Anda di halaman 1dari 40

Asuhan Keperawatan pada pasien Tn.

A dengan Hernia Inguinalis Lateral Post


Herniotomi
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Perioperatif
Dosen Mata Ajar :Rudi Haryono, Ns,.M.Kep

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2016
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Untuk mencapai pembangunan nasional diperlukan upaya penyelengaraan kesehatan
yang bermutu yang dilakukan individu,kelompok,masyarakat,lembaga pemerintah atau
swadaya masyarakat yang lebih mengutamakan promosi kesehatan serta pencagahanpenyakit.
Upaya pemeliharaan yang mencangkup dua aspek kuratif dan rehabilitatif,sedangkan upaya
peningkatan kesehatan juga mencangkup dua aspek yaitu Prepentif dan promotif
(Sjamsuhidayat, 2010).
Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2002 Kesehatan yang baik atau
kesejahteraan adalah suatu kondisi dimana tidak hanya bebas dari penyakit, namun juga harus
sehat dan sejahtera antara mental dan sosial.
Empat faktor yang mempengaruhi kesehatan yakni keturunan, pelayanan kesehatan,
perilaku dan lingkungan. Faktor pelayanan kesehatan meliputi ketersediaan klinik kesehatan
dan fasilitas kesehatan lainya, faktor perilaku meliputi antara lain perilaku mencari
pengobatan dan perilaku hidup bersih dan sehat, sedangkan faktor lingkungan antara lain
kondisi lingkungan yang sehat dan memenuhi persyaratan (Sjamsuhidayat, 2010).
Negara Indonesia sebagai Negara berkembang memiliki beragam permasalahan yang
kompleks dari segala unsur, perkembangan jaman memaksa seseorang untuk ikut berperan
aktif dalam perkembangannya.Sehingga untuk kelangsungan hidup seseorang harus bekerja
keras demi kelangsungan hidupnya hingga tak jarang seseorang yang terpaksa bekerja sebagai
kuli panggul, mengangkat beban berat hingga resiko mudah terkena penyakit yang bersifat
progesif termasuk salah satunya adalah hernia.Selain itu banyaknya kasus tentang penyakit
yang berkembang mengenai prevalensi penderita hernia baik anak-anak maupun dewasa ini.
Hernia, atau yang lebih dikenal dengan turun berok, adalah penyakit akibat turunnya usus
atau colon seiring melemahnya lapisan otot dinding perut.Penderita hernia, memang
kebanyakan laki-laki, terutama anak-anak. Kebanyakan penderitanya akan merasakan nyeri,
jika terjadi infeksi di dalamnya, misalnya, jika anak-anak penderitanya terlalu aktif
(http://askep-kesehatan. Jurnal keperawatan indoesia.com/2009/01/Herrniascrotalis.html).
Hernia berasal dari bahasa Latin, herniae, yaitu menonjolnya isi suatu rongga melalui
jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga.Dinding rongga yang lemah itu
membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin.Gangguan ini sering terjadi di daerah
perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus (http://askep-kesehatan.Jurnal
keperawatan indoesia.com/2009/01/Herrniascrotalis.html).
Hernia yang terjadi pada anak-anak, lebih disebabkan karena kurang sempurnanya
procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis atau buah zakar. Sementara
pada orang dewasa, karena adanya tekanan yang tinggi dalam rongga perut dan karena faktor
usia yang menyebabkan lemahnya otot dinding perut (http://askep-kesehatan. Jurnal
keperawatan indoesia.com/2009/01/Herrniascrotalis.html).
Penyakit hernia banyak diderita oleh orang yang tinggal didaerah perkotaan yang
notabene yang penuh dengan aktivitas maupun kesibukan dimana aktivitas tersebut
membutuhkan stamina yang tinggi. Jika stamina kurang bagus dan terus dipaksakan maka,
penyakit hernia akan segera menghinggapinya (Sjamsuhidayat, 2010).
Hernia adalah penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui suatu defek pada
fasia muskuloaponeurotik dinding perut, baik secara kongenital atau didapat, yang memberi
jalan keluar pada setiap alat tubuh selain yang biasa melalui dinding tersebut.Hernia
merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari
dinding rongga bersangkutan.Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau
bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut (Sjamsuhidayat, 2010).
Sedangkan menurut Sue Hinclift, Hernia adalah protusio (penonjolan) abnormal suatu
organ atau bagian suatu organ melalui lubang (apertura) pada stuktur disekitarnya, umumnya
protusio organ abdominal melalui celah dari dinding abdomen (Sue Hinchliff, 2000).
Hernia adalah tonjolan keluarnya organ atau jaringan melalui dinding rongga dimana
organ tersebut seharusnya berada yang didalam keadaan normal tertutup.
Menurut World Health Organization (WHO), penderita hernia tiap tahunnya meningkat.
Didapatkan data pada decade tahun 2005 sampai tahun 2010 penderita hernia segala jenis
mencapai 19.173.279 penderita (12.7%) dengan penyebaran yang paling banyak adalah
daerah Negara-negara berkembang seperti Negara-negara Afrika, Asia tenggara termasuk
Indonesia, selain itu Negara Uni emirat arab adalah Negara dengan jumlah penderita hernia
terbesar di dunia sekitar 3.950 penderita pada tahun 2011(http://askep-kesehatan.jurnal
kesehatan provinsi.com/2009/01/. Jambi independent.html).
Berdasarkan data dari Departermen Kesehatan Republik Indonesia di Indonesia periode
Januari 2010 sampai dengan Februari 2011 berjumlah 1.243 yang mengalami gangguan
hernia, termasuk berjumlah 230 orang (5,59%) terjadi pada anak-anak (http://askep-
kesehatan.jurnal kesehatan provinsi.com/2009/01/. Jambi independent.html).
Sedangkan di Rumah Sakit Raden Mataher Jambi sepanjang periode Januari 2010 sampai
dengan Januari 2011 dari keseluruhan pasien rawat inap dengan penyakit bedah didapatkan
data 430 pasien adalah pasien dengan herniotomy (http://askep-kesehatan.jurnal kesehatan
provinsi.com/2009/01/. Jambi independent.html).
Berdasarkan data penyakit hernia dari medical record Rumah sakit umum Mayjen. H. A.
Thalib Kabupaten Kerinci didapatkan data pasien hernia pada tahun 2008 sebanyak 49
(55,22%), tahun 2009 sebanyak 17 (15%), sedangkan pada tahun 2010 jumlah pasien yang
mengalami hernia adalah sebanyak 56 (56,56%).
Sedangkan berdasarkan hasil observasi dan pengambilan data khususnya diruangan
bedah, hernia menduduki urutan keenam dari sepuluh penyakit terbesar diruangan bedah.
Pada bulan Januari sebanyak 6 orang (10,18%), pasien yang meenjalani operasi di bulan
februari sebanyak 7 orang (12,44%), Maret 13 orang (13,8%, April 7 orang (14%) dan pada
bulan Mei tercatat 6 (13,3%) orang menderita hernia.
Peran perawat pada kasus hernia meliputi sebagai pemberi asuhan keperawatan langsung
kepada klien yang mengalami hernia dan post operasi herniotomy, sebagai pendidik
memberikan pendidikan kesehatan untuk mencegah komplikasi adanya infeksi setelah operasi
dan kejadian berulang dan perawatan herniotomy, serta sebagai peneliti yaitu dimana perawat
berupaya meneliti asuhan keperawatan kepada klien herniotomy melalui metode ilmiah.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi
2. Untuk mengetahui etiologi
3. Untuk mengetahui klasifikasi
4. Untuk mengetahui komplikasi
5. Untuk mengetahui patofisiologi dan pathway
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
1. Definisi
Hernia adalah suatu benjolan di perut dari rongga yang normal melalui lubang
kongenital (Oeswari, 2000).Hernia adalah keluarnya bagian dalam dari biasanya.Hernia
scrotal adalah buruh lipat pada laki-laki yang turun sampai kedalam kantong buah
zakar.Hernia merupakan penonjolan viskus atau sebagian dari viskus melalui celah yang
abnormal pada selubungnya (Grance dan Borley, 2006).Hernia merupakan prostusi atau
penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang
bersangkutan, hernia terdiri dari cincin, kantong danisi hernia (Sjamsuhidayat, 2010).
Hernia inguinalis adalah kondisi penonjolan organ intestinal masuk ke rongga
bagian dinding yang tipis atau lemah dari cincin inguinalis (Ericson 2009 Cit Arif
Mutakin, 2011). Hernia inguinalis adalah penonjolan massa yang terletak disebelah
lateral melalui celah yang abnormal yang disebabkan oleh penekanan dinding
intraabdomen.
Bagian bagian hernia:
a) Kantong hernia
Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis.Tidak semua hernia
memiliki kantong, misalnya hernia incisional, hernia adiposa, hernia
intertitialis.
b) Isi hernia
Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia, misalnya
usus, ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum).
c) Pintu hernia
Merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong hernia.
d) Leher hernia
Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong hernia.

