Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hernia, atau yang lebih dikenal dengan turun berok, adalah penyakit akibat
turunnya buah zakar seiring melemahnya lapisan otot dinding perut. Penderita hernia,
memang kebanyakan laki-laki, terutama anak-anak. Hernia yang terjadi pada anak-
anak, lebih disebabkan karena kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup
seiring dengan turunnya testis atau buah zakar. Sementara pada orang dewasa, karena
adanya tekanan yang tinggi dalam rongga perut dan karena faktor usia yang
menyebabkan lemahnya otot dinding perut. Ternyata penderita hernia seringkali disertai
gangguan fungsi saluran cerna lainnya, hipersensitifitas kulit dan gangguan alergi
lainnya. Meski penanganan hernia harus dioperasi tetapi pada sebagian kasus
khususnya hernia inguinalis dan umbilikasis bila dilakukan penatalaksanaan
penanganan alergi hipersentifitas saluran cerna sejak dini ternyata dapat membantu
proseses perbaikan secara spontan.
Di Indonesia diperkirakan 102 ribu anak menderita penyakit hernia. Untuk data di
jawa tengah, mayoritas usia penderita selama Januari-Desember 2007 berkisar antara
2-5 tahun, dengan rincian umur kurang dari 1 tahun sebanyak 51-211 penderita, dan
umur 5 tahun berkisar antara 150.214 penderita. Oleh karena itu dalam mengatasi
masalah tersebut, disinilah konsep asuhan keperawatan kita terapkan untuk
meningkatkan kesehatan anak, sebagai salah satu masalah yang ditemukan pada anak
adalah masalah bedah dari berbagai jenis tersebut salah satunya adalah kasus hernia
yang memerlukan tindakan pembedahan, dimana menurut data RSCM pada 3 bulan
terakhir dari 108 pasien dengan persentase (8%) dibandingkan dengan persentase
penyakit bedah lainnya ( Ilham, 2008:17).
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih
lanjut bagaimana penatalaksanaan, perawatan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut
dan bagaimana asuhan keperawatan Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis Hernia
Scrotalis Post Operasi Herniotomy
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat dirumuskan masalah-
masalah berikut ini :
1. Pengertian hernia pada anak?
2. Apa Etiologi hernia?
3. Apa saja Manifestasi klinik hernia?
4. Apa saja Klasifikasi hernia?
5. Bagaimana pathway hernia?
6. Bagaimana Penatalaksanaan hernia?
7. Apa saja Komplikasi hernia?
8. Apa saja Pemeriksaan laboratorium pada hernia?
9. Apa saja diagnosa banding pada hernia?
10. Bagaimana Askep konsep pada anak dengan hernia?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak pada semester VI Kampus
Terpadu Sakinah.
2. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa mengetahui :
1. Pengertian hernia pada anak?
2. Apa Etiologi hernia?
3. Apa saja Manifestasi klinik hernia?
4. Apa saja Klasifikasi hernia?
5. Bagaimana pathway hernia?
6. Bagaimana Penatalaksanaan hernia?
7. Apa saja Komplikasi hernia?
8. Apa saja Pemeriksaan laboratorium pada hernia?
9. Apa saja diagnosa banding pada hernia?
10. Bagaimana Askep konsep pada anak dengan hernia?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP DASAR


2.1.1 Pengertian
Hernia merupakan kelemahan atau defek di dinding rongga peritoneum dapat
menyebabkan peritoneum menonjol membentuk kantung yang di lapisi oleh serosa dan
disebut kantung hernia (Robbins & Cotran : 2010 )
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan (R. Sjamsuhidayat & Wim de
Jong : 2005)
Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus yang
terletak disebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan
keluar ke rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus (Arif Mansjoer : 2000)
2.1.2 Etiologi
Menurut Giri Made Kusala (2009), hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya
hernia adalah :
a. Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun wanita.
Pada Anak anak penyakit ini disebabkan karena kurang sempurnanya procesus
vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis. Pada orang dewasa khususnya
yang telah berusia lanjut disebabkan oleh melemahnya jaringan penyangga usus atau
karena adanya penyakit yang menyebabkan peningkatan tekanan dalam rongga perut
(Giri Made Kusala, 2009).
b. Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki laki biasanya adalah jenis hernia Inguinal.
Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada daerah selangkangan, hal ini
disebabkan oleh proses perkembangan alat reproduksi. Penyebab lain kaum adam
lebih banyak terkena penyakit ini disebabkan karena faktor profesi, yaitu pada buruh
angkat atau buruh pabrik. Profesi buruh yang sebagian besar pekerjaannya
mengandalkan kekuatan otot mengakibatkan adanya peningkatan tekanan dalam
rongga perut sehingga menekan isi hernia keluar dari otot yang lemah tersebut (Giri
Made Kusala, 2009).
c. Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada kondisi
tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung kencing atau pembesaran
prostat, penyakit kolon, batuk kronis, sembelit atau konstipasi kronis dan lain-lain.
Kondisi ini dapat memicu terjadinya tekanan berlebih pada abdomen yang dapat
menyebabkan keluarnya usus melalui rongga yang lemah ke dalam kanalis inguinalis.
d. Keturunan
Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.
e. Obesitas
Berat badan yang berlebih menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh, termasuk di
bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia. Peningkatan tekanan
tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui
dinding organ yang lemah.
f. Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi tekanan lebih
di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus terjadinya hernia.
g. Pekerjaan
Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang. Aktivitas yang berat dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus-menerus pada otot-otot abdomen.
Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau
penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah
h. Kelahiran prematur
Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal daripada bayi yang
lahir normal karena penutupan kanalis inguinalis belum sempurna, sehingga
memungkinkan menjadi jalan bagi keluarnya organ atau usus melalui kanalis inguinalis
tersebut. Apabila seseorang pernah terkena hernia, besar kemungkinan ia akan
mengalaminya lagi.(Giri Made Kusala, 2009)

