Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO, 2015), didapatkan data pada
tahun 2005 sampai tahun 2010 penderita hernia mencapai 19.173.279
penderita (12.7%). Penyebaran hernia paling banyak berada di negara
berkembang seperti negara-negara di Afrika, Asia Tenggara termasuk
Indonesia. Selain itu, Negara Uni Emirat Arab adalah negara dengan jumlah
penderita hernia terbesar di dunia sekitar 3.950 penderita pada tahun 2011.
Berdasarkan data dari Departermen Kesehatan Republik Indonesia, pada bulan
Januari 2010 sampai dengan Februari 2011 terdapat 1.243 orang yang
mengalami gangguan hernia. Insiden hernia menduduki peringkat ke lima
besar yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2007 sekitar 700.000 operasi
hernia yang dilakukan tiap tahunnya. Hernia Inguinalis di sisi kanan adalah
tipe hernia yang paling banyak dijumpai pria dan wanita, sekitar 25% pria dan
2% wanita mengalami hernia inguinalis.
Angka kejadian Hernia inguinalis lateralis di Amerika dapat di
mungkinkan dapat terjadi karena anomali congenital atau karena sebab di
dapat. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk
hernia pada annulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh
kantong isi hernia. Hernia sisi kanan lebih sering terjadi dari pada di sisi kiri.
Perbandingan pria:wanita pada hernia indirect adalah 7:1. Ada kira-kira
750000 herniorrhaphy dilakukan tiap tahunnya di amerika serikat,
dibandingkan dengan 25000 untuk hernia femoralis, 166000 hernia
umbilicalis, 97000 hernia post insisi dan 76000 untuk hernia abdomen lainya
(Muharam, 2017)
Menurut Batubara (2017) di Indonesia penderita yang mengalami hernia
sebagian besar adalah hernia inguinal. Terapi utama hernia inguinal masih
pembedahan yang membutuhkan biaya yang cukup banyak dan hilangnya
masa kerja karena proses pemulihan yang cukup lama. Hal ini merupakan
tantangan bagi peningkatan status kesehatan masyarakat. Berbagai faktor yang
menyebabkan hernia diketahui faktor keluarga, jenis kelamin dimana laki-laki
lebih beresiko dibandingkan wanita, infeksi yang terjadi setelah pembedahan,
aktivitas mengangkat beban berat, kondisi tertentu (kehamilan, berat badan
berlebih, asma pada orang dewasa, konstipasi dan Chronic Obstructive
Pulmonary Disease).
Sekitar 75% hernia terjadi di sekitar lipat paha, berupa hernia inguinal
direk, indirek serta hernia femoralis; hernia insisional 10%, hernia ventralis
10%, hernia umbilikus 3% dan hernia lainnya sekitar 3%. Pada hernia
inguinalis lebih sering pada laki-laki daripada perempuan (Amrizal, 2015)
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan hernia?
2. Bagaimana etiologi dari hernia?
3. Bagaimana patofisiologi hernia?
4. Apa saja klasifikasi dari hernia?
5. Apa saja komplikasi dari hernia?
6. Bagaimna penatalaksanaan dari hernia?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui tentang henia dan asuhan keperawatan pada pasien hernia
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari makalah ini adalah:
1. Mengetahui definisi hernia
2. Mengetahu etiologi hernia
3. Mengetahui patofisiologi hernia
4. Mengetahui apa saja klasifikasi hernia
5. Mengetahui komplikasi dari hernia
6. Mengetahui penatalaksanaan dari hernia
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Bagi Instansi Pendidikan
Menambah referensi serta bahan kajian dan pedoman bagi lembaga
pendidikan lainnnya terutama pada bidang kesehatan
