem Kardiovaskuler)
3. B3 : Brain (Sistem Syaraf)
4. B4 : Bladder (Sistem Urogenital)
5. B5 : Bowel (Sistem Gastrointestinalis)
6. B6 : Bone (Sistem Skelet)
j. Observasi pada keenam sistem tersebut meliputi anamnesa, pemeriksaan
fisik diagnostik, pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan dengan
bantuan alat.
2.2.6 Komplikasi
Beberapa komplikasi dapat terjadi pasca bedah. Komplikasi yang paling
umum terjadi adalah:
a. Failure to awaken
b. Nausea-vomiting, kadang-kadang dipersulit oleh dehidrasi.
c. “Chest” atau komplikasi pada paru
d. Trombosis vena tungkai, kadang-kadang dipersulit oleh emboli
e. Retensi karbon dioksida
f. Nyeri Pasca Bedah
g. Trauma mekanis
h. Efek toksik lambat dari obat anasthesi
i. Hipertermi atau hipotermi
j. Agitation
k. Bleeding – hypovolemia
l. Hypertension
m. Hypervolemia
18
Oleh sebab beberapa komplikasi tersebut maka pasien pasca operasi harus
memperhatikan hal-hal berikut :
1. Pernafasan
Gangguan sistem pernafasan cepat menyebabkan kematian karena
hipoksia, sehingga harus diketahui sedini mungkin dan harus segera
diatasi. Penyebab yang paling sering dijumpai sebagai penyulit pernafasan
adalah sisa obat anestetik (penderita tidak sadar kembali) dan sisa obat
pelemas otot yang belum dimetabolisme dengan sempurna. Disamping itu
lidah yang jatuh kebelakang dapat menyebabkan obstruksi hipofaring.
2. Sirkulasi
Diagnosis penyulit sirkulasi juga harus dilakukan secara dini. Penyulit
yang sering dijumpai adalah hipotensi, syok dan aritmia.
3. Regurgitasi
Muntah dan regurgitasi disebabkan oleh hipoksia selama anestesi, anestesi
yang terlalu dalam, rangsang anestetik, misalnya pada eter, langsung pada
pusat muntah di otak, dan tekanan lambung yang tinggi karena lambung
penuh atau karena tekanan dalam rongga perut yang tinggi misalnya
karena ileus.
4. Gangguan faal lain
Pemanjangan masa pemulihan kesadaran dapat disebabkan oleh gangguan
metabolisme yang berpengaruh pada metabolisme otak seperti pada
hipotermi, syok, gangguan faal hati, gangguan faal ginjal, dan
hiponatremia.
5. Penanggulangan nyeri
Nyeri pasca bedah harus segera diatasi. Nyeri ini bersifat sangat
individual.
6. Terapi cairan
Pengaruh hormonal yang masih menetap beberapa hari pasca bedah dan
dapat mempengaruhi keseimbangan air dan elektrolit harus diperhatikan
dalam menentukan terapi cairan tersebut. Bila penderita sudah dapat
minum secepatnya diberikan peroral. Apabila penderita tidak boleh
peroral, maka pemberian secara parenteral diteruskan.
19
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa : Dony Sentory
NIM : 2018.C.10a.0965
Ruang Praktek : OK
Tanggal Praktek : 07-09 Oktober 2021
Tanggal & Jam Pengkajian : 07 Oktober 2021 & 10.00 WIB
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Nama : Tn. R
Umur : 49
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Kristen
Pekerjaan : PNS
Pendidikan : S1
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. G. Obos
Tgl MRS : 07 Oktober 2021
Diagnosa Medis : Post Op Hernia Inguinalis
28
29
ditusuk-tusuk dan tertekan, pada daerah abdomen kanan bawah, skala nyeri 8,
nyeri yang dirasakan sewaktu-waktu / kadang-kadang durasi ± 3-5 menit. Setelah
dilakukan pemeriksaaan oleh dokter bedah didapatkan diagnose medis Hernia
Ingunialis dengan rencana tindakan operasi. Klien diantar keruang operasi pukul
10.00 WIB dan dilakukan operasi pukul 10.30 WIB dan selesai pukul 11.30 WIB.
Klien terpasang infus RL 20 tpm, Tekanan Darah : 140/90 mmHg, N : 84 x/menit,
RR : 20 x/menit, S : 36 0C. Berdasarkan pengkajian pada tanggal 08 Februari 2010
didapatkan data klien, yaitu klien mengatakan terdapat luka operasi perut kanan
bawah, nyeri pada daerah luka operasi. Terdapat luka operasi pada daerah inguinal
dextra, keadaan luka bersih dan ditutup verban.
