Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA
Ditujukan untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah
Dosen Pengampu : Bayu Brahmantia, M.Kep,.

Disusun Oleh :
Adi Mulyadi E2114401048

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA

2023
A. Definisi

Istilah hernia berasal dari bahasa Latin, yaitu herniae, yang


berarti penonjolan isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah
pada dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu membentuk suatu
kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di daerah
perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus (Giri Made Kusala,
2009).
Hernia merupakan prostrusi atau penonjolan suatu rongga
melalui defek atau lubang atau bagian lemah dari dinding rongga
bersangkutan. Pada hernia abdomen isi perut menonjol melalui defek atau
bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeorotik dinding perut (Nurarif &
Kusuma, 2015).
Kata hernia berarti penonjolan suatu kantong peritoneum,
suatu organ atau lemak praperitoneum melalui cacat kongenital atau
akuisita (dapatan). Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.Pada
hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari
lapisan muskuloaponeurotik dinding perut.

B. Etiologi

Hernia dapat di sebabkan oleh beberapa hal, di antaranya adalah


sebagai berikut :
a. Congenital
Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernahterkena
hernia.
b. Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria
maupun wanita. Pada Pasien – pasien penyakit ini disebabkan karena
kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan
turunnya testis. Pada orang dewasa khususnya yang telah berusia lanjut
disebabkan oleh melemahnya jaringan penyangga usus atau karena
adanya penyakit yang menyebabkan peningkatan tekanan dalam
rongga perut (Giri Made Kusala, 2009).
c. Obesitas
Berat badan yang berlebih menyebabkan tekanan berlebih pada
tubuh, termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus
hernia. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya
prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
d. Ibu Hamil
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus
memberi tekanan lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi
pencetus terjadinya hernia.
e. Pengangkatan Beban Berat
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat
menyebabkan terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat
barang. Aktivitas yang berat dapat mengakibatkan peningkatan tekanan
yang terus-menerus pada otot-otot abdomen. Peningkatan tekanan
tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan
organ melalui dinding organ yang lemah.

Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau


karena sebab yang didapat. Lebih banyak terjadi pada lelaki daripada
perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu
masuk hernia pada anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui
oleh kantong dan isi hernia.
Selain itu, diperlukan faktor yang dapat mendorong isi hernia
melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar. Pada orang sehat ada tiga
mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis, yaitu
kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur otot oblikus
internus abdominis yang menutup anulus inguinalis internus ketika
berkontraksi, dan adanya fasia transversa yang kuat sehingga menutupi
trigonum hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot.
Proses mekanisme ini meliputi saat otot abdomen berkontraksi
terjadi peningkatan intraabdomen lalu m. oblikus internus dan m.
tranversus berkontraksi, serabut otot yang paling bawah membentuk atap
mioaponeurotik pada kanalis inguinalis. Konjoin tendon yang melengkung
meliputi spermatic cord yang berkontraksi mendekati ligamentum
inguinale sehingga melindungi fasia transversalis. Kontraksi ini terus
bekerja hingga ke depan cincin interna dan berfungsi menahan tekanan
intraabdomen.
Kontraksi m.transversus abdominis menarik dan meregang crura
anulus internus, iliopubic tract, dan fasia transversalis menebal sehingga
cincin menutup seperti spincter (Shutter Mechanism). Pada saat yang sama
moblikus eksternus berkontraksi sehingga aponeurosisnya yang
membentuk dinding anterior kanalis inguinalis menjadi teregang dan
menekan cincin interna pada dinding posterior yang lemah. Gangguan
pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia.

C. Epidemiologi
Sekitar 75% hernia terjadi di sekitar lipat paha, berupa hernia
inguinal direk, indirek serta hernia femoralis; hernia insisional 10%, hernia
ventralis 10%, hernia umbilikus 3% dan hernia lainnya sekitar 3%. Pada
hernia inguinalis lebih sering pada laki-laki daripada perempuan.
Data epidemiologi menunjukkan bahwa hernia inguinalis lebih
sering ditemukan pada pria dibandingkan wanita. Insidensi hernia
inguinalis paling banyak ditemukan pada 2 kelompok usia, yaitu sekitar 5
tahun, dan di atas 70 tahun. Hernia inguinalis adalah hernia pada dinding
abdomen yang paling sering ditemukan.
Menurut data global hernia pada dinding abdomen dilaporkan
memiliki prevalensi 1,7% pada seluruh kelompok usia, dan sebesar 4%
pada usia di atas 45 tahun. Hernia inguinalis merupakan hernia tersering
pada dinding abdomen, dan dilaporkan sebesar 75% dari seluruh hernia
dinding abdomen.
Insidensi hernia inguinalis dilaporkan meningkat seiring
bertambahnya usia. Insidensi hernia indirek pada anak-anak mencapai
4,5%, dan lebih sering terjadi pada tahun pertama kehidupan. Hernia
indirek lebih sering terjadi pada bayi prematur, dibandingkan bayi cukup
bulan. Hernia direk lebih sering ditemukan pada pasien lanjut usia, dan
berkaitan dengan melemahnya dinding abdomen, serta penipisan fascia.
Sebagian besar kasus hernia inguinalis terjadi unilateral, hanya
20% kasus terjadi bilateral. Sisi kanan inguinal dilaporkan 2 kali lebih
sering terkena dibanding sisi kiri.
Di Indonesia data nasional angka kejadian hernia inguinalis di
Indonesia belum diketahui. Sementara menurut mortalitas pada operasi
gawat darurat hernia inguinalis, terjadi peningkatan mortalitas sebanyak
10–20 kali, dibandingkan operasi elektif. Secara khusus, tindakan
herniorafi gawat darurat dihubungkan dengan peningkatan mortalitas dan
morbiditas. Pada operasi hernia elektif, tingkat mortalitas tidak lebih tinggi
dibandingkan dengan populasi umum.
Hernia strangulasi dapat menyebabkan terjadinya obstruksi usus.
Jika terjadi hernia strangulasi, risiko mortalitas dilaporkan meningkat
sebesar 6–9 kali pada operasi repair emergency. Operasi hernia juga
berisiko menyebabkan infeksi dan perlengketan intraabdominal.