2. Etiologi
a. Faktor prespitasi
Faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada
annulus internus yang cukup lebar sehingga dapat di lalui oleh kantong dan isi
hernia (Sjamsuhidayat, 2010).

Penyebab terjadinya hernia inguinalis adalah terapat defek atau kelainan


berupa sebagian dinding rongga lemah.penyebab pasti hernia inguinalis terletak
pada lemahnya dinding akibat efek kongenital yang tidak di ketahui
( Sjamsuhidayat, 2010).

b. Faktor predisposisi
Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya proses vaginalis
yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut, kelemahan otot dinding
rongga perut karena usia (Sjamsuhiayat, 2010).
Tekanan intra abdominal seperti batuk yang kuat, bersin yang kuat
mengedan akibat sembelit, atlet angkat besi.

3. Klasifikasi Hernia
Menurut Sjamsuhidayat, tahun 2010 terdapat pembagian hernia atau klasifikasi
hernia. Berikut ini adalah pembagian atau klasifikasi dari hernia:
a. Hernia Menurut Lokasinya.
1. Hernia inguinalis adalah hernia yang terjadi dilipatan paha. Batang
usus melewati cincin abdomen dan mengikuti saluran sperma
masuk ke dalam kanalis inguinalis. Jenis ini merupakan yang
tersering ditemukan atau terjadi pada pasien dan dikenal dengan
istilah turun berok atau burut.

Gambar 1.3. Hernia Inguinalis


2. Hernia Scrotalis adalah hernia yang terjadi apabila usus masuk
kedalam kantung scrotum ini terjadi bila batang usus melewati
cincin abdomen dan mengikuti saluran sperma masuk ke dalam
kanalis inguinalis kemudian masuk kedalam kantong scrotum dan
menekan pada isi kantung scrotum sehingga scrotum membesar.
Gambar1.4. Hernia Scrotalis
3. Hernia umbilikus adalah hernia yang tejadi apabila usus masuk
melalui prosecus discus pada pusat atau sering disebut hernia di
pusat, hernia jenis ini terjadi pada bayi yang baru lahir yang
disebabkan karena kelainaan kongenital.
4. Hernia femoralis adalah hernia yang tejadi apabila usus masuk
melalui prosecus discus di paha.
a. Hernia Menurut Isinya
1. Hernia usus halus adalah hernia yang terjadi bila yang melewati
cincin abdomen adalah usus halus.
2. Henia Omentum
Hernia omentum adalah hernia yang terjadi bila yang melewati
cincin abdomen adalah penyangga usus.Omentum adalah berupa
organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia, misalnya
usus, ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum).
3. Hernia Nukleus Pulposus
Adalah jenis hernia yang terjadi apabila, system syaraf pusat atau
sumsum tulang belakang pada vertebra terjepi pada discus
vertebrae terjadi karena trauma yang melibatkan tulang belakang
misalmya jatuh dalam posisi terduduk.
b. Hernia Menurut Sifatnya
1. Hernia Reponibel
Isi hernia dapat keluar masuk, usus keluar jika mengejan dan
masuk jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan
nyeri/gejala.
2. Hernia Ireponibel
Kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga, ini
disebabkan oleh perlengketan isi kantong pada
peritonial.Penatalaksanaan harus dengan operasi.
3. Hernia Inkaserata/Hernia Stragulata
Isi hernia terjepit oleh cincin hernia/terperangkap, tidak dapat
kembali ke dalam rongga perut.

4. Komplikasi
Komplikasi pada hernia inguinalis yaitu :

Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi
hernia tidak dapat di masukan kembali.Keaaan ini disebut hernia inguinalis
ireponibilis.Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus.Isi hernia yang
tersering meyebabkan keadaan ireponibilis adalah omentum, karena mudah melekat pada
dinding hernia dan isinya dapat menjadi lebih besar karena infiltrasi lemak.Usus besar
lebih sering menyebabkan ireponibilis dari pada usus halus.

Berikut ini komplikasi hernia inguinalis :

a) Hematoma atau luka pada skrotum


b) Retensi urine akut
c) Infeksi pada luka
d) Nyeri kronis
(Grance dan Borley, 2006)

5.Patofisiologi
Pada hernia karena kelainan kongenital yang terjadi bawaan lahir, kanalis inguinalis
dalam kanal yang normal pada fetus.Pada bulan ke 8 dari kehamilan, terjadinya desensus
vestikulorum melalui kanal tersebut. Penurunan testis itu akan menarik peritoneum ke daerah
scrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis
peritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi
rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut.Tetapi dalam beberapa hal sering belum
menutup, karena testis yang kiri turun terlebih dahulu dari yang kanan, maka kanalis
inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal, kanal yang terbuka ini
akan menutup pada usia 2 bulan (Soeparman, dkk. 2001).
Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila kanal terbuka terus,
karena prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital.
Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi karena usia lanjut, karena pada umur tua otot
dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh
mengalami proses degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup (Soeparman,
dkk. 2001).
Namun karena daerah ini merupakan locus minoris resistance, maka pada keadaan
yang menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat seperti batuk batuk kronik, bersin
yang kuat dan mengangkat barang barang berat, mengejan.Kanal yang sudah tertutup dapat
terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena terdorongnya sesuatu jaringan
tubuh dan keluar melalui defek tersebut.Akhirnya menekan dinding rongga yang telah
tertekan akibat trauma, hipertropi prostat, asites, kehamilan, obesitas dan kelainan kongenital
dan dapat terjadi pada semua. Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses
perkembangan alat reproduksi pria dan wanita semasa janin.
Potensial komplikasi terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong
hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali.Terjadi penekanan terhadap cincin
hernia, akibat semakin banyaknya usus yang masuk, cincin hernia menjadi sempit dan
menimbulkan gangguan penyaluran isi usus.Timbulnya edema bila terjadi obtruksi usus yang
kemudian menekan pembuluh darah dan kemudian terjadi nekrosis. Bila terjadi penyumbatan
dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah, konstipasi. Bila inkarserata dibiarkan,
maka lama kelamaan akan timbul edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan
terjadi nekrosis. Juga dapat terjadi bukan karena terjepit melainkan ususnya terputar.Bila isi
perut terjepit dapat terjadi shock, demam, asidosis metabolik, abses (Soeparman, dkk. 2001).
Hernia indirek bersifat congenital dan disebabkan oleh kegagalan penutupan
prosesus vaginalis (kantong hernia) sewaktu turun ke dalam skrotum.Kantong yang dihasilkan
bisa meluas sepanjang kanalis inguinalis; jika meluas kedalam skrotum maka disebut hernia
lengkap.Karena processus vaginalis terletak didalam funikulus spermatikus, maka prosessus
ini dikelilingi oleh muskulus kremater dan dibentuk oleh pleksus venosus pampiniformis,
duktus spermatikus dan arteria spermatika. Lubang interna ke dalam kavitas peritonealis
selalu lateral terhadap arteria epigastrica profunda dngan adanya hernia inguinalis indirek,
sedangkan lubang interna medial terhadap pembuluh darah ini bila hernianya direk
(Sjamsuhidayat, 2010).
Hernia inguinalis dan scrotalis sering timbul pada pria dan lebih sering pada sisi
kanan dibandingkan sisi kiri. Peningkatan tekanan intra abdomen akibat berbagai sebab, yang
mencakup pengejanan yang mendadak, gerak badan yang terlalu aktif, obesitas, batuk
menahun, asites, mengejan pada waktu buang air besar, kehamilan dan adanya massa
abdomen yang besar, mempredisposisi pasien ke perkembangan hernia (Sjamsuhidayat,
2010).
Peningkatan tekanan intra abdomen ini akan mendorong bagian dari usus dan
lambung ke dalam kanalis ini, atau bahkan kedalam scrotum. Faktor yang dipandang berperan
kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka, dan kelemahan otot dinding perut
karena usia. Proses turunnya testis mengikuti prosesus vaginalis. Pada neonatus kurang lebih
90% prosesus vaginalis tetap terbuka sedangkan pada bayi umur satu tahun sekiar 30%
prosesus vaginalis belum tertutup.Tetapi kejadian hernia pada umur ini hanya beberapa
persen.Tidak sampai 10% anak dengan prosesus vaginalis paten menderita hernia.Pada anak
dengan hernia unilateral dapat dijumpai prosesus vaginalis paten kontralateral lebih dari
separo, sedangkan insidens hernia tidak melebihi 20%. Umumnya disimpulkan bahwa adanya
prosesus vaginalis yang paten bukan merupakan penyebab tunggal terjadinya hernia tetapi
diperlukan faktor lain seperti anulus ingunalis yang cukup besar.
Tekanan intraabdomen yang meninggi secara kronik seperti batuk kronik, hipertrofi
prostat, konstipasi dan asites sering disertai hernia ingunalis.
Insidens hernia meningkat dengan bertambahnya umur mungkin karena meningkatnya
penyakit yang meninggikan tekanan intraabdomen dan jaringan penunjang berkurang
kekuatannya(Kozier & Erb. 2004) .
Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus
turut kendur.Sebaliknya bila otot dinding perut berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan lebih
transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus kedalam
kanalis inguinalis. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan
N.Ilioinguinalis dan N.Iliofemoralis setelah apendektomi (Kozier & Erb. 2004).
Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum disebut hernia skrotalis.
Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut lateral pembuluh epigastrika inferior.
Disebut indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran yaitu anulus dan kanalis
inguinalis; berbeda dengan hernia medialis yang langsung menonjol melalui segitiga
Hesselbach dan disebut sebagai hernia direk.
Pada pemeriksaan hernia lateralis, akan tampak tonjolan berbentuk lonjong
sedangkan hernia medial berbentuk tonjolan bulat. Pada bayi dan anak, hernia lateralis
disebabkan oleh kelainan bawaan berupa tidak menutupnya prosesus vaginalis peritonium
sebagai akibat proses penurunan testis ke skrotum. Hernia geser dapat terjadi disebelah
kanan atau kiri.Sebelah kanan isi hernia biasanya terdiri dari sekum dan sebagian kolon
asendens, sedangkan sebelah kirinya terdiri dari sebagian kolon desendens. Pada umumnya
keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha yang timbul pada waktu
mengedan, batuk, atau mengangkat beban berat, dan menghilang waktu istirahat baring.
Pada bayi dan anak-anak adanya benjolan yang hilang timbul di lipat paha biasanya
diketahui oleh orang tua.Jika hernia mengganggu dan anak atau bayi sering gelisah, banyak
menangis dan kadang-kadang perut kembung, harus dipikirkan kemungkinan hernia
strangulata (Sjamsuhidayat, 2010).
Defek pada dinding abdomen dapat kongenital (misalnya: hernia umbilikalis,
kanalis femoralis) atau didapat (misalnya akibat suatu insisi) dan dibatasi oleh peritoneum
(kantung). Peningkatan tekanan intraabdomen lebih lanjut membuat defek semakin lemah
dan menyebabkan beberapa isi intraabdomen (misalnya: omentum, lengkung usus halus),
keluar melalui celah tersebut. Isi usus yang terjebak di dalam kantung menyebabkan
inkarserasi (ketidakmampuan untuk mengurangi isi) dan kemungkinan strangulasi
(terhambatnya aliran darah ke daerah yang mengalami inkarserasi) (Kozier & Erb. 2004).
Pasien datang dengan benjolan di tempat lokasi hernia. Hernia femoralis berada di
bawah dan lateral dari tuberkulum pubikum. Biasanya hernia ini mendatarkan garis-garis
kulit di lipatan paha dan 10 kali lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. 50%
kasus merupakan kasus kegawatdaruratan bedah akibat terobstruksinya isi hernia dan 50%
dari kasus ini membutuhkan reseksi usus halts. Hernia femoralis tidak dapat dikembalikan
ke tempat semula (irreducible).Hernia inguinalis dimulai pada bagian atas dan medial
terhadap tuberkulum pubikum namun dapat turun lebih luas jika membesar, biasanya
mempertegas garis-garis lipatan paha.Sebagian besar ringan dan jarang mengalami
komplikasi (Kozier & Erb. 2004).
Berikut ini proses terjadinya hernia inguinalis:
a. Defek pada dinding abdomen dapat congenital misalnya: Hernia umbilikalis,
kanalis femoralis atau misalnya akibat suatu insisi dan dibatasi oleh peritoneum
atau kantung.
b. Peningkatan tekanan intraabdomen lebih lanjut membuat defek semakin lemah dan
menyebabkan beberapa isi intraabdomen misalnya: omentum, lengkung usus halus
keluar melalui celah tersebut.
c. Isi usus yang terjebak didalam kantung menyebabkan inkarserasi atau
ketidakmampuan untuk mengurangi isi dan kemungkinan strangulasi atau
terhambatnya aliran darah ke daerah yang mengalami inkarserasi ( Smeltzer S. B.
C. G. 2002).