3.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Klien pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya klien dengan penyakit
yang sama, tidak pernah mengalami kecelakaan sebelumnya klien, klien tidak ada
riwayat alergi terhadap masinestra dan obat-obatan.
3.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada yang sama dengan penyakit klien
Genogram Keluarga
Keterangan :
1. Meninggal Dunia
2. Klien
3. Istri Klien
4. Tinggal Serumah
30
Dony Sentory
NIM.2018.C.10a.0965
ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
Pre Operatif Prosedur tindakan Ansietas
pembedahan
1. Ds :
Klien mengatakan cemas Kurang terpaparnya
dengan keadaannya informasi
32
Do :
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak tegang
- Klien sulit tidur
- TTV :
TD : 140/90mmHg
N : 84x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,0C
Do :
- Klien tampak meringis
- Tampak luka post
operasi pada abdomen
kanan bawah tertutup
elastic verban
- Klien tampak
melindungi area yang
nyeri
- TTV :
TD : 140/90mmHg
N : 84x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,0C
4.2 Saran
Perawat perlu mengetahui tanda gejala Hernia Ingunialis, perawat harus
mampu mengetahui kondisi klien secara keseluruhan sehingga intervensi yang
diberikan bermanfaat untuk kemampuan fungsional pasien, perawat harus mampu
berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dan keluarga untuk mendukung adanya
proses keperawatan serta dalam pemberian asuhan keperawatan diperlukan
pemberian pendidikan kesehatan pada keluarga tentang penyakit, penyebab
Hernia Ingunialis, pencegahan, dan penanganan.
42
DAFTAR PUSTAKA
Adriana, L. (2011). hiperemesis gravidarum. Phys. Rev. E, 24. Retrieved from
http://ridum.umanizales.edu.co:8080/jspui/bitstream/6789/377/4/Muñoz
_Zap ata_Adriana_Patricia_Artículo_2011.pdf
Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarta : Kemenkes RI;
2014.
Morgan, Gerri. (2012). Obstetri dan genekologi panduan praktik. Jakarta : EGC
SDKI. (2017). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2017. Retrieved
from http://sdki.bkkbn.go.id/files/buku/2017IDHS.pdf
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia SDKI, SIKI, SLKI
J. Raya Lenteng Agung No. 64 Jagakarsa, Jakarta Selatan 12610
43
LAMPIRAN
SATUAN RENCANA KEGIATAN
1.1 Topik
Pendidikan Kesehatan Pada Tn. R Dengan Diagnosa Medis Hernia
Ingunialis di Keperawatan Perioperatif.
1.2 Sasaran :
Pasien dan Keluarga
1.3 Tujuan
Tujuan Instruksional
Setelah mendapatkan penyuluhan 1x30 menit, pasien dan keluarga memahami dan
mampu menjelaskan tentang Nyeri.
Tujuan Instruksi Khusus:
1. Menyebutkan pengertian nyeri
2. Menyebutkan macam-macam manajemen nyeri
3. Memperagakan salah satu teknik untuk menghilangkan nyeri
1.4 Metode
a. Ceramah dan Tanya Jawab
1.5 Media
1. Leaflet
Leaflet yang digunakan dalam media pendidikan kesehatan ini dalam bentuk
selembar mengenai informasi manajemen nyeri.
1.6 Waktu Pelaksanaan
1. Hari/tanggal : Jumat 08 Oktober 2021
2. Pukul : 10.00 s/d 10.30 WIB
3. Alokasi : 30 Menit
No Kegiatan Waktu Metode
1 Pendahuluan : 5 Menit Menjawab salam
Memberi salam dan Mendengarkan
memperkenalkan diri Menjawab
Menjelaskan maksud dan pertanyaan
tujuan penyuluhan
Melakukan evaluasi
vadilasi
Keterangan :
: Kamera
: Moderator,Penyaji,Simulator, Fasilitator,
Dokumentatordan Notulen
: Pasien dan Keluarga
Lampiran Materi
MANAJEMEN NYERI
A. Definisi
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan
ektensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2014).