D. Patofisiologi

Tonjolan yang semakin besar, lama kelamaan tidak bisa


masuk kembalisecara spontan maupun dengan berbaring tetapi
membutuhkan dorongan dengan jariyang disebut hernia reponable. Jika
kondisi seperti ini dibiarkan saja makadapat terjadi perlengketan dan
lama kelamaan perlengketan tersebut menyebabkantonjolan yang tidak
dapat dimasukkan kembali dan disebut hernia irreponable.Untuk
mencegah terjadinya komplikasi pada hernia maka dilakukan pembedahan
daripembedahan tersebut terdapat luka insisi yang biasanya dapat
menimbulkan nyeriyang dapat membuat tidak nyaman sehingga
mengurangi pergerakan dan resikoinfeksi (Liu & Campbell, 2011).
Pendapat Syamsuhidayat (2004), hernia inguinalis bisa didapatkan
sebab anomali kongenital atau akibat yang didapat. Hernia dapat diketahui
jika setiap usia. Penyakit ini sering diderita pada lakilaki ketimbang pada
perempuan. Berbagai faktor akibat terjadi pada depat pintu masuk anulus
internus hernia yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan
isi hernia.
Selain itu, yang dapat mendorong melewati pintu yang sudah
terbuka cukup lebar itu diperlukan pula faktor isi herniayang ada. Faktor
peningakatan tekanan di dalam rongga karena peninggian tekanan di
dalam rongga perut perut yang dipandang berperan kausal. Kanalis
inguinalis adalah terjadi Pada bulan ke-8 kehamilan kanal yang normal
pada fetus, terjadi melalui kanal tersebut desensus testis. Penurunan testis
terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis
peritonei yang akanmenarik peritonium ke daerah skrotum sehingga.
prosesus ini telah mengalami obliterasi.
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya sehingga isi rongga perut
tidak dapat melalui kanalis tersebut. kanalis ini tidak menutup dalam
beberapa hal tersebut. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka
kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. jika kanalis kanan terbuka
maka biasanya yang kiri juga terbuka. Dalam keadaan normal, pada usia 2
bulan kanalis yang terbuka ini akan menutup. Bila prosesus terbuka terus
(karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateralis
kongenital.
Kanalis inguinalis telah menutup Pada orang tua, tetapi karena
menyebabkan lokus minoris resistensie, sebab saat keadaan yang
terjadinya tekanan intra-abdominal lebih terasa, hernia inguinalis lateralis
akuisita tersebut dapat terbuka kembali dan timbul. Akibat kerusakan
Nervus Ilioinguinalis dan Nervus Iliofemoralis setelah apendiktomi
Kelemahan otot dinding perut terjadi akibat-akibat jaringan kanal (Erfandi,
2009).
Pada hernia akan terjadi kelemahan atau kegagalan menutup yang
bersifat kongenital usus ke dalam anulus inguinalis di atas kantong
skrotum, disebabkan oleh prolaps sebagian. kemudian akan mengalami
nyeri dan gelala-gejala obstruksi usus (perut kembung, nyeri kolik
abdomen, tidak ada flatus, tidak ada feces, muntah). Bila usus yang
prolaps bisa menyebabkan Hernia inkarserata terjadi konstriksi bila suplai
darah ke kantong skrotum, Isi hernia dapat kembali ke rongga peritoneum
disebut hernia inguinal reponibilis, bila tidak dapat kembali disebut hernia
inguinal ireponibilis (Mansjoer, 2004).
Keluhan yang timbul hanya berupa benjolan di lipat paha yang
muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, mengedan, dan menghilang
setelah berbaring terjadi pada hernia reponibilis. Keluhan nyeri jarang
dijumpai pada hernia ini, walaupun ada nyeri dirasakan di daerahcpada
mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantung
hernia.
Bila usus tidak dapatkembali karena jepitan oleh anulus inguinalis,
terjadi gangguan pembuluh darah dan gangguan pasase segmen usus yang
terjepit. Keadaan ini disebut hernia strangulata. Rasa sakit yang terus
menerus Secara klinis keluhan klien adalah Terjadi gangguan pada usus
seperti nyeri padaperut kembung dan muntah.Akibat penimbunan racun
yang akan mengakibatkan terjadinya infeksi dalam tubuh Pembuluh darah
yang terjepit dinding usus yang akan berakibat buruk yaitu kematian
Infeksi ini akan menjadi sumber infeksi ke seluruh tubuh.

E. Manifestasi Klinis

Menurut Arief Mansjoer (2004), manifestasi klinis dari hernia


adalah sebagai berikut :
1. Adanya pembekakan ( asimptomatik)
Keluhan benjolan di daerah inguinal yang timbul berupa
adanya atau skrotal yang hilang timbul. Misalnya nyeri mengedan, batuk-
batuk, tertawa, atau menangis. Bila klien tenang, benjolan akan hilang
secara spontan. Timbul bila terjadi peningkatan tekanan intra peritoneal.
Keluhan nyeri pada hernia ini jarang ditemui, walaupun yang dirasakan
di daerah perut epigastrium atau para umbilikal berupa nyeri viseral
sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantung hernia bila
usus tidak dapat kembali akibat regangan pada mesenterium karena
jepitan oleh anulus inguinalis, terjadi gangguan pembuluh darah dan
gangguan pasase segmen usus yang terjepit. Secara klinis keluhan klien
adalah rasa sakit yang terus-menerus. Keadaan ini disebut hernia
strangulata.
Gangguan pasase usus seperti abdomen kembung dan
muntah pemeriksaan fisik dan Tanda klinik tergantung pada isi hernia.
Pada Inspeksi : dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai
penonjolan diregio ingunalis pada saat klien mengedan dapat yang
berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Palpasi: pada funikulus
spermatikus kantong hernia yang kosong dapat dirasakan sebagai geseran
dari lapis kantongyang mengutamakan alasan gesekan dua permukaan
sutera. Tangan sutera ini disebut tanda sarung, tetapi umumnya gejala ini
sulit ditemukan.
Pemerikasaa bisa teraba pada usus, omentum (seperti
karet), atau ovarium. bila ada hernia berisi bagian maka tergantung pada
isinya, Dengan jari kelingking atau jari telunjuk pada anak usia dini, bisa
dipraktekan mendorong isi hernia dengan menonjolkan kulit skrotum
melalui annulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia
dapat direposisi atau tidak. Apabila hernia dapat direposisi, pada saat jari
masih berada dalam annulus eksternus, klien dianjurkan mengedan.
Kalau seandai nya hernia teraba diujung jari, maka hernia inguinalis
lateralis, dan kalau stepi jari menyentuh itu menandakan hernia inguinalis
medialis. Didalam hernia pada bayi wanita yang teraba benjolan yang
padat biasanya terdiri dariovarium.
2. Gejala Klinis
Gejala klinis hernia banyak diketahui oleh kondisi isi
hernia tanda yang muncul seperti berupa adanya pembengkakan di
selangkangan dipaha yang timbul saat waktu berdiri, batuk, bersin, atau
mengedan dan tidak ada setelah terlentang. Keluhan nyeri jarang
dijumpai bila ada yang dirasakan di dibagian epigastrium atau
periumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium
sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia. Hernia
inguinalis yang sering pada anak yaitu hernia inguinalis lateralis
(indirect). 60%dari kasus hernia inguinalis terjadi saat dibagian sisi
kanan,30% pada sisi kiri dan 10% bilateral.