5. Manifestasi Klinis
Pada kebanyakan kasus hernia, tanda dan gejala yang sering muncul pada pasien yang
dapat ditemui antara lain:
a. Berupa benjolan keluar masuk/keras
b. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan
c. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi.
d. Terdapat keluhan kencing berupa disuria pada hernia femoralis yang berisi
kandung kencing.
Hernia yang tak memperlihatkan gejala-gejala diketemukan pada waktu pemeriksaan
rutin.Suatu penonjolan atau gumpalan pada skrotum, dan pada waktu batuk dan defekasi
penonjolan semakin menonjol.Juga pada waktu meningkat sesuatu atau kegiatan fisik
lainnya. Pada beberapa kasus tertentu massa menjulur sampai ke dalam skrotum, daerah
pangkal paha terasa tidak enak, terutama kalau hernia membesar. Suatu massa di daerah
pangkal paha, reponibel atau inkarserata, kadang-kadang sampai ke daerah skrotum. Pada
bayi dan wanita adanya masa itu satu-satunya tanda yang ada. Hernia kecil yang tak
memperlihatkan gejala tak akan terlihat dari luar.Pada anak laki yang lebih besar dan
pria, maka harus dilakukan penanganan sebagai berikut. Skrotum dimasuki jari telunjuk
dan jari ditempatkan pada atau melalui annulus inguinalis eksterna.Instrusikan pada
pasien untuk menekan (mengedan) seakan-akan hendak buang air besar. Ini akan
meningkatkan tekanan intraabdominal. Kantung hernia merupakan suatu struktur
bagaikan balon yang menekan jari secara langsung atau dari sisi lateral.Annulus eksterna
yang membesar bukan hernia, meskipun kemungkinan hernia yang menyebabkan
pembesaran itu dan hernia harus dicari dengan cermat kalau annulus cukup besar
sehingga jari telunjuk dapat masuk.Hernia inguinalis paling mudah diperagakan kalau
pasien berdiri tetapi periksalah pasien baik dalam posisi berdiri maupun dalam posisi
telentang.Indirek versus direk. Hernia indirek merupakan suatu massa elips yang berjalan
turun dan miring ke dalam kanal inguinalis. Mungkin akan masuk ke dalam skrotum.
Massa ini menekan sisi lateral jari yang dipakai untuk memeriksa. Dengan menekan
bagian atas annulus interna dengan satu tangan maka dapat dicegah jangan sampai hernia
masuk ke dalam kanalis inguinalis.
Hernia direk adalah suatu massa sferis, yang jarang turun sampai ke skrotum. Massa
itu menekan jari yang memeriksa langsung dari sebelah depan. Dengan menekan annulus
interna dengan tangan kita tak dapat mengurangi hernia tersebut (Soeparman, dkk. 2001).
Sebagian besar hernia adalah asimtomatik, dan kebanyakan ditemukan pada
pemeriksaan fisik rutin dengan palpasi benjolan pada annulus inguinalis superfisialis atau
suatu kantong setinggi annulus inguinalis profundus.Yang terakhir dibuat terasa lebih
menonjol bila pasien batuk. Salah satu tanda pertama adalah adanya massa dalam daerah
inguinalis manapun atau bagian atas skrotum. Dengan berlalunya waktu, sejumlah hernia
turun ke dalam skrotum sehingga skrotum membesar.Pasien hernia sering mengeluh tidak
nyaman dan pegal pada daerah ini, yang dapat dihilangkan dengan reposisi manual hernia
ke dalam kavitas peritonealis.Tetapi dengan berdiri atau terutama dengan gerak badan,
maka biasanya hernia muncul lagi (Price.Silvya.A.2005).
Umumnya pasien pengatakan turun berok, burut atau kelingsir, mengatakan adanya
benjolan di selangkangan/kemaluan.Benjolan tersebut bisa mengecil atau menghilang
pada waktu tidur, dan bila menangis, mengejan, atau mengangkat benda berat atau bila
posisi pasien berdiri dapat timbul kembali.Bila telah terjadi komplikasi dapat ditemukan
nyeri (Price.Silvya.A.2005).
Keadaan umum pasien biasanya baik.Bila benjolan tidak nampak, pasien dapat disuruh
mengejan dengan menutup mulut dalam keadaan berdiri. Bila ada hernia maka akan
tampak benjolan. Bila memang sudah tampak benjolan, harus diperiksakan apakah
benjolan tersebut dapat dimasukkan kembali.Pasien diminta berbaring, bernapas dengan
mulut untuk mengurangi tekanan intraabdominal, lalu skrotum diangkat perlahan-
lahan.Diagnosis pasti hernia pada umumnya sudah dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
klinis yang teliti (Price.Silvya.A.2005).
Keadaan cincin hernia juga perlu diperiksa. Melalui skrotum jari telunjuk dimasukkan
ke atas lateral dari tuberkulum pubikum. Ikuti fasikulus spermatikus sampai ke annulus
inguinalis internus.Pada keadaan normal jari tangan tidak dapat masuk. Pasien diminta
mengejan dan merasakan apakah ada massa yang menyentuh jari tangan. Bila massa
tersebut menyentuh ujung jari maka itu adalah hernia inguinalis lateralis, sedangkan bila
menyentuh sisi jari maka diagnosisnya adalah hernia inguinalis medialis (Price.
Silvya.A.2005).
Pada pasien terlihat adanya massa bundar pada annulus inguinalis eksterna yang
mudah mengecil bila pasien tidur. Karena besarnya defek pada dinding posterior maka
hernia ini jarang sekali menjadi irreponibilis. Hernia ini disebut direkta karena langsung
menuju annulus inguinalis eksterna sehingga meskipun annulus inguinalis interna ditekan
bila pasien berdiri atau mengejan, tetap akan timbul benjolan. Bila hernia ini sampai ke
skrotum, maka hanya akan sampai ke bagian atas skrotum, sedangkan testis dan funikulus
spermatikus dapat dipisahkan dari massa hernia.
Bila jari dimasukkan dalam annulus inguinalis eksterna, tidak akan ditemukan dinding
belakang. Bila pasien disuruh mengejan tidak akan terasa tekanan dan ujung jari dengan
mudah dapat meraba ligamentum Cowperi pada ramus superior tulang pubis. Pada pasien
kadang-kadang ditemukan gejala mudah kencing karena buli-buli ikut membentuk
dinding medial hernia.
Umumnya penderita hernia menyatakan adanya benjolan di kemaluan. Benjolan itu
bisa mengecil atau menghilang, dan bila menangis mengejan waktu defekasi/miksi,
mengangkat benda berat akan timbul kembali. Dapat pula ditemukan rasa nyeri pada
benjolan atau gejala muntah dan mual bila telah ada komplikasi (Smeltzer S. C. B. G.
2002).
Umumnya klien mengatakan adanya benjolan pada lipatan paha.Pada bayi dan anak
adanya benjolan yang hilang timbul dilipatan paha, dan hal ini biasanya diketahui oleh
orang tuanya.Pada inspeksi, diperhatikan pada keadaan osimetris pada kedua sisi, lipatan
paha, posisi berdiri dan berbaring. Pada saat batuk dan mengedan biasanya akan timbul
benjolan. Pada palpasi, teraba bising usus, suara omentum (seperti karet) (Smeltzer S. C.
B. G. 2002).
Manifestasi klinis post operasi:
1. Nyeri
2. Muntah
3. Peningkatan nadi
4. Retensi urin
(Brunner & Sudart, 2001)

