Disusun Oleh :
Juwita Putri Kartini P07120319048
Dosen Pembimbing :
Ibu Ida Mardalena S.Kep,Ns,M.Si
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan Tugas Makalah Asuhan Keperawatan Pre, Intra, dan Post Operasi
Pada Tn.W dengan Hernia Inguinalis Lateralis.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
Metodologi Keperawatan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
pengetahuan mengenai asuhan keperawatan yang seharusnya diberikan pada pasien pre, intra,
dan post operasi hernia inguinalis lateralis untuk mempercepat proses penyembuhan pasien.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ida Mardalena S.Kep,Ns,M.Si selaku salah satu
Dosen Mata Kuliah Metodologi Keperawatan Sarjana Terapan Keperawatan Anestesiologi
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang sedang ditekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari, makalah
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB 1.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................5
C. Tujuan.............................................................................................................................5
BAB 2.........................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................6
A. Pengertian........................................................................................................................6
B. Klasifikasi.......................................................................................................................6
C. Anatomi Fisiologi............................................................................................................8
D. Etiologi............................................................................................................................9
F. Tanda dan Gejala...........................................................................................................10
BAB 3.......................................................................................................................................12
PEMBAHASAN......................................................................................................................12
A. Pengkajian Keperawatan...............................................................................................12
BAB 4.......................................................................................................................................31
PENUTUP................................................................................................................................31
A. Kesimpulan...................................................................................................................31
B. Saran..............................................................................................................................31
Daftar Pustaka..........................................................................................................................32
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hernia inguinalis merupakan permasalahan yang bisa ditemukan dalam kasus bedah.
Kasus kegawatdaruratan dapat terjadi apabila hernia inguinalis bersifat Strangulasi
dan inkarserasi. Inkarserasi merupakan penyebab obstruksi usus nomor satu dan
tindakan operasi darurat nomor dua setelah appendicitis akut di Indonesia
(Sjamsuhidayat, 2010 dan Greenberg et al, 2008).
Hernia inguinalis merupakan penonjolan yang keluar dari rongga peritoneum melalui
anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior,
kemudian hernia masuk kedalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol
keluar dari anulus inguinalis eksternus (Sjamsuhidayat, 2004). Faktor risiko yang
dapat menjadi etiologi hernia inguinalis yaitu peningkatan intra-abdomen (batuk
kronis, konstipasi, ascites, angkat beban berat dan keganasan abdomen) dan
kelemahan otot dinding perut (usia tua, kehamilan,prematuritas, pembedahan insisi
yang mengakibatkan hernia insisional, overweightdan obesitas) (Sjamsuhidajat, 2010
dan Burney, 2012). Hernia inguinalis dapat diderita oleh semua umur, tetapi angka
kejadian hernia inguinalis meningkat dengan bertambahnya umur dan terdapat
distribusi bimodal (dua modus) untuk usia yaitu dengan puncaknya pada usia 1 tahun
dan pada usia rerata 40 tahun (Greenberg et al, 2008 dan Sjamsuhidajat, 2010).
Angka kejadian hernia inguinalis 10 kali lebih banyak daripada hernia femoralis
(Sjamsuhidajat, 2010 dan Lavelle et al 2002). Secara umum, kejadian hernia
inguinalis lebih banyak diderita oleh laki-laki daripada perempuan. Menurut World
Health Organization (WHO), penderita hernia tiap tahunnya meningkat. Didapatkan
data pada decade tahun 2005 sampai tahun 2010 penderita hernia segala jenis
mencapai 19.173.279 penderita (12.7%) dengan penyebaran yang paling banyak
adalah daerah Negara-negara berkembang seperti Negara-negara Afrika, Asia
tenggara termasuk Indonesia, selain itu Negara Uni emirat arab adalah Negara dengan
jumlah penderita hernia terbesar di dunia sekitar 3.950 penderita pada tahun 2011.
Berdasarkan data dari Departermen Kesehatan Republik Indonesia di Indonesia
periode Januari 2010 sampai dengan Februari 2011 berjumlah 1.243 yang mengalami
gangguan hernia inguinalis, termasuk berjumlah 230 orang (5,59%) (DepKesRI,
2011).
B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana Asuhan Keperawatan Pre, Intra, dan Post Operasi Pada Pasien Hernia
Inguinalis?
C. Tujuan
1) Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pre, Intra, dan Post Operasi Pada Pasien
Hernia Inguinalis
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Hernia merupakan suatu keadaan menonjolnya isi usus suatu rongga melalui lubang
(Oswari, 2000). Sedangkan menurut Mutakin (2011), hernia adalah penonjolan
sebuah organ, jaringan atau struktur melewati dinding rongga yang secara normal
memang berisi bagian- bagian tersebut. Menurut Mansoer (2000), hernia merupakan
masuknya organ kedalam rongga yang disebabkan oleh prosesus vaginalis
berobliterasi. Sumber lain mengatakan bahwa hernia merupakan sebuah tonjolan atau
benjolan yang terjadi disalah satu bagian tubuh yang seharusnya tidak ada. Secara
umum hernia merupaka tonjolan yang terjadi akibat protrusi abnormal jaringan, organ
atau bagian organ melalui struktur yang secara normal berisi.