1.4.2 Manfaat Bagi Mahasiswa
Menambar referensi bagi mahasiswa untuk membuat tugas-tugas terutama
dalam penerapan asuhan keperawatan pada pasien yang menderita hernia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Hernia
Secara umum Hernia merupakan proskusi atau penonjolan isi suatu
rongga dari berbagai organ internal melalui pembukaan abnormal atau
kelemahan pada otot yang yang mengelilinginya dan kelemahan pada
jaringan ikat suatu organ tersebut. Hernia adalah tonjolan keluarnya organ
atau jaringan melalui dincling rongga dimana organ tersebut seharusnya
berada yang didalam keadaan normal tertutup, hernia atau usus turun adalah
penonjolan abnormal suatu suatu organ atau sebagian dari dari organ melalui
lubang pada struktur disekitarnya (Lasarwati. Dkk, 2015).
Kata hernia berarti penonjolan suatu kantong peritoneum, suatu organ
atau lemak praperitoneum melalui cacat kongenital atau akuisita (dapatan).
Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia. Kata hernia berarti
penonjolan suatu kantong peritoneum, suatu organ atau lemak praperitoneum
melalui cacat kongenital atau akuisita (dapatan). Hernia terdiri atas cincin,
kantong, dan isi hernia (Amrizal, 2015)
Hernia merupakan suatu tonjolan dari viscus melalui suatu celah
abnormal atau kelemahan pada dinding rongga abdomen yang pada kondisi
normal seharusnya tertahan. Hernia merupakan prostusi atau penonjolan isi
rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga
bersangkutan.Hernia sering menimbulkan gejala benjolan yang dikeluhkan
pasien yang kebanyakan penderitanya adalah pria dewasa (Muharam, 2017)
2.2 Etiologi
Menurut Lasarwati. Dkk, 2015 hernia dapat disebabkan oleh beberapa
hal antaralain:
a. Congenital
Jika memiliki riwayat keluarga yang mengalami hernia maka hal tersebut
dapat memicu adanya hernia.
b. Obesitas
Orang yang memiliki kelebihan berat badan biasanya memiliki tekanan
yang lebih pada bagian perutny a sehinngga hal tersebut dapat memicu
terjadinya hernia sehingga memicu adanya hernia.
c. Kehamilan
Akibat mengalami peningkatan tekanan pada bagian dalam perutdan
melemahkan otot-otot perut
d. Mengejan
Seringnya mengejan atau terlalu lama BAB, hal ini juga dapat
menyebabkan tekanan pada perut.
e. Kelemahan dinding abdomen
f. Batuk kronis
g. Peningkatan tekanan abdomen karena sering mengangkat benda berat
2.3 Patofisiologi
Menurut Lasarwati. Dkk, 2015 hernia berkembang ketika intra
abdominal mengalami pertumbuhan tekanan seperti tekanan pada saat
mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau batuk batuk
yang yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus ke daerah otot
abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja
akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal
yang bukan dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada
daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses
perkembangan yang cukup lama pembedahan abdominal dan kegemukan.
Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding abdominal,
kemudian terjadi hernia. Organ-organ selalu selalu saja melakukan pekerjaan
yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga
terjadilah penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang sangat
parah.sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut
yang sangat parah. sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat
dalam perut mengalami kelemahan

