Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PRE,INTRA DAN POST OPERASI PADA

Tn.W DENGAN HERNIA INGUINALIS LATERALIS DI RUANG OK (OPERATING


KAMARE) RSUD PROF.DR. MARGONO SOEKARJO

“Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Individu Mata Kuliah Metodologi


Keperawatan”

Disusun Oleh :
Juwita Putri Kartini P07120319048

Dosen Pembimbing :
Ibu Ida Mardalena S.Kep,Ns,M.Si

POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA


SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
TAHUN AJARAN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan Tugas Makalah Asuhan Keperawatan Pre, Intra, dan Post Operasi
Pada Tn.W dengan Hernia Inguinalis Lateralis.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
Metodologi Keperawatan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
pengetahuan mengenai asuhan keperawatan yang seharusnya diberikan pada pasien pre, intra,
dan post operasi hernia inguinalis lateralis untuk mempercepat proses penyembuhan pasien.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ida Mardalena S.Kep,Ns,M.Si selaku salah satu
Dosen Mata Kuliah Metodologi Keperawatan Sarjana Terapan Keperawatan Anestesiologi
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang sedang ditekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari, makalah
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, 25 Oktober 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB 1.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................5
C. Tujuan.............................................................................................................................5
BAB 2.........................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................6
A. Pengertian........................................................................................................................6
B. Klasifikasi.......................................................................................................................6
C. Anatomi Fisiologi............................................................................................................8
D. Etiologi............................................................................................................................9
F. Tanda dan Gejala...........................................................................................................10
BAB 3.......................................................................................................................................12
PEMBAHASAN......................................................................................................................12
A. Pengkajian Keperawatan...............................................................................................12
BAB 4.......................................................................................................................................31
PENUTUP................................................................................................................................31
A. Kesimpulan...................................................................................................................31
B. Saran..............................................................................................................................31
Daftar Pustaka..........................................................................................................................32
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hernia inguinalis merupakan permasalahan yang bisa ditemukan dalam kasus bedah.
Kasus kegawatdaruratan dapat terjadi apabila hernia inguinalis bersifat Strangulasi
dan inkarserasi. Inkarserasi merupakan penyebab obstruksi usus nomor satu dan
tindakan operasi darurat nomor dua setelah appendicitis akut di Indonesia
(Sjamsuhidayat, 2010 dan Greenberg et al, 2008).
Hernia inguinalis merupakan penonjolan yang keluar dari rongga peritoneum melalui
anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior,
kemudian hernia masuk kedalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol
keluar dari anulus inguinalis eksternus (Sjamsuhidayat, 2004). Faktor risiko yang
dapat menjadi etiologi hernia inguinalis yaitu peningkatan intra-abdomen (batuk
kronis, konstipasi, ascites, angkat beban berat dan keganasan abdomen) dan
kelemahan otot dinding perut (usia tua, kehamilan,prematuritas, pembedahan insisi
yang mengakibatkan hernia insisional, overweightdan obesitas) (Sjamsuhidajat, 2010
dan Burney, 2012). Hernia inguinalis dapat diderita oleh semua umur, tetapi angka
kejadian hernia inguinalis meningkat dengan bertambahnya umur dan terdapat
distribusi bimodal (dua modus) untuk usia yaitu dengan puncaknya pada usia 1 tahun
dan pada usia rerata 40 tahun (Greenberg et al, 2008 dan Sjamsuhidajat, 2010).
Angka kejadian hernia inguinalis 10 kali lebih banyak daripada hernia femoralis
(Sjamsuhidajat, 2010 dan Lavelle et al 2002). Secara umum, kejadian hernia
inguinalis lebih banyak diderita oleh laki-laki daripada perempuan. Menurut World
Health Organization (WHO), penderita hernia tiap tahunnya meningkat. Didapatkan
data pada decade tahun 2005 sampai tahun 2010 penderita hernia segala jenis
mencapai 19.173.279 penderita (12.7%) dengan penyebaran yang paling banyak
adalah daerah Negara-negara berkembang seperti Negara-negara Afrika, Asia
tenggara termasuk Indonesia, selain itu Negara Uni emirat arab adalah Negara dengan
jumlah penderita hernia terbesar di dunia sekitar 3.950 penderita pada tahun 2011.
Berdasarkan data dari Departermen Kesehatan Republik Indonesia di Indonesia
periode Januari 2010 sampai dengan Februari 2011 berjumlah 1.243 yang mengalami
gangguan hernia inguinalis, termasuk berjumlah 230 orang (5,59%) (DepKesRI,
2011).
B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana Asuhan Keperawatan Pre, Intra, dan Post Operasi Pada Pasien Hernia
Inguinalis?

C. Tujuan
1) Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pre, Intra, dan Post Operasi Pada Pasien
Hernia Inguinalis
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Hernia merupakan suatu keadaan menonjolnya isi usus suatu rongga melalui lubang
(Oswari, 2000). Sedangkan menurut Mutakin (2011), hernia adalah penonjolan
sebuah organ, jaringan atau struktur melewati dinding rongga yang secara normal
memang berisi bagian- bagian tersebut. Menurut Mansoer (2000), hernia merupakan
masuknya organ kedalam rongga yang disebabkan oleh prosesus vaginalis
berobliterasi. Sumber lain mengatakan bahwa hernia merupakan sebuah tonjolan atau
benjolan yang terjadi disalah satu bagian tubuh yang seharusnya tidak ada. Secara
umum hernia merupaka tonjolan yang terjadi akibat protrusi abnormal jaringan, organ
atau bagian organ melalui struktur yang secara normal berisi.