F. Klasifikasi

Berikut adalah penjelasan hernia menurut letaknya :


a. Hernia Hiatal
Kondisi dimana kerongkongan (pipa tenggorokan) tutup,
melewati diafragma melalui celah yang disebut hiatus sehingga
sebagian perut menonjol ke dada.
b. Hernia Epigastrik
Terjadi diantara pusar dan bagian bawah tulang rusuk di
garis tengah perut. Hernia epigastrik biasanya terdiri dari jaringan
lemak dan jarang yang berisi usus. Terbentuk di bagian dinding
perut yang relatif lemah, hernia ini sering menimbulkan rasa sakit
dan tidak dapat didorong kembali ke dalam perut ketika pertama
kali ditemukan.
c. Hernia Inguinalis
Hernia yang paling umum terjadi dan muncul sebagai
tonjolan di selangkangan atau skrotum. Orang awam biasa
menyebutnya “turun bero” atau “hernia”. Hernia inguinalis terjadi
ketika dinding abdomen berkembang sehingga usus menerobos
kebawah melalui celah. Jika anda merasa ada benjolan dibawah
perut yang lembut, kecil, dan mungkin sedikit nyeri dan bengkak,
anda mungkin terkena hernia ini. Hernia tipe ini lebih sering terjadi
pada laki-laki daripada perempuan.
d. Hernia Femoralis
Muncul sebagai tonjolan di pangkal paha. Tipe ini lebih
sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria.
e. Hernia Insisional
Dapat terjadi melalui luka pasca operasi perut. Hernia ini
muncul sebagai tonjolan di sekitar pusar yang terjadi ketika otot
sekitar pusar tidak menutup sepenuhnya.
f. Hernia Nukleus Pulposi (HNP)
Hernia yang melibatkan cakram tulang belakang. Di antara
setiap tulang belakang ada diskus intervertebralis yang menyerap
guncangan cakram dan meningkatkan elastisitas dan mortilitas
tulang belakang. Karena aktivitas dan usia, terjadi hernia diskus
intervertebralis yang menyebabkan saraf terjepit (sciastica). HNP
umumnya terjadi di punggung bawah pada tiga vertebra lumbar
bawah.

Sedangkan menurut sifatnya, hernia dibagi menjadi:


a. Hernia eponibel, yaitu isi hernia masih dapat dikembalikan ke kavum
abdominalis lagi tanpa operasi.
b. Hernia ireponibel, yaitu isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke
dalam rongga.
c. Hernia akreta, yaitu perlengketan isi kantong pada peritonium kantong
hernia.
d. Hernia inkarserata, yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia

G. Farmakoterapi
Kategori Nama Dosis, Kerja Obat Kontra Indikasi Efek Samping
Obat Generik Frekuensi
dan Nama
Dagang
Antibiotik Ceftriaxone Dewasa: Ceftriaxone adalah Ceftriaxone • Bengkak,
Sefalosforin obat untuk dikontraindikasikan kemerahan,
. 1.000–2.000 mengatasi penyakit pada individu yang atau nyeri di
mg per hari. akibat infeksi memiliki riwayat tempat
Pada infeksi bakteri, seperti hipersensitivitas suntikan
yang berat, gonore, meningitis, terhadap obat ini • Sakit kepala
dosis dapat otitis media, sifilis, atau obat golongan • Pusing
ditingkatkan dan penyakit sefalosporin • Mual atau
menjadi 4.000 Lyme. Obat ini lainnya. muntah
mg, 1–2 kali
sehari. tersedia dalam Ceftriaxone juga • Diare
Pengobatan bentuk suntik. kontraindikasi pada • Gatal pada
diberikan Cefriaxone bayi prematur vagina atau
dengan merupakan obat berusia koreksi < 41 keputihan
suntikan IM, antibiotik golongan minggu, atau > 41 • Ruam kulit
suntikan IV sefalosporin. minggu dengan • Kantuk
selama 5 ikterus, hipoalbumi • Sakit perut
menit, atau Obat ini bekerja nemia, atau • Keringat
infus IV dengan cara asidosis. berlebihan
selama 30 membunuh dan
menit. menghambat Ceftriaxone
pertumbuhan sebaiknya tidak
Anak bakteri penyebab diberikan pada
usia <15 infeksi di dalam neonatus dengan
hari: tubuh. Selain itu, hiperbilirubinemia
ceftriaxone juga sebab ceftriaxone
20–50 dapat digunakan menggantikan
mg/kgBB, 1 untuk mencegah bilirubin pada area
kali sehari infeksi pada saat pelekatan albumin
yang operasi. dan meningkatkan
diberikan bilirubin tak
melalui infus terkonjugasi.
IV selama 60 Pemberian
menit. ceftriaxone
bersamaan dengan
Anak usia 15 pelarut kalsium atau
hari pada neonatus yang
hingga 12 menerima nutrisi
tahun: parenteral infus
yang mengandung
50–80 preparat kalsium
mg/kgBB per juga
hari. Dosis dikontraindikasikan
maksimal karena ceftriaxone
4.000 mg per dan kalsium dapat
hari. bereaksi
membentuk
presipitat.
Pemberiannya pada
kasus ini telah
dilaporkan
menimbulkan
toksisitas hingga
kematian pada
neonatus
Obat Ketrolac Dosis awal 10 Jangan • Kantuk
Ketorolac adalah
antiinflamas mg, diikuti menggunakan • Sakit perut
obat untuk
i nonsteroid dengan 10–30 ketorolac jika Anda • Pusing
meredakan
(OAINS) mg setiap 4–6 alergi terhadap obat • Sakit kepala
nyeri sedang hingga
jam bila perlu. ini atau OAINS • Mual dan
berat. Obat ini
Dosis sering digunakan lainnya, muntah
maksimal seperti aspirin dan i • Perut
setelah operasi atau
adalah 90 mg prosedur medis buprofen. kembung
per hari. Pada • Diare
yang bisa
pasien dengan Jangan • Konstipasi
menyebabkan nyeri.
berat badan Ketorolac menggunakan
<50 kg, dosis merupakan ketorolac jika Anda Lakukan
maksimal 60 obat golongan pernah atau sedang pemeriksaan ke
mg per hari. antiinflamasi menderita luka dokter jika efek
Lama nonsteroid (OAINS) atau tukak samping tersebut
penggunaan yang memiliki lambung atau tidak kunjung reda
maksimal bentuk sediaan perdarahan di atau semakin parah.
hingga 2 hari. tablet dan suntik. saluran cerna, Segera ke dokter jika
gangguan fungsi mengalami reaksi
Ketorolac bekerja ginjal atau liver alergi obat atau efek
Tablet dengan cara yang berat, atau samping yang lebih
Dosis awal menghambat gagal jantung . serius, seperti:
10–20 mg, produksi senyawa
diikuti dengan kimia yang bisa Beri tahu dokter • Pingsan
10 mg setiap menyebabkan jika Anda pernah • Jantung
4–6 jam. peradangan dan rasa atau sedang berdebar atau
Dosis nyeri. Ketorolac menderita diabetes, denyut
maksimal dapat digunakan tekanan darah jantung cepat
adalah 40 mg sebagai terapi tinggi, lupus, • Perubahan
per hari. tunggal atau gangguan suasana hati
Lama dikombinasikan perdarahan, • Pembengkaka
penggunaan dengan obat pereda gangguan fungsi n pada kaki
maksimal nyeri lain, termasuk ginjal atau liver atau
hingga 5 hari. obat pereda nyeri yang ringan, pergelangan
golongan opioid. penyakit radang kaki,
usus, seperti kolitis kelelahan
ulseratif atau penya yang tidak
kit Crohn. biasa, atau
kenaikan
Beri tahu dokter berat badan
jika Anda baru saja yang drastis
mengalami • Sulit buang
serangan jantung air kecil atau
atau operasi pada adanya darah
saluran pencernaan. pada urine
• Tinja
Beri tahu dokter berbarwa
jika Anda perokok hitam,
berat atau muntah
mengalami kecandu darah, atau
an alkohol dan muntah
kesulitan untuk dengan
berhenti. ampas yang
terlihat
Jangan seperti bubuk
menggunakan kopi
ketorolac jika Anda • Kehilangan
sedang nafsu makan,
mengonsumsi urine
aspirin, obat berwarna
pengencer gelap, serta
darah (antikoagulan mata dan
atau antiplatelet), kulit
atau OAINS kekuningan
(penyakit
Beri tahu dokter kuning)
bahwa Anda sedang
menjalani
pengobatan dengan
ketorolac jika Anda
direncanakan untuk
menjalani tindakan
medis, termasuk
operasi gigi.

Beri tahu dokter


jika Anda sedang
menggunakan obat
lain, termasuk
suplemen atau
produl herbal, untuk
mengantisipasi
interaksi obat.

Beri tahu dokter


jika Anda sedang
hamil, menyusui,
atau merencanakan
kehamilan sebelum
menggunakan
ketorolac.

Jangan
menggunakan
NSAID lebih dari
10 hari, kecuali atas
saran dari dokter.

Segera temui dokter


jika terjadi reaksi
alergi obat atau
overdosis setelah
menggunakan
ketorolac.

H. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Suratan dan Lusianah (2010:321) pemeriksaan
diagnostik pada klien hernia yaitu : 1) Pemeriksaan darah lengkap
Menunjukan peningkatan sel darah putih, serum elektrolit
dapatmenunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit),
danketidakseimbangan elektrolit. Pemeriksaan koagulasi darah:
mungkinmemanjang, mempengaruhi homeostastis intraoperasi atau
post operasi. 2) Pemeriksaan urine Munculnya sel darah merah
atau bakteri yang mengidentifikasikaninfeksi. 3) Elektrokardiografi
(EKG) Penemuan akan sesuatu yang tidak normal memberikan
prioritasperhatian untuk memberikan anestesi. 4) Sinar X abdomen
Menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi usus.

I. Penatalaksanaan Medis
Menurut Amin & Kusuma (2015) penanganan hernia ada dua
macam:
a. Konservatif.
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan
reposisidan pemakaian penyangga atau penunjang untuk
mempertahankan isi herniayang telah direposisi. Bukan
merupakan tindakan definitif sehingga dapatkambuh kembali.
Adapun tindakannya terdiri atas: 1) Reposisi adalah suatu
usaha untuk mengembalikan isi hernia ke dalamkavum
peritoneum atau abdomen. Reposisi dilakukan secara manual.
Reposisi dilakukan pada pasien dengan hernia reponibilis
dengan caramemakai dua tangan. Reposisi tidak dilakukan pada
hernia inguinalisstrangulata kecuali pada anak-anak. 2) Suntikan
dilakukan penyuntikan cairan sklerotik berupa alkohol atau kinin
di daerah sekitar hernia, yang menyebabkan pintu
herniamengalami sklerosis atau penyempitan sehingga isi hernia
keluar darikavum peritoneum. 3) Sabuk hernia Diberikan pada
pasien yang hernia masih kecil dan menolak dilakukan operasi.