2.4 Klasifikasi Hernia


Klasifikasi hernia menurut Nurarif & Kusuma (2015) adalah sebagai berikut:
a. Klasifikasi hernia menurut letaknya
1. Hernia epigastrik
terjadi di sekitar pusar dan bagian bawah tulang rusukdi garis tengah
perut. Hernia epigastrik biasanya terdiri dari jaringan lemak dan
jaringan yang berisi usus. terbentuk dibagian dinding perut yang
relative lemah, hernia ini sering menimbulkan rasa sakit dan tidak
dapat didorong kembali ke dalam perut, ketika pertama kali
ditemukan.
2. Hernia umbilikal
Hernia umbilikalis ini sering dijumpai pada bayi dan pada orang
dewasa
lebih umum pada wanita, karena peningkatan tekanan abdomina,
biasanya terjadi pada klien gemuk atau yang melahirkan berkali-kali.
tipe hernia ini terjadi pada sisi pada sisi insisi bedah sebelumnya yang
sebelumnya yang telah secara tidak secara tidak adekuat karena
masalah pascaoperasi seperti infeksi, nutrisi tidak adekuat, distensi
ekstrem atau kegemukan. Pada bayi hernia umbilikalis menutup secara
spontan, pembedahan dapat dilakukan jika hernia tersebut bertahan 4-5
tahun.
3. Hernia inguinalis
Adalah hernia yang paling umum terjadi dan muncul sebagai tonjolan.
Hernia ini terjadi ketika abdomen berkembang sehingga usus
menerobos kebawah melalui celah. Tanda dan gejala dari hernia ini
adalah benjolan dibawah yang perut yang lembut, kecil, nyeri, dan
bengkak. Hernia ini lebih sering terjadi pada laki-laki daripada
perempuan. Hernia inguinal ini dibagi lagi menjadi:
a. Hernia inguinasil inderek / lateralis
Hernia inguinalis indirek / lateralis menyebabkan penonjolan organ
visera, abdomen melalui anulus inguinaslis dan mengikuti
funikulus spermatikus (pada laki-laki) dan ligamentum teres uteri
(pada wanita).
b. Hernia ingunalis direk/medialis
Hernia inguinalis direk / medialis terjadi karena kelemahan pada
dasar kanalis inguinalis yang berupa fasia.
4. Hernia femoralis
Muncul sebagai tonjolan dipangkal paha. Tipe ini lebih sering terjadi
pada wanita dibandingkan pada pria. Ini mulai sebagai penyumbat
lemak di kanalis femoralis yang membesar dan secara bertahap
menarik peritoneum dan hampir tidak dapat dihindari kandung kemih
masuk kedalam kantung. Hernia femuralis
akan terlihat sebagai massa atau benjolan pada tempat terabanya
denyut arteri fulmonalis.
5. Hernia incisional
Dapat terjadi melalui luka pasca oprasi perut. Hernia ini muncul
sebagai
tonjolan disekitar pusar, yang terjadi ketika otot sekitar pusar tidak
menutup tonjolan disekitar pusar, yang terjadi ketika otot sekitar pusar
tidak menutup sepenuhnya. Hernia ini dapat disebabkan oleh
kelemahan dinding abdomen yang sepenuhnya. Hernia ini dapat
disebabkan oleh kelemahan dinding abdomen yang ekstrem atau
obesitas
6. Hernia nukleus puplosi (HNP)
Adalah hernia yang melibatkan tulang belakang. Diantara setiap
cakram tulang belakang ada discus intervertebralis yang menyerap
goncangan cakram dan meningkatkan elastisitas dan mobilitas tulang
belakang. Karena aktivitas dan usia, terjadi herniasi discus
intervertebralis yang menyebabkan saraf terjepit (sciatica), hernia ini
biasa terjadi di punggung bawah dan 3 vertebra lumbbal bawah.
b. Macam-mascam hernia berdasarkan terjadinya
1. Hernia bawaan atau kongenital
Patogenesa pada jenis hernia inguinalis lateralis inderek: kanalis
inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus Pada bulan kehamilan,
terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut
akan menarik desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis
tersebut akan menarik peritonium peritonium ke ke daerah daerah
skrotum sehingga terjadi terjadi penonjolan peritoneum yang disebut
dengan prosesus vaginalis peritonei, pada bayi yang sudah lahir
umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga
perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal
kanalis ini tidak dapat menutup karena testis kiri turun terlebih dahulu,
maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri
terbuka maka biasanya yang kanan juga lebih sering terbuka. Dalam
keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2
bulan. Bila prosesus terbuka sus terbuka terus (karena tidak mengalami
obliterasi akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada orang
tua kanalis tersebut telah menutup namun karena merupakan lokus
minoris resistensie maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan
intra-abdominal meningkat, kanal tersebut keadaan yang menyebabkan
tekanan intra-abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka
kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita.
2. Henia didapat (akuisista)
Ditimbulkan karena pemicu, terjadi setelah dewasa atau pada usia
lanjut, disebabkan karena adanya tekanan intraabdominal yang
meningkat dan dalam waktu yang lama misalnya batuk kronis,
konstipasi kronis, gangguan proses kencing.
c. Macam-macam hernia berdasarkan sifatnya
1. Hernia reponibel/reducibel
Yaitu bila isi hernia bisa keluar masuk, usus keluar bila berdiri atau
mengejan dan masuk kembali bila berbaring atau di dorong masuk,
tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
2. Hernia ireponibel
Yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan kedalam rongga,
biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritonium
kantong hernia. Hernia ini juga dapt disebut hernia akreta (accretu-
perlekatan karena fibrosis) tidak ada keluhan rasa nyeri atau sumbatan
usus.
3. Hernia strangulata atau inkaserata (incarceratio=terperangkap,
carcer=penjara)
Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, hernia inkarserata
berarti isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali kedalam rongga
perut serta akibatnya yang berupa gangguan pasase atau vaskularisasi.
hernia
strangulata mengakibatkan nekrosisd ari isi abdomen di dalamnya
karena tidak mendapat darah akibat pembuluh pemasoknya terjepit.
Hernia jenis ini merupakan keadaan gawat darurat karenanya perlumen
dapat pertolongan segera.

2.5 Manifestasi Klinis


Menurut Nurarif & Kusuma (2015) manifestasi klinis dari hernia adalah:
a. berupa benjolan keras atau keluar masuk dan yang sering tampak menonjol,
benjolan ini dapat hilang ketika tidur atau berbaring.
b. adanya rasa nyeri di daerah benjolan
c. obstruksi usus parsial dapat menyebabkan anoreksia, nyeri, nyeri tekan,
massa yang tidak dapat di responsisi, bising usus yang berkuarang, mual dan
muntah.
d. obstruksi total dapat menimbulkan syok, demam tinggi, bising usus yang
tidak terdengar, feses yyang mengandung darah
e. nyeri punggung hebat pada bagian punggung bawah yang menjalar hingga,
gluteus, kaki, ungkai dan biasanya unilateral.

2.6 Komplikasi
Menurut Amrizal (2015) komplikasi hernia bergantung pada keadaan
yang dialami oleh isi hernia, isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia
pada hernia reponibel. Hal ini dapat terjadi kalau isi hernia terlalu besar,
misalnya terdiri atasomentum, organ ekstraperitoneal. Di sini tidak timbul
gejala klinis kecuali berupa benjolan. Isi hernia dapat pula terjepit oleh cincin
hernia sehingga terjadi hernia inkaserata yang menimbulkan gejala obstruksi
usus yang sederhana. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis, atau lebih
kaku seperti pada hernia femoralis dan hernia obturatoria, maka lebih sering
terjadi jepitan parsial. Jarang terjadi inkaserasi retrograd, yaitu dua segmen
usus terjepit didalam kantong hernia dan satu segmen lainnya berada dalam
rongga peritoneum seperti huruf “W”.
Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi
hernia. Pada permulaan, terjadi bendungan vena sehingga terjadi edema
organ atau struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia.
Timbulnya edema yang menyebabkan jepitan cincin hernia makin bertambah
sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu (strangulasi). Isi hernia
menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan
serosanguinus. Apabila isi hernia terdiri atas usus, dapat terjadi perforasi
yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel atau peritonitis jika
terjadi hubungan dengan rongga perut.

2.7 Penatalaksanaan
Menurut Nurarif & Kusuma (2015) penatalaksanaan hernia ada dua macam
yaitu:
1. Konservatif (townsend CM)
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia
yang telah direposisi, bukan merupakan tindakan definitive sehingga
dapat kambuh kembali, terdiri atas:
a. Reposisi
Reposisi adalah suatu usaha untuk mengembalikan isi hernia ke dalam
kavum peritoni atau abdomen. Reposisi dilakukan secara bimanual,
reposisi dilakukan kepada pasien dengan hernnia reponsibilis dengan
cara memakai dua tangan. Reposisi tidak dilakukan pada hernia
inguinalis strangulata kecuali pada anak-anak

b. Suntikan
Dilakukan penyuntikan cairan sklerotik berupa alkohol atau kinin di
daerah sekitar hernia, yang menyebabkan pintu hernia mengalami
sclerosis atau penyempiitan sehingga isi hernia keluar dari kavum
peritoni
c. Sabuk hernia
Diberikan pada pasien yang hernia masih kecil dan menolak
dilakukannya operasi
2. Operatif
Operasi merupakan tindakan paling baik dan dapat dilakukan pada:
a. Hernia reponsibilis
b. Hernia irreponsibilis
c. Hernia strangulasi
d. Hernia incaserata
Operasi hernia dilakukan dalam 3 tahap
a. Herniotomy
Membuka dan memotong kantong hernia serta mengembalikan isi
hernia ke cavum abdominalis
b. Hernioraphy
Mulai dari mengikat leher hernia dan menggantungkan pada conjoint
tendon (penebalan antara tepi bebas m.oliqus intaabdominalis dan
m.tranversus abdominis yang berinsersio di tuberculum pubicum).
c. Hernioplasity
Menjahitkan conjoint tendon pada ligamentum inguinale agar LMR
hilang/tertutup dan dinding perut jadi lebih kuat karena tertutup otot.
Hernioplasty pada hernia inguinalis lateris ada bermacam-macam
menurut kebutuhannya.

