Disusun Oleh :
Nurul Maghfirah
P1337420921246
Dosen Pembimbing:
Ns. Niswah, MNS
CI Kliik:
Ns. Melafilani, S.Kep., M.Kep
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
A. Karakteristik Demografi
1. Identitas Diri Klien
Nama Lengkap : Nurjannah
Tempat /Tanggal Lahir : Lamteh, 27-12-1960
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan terakhir : SLTA/Sederajat
Agama : Islam
Suku Bangsa : Aceh
Golongan Darah : O
Diagnosa Medis (bila ada) : Diabetes Melitus
TB/BB : 155cm/ 43kg
Alamat : Lamteh, Ule kareng
No Telpon : -
b. BAB
Frekuensi dan waktu : 3x sehari
Konsistensi : Lunak
Keluhan yang berhubungan : BAB lancar
dengan BAB
Pengalaman memakai : Tidak ada
Laxatif/Pencahar
3. Personal Higiene
a. Mandi
Frekuensi dan waktu mandi : 3x sehari
Pemakaian sabun(ya/tdk) : Ya, menggunakan sabun
Sendiri/dg bantuan : Mandiri
b. Oral hygiene
Frekuensi dan waktu gosok : 3x sehari pagi , siang dan malam
gigi
Menggunakan pasta gigi : Ya, menggunakan pasta gigi
c. Cuci rambut
Frekuensi : 3x seminggu
Penggunaan shampo : Ya, menggunakan shampo
(ya/tdk)
d. Kuku dan tangan
Frekuensi gunting kuku : 1x seminggu
Kebiasaan mencuci tangan : Ya
pakai sabun
4. Istirahat dan Tidur
Lama tidur malam : 6 jam / 7 jam
Tidur siang : Sering tidur siang
Keluhan yang berhubungan : Tidak ada
dengan tidur
5. Kebiasaan mengisi waktu luang
Olahraga : Jalan-jalan dipagi hari
Nonton TV : Kadang-kadang
Berkebun/memasak : Punya kebiasaan memasak
Lain-lain : Menjaga cucu
6. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Merokok (ya/tidak) : Tidak, pasien tidak merokok
Minuman keras (ya/tidak) : Tidak, pasien tidak meminum minuman
keras
Ketergantungan terhadap obat : Ya, (Allupurinol 1x100mg, Mesformin
(ya/tidak) 2x500 mg, Glirepind 1x2g)
7. Uraian kronologis kegiatan sehari-hari
Jenis Kegiatan : Lama waktu untuk setiap kegiatan
1. Memasak : 07-00-07.30
2. Bersih-bersih rumah : 10.00-11.00
3. Istirahat : 11.00-14.00
4. Kerja : 16.00-18.00
D. Status Kesehatan
1. Status Kesehatan saat ini
Keluhan utama dalam 1 th : Pasien mengatakan tidak ada pantangan
terakhir makanan dan tidak tau makanan apa saja
yang harus dipantang.
Gejala yang dirasakan : Gula darah meningkat, terakhir cek 460
gr/dL
Faktor pencetus : Tidak ada pantangan makanan
Timbulnya keluhan : ( √ ) Mendadak ( ) bertahap
Waktu mulai timbulnya ; Tidak menentu
keluhan
Upaya mengatasi : Meminum obat
2. Riwayat kesehatan masa lalu
Penyakit yang pernah diderita : Diabetes Melitus
Riwayat alergi (obat, makanan, : Tidak ada
debu dll)
Riwayat Kecelakaan : Tidak ada
Riwayat dirawat di rumah sakit : RSUD dr Zainoel Abidin
Riwayat Pemakaian obat : Allupurinol 1x100mg, Mesformin 2x500
mg, Glirepind 1x2g
ANALISA DATA
DO:
-Cek GD ke 1 :225 mg/dL
Cek GD ke 2 : 270 mg/dL
Cek GD ke 3 :460 mg/dL
-Makan nasi 2 kali tambah
TTV
• TD:110/70 mmHg
• HR:80 kali/menit
• RR:19 kali/menit
2. DS : Patofisiologis Gangguan pola
Ny.n mengatakan sering penyakit tidur
terbangun ketika tidur malam
DO :
- Pasien tampak kurang tidur
- GD : 225 mg/dL
TTV
• TD:110/70 mmHg
• HR:80 kali/menit
• RR:19 kali/menit
PRIORITAS MASALAH :
PROSES KEPERAWATAN
Kriteria Hasil :
- Lelah/lesu : menurun
- Keluhan haus : menurun
- Gemetar : menurun
- Berkeringat : menurun
- Mulut kering : menurun
- Kadar glukosa dalam darah : membaik
- Jumlah urin : membaik
Intervensi Rasional
Kriteria hasil:
Intervensi Rasional
IMPLEMENTASI:
P:
- Identifikasi kemungkinan penyebab
hiperglikemia
- Monitor kadar glukosa darah, jika perlu
- Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
- Monitor intake dan output cairan
- Anjurkan menghindari oalhraga saat
kadar glukosa darah >250mg/dl
- Anjurkan monitor glukosa darah secara
mandiri
- Anjurkan kepatuhan diet dan olahraga
2 Kamis, Gangguan pola S: Pasien megatakan sering terbangn ketika tidu Fira
12 Mei tidur malam
2022
12.15 O: GD puasa170gr/dl
P:
- Identiikasi pola aktivitas dan tidur
- Identifikasi faktor pengganggu tidur
- Modifikasi lingkungan
- Batasi waktu tidur siang jika perlu
- Tetapkan jadwal tidur rutin
- Anjurkan menepati kebiaaan tidur
- Anjurkan jangan minum sebelum tidur
No Hari, Dx. Perkembangan Keperawatan TT
Tanggal, Keperawatan
Pukul
1 Rabu, Ketidakstabilan S: Pasien megatakan sering terbangn ketika tidu Fira
11 Mei kadar glukosa malam
2022 darah
12.00 O:
TD: 140/90 mmHg
P:
- Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
- Monitor intake dan output cairan
- Anjurkan kepatuhan diet dan olahraga
- Ajarkan senam kaki diabetes (Muchtar
an indah 2018, wardani 2019)
2 Kamis, Gangguan pola S: Pasien megatakan sering terbangn ketika tidu Fira
12 Mei tidur malam
2022
12.00 O: GD 150gr/dl
P:
- Modifikasi lingkungan
- Tetapkan jadwal tidur rutin
- Anjurkan menepati kebiaaan tidur
- Anjurkan jangan minum sebelum tidur
No Hari, Dx. Perkembangan Keperawatan TT
Tanggal, Keperawatan
Pukul
1 Sabtu, Ketidakstabilan S: Pasien megatakan sering terbangun ketika Fira
14 Mei kadar glukosa tidur malam. Sakit tengkuk apabila darah
2022 darah tinggi
12.00
O:
TD: 150/90 mmHg
P:
- Modifikasi lingkungan
- Tetapkan jadwal tidur rutin
- Anjurkan menepati kebiaaan tidur
- Anjurkan jangan minum sebelum tidur
MINI MENTAL STATE EXAM (MMSE)
1. KODE RESPONDEN : 01 (pr) Umur 62 tahun Pendidikan : SLTA sederajat
2. Riwayat Penyakit : DM
3. Tgl Pemeriksaan : 12 Mei 2022
Equipment: A stopwatch
Directions: Patients wear their regular footwear and can use a walking aid if
needed. Begin by having the patient sit back in a standard arm chair and identify a
line 3 meters or 10 feet away on the floor.
On the word “Go” begin timing. Stop timing after patient has sat back down and
record.
Time: 11 seconds
An older adult who takes ≥12 seconds to complete the TUG is athigh risk for
falling.
Observe the patient’s postural stability, gait, stride length, and sway.
Slow tentative pace Loss of balance • Short strides • Little or no arm swing
Steadying self on walls • Shuffling • En bloc turning Not using assistive device
properly
Lampiran 4
3. Menggerakkan lengan kedepan dengan tangan terulur maksimal pada posisi berdiri
Instruksi : angkat lengan 90 º dan dapat meraih > 25 cm
menggerakkan lengan kedepan dan jari membuka sejauh mungkin semampu pasien (therapist
menempatkan penggaris pada jari terpanjang saat akhir gerakan, saat lengan posisi 90 º). Jari
– jari seharusnya tidak menyentuh penggaris saat pasien meraih kedepan ukuran yang dicatat
adalah jarak kedepan yang diraih saat posisi pasien lebih condong kedepan.
0: kehilangan keseimbangan saat mencoba membutuhkan bantuan dari luar
1 : meraih lengan kedepan tetapi membutuhkan bantuan :1
2 : dapat meraih lengan kedepan > 5 cm secara aman
3 : dapat meraih lengan kedepan > 12 cm secara aman
4 : dapat meraih lengan kedepan dengan keyakinan > 25 cm secara aman
5. Berbalik untuk melihat kebelakang melebih shoulder kiri dan kanan saat berdiri
Instruksi : berbalik melihat kearah kebelakangmu lebih kearah bahu kirimu, berbalik lagi
kearah kanan, tetapi boleh menggunakan benda dibelakang arah pasien untuk dilihat
memperoleh putaran yang lebih baik
0 : memerlukan bantuan untuk menjaga dari kehilangan keseimbangan
1 : membutuhkan bantuan ketika berbalik
2 : mampu berbalik menyamping tetapi keseimbangan tetap terpelihara
3 : mampu melihat ke salah satu sisi pada sisi lainnya terjadi sedikit perubahan berat
badannya tetap keseimbangan terpelihara
4 : mampu melihat kebelakang dari kedua sisi dan perubahan berat badan dengan baik : 4
PROSEDUR TES:
Pasien di observasi saat melakukan aktivitas di bawah ini.
KRITERIA HASIL:
0 – 20 KETERGANTUNGAN PENUH
21 – 61 KETERGANTUNGAN BERAT (SANGAT TERGANTUNG)
62 -90 KETERGANTUNGAN MODERAT
91 – 99 KETERGANTUNGAN RINGAN
100 MANDIRI
DOKUMENTASI
Resume 1
NIM : P1337420921246
Pada tanggal 09 Mei 2022 yang bertugas di Puskesmas Ule Kareng yang bertempat di
Banda Aceh, saya yang menulis resume ini mendapatkan pasien diabetes mellitus yang
berinisial Tn. J yang berusai 63 tahun yang bertempat tinggal di lamteh. Bapak mengeluh sakit
kaki pada saat berjalan dan duduk susah untuk bangun, nenek minum obat jika sakit saja obat.