2.1.3 Manifestasi klinis


1. Adanya benjolan di daerah inguinal
2. Benjolan bias mengecil atau menghilang.
3. Benjolan akan muncul bila adanya peningkatan tekanan intra abdominal.
4. Sebagian besar tidak memberikan keluhan.
5. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit / nyeri di tempat itu disertai
perasaan mual, muntah
6. Bila terjadi hernia inguinalis stragulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta kulit
di atasnya menjadi merah dan panas.
7. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga menimbulkan
gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing darah) disamping benjolan di
bawah sela paha.
8. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai sasak nafas.
9. Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar.
(Oswari, 2000 : 218)
2.1.4 Klasifikasi
Hernia terbagi menjadi 2 kategori, yaitu hernia, menurut letaknya dan hernia
menurut sifat atau tingkatanya.
2.1.4.1 Hernia menurut letaknya adalah :
1. Hernia Inguinalis Lateralis (indirek)
Hernia ini terjadi melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral
vasa epigastrika inferior,menyusuri kanalis inguinalis dan keluar kerongga perut melalui
anulus inguinalis eksternus. Hernia ini lebih tinggi pada bayi & anak kecil
2. Hernia Inguinalis Medialis (direk)
Hernia ini terjadi melalui dinding inguinal posteromedial dari vasa epigastrika
inferior di daerah yang dibatasi segitiga Haselbach.
3. Hernia femoralis
Terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum terjadi pada wanita dibanding pria.
Hernia ini mulai sebagai penyumbat dikanalis femoralis yang membesar secara
bertahap menarik peritonium dan akibatnya kandung kemih masuk ke dalam kantung.
4. Hernia umbilikalis
Batang usus melewati cincin umbilical. sebagian besar merupakan kelainan yang
didapat. Hernia umbilikalis sering terjadi pada wanita dan pada pasien yang memliki
keadaan peningkatan tekanan intra abdomen, seperti kehamilan, obesitas, asites, atau
distensi abdomen. Tipe hernia ini terjadi pada insisi bedah sebelumnya yang telah
sembuh secara tidak adekuat karena masalah pasca operasi seperti infeksi dan nutrisi
yang tidak adekuat.
5. Hernia skrotalis
Merupakan hernia inguinalis lateral yang mencapai skrotum.
2.1.4.2 Menurut sifat atau tingkatannya :
1. Hernia reponibel.
Pada hernia ini isi hernia dapat keluar masuk. Usus akan keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau di dorong masuk. Pada hernia reponibel
ini penderita tidak mengeluh nyeri dan tidak ada gejala obstruksi usus.
2. Hernia ireponibel.
Merupakan kebalikan dari hernia reponibel (hernia tidak masuk kembali) biasanya
disebabkan oleh perlekatan isi kantung pada peritoneum.
3. Hernia inkaserata.
Pada hernia ini isi perut atau usus yang masuk kedalam kantung hernia tidak
dapat kembali disertai dengan gangguan aliran khusus. Gambaran klinis obstruksi usus
dengan gambaran keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa. Keadaan ini hernia
bisa terjepit oleh cincin hernia. Sehingga isi kantung bisa terperangkap dan tidak dapat
kembali ke rongga perut, akibatnya terjadi gangguan passase dan hernia ini lebih
dimaksudkan hernia irreponibel
4. Hernia strangulata
Pada hernia ini pembuluh darah yang mempengaruhi usus yang masuk ke dalam
kantung hernia terjepit sehingga usus kehilangan system perdarahannya sehingga
mengakibatkan nekrosis pada usus. Pada pemeriksaan lokal usus tidak dapat
dimasukan kembali di sertai adanya nyeri tekan.

2.1.5 PATHWAY

Bayi baru lahir Pekerjaan berat, angkat beban, riwayat jatuh, Riwayat pembedahan
batuk lama, mengejan, bersin abdomen, obesitas, proses
perkembangan yg lama
Prosesus vaginalisperitonei tdk Peningkatan tekanan intra abdomen
terobiliterasi
Otot dinding abdomen tipis
Kanalis inguinalis terbuka Fasia abdomen tdk mampu menahan (mengalami kelemahan)
tekanan

Peritoneum tertarik ke daerah scrotum Fasia terkoyak

Hernia inguinalis lateralis akuisita


Hernia inguinalis lateralis kongenital (didapat)
(bawaan)

HERNIA

PRE OP

Peningkatan isi abdomen (usus) memasuki kantong hernia Perubahan status kesehatan

Peningkatan Kurang terpapar informasi kesehatan


tekanan
KURANG PENGETAHUAN
Saluran limfe terbendung Kantong hernia semakin sempit

Usus terjepit
Odema
Peristaltic usus
Penekanan pemb. Darah (suplai darah terganggu (sumbatan saluran Obstipasi
terhenti) cerna)
Gg. ELIMINASI
Iskemi jaringan Regurgitasi isi usus

Kerusakan Kembung
jaringan

Pelepasan mediator nyeri Nekrosis Anoreksia


(prostaglandin, histamine,
bradikinin)

Diterima reseptor nyeri Penumpukan Mual muntah


perifer jaringan mati
KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI
Impuls ke SSP Inflamasi KURANG DR KEBUTUHAN
TUBUH

Diterima otak Fagositosis


oleh sel darah
putih

Persepsi nyeri Abses


NYERI AKUT
Statis cairan
tubuh
RESIKO
INFEKSI

POST OPERASI

Kurang terpapar Insisi bedah


informasi mengenai Gerakan peristaltik meningkat
prosedur pembedahan Resti
perdar
Anca ahan,
man
kematian Resti infeksi Mual,
muntah