Operasi hernia pada anak-anak dilakukan tanpa hernioplasty, dibagi


menjadi 2 yaitu:
1. Anak berumur kurang dari 1 tahun , menggunakan teknik michele
benc
2. Anak berumur lebih dari 1 tahun menggunakan teknik POTT
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Kasus
Tn. A, umur 60 tahun masuk ke rumah sakit dengan keluhan terdapat
benjolan dilipat paha kanan berdiameter sekitar 3 cm. Benjolan terlihat
terutama jelas saat pasien batuk, bersin, mengedan dan bila diberdirikan. Tapi
saat pasien berbaring, benjolan tersebut hilang atau tidak nampak, ada rasa
nyeri pada benjolan dengan skala 6 dari (0-10) nyeri hanya dirasakan pada
daerah benjolan dengan TD 120/70 mmHg, Suhu 36,20C, HR 84 x/menit, RR
21x/menit dan belum pernah dioprasi.

3.2 Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
1. Anamnase
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Usia : 60 thn
Jenis Kelami : Laki-Laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD sederajat
Pekerjaan : Buruh
Suku bangsa : Jawa/ Indonesia
Status perkawinan : Menikah
Golongan darah :-
No. RM :23717
Tanggal masuk : Senin, 7 Januari 2018
Tanggal pengkajian : Rabu, 9 Januari 2018
Diagnosa medis : Hernia
Alamat : Kayutangi Ujung Komp. Metro
Indah

1. Identitas Penanggung Jawab


Nama: : Ny.M
Umur : 40
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA / Sederajat
Pekerjaan : IRT
Suku bangsa : Jawa/ Indonesia
Hubungan dengan klien : Istri Pasien
Alamat : Kayutangi Ujung Komp. Metro
Indah

b. Keluhan Utama
Nyeri pada benjolan dilipatan paha kanan
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien masuk kerumah sakit dengan keluhan terdapat benjolan
dilipit paha kanan berdiameter sekitar 3 cm. Benjolan terlihat
terutama jelas saat pasien batuk, bersin, mengedan dan bila
diberdirikan. Tapi saat pasien berbaring, benjolan tersebut hilang
atau tidak tampak, ada rasa nyeri padabenjolan dengan skala 6 dari
(0-10) nyeri hanya dirasakan pada daerah benjolan
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit terdahulu
e. Riwayat Keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota kelaurga yang
menderita penyakit yang sama dengan pasien.
2. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Kesadaran : CMV = 4,6,5
Penampilan : Cukup Bersih

Tanda-tangda Vital : RR = 21 x/mnt


TD = 120/70 mmHg
N = 84 x/mnt
S = 36,70C
2) Kepala
Bentuk : Simetris
Warna : hitam
Tekstur : keras
Penyebaran : merata
Keadaan : lemah
Nyeri tekanan : tidak ada nyeri tekan
Benjolan : tidak ada benjolan
Kebersihan : cukup bersih
3) Mata
Kesimetrisan : simetris antara mata kiri dengan
kanan
Sklera : sklera tidak ikterus
Konjungtiva : ananemis
Sekret : tidak ikterik
Bengkak : tidak ada bengkak
Benjolan : tidak ada benjolan
Lesi : tidak ada lesi
Nyeri tekanan : tidak ada nyeri tekan
Fungsi penglihatan : normal visus 6/6
Reflek pupil : normal/ isokor
Kebersihan : cukup bersih
4) Telinga
Kesimetrisan : simetris kanan dna kiri
Sekret : tidak ada sekret
Bengkak : tidak ada bengkak
Benjolan : tidak ada benjolan
Lesi : tidak ada lesi
Nyeri tekanan : tidak ada nyeri tekan
Fungsi pendengaran : cukup baik , dapat membedakan
bunyi dan suara perawat
Kebersihan : cukup bersih
5) Hidung
Kesimetrisan : simetris
Sekret : tidak ada sekret
Bengkak : tidak ada bengkak
Benjolan : tidak ada benjolan
Lesi : tidak ada lesi
Nyeri tekanan : tidak ada nyeri tekan
Fungsi penciuman : cukup baik, dapat membedakan
bau
alkohol dengan minyak kayu putih
Kebersihan : cukup bersih
6) Mulut
a. Bibir
Kesimetrisan : simetris
Warna : merah muda
Tekstur : lembut
Mukosa : lembab
Sekret : tidak ada sekret
Bengkak : tidak ada bengkak
Benjolan : tidak ada benjolan
Lesi : tidak ada lesi
Nyeri tekanan : tidak ada nyeri tekan
Kebersihan : cukup bersih
b. Gigi
Warna : kuning
Caries : tidak ada
Jumlah : lengkap
Kebersihan : cukup bersih
c. Lidah
Warna : merah muda
Fungsi pengecapan : normal, dapat membedakan manis,
asin, asam dll
Tekstur : lembut
Kebersihan : cukup bersih
7) Leher
Bentuk : simetris
JVP : tidak ada pembesaran vena
jugularis
Thyroid : tidak ada pembengkakan
Bengkak : tidak ada pembengkakan
Benjolan : tidak ada benjolan
Lesi : tidak ada lesi
Nyeri tekanan : tidak ada tekanan
Kebersihan : cukup bersih
8) Dada
Bentuk : hipertropi ventrikel kiri
Bunyi jantung : S1, S2 tunggal (lup dup)
Bunyi paru : vesikuler
Frekuensi nafas : cepat, 30 x / mnt
Frekuensi jantung : 90 x / mnt
Otot bantuan pernafasan : adanya otot bantu pernapasan
Bengkak : tidak ada bengkak
Sekret : tidak ada sekret
Benjolan : tidak ada benjolan
Lesi : tidak ada lesi
Nyeri tekanan : ada nyeri tekan
Perkusi jantung : dullness
Paru-paru : bunyi resonan, tidak ada ronchi
Kebersihan : cukup bersih
9) Abdomen
Bentuk : simetris
Tekstur : kasar
Bengkak : tidak ada bengkak
Benjolan : tidak ada benjolan
Lesi : tidak ada lesi
Nyeri tekanan : nyeri tekan
Bising usus : normal 2 x / menit
Distensi abdomen : normal
Bunyi perkusi lambung : timpani
Kebersihan : cukup bersih
10) Ekstermitas
Ekstermitas atas : Normal
Bentuk : simetris
Warna : sawo matang
Tekstur : kasar
Turgor : kembali dalam dua detik
Bengkak : tidak ada bengkak
Benjolan : tidak ada benjolan
Lesi : tidak ada lesi
Nyeri tekanan : tidak ada nyeri tekan
Jumlah : lengkap
Kebersihan : cukup bersih

Ekstermitas bawah : edema pada kedua ujung kaki


Bentuk : simetris
Warna : sawo matang
Tekstur : kasar
Turgor : kembali dalam dua detik
Bengkak : tidak ada bengkak
Benjolan : tidak ada benjolan
Lesi : tidak ada lesi
Nyeri tekanan : terdapat nyeri tekan pada dada kiri
Jumlah : lengkap
Kebersihan : cukup bersih
11) Genetalia
Inspeksi : warna kulit sama dengan daerah
sekitar, terlihat benjolan didaerah
Inguinalis dextra
Palpasi : teraba benjolan, bentuk lonjong,
sebesar kelereng, konsistensi
kenyal,
nyeri tekanan ada
12) Pola aktifitas sehari-hari

No Jenis Pengkajian Sebelum Sakit Sesudah Sakit


1 Pola Nutrisi1
a. Makan
Frekuensi 2x sehari 3x sehari
Jenis Nasi, ikan dan tahu Bubur, ayam, tempe
tempe dan sayur
Porsi cara
Makan Menggunakan
menggunakan sendok
tangan
Keluhan Tidak ada keluhan
Tidak ada keluhan
b. Minum 8 gelas
Frekuensi
>5 gelas
Keluhan
Tidak ada keluhan
2 Pola Eliminasi
a. BAB
Frekuensi 1x sehari 1x BAB
Konsistensi Padat Agak keras
Warna bau Bau khas feses kecoklatan
Cara Jongkok jongkok
Keluhan Tidak ada keluhan Nyeri saat mengedan