B. Klasifikasi
Banyak sekali penjelasan mengenai klasifikasi hernia, berikut ini penjelasannya:
1. Hernia berdasarkan letaknya
a. Hernia inguinal
1) Indirek/ lateralis
Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan melewati korda spermatikus
melalui kanalis inguinalis. Ini umumnya terjadi pada pria dibanding
wanita. Umumnya pasien mengeluh adanya benjolan pada selangkangan
dan bisa mengecil atau menghilang saat tidur.
2) Direk/ medialis
Hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot. Hernia ini
disebut dierk karena langsung menuju anulus inguinalis eksterna sehingga
meskipun anulus inguinalis interna ditekan bila pasien berdiri atau
mengejan tetap akan timbul benjolan.
b. Femoral
Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum terjadi pada
wanita dari pada pria. Ini mulai sebagai penyumbatan lemak di kanalis
femoralis yang membesar dan secara bertahap menarik peritonium dan
hampir tidak dapat dihindari kandung kemih masuk kedalam kantung.
c. Umbilikal
Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan karena
peningkatan tekanan abdominal Ini biasanya terjadi pada klien gemuk atau
wanita multipara.
d. Insisional
Batang usus atau organ lain menonjol melalui jaringan parut lemah.

2. Berdasarkan terjadinya hernia terbagi menjadi:


a. Hernia bawaan/ konginetal
Hernia bawaan bisa terjadi sejak bayi lahir akibat prosesus vaginalis yang
tidak menutup sempurna saat bayi dalam kandungan
b. Hernia dapatan/ akuisita
Merupakan hernia yang timbul akibat faktor pemicu.

3. Berdasarkan sifatnya terbagi menjadi:


a. Hernia reponibel/ reducibel
Yaitu bila isi hernia bisa keluar dan masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada
keluhan nyeri ataupun gejala obstruksi usus.
b. Hernia ireponibel
Yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Ini
biasanya terjadi karena perlengketan isi kantong pada peritonium kantung
hernia. Hernia ini juga disebut hernia akreta.
c. Hernia strangulata
Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Hernia inkarserata berarti isi
kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai
akibatnya berupa gangguan vaskularisasi. Hernia strangulata mengakibatkan
nekrosis dari isi abdomen di dalamnya karena tidak mendapat darah akibat
pembuluh darah terjepit. (Long, 2001)
C. Anatomi Fisiologi

Gambar Anatomi Hernia


Sumber: Mansjoer (2000)