Terputusnya jaringan Nafsu makan menurun Suplai cairan dan elektrolit


ANSIETAS syaraf berkurang

Nyeri Intake nutrisi tdk Dehidrasi


adekuat
Gg. RASA NYAMAN NUTRISI KURANG DR
NYERI KEBUTUHAN TUBUH KEKURANGAN Absorbs toksik
CAIRAN DAN
ELEKTROLIT
Iskemik usus
Paralise

Gg.
MOBILITAS
FISIK

2.1.6 Komplikasi
1. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi hernia tidak
dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis ireponibilis). Pada keadaan ini
belum ada gangguan penyaluran isi usus.
2. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang masuk.
Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan gangguan penyaluran isi
usus.Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis incarcerata.
3. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan pembuluh
darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis strangulata
4. Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan pembuluh darah
dan kemudian timbul nekrosis.
5. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah dan
obstipasi.
6. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
7. Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah,
8. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
9. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik, abses

2.1.7 Pemeriksaan penunjang


1. Dilakukan pemeriksaan seperti ultrasonografi (USG), CT Scan, maupun MRI (Magnetic
Resonance Imaging) untuk melihat lebih lanjut keterlibatan organ-organ yang
terperangkap dalam kantung hernia tersebut.
2. Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk kepentingan operasi.
3. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/ obstruksi usus
4. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih (Leukosit : >10.000
18.000/mm3) dan ketidak seimbangan elektrolit.
2.1.8 Penatalaksanaan Medis
1. Konservatif
a. Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan secara perlahan
menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat penyokong.
b. Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan
setelah 5 menit di evaluasi kembali.
c. Celana penyangga
d. Istirahat baring
e. Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya Asetaminofen, antibiotic
untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja untuk mencegah sembelit.
f. Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan dengan gizi
seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan mengedan selama BAB,
hindari kopi kopi, teh, coklat, cola, minuman beralkohol yang dapat memperburuk
gejala-gejala.
2. Pembedahan (Operatif) :
a. Herniaplasty : memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding
belakang.
b. Herniatomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi
hernia dibebas kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit ikat
setinggi lalu dipotong
c. Herniorraphy : mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen dan menutup
celah yang terbuka dengan menjahit pertemuan transversus internus dan muskulus
ablikus internus abdominus ke ligamen inguinal.

2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK


2.2.1 PENGKAJIAN
a. Identitas Klien :
Hernia bisa terjadi pada anak, dewasa yang melakukan aktifitas berlebihan , melakukan
pengangkatan benda berat, yang terjadi pada anak usia 2-5 tahun.
b. Keluhan utama :
Nyeri dan ada benjolan di inguinal.
c. Riwayat penyakit sekarang :
Klien mengeluh nyeri, ada benjolan ,mual muntah.
d. Riwayat penyakit sebelumnya :
Wawancara di tunjukan untuk mengetahui penyakit yang di derita klien.
e. Riwayat psiko,sosio, dan spiritual :
Klien masih berhubungan dengan temannya dan bermain seperti biasanya, klien masih
dapat berkomunikasi dengan orang tuanya. Bagaimana dukungan keluarga dalam
keperawatan agar membantu dalam proses penyembuhan.
f. Riwayat tumbuh kembang :
1) Prenatal : Ditanyakan apakah ibu menderita infeksi atau penyakit kronik lain.
2) Antenatal : Ditanyakan Siapa penolong persalinan karena data ini akan membantu
membedakan persalinan yang bersih / higienis atau tidak. Alat pemotong tali pusat,
tempat persalinan.
3) Postnatal : Ditanyakan apakah setelah lahir langsung diberikan imunisasi apa tidak.
g. Riwayat imunisasi
Tanyakan pada keluarga apakah anak mendapat imunisasi lengkap.
1) Usia <7 hari anak mendapat imunisasi hepatitis B
2) Usia 1 bulan anak mendapat imunisasi BCG dan Polio I
3) Usia 2 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB I dan Polio 2
4) Usia 3 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB II dan Polio 3
5) Usia 4 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB III dan Polio 4
6) Usia 9 bulan anak mendapat imunisasi campak
h. Pola aktivitas sehari-hari
1) Nutrisi.
Klien mengalami mual muntah.
2) Aktivitas/istirahat
Sebelum MRS:
o Pasien sering melakukan aktivitas yang berlebihan, sering melompat, ataupun terjatuh
dari ketinggian.
Sesudah MRS:
o Membutuhkan papan/matras yang keras saat tidur.
o Penurunan rentang gerak dan ekstremitas pada salah satu bagian tubuh.
o Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
o Atrofi otot pada bagian tubuh yang terkena.
o Gangguan dalam berjalan.
3) Eliminasi.
o Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi.
o Adanya retensi urine.
4) Istirahat tidur. : Penurunan kualitas tidur.
5) Personal Higiane : Penurunan kebersihan diri , ketergantungan.
6) Integritas Ego :
Gejala : ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas, masalah pekerjaan finansial
keluarga
Tanda : tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga/orang terdekat
7) Kenyamanan
Gejala : nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan semakin memburuk dengan adanya
batuk, bersin, defekasi, nyeri yang tidak ada hentinya, nyeri yang menjalar ke kaki,
bokong, bahu/lengan, kaku pada leher.(Doenges, 1999 : 320-321)

i. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Lemah.
Kesadaran : composmentis
GCS :456
TTV = TD : Normal / hipertensi (n: 120/80 mmHg).
Suhu : Hipotermi (n: 36 o C- 37 o C).
Nadi : Tachicardi (n: 80-120 x/mnt).
RR : Normal / meningkat (n: 30-60 x/mnt).
1) Kepala dan leher
Inspeksi : Ekspansi wajah menyeringai,
Mata : Simetris / tidak, pupil isokhor, skelara pink, konjunctiva tdk anemis
Hidung : Terdapat mukus / tidak, pernafasan cuping hidung.
Telinga : Simetris, terdapat mukus / tidak,.
Bibir : Lembab,tidak ada stomatitis.
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan limfe pada leher.
2) Dada :
Inspeksi : Simetris,tidak terdapat tarikan otot bantu pernafasan
Palpasi : Denyutan jantung teraba cepat,badan terasa panas,nyeri tekan (-)
Perkusi : Jantung : Dullness
Auskultasi : Suara nafas normal.
3) Abdomen
Inspeksi : terdapat benjolan ingunalis
Palpasi : Teraba massa, terdapat nyeri tekan pada daerah inguinalis
Perkusi : dullnes
Auskultasi : Terdengar bising usus.(n= <5 per menit)
4) Ekstremitas
Atas : simetris, tidak ada odem
Bawah : simetris, tidak ada odem

j. Pemeriksaan penunjang :
1) Dilakukan pemeriksaan seperti ultrasonografi (USG), CT Scan, maupun MRI (Magnetic
Resonance Imaging) untuk melihat lebih lanjut keterlibatan organ-organ yang
terperangkap dalam kantung hernia tersebut.
2) Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk kepentingan operasi.
3) Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/ obstruksi usus
4) Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih (Leukosit : >10.000
18.000/mm3) dan ketidak seimbangan elektrolit.

2.2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. Pre op
1) Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan terjepitnya hernia
2) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
3) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan..
b. Post op
1) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya insisi dari pembedahan /
trauma jaringan.
2) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya keterbatasan rentang gerak dan
ketakutan bergerak akibat dari respon nyeri dan prosedur infasive

2.2.3 INTERVENSI KEPERAWATAN


a. Post op
1) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan /
adanya insisi dari pembedahan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatn selama 3x24 jam diharapkan rasa nyeri
berkurang/ hilang dg KH :
kx mengungkapkan myeri berkurang
skala nyeri 0 (hilang / berkurang)
Ekspresi wajah rileks dan santai
Px dapat tidur dan istirahat dengan nyaman
Ttv dlm batas normal : (80-120 mmhg)
INTERVENSI:
1) Melakukan pendekatan pada klien dan keluarga dengan komunikasi yang baik.
R/ : Dengan komunikasi yang baik akan memudahkan kita dalam melaksanakan
asuhan keperawatan sehingga px & kiq lebih kooperatif
2) Catat lokasi, intensitas, durasi dan penyebaran rasa nyeri
R/ : Mengetahui perkembangan nyeri dan tanda tanda nyeri hebat sehingga dapat
menentukan tindakan selanjutnya.
3) Beri penjelasan pada kx sebab sebab terjadinya nyeri
R/ : kx tidak merasa cemas dan mengerti sebab sebab nyeri.
4) Anjurkan teknik distraksi dan relaksasi
R/ : Menurunkan ketegangan otot, sendi dan melancarkan peredaran darah sehingga
dapat mengurangi nyeri.
5) Beri dorongan pada klien untuk melakukan mobilisasi secara bertahap.
R/ : Menghindari kekakuan sendi otot dan penekanan pada daerah tertentu
6) Kolaborasi deengan ti medis untuk pemberian obat analgesik
R/ : Analgesik berfungsi sebagai depresan system syaraf pusat sehingga dapat
mengurangi atau menghilangkan nyeri

2) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah


Tujuan : Setelah dilakukan proses keperawatan selama 1x24 jam nutrisi terpenuhi
dengan KH :
Nafsu makan meningkat
Porsi makan habis , tidak ada mual & muntah, BB naik
Hb normal (11,4-17,7 g/dl), Albunin normal (3,8-4,4 g/dl)
INTERVENSI :
1) Pastikan pola diit biasa pasien, yang disukai atau tidak disukai.
R/ Membantu dalam mengidentifikasi kebutuha nutrisi
2) Awasi masukan dan pengeluaran dan berat badan secara periodi.
R/ Berguna dalam mengukur keefektifan pemasukan nutrisi dan dukungan cairan
3) Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi kalori dan tinggi
Nkarbohidrat.
R/ Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak perlu/kebutuhan energi
dari makanan banyak dan menurunkan iritasi gaster
4) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian nutrisi yang dibutuhkan oleh pasien
R/ Untuk memenuhi nutrisi dan gizi sesuai dengan kebutuhan pasien

3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya keterbatasan rentang gerak dan


ketakutan bergerak akibat dari respon nyeri dan prosedur infasive
Tujuan : Setelah dilaukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
Intoleransi aktifitas dapat teratasi dg KH :
Klien tidak lemah
Klien dapat melakukan aktifitas secara mandiri, skala aktivitas = 0 (mandiri)
Klien tidak takut bergerak lagi dan mau beraktivitas mandiri.
INTERVENSI :
1) Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktifitas.
Rasional: Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.
2) Awasi tekanan darah, nadi, pernapasan selama dan sesudah aktifitas.
Rasional: Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa
jumlah oksigen adekuat ke jaringan
3) Bantu klien dalam memilih posisi yang nyaman untuk istirahat dan tidur.
Rasional: Membantu klien seperlunya dalam latihan beraktivitas
4) Dorong partisipasi klien dalam semua aktifitas sesuai kemampuan individual.
Rasional: Melatih klien untuk beraktivitas secara mandiri dan meningkatkan
kemampuan klien.
5) Dorong dukungan dan bantuan keluarga/orang terdekat dalam latihan gerak.
Rasional: Melatih klien beraktivitas dan kemandirian klien dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari
6) Berikan lingkungan tenang dan mempertahankan tirah baring.
Rasional: Meningkatkan kenyaman dan kecemasan klien.
7) Bantu aktifitas atau ambulasi pasien sesuai dengan kebutuhan
Rasional: Meningkatkan kemandirian klien dalam beraktivitas
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA An.A DENGAN DX MEDIS HERNIA SCROTALIS
DI RS MEDIKA MALANG