Bapak mengatakan jika sakit hanya pergi ke puskesmas terdekat biasa ke puskesmas ule kareng
bersama istrinya.
Bapak ini memiliki anak laki-laki 4 dan perempuan 2, bapak ini pensiunan dosen, dan
sekarang hanya mengikuti kegiatan di kampung saja. Penyakit ini sudah ada sejak di usia 40
Setelah di periksa bapak memiliki riwayat hipertensi juga bapak minum obat Amplodipin
rutin, cek TTV, TD: 145/76. Pemeriksaan fisik terlihat bapak yang TB: 168 cm, BB 67 kg, bapak
Hipertensi adalah pengertian medis dari penyakit tekanan darah tinggi. Kondisi ini dapat
menyebabkan berbagai macam komplikasi kesehatan yang membahayakan nyawa jika dibiarkan.
Bahkan gangguan ini dapat menyebabkan peningkatan risiko terjadinya penyakit jantung, stroke,
hingga kematian.
Istilah tekanan darah sendiri bisa digambarkan sebagai kekuatan dari sirkulasi darah
terhadap dinding arteri tubuh yang merupakan pembuluh darah utama. Besarnya tekanan yang
terjadi bergantung pada resistensi dari pembuluh darah dan seberapa intens jantung untuk
bekerja.
Kolesterol membantu tubuh memproduksi vitamin D, sejumlah hormon, dan asam empedu
untuk mencerna lemak. Kolesterol dalam kadar yang sesuai sebenarnya dibutuhkan oleh tubuh
dalam membantu membangun sel-sel baru agar tubuh bisa tetap berfungsi secara normal. Selain
dari itu, kolesterol juga dibutuhkan untuk proses pencernaan, produksi hormon, dan membentuk
vitamin D. Jika kadar kolesterol terlalu tinggi, maka hal tersebut berbahaya bagi tubuh karena
dan bapak pun mendengarkan, mampu menjawab apa yang ditanyai oleh mahasiswa dan
koperatif dalam melaksanakan wawancara atau tindakan mahasiswa terhadap bapak tersebut.
Resume 2
NIM : P1337420921246
Pada tanggal 10 mei 2022 yang bertugas di Puskesmas Ule Kareng yang bertempat di
Banda Aceh dan di tugaskan turun lapangan di Posyandu Lansia yang beralamat Ceurih. Saya
yang bertugas menulis resume ini mendapatkan pasien yang berusia 62 tahun, seorang nenek
yang bernama Hammah. Nenek memiliki keluhan sakit kolestrol, asam urat, sakit lutut, sakit
sendi-sendi.
Kolesterol adalah zat alamiah dengan sifat fisik berupa lemak tetapi memiliki rumus
steroida. Kolesterol merupakan bahan pembangun esensial bagi tubuh untuk sintesis zat-zat
penting seperti membran sel dan bahan isolasi sekitar serat saraf, begitu pula hormon kelamin,
dan anak ginjal, vitamin D, Serta asam empedu. Namun, apabila dikonsumsi dalam jumlah
hiperkolesterolemia, bahkan dalam jangka waktu yang panjang bisa menyebabkan kematian.
Kadar kolesterol darah cenderung meningkat pada orang-orang yang gemuk, kurang berolahraga,
Asam urat disebut juga artritis gout termasuk suatu penyakit degeneratif yang menyerang
persendian, dan paling seringdijumpai di masyarakat terutama dialami oleh lanjut usia (lansia).
Namun tak jarang penyakit ini juga ditemukan pada golongan pralansia (Damayanti, 2012).
Asam urat merupakan hasil metabolisme akhir dari purin yaitu salah satu komponen asam
nukleat yang terdapat dalam inti sel tubuh. Peningkatan kadar asam urat dapat mengakibatkan
gangguan pada tubuh manusia seperti perasaan linu-linu di daerah persendian dan sering disertai
timbulnya rasa nyeri yang teramat sangat bagi penderitannya. Penyakit ini sering disebut
penyakit gout atau lebih dikenal dengan penyakit asam urat (Andry, 2009).
Pekerjaan nenek dulu adalah petani, nenek tidak memiliki riwayat penyakit yang serius,
nenek memiliki HB=14,2 dan TD= 148-90 mmHg. Pola makan nenek makan sehari 3 kali, pola
BAB lancar tidak bermasalah 1 hari 1 kali, nenek mengatakan pernah di rawat di rumah sakit
dengan berlasan hanya karena melahirkan, nenek juga bercerita bahwasannya jika sakit nenek
hanya pergi ke Puskesmas. Nenek mengeluh pola tidur tidak baik, nenek tidur tidak teratur, pada
malam hari sering sekali terbangun-bangun (gelisah), nenek memiliki hobi yaitu memasak.
Setelah mengetahui keluhan dari nenek maka saya memberikan penkes mengenai
pantangan makanan bagi penderita kolestrol dan asam urat, memberikan penjelasan dan nenek
NIM : P1337420921246
Pada tanggal 11 April 2022 yang bertugas di Puskesmas Ule Kareng yang bertempat di
Banda Aceh. Saya yang bertugas menulis resume ini mendapatkan pasien yang berusia 88 tahun.
Seorang kakek yang memiliki lemah ektermitas bawah di sinistra. Keluarga mengatakan pernah
operasi 2 kali yaitu operasi prostat. Keluarga mengatakan pasien tidak dapat mengontrol kencing
(inkontinensia).
Data identitas pasien bernama kakek zulkarnain, saat ini berdomisili di Ceurih. Keluarga
mengatakan kakek tidak sekolah, semasa muda bapak kerja di bangunan, tinggi bapak 170 cm
berat badan kake 65 kg. keadaan umum bapak lemas, pola tidur baik, pola BAB lancar tidak
bermasalah, pola makan kakek tidak terganggu, saat puasa sekarang belum ada yang tinggal
satupun, dengan masalah ini kakek tidak minum obat. Keluarga mengatakan bahwasannya saat
sakit keluarga membawa kakek ke puskesmas terdekat yaitu puskesmas Ule Kareng.
Keluarga mengatakan riwayat penyakit masa lalu, kakek memiliki penyakit Tuber
Culosis sebelum operasai prostat 5 tahun yang lalu, kakek juga memiliki gangguan pendengaran,
bagian dibelakang telinga sebelah kiri seperti ada tumor, keluarga kakek mengatakan bahwa air
ludah yang keluar dari kakek tidak terhitung, Selalu mengeluarkan air liur, itu terjadi saat
Suhu tubuh bapak 36,5ºC, tekanan darah 130/70 mmHg, kakek tidak minum obat apapun,
saat memiliki riwayat Tuber Culosis minum obat, tapi keluarga mengatakan sudah tidak ingat
lagi dikasrenakan 5 tahun lalu. Intervensi yang dilakukan adalah latihan ROM di kaki sebelah
kiri pasien.
Resume 4
NIM : P1337420921246
Pada tanggal 12 mei 2022 yang bertugas di Puskesmas Ule Kareng yang bertempat di
Banda Aceh dan di tugaskan turun lapangan di Posyandu Lansia yang beralamat Ceurih. Saya
yang bertugas menulis resume ini mendapatkan pasien yang berusia 78 tahun yang memiliki
Pasien yang bernama Ramlah yang berpendidikan SMA yang memiliki pekerjaan ibu
rumah tangga, pasien memiliki 2 bersaudara, pasien adalah anak pertama dan yang kedua
perempuan juga. Nenek Ramlah yang memiliki hobi memasak ini memiliki 7 anak 5 laki-laki
dan 2 perempuan. Nenek pernah mengalami penurunan HB hasil 6, juga memiliki riwayat
penyakit lambung, nenek minum obat lambung Antasida 3 hari sekali, pasien mengatakan jika
Penyakit asam urat merupakan kondisi yang bisa menyebabkan gejala nyeri yang tak
tertahankan, pembengkakan, serta adanya rasa panas di area persendian. Semua sendi di tubuh
berisiko terkena asam urat, tetapi sendi yang paling sering terserang adala h jari tangan, lutut,
pergelangan kaki, dan jari kaki. Umumnya, penyakit asam urat dapat lebih mudah menyerang
NIM : P1337420921246
Pada tanggal 13 mei 2022 yang bertugas di Puskesmas Ule Kareng yang bertempat di
Banda Aceh dan di tugaskan di Puskesmas Ule Kareng. Saya yang bertugas menulis resume ini
mendapatkan pasien yang berusia 80 tahun pasien mengeluh Diare. Pendidikan pasien terakhir
SMP pekerjaan saat ini penjual sayur, psien memiliki 4 orang anak 3 perempuan dan 1 laki-laki,
Pasien mengalami mual dan tidak nafsu makan hasil tekanan darah pasien adalah 110/70
mmHg, pernafasan pasien 20 x/menit, nasi 87 x/menit dan suhu 36.9ºC. pasien terlihan lemas,
Diare adalah sebuah kondisi ketika pengidapnya buang air besar (BAB) lebih sering dari
biasanya. Seseorang bisa dikatakan mengalami diare bila ia BAB sebanya k tiga kali atau lebih
dalam satu hari. Selain itu, feses yang dikeluarkan juga lebih encer.
Ada dua jenis diare yang bisa terjadi, yaitu akut atau kronis (persisten). Diare akut adalah
diare yang berlangsung dalam waktu singkat. Ini adalah masalah kesehatan yang umum. Diare
akut biasanya berlangsung sekitar satu atau dua hari, tapi bisa juga lebih lama, kemudian
dehidrasi, menganjurkan pasien asupan cairan sesuai kebutuhan. Pasien dapat menangkap setelah
diberikan pendidika kesehatan oleh mahasiswa, dan pasien mengulangi implementasi yang
diberikan.
Resume 6
NIM : P1337420921246
Pada tanggal 14 mei 2022 saya mendapatkan pasien stroke yang awal mula dikarenakan
Hipertensi, yang beridentitas Tn. Z yang memiliki anak 3 orang 1 laki-laki dan 2 perempuan,
bapak ini pergi dengan anak perempuannya, bapak berusia 60 tahun, pekerjaan bapak buruh di
pango raya.