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah
sensori subyktif dan emosional yang tidak menyenangkan yang di dapat
terkait dengan kerusakan jaringan actual maupun potensial, atau
menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
B. Penyebab
1. Trauma
a. Mekanik, nyeri yang timbul karena akibat ujung-ujung saraf bebas
mengalami kerusakan, contoh akibat benturan, gesekan, dan luka
b. Thermis, nyeri yang timbul karena ujung saraf reseptor mendapat
rangsangan akibat panas, dingin, contoh karena api atau air
c. Khemis, nyeri yang timbul karena kontak dengan zat kimia yang
bersifat asam atau basa yang kuat
d. Elektrik, nyeri yang timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat
mengenai reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan
luka bakar
2. Neoplasma
a. Jinak
b. Ganas
3. Peradangan
Nyeri yang terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat
adanya peradangan atau terjepit oleh pembengkakan, misalnya
abses/bengkak
4. Gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah
5. Trauma psikologis
C. Sifat nyeri
1. Nyeri melelahkan dan membutuhkan banyak energy
2. Nyeri bersifat subjektif dan individual
3. Nyeri tidak dapat dinilai secara objektif seperti sinar X atau lab darah
4. Nyeri merupakan mekanisme pertahan fisiologis
5. Nyeri merupakan tanda kerusakan jaringan
6. Nyeri mengawali ketidakmampuan
7. Perawat hanya dapat mengkaji nyeri pasien dengan melihat perubahan
fisiologis tingkah laku dan dari pernyataan pasien
8. Hanya klien yang tahu kapan nyeri timbul dan seperti apa rasanya
9. Persepsi yang salah mengenai nyeri menyebabkan manajemen nyeri jadi
tidak optimal
D. Tujuan manajemen nyeri
1. Menangani nyeri akut atau kronis
2. Memberikan rasa nyaman
3. Mengurangi ketergantungan pasin dengan obat anti nyeri atau analgesik
E. Manajemen nyeri
1. Distraksi (Pengalihan pada hal-hal lain sehingga lupa terhadap nyeri yang
sedang dirasakan)
Contoh :
a. Membayangkan hal-hal yang indah
b. Membaca buku, Koran sesuai yang di sukai
c. Mendengarkan musik, radio, dan lain-lain
2. Relaksasi
Tiga hal penting dalam relaksasi adalah :
a. Posisi yang tepat
b. Pikiran tenang
c. Lingkungan tenang
Teknik relaksasi:
Contoh ;
- Membayangkan
hal-hal yang
Oleh :
indah
Dony Sentory
2018.C.10a.0965
B. CARA
Yayasan Eka Harap
SEDERHAN
Palangkaraya
A
Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan MENGATAS
Program Sarjana I NYERI ...?
Keperawatan
Tahun Ajaran
2021/2022
- Membaca buku,
koran sesuai yang
disukai
TERIMA
- Mendengarkan
TEKNIK KASIH
musik, radio, dan
lain-lain RELAKSASI
dalam
perlahan-
lahan dan
rasakan
kali dengan
irama yang
normal
1. RELAKSASI
dalam dengan
Tiga hal
konsentrasi
penting dalam
pikiran pada
relaksasi adalah :
lengan, perut,
a.Posisi yang punggung dan
tepat kelompok lain
b.Pikiran
c.Lingkungan nafas pelan
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Jalan Beliang No.110 Palangka Raya Telp/Fax. (0536) 3227707
E-Mail : stikesekaharap110@yahoo.com
LEMBAR KONSULTASI
Tanda Tangan
No Hari/Tanggal Catatan Bimbingan
Mahasiswa Pembimbing
1 Kamis, 07
Oktober
2021 Sarjana Keperawatan 4B Gen X is
inviting you to a scheduled Zoom
meeting.
3. Sabtu, 09
Oktober
2021
Sarjana Keperawatan 4B Gen X is
inviting you to a scheduled Zoom
meeting.