b. Operasi merupakan tindakan paling baik dan dapat dilakukan pada


hernia reponibilis, hernia irreponibilis, hernia strangulasi,
hernia inkarserata. Operasi hernia ada 3 macam: 1) Herniotomy yaitu
membuka dan memotong kantong hernia serta mengembalikan isi hernia
kekavum abominalis 2) Hernioraphy, mulai dari mengangkat leher
hernia dan menggantungkannya pada conjoint tendon (penebalan antara
tepi bebas musculus obliquus intra abominalisdan musculus
tranversus abdominalis yang berinsersio di tuberculum pubicum). 3)
Hernioplasty, yaitu menjahitkan conjoint tendon pada ligementum
inguinale agar LMRhilang/ tertutup dan dinding perut jadi lebih
kuat karena tertutup otot. Hernioplasty pada hernia inguinalis
lateralis ada bermacam - macam menurut kebutuhannya (Ferguson,
Bassini, halst, hernioplasty, padahernia inguinalis media dan
hernia femoralis dikerjakan dengan caraMc.Vay)

Penatalaksanaan pasca operasi Penatalaksanaan setelah


operasi diantaranya adalah hindari hal-hal yang memicu tekanan di rongga
perut,tindakan operasi dan pemberian analgesik pada hernia yang
menyebabkan nyeri, berikan obat sesuai resep dokter, hindari mengejan,
mendorong atau mengangkat benda berat. Jaga balutan luka operasi tetap
kering dan bersih, mengganti balutan seteril setiap hari pada hari
ketiga setelah operasi kalau perlu. Hindari faktor pendukung seperti
konstipasi dengan mengkonsumsi diet tinggi serat dan masukan cairan yang
adekuat (Amin &Kusuma, 2015 )

J. Komplikasi
Terhadap klien :
1. Dampak biologis
Pada klien hernia ini terjadi perubahan pada aktivitas
gerak tubuh nya karena rasa nyeri yang diakibatkan pasca operasi.
2. Dampak psikologis
Klien akan merasakan cemas yang diakibatkan oleh rasa nyeri
dari post-opherniotomi, perubahan gaya hidup, kehilangan peran baik
dalam keluarga maupun dalam masyarakat, dampak dari hospitalisasi
rawat inap dan harus beradaptasi dengan lingkungannya yang baru.
3. Dampak sosiologis
Klien akan kehilangan perannya dalam keluarga dan
dalam masyarakat karena harus menjalani perawatan yang
waktunya tidak sebentar dan klien juga harus membatasi
pekerjaaan yang akan membuat sakitnya kambuh kembali seperti
mengangkat benda-benda yang berat.
4. Dampak spiritual
Klien akan mengalami sedikit gangguan kebutuhan
spiritual sesuai dengan keyakinannya dalam beribadah yang diakibatkan
karena rasa nyeri yang dialami sesudah operasi.

Terhadap Keluarga :
Masalah yang timbul pada keluarga dengan salah satu anggota
keluarganya yang terkena hernia adalah timbulnya kecemasan akan
keadaan klien. Untuk itu peran perawat disini adalah dalam
memberikan penjelasan terhadap keluarga. Selain itu keluarga
harus bisa menanggung semua biaya perawatan selama klien di
rawat klien di rumah sakit dan biaya untuk operasi klien. Hal ini
tentunya menambah beban dalam keluarga. Masalah-masalah diatas
timbul saat klien masuk rumah sakit, sedangkan masalah juga bisa
timbul saat klien pulang dari rumah sakit dan tentunya keluarga harus bisa
merawat klien.Hal ini tentunya akan menambah beban bagi keluarga dan
bisa menimbulkan konflik dalam keluarga (Haryono, 2012)

K. Diet/Nutrisi
Di bawah ini berbagai makanan untuk penderita hernia hiatal yang
dianjurkan oleh para ahli.
1. Sayuran hijau seperti brokoli dan bayam
2. Kacang-kacangan
3. Biji-bijian utuh seperti oatmeal dan sereal
4. Protein tanpa lemak, misalnya tahu, dada ayam tanpa kulit, dan ikan
5. Buah dan jus yang tidak mengandung asam seperti pisang dan apel
6. Asparagus
7. Kayu manis
8. Jahe
9. Berbagai produk susu yang rendah lemak dan tidak mengandung gula
atau rendah gula
10. Kapulaga
11. Ketumbar
12. Cuka apel
13. Teh tanpa kafein
14. Makanan yang kaya akan probiotik

Menghindari makanan tertentu dapat membantu mengurangi dan


mencegah gejala gangguan pencernaan, termasuk perut mulas dan
kembung. Makanan yang sebaiknya dihindari yaitu makanan yang bersifat
asam, berminyak, atau makanan mengandung bahan pengawet. Berikut
beberapa makanan untuk penderita hernia hiatal yang tidak boleh
dikonsumsi.
1. Buah-buahan yang mengandung asam seperti buah jeruk
2. Cokelat
3. Makanan yang berlemak dan digoreng
4. Bawang putih dan bawang merah
5. Makanan pedas
6. Makanan dan minuman yang mengandung tomat seperti saus spagheti
dan jus tomat
7. Kop
8. Alkohol
9. Minuman bersoda
10. Minyak dan mentega
11. Produk yang mengandung mint, seperti peppermint dan spearmint
12. Produk susu tinggi lemak
13. Makanan asin
14. Makanan cepat saji

L. Konsep Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari
pengumpulan, verifikasi, dan komunikasi data tentang klien. Fase proses
keperawatan ini mencakup dua langkah yaitu pengumpulan data dari sumber
primer (klien) dan sumber sekunder (keluarga / tenaga kesehatan), dan
analisis data sebagai dasar untuk diagnosa keperawatan (Poter, 2009).
Pengkajian terdiri dari pengumpulan informasi subjektif dan objektif (mis:
tanda-tanda vital, wawancara pasien / keluarga, 34 pemeriksaan fisik dan
peninjauan informasi riwayat pasien pada rekam medik (NANDA, 2015).
Pengkajian pasien Post operatif (Doenges, 2000) adalah
meliputi :

⚫ Sirkulasi
Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit
vascular perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko
pembentukan trombus).
⚫ Integritas ego
Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis, faktor-faktor stress
multiple misalnya: financial, hubungan, gaya hidup. Tanda : tidak
dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang, stimulasi
simpatis.
⚫ Makanan / cairan
Gejala: insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk
hipoglikemia/ketoasidosis), malnutrisi (termasuk obesitas),
membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode
puasa pra operasi)
⚫ Aktivitas atau istirahat
Tanda : mengangkat beban berat, duduk, mengemudi dalam waktu
lama, membutuhkan papan matras untuk tidur, penurunan rentang
gerak, tidak mampu melakukan aktivitas seperti biasa, atrofi otot,
gangguan dalam berjalan.
⚫ Neurosensori
Gejala : kesemutan, kekakuan, kelemahan tangan atau kaki,
penurunan reflek tendon dalam, nyeri tekan atau nyeri abdomen.
⚫ Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
⚫ Keamanan
Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan.
Tanda:munculnya proses infeksi yang melelahkan, demam.
⚫ Kenyamanan
Gejala : nyeri seperti ditusuk-tusuk, fleksi pada kaki, keterbatasan
mobilisasi