Setelah dilakukan tindakan oleh mahasiswa TD; 167/89 mmHg, bapak ke puskesmasa
untuk cek keadaan perbulannya. Bapak terlihat ekstermitas kiri atas bawah lemah. Bapak rajin
mengonsumi Citicoline 500 mg, bapak tinggal bersama keluarga nya dip ago raya tepat di Cot
Mesjid.
Stroke adalah kondisi ketika pasokan darah ke otak terganggu karena penyumbatan (stroke
iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik). Kondisi ini menyebabkan area
tertentu pada otak tidak mendapat suplai oksigen dan nutrisi sehingga terjadi kematian sel-sel
otak.
Hipertensi adalah pengertian medis dari penyakit tekanan darah tinggi. Kondisi ini dapat
menyebabkan berbagai macam komplikasi kesehatan yang membahayakan nyawa jika dibiarkan.
Bahkan, gangguan ini dapat menyebabkan peningkatan risiko terjadinya penyakit jantung,
Mahasiswa memberikan tindakan mobilitas fisik, juga memberikan penkes kepada keluarga
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia
Abstract
___________________________________________________________________
Background: Type 2 DM (T2DM) management are diet, physical activity, blood sugar control, and
medication. The prevalence of T2DM was 85-90%. In Puskesmas Tlogosari Wetan, cases of T2DM was top
five in the city of Semarang.
Methods: It was cross sectional study with the population of patients with T2DM in 2016 (July 1 to December
31) and sample size taken was 57 respondents. Measurement of dietary management was done by using a
questionnaire.
Results: It showed there was association between age (p<0.01), sex (p<0.01), and the role of the family
(p<0.01) with the compliance in the management of diet among patients with T2DM. There was no
association between education (p: 0,44), occupation (p: 0.7), knowledge (p: 0.42), and the role of health officer
(p: 0.7).
Conclusion: Factors associated with the compliance in the management of diet among patients with T2DM
were age, sex, adn the role of the family.
Alamat korespondensi: ISSN 2527-4252
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: dita.hestiana@gmail.com
138
Dita Wahyu Hestiana / Journal of Health 2 (2) (2017)
139
Dita Wahyu Hestiana / Journal of Health 2 (2) (2017)
140
Dita Wahyu Hestiana / Journal of Health 2 (2) (2017)
Tabel 1. Faktor Berhubungan dengan Kepatuhan dalam Pengelolaan Diet Pada Pasien DM
Pengelolaan Diet
Variabel p value PR CI 95%
Patuh Tidak Patuh
Umur
Dewasa 28 (65,1 %) 15 (34,9 %) <0,01 9,12 1,36 – 61,03
Lansia 1 (7,1%) 13 (46,4 %)
Jenis Kelamin
Laki-laki 14 (87,5 %) 2 (12,5 %) <0,01 2,39 1,53 – 3,73
Perempuan 15 (36,6 %) 26 (63,4 %)
Tingkat Pendidikan
Tinggi 11 (61,1 %) 7 (38,9 %) 0.44 1,32 0,80 – 2,18
Rendah 18 (42,6 %) 21 (53,8 %)
Status Pekerjaan
Bekerja 13 (48,1 %) 14 (51,9 %) 0.7 0,91 0,54 – 1,51
Tidak bekerja 16 (53,3 %) 14 (46,7 %)
Tingkat Pengetahuan
Baik 19 (46,3 %) 22 (53,7 %) 0,42 0,74 0,45 – 1,23
Kurang 10 (62,5 %) 6 (37,5 %)
Peran Keluarga
Baik 23 (79,3 %) 6 (20,7 %) 0,000 3,7 1,78 – 7,70
Kurang 6 (21,4 %) 22 (78,6 %)
Peran Petugas Kesehatan
Baik 16 (53,3 %) 14 (46,7 %) 0,7 1,1 0,66 – 1,85
Kurang 13 (48,1 %) 14 (51,9 %)
diet pada pasien rawat jalan penderita DM tipe antara jenis kelamin dengan kepatuhan diet
2. Dari analisis diperoleh nilai PR = 2,39, pada penderita DM tipe 2. Penelitian yang tidak
artinya responden yang berjenis kelamin sejalan adalah dalam penelitian Tania (2016)
perempuan memiliki risiko dua kali lebih besar menunjukkan persentase responden yang ikut
terhadap rendahnya kepatuhan dalam dalam penelitian dengan jenis kelamin laki-laki
pengelolaan diet. Dalam penelitian ini juga lebih banyak (51%) dibandingkan perempuan
dapat disimpulkan bahwa proporsi kepatuhan (49%). Namun, pada uji statistik Tania (2016)
pengelolaan diet pada responden perempuan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Perbedaan bermakna antara jenis kelamin dengan
jenis kelamin dalam melakukan pengelolaan kepatuhan diet pada pasien DM tipe 2.
diet tidak menjadi suatu masalah. Karena Ketidakbermaknaan antara jenis kelamin
responden yang berjenis kelamin perempuan dengan kepatuhan diet dapat disebabkan karena
maupun laki-laki sangat penting untuk jenis kelamin bukan merupakan faktor yan
melakukan pengelolaan diet agar dapat berhubungan langsung dengan perilaku
mencegah timbulnya komplikasi. Menurut Riset kepatuhan seperti yang diungkapkan dalam
kesehatan dasar (2013) prevalensi perempuan teori Health Belief Model atau model kepercayaan
lebih tinggi daripada laki-laki, hal ini kesehatan.
dikarenakan beberapa faktor risiko Penelitian lain yang tidak sejalan adalah
menyebabkan tingginya kejadian DM pada menurut Nugroho (2017) menyatakan dalam
perempuan. penelitiannya bahwa tidak ada hubungan yang
Penelitian yang dilakukan oleh Wong bermaknsa antara jenis kelamin dengan
(2005) menunjukkan bahwa ada hubungan kepatuhan diet penderita DM dengan jumlah
141
Dita Wahyu Hestiana / Journal of Health 2 (2) (2017)
laki-laki sebanyak 77% lebih patuh daripada Penelitian Prabowo (2015) menunjukkan antara
perempuan sebanyak 50,8% patuh. tingkat pendidikan dan kepatuhan diet pasien
Pada variabel pendidikan, tidak ada DM tipe 2 pada usia dewasa tidak memiliki
hubungan antara tingkat pendidikan dengan hubungan yang bermakna, terlihat bahwa
kepatuhan dalam pengelolaan diet pada pasien kecenderungan kepatuhan diet lebih tinggi
rawat jalan penderita DM tipe 2. Pada dilakukan oleh reposnden yang mempunyai
penelitian ini menunjukkan bahwa responden tingkat pendidikan tinggi (61,4%) dibandingkan
dengan pendidikan rendah lebih banyak responden dengan tingkat pendidikan rendah
daripada yang berpendidikan tinggi. Sehingga (43,3%), dengan nilai p = 0,147 atau lebih dari
dapat disimpulkan bahwa proporsi kepatuhan 0,05.
pengelolaan diet pada responden yang Penelitian Tombokan (2015) tidak sejalan
berpendidikan rendah lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu adanya
dengan responden yang memiliki latar belakang perbedaan yang signifikan terhadap kepatuhan
pendidikan yang tinggi. Pengelolaan diet yang menjalani diet ditinjau dari tingkat pendidikan
tidak dijalani dengan baik dapat disebabkan yang ditunjukkan dengan nilai p = 0,043,
karena kurangnya pengetahuan responden dimana penderita dengan pendidikan yang lebih
terhadap pentingnya menjaga pola makan agar tinggi lebih patuh dalam menjalani diet
terhindar dari munculnya komplikasi dari daripada penderita dengan tingkat pendidikan
penyakit DM tipe 2. Pengetahuan berkaitan menengah.
dengan pendidikan, karena pendidikan Pada variabel pekerjaan, tidak ada
merupakan suatu proses belajar yang mampu hubungan antara antara status pekerjaan dengan
mengubah tingkah laku seseorang untuk kepatuhan dalam pengelolaan diet pada pasien
mencapai kualitas hidup. Sehingga semakin rawat jalan penderita DM tipe 2. Pada
tinggi pendidikan seseorang semakin tinggi pula penelitian ini responden yang memiliki status
dalam melakukan pengelolaan diet. tidak bekerja lebih banyak daripada yang
Secara teori, seseorang dengan bekerja. Sedangkan berdasarkan tabel 1 dapat
pendidikan yang tinggi akan mempunyai disimpulkan bahwa proporsi kepatuhan
kesempatan untuk berperilaku baik. Orang yang pengelolaan diet pada responden yang bekerja
berpendidikan tinggi lebih mudah memahami lebih tinggi dibandingkan dengan responden
dan mematuhi perilaku diet dibandingkan yang tidak bekerja.
dengan orang yang berpendidikan rendah. Menurut penelitian Witasari (2009)
Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan didapatkan bahwa penderita DM lebih tinggi
memudahkan seseorang atau masyarakat untuk pada orang yang bekerja, karena setiap orang
menyerap informasi dan mengimplemen- yang memiliki jam kerja tinggi dengan jadwal
tasikannya dalam perilaku dan gaya hidup yang tidak teratur menjadi faktor penting dalam
sehari-hari, khususnya dalam mematuhi pengelolaan diet. Dalam penelitiannya juga
pengelolaan diet DM. Menurut Heryati (2014) didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara
seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan status pekerjaan dengan pengelolaan diet pada
mempunyai pengetahuan yang lebih luas penderita DM tipe 2.
dibandingkan dengan seseorang yang tingkat Selain itu pekerjaan juga mempengaruhi
pendidikannya lebih rendah karena pendidikan kepatuhan dari segi pendapatan. Dalam
merupakan dasar utama untuk keberhasilan penelitian Macgilchrist (2010) bahwa ada
dalam pengobatan. hubungan antara status pekerjaan dengan
Beberapa penelitian di Indonesia juga kepatuhan pengelolaan diet pasien DM tipe 2.