b. BAK
Frekuensi 6x sehari 5x sehari
Konsistensi Cair Cair
Warna bau Kuning, dan bau Kuning, dan bau
khas khas
Keluhan
Sakit saat BAK Nyeri saat BAK
3 Pola Istirahat
Tidur
Tidur selama 7-8 Tidur selama 4-5 jam
a. Malam
jam
Tidur kurang lebih 1
b. Siang Tidak bisa tidur
jam
karena bekerja
4 Personal
2x sehari 1x sehari kadang-
Hygene
Mandi kadang
2x sehari
1x sehari kadang-
Gosok gigi
kadang
2x sehari 2x sehari
Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
Ganti pakaian
Keluhan

3. Data Psikologis, Sosial dan Spiritual


1) Data Psikologis
Pasien dapat berinteraksi dengan baik terhadap keluarga maupun
tenaga kesehatan lainnya selama dirawat.
2) Data Sosial
Pasien dapat menjalin hubungan baik dilingkungan tempat pasien
memeriksa penyakitnya.
3) Data Spiritual
Pasien beragama islam, selama penyakitnya timbul pasien tidak
dapat melakukan ibadah sholat 5 waktu dengan sempurna.

4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
GDS, Ureum, Creat
b. Rontgen
c. Terapi
Injeksi cefoaxin
Ciprofloksasin
Injeksi ketorolak
Asam fenamat

B. Analisa Data
Data Penyebab Masalah
- DS: Agen injuri biologis Nyeri
- Pasien mengatakan nyeri
diperut kanan bawah dan
ada benjolan diatas
selangkangan
DO:
Ada benjolan pada
kemaluan
TD : 120/70 mmHg
S : 36,70C
N : 84x/menit
RR :21x/menit
DS : Kurangnya Ansietas
Klien mengeluh cemas
pengetahuan tindakan
sengan rencana
pembedahan
pembedahan
DO :
Ada benjolan pada
kemaluan
TD : 120/70 mmHg
S : 36,70C
N : 84x/menit
RR : 21x/menit
C. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan trauma jangan Prioritas Masalah
1) Nyeri b/d agen injuri biologis
2) Ansietas b/d kurang pengetahuan tindakan pembedahan