1. Identitas Klien dan Identitas Penanggungjawab


Pada pasien hernia adalah riwayat pekerjaan
biasanya mengangkat bendaberat, nyeri seperti tertusuk pisau
yang akan semakin memburuk denganadanya batuk dan
bersin Discharge Planing pasien adalah hindarimengejan,
mengangkat benda berat, menjaga balutan luka operasi tetapkering
dan bersih, biasanya penderita hernia yang sering terkena adalah laki-
laki pada hernia inguinalis dan pada heria femoralis yang
sering terkenaadalah perempuan untuk usia antara 45-75 tahun
(Baradero, 2005).
2. Riwayat Penyakit
1) Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus hernia
adalah terasa nyeri. Nyeritersebut adalah akut karena disebabkan
oleh diskontinuitas jaringan akibat tindakan pembedahan
( insisi pembedahan ). Dalam mengkaji adanyanyeri, maka
digunakan teknik PQRST. P= Provoking: Merupakan hal -
halyang menjadi faktor presipitasi timbulnya nyeri, biasanya
berupa traumapada bagian tubuh yang menjalani prosedur
pembedahan dan biasanyanyeri akan bertambah apabila bersin,
mengejan, batuk kronik dll. Q=Quality of pain: seperti apa rasa
nyeri yang dirasakan atau digambarkanklien. Apakah seperti
terbakar, ditekan, ditusuk-tusuk, diremas. R=Region: apakah
rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar
ataumenyebar dan dimana rasa sakit terjadi. S= Scale of pain:
Biasanya klienhernia akan menilai sakit yang dialaminya
dengan skala 5 - 7 dari skalapengukuran 1 - 10. T=Time:
Merupakan lamanya nyeri berlangsung, kapan muncul
dan dalam kondisi seperti apa nyeri bertambah
buruk.(Muttaqin, 2008).
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan
sebab dari hernia, yangnantinya membantu dalam rencana
tindakan terhadap klien. Ini bisa berupakronologi terjadinya
penyakit tersebut sehingga nantinya bisa di tentukankekuatan
yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena. merasa
adabenjolan di skrotum bagian kanan atau kiri
dan kadang-kadangmengecil/menghilang. Bila menangis, batuk,
mengangkat beban berat akantimbul benjolan lagi, timbul
rasa nyeri pada benjolan dan timbul rasakemeng disertai mual-
muntah. Akibat komplikasi terdapatshock, demam,asidosis
metabolik, abses, fistel, peritonitis. Pada pasien post
operasihernia juga akan merasakan nyeri dimana nyeri
tersebut adalah akutkarena disebabkan oleh
diskontinuitas jaringan akibat tindakanpembedahan ( insisi
pembedahan ).
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Latar belakang kehidupan klien sebelum masuk
rumah sakit yangmenjadi faktor predisposisi seperti riwayat
bekerja mengangkat benda-benda berat, riwayat penyakit
menular atau penyakit keturunan,serta riwayatoperasi
sebelumnya pada daerah abdomen atau operasi hernia
yangpernah dialami klien sebelumnya.
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu diketahui apakah ada anggota keluarga
lainnya yang menderitasakit yang sama sepert klien,
dikaji pula mengenai adanya penyakitketurunan atau
menular dalam keluarga
5) Riwayat yang Mempengaruhi Kesehatan
Empat faktor yang mempengaruhi kesehatan
yakni keturunan, pelayanan kesehatan, perilaku dan
lingkungan. Faktor pelayanan kesehatan meliputi ketersediaan
klinik kesehatan dan fasilitas kesehatan lainya, faktor perilaku
meliputi antara lain perilaku mencari pengobatan dan perilaku
hidup bersih dan sehat, sedangkan faktor lingkungan antara
lain kondisi lingkungan yang sehat dan memenuhi
persyaratan ( Notoatmodjo, 2003 ). Kerjaotot yang
terlalu kuat, mengangkat beban yang berat, batuk
kronik, mengejan sewaktu miksi dan defekasi, peregangan otot
abdomen karena peningkatan tekanan intra abdomen
(TIA). Seperti obesitas dan kehamilan, kelemahan
abdomen bisa disebabkan kerena cacat bawaanatau
keadaan yang didapat sesudah lahir dan usia dapat
mempengaruhi kelemahan dinding abdomen (semakin
bertambah usia dinding abdomen semakin melemah).
Peningkatan tekanan intra abdomen diantaranya
6) Status Nutrisi dan Cairan beserta Activities Daily
Tanyakan kepada klien tentang jenis, frekuensi,
dan jumlah klien makandan minum klien dalam sehari.
Kaji apakah klien mengalamianoreksia,mual atau
muntah dan haus terus menerus. Kaji selera
makanberlebihan atau berkurang, ataupun adanya terapi
intravena, penggunaanselang NGT, timbang juga berat badan,
ukur tinggi badan, lingkaran lenganatas serta hitung berat
badan ideal klien untuk memperoleh gambaranstatus nutrisi.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Keadaan klien dengan hernia biasanya mengalami
kelemahan serta tingkatkesadaran composmentis. Tanda vital pada
umumnya stabil kecuali akanmengalami ketidakstabilan pada
klien yang mengalami perforasi appendiks.
b. Sistem Pernafasan (Breathing)
Bentuk hidung simetris keadaan bersih tidak ada
sekret, pergerakan dadasimetris, Irama nafas regular tetapi ketika
nyeri timbul ada kemungkinanterjadi nafas yang pendek dan
cepat. Tidak ada nyeri tekan pada dada,tidak ada retraksi otot bantu
nafas, gerakan fokal fremitus antara kanan dankiri sama, pada
hernia inkarcerata dan strangulata di jumpai
adanyapeningkatan RR (> 24 x /mnt) pada perkusi terdapat
bunyi paruresonan, suara nafas vesikuler tidak ada suara
tambahan seperti ronkhi danwhezzing.
c. Sistem Kardiovaskuler (Blood)
Konjungtiva normal tidak terdapat sianosis, tidak
ada peningkatan JVP,tidak ada clubbing finger, CRT < 3
detik, tidak terdapat sianosis,peningkatan frekuensi dan irama
denyut nadi karena nyeri, terdapat bunyijantung pekak/redup,
bunyi jantung tidak disertai suara tambahan, bunyijantung
normal S1 S2 tunggal lup dup.
d. Sistem Persyarafan (Brain)
Umumnya pada pasien hernia tidak mengalami
gangguan padapersyarafannya, namun gangguan bisa terjadi
dengan adanya nyeri padapost operasi sehingga perlu dikaji nilai
GCS.
e. Sistem Perkemihan (Bladder)
Pada Post Operasi kaji apakah terdapat
benjolan pada abdomen bagianbawah / kandung kemih.
Pada hernia inkarcerata dan strangulata dijumpai penurunan
produksi urine. Ada tidaknya nyeri tekan pada kandung
kemih. Kaji PQRST. P= Provoking: Merupakan hal - hal
yangmenjadi faktor presipitasi timbulnya nyeri, biasanya berupa
trauma padabagian tubuh yang menjalani prosedur pembedahan
dan biasanya nyeriakan bertambah apabila berdin mengejan batuk
kronik dll. Q= Quality ofpain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan
atau digambarkan klien. Apakahseperti terbakar, ditekan, ditusuk-
tusuk, diremas. R= Region: apakah rasasakit bisa reda, apakah
rasa sakit menjalar atau menyebar dan dimana rasasakit terjadi. S=
Scale of pain: Biasanya klien hernia akan menilai sakit
yangdialaminya dengan skala 5 - 7 dari skala pengukuran
1 - 10. T=Time:Merupakan lamanya nyeri berlangsung, kapan
muncul dan dalam kondisiseperti apa nyeri bertambah buruk.
(Muttaqin, 2008).
f. Sistem Pencernaan (Bowel)
Dikaji mulai dari mulut sampai anus, tidak ada
asites, pada pasien post-opbiasanya sudah tidak ada benjolan
pada abdomen, pada pasien post-opbiasanya ada nyeri tekan,
tidak ada distensi abdomen. Terdapat suaratympani pada
abdomen, Peristaltik usus 5-21x/menit.
g. Sistem Muskuluskeletal (Bone)
Biasanya post operasi herniotomysecara umum
tidak memiliki gangguan,tetapi perlu dikaji kekuatan otot
ekstremitas atas dan bawah,dengan nilaikekuatan otot (0-5),
adanya kekuatan pergerakan atau keterbatasan gerak.Terdapat lesi/
luka. Kaji keadaan luka apakah terdapat push atau tidak, adatidaknya
infeksi, keadaan luka bersih atau lembab.
h. Sistem Penginderaan
Pada post herniotomy pada sistem ini tidak
mengalami gangguan baikpengindraan, perasa, peraba,
pendengaran dan penciuman semua dalamkeadaan normal.
i. Sistem Endokrin
Pada sistem endokrin tidak terdapat pembesaran
kelenjar thyroiddankelenjar parotis