Otot-otot dinding perut dibagi empat yakni musculus rectus abdominis, musculus,
obliqus abdominis internus, musculus transversus abdominis. Kanalis inguinalis
timbul akibat descensus testiculorum, dimana testis tidak menembus dinding perut
melainkan mendorong dinding ventral perut ke depan. Saluran ini berjalan dari
kranio-lateral ke medio-kaudal, sejajar ligamentum inguinalis, panjangnya : + 4 cm.
(Brunner & Suddarth, 2000).
Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis internus yag
merupakan bagian terbuka dari fasia transversalis dan aponeurosis muskulus
transversus abdominis di medial bawah, di atas tuberkulum pubikum. Kanal ini
dibatasi oleh anulus eksternus. Atap ialah aponeurosis muskulus ablikus eksternus dan
didasarnya terdapat ligamentum inguinal. Kanal berisi tali sperma serta sensitibilitas
kulit regio inguinalis, skrotum dan sebagian kecil kulit, tungkai atas bagian
proksimedial (Martini, H 2001).
Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus
turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis
inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaiknya bila otot dinding perut berkontraksi
kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga
dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Pada orang yang sehat
ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis yaitu kanalis
inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur muskulus oblikus internus abdominis
yang menutup anulus inguinalis internus ketika berkontraksi dan adanya fasia
transversal yang kuat yang menutupi triganum hasselbaeh yang umumnya hampir
tidak berotot sehingga adanya gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan
terjadinya hernia inguinalis.
D. Etiologi
Etiologi hernia Inguinalis menurut Hidayat (2006) dalam adalah:
1. Batuk
2. Adanya presesus vaginalis yang terbuka
3. Tekanan intra abdomen yang meningkatkan secara kronis seperti batuk kronik,
hipertrofi prostat, konstipasi dan asites.
4. Kelemahan otot dinding perut dan degenerasi jaringan ikat karena usia lanjut.
5. Kehamilanmulti para dan obesitas.
E. Patofisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan seperti
tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau
batuk yang kuat atau perpindahan bagian usus ke daerah otot abdominal. Tekanan
yang berlebihan pada daerah abdominal tentunya akan menyebabkan suatu kelemahan
mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup kuat pada daerah
tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi pada proses perkembangan yang
cukup lama, pembedahan abdominal dan kegemukan. Pertama-tama terjadi
kerusakan yang sangat kecil pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena
organ-organ selalu saja melakukan perjalanan yang berat dan berlangsung dalam
waktu yang cukup lama sehingga terjadilan penonjolan dan mengakibatkan kerusakan
yang sangat parah sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam
perut menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka berbahaya
dan dapat menyebabkan gangren (Oswari, 2000).
Pembedahan sering dilakukan terhadap hernia yang besar atau terdapat resiko tinggi
akan terjadi komplikasi. Akibat dari keadaan post operatif seperti peradangan, edema,
dan pendarahan, sering terjadi pembengakakan skrotum setelah perbaikan hernia.
Komplikasi ini sangat menimbulkan rasa nyeri dan pergerakan apapun akan membuat
pasien tidak nyaman. Peradangan tersebut menyebabkan vasokontriksi vaskuler
sehingga aliran darah menjadi berlebihan dan menekan sistem syaraf. (Long, 2001).
Hernia inguinalis dapat terjadi karena kongenital atau karena sebab yang didapat.
Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur karena meningkatnya
penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan dinding perut, bagian
yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan intra
abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Bila otot
dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan
anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam
kanalis inguinalis. Pada orang dewasa kanalis tersebut sudah tertutup, tetapi karena
kelemahan daerah tersebut maka akan sering menimbulkan hernia yang disebabkan
keadaan peningkatan tekanan intra abdomen (Nettina, 2001).
F. Tanda dan Gejala
Menurut Heather Herdman (2012), tanda dan gejala yang sering muncul pada pasien
hernia adalah
1. Berupa benjolan keluar masuk/ keras dan yang tersering tampak benjolan dilipat
paha.
2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan mual.
3. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila lelah ada komplikasi
4. Bila terjadi hernia inguinalis strangulata kulit diatasnya menjadi merah dan panas
serta terasa sakit yang bertambah hebat.
5. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga
menimbulkan gajala sakit kencing disertai hematuria. Sedangkan menurut Long
(1996), sedangkan gejala klinis yang mungkin timbul setelah dilakukan operasi :
1) Nyeri
2) Peradangan
3) Edema
4) Pendarahan
5) Pembengkakan skrotum setelah perbaikan hernia inguinalis indirek
6) Retensi urin
7) Ekimosis pada dinding abdomen bawah atau bagian atas paha
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien hernia adalah :
 Lab darah : hematology rutin, BUN, kreatinin dan elektrolit darah.
 Radiologi, foto abdomen dengan kontras barium, flouroskopi.
H. Manajemen Terapi
1. Terapi Konservatif
Pada hernia reponibel dilakukan tekanan secara terus-menerus pada benjolan
seperti dengan bantal pasir, pasien tidur pada posisi supine antitrendernburg atau
memakai korset.
2. Terapi Pembedahan
Dapat dilakukan herniotomi dan herniografi (menjahit kantong hernia). Tindakan
pembedahan lebih efektif pada hernia reponibel karena dikawatirkan terjadi
komplikasi. Kondisi usus harus diperhatikan pada hernia inkarserata atau
strangulata, bila terjadi nekrisis harus direseksi. Metode pembedahan antara lain :
1) Perbaikan bassini
Kantung indirect dibuka, diperiksa dan diligasi. Bagian dasar inguinalis
diperkuat dengan menjahit fascia transversalis pada ligamentum inguinalis di
belakang funikulus.
2) Ligasi tinggi kantong hernia
Merupakan tindakan pada hernia inguinalis pada bayi dan anak.
3) Perbaikan shoudice
Fascia transversal dibagi secara longitudinal dan kedua lembaran diimbrikasi
pada ligamentum inguinal. Perbaikan diperkuat dengan menjahit musculus
obligus internus dan conjoined tendon pada opneurosisi obligustrenus, untuk
hernia direk dan indirek.
BAB 3
PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawatan

Hari / tanggal : Senin, 18 Oktober 2020


Waktu : 08.30 WIB
Metode : Wawancara, Observasi, Pemeriksaan Fisik, dan Studi Dokumen
Sumber data : Klien, tenaga kesehatan lain, status kesehatan pasien
Tempat : Ruang OK RSUD Prof.Dr.Margono Soekarjo
1. Identitas
a. Klien
Nama : Tn “M”
Umur : 43 tahun
Jenis kelamin : laki - laki
Agama : islam
Suku / bangsa : Jawa/ Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Tayuban, Panjatan, Kulon Progo
Status perkawinan : Kawin
No. CM. : 360230
Tanggal masuk RS : 19 Oktober 2020
Diagnosa medis : Hernia Inguinal Lateralis
b. Penanggung Jawab
Nama : Ny. “H”
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Alamat : Tayuban, Panjatan, Kulon Progo
Hubungan dg Klien : Istri
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Klien
1) Keluhan utama
Klien mengatakan perut terasa sebah dan selangkangan terasa kemeng pada
bagian benjolannya. Klien mengatakan agak pusing, tidak merasa mual, dan
tidak muntah.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Saat di ruang persiapan operasi, klien menyatakan sedikit takut dan klien
nampak tegang. Klien juga mengajukan beberapa pertanyaan tentang
bagaimana proses operasi yang akan dijalaninya. Saat dilaksanakan operasi,
klien dibius dengan bius spinal yang merupakan anastesi lokal sehingga klien
dalam keadaan sadar yang mengakibatkan terjadinya penurunan kekuatan
ekstremitas bawah. Saat selesai dilakukan operasi, klien keluar dalam keadaan
sadar dan tidak nampak takut. Namun ada sedikit rasa tidak nyaman pada
bagian bekas luka operasi.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Klien tidak memiliki riwayat penyakit DM, klien tidak menderita hipertensi
dan asma.
b. Riwayat Kesehatan Keluarga
1) Riwayat kesehatan keluarga
Anggota keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit serupa dan tidak
ada yang menderita penyakit hipertensi, asma dll.
3. Pola Kebiasaan
a. Aspek Fisik-Biologis
1) Pola nutrisi
a) Sebelum sakit
Pasien makan tiga kali sehari,dengan nasi, sayur dan lauk. Pasien minum
air putih 5 – 6 gelas setiap hari.
b) Selama sakit
Klien makan 3 kali sehari dengan nasi, sayur dan lauk. Klien minum 4 –
5 kali setiap hari. Selama di rawat di bangsal bedah sejak tanggal 18
Oktober 2020 klien belum makan atau minum, klien puasa untuk
menghadapi operasi yang akan dilakukan.
2) Pola eliminasi
a) Sebelum sakit
Klien BAB 1 kali sehari, tidak ada keluhan, dengan konsistensi lunak,
warna kuning kecoklatan dan berbau khas feces. Klien BAK 6 – 10 kali
sekitar 1200 cc setiap hari, warna kuning jernih, dan tidak ada keluhan.
b) Selama sakit
Klien BAB 1 kali sehari, tidak ada keluhan, dengan konsistensi lunak,
warna kuning kecoklatan dan berbau khas feces. Klien BAK 6- 10 kali
sekitar 1200 cc setiap hari, warna kuning jernih, dan tidak ada keluhan.
Selama di rawat di rumah sakit klien belum BAB.
3) Pola aktivitas, istirahat dan tidur
a) Sebelum sakit
Klien setiap hari bekerja sebagai wiraswasta untuk memenuhi kebutuhan
keluarga. Klien mengatakan biasa tidur selama 7 – 8 jam. Klien
mengatakan tidak pernah tidur siang dan biasa memulai tidurnya mulai
pukul 22.00 WIB – 05.00 WIB. Klien mengatakan biasa beristirahat di
sela – sela pekerjaannya.
b) Selama sakit
Klien mengatakan tidak dapat bekerja sebagai wiraswasta semenjak sakit
karena harus dirawat di Rumah Sakit dan akan dilakukan operasi. Pola
aktivitas klien terganggu dan klien harus beristirahat di tempat tidur
selama dirawat dan BAK di tempat tidur karena telah terpasang kateter.
Klien mengatakan biasa tidur selama 4 – 5 jam saat dirawat karena tidak
familier dengan keadaan sekitarnya.
4) Pola kebersihan diri
a) Sebelum dirawat
Pasien mandi dan mengosok gigi 2x setiap hari,pasien keramas 2 hari
sekali.
b) Selama dirawat
Pasien mandi dan menggosok gigi 2x setiap hari, selama dirawat (sehari)
pasien belum pernah keramas.
1) Konsep diri
a) Gambaran diri
Pasien memandang dirinya sebagai orang yang sakit dan selalu
didampingi keluarganya
2) Identitas diri
Pasien menyadari dirinya sebagai laki – laki dan bertingkah laku layaknya
laki – laki.
b) Harga diri
Klien tidak malu dengan keadaannya saat ini karena klien menerima
keadaannya saat ini karena sudah merupakan kehendak Tuhan.
c) Peran diri
Selama dirawat di rumah sakit klien tidak dapat menjalankan perannya
sebagai pekerja wiraswasta dan kepala keluarga bagi anak dan istri.
d) Ideal diri
Klien ingin cepat pulang dan klien ingin segera sembuh sehingga bisa
bekerja kembali seperti biasa.
3) Intelektual
Klien dan keluarga mengatakan tidak mengerti tentang penyebab penyakit
yang diderita dan bagaimana proses penyembuhannya dan cara perawatan di
rumah.
4) Hubungan interpersonal
Hubungan klien dengan keluarga baik, harmonis, dimana istri dan saudara-
saudaranya secara bergantian menunggui klien dan membantu klien dalam
memenuhi kebutuhannya. Saat berinteraksi dengan perawat, klien kontak
mata terus dan sangat memperhatikan apa yang dijelaskan.
5) Support System
Klien mendapat dukungan dari keluarganya
6) Spiritual
Klien beragama islam. Klien taat dalam menjalankan agamanya dan klien
selalu berdoa kepada Tuhan agar segera diberi kesembuhan
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
1) Kesadaran : Compos mentis
2) Status gizi : baik
TB : 153 cm
BB : 46 kg
IMT : 19,65
3) Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 80x/ menit
Respirasi : 20x/ menit
Suhu : 36,7°C
b. Pemeriksaan Cepalo Caudal
1) Kepala
a) Bentuk
Bentuk kepala bulat, tidak ada luka atau cedera kepala,kulit kepala kotor
dan berminyak.
b) Mata
Kedua mata terlihat sayu, konjungtiva pucat.
c) Telinga
Ketajaman pendengaran baik, bentuk normal: simetris kiri dan
kanan.tidak ada kelainan.
d) Mulut dan gigi
Bentuk bibir normal tidak ada perdarahan dan peradangan pada mulut.gigi
masih lengkap, tidak ada karang gigi dan karies,tidak ada benda asing
atau gigi palsu. Fungsi pengecapan baik, bentuk dan ukuran tonsil normal
serta tidak ada peradangan pada faring.
2) Leher
Kelenjar getah bening, dan tekanan vena jugularis tak ada kelainan (tidak
mengalami pembesaran ) tidak ada kaku kuduk
3) Dada
Simetris, pengembangan dada optimal, frekuensi pernafasan 20 x/menit.
ekspansi paru pada inspirasi dan ekspirasi maksimal.
4) Abdomen
Tidak ada massa, abdomen simetris, tidak ada jaringan parut, dilatasi vena
ataupun kemerahan. tidak ada nyeri tekan.
5) Ekstremitas
a) Atas : anggota gerak lengkap, tidak ada kelainan.Tidak ada luka
pada tangan kanan dan kiri, kekuatan cukup, dimana dapat
membolak- balikan tangan.
b) Bawah : anggota gerak lengkap. Bagian selangkangan terdapat
benjolan sehingga saat digerakkan terasa sakit dan kemeng.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Hasil pemeriksaan laboratorium
GDS : 62 (70 – 125 mg/dL)
Ureun : 31 (20 – 40 mg%)
Creat : 1,23 (0,6 – 1,1 mg%)
6. Terapi