A. DATA PENGKAJIAN
1. Biodata
a) Identitas klien
Nama : An. A
Usia : 7 tahun
Jenis Kelamin : laki - laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan :-
Suku/Kebangsaan : Jawa/ Indonesia
Tanggal MRS : 10 Januari 2015
Jam MRS : 09.00 WIB
Tgl pengkajian : 11 Januari 2015
Jam pengkajian : 07.00 WIB
Alamat : Jl Ra kartini Pandaan
Dx medis : Hernia Scrotalis Post Operasi Herniotomy
b) Identitas Penanggung Jawab

Nama Ayah: Tn S
Usia : 35 tahun
Pekerjaan: Swasta
Alamat : Jl Ra kartini Pandaan
Hubungan dengan px: Ayah Klien

Nama Ibu: Ny A
Usia : 27 tahun
Pekerjaan: Swasta
Alamat : Jl Ra kartini Pandaan
Hubungan dengan px: Ibu Klien
2. Riwayat kesehatan

a) Keluhan Utama

Klien mengatakan nyeri :

P : nyeri pada perut bagian bawah pusat (umbilicus) karena luka operasi,

Q : nyeri seperti tertusuk benda tajam

R : di bagian kanan bawah perut

S : nyeri skala : 6 (sedang)

T : nyeri muncul setiap saat, terutama saat klien bergerak dan sering muncul pada
malam hari

b) Riwayat Kesehatan Sekarang

Keluarga mengatakan sebelum masuk rumah sakit 1 minggu , klien


mengeluhkan nyeri pada perut bagian bawah kanan dan bagian kemaluan/scrotum
klien membengkak dan terdapat tonjolan, Kemudian oleh keluarga diperiksakan ke
dokter dan oleh dokter dianjurkan untuk operasi, kemudian oleh keluarga dibawa
kerumah sakit medika malang pada tgl 10 januari 2015 jam 09.00 WIB, melalui IGD dan
dianjurkan untuk rawat inap di ruang mawar karena akan menjalani operasi pd tgl 11
januari 2015 dg dx medis hernia scrotalis, setelah dilakukan pengkajian pd tgl 11
januari 2015, Klien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah pusat karena luka
operasi, selain itu klien juga mengatakan mual tapi tidak muntah, tidak ada nafsu
makan dan tdk bias melakukan aktivitas nya secara mandiri, yaitu dg bantuan
keluarganya

c) Riwayat Penyakit Dahulu


Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah di rawat di rumah sakit & tdk pernah
menderita penyakit spt yang di alami klien saat ini.

d) Riwayat Penyakit Keluarga

Klien mengatakan bahwa keluarganya ada yang menderita penyakit serupa dengan
klien seperti hernia, yaitu ayahnya,

3. Pola Kebiasaan Klien

a) Pola nutrisi dan metabolic :

Sebelum MRS : makan 3x/hr nasi lauk sayur an minum air putih 7-8gls/hr

Setelah MRS : makan 2x/hr, bubur, porsi sedikit (7 sendok), porsi makan tidak habis ,
mual tp tidak muntah dan nafsu makan menurun

b) Pola eliminasi :

Sebelum MRS : BAK 4-5x/hr warna kuning jernih , BAB 2-3x/hr konsistensi lunak,
bau khas warna kuning

Setelah MRS : : BAK 3-4 x/hr warna kuning jernih , BAB 1x/hr konsistensi lembek, bau
khas warna kuning

c) Pola Aktifitas dan latihan :

Sebelum MRS : dapat melakukan semua aktivitasnya secara mandiri tanpa


bantuan orang lain

Setelah MRS : hanya bisa istirahat dan melakukan aktivitasnya seperti mandi, eliminasi,
mobilisasi di bantu oleh keluarga karena kelemahan otot dan kehilangan tonus karena
adanya luka operasi
d) Pola tidur dan istirahat :

Sebelum MRS : klien tidur 6-7 jam / hari dengan nyenyak

Setelah MRS : Klien tidur 4-5 jam dan tidak terbangun pada malam hari karena nyeri

e) Persepsi diri :

Klien cemas dan takut apabila berkomunikasi dengan perawat.

f) Nilai keyakinan : Klien dan keluarga berdoa memohon kesembuhan sebelum tidur.

g) Konsep Diri

Pada konsep diri yang meliputi: body image atau gambaran diri, ideal diri, harga diri,
peran diri dan identitas diri tidak dikaji karena klien anak berusia 7 tahun dan tidak
memungkinkan untuk dapat dikaji karena klien belum memahami konsep dirinya

4. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum : lemah


Kesadaran : Compos mentis

GCS : 456
Tanda-Tanda Vital :
N : 90 x/ menit
R : 26 x/ menit
S : 36,5 C

BB : 15 Kg

2. Kepala
Bentuk kepala : simetris

Kulit kepala : tidak ada luka, tidak ada benjolan.

Mata : konjungtiva anemis, pupil isokor, edema sekitar mata.

Hidung : tidak terdapat secret, tdk ada pernafasan cuping hidung, fungsi pembauan
baik

Mulut : membran mukosa kering,

3. Leher

Bentuk simetris, Pada leher tidak ada nyeri tekan dan tdk ada pembesaran kelenjar
tiroid.

4. Kulit
Kulit klien kering, pucat, tidak ada kemerahan. Tdk ada edema, Turgor kulit tidak
elastic, dan kulit klien berwarna sawo matang.

5. Dada
Inspeksi : Dada simetris kanan dan kiri, tidak ada lesi,ada edema.

Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada dada klien dan tidak terdapat benjolan.

Perkusi : Terdengar suara redup di interkosta 5 , suara pekak pada jantung

Auskultasi : Tidak terdengar bunyi ronchi dan terdengar bunyi S1,2

6. Abdomen
Inspeksi : Perut klien terlihat rata, simetris antara bagian dekstra dan sinistra, ada
luka bekas operasi di perut bagian bawah, tdk terdapat edema

Auskultasi : Terdengar bising usus 12x.

Perkusi : Terdengar suara timpani


Palpasi : ada nyeri tekan dan tidak teraba masa pada perut klien

7. Ekstremitas
a) Atas :

Simetris, tdk ada edema, tidak terdapat bekas luka pada tangan klien dan tidak ada
kemerahan pada tangan klien,.

b) Bawah :

Simetris, tdk ada odem , tugor kulit tidak elastis, tidak terdapat bekas luka pada kaki
klien. Kulit klien terlihat kering dan berwarna sawo matang.

8. Genetalia

Terpasang Cateter, urine keluar dengan warna kuning pekat volume 450cc, tidak
terdapat endapan maupun darah, posisi kateter benar/tanpa hambatan, kateter
terpasang hari ke dua dan area scrotum sebelah kanan memerah dan ada nyeri tekan
pada area genetalia klien

5. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan tanggal 10 januari 2015

No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


1 Hemoglobin 10,8 gr/dl 12 14 gram/dl
2 Leukosit 10.200/ul 5.000
10.000/ul
3 Hemetokrit 39% 37 43 %
4 Laju endap darah 25 mm/jam 0 15 mm/jam
5 Blooding time (BT) 2 menit 1 3 menit
6 Clothing time (CT) 4 menit 2 6 menit
7 Golongan darah AB
8 Trombosit 283.000/ul 15.000
50.000/ul
9 Eritrosit 4,3 106 /ul 4,0 5,0 106 /ul
10 Eosinofil 1% 1 3%
11 Basofil 0% 0 3%
12 Batang 1% 2 - 6%
13 Segment 80% 50 - 70%
14 Limfosit 14% 20 40%
15 Monosit 5% 2 - 8%

6. Penatalaksanaan

Pada tanggal pengkajian tanggal 11 januari 2015, klien An. A mendapatkan terapi
sebagai berikut:

No Terapi Dosisi Rute/Cara Efek


1 Cefotaxime Injeksi 300mg/8Jam Intravena Antibiotik
2 Cetrolac Injeksi 8mg/12Jam Intravena Analgetik
3 Paracetamol Syrup 3x 1Sendok Oral Antipiretik
takar
4 Trijek Injeksi 1 ampul/8Jam Intravena Analgetik

B. Analisa Data
Nama Pasien : An A

Umur : 7 th

No.Registrasi : 8081
No Data penunjang Problem Etiologi
1 DS : Gangguan Herniasi usus pada
Klien mengatakan nyeri : Rasa scrotum
P : nyeri pada perut bagian Nyaman nyeri Proses pembedahan/
bawah pusat (umbilicus) karena mengembalikan herniasi
luka operasi, keposisi semula
Q : nyeri seperti tertusuk benda Terputusnya kontinuitas
tajam jaringan abdomen
R : di bagian kanan bawah perut Proses inflamasi
S : nyeri skala : 6 (sedang) Peningkatan Nociceptor/
T : nyeri muncul setiap saat, rangsang nyeri
terutama saat klien bergerak
dan sering muncul pada malam
hari Nyeri akut
DO :
K/u : lemah
Kesadaran : composmentis
GCS : 456
Tandatanda vital:
N : 90 x / menit
RR : 26 x / menit
S : 36,5 oC
Ekspresi wajah menyeringai.
Skala nyeri 6 (sedang)
Pasien tampak memegangi
bagian perut dan tampak hati
hati dalam melakukan
pergerakan.
Pada abdomen klien terdapat
luka operasi pada kuadran
abdomen bagian bawah
(umbilicus), panjang luka kurang
lebih 7cm terdapat jahitan
simpul sebanyak 10 simpul,
keadaan luka bersih tidak
terdapat pus.
2 DS : Nutrisi kurang Peningkatan tekanan
Klien mengatakan tidak nafsu dr kebutuhan abdomen
makan, mual, tetapi tidak tubuh
muntah Peristaltic usus terganggu/
DO : sumbatan saluran cerna
K/u : lemah
Kesadaran : composmentis Regurgitasi isi usus
GCS : 456
Tandatanda vital: Kembung
N : 90 x / menit
RR : 26 x / menit Mual muntah
S : 36,5 oC
BB : 15 kg Anoreksia
Tampak pucat
Mukosa bibir kering Nutrisi kurang dr
Porsi makan tidak habis (7 kebutuhan tubuh
sendok)
Anoreksia
Adanya mual & muntah
3 DS : Intoleransi Cidera jaringan/ prosedur
Klien mengatakan tdk bisa aktivitas Infasive
melakukan aktivitasnya secara
mandiri, yaitu dg bantuan Peningkatan rangsang
keluarganya nociceptor
DO :
K/u : lemah Nyeri
Kesadaran : composmentis
GCS : 456 Ketakutan bergerak
Tandatanda vital:
N : 90 x / menit Malaise
RR : 26 x / menit
S : 36,5 oC Keterbatasan rentang
Klien kehilangan tonus otot gerak
karena luka operasi
Mandi, mobilisasi dan eliminasi Intolerasi aktivitas
di bantu oleh keluarga

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasien : An A

Umur : 30 Th

No.Regristasi : 8081

No Tgl muncul Diagnose keperawatan Tgl teratasi


1 11 -1- 2015 Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan
dengan adanya insisi dari pembedahan / trauma
2 11 -1- 2015 jaringan.
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
3 11 -1- 2015 dengan mual muntah
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya
keterbatasan rentang gerak dan ketakutan
bergerak akibat dari respon nyeri dan prosedur
infasive
D. INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Pasien : An A

Umur : 7 Th

No.Regristasi : 8081

N Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


o Hasil
Dx
1 Tujuan : setelah 1) Melakukan 1) R/ : Dengan komunikasi yang
dilakukan tindakan pendekatan pada klien baik akan memudahkan kita
keperawatn selama dan keluarga dengan dalam melaksanakan asuhan
3x24 jam komunikasi yang baik. keperawatan sehingga px & kiq
diharapkan rasa 2) Catat lokasi, lebih kooperatif
nyeri berkurang/ intensitas, durasi dan2) R/ : Mengetahui perkembangan
hilang dg KH : penyebaran rasa nyeri nyeri dan tanda tanda nyeri
- px mengungkapkan
3) Beri penjelasan pada hebat sehingga dapat
myeri berkurang kx sebab sebab menentukan tindakan
- kx bebas dari rasa terjadinya nyeri selanjutnya
nyeri 4) Anjurkan teknik 3) R/ : kx tidak merasa cemas dan
- Ekspresi wajah distraksi dan relaksasi mengerti sebab sebab nyeri
rileks dan santai 5) Beri dorongan pada 4) R/ : Menurunkan ketegangan
- Px dapat tidur dan klien untuk melakukan otot, sendi dan melancarkan
istirahat dengan mobilisasi secara peredaran darah sehingga
nyaman bertahap. dapat mengurangi nyeri.
- Ttv dlm batas 6) Kolaborasi deengan 5)
ti R/ : Menghindari kekakuan
normal : medis untuk sendi otot dan penekanan pada
(80-120 mmhg) pemberian obat daerah tertentu
analgesik 6) R/ : Analgesik berfungsi
sebagai depresan system syaraf
pusat sehingga dapat
mengurangi atau
menghilangkan nyeri
2 Tujuan : Setelah 1) Pastikan pola diit 1) R/ Membantu dalam
dilakukan proses biasa pasien, yang mengidentifikasi kebutuha
keperawatan selama disukai atau tidak nutrisi
1x24 jam nutrisi disukai. 2) R/ Berguna dalam mengukur
terpenuhi dengan 2) Awasi masukan dan keefektifan pemasukan nutrisi
KH : pengeluaran dan berat dan dukungan cairan
Nafsu makan badan secara periodi. 3) R/ Memaksimalkan masukan
meningkat 3) Dorong makan sedikit nutrisi tanpa kelemahan yang
Porsi makan habis dan sering dengan tak perlu/kebutuhan energi dari
BB Naik makanan tinggi kalori makanan banyak dan
dan tinggi menurunkan iritasi gaster
Nkarbohidrat. 4) R/ Untuk memenuhi nutrisi dan
4) Kolaborasi dengan gizi sesuai dengan kebutuhan
ahli gizi untuk pasien
pemberian nutrisi yang
dibutuhkan oleh pasien
3 Tujuan : Setelah 1) Kaji kemampuan klien 1) Rasional: Mempengaruhi
dilakukan tindakan dalam melakukan pilihan intervensi/bantuan
keperawatan selama aktifitas. 2) Rasional: Manifestasi
3x24 jam 2) Awasi tekanan darah, kardiopulmonal dari upaya
diharapkan nadi, pernapasan jantung dan paru untuk
Intoleransi aktifitas selama dan sesudah membawa jumlah oksigen
dapat teratasi dg KH aktifitas. adekuat ke jaringan
: 3) Bantu klien dalam 3) Rasional: Membantu klien
Klien tidak lemah memilih posisi yang seperlunya dalam latihan
Klien dapat nyaman untuk istirahat beraktivitas
melakukan aktifitas dan tidur. 4) Rasional: Melatih klien untuk
secara mandiri 4) Dorong partisipasi beraktivitas secara mandiri dan
Klien tidak takut klien dalam semua meningkatkan kemampuan
bergerak lagi dan aktifitas sesuai klien.
mau beraktivitas kemampuan individual.5) Rasional: Melatih klien
mandiri 5) Dorong dukungan dan beraktivitas dan kemandirian
bantuan klien dalam memenuhi
keluarga/orang kebutuhan sehari-hari
terdekat dalam latihan 6) Rasional: Meningkatkan
gerak. kenyaman dan kecemasan klien
6) Berikan lingkungan 7) Rasional: Meningkatkan
tenang dan kemandirian klien dalam
mempertahankan tirah beraktivitas
baring.
7) Bantu aktifitas atau
ambulasi pasien
sesuai dengan
kebutuhan

E. IMPLEMENTASI

Nama Pasien : An A

Umur : 7 Th

No.Regristasi : 8081
No Tgl Jam Implementasi Respon klien TTd
Dx
1 11 1 07.30 WIB Mengukur tandatanda vital, Px kooperatif dan
2015 N : 90 x / menit keluarga px
RR : 26 x / menit menanyakan
S : 36,5 oC hasil ttv
07.45 WIB mengkaji skala dan kwalitas Px mengtakan
nyeri. nyeri sprt tertusuk
benda tajam
Px mengatakan
08.00 WIB nyaman
Memberikan posisi yang nyaman berbaring
pada pasien. Px kooperatif
08.30 WIB
Menganjurkan pasien untuk Px kooperatif
11.00 WIB nafas dalam untuk mengurangi
nyeri
Kolaborasi dengan tim medis
dalam memberikan :
- Cefotaxime Injeksi 300mg/8 jam
IV
- Cetrolac Injeksi 12mg/12 jam IV
- Paracetamol Syrup 3x1 sendok
oral
- Trijek Injeksi 1 amp/8 jam IV
2 11 1 07.30 WIB Melakukan observasi TTV Px kooperatif dan
2015 N : 90 x / menit keluarga px
RR : 26 x / menit menanyakan
S : 36,5 oC hasil ttv
07.50 WIB Memotivasi px untuk makan Px kooperatif
makanan sesuai dengan diet yg
dianjurkan & suplemen makanan
08.15 WIB Menganjurkan keluarga utk Px kooperatif
memberi makan sedikit tp sering
08.40 WIB Menghidangkan makanan yg Px kooperatif
menarik perfhatian px
11.00 WIB Melakukan kolaborasi dengan Px kooperatif
ahli gisi dalam pemberian
- Cefotaxime Injeksi 300mg/8 jam
IV
- Cetrolac Injeksi 12mg/12 jam IV
- Paracetamol Syrup 3x1 sendok
oral
- Trijek Injeksi 1 amp/8 jam IV
3 11 1 07.30 WIB Melakukan observasi TTV Px kooperatif dan
2015 N : 90 x / menit keluarga px
RR : 26 x / menit menanyakan
S : 36,5 oC hasil ttv