Gambar.2 Anatomi Hernia


(Kozier & Erb, 2004)

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien hernia inguinalis (Kozier & Erb, 2004):
Pemeriksaan darah
1) Leukosit
Peningkatan jumlah leukosit mrngindikasikan adanya infeksi.
2) Hemoglobin
Hemoglobin yang rendah dapat mengarah pada anemia atau kehilangan darah.
3) Hematokrit
Peningkatan hematocrit mengindikasikan dehidrasi.
4) Waktu koagulasi
Mungkin diperpanjang, mempengaruhi hemostasis intraoperasi atau
pascaoperasi
a. Urinalis
BUN, Creatinin, munculnya bakteri mengindikasikan infeksi
b. GDA
Mengevaluasi status pernafasan terakhir
c. EKG
Untuk mengetahui kondisi jantung

7. Penatalaksanaan medis

Setelah penderita hernia inguinalis lateral selalu harus diobati dengan jalan pembedahan.
Pembedahan secepat mungkin setelah diagnosis ditegakkan. Adapun prinsip pembedahan
hernia inguinalis lateralis adalah sebagai berikut:

a. Herniotomi: Pembebasan kantong hernia sampai kelehernya, kantong dibuka da nisi


hernia dibebaskan kalau ada perlekatan kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-
jahit setinggi mungkin lalu dipotong (Sjamsuhidayat, 2010)
b. Hernioplasti: Dilakukan untuk memperkecil annulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
c. Herniotrafi: Membuang kantong hernia disertai tindakan bedah plastic untuk
memperkuat dinding perut bagian bawah di belakang kanalis inguinalis.

Meskipun hernia dapat didefinisikan sebagai setiap penonjolan viskus, atau sebagian
daripadanya, melalui lubang normal atau abnormal, 90% dari semua hernia ditemukan di
daerah inguinal.Biasanya impuls hernia lebih jelas dilihat daripada diraba.

Pasien disuruh memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan.Lakukan


inspeksi daerah inguinal dan femoral untuk melihat timbulnya benjolan mendadak selama
batuk, yang dapat menunjukkan hernia.Jika terlihat benjolan mendadak, mintalah pasien
untuk batuk lagi dan bandingkan impuls ini dengan impuls pada sisi lainnya.Jika pasien
mengeluh nyeri selama batuk, tentukanlah lokasi nyeri dan periksalah kembali daerah itu.

Palpasi hernia inguinal dilakukan dengan meletakan jari pemeriksa di dalam skrotum
di atas testis kiri dan menekan kulit skrotum ke dalam.Harus ada kulit skrotum yang cukup
banyak untuk mencapai cincin inguinal eksterna.Jari harus diletakkan dengan kuku
menghadap ke luar dan bantal jari ke dalam.Tangan kiri pemeriksa dapat diletakkan pada
pinggul kanan pasien untuk sokongan yang lebih baik. Telunjuk kanan pemeriksa harus
mengikuti korda spermatika di lateral masuk ke dalam kanalis inguinalis sejajar dengan
ligamentum inguinalis dan digerakkan ke atas ke arah cincin inguinal eksterna, yang terletak
superior dan lateral dari tuberkulum pubikum. Cincin eksterna dapat diperlebar dan dimasuki
oleh jari tangan.

Dengan jari telunjuk ditempatkan pada cincin eksterna atau di dalam kanalis
inguinalis, mintalah pasien untuk memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan.
Seandainya ada hernia, akan terasa impuls tiba-tiba yang menyentuh ujung atau bantal jari
penderita. Jika ada hernia, suruh pasien berbaring terlentang dan perhatikanlah apakah hernia
itu dapat direduksi dengan tekanan yang lembut dan terus-menerus pada massa itu. Jika
pemeriksaan hernia dilakukan dengan perlahan-lahan, tindakan ini tidak akan menimbulkan
nyeri.