menunjukkan hasil yang serupa dengan Penderita DM tipe 2 yang memiliki pendapatan
penelitian ini dimana tingkat pendidikan tidak yang rendah lebih tidak patuh dalam mengelola
memiliki pengaruh yang signifikan dengan diet dibandingkan dengan orang yang memiliki
kepatuhan diet pada penderita DM tipe 2. pendapatan tinggi. Hal ini dikarenakan orang
142
Dita Wahyu Hestiana / Journal of Health 2 (2) (2017)
yang mempunyai pendapatan rendah lebih kepatuhan dalam pengelolaan diet pada pasien
sedikit berpeluang untuk membeli makanan rawat jalan penderita DM tipe 2. Dapat
yang sesuai dengan diet diabetes daripada yang disimpulkan bahwa responden yang memiliki
berpendapatan tinggi. peran keluarga yang baik lebih banyak daripada
Pada variabel pengetahuan, tidak ada yang memiliki peran keluarga kurang. Sehingga
hubungan antara tingkat pengetahuan dengan berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa
kepatuhan dalam pengelolaan diet pada pasien proporsi kepatuhan pengelolaan diet pada
rawat jalan penderita DM tipe 2. Pada responden yang memiliki peran keluarga baik
penelitian ini responden yang memiliki tingkat lebih tinggi dibandingkan dengan responden
pengetahuan baik lebih banyak daripada yang memiliki peran keluarga yang kurang.
responden yang tingkat pengetahuannya Karena responden yang memiliki dukungan
kurang. Sehingga berdasarkan tabel 1 keluarga yang baik sehingga selalu mengawasi
menunjukkan bahwa proporsi kepatuhan penatalaksanaan penyakit DM yang sesuai
pengelolaan diet pada responden yang memiliki dengan saran petugas kesehatan seperti
tingkat pengetahuan baik lebih tinggi konsumsi obat secara teratur, menjaga pola
dibandingkan dengan responden yang memiliki makan sehari-hari dan menjaga aktivitas fisik
latar belakang tingkat pengetahuan kurang. Hal agar terhindar dari komplikasi.
ini terjadi karena pengetahuan yang dimiliki Penelitian Senuk (2013) menggambarkan
responden mengenai diabetes dan dalam hasil bahwa dukungan keluarga mempunyai
penatalaksanaan diet akan menimbulkan hubungan dengan kepatuhan dalam menjalani
kesadaran bagi mereka dan akhirnya akan diet DM. Hasil tersebut juga didukung oleh
membuat mereka berperilaku sesuai dengan apa penelitian dari Susanti (2013) yang menyatakan
yang mereka ketahui. bahwa dukungan keluarga memiliki hubungan
Penelitian ini sejalan dengan penelitian terhadap kepatuhan diet pasien.
yang dilakukan oleh Tania (2016) pada pasien Penelitian yang dilakukan Febriani
rawat jalan DM tipe 2 di RSUP Fatmawati, (2016), juga menyatakan bahwa ada hubungan
menyatakan bahwa responden yang mempunyai antara sikap dengan pengelolaan DM.
tingkat pengetahuan baik 12,5 kali lebih patuh Menurutnya, untuk mencapai tujuan
dalam diet dibandingkan dengan responden pengelolaan DM yang baik perlu dilakukan
yang berpengetahuan kurang. Hasil penelitian berbagai usaha untuk memperbaiki kelainan
juga menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan metabolik yang terjadi. Salah satu usahanya
menjadi faktor risiko terhadap kepatuhan diet adalah dengan menyikapi penyakit yang
yang dijalankan pasien DM tipe 2. diderita dengan baik. Sikap yang baik
Tingkat pengetahuan yang kurang dapat mempengaruhi perilaku dalam mengelola DM.
menghambat perilaku kepatuhan dalam Semakin baik sikap pasien maka pengelolaan
kesehatan karena penderita akan sulit untuk DM pasien tersebut juga semakin baik.
mengikuti anjuran dari petugas kesehatan, Pada variabel peran petugas kesehatan,
sehingga penderita diabetes mellitus yang tidak ada hubungan antara peran petugas
mempunyai tingkat pengetahuan baik lebih kesehatan dengan kepatuhan dalam pengelolaan
paham dan mengerti mengenai anjuran dalam diet pada pasien rawat jalan penderita DM tipe
mengelola diet. Hasil penelitian Senuk (2013) 2. Dapat disimpulkan bahwa responden yang
tidak sejalan dengan penelitian ini dimana memiliki peran petugas kesehatan yang baik
penelitian senuk menunjukkan bahwa lebih banyak daripada yang peran petugas
pengetahuan memiliki hubungan dengan kesehatannya kurang. Sehingga berdasarkan
kepatuhan dalam menjalani diet diabetes tabel 1 menunjukkan bahwa proporsi kepatuhan
mellitus dengan hasil p value sebesar 0,023. pengelolaan diet pada responden yang memiliki
Pada variabel peran keluarga, terdapat dukungan petugas kesehatan yang baik lebih
hubungan antara peran keluarga dengan tinggi dibandingkan dengan responden yang
143
Dita Wahyu Hestiana / Journal of Health 2 (2) (2017)
memiliki latar belakang pendidikan yang dalam penelitian dan pihak-pihak lain yang
rendah. Hal ini menunjukkan bahwa peran telah membantu jalannya penelitian ini.
petugas kesehatan sudah baik dalam
mendukung perilaku pasien DM dalam DAFTAR PUSTAKA
mematuhi pengelolaan diet agar dapat
Akmal, H.F. and Puruhita, N., (2012). Perbedaan
mencegah timbulnya komplikasi.
Asupan Energi, Protein, Aktivitas Fisik dan
Penelitian ini sejalan dengan Akmal Status Gizi antara Lansia yang Mengikuti dan
(2012) yang menunjukkan adanya hubungan Tidak Mengikuti Senam Bugar Lansia: Studi
yang bermakna antara peran petugas kesehatan Kasus di Instalasi Geriatri Paviliun Lanjut
dengan kepatuhan dalam pengelolaan diet Usia Prof. Dr. Boedhi Darmojo RSUP Dr.
pasien DM dengan persentase pengaruh sebesar Kariadi Semarang. Jurnal Media Medika Muda
93,3%. Dukungan tenaga kesehatan sangat DiMatteo, M.R. (2004). Variations in Patient’s
diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan, Adherence to Medical Recommendation: A
Quantitative Review of 50 Years of Research.
misalnya dengan adanya komunikasi. Hal ini
Medical Care, 43 (3): 200-209
sesuai dengan teori yang ada, dimana petugas
Dinas Kesehatan Jawa Tengah. (2015). Profil
kesehatan merupakan orang pertama yang Keehatan Jawa Tengah Tahun 2015. Semarang:
mengetahui tentang kondisi kesehatan pasien Dinas Kesehatan Jawa Tengah
sehingga mereka memiliki peran yang besar Febriani, D. and Sulistyarini, T. (2016). Pentingnya
dalam menyampaikan informasi mengenai Sikap Pasien yang Positif dalam Pengelolaan
kondisi kesehatan dan hal-hal yang harus Diabetes Mellitus. Jurnal Stikes RS Baptis
dilakukan oleh pasien untuk proses Kediri, 7(1)
kesembuhannya. Komunikasi ini dapat Heryati, G.S., 2014. Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Kepatuhan Diet
dilakukan melalui pendidikan kesehatan berupa
Diabetes Mellitus pada Pasien DM. Jurnal
penyuluhan.
Keperawatan, 1(3): 97-107.
Penelitian ini diperkuat dengan adanya Kemenkes RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia
penelitian Senuk (2013) yang menggambarkan 2014. Jakarta: Kemenkes RI
bahwa dukungan petugas memiliki hubungan Liu, L. L., & Park, D. C. (2004). Aging and Medial
yang signifikan sehingga disimpulkan bahwa Adherence: The Use of Automatic Processes
dukungan petugas berpengaruh terhadap to Achieve Effortful Things. Psychology and
kepatuhan diet pasien DM, dimana semakin Aging, 19, 318-325
baik dukungan petugas kepada pasien maka Macgilchrist, C., Paul, L., Ellis, B.M., Howe, T.E.,
Kennon, B. and Godwin, J. (2010).
akan semakin baik kepatuhan pasien.
Lower‐Limb Risk Factors For Falls In People
With Diabetes Mellitus. Diabetic medicine,
PENUTUP
27(2):162-168.
Misnadiarly. (2006). Diabetes Mellitus, Mengenali
Faktor-faktor yang berhubungan dengan
Gejala, Menanggulangi, Mencegah Komplikasi.
kepatuhan dalam pengelolaan diet DM tipe 2
Jakarta: Pustaka Populer Obor
adalah umur, jenis kelamin, dan peran keluarga. Nugroho, Y.W. and Handono, N.P., (2017).
Hubungan Tingkat Kepatuhan Diet terhadap
UCAPAN TERIMA KASIH Kadar Glukosa Darah pada Penderita
Diabetes Mellitus di Kelurahan Bulusulur.
Peneliti mengucapkan terimakasih
Jurnal KEPERAWATAN GSH, 6(1).
kepada Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan, Palandeng, H.M., (2015). Prevalensi Hipertensi dan
Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Diabetes Mellitus Tipe-2 di Puskesmas Kota
Dosen Pembimbing atas terlaksananya kegiatan Manado Tahun 2015. Jurnal Kedokteran
penelitian dengan lancar. Terimakasih juga Komunitas dan Tropik, 3(4).
peneliti sampaikan kepada Petugas Puskesmas PERKENI. (2011). Konsensus Pengelolaan dan
Tlogosari Wetan yang bersedia berpartisipasi Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia.
Jakarta: Perkeni.
144
Dita Wahyu Hestiana / Journal of Health 2 (2) (2017)
Prabowo, A. and Hastuti, W., (2015). Hubungan di SMKN 2 Baleendah Bandung. Keperawatan,
Pendidikan dan Dukungan Keluarga Dengan 4(1).
Kepatuhan Diit pada Penderita Diabetes Tombokan, V. (2015). Faktor-faktor yang
Mellitus di Wilayah Puskesmas Plosorejo Berhubungan dengan Kepatuhan Berobat
Giribangun Matesih Kabupaten Karanganyar. Pasien Diabetes Melitus pada Praktek Dokter
Jurnal KEPERAWATAN GSH, 4(2) Keluarga di Kota Tomohon. JIKMU, 5(3).
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2013). Badan Trisnawati, S. K.., & Setyorono, S. (2013). Faktor
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Kementerian RI tahun 2013 Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta
Senuk, A., Supit, W., dan Onibala, F. (2013). Barat Tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5
Hubungan Pengetahuan dan Dukungan (1): 1-11
Keluarga dengan Kepatuhan Menjalani Diet Witasari, U., Rahmawaty, S. and Zulaekah, S., 2009.
Diabetes Mellitus di Poliklinik RSUD Kota Hubungan Tingkat Pengetahuan, Asupan
Tidore Kepulauan Provinsi Maluku Utara. Karbohidrat, dan Serat dengan Pengendalian
ejournal Keperawatan, 1 (1): 1-7 Kadar Glukosa Darah pada Penderita
Susanti. M. L. and Sulistyarini, T., (2013). Dukungan Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Penelitian Sains
Keluarga Meningkatkan Kepatuhan Diet & Teknologi, 10(2): 130-138
Pasien Diabetes Mellitus di Ruang Rawat Wong, M.., Gucciardi, E., Li, L. and Grace, S.L.
Inap RS. Baptis Kediri. Jurnal Stikes, 6(1) (2005). Gender And Nutrition Management
Tania, M., 2016. Hubungan Pengetahuan Remaja In Type 2 Diabetes. Canadian Journal of Dietetic
dengan Perilaku Konsumsi Minuman Ringan Practice and Research, 66 (4):215-220
145
HUBUNGAN ANTARA PENANGANAN DIABETES MELITUS: EDUKASI
DAN DIET TERHADAP KOMPLIKASI PADA PASIEN DM TIPE 2
DI POLIKLINIK RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG
Abstrak
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit seumur hidup dimana badan seseorang tidak memproduksi cukup insulin atau
tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi dengan baik (Johnson, Marilyn 2005). Peningkatan komplikasi DM
meningkat setiap bulannya di Poliklinik Endokrin RSHS Bandung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan antara penanganan DM: Edukasi dan Diet terhadap komplikasi pada pasien DM Tipe 2 di Poliklinik RSUP
Dr. Hasan Sadikin Bandung. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi dengan desain retrospektif dengan
populasi sebanyak 95 orang dengan teknik pengambilan sampel purposif sampling dan didapatkan sampel sebanyak 50.
Analisa data diolah menggunakan uji Chi-Square Test. Hasil penelitian ini mendapatkan hubungan yang signifikan
antara edukasi mengenai DM dengan komplikasi didapatkan nilai p value (0,041) dengan α (5%) dan untuk hubungan
antara kepatuhan diet DM dengan kejadian komplikasi mendapatkan hubungan yang signifikan dengan didapatkan nilai
p value (0,020) dengan α (5%). Untuk itu disarankan khususnya kepada responden agar ikut serta jika ada penyuluhan
yang diberikan oleh tenaga kesehatan serta patuh terhadap pilar penanganan DM khususnya Diet DM yang dianjurkan
oleh tenaga kesehatan.
Abstract
Diabetes mellitus is a life long disease in which a person's body does not produce enough insulin or can not use insulin
produced properly (Johnson & Marilyn 2005). Endocrine Polyclinic Hospital Dr. Hasan Sadikin Bandung in February
2014 showed that many cases of diabetes complications that occur and increasing every month. The aim of this study
was to determine the relationship of Education regarding the incidence of diabetes complications and determine the
relationship between dietary DM with the incidence of complications. The study design used retrospective descriptive
correlation. The study population was people with DM with a sample of 50, the sampling used purposive sampling 50.
The results showed a significant relationship between education about diabetes complications p value (0.041) and the
relationship between compliance diet with the incidence of diabetes complications getting significant association with p
value (0.020). It recommended especially to the respondents in order to take part if there was counselinggivenby health
workers as well as adherence to the pillars of diet DM in particular diabetes treatment that recommended by health
professionals.
25
Hubungan Antara Penanganan Diabetes Melitus : Edukasi dan Diet terhadap Komplikasi Pasien DM Tipe II (Hilda
Novyanda)
26
Jurnal Keperawatan Komprehensif Vol. 3 No. 1, Januari 2017: 25-33
normal dan mencegah komplikasi. Adapun harus mengubah perilakunya dan mengapa hal
faktor yang mempengaruhi seseorang tidak itu diperlukan (Waspadji, 2007).
patuh terhadap diet DM adalah kurangnya Dalam profil kesehatan Kota Bandung tahun
pengetahuan terhadap penyakit DM, sikap, 2011 didapatkan data kasus DM rawat jalan di
keyakinan, dan kepercayaan yang dimiliki PUSKESMAS umur 48-59 tahun sebanyak
klien. Ketidakpatuhan terhadap diet DM akan 6.388 dan umur >70 tahun sebanyak 1.266
menyebabkan terjadinya komplikasi akut dan kasus baru. Kasus DM rawat jalan di Rumah
kronik pada akhirnya memperparah penyakit Sakit umur 45-64 tahun sebanyak 5.418 kasus
bahkan bisa menimbulkan kematian dan umur >65 tahun sebanyak 2.171 kasus
(Lanywati, 2001).
dan kasus DM rawat inap di Rumah Sakit
Pengetahuan pasien tentang DM yang rendah umur 45-64 tahun sebanyak 895 dan umur
dapat mempengaruhi persepsi pasien tentang >65 tahun sebanyak 459 kasus. (DinKes Kota
penyakitnya, motivasi, manajemen koping Bandung, 2011).
dan perubahan perilaku (Sousa &
Hasil rekam medis di poliklinik endokrin
Zauseniewski, 2005). Hasil penelitian oleh
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung (2013)
Ariani dan Misdarini (2012) didapatkan
angka kejadian penderita diabetes dengan
bahwa mayoritas pasien memiliki tingkat
komplikasi perbulan dari bulan Juli hingga
pengetahuan yang kurang sebanyak 54,9%
bulan September 2013 didapatkan hasil :
dan kadar gula darah pasien rata-rata 246,9
bulan Juli jumlah kunjungan pasien DM
mg/dl. Rendahnya pengetahuan yang dimiliki
sebanyak 388 orang, dan 55 pasien (14%)
responden mengenai penyakit DM berdampak
mengalami komplikasi. Bulan Agustus
pada ketidakmampuan responden dalam
jumlah kunjungan pasien DM sebanyak 355
mengontrol kadar gula darah sehingga kadar
orang, dan 101 pasien (29%) mengalami
gula darah menjadi tinggi. Penelitian lainnya
komplikasi. Bulan September dengan
yang berkaitan dengan pengetahuan terhadap
kunjungan pasien DM 309 orang, dan 131
penyakit DM dilakukan Lestari, dkk (2013)
orang (42%) mengalami komplikasi. Dari
terhadap 29 responden diperoleh sebagian
beberapa kasus komplikasi yang terjadi di
besar responden (65,5%) memiliki
Poliklinik Endokrin RSUP Dr. Hasan Sadikin
pengetahuan kurang, dan 58,6% sikap negatif,
Bandung adalah komplikasi terbanyak yaitu:
89,7% tidak patuh mengkonsumsi jumlah
Renal, Neorologi, Perifer Sirkulasi dan
kalori, 100% tidak patuh jadwal makan, dan
Optalmic (Rekam Medis Poli Endokrin,
65,5% tidak patuh mengkonsumsi jenis
2013).
makanan, kadar GDS (Gula Darah Sewaktu)
responden sebesar 65,5% tidak terkontrol. Hasil wawancara yang dilakukan pada bulan
Kedua penelitian ini menyatakan pengetahuan Februari 2014 terhadap 6 pasien bahwa
tentang DM berdampak pada kepatuhan seluruh pasien teratur mengkonsumsi obat, 3
terhadap diet DM dan kadar gula darah. dari 6 pasien tahu mengenai DM tetapi 5 dari
Pengetahuan penderita tentang DM 6 klien yang di wawancara tidak patuh
merupakan sarana yang dapat membantu terhadap diet yang diberikan oleh petugas
penderita menjalankan penanganan diabetes kesehatan dan bahkan seluruh pasien tidak
selama hidupnya sehingga semakin banyak melakukan aktivitas fisik/ olah raga serta
dan semakin baik penderita mengerti tentang seluruh pasien yang diwawancara mengalami
penyakitnya semakin mengerti bagaimana komplikasi diantaranya: Penurunan Visus,
27
Hubungan Antara Penanganan Diabetes Melitus : Edukasi dan Diet terhadap Komplikasi Pasien DM Tipe II (Hilda
Novyanda)
Gangren Diabetik, Hipertensi, Stroke, Gagal METODE PENELITIAN
ginjal dan Hipoglikemi.
Desain penelitian cross sectional. Responden
Dari hasil studi pendahuluan yang diadakan di yang digunakan 50 orang yang memiliki
Poliklinik Endokrin RSUP Dr. Hasan Sadikin komplikasi yang berobat di Poliklinik RSUP
Bandung pada bulan Februari 2014 Dr. Hasan Sadikin Bandung. Pengambilan
menunjukkan bahwa banyak kasus sampel menggunakan non-probability
komplikasi diabetes yang terjadi dan sampling. Teknik pengumpulan data
meningkat setiap bulannya. Seluruh pasien menggunakan kuesioner dan lembar
yang diwawancara mengalami komplikasi observasi. Analisis Univariat menggunakan
mengatakan tidak patuh diet dan tidak distibusi frekuensi, sedangkan bivariat
melakukan aktivitas fisik/ olahraga karena menggunakan chi square. Analisis bivariat
kepatuhan diet serta aktivitas fisik juga tidak bertujuan untuk melihat hubungan antara
hanya edukasi dan kepatuhan obat saja yang variabel independen (Edukasi dan Diet) dan
dapat menurunkan glukosa, tetapi faktor variabel dependen (kejadian komplikasi).
kepatuhan diet serta melakukan aktivitas Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di Poli
olahraga juga berpengaruh untuk menurunkan klinik Endokrin RSUP Dr. Hasan Sadikin
glukosa darah dan untuk pencegahan Bandung.
komplikasi.
HASIL PENELITIAN
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Poliklinik Endokrin
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Karakteristik
1. Identitas Pasien N %
a. Jenis Kelamin Perempuan 29 58
Laki-laki 21 42
Total 50 100
b. Usia 30-40 5 10
40-60 27 54
60-80 18 36
Total 50 100
c. Pendidikan SD 10 20
SMP 13 26
SMA 13 26
Perguruan Tinggi 14 28
Total 50 100
d. Lama Menderita <1tahun 11 22
1-2tahun 8 16
>2tahun 31 62
Total 50 100
Berdasarkan tabel diatas lebih dari setengahnya (58%) berjenis kelamin laki-laki, 54% usia 60-70
tahun, sebagian kecil 28% pendidikan perguruan tinggi dan lebih dari setengahnya 62% telah > 2
tahun mengidap penyakit DM.
28
Jurnal Keperawatan Komprehensif Vol. 3 No. 1, Januari 2017: 25-33
Tabel 2. Tabel 3.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Edukasi mengenai Diabetes Berdasarkan Diet Diabetes Mellitus
Mellitus di Poliklinik Endokrin RSUP di Poliklinik Endokrin RSUP
Dr. Hasan Sadikin Bandung Dr. Hasan Sadikin Bandung
Edukasi N % Diet N %
Baik 39 78 Baik 38 76
Buruk 11 22 Buruk 12 24
Total 50 100 Total 50 100
Analisis tabel diatas menunjukkan bahwa Analisis tabel diatas menunjukkan sebagian
sebagian besar (78%) mempunyai edukasi besar (76%) melakukan diet DM dengan baik
yang baik mengenai Diabetes Mellitus.
Tabel 4.
Hubungan Edukasi mengenai Diabetes Mellitus dengan Kejadian Komplikasi
di Poliklinik Endokrin RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Komplikasi
Total p-
Edukasi Ya Tidak X2 OR 95% CI
value
N % N % N %
Baik 16 41 23 59 39 78 4,19 0,04 6,46 (1,230– 34,012)
Buruk 9 82 2 18 11 12
Total 25 50 25 50 50 100
Hasil analisis hubungan antara edukasi dengan kejadian komplikasi pada hasil analisis didapatkan
adanya dengan nilai (p = 0,041). Nilai OR = 6,469 (1,230 – 34,012).
Tabel 5.
Hubungan Diet Diabetes Mellitus dengan Kejadian Komplikasi
di Poliklinik Endokrin RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Komplikasi
Total P
Diet Ya Tidak X2 OR 95% CI
Value
N % N % N %
Baik 15 39,5 23 60,5 38 76 5, 373 0,020 7,667 (1,470 – 39,987)
Buruk 10 83,3 2 16,7 12 24
Total 25 50 25 50 50 100
Hasil analisis didapatkan adanya Hubungan yang signifikan antara Diet DM pasien dengan kejadian
komplikasi (p = 0,020). Nilai OR = 7,667 (1,470 – 39,987).
29
Hubungan Antara Penanganan Diabetes Melitus : Edukasi dan Diet terhadap Komplikasi Pasien DM Tipe II (Hilda
Novyanda)
motivasi responden terhadap edukasi DM. disimpulkan bahwa ada hubungan yang
Edukasi merupakan dasar utama untuk signifikan antara edukasi mengenai DM
pengobatan dan pencegahan DM yang dengan kejadian komplikasi pada pasien DM
sempurna. Pengetahuan yang minim tentang tipe 2. Rendahnya pengetahuan yang dimiliki
DM akan lebih cepat menjurus ke arah responden akan mengakibatkan kadar gula
timbulnya komplikasi dan hal ini merupakan darah menjadi tinggi (Misdarini & Ariani,
beban bagi keluarga dan masyarakat 2012). Tingkat pengetahuan yang rendah
(Agustina, 2009). Tingkat pengetahuan yang akan dapat mempengaruhi perilaku kesehatan
rendah akan dapat mempengaruhi pola termasuk pola makan yang salah yang
makan yang salah sehingga menyebabkan akhirnya akan mengakibatkan kenaikan kadar
kegemukan, yang akhirnya mengakibatkan glukosa darah. Hal ini terjadi karena tingginya
kenaikan kadar glukosa darah (Witasari, asupan karbohidrat dan rendahnya asupan
2009). serat. Semakin rendah asupan karbohidrat,
semakin rendah kadar glukosa darah.
Temuan mengenai diet DM pada hasil
Kandungan serat yang tinggi dalam makanan
penelitian ini menyatakan responden memiliki
akan mempunyai indeks yang rendah
diet DM yang baik yaitu hampir seluruhnya
sehingga dapat memperpanjang pengosongan
yaitu 76%. Kepatuhan terhadap diet DM
lambung yang dapat menurunkan sekresi
berkaitan dengan edukasi yang baik. Hasil
insulin dan kolesterol total dalam tubuh
penelitian yang dilakukan oleh Yoga (2011)
(Pratiwi, 2007). Gula darah yang tinggi akan
didapatkan odds ratio (OR) sebesar 4,297
menimbulkan komplikasi seperti hasil dari
dan nilai p= 0,008 (<0,05) hal ini
The United Kingdom Prospective Diabetes
menunjukkan bahwa orang yang mempunyai
Study (UKPDS) yang membuktikan bahwa
pola makan baik berisiko 4 kali untuk berhasil
kontrol glikemik dengan intensif sangat
dalam pengelolaan DM tipe 2 dibandingkan
berhubungan erat dengan keuntungan klinis
dengan yang tidak baik dan secara statistik
pada DM tipe 2. Setiap penurunan HbA1c 1%
bermakna dalam mengkonsumsi jumlah
akan menurunkan insiden kematian yang
kalori seperti kurang atau berlebih akan
memberikan dampak pada penderita DM. berhubungan dengan DM sebesar 21%, infark
miokard 14%, komplikasi mikrovaskular 37%
Apabila konsumsi kalori kurang, maka
dan penyakit pembuluh darah perifer 43%.
penderita DM akan mudah mengalami
Diabetes Study (UKPDS) menunjukkan setiap
penurunan berat badan karena tidak
penurunan 1 % dari HbA1c akan menurunkan
terpenuhinya kebutuhan energi. Sebaliknya,
risiko komplikasi sebesar 35%.
konsumsi kalori yang tinggi akan
meningkatkan kadar glukosa dalam darah Hasil penelitian ini sejalan dengan Fred dalam
sehingga akan menambah beban glukosa penelitiannya menyimpulkan bahwa
darah penderita DM (Abduracchin, dkk, kurangnya pengetahuan dan akses informasi
2008). menyebabkan seseorang memiliki
keterbatasan pengetahuan tentang bahaya
2. Analisis Bivariat
perilaku tidak sehat sehingga kurang motivasi
Hubungan antara Edukasi dan Kejadian
untuk mengadopsi perilaku sehat (Fred C.
Komplikasi
Pampel, 2010). Penelitian lain menyatakan
Temuan penelitian mengenai hubungan antara satu tahun pendidikan juga dapat
edukasi dan kejadian komplikasi berdasarkan meningkatkan pendapatan rata-rata sebesar
tabel diatas didapatkan nilai p-value = 0, 8% dan dapat mengurangi kematian dua kali
30
Jurnal Keperawatan Komprehensif Vol. 3 No. 1, Januari 2017: 25-33
lebih besar, baik secara langsung maupun didapatkan p-value = 0,02 yang berarti lebih
tidak langsung (Pellet Kathleen, 2007). kecil daripada alpha 0,05 maka dapat
Karakteristik responden pada penelitian ini disimpulkan bahwa ada hubungan yang
hampir seluruhnya dengan pendidikan signifikan antara diet DM dengan kejadian
terakhir yaitu perguruan tinggi tetapi masih komplikasi pada pasien DM tipe 2.
ada responden mengalami komplikasi yang Diet diabetes mellitus merupakan cara yang
seharusnya jika pendidikan tinggi akan dapat dilakukan oleh penderita diabetes untuk
menyerap ilmu khususnya mengenai DM merasa nyaman, mencegah komplikasi yang
dengan baik sehingga tidak akan mengalami lebih berat, serta memperbaiki kebiasaan
komplikasi. Hal ini sejalan dengan penelitian makan untuk mendapatkan kontrol
yang dilakukan oleh Meydani (2011) yang metabolisme yang lebih baik dengan cara
menunjukkan analisa bivariat bahwa tidak menurunkan kadar gula darah mendekati
terdapat hubungan yang bermakna antara normal dengan menyeimbangkan asupan
pengetahuan dengan upaya pencegahan makanan, insulin/obat penurun glukosa oral
komplikasi (p > 0,05), terdapat hubungan dan aktivitas fisik, menurunkan glukosa
yang bermakna antara sikap dengan upaya dalam urine menjadi negatif dan mengurangi
pencegahan komplikasi (p < 0,05), tidak polidipsi (sering kencing), memberikan
terdapat hubungan yang bermakna antara cukup energi untuk mempertahankan atau
persepsi dengan upaya pencegahan mencapai berat badan normal serta
komplikasi (p >0,05), dan terdapat hubungan menegakkan pilar utama dalam terapi
yang bermakna antara motivasi dengan upaya diabetes mellitus sehingga diabetisi dapat
pencegahan komplikasi (p < 0,05). Selain melakukan aktivitas secara normal (Kariadi,
edukasi, faktor yang mungkin mempengaruhi 2009).
terjadinya komplikasi yaitu kurangnya
motivasi dalam diri, dukungan keluarga yang Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
mungkin mempengaruhi responden untuk penelitian yang dilakukan oleh Yoga, 2011
tidak patuh terhadap terapi yang dijalankan yang bertujuan untuk mengidentifikasi
serta kurangnya penyuluhan dari tenaga hubungan antara 4 pilar pengelolaan Diabetes
kesehatan mengenai bagaimana dampak jika Melitus dengan keberhasilan pengelolaan
seorang penderita DM tidak patuh terhadap Diabetes Melitus Tipe 2 dengan hasil analisis
terapi yang seharusnya dijalankan. didapatkan odds ratio (OR) = 4,297 dan nilai
p value = 0,008 (<0,05). Hal ini menunjukkan
Meningkatkan edukasi merupakan salah satu
bahwa orang yang mempunyai pola makan
upaya yang dilakukan agar menurunnya
baik berisiko 4 kali untuk berhasil dalam
angka kejadian komplikasi pada DM, namun
pengelolaan DM tipe 2 dibandingkan dengan
hal ini pun tetap dipengaruhi oleh faktor
yang tidak baik dan secara statistik bermakna.
motivasi dan dukungan keluarga.
Kepatuhan terhadap Diet DM sangat
Hubungan antara Diet DM dengan berpengaruh terhadap pengendalian gula
Kejadian Komplikasi di Poliklinik RSUD darah agar tidak menimbulkan komplikasi.
Dr. Hasan Sadikin Bandung Diet DM sangat dipengaruhi pula oleh
pengetahuan, motivasi individu dan dukungan
Temuan dari uji statistis mengenai hubungan
keluarga.
diet DM dengan kejadian komplikasi
31
Hubungan Antara Penanganan Diabetes Melitus : Edukasi dan Diet terhadap Komplikasi Pasien DM Tipe II (Hilda
Novyanda)
32
Jurnal Keperawatan Komprehensif Vol. 3 No. 1, Januari 2017: 25-33
33
Indonesian Journal of Nursing Health Science ISSN (Print) : 2502-6127
Vol.6, No.1, Maret 2021 ,p.23-30 ISSN (Online) : 2657-2257
Abstract
Background: The family plays a role in managing risk factors for diabetes mellitus in family
members. Diet and activity arrangements can be carried out by the family as a form of prevention
against risk factors and care for family members diagnosed with type 2 diabetes mellitus to prevent
the severity of it. The purpose of this study was to provide an overview of family independence in
caring for diabetes mellitus patients by providing evidence-based practice diabetes self-
management education (DSME). The method used is a case study with an evidence-based nursing
practice approach to 10 families who have family members suffering from type 2 diabetes mellitus
in Depok City. The instrument used in measuring the level of family independence is based on
nursing care instruments issued by the Ministry of Health. The statistical test using paired t-test.
The results showed a change in the level of family independence in treating patients with type 2
diabetes mellitus (p = 0.001). The increased level of family independence is influenced by the
DSME intervention which emphasizes that the care of diebathed patients requires assistance and
support. So that diabetics have a high self-awareness that their disease can be overcome with
good self-management.
Abstrak
Latarbelakang: Keluarga berperan dalam pengelolaan faktor risiko diabetes melitus pada anggota
keluarganya. Pengaturan pola makan dan aktivitas dapat dilakukan keluarga sebagai bentuk
pencegahan terhadap faktor risiko serta perawatan pada anggota keluarga yang terdiagnosis
diabetes melitus tipe 2 untuk menjaga tidak ketingkat keparahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
memberikan gambaran kemandirian keluarga merawat pasien diabetes mellitus dengan pemberian
diabetes self-management education (DSME) berbasis evidence based practice. Metode yang
digunakan studi kasus dengan pendekatan praktik keperawatan berbasis fakta pada 10 keluarga
yang memiliki anggota keluarga menderita diabetes mellitus tipe 2 di Kota Depok. Instrumen yang
digunakan dalam mengukur tingkat kemandirian keluarga berdasarkan instrumen asuhan
keperawatan yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan. Uji statistik menggunakan paired t-
test. Hasil penelitian menunjukan adanya perubahan tingkat kemandirian keluarga dalam
melakukan perawatan pasien diabetes mellitus tipe 2 (p=0,001). Tingkat kemandirian keluarga
meningkat dipengaruhi oleh intervensi DSME yang menekankan bahwa perawatan pasien diebates
membutuhkan pendampingan dan dukungan. Sehingga penderita diabetes memiliki kesadaran diri
yang tinggi bahwa penyakitnya dapat diatasi dengan manajemen diri yang baik.
23
ISSN (Print) : 2502-6127
IJONHS ISSN (Online) : 2657-2257
Pendahuluan
Laporan Organisasi Kesehatan Dunia, diperkirakan pada tahun 2004 sekitar 194
juta diabetisi akan mencapai 333 juta diabetisi di tahun 2025, dengan populasi terbanyak
berada di Asia dan Oseania (Ayele et al., 2012; Mohebi et al., 2013). Diabetisi di Asia
Tenggara pada tahun 2015 presentase orang dewasa dengan diabetes melitus sebanyak
8,5% (Kemenkes, 2019). Indonesia juga menyumbangkan prevalensi yang cukup besar
terkait jumlah diabetisi dari tahun 2007, 2013, dan 2018 mengalami peningkatan, yang
dapat dilihat dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) bahwa sebanyak 5,7% di
tahun 2007, 6,9% di tahun 2013 dan menjadi 8,5% di tahun 2018. Kota Depok
merupakan salah satu kota yang menyumbang prevalensi diabetisi terbanyak di Jawa
Barat. Data penyakit diabetes mellitus mengalami peningkatan dari tahun 2016 sebanyak
21.971 kasus menjadi 29.475 kasus di tahun 2018 (Dinkes Kota Depok, 2018). Penyakit
diabetes melitus dapat dicegah, dan dikontrol dengan mengendalikan faktor risiko, maka
sangat diperlukan program pengendalian diabetes melitus (Andriyanto, Rekawati, &
Rahmadiyah, 2019).
Keluarga berperan dalam pengelolaan faktor risiko diabetes melitus pada anggota
keluarganya. Pengaturan pola makan dan aktivitas dapat dilakukan keluarga sebagai
bentuk pencegahan terhadap faktor risiko serta perawatan pada anggota keluarga yang
terdiagnosis diabetes melitus tipe 2 untuk menjaga tidak ketingkat keparahan (Andriyanto,
2020). Hasil penelitian sebelumnya menunjukan keluarga berperan penuh dalam peran
pengaturan diit, pemantauan terapi obat, pemantauan kontrol dokter/kesehatan, namun
belum sepenuhnya berperan dalam pengaturan aktivitas fisik (Nurhayati et al., 2020).
Penelitian lain juga terhadap peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat anggota
keluarga dengan diabetes melitus melalui intervensi supportive group therapy (Rahayu &
Utami, 2018). Penelitian lain mendapatkan hasil bahwa peran keluarga mempunyai
peranan dalam pengendalian kadar gula darah (Yeni & Handayani, 2016).
Manajemen diri diabetes mengacu pada konsep bahwa setiap orang secara
sistematis harus terlibat dalam kondisi manajemen medis dan non-medisnya.
Tantangannya telah terlihat di sini adalah apakah bukti ilmiah mendukung strategi
edukasi manajemen diri pada diabetes mellitus sesuai dengan kebutuhan pasien (Farrés
et al., 2010; Masood et al., 2016). Beberapa peneliti sebelumnya telah menunjukkan
bahwa pendidikan manajemen diri adalah teknik yang efektif untuk kontrol glikemik.
Diabetes Self-Management Education (DSME) merupakan intervensi pendidikan
manajemen diri diabetes mellitus terkait pengaturan diet dan aktifitas fisik yang bertujuan
untuk kontrol gula darah (Abdulah et al., 2018). Intervensi ini juga telah dibuktikan
berdasarkan hasil penelitian yang menemukan bahwa status psikologis dan glukosa
darah pasien dengan diabetes yang menerima pendidikan manajemen diri meningkat
secara signifikan. Diabetes Self-Management Education (DSME) dilakukan dalam waktu
3 minggu sebanyak 3 sesi selama 1 jam setiap sesinya dan direncanakan tindak lanjut
selama 3 bulan (Abdulah et al., 2018).
Meskipun sampai batas tertentu pasien diabetes disarankan secara rutin untuk
mengikuti diet yang sehat dan perubahan pola makan seperti modifikasi dalam pola
makan. Diabetes melitus tipe 2 biasanya dikaitkan dengan peningkatan prevalensi, risiko
depresi dan kecemasan, yang dapat mempengaruhi kadar glukosa darah. Melalui
pendidikan, suasana hati pasien yang baru didiagnosis dengan diabetes membaik,
menghasilkan kontrol glukosa darah yang lebih baik (Chai et al., 2018b). Dampak dari
intervensi Diabetes Self-Management selama tiga bulan yang dilakukan pada pasien
dengan diabetes tipe 2 dapat kontrol glikemik (Andriyanto et al., 2020).
Bentuk kegiatan intervensi Diabetes Self-Management Education (DSME),
sebagai berikut: 1) Minggu pertama; pengantar diabetes mellitus, jenis DM, faktor risiko,
pencegahan, dan komplikasi diabetes melitus tipe 2 termasuk neuropati, nefropati,
24
ISSN (Print) : 2502-6127
IJONHS ISSN (Online) : 2657-2257
retinopati, kebutaan, penglihatan kabur, borok kaki dan amputasi, dan masalah
kardiovaskular. 2) Minggu kedua; Jenis aktivitas fisik diperlukan untuk mencegah
komplikasi penyakit (berjalan, jogging, senam kaki). 3) Minggu ketiga; tujuan gizi
manajemen diabetes, makanan sehat dan tidak sehat untuk diabetes melitus tipe 2
dengan fokus pada pencegahan komplikasi melalui modifikasi gaya hidup. Selain itu,
pengalaman klien, perilaku diet, dan aktivitas fisik dibahas secara rinci pada setiap sesi
pendidikan dan dilatih tentang tes glukosa harian juga (Abdulah et al., 2018). Keterlibatan
keluarga dalam kegiatan sangatlah penting, karena keluarga masih belum mengetahui
bagaimana menjadi pendukung bagi pasien dalam melakukan perawatan, sehingga
diperlukan peningkatan keikutsertaan dalam merawat dan memotivasi pasien diabetes
melitus dalam mengendalikan kadar gula darah supaya kadar gula darah dalam keadaan
terkendali (Yeni & Handayani, 2016). Tujuan penelitian untuk mengetahui pelaksanaan
Evidence Based Practice (EBP) tentang Diabetes Self-Management Education (DSME)
terhadap kemandirian keluarga merawat pasien diabetes mellitus tipe 2 Kota Depok.
Metode Penelitian
Hasil
Tabel 1
Tingkat Kemandirian Keluarga Merawat Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Kelurahan
Cisalak Pasar Kota Depok Tahun 2019 (n=10)
25
ISSN (Print) : 2502-6127
IJONHS ISSN (Online) : 2657-2257
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan adanya perubahan tingkat kemandirian
keluarga setelah diberikan Diabetes Self-Management Education (DSME) selama 12 kali
kunjungan dengan durasi 60 menit per kunjungan. Terdapat tujuh dari sepuluh keluarga
mengalami perubahan tingkat kemandirian IV yang menunjukkan keluarga sudah mampu
melaksanakan tindakan promotif secara aktif. Hasil penelitian menunjukan adanya
perubahan tingkat kemandirian keluarga dalam melakukan perawatan pasien diabetes
mellitus tipe 2 (p = 0,001).