a. Injeksi cefotaxim 1 gr/12 jam


b. Ciprofloksasin 2 x 500 mg
c. Injeksi ketorolak 30 gr/8 jam
d. Asam mefenamat 3 x 500 gr

Analisa Data

Pre operasi

No Data Masalah Penyebab


1 Do :
a. Klien Nampak Nyeri akut Benjolan di
melindungi bagian inguinal
inguinal
b. klien Nampak kesulitan
mengangkat kaki kirinya
c. Klien Nampak
menyeringai menahan
sakit dan pusing
Ds :
a. Klien mengatakan perut
terasa mbeseseg
b. selangkangan terasa
kemeng pada bagian
benjolannya
c. Klien mengatakan agak
pusing
d. Klien mengatakan takut
untuk miring ke kiri

2 Do : Cemas Prosedur
a. Klien Nampak tegang pembedahan
b. Klien Nampak cemas
Ds :
a. Klien mengatakan
sedikit takut akan
dilakukan operasi
b. Klien menanyakan
kapan dilakukan operasi
dan bagaimana
prosesnya

3 Do : Kurang pengetahuan Kurang mendapat


Klien Nampak tegang dan informasi
takut
Ds :
Klien menanyakan kapan
dilakukan operasi dan
bagaimana prosedurnya

Intra operasi

No Data Masalah Penyebab


1 Do : Resiko jatuh Anastesi narkotik
a. klien di bius dengan
anastesi spinal
b. klien mengalami
penurunan kekuatan
ekstremitas bagian bawah
c. mobilitas terbatas
Ds :
2 Do : Resiko Proses
a. Klien menjalani perdarahan pembedahan
pembedahan pada
inguinalis lateralis
b. Klien dalam keadaan tidak
sadar karena pengaruh
anastesi
Pasca operasi

No Data Masalah Penyebab


1 Do : Nyeri akut Agen injuri fisik
Klien tampak menyerinagi menahan
sakit pada bekas operasi
Ds :
klien mengatakan sedikit nyeri pada
bekas operasi
2 Do : Resiko Prosedur
a. Klien terpasang infuse RL infeksi invasive
b. Terdapat luka insisi bedah
Ds :

Diagnosa

1. Nyeri akut berhubungan dengan benjolan di inguinal ditandai dengan


Do :
a. Klien Nampak melindungi bagian inguinal
b. klien Nampak kesulitan mengangkat kaki kirinya
c. Klien Nampak menyeringai menahan sakit dan pusing

Ds :

a. Klien mengatakan perut terasa mbeseseg


b. selangkangan terasa kemeng pada bagian benjolannya
c. Klien mengatakan agak pusing
d. Klien mengatakan takut untuk miring ke kiri

2. Cemas berhubungan dengan prosedur pembedahan ditandai dengan


Do :

a. Klien Nampak tegang


b. Klien Nampak cemas

Ds :

a. Klien mengatakan sedikit takut akan dilakukan operasi


b. Klien menanyakan kapan dilakukan operasi dan bagaimana prosesnya

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya mendapat informasi ditandai


dengan
Do :
Klien Nampak tegang dan takut
Ds :
Klien menanyakan kapan dilakukan operasi dan bagaimana prosedurnya

4. Resiko jatuh berhubungan dengan anastesi narkotik ditandai dengan


Do :
a. klien di bius dengan anastesi spinal
b. klien mengalami penurunan kekuatan ekstremitas bagian bawah
c. mobilitas terbatas
Ds : -

5. Resiko perdarahan berhubungan dengan proses pembedahan ditandai dengan


Do :
a. Klien menjalani pembedahan pada inguinalis lateralis
b. Klien dalam keadaan tidak sadar karena pengaruh anastesi

6. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik ditandai dengan


Do :
Klien tampak menyeringai menahan sakit
Ds :
Klien mengatakan sedikit nyeri pada bekas operasi

7. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive ditandai dengan


Do :
a. Klien terpasang infuse RL
b. Terdapat luka insisi bedah
Ds : -
Rencana Asuhan Keperawatan