Setelah memeriksa sisi kiri, prosedur ini diulangi dengan memakai jari telunjuk kanan
untuk memeriksa sisi kanan.Sebagian pemeriksa lebih suka memakai jari telunjuk kanan untuk
memeriksa sisi kanan pasien, dan jari telunjuk kiri untuk memeriksa sisi kiri pasien. Cobalah
kedua teknik ini dan lihatlah cara mana yang anda rasakan lebih nyaman.
Jika ada massa skrotum berukuran besar yang tidak tembus cahaya, suatu hernia
inguinal indirek mungkin ada di dalam skrotum. Auskultasi massa itu dapat dipakai untuk
menentukan apakah ada bunyi usus di dalam skrotum, suatu tanda yang berguna untuk
menegakkan diagnosis hernia inguinal indirek. Jika anda menemukan massa skrotum, lakukanlah
transluminasi. Di dalam suatu ruang yang gelap, sumber cahaya diletakkan pada sisi pembesaran
skrotum.Struktur vaskuler, tumor, darah, hernia dan testis normal tidak dapat ditembus
sinar.Transmisi cahaya sebagai bayangan merah menunjukkan rongga yang mengandung cairan
serosa, seperti hidrokel atau spermatokel. Dalam menegakkan diagnostik pada penderita hernia
dapat dilakukan:
1. Pemeriksaan fisik, pasien diminta untuk mengejan dengan menutup mulut dalam keadaan
berdiri bila ada hernia maka akan tampak benjolan.
2. Bila sudah ada benjolan dapat diperiksa dengan cara meminta pasien untuk berbaring
bernafas dengan mulut untuk mengurangi tekanan intra abdominan, lalu scrotum diangkat
perlahan-lahan.
3. Limfadenopati inguinal. Perhatikan apakah ada infeksi.
Tindakan diagnostik yaitu :
a. Foto thoraks: Menunjukan adanya massa tanpa udara jika omentum yang masuk dan
massa yang berisi udara jika lambung adalah usus yang masuk.
b. Laboratorium : Menunjukan adanya peningkatn pada hasil pemeriksaan SGOT.
c. EKG : Biasanya dilakukan untuk persiapan operasi.
Pada hernia inguinalis lateralis responbilitas maka dilakukan tindakan bedah efektif
karena ditakutkan terjadi komplikasi.Pada yang iresponbilitas, maka diusahakan agar isi hernia
dapat dimasukkan kembali.Pasien istirahat baring dan dipuasakan atau mendapat diit
halus.Dilakukan tekanan yang kontinyu pada benjolan misalnya dengan bantal pasir.Baik juga
dilakukan kompres es untuk mengurangi pembengkakan.Lakukan usaha ini berulang-ulang
sehingga isi hernia masuk untuk kemudian dilakukan bedah efektif di kemudian hari atau
menjadi inkarserasi.
Pada inkerserasi dan strangulasi maka perlu dilakukan bedah darurat.Tindakan bedah
pada hernia ini disebut herniotomi (memotong hernia dan herniorafi (menjahit kantong
hernia).Pada bedah efektif manalis dibuka, isi hernia dimasukkan kantong diikat dan dilakukan
bassin plasty untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.Pada bedah darurat, maka
prinsipnya seperti bedah efektif.Cincin hernia langsung dicari dan dipotong.Usus dilihat apakah
vital/tidak.Bila tidak dikembalikan ke rongga perut dan bila tidak dilakukan reseksi usus dan
anastomois end to end.
1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.
2. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang
rasional.Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan.Prinsip dasar operasi
hernia adalah hernioraphy, yang terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.
Setelah dilakukan tindakan pembedahan herniotomy yang harus diperhatikan adalah
perawatan untuk post operasi:
1) Hindari penyakit yang mungkin terjadi yaitu: Perdarahan, Syok, Muntah, Distensi,
Kedinginan, Infeksi, Dekubitus, Sulit buang air kecil.
2) Observasi keadaan klien.
3) Cek Tanda-tanda vital pasien.
4) Lakukan perawatan luka dan ganti balutan operasi sesuai dengan jadwal.
5) Perhatikan drainase.
6) Penuhi kebutuhan nutrisi klien.
7) Mobilisasi diri secara dini terutama pada hari pertama dan hari kedua :
Perawatan tidur dengan sikap Fowler (sudut 45o - 60o).
Hari kedua boleh duduk (untuk herniotomi hari ke-5).
Hari ketiga boleh jalan (untuk herniotomi hari ke-7).
8) Diet dan pemenuhan kebutuhan nutrisi:
Hari 0: Bila pengaruh obat anestesi hilang boleh diberi minum sedikit-sedikit
Hari 1: Diet Vloiher atau bubur sumsum dan susu cair (herniotomi diet sama dengan post
laparatomi)
Hari 2: Diet bubur saring
Hari 3: Berturut-turut diet ditingkatkan

Komplikasi dan Dampak Pembedahan Herniotomy


1. Hemtoma (luka atau pada skrotum).
2. Retensi urin akut.
3. Infeksi pada luka.
4. Gangguan aktivitas
5. Nyeri kronis.
6. Nyeri dan pembengkakan testis yang menyebabkan atrofi testis
7. Rekurensi hernia (sekitar 2%).

Konsep Keperawatan Secara Teoritis


Pengkajian
Tahap ini merupakan tahap awal dalam proses keperawatan dan menentukan hasil dari
tahap berikutnya. Pengkajian dilakukan secara sistematis mulai dari pengumpulan data,
identifikasi dan evaulasi status kesehatan klien.
Pengkajian data fisik berdasarkan pada pengkajian abdomen dapat menunjukan
benjolan pada lipat paha atau area umbilikal.Keluhan tentang aktivitas yang mempengaruhi
ukuran benjolan.Benjolan mungkin ada secara spontan atau hanya tampak pada aktivitas yang
meningkatkan tekanan intra abdomen, seperti batuk, bersin, mengangkat berat atau
defekasi.Keluhan tentang ketidaknyamanan.Beberapa ketidaknyamanan dialami karena tegangan
yang meningkatkan tekanan intra abdomen, seperti batuk, bersin, mengangkat berat atau
defekasi.
Keluhan tentang ketidaknyamanan.Beberapa ketidaknyamanan dialami karena
tegangan.Nyeri menandakan strangulasi dan kebutuhan terhadap pembedahan segera.Selain itu
manifestasi obstruksi usus dapat dideteksi (bising usus, nada tinggi sampai tidak ada
mual/muntah).Data yang diperoleh atau dikaji tergantung pada tempat terjadinya, beratnya,
apakah akut atau kronik apakah berpengaruh terhadap struktur disekelilingnya dan banyaknya
akar saraf yang terkompresi atau tertekan. Pengkajian secara teoritis menurut Doengoes (2000)
yang dapat muncul diantaranya:
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk, mengemudi
dalam waktu lama. Membutuhkan matras/papan yanag keras saat tidur.Penurunan rentang
gerak dari ekstremitas pada salah satu bagian tubuh.Tidak mampu melakukan aktivitas
yang biasa dilakukan.
Tanda : Atropi otot pada bagian yang terkena. Gangguan dalam berjalan.
b. Eliminasi
Gejala : Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi, adanya inkontinensia atau
retensi urine.
c. Integritas Ego
Gejala : Ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas masalah pekerjaan, finansial
keluarga.
Tanda : Tampak cemas, depresi menghindar dari keluarga atau orang terdekat.
d. Neuro Sensori
Gejala : Kesemutan, kekauan, kelemahan dari tangan atau kaki.
Tanda : Penurunan refleks tendon dalam, kelemahan otot, hipotonia. Nyeri tekan atau
spasme otot pada vertebralis.Penurunan persepsi nyeri (sensorik).
e. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri seperti tertusuk pisau yang akan semakin memburuk dengan adanya
batuk, bersin, membengkokan badan, mengangkat, defekasi, mengangkat kaki atau fleksi
pada leher, nyeri yang tiada hentinya atau adanya episode nyeri yanag lebih berat secara
intermiten. Nyeri yang menjalar pada kaki, bokong (lumbal) atau bahu/lengan, kaku pada
leher atau servikal.Terdengar adanya suara krek saat nyeri bahu timbul/saat trauma atau
merasa punggung patah.Keterbatasan untuk mobilisasi atau membungkuk kedepan.
Tanda : Sikap dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang tekena. Perubahan cara
berjalan, berjalan dengan terpincang-pincang, pinggang terangkat pada bagian tubuh
yang terkena. Nyeri pada palpasi.

Diagnosa Keperawatan Post Operasi


Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul Doengoes E Marilynn 2000, adalah :
1. Nyeri akut berhubungandenganagen injuri fisik
2. Resikotinggiterhadapkekurangan volume cairanberhubunganhemorargi.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan faktor resiko masuknya mikroorganisme
melalui prosedur invasif ( tusukan infus, DC, luka post operasi )
4. Resikotinggiterhadapperubahannutrisikurangdarikebutuhantubuhberhubungand
enganketidakmampuanmencernamakanan.
5. Ansietas/ketakutanberhubungandenganperubahan status kesehatan.
6. Intoleransiaktivitasberhubungandengankelemahan(post operasi).
Intervensi Keperawatan
MenurutDoenges, E Marilynn, 2000 adalahsebagaiberikut :
1. Nyeri akut berhubungandenganagen injuri fisik
Tujuan : Nyeriberkurang, hilangatauteratasi
Kriteriahasil : Klienmelaporkannyerihilangataudapatdiatasi,
kliendapatmengidentifikasiaktivitas yang
dapatmeningkatkanataumenguranginyeridantidakgelisah, skalanyeri 0-1.
Rencanatindakan
a. Kajiskalanyeri
Rasional :Nyerimerupakanresponsubjektif yang
dapatdikajidenganmenggunakanskalanyeri.
b. Observasitanda-tanda vital
Rasional :Responautonemikmeliputiperubahanpadatekanandarah, nadi,
danpernapasan yang berhubungandengankeluhan/penghilangnyeri.
Abnormalitastanda vital terusmenerusmemerlukanevaluasilanjut.
c. Bantu kliendalammengidentifikasi factor pencetus
Rasional :Nyeridipengaruhiolehkecemasan, ketegangan, suhu,
distensikandungkemihdanberbaring lama.
d. Ajarkanteknikrelaksasi yang dapatmengurangiintensitasnyeri.
Rasional :Relaksasidapatmelancarkanperedarandarahsehinggakebutuhan O2
padajaringanterpenuhidanmenguranginyeri.
e. Berikanposisi yang nyaman
Rasional
:Istirahatmerelaksasisemuajaringansehinggaakanmeningkatkankenyamanan.
f. Kolaborasidengandokterdalampemberiananalgesik.
Rasional :Analgesikmembloklintasannyerisehingganyeriakanberkurang.