D. Rencana Asuhan Keperawatan

Perencanaan
N Diagnosa
Tujuan dan Intervensi Implementasi Evaluasi
o Keperawatan
kriteria hasil
1 Nyeri b/d Tujuan : Nyeri a. Mengkaji tanda- a. Mengkaji skala S: klien mengatakan
agen injuri berkurang/hilang tanda nyeri pasien nyeri yang nyeri berkurang (skala
b. Pemberian
biologis Kriteria hasil : dirasakan oleh 5)
kompres air hangat
Pasien tampak klien dengan O : pasien tampak
c. Kolaborasi dalam
rileks dan keluhan PQRST, rileks
pemberian terapi
nyeri berdasarkan A : masalah teratasi
berkurang/hilang analgesik jurnal menurut sebagian
Handayani P : intervensi
(2016), dilanjutkan
mengatakan
bahwa terdapat
pengaruh yang
signifikan
dalam
penggunaan
penilaian nyeri
PQRST dengan
alasan yang
lebih sfesifik
dalam
pengkajian
nyeri dan
mempermudah
identifikasi data
subjektif
maupun
objektif.
b. Memberikan
kompres air
hangat menurut
skripsi yang
ditulis
Rahmawati
(2017)
mengatakan
bahwa kompres
air hangat
memberikan
rasa hangat
untuk
memenuhi
kebutuhan rasa
nyaman,
mengurangi
atau
membebaskan
nyeri,
mengurangi
atau mencegah
spasme otot dan
memberikan
rasa hangat
pada daerah
tertentu
c. berkolaborasi
dalam
pemberian
terapi analgesik
menurut Cahyo
(2017)
didapatkan hasil
setelah
melakukan
pemberian obat
selama 3 x24
jam yaitu
adanya
penurunan skala
nyeri dibuktikan
dengan skala
nyeri pada hari
ke tiga skala
semula 6
menjadi .
2 Ansietas b/d Tujuan : setelah a. Pemberian zikir a. Pemberian S : pasien mengatakan
kurang dilakukan kahfi zikir kahfi suda mengerti tentang
b. Melibatkan
pengetahuan tindakan menurut karya tindakan pembedahan
keluarga dalam
tindakan keperawatan tulis ilmiah yang akan dilakukan
mendukung
pembedahan penurunan yang dibuat O : pasien tampak
keamanan dan
kecemasan oleh rileks
menurunkan rasa
selama proses Wulandari A : masalah teratasi
takut
keperawatan (2015) sebagian
c. Instruksikan
cemas dapat mengatakan P : Intervensi
pasien untuk
hilang atau bahwa dengan dilanjutkan
menggunakan
berkurang istigfar atau
tekhnik relaksasi
Kriteria hasil : menyebut
a. Monitor dengan takbir
intensitas dan pemilihan
kecemasan prase yang
b. Menurunkan
cukup singkat
stimuasi
dan dapat
lingkungan
diucapkan
ketika cemas
dalam hati
ketika
menghembusk
an nafas
secara normal
dapat
menengkan
hati
b. melibatkan
keluarga
dalam
mendukung
keamanan dan
menurunkan
rasa takut
menurut
lutfiyaningtias
(2016)
mengatakan
semakin tinggi
dukungan
keluarga
terhadap
pasien akan
semakin
menurunkan
rasa
kecemasannya
.
c. menginstruksi
kan pasien
untuk
menggunakan
tekhnik
relaksasi
menurut
Bashir, Dewi,
& Khoiriyati
(2015)
mengatakan
bahwa teknik
relaksasi nafas
dalam
merupakan
terapi non
farmakologi
yang
mempunyai
efek sangat
baik untuk
mengatasi
kecemasan,
relaksasi
menyebabkan
penurunan
hormon
adrenalin
sehingga dapat
menyebabkan
rasa tenang,
aktiftas saraf
simpatis
menurun dan
terjadi
penurunan
kecemasan
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hernia merupakan suatu tonjolan dari viscus melalui suatu celah
abnormal atau kelemahan pada dinding rongga abdomen yang pada
kondisi normal seharusnya tertahan. Hernia merupakan prostusi atau
penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding
rongga bersangkutan.Hernia sering menimbulkan gejala benjolan yang
dikeluhkan pasien yang kebanyakan penderitanya adalah pria dewasa.
Hernia dapat disebabkan oleh obesita, congenital, kehamilan, mengejan,
kelemahan otot abdomen, batuk kronos, dan peningkatan tekanan
abdomen karena beban berat. Penatalaksanaan hernia dapat dilakukan
dengan tindakan Konservatif (townsend CM) dan operatif yang bertujuan
untuk menyembuhkan hernia.
4.2 Saran
4.2.1 Bagi instansi pendidikan
Diharapkan mampu menyediakan fasilitas dan informasi tentang
penyakit hernia agar mempermudah mengakses informasi baik dengan
membaca buku ataupun lewat internet.
4.2.2 Bagi mahasiswa
Diharapkan agar lebih memahami lagi tentang penyakit hernia dan
dapat mengaplikasikannya di kemudian hari agar berguna bagi diri sendiri
ataupun masyarakat sekitar.
DAFTAR PUSTAKA

Cahyo.G. (2017). Upaya penurunan nyeri pada pasien Tn. M dengan post orif
fraktur radius sinistra. Surakarta :Universitas Muhamammadiyah

Cahyo. G. (2015). Asuhan Keperawatan pada klien dengan post operasi hernia
ingunalis lateral di RSUD Sukoharjo. Surakarta : Universitas
Muhammadiyah

Muharam.D.M.(2017). Karakteristik pasien hernia inguinalis di rsu di kota


tanggerang selatan tahun 2015. Jakarta: Univesitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.

Amrizal. (2015). Hernia inginalis 6 (1). Padang:Departemen Ilmu Bedah

Batubara.S.O. (2017). faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hernia di


rumah sakit umum daerah prof. dr. w.z johanes kupang 1 (1). Kupang:
CHMK Nursing Scientific Journal

Laraswati.D. Dkk.(2015). Asuhan keperawatan pada pasien hernia. Bali: Stikes


Wira Medika PPNI Bali

Nurarif A.H & Kusuma.H. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan


nanda nic noc ed 2. Jogjakarta:Mediaction

Anda mungkin juga menyukai