Pre operasi

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1 Nyeri akut Setelah dilakukan a. Kaji a. membantu
berhubungan tindakan tingkat nyeri, menentukan
dengan benjolan keperawatan durasi, lokasi pilihan
di inguinal selama 5 menit dan intensitas intervensi dan
ditandai dengan klien dapat memberikan
Do : mengontrol nyeri dasar untuk
a. Klien dengan criteria perbandingan
Nampak hasil : dan evaluasi
melindungi a. Klien terhadap terapi
bagian mengatakan
inguinal nyeri b. Observasi b. perilaku non
b. klien berkurang ketidaknyam verbal
Nampak anan non menunjukkan
kesulitan b. Klien verbal ketidaknyaman
mengangkat mengatakan an klien
kaki kirinya perut sudah terhadap nyeri
c. Klien tidak sebah
Nampak
c. Wajah klien c. Gunakan c. komunikasi
menyeringai
tenang tidak strategi terapetik dapat
menahan
nampak komunikasi menenangkan
sakit dan
menahan sakit terapetik klien
pusing
Ds :
a. Klien
mengatakan d. Gunakan d. memfokuskan
perut terasa teknik perhatian klien
sebah distraksi membantu
b. selangkangan menurunkan
terasa tegangan otot
kemeng pada
bagian e. ciptakan e. lingkungan
benjolannya suasana tenang dapat
c. Klien lingkungan mengurangi
mengatakan yang tenang factor-faktor
agak pusing stress selama
d. Klien nyeri
mengatakan f. kolaborasi f. analgetik dapat
takut untuk dengan mengurangi
miring ke kiri dokter untuk rasa nyeri yang
pemberian dirasakan klien
analgetik

2 Cemas Setelah dilakukan a. jelaskan a. kecemasan


berhubungan tindakan prosedur, klien akan
dengan keperawatan termasuk berkurang
prosedur selama 5 menit sensasi dengan
pembedahan kecemasan klien seperti informasi
ditandai dengan berkurang keadaan yang
Do : dengan _actor_a selama diberikan
a. Klien c klien prosedur. perawat
Nampak Nampak
tegang tenang b. Temani klien b. dengan
b. Klien untuk ditemani
Nampak c klien meningkatka perawat
cemas mengatakan n keamanan kecemasan
Ds : rasa takutnya dan klien akan
a. Klien berkurang menurunkan sedikit
mengatakan kecemasan berkurang
c klien
sedikit takut
menyatakan c. Dengarkan c. membantu
akan
siap untuk keluhan klien menentukan
dilakukan
dilakukan jenis
operasi
operasi intervensi
b. Klien
yang akan
menanyakan
dilakukan
kapan d. Identifikasi
dilakukan perubahan d. mengetahui
operasi dan level perkembangan
bagaimana kecemasan keadaan klien
prosesnya
e. Dorong klien e. membuat
untuk perasaan
mengungkap terbuka dan
kan secara bekerja sama
verbal dalam
tentang memberikan
perasaan, informasi
persepsi dan yang akan
ketakutan membantu
identifikasi
masalah
f. pertahankan f. kontak mata
kontak mata menumbuhka
n hubungan
salinh percaya
antara perawat
klien
g. turunkan g. menurunkan
stimulus stimulus
pembuat cemas dapat
cemas mencegah
cemas yang
berkelanjutan
h. tunjukkan
penerimaan h. sikap
penerimaan
perawat dapat
meningkatkan
kepercayaan
diri klien
i. jaga
ketenangan i. suasana yang
tenang dapat
mengurangi
stimulus
pembuat
cemas

3 Kurang Setelah dilakukan a. Identifikasi a. Pengetahuan


pengetahuan tindakan factor dasar yang
berhubungan perawatan selama internal dan memadai
dengan 5 menit eksternal dapat
kurangnya pengetahuan yang dapat meningkatka
mendapat klien bertambah meningkatka n kerjasama
informasi a. Klien tenang n motivasi pasien
ditandai dengan orang tua dan mengenai
Do : b. Klien keluarga.Jela program
Klien Nampak Nampak siap skan pengobatan
tegang dan takut menjalani pengertian, dan
Ds : operasi tanda gejala, mendapatkan
Klien komplikasi, penyembuha
menanyakan rencana n yang
kapan dilakukan tindakan optimal
operasi dan yang akan
bagaimana dilakukan.
prosedurnya
b. Pengetahuan
b. Jelaskan mengenai
mengenai lokasi operasi
jadwal, dan dapat
lokasi operasi mningkatkan
tindakan
kooperatif
klien
c. Durasi
c. Jelaskan tindakan
durasi operasi dapat
tindakan menenangka
operasi n klien
d. Tingkat
d. Identifikasi kecemasan
kecemasan klien untuk
klien mengetahui
kesiapan
klien operasi
e. Gambaran
e. Gambarkan tidakan
tindakan preoperatife
preoperasi dapat
rutin meningkatka
(anestesi, n kesipan
diet, test klien dalam
laboratorium, melaksanaka
IV terapi, n operasi
ruang tunggu
keluarga).