B. Klasifikasi
Banyak sekali penjelasan mengenai klasifikasi hernia, berikut ini penjelasannya:
1. Hernia berdasarkan letaknya
a. Hernia inguinal
1) Indirek/ lateralis
Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan melewati korda spermatikus
melalui kanalis inguinalis. Ini umumnya terjadi pada pria dibanding
wanita. Umumnya pasien mengeluh adanya benjolan pada selangkangan
dan bisa mengecil atau menghilang saat tidur.
2) Direk/ medialis
Hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot. Hernia ini
disebut dierk karena langsung menuju anulus inguinalis eksterna sehingga
meskipun anulus inguinalis interna ditekan bila pasien berdiri atau
mengejan tetap akan timbul benjolan.
b. Femoral
Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum terjadi pada
wanita dari pada pria. Ini mulai sebagai penyumbatan lemak di kanalis
femoralis yang membesar dan secara bertahap menarik peritonium dan
hampir tidak dapat dihindari kandung kemih masuk kedalam kantung.
c. Umbilikal
Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan karena
peningkatan tekanan abdominal Ini biasanya terjadi pada klien gemuk atau
wanita multipara.
d. Insisional
Batang usus atau organ lain menonjol melalui jaringan parut lemah.
Otot-otot dinding perut dibagi empat yakni musculus rectus abdominis, musculus,
obliqus abdominis internus, musculus transversus abdominis. Kanalis inguinalis
timbul akibat descensus testiculorum, dimana testis tidak menembus dinding perut
melainkan mendorong dinding ventral perut ke depan. Saluran ini berjalan dari
kranio-lateral ke medio-kaudal, sejajar ligamentum inguinalis, panjangnya : + 4 cm.
(Brunner & Suddarth, 2000).
Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis internus yag
merupakan bagian terbuka dari fasia transversalis dan aponeurosis muskulus
transversus abdominis di medial bawah, di atas tuberkulum pubikum. Kanal ini
dibatasi oleh anulus eksternus. Atap ialah aponeurosis muskulus ablikus eksternus dan
didasarnya terdapat ligamentum inguinal. Kanal berisi tali sperma serta sensitibilitas
kulit regio inguinalis, skrotum dan sebagian kecil kulit, tungkai atas bagian
proksimedial (Martini, H 2001).
Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus
turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis
inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaiknya bila otot dinding perut berkontraksi
kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga
dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Pada orang yang sehat
ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis yaitu kanalis
inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur muskulus oblikus internus abdominis
yang menutup anulus inguinalis internus ketika berkontraksi dan adanya fasia
transversal yang kuat yang menutupi triganum hasselbaeh yang umumnya hampir
tidak berotot sehingga adanya gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan
terjadinya hernia inguinalis.
D. Etiologi
Etiologi hernia Inguinalis menurut Hidayat (2006) dalam adalah:
1. Batuk
2. Adanya presesus vaginalis yang terbuka
3. Tekanan intra abdomen yang meningkatkan secara kronis seperti batuk kronik,
hipertrofi prostat, konstipasi dan asites.
4. Kelemahan otot dinding perut dan degenerasi jaringan ikat karena usia lanjut.
5. Kehamilanmulti para dan obesitas.
E. Patofisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan seperti
tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau
batuk yang kuat atau perpindahan bagian usus ke daerah otot abdominal. Tekanan
yang berlebihan pada daerah abdominal tentunya akan menyebabkan suatu kelemahan
mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup kuat pada daerah
tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi pada proses perkembangan yang
cukup lama, pembedahan abdominal dan kegemukan. Pertama-tama terjadi
kerusakan yang sangat kecil pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena
organ-organ selalu saja melakukan perjalanan yang berat dan berlangsung dalam
waktu yang cukup lama sehingga terjadilan penonjolan dan mengakibatkan kerusakan
yang sangat parah sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam
perut menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka berbahaya
dan dapat menyebabkan gangren (Oswari, 2000).
Pembedahan sering dilakukan terhadap hernia yang besar atau terdapat resiko tinggi
akan terjadi komplikasi. Akibat dari keadaan post operatif seperti peradangan, edema,
dan pendarahan, sering terjadi pembengakakan skrotum setelah perbaikan hernia.
Komplikasi ini sangat menimbulkan rasa nyeri dan pergerakan apapun akan membuat
pasien tidak nyaman. Peradangan tersebut menyebabkan vasokontriksi vaskuler
sehingga aliran darah menjadi berlebihan dan menekan sistem syaraf. (Long, 2001).
Hernia inguinalis dapat terjadi karena kongenital atau karena sebab yang didapat.
Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur karena meningkatnya
penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan dinding perut, bagian
yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan intra
abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Bila otot
dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan
anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam
kanalis inguinalis. Pada orang dewasa kanalis tersebut sudah tertutup, tetapi karena
kelemahan daerah tersebut maka akan sering menimbulkan hernia yang disebabkan
keadaan peningkatan tekanan intra abdomen (Nettina, 2001).
F. Tanda dan Gejala
Menurut Heather Herdman (2012), tanda dan gejala yang sering muncul pada pasien
hernia adalah
1. Berupa benjolan keluar masuk/ keras dan yang tersering tampak benjolan dilipat
paha.
2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan mual.
3. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila lelah ada komplikasi
4. Bila terjadi hernia inguinalis strangulata kulit diatasnya menjadi merah dan panas
serta terasa sakit yang bertambah hebat.
5. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga
menimbulkan gajala sakit kencing disertai hematuria. Sedangkan menurut Long
(1996), sedangkan gejala klinis yang mungkin timbul setelah dilakukan operasi :
1) Nyeri
2) Peradangan
3) Edema
4) Pendarahan
5) Pembengkakan skrotum setelah perbaikan hernia inguinalis indirek
6) Retensi urin
7) Ekimosis pada dinding abdomen bawah atau bagian atas paha
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien hernia adalah :
Lab darah : hematology rutin, BUN, kreatinin dan elektrolit darah.
Radiologi, foto abdomen dengan kontras barium, flouroskopi.
H. Manajemen Terapi
1. Terapi Konservatif
Pada hernia reponibel dilakukan tekanan secara terus-menerus pada benjolan
seperti dengan bantal pasir, pasien tidur pada posisi supine antitrendernburg atau
memakai korset.
2. Terapi Pembedahan
Dapat dilakukan herniotomi dan herniografi (menjahit kantong hernia). Tindakan
pembedahan lebih efektif pada hernia reponibel karena dikawatirkan terjadi
komplikasi. Kondisi usus harus diperhatikan pada hernia inkarserata atau
strangulata, bila terjadi nekrisis harus direseksi. Metode pembedahan antara lain :
1) Perbaikan bassini
Kantung indirect dibuka, diperiksa dan diligasi. Bagian dasar inguinalis
diperkuat dengan menjahit fascia transversalis pada ligamentum inguinalis di
belakang funikulus.
2) Ligasi tinggi kantong hernia
Merupakan tindakan pada hernia inguinalis pada bayi dan anak.
3) Perbaikan shoudice
Fascia transversal dibagi secara longitudinal dan kedua lembaran diimbrikasi
pada ligamentum inguinal. Perbaikan diperkuat dengan menjahit musculus
obligus internus dan conjoined tendon pada opneurosisi obligustrenus, untuk
hernia direk dan indirek.
BAB 3
PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawatan
Analisa Data
Pre operasi
2 Do : Cemas Prosedur
a. Klien Nampak tegang pembedahan
b. Klien Nampak cemas
Ds :
a. Klien mengatakan
sedikit takut akan
dilakukan operasi
b. Klien menanyakan
kapan dilakukan operasi
dan bagaimana
prosesnya
Intra operasi
Diagnosa
Ds :
Ds :
Pre operasi
Intra operasi
Pasca operasi
A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh setelah melakukan pengkajian kepada pasien, maka
perawat mendapat beberapa diagonasa seperti Nyeri akut berhubungan dengan benjolan
di inguinal, Cemas berhubungan dengan prosedur pembedahan, Kurangnya mendapat
informasi, Resiko jatuh berhubungan dengan anastesi narkotik, Resiko perdarahan
berhubungan dengan proses pembedahan, Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri
fisik, Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive. Setelah melakukan diagnosa,
perawat melakukan intervensi dan implementasi yang sesuai dengan kebutuhan klien
untuk mempercepat proses penyebuhan klien. Dalam kasus ini, setelah operasi perawat
bertanggung jawab untuk bisa melanjutkan intervensi dalam hal penyembuhan luka.
B. Saran
Disarankan agar masyarakat lebih sadar dan dapat mengawasi anggota keluarga akan
penyakit hernia yang terjadi karena sebagian dinding rongga lemah yang merupakan cacat
bawaan atau keadaan yang didapat sesudah lahir. Selain itu, diharapkan makalah ini dapat
menjadi tambahan referensi pengetahuan mengenai penyakit hernia.
Daftar Pustaka
https://www.academia.edu/10049061/ASUHAN_KEPERAWATAN_PRE_INTRA_DAN_POST_OP
ERASIPADA_Tn_M_DENGAN_HERNIA_INGUINALIS_LATERALIS_DI_RUANG_OK_OPER
ATING_KAMARE_RSUD_WATES_KEMENTRIAN_KESEHATAN_REPUBLIK_INDONESIA_
POLITEKNIK_KESEHATAN_YOGYAKARTA_PROGAM_KEPERAWATAN_ANESTESI_DAN
_REANIMASI_2010