2. Resikotinggiterhadapkekurangan volume cairanberhubungandenganhemorargi.


Tujuan :Resikokekurangancairanteratasi.
Kriteriahasil :Tidakadatanda-tandadehidrasi, turgor kulit elastic,
mukosabibirkering,BB ideal, tanda-tanda vital dalambatas normal.
RencanaTindakan
a. Observasitanda-tanda vital.
Rasional :Tanda-tandaawalhemorargieususdanpembentukan hematoma
dapatmenyebabkansyokhipovolemik.
b. Palpasinadiperifer.
Rasional :Memberikaninformasitentang volume sirkulasiumumdantingkatdehidrasi.
c. Perhatikanadanya edema.
Rasional : Edema
dapatterjadikarenapemindahancairanberkenaandenganpenurunankadar albumin
serum/protein.
d. Pantau intake output.
Rasional : Indicator langsungdarihidrasi/perfusi organ danfungsi.
Memberikanpedomanuntukpenggantiancairan.
e. Berikanterapicairan, darah, albumin, elektrolitsesuaiindikasi.
Rasional :Mempertahankan volume sirkulasidankeseimbanganelektrolit.

3. Resiko infeksi berhubungan dengan faktor resiko masuknya mikroorganisme melalui


prosedur invasif ( tusukan infus, DC, luka post operasi )
Tujuan :Resikoinfeksiteratasi
KriteriaHasil : Tidakadatanda-tandainfeksi, tanda-tanda vital dalambatas normal,
hasillaboraturiumdalambatas normal.
RencanaTindakan
a. Observasitanda-tanda vital, perhatikanpeningkatansuhu.
Rasional :Suhumalamharimemuncak yang kembali normal
padapagihariadalahkarakteristikinfeksi.
b. Observasipenyatuanluka, karakterdrainase, adanyainflamasi.
Rasional :Perkembanganinfeksidapatmemperlambatpenyembuhan.
c. Observasiterhadaptandadangejala peritonitis.
Rasional : Peritonitis dapatterjadijikaususterganggu.
d. Pertahankanperawatanluka aseptic, pertahankanbalutankering.
Rasional :Melindungikliendarikontaminasisilangselamapenggantianbalutan.
Balutanbasahsebagaisumburetrogard, menyerapkontaminasieksternal.
e. Berikanobat-obatansesuaiindikasi.
Rasional :Diberikansecaraprofilaktikdanuntukmengatasiinfeksi.

4. Resikotinggiterhadapperubahannutrisikurangdarikebutuhantubuhberhubungandengan
ketidakmampuanuntukmencernamakanan.
Tujuan :Resikoperubahannutrisikurangdarikebutuhantubuhteratasi.
KriteriaHasil :Tidakadapenurunanberatbadansecara significant, makansesuaidiit
yang diberikan, tidakadamual, nafsumakanbaik.

5. RencanaTindakan
a. Tinjau factor-faktor individual yang
mempengaruhikemampuanuntukmencernamakanan.
Rasional :Mempengaruhipilihanintervensi.
b. Auskultasibisingusus, palpasi abdomen.
Rasional :Menentukankembalinya peristaltic.
c. Identifikasikesukaan/ketidaksukaandiitdaripasien.
Rasional :Meningkatkankerjasamadenganpasiendenganaturandiit.
d. Berikancairan IU, misalnya albumin, lipid, elektrolit.
Rasional :Memperbaikikeseimbangancairandanelektrolit.

6. Ansietas/ketakutanberhubungandenganperubahan status kesehatan.


Tujuan :Ansietasteratasi.
KriteriaHasil :Klientidakmenampakankecemasan, ekspresiwajahrileks.
RencanaTindakan
a. Awasiresponfisiologis.
Rasional :Dapatmenjadiindikasiderajattakut yang dialamipasien.
b. Dorongpernyataantakutdankecemasan.
Rasional :Membuathubunganterapeutik, membantupasienmenerimakenyataan.
c. Berikaninformasi yang akurattentangtindakanapa yang akandilakukan.
Rasional :Melibatkanpasiendalamrencanaasuhankeperawatandanmenurunkanansietas.
d. Dorong orang terdekatdenganklienuntukmenemaniklien.
Rasional
:Membantumenurunkantakutmelaluipengalamanmenakutkanmenjadiseorangdiri.
e. Tunjukkanteknikrelaksasi.
Rasional :Belajarcarauntukrileksdapatmenurunkanketakutandanansietas.
f. Berikanterapisesuaiindikasi.
Rasional :Obat sedative dapatdigunakanuntukmenurunkanansietas.

7. Intoleransiaktivitasberhubungandengankelemahan(post operasi).
Tujuan :Intoleransiteratasi
KriteriaHasil : Kliendapatberaktivitassecaramandiri, menunjukkanpeningkatanotot.
RencanaTindakan
a. Tingkatkantirah baring/duduk.
Rasional :Meningkatkanistirahatdanketegangan.
b.Ubahposisidengansering.
Rasional :Meningkatkantinggipernapasandanmeminimalkantekananpada area
tertentu.
c. Tingkatkanaktivitassesuaitoleransi.
Rasional :Tirah baring lama dapatmenyebabkanmenurunnyakemampuan.
d. Dorongpenggunaanteknikmanajemen stress.
Rasional :Meningkatkanrelaksasidanpenghematanenergi
e. Berikanobatsesuaiindikasi.
Rasional :Membantudalammanajemenkebutuhantidur.
BAB III
KASUS DAN PROSES KEPERAWATAN

A. Kasus
Tn.A umur 59 tahun. Klien telah menjalani operasi herniotomi inguinalis lateralis dan
hari ini adalah post hari ke 2. Klien mengatakan saat ini terasa nyeri pada luka operasi
dengan skala nyeri 5 seperti tersayat-sayat, nyeri hilang timbul dirasakan saat batuk.Klien
mengatakan tidak bisa miring kanan dan kiri.Dari data observasi yang didapatkan dari klien
adalah klien tampakmenahan nyeri.Klien terpasang infus RL 20 tpm pada tangan kiri dan
terpasang DC. Pemeriksaan fisik tanda-tanda vital yaitu TD:150/90 mmHg, N:80x/menit,
S:37C, RR:20x/menit. Pemeriksaan lab: WBC : 12.000/ul

B. Pengkajian
1. Data Dasar
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Umur : 59 tahun
Alamat : Serdam, Pontianak ( Kalbar )
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Swasta
Suku : Melayu
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Status pernikahan : Sudah Menikah
Diagnosa Medis : Hernia inguinalis lateral post herniotomy
No RM : 150797
b. Penanggung Jawab
Nama : Tn. S
Umur : 25 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Serdam, Pontianak ( Kalbar )
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Hubungan dengan pasien : Orang tua
2. Data Fokus
Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri pada luka operasi, skala nyeri 5 seperti tersayat-sayat, nyeri
hilang timbul dirasakan saat batuk. Pasien tampak menahan nyeri
b. Pengkajian pemenuhan kebutuhan dasar manusia
1. Pola nutrisi
H+ 2 mendapat diit TKTP 1890 kalori
2. Pola eliminasi
BAB : 1x hari pada pagi hari, dengan konsistensi lembek, warna kuning, bau
feses khas.
BAK : Pasien BAK menggunakan dower kateter, urine sebanyak 200 cc warna
kuning jernih dan bau khas urine.
3. Pola aktivitas dan latihan

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4


Makan/minum
Toileting
Berpakaian
Berpindah
Mobilitas tempat tidur
Ambulasi/ROM

Keterangan:
0: Mandiri
1: Dengan bantuan alat
2: Dibantu orang lain
3: Dibantu orang lain dengan alat
4: Tergantung total
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Kesadaran : Compos Menthis, GCS = E :4, M :5,V: 6
Keterangan:
Skor 14-15 : Compos mentis
Skor 12-13 : Apatis
Skor 11-12 : Somnolent
Skor 8-10 : Sopor/semi coma
Skor <5 : Koma

Nyeri:
Pengkajian nyeri :

P : Luka pada jahitan post operasi

Q : Seperti disayat-sayat

R : Daerah inguinal

S : Skala nyeri 5

T : Hilang timbul saat batuk

b. Tanda tanda Vital, meliputi : TD : 150/90 mmHg , Nadi: 80 x/menit,


Respirasi : 20 x/menit, Suhu : 37C

c. Pemeriksaan Cepalo-Caudal
1) Inguinal
Terdapat luka jahitan post operasi dilipatan paha sebelah kiri,
tertutup balutan bersih dan tidak ada rembesan.
2) Genitalia
Terpasang dower chateter ukuran 18 sejak tanggal 24 juni 2016.
3) Ekstremitas
a. Terdapat tusukan infus dengan cairan RL 20 tetes per
menit di tangan kiri sejak tanggal 21 juni 2016.
b. Kekuatan otot :