Evaluasi pre operasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi


Nyeri akut berhubungan 19 Oktober 2020 19 Oktober 2020
dengan benjolan di
Pukul 08.45 Pukul 08.45
inguinal ditandai dengan
Do : Mengkaji tingkat nyeri S : klien mengatakan
a. Klien Nampak nyeri diatas
melindungi bagian selangkangan bagian
inguinal kiri
b. klien Nampak O : klien terlihat
kesulitan mengangkat menyeringai menahan
kaki kirinya sakit
c. Klien Nampak A : nyeri akut
menyeringai menahan P : hentikan intervensi
sakit dan pusing
Ds : 19 Oktober 2020
19 Oktober Pukul 08.50
a. Klien mengatakan
Pukul 08.55
perut terasa sebah Mengajarkan klien untuk
b. selangkangan terasa nafas dalam S : klien mengatakan
kemeng pada bagian nyeri berkurang
benjolannya O : wajah klien tenang
c. Klien mengatakan A : tujuan tercapai
agak pusing sebagian
d. Klien mengatakan P : lanjutkan intervensi
takut untuk miring ke Ajarkan nafas dalam
kiri
Cemas berhubungan 19 Oktober 2020 19 Oktober 2020
dengan prosedur
Pukul 08.55 Pukul 08.55
pembedahan ditandai
dengan a. menjelaskan prosedur S : klien mengatkan takut
Do : operasi dan cemas
a. Klien Nampak tegang b. menemani klien untuk O : wajah klien tegang,
b. Klien Nampak cemas menurunkan klien tampak
Ds : kecemasan membaca doa
a. Klien mengatakan c. mendengarkan A : cemas teratasi
sedikit takut akan keluhan klien P : hentikan intervensi
dilakukan operasi d. mendorong klien
b. Klien menanyakan untuk mengungkapkan
kapan dilakukan rasa takutnya
operasi dan bagaimana
prosesnya
Kurang pengetahuan 19 Oktober 2020 19 Oktober 2020
berhubungan dengan
Pukul 08.55 Pukul 08.55
kurang terpapar
informasi ditandai a. menjelaskan jadwal S : klien menanyakan
dengan dan lokasi operasi prosedur operasi
Do : b. menjelaskan durasi O : klien terligat tegang
Klien Nampak tegang operasi A : masalah teratasi
dan takut c. menggambarkan P : hentikan intervensi
Ds : jalannya operasi rutin
Klien menanyakan kapan (anastesi, diit, dll)
dilakukan operasi dan
bagaimana prosedurnya

Intra operasi

N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


o
1 Resiko jatuh Setelah a. Berikan petunjuk a. Ketidak
berhubungan dilakukan
sederhana dan seimbangan
dengan anastesi tindakan
narkotik keperawatan singkat pada proses pemikiran
ditandai dengan selama ± 45
pasien tentang akan membuat
Do : menit resiko
a. klien di bius jatuh dapat posisi saat pasien merasa
dengan diminimalisir
operasi kesulitan dalam
anastesi dengan kriteria
spinal klien tidak jatuh memahami
b. klien
petunjuk yang
mengalami
penurunan panjang
kekuatan
b. Siapkan b. Bantalan
ekstremitas
bagian bawah peralatan dan diperlukan untuk
c. mobilitas
bantalan untuk melindungi
terbatas
Ds : - posisi yang bagian-bagian
dibutuhkan tubuh yang
sesuai prosedur menonjol untuk
operasi dan mencegah
kebutuhan terjadinya
spesifik klien penekanan saraf
c Mencegah
c.Letakkan eletroda terjadinya
penetral perlukaan akibat
(bantalan alat elektronik
elektrokauter)
yang meliputi
seluruh massa
otot-otot yang
paling besar dan
yakinkan bahwa
bantalan berada
pada posisi yang
baik
d. Stabilkan baik
d. Kereta atau meja
kereta pasien
yang tidak stabil
maupun meja
dapat terpisah,
operasi pada
menyebabkan
waktu
pasien terjatuh
memindahkan
pasien ke dan
dari meja operasi
2 Resiko Setelah a.Lindungi sekitar a. Cegah kerusakan
perdarahan dilakukan
kulit dan anatomi integritas kulit
berhubungan tindakan
dengan proses perawatan yang sesuai
pembedahan selama ± 45
seperti
ditandai dengan menit resiko
Do : perdarahan penggunaan
a. Klien dapat dicegah
kassa untuk
menjalani dengan kriteria
pembedaha menghentikan
n pada
perdarahan b. Kemungkinan
inguinalis
lateralis b. Pantau terjadinya
b. Klien pemasukan dan kekurangann
dalam
pengeluaran cairan, yang
keadaan
tidak sadar cairan selama mempengaruhi
karena
prosedur operasi keselamatan
pengaruh
anastesi dilakukan pemakai obat
Ds : -
anestesi,fungsi
organ dan
kondisi pasien
c.Pastikan c. Kegagalan
keamanan fungsi alat dapat
elektrikal dan terjadi selama
alat-alat yang prosedur operasi
digunakan
selama prosedur
operasi.
Misalnya kabel
coter pada
keadaan utuh.