Tabel 2
Evaluasi Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Setelah Diberikan DSME di Kelurahan Cisalak
Pasar Kota Depok Tahun 2019 (n=10)
Pembahasan
Menurut Friedman, Bowden dan Jones (2013) dalam Andriyanto (2020), keluarga
adalah tempat paling efektif untuk menerapkan perilaku sehat sebagai strategi promosi
kesehatan yang penting. Keluarga ikut serta berperan dalam mengelola faktor risiko
diabetes mellitus pada anggota keluarganya. Pengaturan diet dan aktivitas fisik dapat
dilakukan oleh keluarga sebagai bentuk pencegahan faktor risiko serta perawatan untuk
anggota keluarga yang didiagnosis dengan diabetes mellitus (Andriyanto, Rekawati, &
Wati, 2019). Penerapan intervensi dalam pengelolaan diabetes mellitus sebagai upaya
untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih serius dilakukan melalui peningkatan
perilaku manajemen diri yang baik. Diabetes Self-Management Education (DSME) adalah
intervensi edukasi manajemen diri untuk diabetes mellitus yang berkaitan dengan
pengaturan diet dan aktivitas fisik yang bertujuan mengendalikan gula darah (Abdulah et
al., 2018). Dukungan keluarga dalam pemberian intervensi DSME diperlukan, karena
dengan adanya dukungan keluarga dapat meningkatkan perilaku manajemen diri pasien.
26
ISSN (Print) : 2502-6127
IJONHS ISSN (Online) : 2657-2257
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Abdulah, D. M., Hassan, A. B., Saadi, F. S., & Mohammed, A. H. (2018). Impacts of self-
management education on glycaemic control in patients with type 2 diabetes mellitus.
28
ISSN (Print) : 2502-6127
IJONHS ISSN (Online) : 2657-2257
Diabetes and Metabolic Syndrome: Clinical Research and Reviews, 12(6), 969–975.
https://doi.org/10.1016/j.dsx.2018.06.007
Adam, L., O’Connor, C., & Garcia, A. C. (2018). Evaluating the Impact of Diabetes Self-
Management Education Methods on Knowledge, Attitudes and Behaviours of Adult Patients
With Type 2 Diabetes Mellitus. Canadian Journal of Diabetes, 42(5), 470-477.e2.
https://doi.org/10.1016/j.jcjd.2017.11.003
Andriyanto, A. (2020). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga Berdasarkan Evidence Based
Practice (N. Akbar & I. Fradianto (eds.); I). Infermia Publishing.
Andriyanto, A., Rekawati, E., & Rahmadiyah, D. C. (2019). Increasing Knowledge, Attitudes, Skills,
and Glucose Control in Type-2 Diabetic Patients through EMAS Interventions. Nurse Media
Journal of Nursing, 9(2), 141–150. https://doi.org/https://doi.org/10.14710/nmjn.v9i2.22989
Andriyanto, A., Rekawati, E., & Rahmadiyah, D. C. (2020). Pemberdayaan pada Penderita
Diabetes Tipe 2 dan Kader Kesehatan dalam Pelaksanaan Program Pos Binaan Terpadu
Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM). Engagement: Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat, 4(1), 201–211. https://doi.org/10.29062/engagement.v4i1.81
Andriyanto, A., Rekawati, E., & Wati, D. N. K. (2019). Modul: Intervensi Keperawatan EMAS
(Edukasi, Manajemen nutrisi, Aktivitas fisik, pengelolaan Stres) Dalam Penatalaksanaan
Diabetes Melitus Tipe 2 (A. Wildan (ed.); I). Karya Bina Sehat.
Ayele, K., Tesfa, B., Abebe, L., Tilahun, T., & Girma, E. (2012). Self care behavior among patients
with diabetes in Harari, Eastern Ethiopia: the health belief model perspective. PLoS One,
7(4):e35515.
Chai, S., Yao, B., Xu, L., Wang, D., Sun, J., Yuan, N., Zhang, X., & Ji, L. (2018a). Patient
Education and Counseling The effect of diabetes self-management education on
psychological status and blood glucose in newly diagnosed patients with diabetes type 2.
Patient Education and Counseling. https://doi.org/10.1016/j.pec.2018.03.020
Chai, S., Yao, B., Xu, L., Wang, D., Sun, J., Yuan, N., Zhang, X., & Ji, L. (2018b). The effect of
diabetes self-management education on psychological status and blood glucose in newly
diagnosed patients with diabetes type 2. Patient Education and Counseling, 101(8), 1427–
1432. https://doi.org/10.1016/j.pec.2018.03.020
Dinkes. (2018). Profil Kesehatan Kota Depok 2018. September, 1–20.
http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KAB_KOTA_2017/3276_Jabar_
Kota_Depok_2017.pdf
Dwi, A., Amatayakul, A., & Karuncharernpanit, S. (2017). International Journal of Nursing Sciences
Predictors of diabetes self-management among type 2 diabetics in Indonesia : Application
theory of the health promotion model. International Journal of Nursing Sciences, 4(3), 260–
265. https://doi.org/10.1016/j.ijnss.2017.06.010
Eliana, F. (2015). Penatalaksanaan DM Sesuai Konsensus Perkeni 2015. SATELIT SIMPOSIUM
6.1 DM UPDATE DAN Hb1C, 1–7. http://www.pdui-pusat.com/wp-
content/uploads/2015/12/SATELIT-SIMPOSIUM-6.1-DM-UPDATE-DAN-Hb1C-OLEH-DR.-
Dr.-Fatimah-Eliana-SpPD-KEMD.pdf
Elpriska. (2016). Pengaruh Stres, Dukungan Keluarga dan Manajemen Diri Terhadap Komplikasi
Ulkus Kaki Diabetik Pada Penderita DM Tipe 2 Influences Of Stress, Family Support, And
Self Management Toward Complication Of Diabetic Foot Ulcer Of Diabetes Mellitus Type 2
Patiens. Idea Nursing Journal, VII(1), 20–25.
Farrés, J., Pujol, A., Coma, M., Ruiz, J., Naval, J., Mas, J., Molins, A., Fondevila, J., Aloy, P., Goh,
K., Cusick, M., Valle, D., Childs, B., Vidal, M., Barabasi, A., Lee, D., Park, J., Kay, K.,
Christakis, N., … Gavin, A. (2010). Revealing the molecular relationship between type 2
diabetes and the metabolic changes induced by a very-low-carbohydrate low-fat ketogenic
diet. Nutrition & Metabolism, 7(1), 88. https://doi.org/10.1186/1743-7075-7-88
Herring, M. S., Beckett, E. A., Stanton-robinson, C. A., & Witry, M. J. (2018). What do I eat ? Impact
of an interactive teaching method for improving pharmacy students ’ diabetes nutrition
29
ISSN (Print) : 2502-6127
IJONHS ISSN (Online) : 2657-2257
knowledge and comfort in providing nutrition counseling. Currents in Pharmacy Teaching and
Learning, August 2017, 0–1. https://doi.org/10.1016/j.cptl.2018.04.015
Hussain, T. A., Mathew, T. C., Dashti, A. A., Asfar, S., Al-Zaid, N., & Dashti, H. M. (2012). Effect of
low-calorie versus low-carbohydrate ketogenic diet in type 2 diabetes. Nutrition, 28(10),
1016–1021. https://doi.org/10.1016/j.nut.2012.01.016
Istikharah, Nuraeni, A., & Supriyono, M. (2015). Kemandirian Penderita Diabetes Melitus Lansia
Dalam Menstabilkan Gula Darah. StikesTelogorejo Semarang, 2, 1–10.
Kemenkes. (2019). Info Datin: Waspada Diabetes [Datin Info: Beware of Diabetes]. Kemenkes RI;
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI.
https://pusdatin.kemkes.go.id/folder/view/01/structure-publikasi-pusdatin-info-datin.html
Martina. (2013). Pengaruh Terapi Kelompok Suportif dan Pendidikan Kesehatan Terhadap Kualitas
Hidup Lansia yang Mengalami Diabetes Melitus di Kecamatan Banda Raya Kota Banda
Aceh. Universitas Indonesia.
Masood, I., Saleem, A., Hassan, A., Umm-E-Kalsoom, Zia, A., & Khan, A. T. (2016). Evaluation of
diabetes awareness among general population of Bahawalpur, Pakistan. Primary Care
Diabetes, 10(1), 3–9. https://doi.org/10.1016/j.pcd.2015.06.004
Mohebi, S., Parham, M., Pour, E., & Kamran, A. (2013). Self-care assessment in patients with
diabetes in qom city in 2013. Arch Hyg Sci.
Nurhayati, L., Syamsudin, & Khoiriyah, S. (2020). Peran Keluarga Dalam Perawatan Diabetes
Mellitus. Jurnal Keperawatan, 6(2), 1–13.
Oktaviah, D. (2014). Efektivitas Senam Kaki Diabetik dengan Bola Plastik terhadap Tingkat
Sensitivitas Kaki pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II. Jurnal Online Mahasiswa, 1, 1–9.
Rahayu, N. W., & Utami, M. P. S. (2018). Peningkatan Kemampuan Keluarga Dalam Merawat
Klien Diabetes Mellitus Melalui Supportive Group Therapy. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa,
1(1), 24–28. https://doi.org/10.32584/jikj.v1i1.31
Rosidin, U., Shalahuddin, I., & Sumarna, U. (2018). Hubungan Kemandirian Keluarga Dengan
Perawatan Hipertensi Pada Keluarga Binaan Puskesmas Sukaresmi Garut. Jurnal
Keperawatab Bsi, VI(1), 12–20.
Ruben, G., Rottie, J., & Karundeng, M. Y. (2016). Pengaruh Senam Kaki Diabetes Terhadap
Perubahan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja
Puskesmas Enemawira. EJournal Keperawatan (EKp), 4, 1–5.
Yeni, F., & Handayani, T. (2016). Hubungan Peran Keluarga Dengan Pengendalian Kadar Gula
Darah Pada Pasien Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Padang. NERS
Jurnal Keperawatan, 9(2), 136. https://doi.org/10.25077/njk.9.2.136-142.2013
30