5 5
4 4
Keterangan:

Skala Kenormalan Ciri-ciri


kekuatan
(100%)
0 0 Paralisis total
1 10 Tidak ada gerakan, teraba/terlihat adanya kontraksi
2 25 Gerakan otot penuh, menentang gravitasi dengan sokongan
3 50 Gerakan normal menentang gravitasi
4 75 Gerakan normal penuh, menentang gravitasi dengan sedikit penahan
5 100 Gerakan normal penuh, menentang gravitasi dengan penahan penuh

5. Pemeriksaan penunjang
Jenis Nilai Nilai Normal
1. Darah rutin:
a. Hb 14,4 13,5 - 17,5(g/dl)
b. Eritrosit 4,72 4.5 5.9 (juta/ul)
c. Leukosit 12.000 4.000 11.000 (/ul)
d. Trombosit 291.000 150.000 440.000 (/ul)
e. Hematrokrit 43 41.0 53.0 (%)
f. Ureum 20 15 40 (mg/dl)
g. Creatinin 1 0.5 1.5 (mg/dl)

6. Terapi Pengobatan
Injeksi Ceftriaxone : 1 gr/12 jam
Injeksi Ranitidine : 50 mg/12 jam
Injeksi Kalnex : 500 mg/12 jam
Injeksi Ketorolac : 30 mg/ 8 jam
Cairan infus RL 20 tetes/menit

7. PENGELOMPOKAN DATA :
a. Data subjektif
Pasien mengatakan nyeri pada luka post operasi saat batuk nyeri yang
di rasakan seperti tersayat-sayat dengan skala 5 dan hilang timbul.
b. Data objektif
- Terdapat luka jahitan post operasi dilipatan paha sebelah kiri tertutup
balutan bersih tidak ada rembesan
- TD : 150/90 mmHg, S : 37C , N : 80x/ menit , RR : 20x/menit
- Tampak menahan nyeri, keringat dingin
- Terdapat tusukan infus dengan cairan RL 20 tetes per menit terpasang
sejak 21 juni 2016
- Terpasang DC sejak tanggal 24 juni 2016
- kekuatan otot
5 5
4 4

Keterangan:

Skala Kenormalan Ciri-ciri


kekuatan
(100%)
0 0 Paralisis total
1 10 Tidak ada gerakan, teraba/terlihat adanya kontraksi
2 25 Gerakan otot penuh, menentang gravitasi dengan sokongan
3 50 Gerakan normal menentang gravitasi
4 75 Gerakan normal penuh, menentang gravitasi dengan sedikit penahan
5 100 Gerakan normal penuh, menentang gravitasi dengan penahan penuh

-Pola aktivitas dan latihan

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4


Makan/minum
Toileting
Berpakaian
Berpindah
Mobilitas tempat tidur
Ambulasi/ROM
Keterangan:
0: Mandiri
1: Dengan bantuan alat
2: Dibantu orang lain
3: Dibantu orang lain dengan alat
4: Tergantung total

ANALAISA DATA

No Data Etiologi Problem


1 DS : Agen injury fisik ( post Nyeri akut
- P : Luka pada jahitan post operasi operasi )
Q : Seperti disayat-sayat
R : Daerah inguinal
S : Skala nyeri 5
T : Hilang timbul saat batuk
DO :
- Pasien tampak menahan nyeri, keringat
dingin
- TD : 150/90mmHg
- N : 80x/ menit

2 DS : - Masuknya mikroorganisme Resiko infeksi


DO : - terdapat tusukan infus dengan melalui prosedur invasif
cairan infus RL 20 tetes per menit ( tusukan infus, DC, luka post
terpasang sejak tanggal 21 juni 2016 di operasi)
tangan kiri
-terpasang DC sejak tanggal 24 juni 2016
- S : 37C
- WBC : 12.000 /ul
3 DS : - Pasien mengatakan tidak bisa Kelemahan ( post operasi ) Intoleransi
miring kanan dan kiri aktivitas
DO : - Aktivitas toileting, berpakaian,
berpindah, di bantu orang lain
-Kekuatan otot
5 5

4 4

DIOAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik


2. Resiko infeksi berhubungan dengan faktor resiko masuknya mikroorganisme melalui
prosedur invasif ( tusukan infus, DC, luka post operasi )
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan ( post operasi )

INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungandenganagen injuri fisik


Tujuan : Nyeriberkurang, hilangatauteratasi
Kriteriahasil : Klienmelaporkannyerihilangataudapatdiatasi,
kliendapatmengidentifikasiaktivitas yang
dapatmeningkatkanataumenguranginyeridantidakgelisah, skalanyeri 0-1.
Rencanatindakan
a. Kajiskalanyeri
Rasional :Nyerimerupakanresponsubjektif yang
dapatdikajidenganmenggunakanskalanyeri.
b. Observasitanda-tanda vital
Rasional :Responautonemikmeliputiperubahanpadatekanandarah, nadi,
danpernapasan yang berhubungandengankeluhan/penghilangnyeri.
Abnormalitastanda vital terusmenerusmemerlukanevaluasilanjut.
c. Bantu kliendalammengidentifikasi factor pencetus
Rasional :Nyeridipengaruhiolehkecemasan, ketegangan, suhu,
distensikandungkemihdanberbaring lama.
d. Ajarkanteknikrelaksasi yang dapatmengurangiintensitasnyeri.
Rasional :Relaksasidapatmelancarkanperedarandarahsehinggakebutuhan O2
padajaringanterpenuhidanmenguranginyeri.
e. Berikanposisi yang nyaman
Rasional
:Istirahatmerelaksasisemuajaringansehinggaakanmeningkatkankenyamanan.
f. Kolaborasidengandokterdalampemberiananalgesik.
Rasional :Analgesikmembloklintasannyerisehingganyeriakanberkurang.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan faktor resiko masuknya mikroorganisme melalui
prosedur invasif ( tusukan infus, DC, luka post operasi )
Tujuan :Resikoinfeksiteratasi
KriteriaHasil : Tidakadatanda-tandainfeksi, tanda-tanda vital dalambatas normal,
hasillaboraturiumdalambatas normal.
RencanaTindakan
a. Observasitanda-tanda vital, perhatikanpeningkatansuhu.
Rasional :Suhumalamharimemuncak yang kembali normal
padapagihariadalahkarakteristikinfeksi.
b. Observasipenyatuanluka, karakterdrainase, adanyainflamasi.
Rasional :Perkembanganinfeksidapatmemperlambatpenyembuhan.
c. Observasiterhadaptandadangejala peritonitis.
Rasional : Peritonitis dapatterjadijikaususterganggu.
d. Pertahankanperawatanluka aseptic, pertahankanbalutankering.
Rasional :Melindungikliendarikontaminasisilangselamapenggantianbalutan.
Balutanbasahsebagaisumburetrogard, menyerapkontaminasieksternal.
e. Berikanobat-obatansesuaiindikasi.
Rasional :Diberikansecaraprofilaktikdanuntukmengatasiinfeksi.

3. Intoleransiaktivitasberhubungandengankelemahan(post operasi).
Tujuan :Intoleransiteratasi
KriteriaHasil : Kliendapatberaktivitassecaramandiri, menunjukkanpeningkatanotot.
RencanaTindakan
a. Tingkatkantirah baring/duduk.
Rasional :Meningkatkanistirahatdanketegangan.
b.Ubahposisidengansering.
Rasional :Meningkatkantinggipernapasandanmeminimalkantekananpada area
tertentu.
c. Tingkatkanaktivitassesuaitoleransi.
Rasional :Tirah baring lama dapatmenyebabkanmenurunnyakemampuan.
d. Dorongpenggunaanteknikmanajemen stress.
Rasional :Meningkatkanrelaksasidanpenghematanenergi
e. Berikanobatsesuaiindikasi.
Rasional :Membantudalammanajemenkebutuhantidur.

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada pembahasan kasus ini, penulis menguraikan tentang proses Asuhan Keperawatan
tentang Hernia inguinalis lateral post herniotomi. Dalam penerapan kasus ini penulis akan
menguraikan kesenjangan antara teori dengan kasus yang ditemukan.

A. Pengkajian
1. Data yang ada diteori dan ada dikasus
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk,
mengemudi dalam waktu lama. Membutuhkan matras/papan yanag keras
saat tidur.Penurunan rentang gerak dari ekstremitas pada salah satu bagian
tubuh.Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasa dilakukan.
Tanda : Atropi otot pada bagian yang terkena. Gangguan dalam berjalan.
b. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri seperti tertusuk pisau yang akan semakin memburuk dengan
adanya batuk, bersin, membengkokan badan, mengangkat, defekasi,
mengangkat kaki atau fleksi pada leher, nyeri yang tiada hentinya atau
adanya episode nyeri yanag lebih berat secara intermiten. Nyeri yang
menjalar pada kaki, bokong (lumbal) atau bahu/lengan, kaku pada leher
atau servikal.Terdengar adanya suara krek saat nyeri bahu timbul/saat
trauma atau merasa punggung patah.Keterbatasan untuk mobilisasi atau
membungkuk kedepan.
Tanda : Sikap dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang tekena.
Perubahan cara berjalan, berjalan dengan terpincang-pincang, pinggang
terangkat pada bagian tubuh yang terkena. Nyeri pada palpasi.