Pasca operasi

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1 Nyeri akut Setelah a. Kaji tingkat a. membantu
berhubungan dilakukan nyeri, durasi, menentukan
dengan agen tindakan lokasi dan pilihan intervensi
injuri fisik keperawatan intensitas dan memberikan
ditandai dengan selama 10 dasar untuk
Do : menit nyeri perbandingan
Klien tampak klien dan evaluasi
menyeringai berkurang terhadap terapi
menahan sakit dengan
Ds : kriteria b. perilaku non
Klien d. klien b. Observasi verbal
mengatakan nampak ketidaknyamanan menunjukkan
sedikit nyeri tenang non verbal ketidaknyamanan
pada bekas e. klien klien terhadap
operasi mengatak
an nyeri nyeri
berkurang
c. Gunakan strategi c. komunikasi
komunikasi terapetik dapat
terapetik menenangkan
klien

d. Gunakan teknik d. memfokuskan


distraksi perhatian klien
membantu
menurunkan
tegangan otot

e. ciptakan suasana e. lingkungan


lingkungan yang tenang dapat
tenang mengurangi
factor-faktor
stress selama
f. kolaborasi nyeri
dengan dokter
untuk pemberian f. analgetik dapat
analgetik mengurangi rasa
nyeri yang
dirasakan klien

2 Resiko infeksi Setelah a. Bersihkan a. lingkungan yang


berhubungan dilakukan lingkungan bersih akan
dengan prosedur tindakan sekitar klien terhindar dari
invasive keperawatan kuman-kuman
ditandai dengan selama 5 penyebab infeksi
Do : menit infeksi b. Cuci tangan b. mencuci tangan
a. Klien dapat sebelum dan sebelum dan
terpasang dikontrol sesudah sesudah tindakan
infuse RL dengan melakukan dapat
b. Terdapat luka kriteria perawatan pasien meminimalkan
insisi bedah a.Tidak ada lain kotoran-kotoran
Ds : - tanda-tanda penyebab infeksi
ineksi c. Jelaskan pada c. penjelasan
b. Vital klien tentang tentang tanda-
sign dalam tanda-tanda tanda infeksi
batas infeksi. akan menambah
normal pengetahuan
klien

Evaluasi Pasca operasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi


Nyeri akut berhubungan 19 Oktober 2020 19 Oktober 2020
dengan agen injuri fisik
ditandai dengan Pukul 11.00 Pukul 11.00
Do :
mengkaji intensitas, S : klien mengatakan
Klien tampak
menyeringai menahan gambaran, dan lokasi tangan kirinya terasa
sakit
atau penyebaran nyeri, nyeri
Ds :
Klien mengatakan sedikit tau adanya perubahan O : klien beberapa kali
nyeri pada bekas operasi
melihat tangannya
yang dioperasi
A : intervensi tercapai
sebagian
P : lanjutkan intervensi
perawatan luka setiap
19 Oktober 2020 hari
Pukul 11.00
19 Oktober 2020
Mengajarkan teknik
distraksi; nafas dalam Pukul 11.00
untuk mengurangi nyeri
S : klien mengatakan
nyeri berkurang
O : wajah klien tenang
A : tujuan tercapai
sebagian
P : lanjutkan intervensi
Ajrkan teknik nafas
dalam
Resiko infeksi 19 Oktober 2020 19 Oktober 2020
berhubungan dengan
Pukul 11.10 Pukul 11.10
prosedur invasive
ditandai dengan Menjelaskan pada klien S:-
Do : tentang tanda-tanda O : klien terpasang infus,
a. Klien terpasang infuse infeksi. terdapat luka bekas
RL jahitan di inguinal
b. Terdapat luka insisi lateralis sinistra
bedah A : masalah belum
Ds : - teratasi
P : lanjutkan intervensi
Anjurkan klien untuk
menjaga kebersihan
daerah luka
BAB 4
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh setelah melakukan pengkajian kepada pasien, maka
perawat mendapat beberapa diagonasa seperti Nyeri akut berhubungan dengan benjolan
di inguinal, Cemas berhubungan dengan prosedur pembedahan, Kurangnya mendapat
informasi, Resiko jatuh berhubungan dengan anastesi narkotik, Resiko perdarahan
berhubungan dengan proses pembedahan, Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri
fisik, Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive. Setelah melakukan diagnosa,
perawat melakukan intervensi dan implementasi yang sesuai dengan kebutuhan klien
untuk mempercepat proses penyebuhan klien. Dalam kasus ini, setelah operasi perawat
bertanggung jawab untuk bisa melanjutkan intervensi dalam hal penyembuhan luka.

B. Saran
Disarankan agar masyarakat lebih sadar dan dapat mengawasi anggota keluarga akan
penyakit hernia yang terjadi karena sebagian dinding rongga lemah yang merupakan cacat
bawaan atau keadaan yang didapat sesudah lahir. Selain itu, diharapkan makalah ini dapat
menjadi tambahan referensi pengetahuan mengenai penyakit hernia.
Daftar Pustaka

Doenges Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien), Edisi 3, Penerbit Buku Kedikteran EGC, Tahun 2002, Hal ;
52 – 64 & 240 – 249.

Carpenito, L. J.2001.Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa Keperawatan, dan


Masalah Keperawatan. Jakarta: EGC.

Nanda, 2001-2002, Diagnosis Keperawatan NANDA: Defnisi dan klasifikasi

https://www.academia.edu/10049061/ASUHAN_KEPERAWATAN_PRE_INTRA_DAN_POST_OP
ERASIPADA_Tn_M_DENGAN_HERNIA_INGUINALIS_LATERALIS_DI_RUANG_OK_OPER
ATING_KAMARE_RSUD_WATES_KEMENTRIAN_KESEHATAN_REPUBLIK_INDONESIA_
POLITEKNIK_KESEHATAN_YOGYAKARTA_PROGAM_KEPERAWATAN_ANESTESI_DAN
_REANIMASI_2010

Anda mungkin juga menyukai