07.45 WIB Melihat kemampuan klien dalam Px tampak


meakukan aktivitasnya mengerak2kan
kakinya
09.00 WIB Mengkaji kemampuan otot klien Px kooperatif
dengan cara menyuruh untuk
bergerak
09.00 WIB Memposisikan px senyaman Px nyaman
mungkin sesuai kemampuan px berbaring

F. EVALUASI
Nama Pasien : An A

Umur : 7 Th

No.Regristasi : 8081

No Tanggal Evaluasi
1. 11 1 2015 S : Klien mengatakan nyeri :
P : nyeri pada perut bagian bawah pusat (umbilicus) karena luka
operasi,
Q : nyeri seperti tertusuk benda tajam
R : di bagian kanan bawah perut
S : nyeri skala : 6 (sedang)
T : nyeri muncul setiap saat, terutama saat klien bergerak dan
sering muncul pada malam hari
O:
K/u : lemah
Kesadaran : composmentis
GCS : 456
Tandatanda vital:
N : 90 x / menit
RR : 26 x / menit
S : 36,5 oC
Ekspresi wajah menyeringai.
Skala nyeri 6 (sedang)
Pasien tampak memegangi bagian perut dan tampak hati
hati dalam melakukan pergerakan.
Pada abdomen klien terdapat luka operasi pada kuadran
abdomen bagian bawah (umbilicus), panjang luka kurang
lebih 7cm terdapat jahitan simpul sebanyak 10 simpul,
keadaan luka bersih tidak terdapat pus
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan no 2,3,4,5
2 11 1 2015 S : Klien mengatakan tidak nafsu makan, mual, tetapi tidak
muntah
O:
K/u : lemah
Kesadaran : composmentis
GCS : 456
Tandatanda vital:
N : 90 x / menit
RR : 26 x / menit
S : 36,5 oC
BB : 15 kg
Tampak pucat
Mukosa bibir kering
Porsi makan tidak habis (7 sendok)
Anoreksia
Adanya mual & muntah
A : Masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan no 2,3,4
3 11 1 2015 S : Klien mengatakan tdk bisa melakukan aktivitasnya secara
mandiri, yaitu dg bantuan keluarganya
O:
K/u : lemah
Kesadaran : composmentis
GCS : 456
Tandatanda vital:
N : 90 x / menit
RR : 26 x / menit
S : 36,5 oC
Klien kehilangan tonus otot karena luka operasi
Mandi, mobilisasi dan eliminasi di bantu oleh keluarga
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan no 2,3
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati dinding
rongga yang secara normal memang berisi bagian-bagian tersebut (nettina, 2001 :
253).

Hernia dapat terjadi karena ada sebagian dinding rongga lemah. Lemahnya
dinding ini mungkin merupakan cacat bawaan atau keadaan yang didapat sesudah
lahir, contoh hernia bawaan adalah hernia omphalokel yang terjadi karena sewaktu bayi
lahir tali pusatnya tidak segera berobliterasi (menutup) dan masih terbuka.

Pelaksanaannya adalah dengan resposisi secara manual, dengan memakai


sabuk hernia untuk penderita yang tidak memerlukan tindakan bedah, herniografi
(bedah perbaikan hernia) adalah di seksi dari kantung hernia dan di kembalikan pada
susunan semua pada cavum abdomen, hernioplash adalah perbaikan pada jaringan
yang lemah sehingga menguatkan dengan kawat jalinan baju / tascia, pemberian
analgesik pada hernia yang menyebabkan nyeri.

Komplikasi hernia adalah terjadi perlengketan antara isi hernia dan dinding
kantung hernia sehingga isi hernia tidak dapat di masukkan kembali, terjadi penekanan
terhadap cincin hernia akibat banyak unsur yang masuk.

4.2 Saran

Dengan adanya makalah ini diharapkan kita sebagai seorang perawat mampu
mendiagnosis secara dini mengenai penyakit hernia pada anak, sehingga kita mampu
memberikan asuhan keperawatan yang maksimal terhadap anak tersebut.
Tentunya dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan
sehingga kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim A. (2011) Asuhan kepeperawatan Hernia Scrotalis Pada Pasien Pasca Operasi. Dikutip
dari http://askep-kesehatan. Jurnal keperawatan
indoesia.com/2009/01/Herrniascrotalis.html. Diakses tanggal 12 Juli 2011

Biggs WS, Dery WH. (2008) Evaluation and Treatment of Constipation in Infants and Children.
http://www.aafp.org/afp/20060201/469.html. Di akses tanggal 22 Juli 2011.

Carpenito L, Juall. (2001) Buku Saku Diagnosa keperawatan (terjemahan) EGC. Jakarta.

Doengoes, M. E. Moorhouse, Mf. Geissler. A. C. (2000) Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman


Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian perawatan Pasien (terjemahan) Edisi 3,
EGC. Jakarta.

Gaffar. L. Oj. (1999) Pengantar Keperawatan Profesional. EGC. Jakarta

Kozier & Erb. (2004) Hernia Scrotalis Post Surgery Management dan Wounds. Fundamentals of
nursing: Concepts, process, and practice (7th ed.). New Jersey: Pearson prentice hall.
Available from http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/april 2009. Di akses
tanggal 22 Juli 2011.

Anda mungkin juga menyukai