M. Analisa Data
N. Diagnosa Keperawatan
PRE OPERATIF
1. Nyeri akut berhubungan d agen pencedra fisik
2. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi tentang
tindakanpembedahan
POST OPERATIF
3. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan insisi /pembedahan
4. Devisit perawatan diri berhubungan dengan diskontinuinitas jaringan
O. Perencanaan
No Dx (SDKI) Tujuan (SIKI) Intervensi (SLKI)
1 Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri
(D.0077) b.d Agen tindakan Keperawatan Observasi :
pencedera fisik 3x24 jam diharapkan - Identifikasi identifikasi
tingkat nyeri (L.08066) lokasi, karakteristik,
menurun dengan kriteria durasi, frekuensi,
hasil : kualitas,intensitas nyeri
1. Tingkat nyeri - Identifikasi skala nyeri
menurun
2. Penyembuhan luka Terapeutik :
membaik - Berikan teknik non
3. Tingkat cidera farmakologis untuk
menurun mengurangi rasa nyeri
4. Kesulitan tidur
menurun Edukasi:
- Jelaskan penyebab dan
periode dan pemicu nyeri

Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian
analgetik

Edukasi teknik nafas


dalam
Observasi :
- Identifikasi kesiapan
dan kemampuan
menerima informasi

Terapeutik :
- Sediakan materi dan
media pendidikan
kesehatan

Edukasi:
- Jelaskan tujuan dan
mamafaat teknik nafas
dalam
- Jelaskan prosedur teknik
nafas dalam
2 Ansietas (D.0080) Setelah dilakukan
Observasi :
b.d kurang terpapar tindakan intervensi
- Identifikasi saat tingkat
informasi tentang selama 1 x 24 jam
ansietas berubah
tindakan cemas /ansietas
- Identifikasi kemampuan
pembedahan menurun dengan
mengambil keputusan
kriteria hasil sbb:
- Monitor tanda – tanda
ansietas
- Verbalisasi khawatir
akibat kondisi yang di
Terapeutik :
hadapi menurun
- Ciptakan suasana
- Perilaku gelisah
terapeutik untuk
menurun
menumbuhkan
- Perilaku tegang
kepercayaan
menurun
- Temani pasien untuk
- Pola tidur membaik
mengurangi kecemasan
- Dengarkan dengan
penuh perhatian
- Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
-Diskusikan perencanaan
realitas tentang peristiwa
yang akan datang

3 Risiko Infeksi Setelah dilakukan Pengcegahan Infeksi


(D.0142) b.d tindakan keperawatan Observasi:
peningkatan selama 3x 24 jam maka - Monitor tanda dan
Leukosit tingkat infeksi gejala infeksi lokal dan
(L.14137) menurun sistematik Terapetik
dengan kriteria hasil : - Berikan perawatan kulit
pada area edema
1. Tingkat nyeri - Cuci tangan sebelum
menurun Integritas dan sesudah kontak
kulit dan jaringan dengan pasien dan
membaik lingkungan pasien
2. Kontrol resiko
meningkat Edukasi:
3. Nyeri menurun - Jelaskan tanda dan
4. Bengkak menurun gejala infeksi
- Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka

Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian
analgetik

Perawatan luka
Observasi :
- Monitor karakteristik
luka (drainase, warna
ukuran, bau)
- Monitor tanda tanda
infeksi

Terapeutik :
- Lepaskan balutan dan
plester seccara perlahan
- Bersihkan dengan Nacl
- Bersihkan jaringan
nikrotik
- Berikan salaf yang
sesuai kekulit
- Pertahan teknik steril
saat melakkanperawtan
luka

Edukasi:
- Jelaskan tanda,gejala
infeksi

Kolaborasi:
- Kolaborasi prosedur
debridement
4 Devisit perawatan Setelah dilakukan Dukungan Perawatan
diri (D.0109) b.d tindakan intervensi 1 x Diri
diskontinuinitas 24 jam devisit Observasi :
jaringan perawatan diri - Identifikasi kebiasaan
berkurang dengan aktivitas perawatan diri
kriteria hasil sbb: sesuai usia
- Minat melakukan - Monitor tingkat
perawatan diri kemandirian
meningkat - Identifikasi alat bantu
- Mempertahankan kebersihan diri
kebersihan berpakaian,berhias dan
diri meningkat makan
Terapeutik :
- Sediakan lingkungan
yang terapeutik( mis:
suasana hangat,
rileks,privasi)
- Siapkan keperluan
pribadi ( mis:
parfum,sikat
gigi, dan sabun mandi )
- Dampingi dalam
melakukan perawatan diri
sampai mandiri
- Fasilitasi untuk
menerima keadaan
ketergantungan
- Fasilitasi kemandirian ,
bantu jika tidak mampu
melakukan perawatan diri
Edukasi :
- Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan

P. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien
dalam proses penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang
dihadapi pasien yang sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan
(Nursallam, 2011).
Q. Evaluasi Keperawatan
Menurut Nursalam, 2011 , evaluasi keperawatan terdiri dari dua
jenis yaitu :
1. Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana
evaluasi dilakukan sampai dengan tujuan tercapai
2. Evaluasi somatif , merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode
evaluasi ini menggunakan SOAP.

R. Jurnal Keperawatan
Judul Penurunan Skala Nyeri Pasien Post Op
Appendictomy Menggunakan Teknik Relaksasi
Genggam Jari
Penulis Fitria Wati, Ernawati
I (Introduction) yaitu Pasien post operasi insisi (penyayatan jaringan)
Pendahuluan mengalami nyeri dengn berbagai tingkatan. Hampir
80% pasien post op pembedahan mengalami keluhan
nyeri akut setelah pengaruh obat anastesi yang
hilang. Nyeri akan bertambah dengan adanya suatu
peradangan atau infeksi, hal itu membutuhkan
adanya suatu teknik perawatan untuk mengurangi
rasa nyeri salah satu nya dengan teknik relaksasi
genggam jari.

Relaksasi genggam jari merupakan kombinasi antara


relaksasi nafas dalam dan genggam jari-jari tangan,
sensasi yang dirasakan memberikan perasaan
nyaman, sehingga mampu membebaskan mental dan
fisik sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap
nyeri.
M (Methods) yaitu Studi kasus ini menggunakan desain deskriptif
Metode dengan pendekatan Evidence Based Nursing
Practice. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 2
orang pasien post op appendectomy dengan kriteria
yang sudah ditentukan dengan skala nyeri 3-6.
Pengukuran skala nyeri mengunakan Numeric Rating
Scale (NRS).

R (Research) yaitu Hasil Hasil perbandingan skala nyeri antara ke dua


responden sebelum dan sesudah di lakukan terapi
menunjukan penurunan skala nyeri. Responden 1
Hari ke-1: Selisihnya 1 (dari skala 5-skala 4), hari
ke-2: Selisihnya 1 (dari skala 4 skala 3), hari ke-3:
Selisihnya 1 (dari skala 3- skala 2). Responden 2
Hari ke-1: Selisihnya 1 (dari skala 6-skala 5), hari
ke- 2: Selisihnya 1 (dari skala 5-skala 4), hari ke-3:
Selisihnya 1 (dari skala 4- skala 3). T

D (Discussion) yaitu Terapi teknik relaksasi genggam jari dapat


Diskusi menurunkan skala nyeri pada pasien post
appendectomy. Mekanismenya genggam jari sambil
relaksasi nafas dalam mampu membebaskan
ketegangan mental mental dan fisik dari ketegangan
stress sehingga dapat meningkatkan toleransi
terhadap nyeri.
Referensi

Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Yogyakarta:
MediAction.

Hanifah. 2011. Askep hernia. Diakses pada 23 Juli 2018.


<http://hanyfa.blogspot.co.id/2011/11/askep-hernia.html>

Hairuddin. 2014. Askep hernia. Diakses pada 23 Juli 2018


<http://tempatberbagiilmukeperawatan.blogspot.co.id/2014/12/askep-
hernia.html>

Haryono, R. (2012). Keperawatan Medikal Bedah Kelainan Bawaan Sistem


Pencernaan.Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Kusuma, H., & Nurarif, A. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA. Jogyakarta: Mediaction Jogja.

Liu, Te Campbell,A. (2011). Case Files Ilmu Bedah. Jakarta :Karisma


Publishing Group.

Mary Baradero, S. P. C., Dayrit, M. W., SPC, M., & Siswadi, Y. (2005).
Prinsip danPraktik Keperawatan Perioperatif. . Jakarta: EGC.

Muttaqin, A. (2008). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan


SistemMuskuloskletal. Jakarta: EGC.

NANDA. (2018). Diagnosa Keperawatan Defisiensi dan klasifikasi 2018 -2020.


Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, Soekidjo (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:


Rineka Cipta Nuari,

A (2015). Asuhan Keperawatan Pada Gangguan SistemGastrointestinal.


Jakarta: Trans Info Media.

Nurarif A H, Kusuma H. (2013). Aplikasi asuhan keperawatan


berdasarkandiagnosemedisdan NANDA NIC NOC jilid 1 .Yogyakarta:
Mediaction publishing.

R. Sjamsuhidayat&Wim de jong .(2004). Buku Ajar Ilmu Bedah,


Edisi2.Jakarta: EGC. Sjamsuhidajat & De Jong Wim. (2011). Buku
Ajar IlmuBedah Edisi3.Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai