PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Tujuan
PEMBAHASAN
Multi trauma adalah keadaan yang di sebabkan oleh luka atau cedera
definisi ini memberikaan gambaran superficial dari respon fisik terhadap
cedera, trauma juga mempunyai dampak psikologis dan sosial. Pada
kenyataannya trauma adalah kejadian yang bersifat holistic dan dapat
menyebabkan hilangnya produktif seseorang. Informasi tentang pola atau
mekanisme terjadinya cedera seringkali akan sangat terbantu dalam
mendiagnosa kemungkinan gangguan yang diakibatkan. Trauma tumpul terjadi
pada kecelakaan kendaraan bermotor ( KKB) dan jatuh, sedangkan trauma
tusuk (penetrasi) seringkali diakibatkan oleh luka tembak atau luka tikam.
Umumnya, makin besar kecepatan yang terlibat dalam suatu kecelakaan, akan
makin besar cedera yang terjadi, misalnya : KKB kecelakaan tinggi, peluru
dengan kecepatan tinggi, jatuh dari tempat yang sangat tinggi (Hudak,carolyn
1996).
Trauma multipel atau politrauma adalah apabila terdapat 2 atau lebih
kecederaan secara fisikal pada regio atau organ tertentu, dimana salah satunya
bisa menyebabkan kematian dan memberi impak pada fisikal, kognitif,
psikologik atau kelainan psikososial dan disabilitas fungsional. Trauma kepala
paling banyak dicatat pada pasien politrauma dengan kombinasi dari kondisi
yang cacat seperti amputasi, kelainan pendengaran dan penglihatan, post-
traumatic stress syndrome dan kondisi kelainan jiwa yang lain (Veterans
Health Administration Transmittal Sheet).
B. Etiologi
Trauma dapat disebabkan oleh benda tajam, benda tumpul, atau peluru.
Luka tusuk dan luka tembak pada suatu rongga dapat di kelompokan dalam
kategori luka tembus. Untuk mengetahui bagian tubuh yang terkena,organ
apa yang cedera ,dan bagaimana derajat kerusakannya, perlu diketahui
biomekanik terutama cedera pada trauma dapat terjadi akibat tenaga dari luar
berupa benturan, perlambatan (deselerasi), dan kompresi, baik oleh benda
tajam , benda tumpul, peluru, ledakan, panas, maupun zat kimia . Akibat
cedera ini dapat menyebabkan cedera muskuloskeletal dan kerusakan organ.
C. Macam-macam Trauma Multiple
Trauma yang diakibatkan kecelakaan lalu lintas, jatuh dari tempat yang
tinggi serta pada aktivitas olahraga yang berbahaya boleh menyebabkan
cedera pada beberapa bagian ini. Antara kemungkinan kecederaan yang bisa
timbul adalah seperti berikut:
Kerusakan pada tulang servikal C1-C7; cedera pada C3 bisa menyebabkan
pasien apnu. Cedera dari C4-C6 bisa menyebabkan pasien kuadriplegi,
paralisis hipotonus tungkai atas dan bawah serta syok batang otak.
Fraktur Hangman terjadi apabila terdapat fraktur hiperekstensi yang bilateral
pada tapak tulang servikal C2.
Tulang belakang torak dan lumbar bisa diakibatkan oleh cedera kompresi dan
cedera dislokasi.
Spondilosis servikal juga dapat terjadi.
Cedera ekstensi yaitu cedera ‘Whiplash’ terjadi apabila berlaku ekstensi pada
tulang servikal.
2. Trauma toraks
Trauma toraks bisa terbagi kepada dua yaitu cedera dinding toraks dan
cedera paru.
a) Cedera dinding torak seperti berikut:
Flail chest.
hematorak.
Kontusio pulmonal.
Hematom pulmonal.
Emboli paru.
3. Trauma abdominal
4. Tungkai atas
5. Trauma abdominal
E. Manifestasi klinis
a. Laserasi, memar,ekimosis
b. Hipotensi
c. Tidak adanya bising usus
d. Hemoperitoneum
e. Mual dan muntah
f. Adanya tanda “Bruit” (bunyi abnormal pd auskultasi pembuluh darah,
Luka tembak berkaitan dengan derajat kerusakan yang lebih tinggi dari
luka-luka tikaman. Peluru dapat menyebakan lubang di sekitar jaringan
dan dapat terpecah atau merubah arah dalam tubuh, mengakibatkan
peningkatan cedera. Perdarahan internal, perforasi organ, dan fraktur
kesemuanya dapat disebabkan oleh cedera penetrasi. Dengan
menggunakan keterampilan pengkajian yang baik dan kewaspadaan pada
mekanisne terjadinya cederam, perawat unit perawatan kritis dapat
membantu dalam mengidentifikasi cedera yang tidak didiagnosa di unit
kegawatdaruratan.
3. Trauma Torakik
Kurang lebih 25% dari kematian karena trauma adalah karena
cedera torakik. Banyak cedera toraks yang secara potensial mengancam
jiwa, misalnya tension atau pneumotoraks terbuka, hemotoraks massif,
iga melayang (flail chest) dan tamponade jantung, dapat ditangani secara
cepat dan mudah, seringkali tanpa operasi besar. Jika tidak ditangani,
maka akan mengancam jiwa. Cedera pada paru dan iga :
a. Pneumotoraks dan hematoraks
Trauma tumpul dan penetrasi dapat menyebabkan pneumotoraks
dan hemotoraks. Seringkali satu-satunya tindakan yang diperlukan
adalah pemasangan selang dada. Hemotoraks massif (>1.500ml pada
awalnya atau >100-200ml/jam) akan memerlukan torakotomi,
sedangkan selang dada untuk mengembangkan kembali paru-paru
seringkali sudah memadai tamponade dengan sumber perdarahan yang
lebih kecil. Intervensi pembedahan juga mungkin diperlukan dalam
kasus pneumotoraks terbuka (luka menyedot dada) atau kebocoran
udara yang tidak terkontrol.
Selain memberikan perawatan rutin post operasi (spirometri, batuk,
latihan napas dalam), perawatan unit perawatan kritis harus mengkaji
fungsi pernapasan dan hemodinamik dengan cermat. Pasien dengan
cedera paru mempunyai resiko lebih besar untuk mengalami
komplikasi pulmonal seperti atlektaksis, pneumonia, dan empiema.
Selang dada harus dikaji patensi dan fungsinya serta dokter harus
diberitahu jika drainase menjadi berlebihan. Untuk kehilangan darah
dalam jumlah besar dari selang dada.
b. Iga melayang
Kontusio ARDS
pulmonal
Awitan gagal Awitan gagal pernapasan mendadak
pernapasan
bertahap
Perubahan- Perubahan-perubahan gambaran
perubahan radiografi seringkali tertunda 2-3
gambaran hari setelah timbul gejala- gejala.
radiografi
dapat segera
terlihat
Infiltrat Infiltrat menyebar
setempat
Dapat Dapat mengarah pada fibrosis
mengarah pulmonal kronis
pada
terbentuknya
rongga dan
abses
Pasien dengan kontusio ringan memerlukan pengamanan ketat. Perlu
sering dilakukan pengukuran gas darah arterial (GDA) atau oksimetri
nadi. Inter vensi keperawatan tambahan termasuk pengkajian
pernapasan yang kerap, perawatan pulomonal dan control nyeri.
Fisioterapi dada dan analgesia epidural kontinu juga akan sangat
bermanfaat. Kontusion pulmonal yang parah akan memerlukan
dukungan ventilator dengan TAEP. Kateter arteri oksimetrik pulmonal
( oximetri Swans-Ganz) dan biasanya aliran arteri untuk membantu
memantau GDA, hemodinamik dan parameter respiratori (pengiriman
oksigen, pirau intrapulmonal).
Meskipun ventilasi alveolar membaik dengan penambahan TAEP,
aliran darah ke alveoli dapat berkurang, mengarah pada pirau
intrapulmonal. Untuk mengoptimalkan perfusi jaringan dan
oksigenasi, setiap pergantian pada TAEP membutuhkan status pirau,
pengiriman oksigen, dan indicator lain perfusi jaringan (curah jantung,
tekanan darah, haluaran urine). Pernapasan yang parah, peningkatan
atau paralisis dapat menjadi tanda untuk menurunkan pemakaian
energi dan kebutuhan oksigen. Tempat tidur berrotasi seperti Roto-
Rest (Kinetic Concepts, Ins., San Antonio, TX) juga harus
dipertimbangkan. Penggunaan ventilasi jet frekuensi tinggi untuk tipe
cidera seperti ini masih merupakan suatu kontroversia. Kontusio
unilateral berat dapat ditangani dengan ventilasi paru independen
simultan dan membaringkan posisi pasien dengan bagian cidera di
sebelah atas.
Penatalaksanaan cairan juga penting. Masukkan dan haluarkan,
berat badan setiap hari, tekanan vena central, tekanan desak kapiler
pulmonal harus dipantau. Konsentrasi medikasi mungkin diperlukan
untuk mengurangi masukan yang berlebihan, dan diuretik akan
diperlukan secara periodik. Pembatasan ketat cairan tidak dianjurkan.
Sebaliknya, keseimbangan cairan harus dipertahankan pada tingkat
mendekati normal untuk mendukung curah jantungdan pengiriman
oksigen. Karena paru yang basah dan mengalami kontusio mengalami
kemampuan untuk membersihkan bakteri, mungkin diberikan
antibiotik profilaktik. Steroid profilaktik dan pemberian protein tetap
menjadi suatu hal yang kontroversial. Pneumonia dan gangguan
ARDS adalah komplikasi yang umum.
Penatalaksanaan cairan juga penting. Masukkan dan haluarkan,
berat badan setiap hari, tekanan vena central, tekanan desak kapiler
pulmonal harus dipantau. Konsentrasi medikasi mungkin diperlukan
untuk mengurangi masukan yang berlebihan, dan diuretik akan
diperlukan secara periodik. Pembatasan ketat cairan tidak dianjurkan.
Sebaliknya, keseimbangan cairan harus dipertahankan pada tingkat
mendekati normal untuk mendukung curah jantungdan pengiriman
oksigen. Karena paru yang basah dan mengalami kontusio mengalami
kemampuan untuk membersihkan bakteri, mungkin diberikan
antibiotik profilaktik. Steroid profilaktik dan pemberian protein tetap
menjadi suatu hal yang kontroversial. Pneumonia dan gangguan
ARDS adalah komplikasi yang umum.
d. Cidera Trakeobronkial
kecanduan obat-obatan.
b) Perubahan sensasi trauma spinal.
c) Cedera organ berdekatan-iga bawah, pelvis, vertebra lumbalis.
d) Pemeriksaan diagnostik tidak jelas.
b. Trauma Tajam
itu sendiri
2) Penurunan hematokrit/hemoglobin
3) Peningkatan Enzim hati: Alkaline fosfat,SGPT,SGOT
4) Koagulasi : PT,PTT
d. MRI
e. Angiografi untuk kemungkinan kerusakan vena hepatic
f. CT Scan
g. Radiograf dada mengindikasikan peningkatan
diafragma,kemungkinan pneumothorax atau fraktur tulang rusuk
VIII-X.
h. Scan limfa
i. Ultrasonogram
j. Peningkatan serum atau amylase urine
k. Peningkatan glucose serum
l. Peningkatan lipase serum
m. DPL (+) untuk amylase
n. Peningkatan WBC
o. Peningkatan amylase serum
p. Elektrolit serum
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Multi trauma adalah keadaan yang di sebabkan oleh luka atau cedera
definisi ini memberikaan gambaran superficial dari respon fisik terhadap
cedera, trauma juga mempunyai dampak psikologis dan social. Trauma dapat
disebabkan oleh benda tajam, benda tumpul, atau peluru. Akibat cedera ini
dapat menyebabkan cedera muskuloskeletal dan kerusakan organ. Trauma
terjadi dalam 3 fase : Fase pertama berlangsung beberapa jam setelah
terjadinya trauma. Dalam fase ini akan terjadi kembalinya volume sirkulasi,
perfusi jaringan, dan hiperglikemia. Pada fase kedua terjadi katabolisme
menyeluruh, dengan imbang nitrogen yang negative, hiperglikemia, dan
produksi panas. Pada fase ketiga terjadi anabolisme yaitu penumpukan
kembali protein dan lemak badan yang terjadi setelah kekurangan cairan dan
infeksi teratasi. Rasa nyeri hilang dan oksigenasi jaringan secar keseluruhan
sudahteratasi
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta : EGC
q. Cedera pada limpa
Limpa adalah organ abdomen yang paling umum
mengalami cedera, lebih sering sebagai akibat trauma tumpul.
Adanya fraktur iga kiri bawah dapat meningkatkan kecurigaan
terhadap cedera limpa. Tanda-tanda dan gejala-gejala yang
ditunjukkan termasuk dukungan nutrisi parenteral. Diberikan
transfuse darah berulang, namun hematokrit dan tekanan darah
sistolik tetap rendah (Ht = 20-25%, TDS = 90 mmHg).
Perdarahan internal berkelanjutan mengharuskan pasien kembali
ke ruang operasi untuk tindakan debridement dan
pembungkusan ulang hepar. Sampai hari berikutnya, perdarahan
berhasil diatasi. Pembungkus lalu dilepaskan, laserasi liver dapat
diperbaiki dan dipasang selang drain.
.