2. Data yang ada dalam teori tetapi tidak muncul dalam kasus
a. Eliminasi
Gejala : Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi, adanya
inkontinensia atau retensi urine.
b. Integritas Ego
Gejala : Ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas masalah
pekerjaan, finansial keluarga.
Tanda : Tampak cemas, depresi menghindar dari keluarga atau orang
terdekat.
c. Neuro Sensori
Gejala : Kesemutan, kekauan, kelemahan dari tangan atau kaki.
Tanda : Penurunan refleks tendon dalam, kelemahan otot, hipotonia.
Nyeri tekan atau spasme otot pada vertebralis.Penurunan persepsi nyeri
(sensorik).
3. Data yang tidak ada didalam teori tetapi muncul dalam kasus
TIDAK ADA

B. Diagnosa Keperawatan
1) Diagnosa keperawatan yang ada diteori dan ada pada kasus
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik
b. Resiko infeksi berhubungan dengan faktor resiko masuknya
mikroorganisme melalui prosedur invasif (tusukan infus, DC, luka post
operasi)
c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan (post operasi)
2) Diagnosa keperawatan yang ada dalam teori tetapi tidak ada dalam kasus
a. Resikotinggiterhadapkekurangan volume cairanberhubunganhemorargi.
b. Resikotinggiterhadapperubahannutrisikurangdarikebutuhantubuhberhub
ungandenganketidakmampuanmencernamakanan.
c. Ansietas/ketakutanberhubungandenganperubahan status kesehatan.

3) Diagnosa keperawatan yang tidak ada didalam teori tetapi muncul dalam kasus
TIDAK ADA

C. Intervensi Keperawatan
a. Intervensi yang ada diteori dan digunakan dalam kasus
Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik
1) Kaji skala nyeri
Rasional :Nyerimerupakanresponsubjektif yang
dapatdikajidenganmenggunakanskalanyeri.
2) Observasitanda-tanda vital
Rasional :Responautonemikmeliputiperubahanpadatekanandarah, nadi,
danpernapasan yang berhubungandengankeluhan/penghilangnyeri.
Abnormalitastanda vital terusmenerusmemerlukanevaluasilanjut.
3) Bantu kliendalammengidentifikasi factor pencetus
Rasional :Nyeridipengaruhiolehkecemasan, ketegangan, suhu,
distensikandungkemihdanberbaring lama.
4) Ajarkanteknikrelaksasi yang dapatmengurangiintensitasnyeri.
Rasional :Relaksasidapatmelancarkanperedarandarahsehinggakebutuhan O2
padajaringanterpenuhidanmenguranginyeri.
5) Berikanposisi yang nyaman
Rasional
:Istirahatmerelaksasisemuajaringansehinggaakanmeningkatkankenyamanan.
6) Kolaborasidengandokterdalampemberiananalgesik.
Rasional :Analgesikmembloklintasannyerisehingganyeriakanberkurang.

Resiko infeksi berhubungan dengan faktor resiko masuknya


mikroorganisme melalui prosedur invasif ( tusukan infus, DC, luka post
operasi )
a. Observasitanda-tanda vital, perhatikanpeningkatansuhu.
Rasional :Suhumalamharimemuncak yang kembali normal
padapagihariadalahkarakteristikinfeksi.
b. Observasipenyatuanluka, karakterdrainase, adanyainflamasi.
Rasional :Perkembanganinfeksidapatmemperlambatpenyembuhan.
c. Observasiterhadaptandadangejala peritonitis.
Rasional : Peritonitis dapatterjadijikaususterganggu.
d. Pertahankanperawatanluka aseptic, pertahankanbalutankering.
Rasional :Melindungikliendarikontaminasisilangselamapenggantianbalutan.
Balutanbasahsebagaisumburetrogard, menyerapkontaminasieksternal.
e. Berikanobat-obatansesuaiindikasi.
Rasional :Diberikansecaraprofilaktikdanuntukmengatasiinfeksi.

Intoleransiaktivitasberhubungandengankelemahan(post operasi).
a. Tingkatkantirah baring/duduk.
Rasional :Meningkatkanistirahatdanketegangan.
b.Ubahposisidengansering.
Rasional :Meningkatkantinggipernapasandanmeminimalkantekananpada area
tertentu.
c. Tingkatkanaktivitassesuaitoleransi.
Rasional :Tirah baring lama dapatmenyebabkanmenurunnyakemampuan.
d. Dorongpenggunaanteknikmanajemen stress.
Rasional :Meningkatkanrelaksasidanpenghematanenergi
e. Berikanobatsesuaiindikasi.
Rasional :Membantudalammanajemenkebutuhantidur.
b. Intervensi yang tidak ada dalam teori tetapi muncul dalam kasus
TIDAK ADA
c. Intervensi yang ada di teori tidak digunakan dalam kasus
Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
hemorargi.
a. Observasi tanda-tanda vital.
Rasional :Tanda-tanda awal hemorargie usus dan pembentukan hematoma
dapat menyebabkan syok hipovolemik.
b. Palpasi nadi perifer.
Rasional :Memberikan informasi tentang volume sirkulasi umum dan tingkat
dehidrasi.
c. Perhatikan adanya edema.
Rasional : Edema dapat terjadi karena pemindahan cairan berkenaan dengan
penurunan kadar albumin serum/protein.
d. Pantau intake output.
Rasional : Indicator langsung dari hidrasi/perfusi organ danfungsi.
Memberikan pedoman untuk penggantian cairan.
e. Berikan terapi cairan, darah, albumin, elektrolit sesuai indikasi.
Rasional :Mempertahankan volume sirkulasi dan keseimbangan elektrolit.

Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan.
a. Tinjau factor-faktor individual yang mempengaruhi kemampuan untuk
mencerna makanan.
Rasional :Mempengaruhi pilihan intervensi.
b. Auskultasi bising usus, palpasi abdomen.
Rasional :Menentukan kembalinya peristaltic.
c. Identifikasi kesukaan/ketidaksukaan diit dari pasien.
Rasional :Meningkatkan kerjasama dengan pasien dengan aturan diit.
d. Berikan cairan IU, misalnya albumin, lipid, elektrolit.
Rasional :Memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit.

Ansietas/ketakutan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.


a. Awasi respon fisiologis.
Rasional :Dapat menjadi indikasi derajat takut yang dialami pasien.
b. Dorong pernyataan takut dan kecemasan.
Rasional :Membuat hubungan terapeutik, membantu pasien menerima
kenyataan.
c. Berikan informasi yang akurat tentang tindakan apa yang akan dilakukan.
Rasional :Melibatkan pasien dalam rencana asuhan keperawatan dan
menurunkan ansietas.
d. Dorong orang terdekat dengan klien untuk menemani klien.
Rasional : Membantu menurunkan takut melalui pengalaman menakutkan
menjadi seorang diri.
e. Tunjukkan teknik relaksasi.
Rasional :Belajar cara untuk rileks dapat menurunkan ketakutan dan ansietas.
f. Berikan terapi sesuai indikasi.
Rasional :Obat sedative dapat digunakan untukmenurunkan ansietas.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta : EGC

http://askep-kesehatan. Jurnal keperawatan indoesia.com/2009/01/Herrniascrotalis.html. Diakses


pada tanggal 7 Oktober 2016
http://askep-kesehatan. Jurnal keperawatan indoesia.com/2009/01/Herrniascrotalis.html. Diakses
pada tanggal 7 Oktober 2016

http://askep-kesehatan.jurnal kesehatan provinsi.com/2009/01/. Jambi independent.html. Diakses


pada tanggal 7 Oktober 2016

Kozier & Erb.(2004) Hernia Scrotalis Post Surgery Management dan Wounds.Fundamentals of
nursing: Concepts, process, and practice (7th ed.). New Jersey: Pearson prentice hall.
Available from http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/april 2009.Di akses
tanggal 4 Oktober 2016.

Oeswari E. (2000) Bedah dan Perawatannya. FKUI. Jakarta

Price. S. A.(2005) Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. (terjemahan). Edisi 6.


EGC. Jakarta.

Sjamsuhidayat, 2010. Buku Ajaran Ilmu Bedah, Edisi 11. Jakarta : EGC

Smeltzer S. C. B. G. (2002) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth
(terjemahan) Vol 2. EGC. Jakarta.

Soeparman, dkk. (2001) Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai