Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN PRAKTIK KEPERAWATAN GERONTIK

DI PUSKESMAS ULEE KARENG BANDA ACEH

Disusun Oleh :
Nurul Maghfirah
P1337420921246

Dosen Pembimbing:
Ns. Niswah, MNS

CI Kliik:
Ns. Melafilani, S.Kep., M.Kep

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
SEMARANG 2022
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN GERONTIK

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN – PRODI KEPERAWATAN SEMARANG

Jalan Tirto Agung Pedalangan Banyumanik Semarang

-------------------------------------------------------------------------------------------------------

A. Karakteristik Demografi
1. Identitas Diri Klien
Nama Lengkap : Nurjannah
Tempat /Tanggal Lahir : Lamteh, 27-12-1960
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan terakhir : SLTA/Sederajat
Agama : Islam
Suku Bangsa : Aceh
Golongan Darah : O
Diagnosa Medis (bila ada) : Diabetes Melitus
TB/BB : 155cm/ 43kg
Alamat : Lamteh, Ule kareng
No Telpon : -

2. Keluarga atau Orang lain yang penting/dekat yang dapat dihubungi:


Nama : Haikal
Alamat : Lamteh, Ule kareng
Hubungan dengan klien : Anak
No Telp : -

3. Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi:


Pekerjaan Saat ini : IRT
Pekerjaan sebelumnya : Guru MIN
Sumber Pendapatan : Diri sendiri
Kecukupan pendapatan : Cukup
4. Aktivitas rekreasi:
Hobi : Mengaji, ikut kegiatan rebana
Bepergian/wisata : Ny.n biasanya pergi ke tempat anak, ikut
pengajia, rebana.
Keanggotaan organisasi : Tidak ada
Lain-lain : -
5. Riwayat Keluarga
a. Saudara Kandung

Nama Keadaan saat ini Keterangan


Tn. M Sehat Saudara kandung
Tn. A Sehat Saudara kandung
Ny. S Sehat Saudara kandung
Ny. N Sehat Saudara Kandung

b. Riwayat Kematian dalam keluarga ( 1 tahun terkhir)


Nama : Aminah
Umur : 29 tahun
Penyebab Kematian : Tumor mata
c. Kunjungan keluarga : Klien sering dikunjingi oleh anaknya

d. Genogram (buatlah 3 generasi)

B. Pemahaman dan Penatalaksanaan masalah Kesehatan

C. Pola Kebiasaan sehari-sehari


1. Nutrisi
Frekuensi makan : 3x sehari
Nafsu makan : Nafsu makan meninngkat
Jenis makanan : Tumis ikan tongkol beserta nasi , juga
Sayur-sayuran, dan buah-buahan.
Kebiasaan sebelum makan : Nyemil
Makanan yang tidak disukai : Tidak ada
Alergi terhadap makanan : Tidak ada
Pantangan makanan : Tidak ada pantangan
Keluhan yang berhubungan : Gula darah pasien meningkat jika
dengan makan memakan-makanan mannis
2. Eliminasi
a. BAK
Frekuensi dan waktu : 3x sehari
Keluhan BAK pada malam : Tidak ada
hari
Keluhan yang berhubungan : Tidak ada
dengan BAK

b. BAB
Frekuensi dan waktu : 3x sehari
Konsistensi : Lunak
Keluhan yang berhubungan : BAB lancar
dengan BAB
Pengalaman memakai : Tidak ada
Laxatif/Pencahar
3. Personal Higiene
a. Mandi
Frekuensi dan waktu mandi : 3x sehari
Pemakaian sabun(ya/tdk) : Ya, menggunakan sabun
Sendiri/dg bantuan : Mandiri

b. Oral hygiene
Frekuensi dan waktu gosok : 3x sehari pagi , siang dan malam
gigi
Menggunakan pasta gigi : Ya, menggunakan pasta gigi
c. Cuci rambut
Frekuensi : 3x seminggu
Penggunaan shampo : Ya, menggunakan shampo
(ya/tdk)
d. Kuku dan tangan
Frekuensi gunting kuku : 1x seminggu
Kebiasaan mencuci tangan : Ya
pakai sabun
4. Istirahat dan Tidur
Lama tidur malam : 6 jam / 7 jam
Tidur siang : Sering tidur siang
Keluhan yang berhubungan : Tidak ada
dengan tidur
5. Kebiasaan mengisi waktu luang
Olahraga : Jalan-jalan dipagi hari
Nonton TV : Kadang-kadang
Berkebun/memasak : Punya kebiasaan memasak
Lain-lain : Menjaga cucu
6. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Merokok (ya/tidak) : Tidak, pasien tidak merokok
Minuman keras (ya/tidak) : Tidak, pasien tidak meminum minuman
keras
Ketergantungan terhadap obat : Ya, (Allupurinol 1x100mg, Mesformin
(ya/tidak) 2x500 mg, Glirepind 1x2g)
7. Uraian kronologis kegiatan sehari-hari
Jenis Kegiatan : Lama waktu untuk setiap kegiatan
1. Memasak : 07-00-07.30
2. Bersih-bersih rumah : 10.00-11.00
3. Istirahat : 11.00-14.00

4. Kerja : 16.00-18.00
D. Status Kesehatan
1. Status Kesehatan saat ini
Keluhan utama dalam 1 th : Pasien mengatakan tidak ada pantangan
terakhir makanan dan tidak tau makanan apa saja
yang harus dipantang.
Gejala yang dirasakan : Gula darah meningkat, terakhir cek 460
gr/dL
Faktor pencetus : Tidak ada pantangan makanan
Timbulnya keluhan : ( √ ) Mendadak ( ) bertahap
Waktu mulai timbulnya ; Tidak menentu
keluhan
Upaya mengatasi : Meminum obat
2. Riwayat kesehatan masa lalu
Penyakit yang pernah diderita : Diabetes Melitus
Riwayat alergi (obat, makanan, : Tidak ada
debu dll)
Riwayat Kecelakaan : Tidak ada
Riwayat dirawat di rumah sakit : RSUD dr Zainoel Abidin
Riwayat Pemakaian obat : Allupurinol 1x100mg, Mesformin 2x500
mg, Glirepind 1x2g

3. Pengkajian/Pemeriksaan fisik (Observasi, Pengukuran, Auskultasi, Perkusi, dan


Palpasi)
a. Keadaan umum :Kesadaran composmentis, (TTV) TD:
110/80, RR : 18 x/i, HR: 80x/i, T:36,8
b. BB/TB : 43 kg /155 cm
c. Rambut : Rambut beruban
d. Mata : sclera tidak iterus, konjungtiva tidak
anemis, visus normal
e. Telinga : Bersih, tidak ada seruman dan tidak ada
luka, fungsi pendengaran baik
f. Mulut, gigi, dan bibir : Gigi berwarna putih, nyeri (-), bersih,
karies (+), sianosis (-), pembesaran
tonsil (-)
g. Dada : Pergerakan dada simetris
h. Abdomen : Insfeksi: terlihat normal
Auskultasi: Bising usus 15x/menit
Perkusi: Thympani
Palpasi:Tidak ada nyeri pada daerah
nyeri tekan

i. Kulit : Bersih tidak ada bekas luka, turgor kulit


– dari 2 detik

j. Ekstremitas atas : Tangan kanan dan kiri ibu bergerak


dengan bebas
k.Ekstremitas bawah : Kaki kanan dan kiri ibu bergerak dengan
bebas

E. Hasil Pengkajian khusus (Format terlampir)


1. Masalah kesehatan kronis : Tidak ada
2. Fungsi kognitif : Tidak ada gengguan sungsi kognitif
(score 8)
3. Status Fungsional : Mandiri dengan score 13
4. Status Psikologis (skala : Depresi ringan Score 11
depresi)
5. Dukungan keluarga : Keluarga mendukung dan mensupport
klien
F. Pengkajian Sosial :
1. Hubungan dengan kelg : klien adalah seorang istri dan ibu
2. Hubungan dengan tetangga : Baik
3. Aktivitas dg lingkungan : Baik
G. Pengkajian Spiritual :
1. Keyakinan akan pengobatan : Klien rutin meminum obat dan ke puskesmas jika
obat-obatan sudah habis
2. Keyakinan akan kesembuhan : Klien ihtiar dan yakin akan sembuh
3. Semangat untuk sembuh : Klien memiliki semangat yang luar biasa untuk
sembuh
4. Putus asa dan alasan : Klien tidak putus asa
5. Kegiatan ibadah : Klien sering beribadah, sholat, mengaji .

H. Lingkungan tempat tinggal


1. Kebersihan dan kerapihan : Ruangan yang ditepati klien bersih dan
ruangan rapi
2. Penerangan : Dimalam hari lampu menerangi ruangan
dan disiang hari cahaya masuk melalui
jendela dan ventilasi
3. Sirkulasi udara : Terdapat banyak ventilator diruangan
klien
4. Keadaan kamar mandi & WC : Kamar mandi dan WC bersih dan tidak
licin
5. Pembuangan air kotor : Pembuangan air kotor langsung ke parit
6. Sumber Air minum : PDAM
7. Pembuangan sampah : Sampah dikumpulkan lalu dijemput oleh
petugas kebersihan 2 hari sekali
I. Data Penunjang

ANALISA DATA

NO DATA (Sign/Symptom) INTERPRESTASI MASALAH


(Etiologi) (Problem)
1. DS : Diabetes melitus Ketidakstabilan
Ny.n mengatakan gula darahnya kadar glukosa
semakin naik dan sering darah
terbangun waktu tidur

DO:
-Cek GD ke 1 :225 mg/dL
Cek GD ke 2 : 270 mg/dL
Cek GD ke 3 :460 mg/dL
-Makan nasi 2 kali tambah

TTV
• TD:110/70 mmHg
• HR:80 kali/menit
• RR:19 kali/menit
2. DS : Patofisiologis Gangguan pola
Ny.n mengatakan sering penyakit tidur
terbangun ketika tidur malam

DO :
- Pasien tampak kurang tidur
- GD : 225 mg/dL
TTV
• TD:110/70 mmHg
• HR:80 kali/menit
• RR:19 kali/menit

PRIORITAS MASALAH :

1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah


2. Gangguan pola tidur

PROSES KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan 1 : Ketidakstabilan kadar glukosa darah

Tujuan : kestabilan kadar glukosa:

Kriteria Hasil :

- Lelah/lesu : menurun
- Keluhan haus : menurun
- Gemetar : menurun
- Berkeringat : menurun
- Mulut kering : menurun
- Kadar glukosa dalam darah : membaik
- Jumlah urin : membaik

Intervensi Rasional

- Identifikasi kemungkinan penyebab - Menghindari terjadinya


hiperglikemia hiperglikemia
- Monitor kadar glukosa darah, jika
perlu - Mengetahui dengan segera apabila
- Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
hiperglikemia
- Monitor intake dan output cairan
- Anjurkan menghindari oalhraga saat - Intake dan output harus ballance
kadar glukosa darah >250mg/dl
- Anjurkan monitor glukosa darah
secara mandiri - Menghindari terjadinya cidera
- Anjurkan kepatuhan diet dan
olahraga

- Dapat mengontrol kadar glukosa


mandiri
- KGD terpantau
IMPLEMENTASI:

- Mengidentiikasi penyebb hiperglikemia


- Monitor intake dan output cairan
- menganjurkan menghindari oalhraga saat kadar glukosa darah >250mg/dl
- menganjurkan monitor glukosa darah secara mandiri
- menganjurkan kepatuhan diet dan olahraga
- Memonitor intake dan output cairan
- Ajarkan senam kaki diabetes (Muchtar an indah 2018, wardani 2019)

Diagnosa keperawatan 2. Gangguan pola tidur

Tujuan: dukungan tidur, keadekuatan kualitas dan kuantitas tidur

Kriteria hasil:

- Keluhan sulit tidur menurun


- Keluhan sering terjaga menurun
- Keluhan tidak puas tidur menurun
- Kemampuan beraktivitas meningkat

Intervensi Rasional

- Identiikasi pola aktivitas dan - Mengetahui pola tidur


tidur - Mengetahui penyebab gangguan
- Identifikasi faktor tidur
pengganggu tidur
- Modifikasi lingkungan - Meningkatkan kenyamanan
- Batasi waktu tidur siang jika
perlu
- Tetapkan jadwal tidur rutin - Membentuk pola tidur yang baik
- Anjurkan menepati kebiaaan
tidur
- Anjurkan jangan minum - Menghindari BAK saat tidur
sebelum tidur malam

IMPLEMENTASI:

- Mengidentiikasi pola aktivitas dan tidur


- Mengidentifikasi faktor pengganggu tidur
- Memodifikasi lingkungan
- Membatasi waktu tidur siang jika perlu
- Menetapkan jadwal tidur rutin
- Menganjurkan menepati kebiaaan tidur
- Menganjurkan jangan minum sebelum tidur

Catatan Perkembangan Keperawatan:

No Hari, Dx. Perkembangan Keperawatan TT


Tanggal, Keperawatan
Pukul
1 Rabu, Ketidakstabilan S: Pasien megatakan sering terbangn ketika tidu Fira
11 Mei kadar glukosa malam
2022 darah
12.00 O: GD :225 mg/dL
TD: 115/90 mmHg

A: Ketidakstabilan kadar glukosa darah

P:
- Identifikasi kemungkinan penyebab
hiperglikemia
- Monitor kadar glukosa darah, jika perlu
- Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
- Monitor intake dan output cairan
- Anjurkan menghindari oalhraga saat
kadar glukosa darah >250mg/dl
- Anjurkan monitor glukosa darah secara
mandiri
- Anjurkan kepatuhan diet dan olahraga

2 Kamis, Gangguan pola S: Pasien megatakan sering terbangn ketika tidu Fira
12 Mei tidur malam
2022
12.15 O: GD puasa170gr/dl

A: Gangguan pola tidur

P:
- Identiikasi pola aktivitas dan tidur
- Identifikasi faktor pengganggu tidur
- Modifikasi lingkungan
- Batasi waktu tidur siang jika perlu
- Tetapkan jadwal tidur rutin
- Anjurkan menepati kebiaaan tidur
- Anjurkan jangan minum sebelum tidur
No Hari, Dx. Perkembangan Keperawatan TT
Tanggal, Keperawatan
Pukul
1 Rabu, Ketidakstabilan S: Pasien megatakan sering terbangn ketika tidu Fira
11 Mei kadar glukosa malam
2022 darah
12.00 O:
TD: 140/90 mmHg

A: Ketidakstabilan kadar glukosa darah


Maslaah belum teratasi

P:
- Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
- Monitor intake dan output cairan
- Anjurkan kepatuhan diet dan olahraga
- Ajarkan senam kaki diabetes (Muchtar
an indah 2018, wardani 2019)

2 Kamis, Gangguan pola S: Pasien megatakan sering terbangn ketika tidu Fira
12 Mei tidur malam
2022
12.00 O: GD 150gr/dl

A: Gangguan pola tidur


Masalah belum teratasi

P:
- Modifikasi lingkungan
- Tetapkan jadwal tidur rutin
- Anjurkan menepati kebiaaan tidur
- Anjurkan jangan minum sebelum tidur
No Hari, Dx. Perkembangan Keperawatan TT
Tanggal, Keperawatan
Pukul
1 Sabtu, Ketidakstabilan S: Pasien megatakan sering terbangun ketika Fira
14 Mei kadar glukosa tidur malam. Sakit tengkuk apabila darah
2022 darah tinggi
12.00
O:
TD: 150/90 mmHg

A: masalah teratasi sebagian


P:
- Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
- Monitor intake dan output cairan
- Anjurkan kepatuhan diet dan olahraga
- Anjurkan mengulang senam kaki
diabetes

2 Sabtu, Gangguan pola S: Pasien megatakan sering terbangun ketika Fira


14 Mei tidur tidur malam
2022
12.15 O: TD :150/90 mmhg

A: maslaah teratasi sebagian

P:
- Modifikasi lingkungan
- Tetapkan jadwal tidur rutin
- Anjurkan menepati kebiaaan tidur
- Anjurkan jangan minum sebelum tidur
MINI MENTAL STATE EXAM (MMSE)
1. KODE RESPONDEN : 01 (pr) Umur 62 tahun Pendidikan : SLTA sederajat
2. Riwayat Penyakit : DM
3. Tgl Pemeriksaan : 12 Mei 2022

Item Tes Nilai Maks Nilai


ORIENTASI
1 Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), (hari apa) ? 5 5
2 Kita berada dimana? (negara), (propinsi), (kota), (rumah sakit), (lantai, 5 5
kamar)
REGISTRASI
3 Sebutkan nama tiga buah benda (pintu, rumah, mawar) tiap benda 1 3 3
detik, pasien diminta mengulang ketiga nama benda tadi. Nilai 1 untuk
tiap nama benda yang benar. Ulangi sampai pasien dapat menyebutkan
4 dengan benar dan catat jumlah pengulangan 5 2
ATENSI DAN KALKULASI
Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar.
5 Hentikan setelah 5 jawaban, atau disuruh mengeja terbalik kata 3 2
“INTAN” (Nilai diberi pada huruf yang benar sebelum kesalahan,
6 misalnya NTAIN = 2) 2 2
MENGINGAT KEMBALI (RECALL) 1 1
7 Pasien diminta menyebutkan kembali 3 nama benda diatas
8 BAHASA 3 3
9 Pasien diminta menyebutkan nama benda yang ditunjukkan (pensil, 1 1
jam tangan/gelang)
10 Pasien diminta mengulang rangkaian kata “tanpa kalau, dan, atau 1 1
11 tetapi”. 1
Pasien diminta melakukan perintah: “Ambil kertas ini dengan tangan
kanan, lipatlah menjadi dua dan letakkan di lantai”.
Pasien diminta membaca dan melakukan perintah “Angkatlah tangan
kiri Anda!”.
Pasien diminta menulis sebuah kalimat (spontan).
Pasien diminta meniru gambar di bawah ini.
Skor Total 30 26
Keterangan :
Nilai 27 – 30 Normal
Nilai 21 – 26 : Demensia Ringan
Nilai 10-20 : Demensia Sedang
Nilai < 10 : Demensia Berat
Alat : Kertas kosong, pensil, jam tangan/gelang, tulisan yg bisa dibaca dan gambar yg harus ditiru
Lampiran 3

The Timed Up and Go (TUG) Test

Purpose: To assess mobility

Equipment: A stopwatch

Directions: Patients wear their regular footwear and can use a walking aid if
needed. Begin by having the patient sit back in a standard arm chair and identify a
line 3 meters or 10 feet away on the floor.

Instructions to the patient: When I say “Go,” I want you


to:
1. Stand up from the chair
2. Walk to the line on the floor at your normal pace
3. Turn
4. Walk back to the chair at your normal pace
5. Sit down again

On the word “Go” begin timing. Stop timing after patient has sat back down and
record.
Time: 11 seconds

An older adult who takes ≥12 seconds to complete the TUG is athigh risk for
falling.

Observe the patient’s postural stability, gait, stride length, and sway.

Circle all that apply:

Slow tentative pace Loss of balance • Short strides • Little or no arm swing
Steadying self on walls • Shuffling • En bloc turning Not using assistive device
properly
Lampiran 4

Format Pengkajian Keseimbangan Lansia

Test Berg Balance Scale (BBS)

1. Berdiri tanpa support dengan mata tertutup.


Instruksi :Silahkan berdiri dengan tutup mata selama 10 detik.
0 : membutuhkan bantuan untuk menjaga supaya tidak jatuh
1 : tidak bisa dengan menutup mata selama 3 detik tetapi mampu berdiri tegak
2 : mampu berdiri selama 3 detik
3 : mampu berdiri selama 10 detik dengan pengawasan
4 : mampu berdiri selama 10 detik dengan aman :4

2. Berdiri tanpa support kedua kaki rapat


Instruksi : silahkan merapatkan kaki dan berdiri tanpa pegangan selama 1 menit.
0: membutuhkan bantuan saat berdiridan tidak mampu bertahan selama 15 detik
1 : membutuhkan bantuan saat berdiri dan mampu berdiri selama 15 detik
2 : tidak mampu berdiri selama 30 detik
3 : mampu berdiri selama 1 menit dengan pengawasan
4 : mampu berdiri selama 1 menit secara aman :4

3. Menggerakkan lengan kedepan dengan tangan terulur maksimal pada posisi berdiri
Instruksi : angkat lengan 90 º dan dapat meraih > 25 cm
menggerakkan lengan kedepan dan jari membuka sejauh mungkin semampu pasien (therapist
menempatkan penggaris pada jari terpanjang saat akhir gerakan, saat lengan posisi 90 º). Jari
– jari seharusnya tidak menyentuh penggaris saat pasien meraih kedepan ukuran yang dicatat
adalah jarak kedepan yang diraih saat posisi pasien lebih condong kedepan.
0: kehilangan keseimbangan saat mencoba membutuhkan bantuan dari luar
1 : meraih lengan kedepan tetapi membutuhkan bantuan :1
2 : dapat meraih lengan kedepan > 5 cm secara aman
3 : dapat meraih lengan kedepan > 12 cm secara aman
4 : dapat meraih lengan kedepan dengan keyakinan > 25 cm secara aman

4. Mengambil objek dilantai dari posisi berdiri


Instruksi : ambilah benda yang ditempatkan dikakimu
0: tidak bisa mencoba
1 : memerlukan bantuan saat mengambil
2 : dapat meraih sejauh 2 - 5 cm dari benda dan mampu menjaga keseimbangan
3 : mampu mengambil benda tetapi memerlukan pengawasan
4 : mampu mengambil benda dengan mudah :4

5. Berbalik untuk melihat kebelakang melebih shoulder kiri dan kanan saat berdiri
Instruksi : berbalik melihat kearah kebelakangmu lebih kearah bahu kirimu, berbalik lagi
kearah kanan, tetapi boleh menggunakan benda dibelakang arah pasien untuk dilihat
memperoleh putaran yang lebih baik
0 : memerlukan bantuan untuk menjaga dari kehilangan keseimbangan
1 : membutuhkan bantuan ketika berbalik
2 : mampu berbalik menyamping tetapi keseimbangan tetap terpelihara
3 : mampu melihat ke salah satu sisi pada sisi lainnya terjadi sedikit perubahan berat
badannya tetap keseimbangan terpelihara
4 : mampu melihat kebelakang dari kedua sisi dan perubahan berat badan dengan baik : 4

6. Berdiri dengan satu kaki didepan kaki yang satu


Instruksi : berikan contoh pada pasien, tempatkanlah satu kaki didepan kaki yang lain jika
kamu merasa tidak dapat menempatkan kaki kedepan, contohlah melangkah kedepan,
letakkan tumit didepan jari-jari kaki yang lain ( score 3 panjang langkah seharusnya
dissuaikan kurang lebih dengan base pasien itu sendiri secara normal)
0 : keseimbangan hilang saat berdiri
1 : mampu bertahan selama 15 detik :1
2 : mampu bertahan selama 30 detik
3 : mampu menempatkan kaki didepan kaki yang lainnya secara mandiri selama 30 detik
4 : mampu menempatkan kaki dengan berurutan secara mandiri selama 30 detik

7. Berdiri satu kaki


Instruksi : berdirilah satu kaki selama lebih dari 10 detik dan tanpe pegangan
0 : tidak mampu mencoba
1 : mencoba mengangkat kaki tidak mampu bertahan selama 3 detik tetapi mempertahankan
berdiri
2 : mampu mengangkat kaki secara mandiri selama > 3 detik :2
3 : mampu mengangkat kaki secara mandiri selama 5–10 detik
4 : mampu mengangkat kaki secara mandiri selama > 10 detik

Hasil Scoring :20

- 21-28 = risiko jatuh rendah


- 11-20 = risiko jatuh menengah
- 0-10 = risiko tinggi jatuh
Lampiran 5
FORMAT PENGKAJIAN KEMANDIRIAN LANSIA
BARTHEL INDEKS

PROSEDUR TES:
Pasien di observasi saat melakukan aktivitas di bawah ini.

NO AKTIVITAS SCORE HASIL


DEPEDENCE INDEPENDENCE
1. PEMELIHARAAN 0 5 5
KESEHATAN DIRI
2. MANDI 0 5 5
3 MAKAN 5 10 10
4 TOILET (AKTIFITAS BAB 5 10 10
& BAB)
5 NAIK/TURUN TANGGA 5 10 10
6 BERPAKAIAN 5 10 10
7 KONTROL BAB 5 10 10
8 KONTROL BAK 5 10 10
9 AMBULASI 15 15
KURSI RODA 10
(BILA PASIEN
AMBULASI
DENGAN
KURSI RODA)
10 TRANSFER KURSI/BED 5-10 15 15
TOTAL: 100 100

KRITERIA HASIL:

0 – 20 KETERGANTUNGAN PENUH
21 – 61 KETERGANTUNGAN BERAT (SANGAT TERGANTUNG)
62 -90 KETERGANTUNGAN MODERAT
91 – 99 KETERGANTUNGAN RINGAN
100 MANDIRI
DOKUMENTASI
Resume 1

Nama : Nurul maghfirah S.Tr.Kep

NIM : P1337420921246

Pada tanggal 09 Mei 2022 yang bertugas di Puskesmas Ule Kareng yang bertempat di

Banda Aceh, saya yang menulis resume ini mendapatkan pasien diabetes mellitus yang

berinisial Tn. J yang berusai 63 tahun yang bertempat tinggal di lamteh. Bapak mengeluh sakit

kaki pada saat berjalan dan duduk susah untuk bangun, nenek minum obat jika sakit saja obat.

Bapak mengatakan jika sakit hanya pergi ke puskesmas terdekat biasa ke puskesmas ule kareng

bersama istrinya.

Bapak ini memiliki anak laki-laki 4 dan perempuan 2, bapak ini pensiunan dosen, dan

sekarang hanya mengikuti kegiatan di kampung saja. Penyakit ini sudah ada sejak di usia 40

tahun. Bapak tidak tahan dengan kuah-kuah gulai atau beulangong.

Setelah di periksa bapak memiliki riwayat hipertensi juga bapak minum obat Amplodipin

rutin, cek TTV, TD: 145/76. Pemeriksaan fisik terlihat bapak yang TB: 168 cm, BB 67 kg, bapak

adalah perokok aktif.

Hipertensi adalah pengertian medis dari penyakit tekanan darah tinggi. Kondisi ini dapat

menyebabkan berbagai macam komplikasi kesehatan yang membahayakan nyawa jika dibiarkan.

Bahkan gangguan ini dapat menyebabkan peningkatan risiko terjadinya penyakit jantung, stroke,

hingga kematian.

Istilah tekanan darah sendiri bisa digambarkan sebagai kekuatan dari sirkulasi darah

terhadap dinding arteri tubuh yang merupakan pembuluh darah utama. Besarnya tekanan yang
terjadi bergantung pada resistensi dari pembuluh darah dan seberapa intens jantung untuk

bekerja.

Kolesterol membantu tubuh memproduksi vitamin D, sejumlah hormon, dan asam empedu

untuk mencerna lemak. Kolesterol dalam kadar yang sesuai sebenarnya dibutuhkan oleh tubuh

dalam membantu membangun sel-sel baru agar tubuh bisa tetap berfungsi secara normal. Selain

dari itu, kolesterol juga dibutuhkan untuk proses pencernaan, produksi hormon, dan membentuk

vitamin D. Jika kadar kolesterol terlalu tinggi, maka hal tersebut berbahaya bagi tubuh karena

akan menyebabkan berbagai penyakit dan komplikasi.

Mahasiswa juga memberikan penjelasan/penkes sedikit mengenai kolestrol dan hipertensi,

dan bapak pun mendengarkan, mampu menjawab apa yang ditanyai oleh mahasiswa dan

koperatif dalam melaksanakan wawancara atau tindakan mahasiswa terhadap bapak tersebut.
Resume 2

Nama : Nurul maghfirah S.Tr.Kep

NIM : P1337420921246

Pada tanggal 10 mei 2022 yang bertugas di Puskesmas Ule Kareng yang bertempat di

Banda Aceh dan di tugaskan turun lapangan di Posyandu Lansia yang beralamat Ceurih. Saya

yang bertugas menulis resume ini mendapatkan pasien yang berusia 62 tahun, seorang nenek

yang bernama Hammah. Nenek memiliki keluhan sakit kolestrol, asam urat, sakit lutut, sakit

sendi-sendi.
Kolesterol adalah zat alamiah dengan sifat fisik berupa lemak tetapi memiliki rumus

steroida. Kolesterol merupakan bahan pembangun esensial bagi tubuh untuk sintesis zat-zat

penting seperti membran sel dan bahan isolasi sekitar serat saraf, begitu pula hormon kelamin,

dan anak ginjal, vitamin D, Serta asam empedu. Namun, apabila dikonsumsi dalam jumlah

berlebih dapat menyebabkan peningkatan kolesterol dalam darah yang disebut

hiperkolesterolemia, bahkan dalam jangka waktu yang panjang bisa menyebabkan kematian.

Kadar kolesterol darah cenderung meningkat pada orang-orang yang gemuk, kurang berolahraga,

dan perokok (Iman, 2004; Beydaun, 2008).

Asam urat disebut juga artritis gout termasuk suatu penyakit degeneratif yang menyerang

persendian, dan paling seringdijumpai di masyarakat terutama dialami oleh lanjut usia (lansia).

Namun tak jarang penyakit ini juga ditemukan pada golongan pralansia (Damayanti, 2012).

Asam urat merupakan hasil metabolisme akhir dari purin yaitu salah satu komponen asam

nukleat yang terdapat dalam inti sel tubuh. Peningkatan kadar asam urat dapat mengakibatkan

gangguan pada tubuh manusia seperti perasaan linu-linu di daerah persendian dan sering disertai

timbulnya rasa nyeri yang teramat sangat bagi penderitannya. Penyakit ini sering disebut

penyakit gout atau lebih dikenal dengan penyakit asam urat (Andry, 2009).

Pekerjaan nenek dulu adalah petani, nenek tidak memiliki riwayat penyakit yang serius,

nenek memiliki HB=14,2 dan TD= 148-90 mmHg. Pola makan nenek makan sehari 3 kali, pola

BAB lancar tidak bermasalah 1 hari 1 kali, nenek mengatakan pernah di rawat di rumah sakit

dengan berlasan hanya karena melahirkan, nenek juga bercerita bahwasannya jika sakit nenek
hanya pergi ke Puskesmas. Nenek mengeluh pola tidur tidak baik, nenek tidur tidak teratur, pada

malam hari sering sekali terbangun-bangun (gelisah), nenek memiliki hobi yaitu memasak.

Setelah mengetahui keluhan dari nenek maka saya memberikan penkes mengenai

pantangan makanan bagi penderita kolestrol dan asam urat, memberikan penjelasan dan nenek

menangkap apa yang dijelaskan kemudian evaluasi.


Resume 3

Nama : Nurul Maghfirah S. Tr. Kep

NIM : P1337420921246

Pada tanggal 11 April 2022 yang bertugas di Puskesmas Ule Kareng yang bertempat di

Banda Aceh. Saya yang bertugas menulis resume ini mendapatkan pasien yang berusia 88 tahun.

Seorang kakek yang memiliki lemah ektermitas bawah di sinistra. Keluarga mengatakan pernah

operasi 2 kali yaitu operasi prostat. Keluarga mengatakan pasien tidak dapat mengontrol kencing

(inkontinensia).

Data identitas pasien bernama kakek zulkarnain, saat ini berdomisili di Ceurih. Keluarga

mengatakan kakek tidak sekolah, semasa muda bapak kerja di bangunan, tinggi bapak 170 cm

berat badan kake 65 kg. keadaan umum bapak lemas, pola tidur baik, pola BAB lancar tidak

bermasalah, pola makan kakek tidak terganggu, saat puasa sekarang belum ada yang tinggal

satupun, dengan masalah ini kakek tidak minum obat. Keluarga mengatakan bahwasannya saat

sakit keluarga membawa kakek ke puskesmas terdekat yaitu puskesmas Ule Kareng.

Keluarga mengatakan riwayat penyakit masa lalu, kakek memiliki penyakit Tuber

Culosis sebelum operasai prostat 5 tahun yang lalu, kakek juga memiliki gangguan pendengaran,

bagian dibelakang telinga sebelah kiri seperti ada tumor, keluarga kakek mengatakan bahwa air

ludah yang keluar dari kakek tidak terhitung, Selalu mengeluarkan air liur, itu terjadi saat

mengetahui riwayat Tuber Culosis.

Suhu tubuh bapak 36,5ºC, tekanan darah 130/70 mmHg, kakek tidak minum obat apapun,

saat memiliki riwayat Tuber Culosis minum obat, tapi keluarga mengatakan sudah tidak ingat

lagi dikasrenakan 5 tahun lalu. Intervensi yang dilakukan adalah latihan ROM di kaki sebelah

kiri pasien.
Resume 4

Nama : Nurul maghfira S.Tr. Kep

NIM : P1337420921246

Pada tanggal 12 mei 2022 yang bertugas di Puskesmas Ule Kareng yang bertempat di

Banda Aceh dan di tugaskan turun lapangan di Posyandu Lansia yang beralamat Ceurih. Saya

yang bertugas menulis resume ini mendapatkan pasien yang berusia 78 tahun yang memiliki

riwayat penyakit asam urat.

Pasien yang bernama Ramlah yang berpendidikan SMA yang memiliki pekerjaan ibu

rumah tangga, pasien memiliki 2 bersaudara, pasien adalah anak pertama dan yang kedua

perempuan juga. Nenek Ramlah yang memiliki hobi memasak ini memiliki 7 anak 5 laki-laki

dan 2 perempuan. Nenek pernah mengalami penurunan HB hasil 6, juga memiliki riwayat

penyakit lambung, nenek minum obat lambung Antasida 3 hari sekali, pasien mengatakan jika

mengeluh sakit pergi ke Puskesmas.

Penyakit asam urat merupakan kondisi yang bisa menyebabkan gejala nyeri yang tak

tertahankan, pembengkakan, serta adanya rasa panas di area persendian. Semua sendi di tubuh

berisiko terkena asam urat, tetapi sendi yang paling sering terserang adala h jari tangan, lutut,

pergelangan kaki, dan jari kaki. Umumnya, penyakit asam urat dapat lebih mudah menyerang

pria, khususnya mereka yang berusia di atas 30 tahun.


Resume 5

Nama : Nurul maghfirah S. Tr. Kep

NIM : P1337420921246

Pada tanggal 13 mei 2022 yang bertugas di Puskesmas Ule Kareng yang bertempat di

Banda Aceh dan di tugaskan di Puskesmas Ule Kareng. Saya yang bertugas menulis resume ini

mendapatkan pasien yang berusia 80 tahun pasien mengeluh Diare. Pendidikan pasien terakhir

SMP pekerjaan saat ini penjual sayur, psien memiliki 4 orang anak 3 perempuan dan 1 laki-laki,

saat ini pasien tinggal dengan anak dan suami.

Pasien mengalami mual dan tidak nafsu makan hasil tekanan darah pasien adalah 110/70

mmHg, pernafasan pasien 20 x/menit, nasi 87 x/menit dan suhu 36.9ºC. pasien terlihan lemas,

dan kekurangan cairan dikarenakan anemis.

Diare adalah sebuah kondisi ketika pengidapnya buang air besar (BAB) lebih sering dari

biasanya. Seseorang bisa dikatakan mengalami diare bila ia BAB sebanya k tiga kali atau lebih

dalam satu hari. Selain itu, feses yang dikeluarkan juga lebih encer.

Ada dua jenis diare yang bisa terjadi, yaitu akut atau kronis (persisten). Diare akut adalah

diare yang berlangsung dalam waktu singkat. Ini adalah masalah kesehatan yang umum. Diare

akut biasanya berlangsung sekitar satu atau dua hari, tapi bisa juga lebih lama, kemudian

menghilang dengan sendirinya.

Intervensi keperawatan monitor status dehidrasi, monitor hasil pemeriksaan laboratorium.

Mahasiswa menganjurkan pasien makan-makanan serat, memberikan pendiidkan kesehatan,

pengetahuan kepada pasien juga kolaborasi obat analgetik.


Implementasi keperawatan menganjurkan pasien makan sedikit tapi sering, monitor

dehidrasi, menganjurkan pasien asupan cairan sesuai kebutuhan. Pasien dapat menangkap setelah

diberikan pendidika kesehatan oleh mahasiswa, dan pasien mengulangi implementasi yang

diberikan.
Resume 6

Nama : Nurul maghfirah S. Tr. Kep

NIM : P1337420921246

Pada tanggal 14 mei 2022 saya mendapatkan pasien stroke yang awal mula dikarenakan

Hipertensi, yang beridentitas Tn. Z yang memiliki anak 3 orang 1 laki-laki dan 2 perempuan,

bapak ini pergi dengan anak perempuannya, bapak berusia 60 tahun, pekerjaan bapak buruh di

pango raya.

Setelah dilakukan tindakan oleh mahasiswa TD; 167/89 mmHg, bapak ke puskesmasa

untuk cek keadaan perbulannya. Bapak terlihat ekstermitas kiri atas bawah lemah. Bapak rajin

mengonsumi Citicoline 500 mg, bapak tinggal bersama keluarga nya dip ago raya tepat di Cot

Mesjid.

Stroke adalah kondisi ketika pasokan darah ke otak terganggu karena penyumbatan (stroke

iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik). Kondisi ini menyebabkan area

tertentu pada otak tidak mendapat suplai oksigen dan nutrisi sehingga terjadi kematian sel-sel

otak.

Hipertensi adalah pengertian medis dari penyakit tekanan darah tinggi. Kondisi ini dapat

menyebabkan berbagai macam komplikasi kesehatan yang membahayakan nyawa jika dibiarkan.

Bahkan, gangguan ini dapat menyebabkan peningkatan risiko terjadinya penyakit jantung,

stroke, hingga kematian.

Mahasiswa memberikan tindakan mobilitas fisik, juga memberikan penkes kepada keluarga

bapak tentang resiko jatuh,


JHE 2 (2) (2017)

Jurnal of Health Education


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jhealthedu/

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN


DALAM PENGELOLAAN DIET PADA PASIEN RAWAT JALAN DIABETES
MELLITUS TIPE 2 DI KOTA SEMARANG

Dita Wahyu Hestiana 

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Latar Belakang: Pengelolaan DM tipe 2 meliputi perencanaan makan atau diet, aktivitas fisik,
Diterima kontrol gula darah, dan minum obat. Prevalensi kasus DM tipe 2 mencapai 85-90%. Di Puskesmas
Disetujui Tlogosari Wetan, kasus DM tipe 2 menduduki 5 besar kasus tertinggi di Kota Semarang.
Dipublikasikan Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah cross sectional study dengan populasi seluruh
________________ penderita DM tipe 2 tahun 2016 (1 Juli – 31 Desember) dan besar sampel adalah 57 responden.
Keywords: Pengukuran pengelolaan diet dilakukan dengan menggunakan kuesioner.
Compliance, Management of Hasil: Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara umur (p<0,01), jenis kelamin (p<
Diet, T2DM. 0,01), dan peran keluarga (p: <0,01) dengan kepatuhan dalam pengelolaan diet DM tipe 2. Tidak
____________________ terdapat hubungan antara pendidikan (p: 0,44), pekerjaan (p: 0,7), pengetahuan (p: 0,42), dan
peran petugas kesehatan (p: 0,7).
Simpulan: Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan dalam pengelolaan diet DM tipe 2
adalah umur, jenis kelamin, dan peran keluarga.

Abstract
___________________________________________________________________
Background: Type 2 DM (T2DM) management are diet, physical activity, blood sugar control, and
medication. The prevalence of T2DM was 85-90%. In Puskesmas Tlogosari Wetan, cases of T2DM was top
five in the city of Semarang.
Methods: It was cross sectional study with the population of patients with T2DM in 2016 (July 1 to December
31) and sample size taken was 57 respondents. Measurement of dietary management was done by using a
questionnaire.
Results: It showed there was association between age (p<0.01), sex (p<0.01), and the role of the family
(p<0.01) with the compliance in the management of diet among patients with T2DM. There was no
association between education (p: 0,44), occupation (p: 0.7), knowledge (p: 0.42), and the role of health officer
(p: 0.7).
Conclusion: Factors associated with the compliance in the management of diet among patients with T2DM
were age, sex, adn the role of the family.

© 2017 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2527-4252
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: dita.hestiana@gmail.com

138
Dita Wahyu Hestiana / Journal of Health 2 (2) (2017)

PENDAHULUAN Kota semarang menempati urutan ketiga


dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah (Dinas
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu Kesehatan Jawa Tengah, 2015). Kasus DM tipe
penyakit menahun yang ditandai dengan kadar 2 di Kota Semarang pada tahun 2014 sebesar
glukosa darah (gula darah) melebihi normal 15.464 kasus, hal ini mengalami peningkatan
yaitu kadar gula darah sewaktu sama atau lebih dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2013 sebesar
dari 200 mg/dl, dan kadar gula darah puasa di 13.112 kasus. Pada tahun 2015, menurut data
atas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, Dinas Kesehatan Kota Semarang menunjukkan
2006). DM dikenal sebagai silent killer karena bahwa kasus tertinggi terdapat di Puskesmas
sering tidak disadari oleh penyandangnya dan Tlogosari Wetan. Dari data rekam medik
saat diketahui sudah terjadi komplikasi Puskesmas Tlogosari Wetan didapatkan laporan
(Kemenkes RI, 2014). DM dapat menyerang data kesakitan penyakit tidak menular,
hampir seluruh sistem tubuh manusia, mulai khususnya DM non insulin yaitu sebesar 530
dari kulit sampai jantung yang menimbulkan kasus, dengan tingkat kejadian paling banyak
komplikasi. adalah pada usia 45-65 tahun dan pada jenis
International Diabetes Federation (IDF) kelamin wanita. Dari studi pendahuluan
menyebutkan bahwa prevalensi diabetes didapatkan bahwa tingkat kepatuhan pasien
mellitus di dunia adalah 1,9% dan telah diabetes belum dapat dikatakan baik, ditandai
menjadikan DM sebagai penyebab kematian dengan frekuensi kedatangan pasien untuk
urutan ke tujuh di dunia sedangkan tahun 2013 melakukan pengobatan DM yang tidak
angka kejadian diabetes di dunia adalah mengalami penurunan. Selain itu petugas juga
sebanyak 382 juta jiwa dimana proporsi menjelaskan program-program yang dilakukan
kejadian DM tipe 2 adalah 95% dari populasi dalam penanggulangan diabetes melitus di
dunia. Prevalensi kasus Diabetes melitus tipe 2 puskesmas Tlogosari Wetan meliputi penemuan
sebanyak 85-90% (Bustan, 2015). kasus, pengobatan dan perawatan penderita,
Data laporan WHO tahun 2003 dan penyuluhan langsung pada penderita yang
menunjukkan hanya 50% pasien DM di negara berkunjung ke puskesmas dengan pengelolaan
maju mematuhi pengobatan yang diberikan. meliputi diet, olahraga, dan obat.
Pada DM yang tidak terkendali dapat terjadi Menurut konsensus Perhimpunan
komplikasi. Timbulnya komplikasi mempe- Endoktrinologi Indonesia (PERKENI, 2011),
ngaruhi kualitas hidup dan mempengaruhi pilar pengendalian DM meliputi latihan
perekonomian. jasmani, terapi gizi medis, intervensi
Prevalensi diabetes mellitus di Indonesia farmakologis, dan edukasi. Keberhasilan proses
pada tahun 2013 adalah sebesar 2,1%. Angka kontrol terhadap penyakit DM salah satunya
tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan tahun ditentukan oleh kepatuhan pasien dalam
2007 (1,1%). Sebanyak 31 provinsi (93,9%) mengelola pola makan atau diet sehari-hari. Hal
menunjukkan kenaikan prevalensi diabetes ini agar mencegah timbulnya komplikasi dari
mellitus yang cukup berarti. penyakit DM. Prinsip pengaturan makan pada
Prevalensi untuk Provinsi Jawa Tengah penderita DM hampir sama dengan anjuran
sebesar (1,9%) (Kemenkes RI, 2014). Jumlah makan untuk masyarakat umum yaitu makanan
kasus DM tipe 2 di Jawa Tengah tahun 2015 yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan
sebanyak 99.646 kasus. Hal ini berbeda dengan kalori dan zat gizi masing-masing individu.
tiga tahun sebelumnya. Pada tahun 2014 kasus Penderita diabetes melitus perlu ditekankan
diabetes melitus tipe 2 sebanyak 96.431 kasus pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal
(0,29%). Pada tahun 2013 kasus diabetes makan, jenis dan jumlah makanan, terutama
mellitus tipe 2 di Jawa Tengah yaitu sebesar pada mereka yang menggunakan obat penurun
142.925 (0,43%) kasus, sedangkan pada tahun glukosa darah atau insulin. Menurut Di Matteo
2012 sebesar 181.543 (0,55%) kasus. (2004) menunjukkan bahwa populasi penderita

139
Dita Wahyu Hestiana / Journal of Health 2 (2) (2017)

DM adalah populasi yang terendah kepatuhan berjenis kelamin perempuan sebanyak 41


(67,5%) dalam tindakan medis yang dianjurkan penderita (71,9%), sedangkan pada responden
dibandingkan 16 penyakit utama lain. laki-laki sebanyak 16 penderita (28,1%).
Kendala utama pada penanganan diet Berdasarkan tabel 1, terdapat hubungan
DM adalah kejenuhan pasien dalam mengikuti antara umur dengan kepatuhan dalam
terapi diet yang sangat diperlukan untuk pengelolaan diet pada pasien rawat jalan
mencapai keberhasilan. Meskipun diperlukan penderita DM tipe 2. Dari analisis diperoleh
pola makan atau diet yang sesuai dengan nilai PR = 9,12, artinya responden yang
perintah dokter, namun kenyataannya tingkat termasuk dalam kategori umur dewasa memiliki
kepatuhan penderita dalam menjalankan risiko 10 kali lebih besar terhadap rendahnya
program manajemen penyakit tidak cukup baik. kepatuhan dalam pengelolaan diet. Dalam
Permasalahan seperti ini menjadi tantangan penelitian ini kategori usia dewasa lebih
dalam penanggulangan penyakit diabetes dominan daripada yang berusia dalam kategori
melitus. Tujuan penelitian ini adalah untuk lansia. Sehingga tabel menunjukkan bahwa
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan proporsi kepatuhan pengelolaan diet pada
dengan kepatuhan dalam pengelolaan diet pada responden dewasa lebih tinggi dibandingkan
penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja lansia. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
Puskesmas Tlogosari Wetan Kota Semarang. responden yang menderita DM tipe 2 berusia
antara 45-60 tahun atau dalam kategori dewasa.
METODE Umur dewasa merupakan usia pra lansia,
dimana fungsi dan integrasi mulai mengalami
Jenis penelitian ini menggunakan
penurunan, kemampuan untuk mobilisasi dan
rancangan penelitian cross sectional. Variabel
aktivitas sudah mulai berkurang sehingga
yang diteliti adalah umur, jenis kelamin, tingkat
muncul beberapa penyakit yang menyebabkan
pendidikan, status pekerjaan, tingkat
status kesehatan menurun.
pengetahuan, peran keluarga, dan peran petugas
Hal ini sejalan dengan penelitian
kesehatan, serta kepatuhan pengelolaan diet
Trisnawati (2013) bahwa adanya hubungan
pada penderita DM tipe 2.
yang signifikan pada kelompok umur lebih dari
Populasi pada penelitian ini adalah
45 tahun yang lebih beresiko menderita DM tipe
seluruh penderita DM tipe 2 yang tercatat di
2. Didapatkan hasil penderita DM lebih banyak
rekam medis Puskesmas Tlogosari Wetan Kota
pada kelompok umur dewasa daripada lansia.
Semarang tahun 2016 (Juli-Desember) dengan
Dengan bertambahnya usia maka terjadi
teknik pengambilan data yaitu obsevasi dan
penurunan fungsi pendengaran, penglihatan dan
wawancara. Penelitian ini melibatkan 57
daya ingat seorang pasien sehingga pada pasien
responden. Teknik pengambilan sampel yang
usia lanjut akan lebih sulit menerima informasi
digunakan adalah teknik purposive sampling
dan akhirnya salah paham mengenai instruksi
dengan menerapkan kriteria inklusi dan
yang diberikan oleh petugas kesehatan.
eksklusi. Instrumen penelitian menggunakan
Penelitian ini tidak sejalan dengan
kuesioner. Teknik analisis menggunakan
penelitian Liu (2004) mempelajari kemampuan
analisis univariat dan bivariat. Analisis bivariat
orang dewasa yang lebih tua untuk mengingat
dengan uji chi square.
dalam memantau glukosa mereka sebanyak
HASIL DAN PEMBAHASAN empat kali dalam waktu yang sudah ditentukan.
Dalam penelitiannya menyatakan bahwa tidak
Pada analisis variabel umur, responden ada hubungan antara usia dengan kepatuhan
dengan kategori dewasa (20-59 tahun) sebanyak dalam pengelolaan kepatuhan diet DM.
43 responden (75,4%) dan kategori lansia (≥60 Berdasarkan tabel 1, pada variabel jenis
tahun) sebanyak 14 responden (24,6%). Pada kelamin, terdapat hubungan antara jenis
variabel jenis kelamin, sebagian besar responden kelamin dengan kepatuhan dalam pengelolaan

140
Dita Wahyu Hestiana / Journal of Health 2 (2) (2017)

Tabel 1. Faktor Berhubungan dengan Kepatuhan dalam Pengelolaan Diet Pada Pasien DM
Pengelolaan Diet
Variabel p value PR CI 95%
Patuh Tidak Patuh
Umur
Dewasa 28 (65,1 %) 15 (34,9 %) <0,01 9,12 1,36 – 61,03
Lansia 1 (7,1%) 13 (46,4 %)
Jenis Kelamin
Laki-laki 14 (87,5 %) 2 (12,5 %) <0,01 2,39 1,53 – 3,73
Perempuan 15 (36,6 %) 26 (63,4 %)
Tingkat Pendidikan
Tinggi 11 (61,1 %) 7 (38,9 %) 0.44 1,32 0,80 – 2,18
Rendah 18 (42,6 %) 21 (53,8 %)
Status Pekerjaan
Bekerja 13 (48,1 %) 14 (51,9 %) 0.7 0,91 0,54 – 1,51
Tidak bekerja 16 (53,3 %) 14 (46,7 %)
Tingkat Pengetahuan
Baik 19 (46,3 %) 22 (53,7 %) 0,42 0,74 0,45 – 1,23
Kurang 10 (62,5 %) 6 (37,5 %)
Peran Keluarga
Baik 23 (79,3 %) 6 (20,7 %) 0,000 3,7 1,78 – 7,70
Kurang 6 (21,4 %) 22 (78,6 %)
Peran Petugas Kesehatan
Baik 16 (53,3 %) 14 (46,7 %) 0,7 1,1 0,66 – 1,85
Kurang 13 (48,1 %) 14 (51,9 %)

diet pada pasien rawat jalan penderita DM tipe antara jenis kelamin dengan kepatuhan diet
2. Dari analisis diperoleh nilai PR = 2,39, pada penderita DM tipe 2. Penelitian yang tidak
artinya responden yang berjenis kelamin sejalan adalah dalam penelitian Tania (2016)
perempuan memiliki risiko dua kali lebih besar menunjukkan persentase responden yang ikut
terhadap rendahnya kepatuhan dalam dalam penelitian dengan jenis kelamin laki-laki
pengelolaan diet. Dalam penelitian ini juga lebih banyak (51%) dibandingkan perempuan
dapat disimpulkan bahwa proporsi kepatuhan (49%). Namun, pada uji statistik Tania (2016)
pengelolaan diet pada responden perempuan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Perbedaan bermakna antara jenis kelamin dengan
jenis kelamin dalam melakukan pengelolaan kepatuhan diet pada pasien DM tipe 2.
diet tidak menjadi suatu masalah. Karena Ketidakbermaknaan antara jenis kelamin
responden yang berjenis kelamin perempuan dengan kepatuhan diet dapat disebabkan karena
maupun laki-laki sangat penting untuk jenis kelamin bukan merupakan faktor yan
melakukan pengelolaan diet agar dapat berhubungan langsung dengan perilaku
mencegah timbulnya komplikasi. Menurut Riset kepatuhan seperti yang diungkapkan dalam
kesehatan dasar (2013) prevalensi perempuan teori Health Belief Model atau model kepercayaan
lebih tinggi daripada laki-laki, hal ini kesehatan.
dikarenakan beberapa faktor risiko Penelitian lain yang tidak sejalan adalah
menyebabkan tingginya kejadian DM pada menurut Nugroho (2017) menyatakan dalam
perempuan. penelitiannya bahwa tidak ada hubungan yang
Penelitian yang dilakukan oleh Wong bermaknsa antara jenis kelamin dengan
(2005) menunjukkan bahwa ada hubungan kepatuhan diet penderita DM dengan jumlah

141
Dita Wahyu Hestiana / Journal of Health 2 (2) (2017)

laki-laki sebanyak 77% lebih patuh daripada Penelitian Prabowo (2015) menunjukkan antara
perempuan sebanyak 50,8% patuh. tingkat pendidikan dan kepatuhan diet pasien
Pada variabel pendidikan, tidak ada DM tipe 2 pada usia dewasa tidak memiliki
hubungan antara tingkat pendidikan dengan hubungan yang bermakna, terlihat bahwa
kepatuhan dalam pengelolaan diet pada pasien kecenderungan kepatuhan diet lebih tinggi
rawat jalan penderita DM tipe 2. Pada dilakukan oleh reposnden yang mempunyai
penelitian ini menunjukkan bahwa responden tingkat pendidikan tinggi (61,4%) dibandingkan
dengan pendidikan rendah lebih banyak responden dengan tingkat pendidikan rendah
daripada yang berpendidikan tinggi. Sehingga (43,3%), dengan nilai p = 0,147 atau lebih dari
dapat disimpulkan bahwa proporsi kepatuhan 0,05.
pengelolaan diet pada responden yang Penelitian Tombokan (2015) tidak sejalan
berpendidikan rendah lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu adanya
dengan responden yang memiliki latar belakang perbedaan yang signifikan terhadap kepatuhan
pendidikan yang tinggi. Pengelolaan diet yang menjalani diet ditinjau dari tingkat pendidikan
tidak dijalani dengan baik dapat disebabkan yang ditunjukkan dengan nilai p = 0,043,
karena kurangnya pengetahuan responden dimana penderita dengan pendidikan yang lebih
terhadap pentingnya menjaga pola makan agar tinggi lebih patuh dalam menjalani diet
terhindar dari munculnya komplikasi dari daripada penderita dengan tingkat pendidikan
penyakit DM tipe 2. Pengetahuan berkaitan menengah.
dengan pendidikan, karena pendidikan Pada variabel pekerjaan, tidak ada
merupakan suatu proses belajar yang mampu hubungan antara antara status pekerjaan dengan
mengubah tingkah laku seseorang untuk kepatuhan dalam pengelolaan diet pada pasien
mencapai kualitas hidup. Sehingga semakin rawat jalan penderita DM tipe 2. Pada
tinggi pendidikan seseorang semakin tinggi pula penelitian ini responden yang memiliki status
dalam melakukan pengelolaan diet. tidak bekerja lebih banyak daripada yang
Secara teori, seseorang dengan bekerja. Sedangkan berdasarkan tabel 1 dapat
pendidikan yang tinggi akan mempunyai disimpulkan bahwa proporsi kepatuhan
kesempatan untuk berperilaku baik. Orang yang pengelolaan diet pada responden yang bekerja
berpendidikan tinggi lebih mudah memahami lebih tinggi dibandingkan dengan responden
dan mematuhi perilaku diet dibandingkan yang tidak bekerja.
dengan orang yang berpendidikan rendah. Menurut penelitian Witasari (2009)
Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan didapatkan bahwa penderita DM lebih tinggi
memudahkan seseorang atau masyarakat untuk pada orang yang bekerja, karena setiap orang
menyerap informasi dan mengimplemen- yang memiliki jam kerja tinggi dengan jadwal
tasikannya dalam perilaku dan gaya hidup yang tidak teratur menjadi faktor penting dalam
sehari-hari, khususnya dalam mematuhi pengelolaan diet. Dalam penelitiannya juga
pengelolaan diet DM. Menurut Heryati (2014) didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara
seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan status pekerjaan dengan pengelolaan diet pada
mempunyai pengetahuan yang lebih luas penderita DM tipe 2.
dibandingkan dengan seseorang yang tingkat Selain itu pekerjaan juga mempengaruhi
pendidikannya lebih rendah karena pendidikan kepatuhan dari segi pendapatan. Dalam
merupakan dasar utama untuk keberhasilan penelitian Macgilchrist (2010) bahwa ada
dalam pengobatan. hubungan antara status pekerjaan dengan
Beberapa penelitian di Indonesia juga kepatuhan pengelolaan diet pasien DM tipe 2.
menunjukkan hasil yang serupa dengan Penderita DM tipe 2 yang memiliki pendapatan
penelitian ini dimana tingkat pendidikan tidak yang rendah lebih tidak patuh dalam mengelola
memiliki pengaruh yang signifikan dengan diet dibandingkan dengan orang yang memiliki
kepatuhan diet pada penderita DM tipe 2. pendapatan tinggi. Hal ini dikarenakan orang

142
Dita Wahyu Hestiana / Journal of Health 2 (2) (2017)

yang mempunyai pendapatan rendah lebih kepatuhan dalam pengelolaan diet pada pasien
sedikit berpeluang untuk membeli makanan rawat jalan penderita DM tipe 2. Dapat
yang sesuai dengan diet diabetes daripada yang disimpulkan bahwa responden yang memiliki
berpendapatan tinggi. peran keluarga yang baik lebih banyak daripada
Pada variabel pengetahuan, tidak ada yang memiliki peran keluarga kurang. Sehingga
hubungan antara tingkat pengetahuan dengan berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa
kepatuhan dalam pengelolaan diet pada pasien proporsi kepatuhan pengelolaan diet pada
rawat jalan penderita DM tipe 2. Pada responden yang memiliki peran keluarga baik
penelitian ini responden yang memiliki tingkat lebih tinggi dibandingkan dengan responden
pengetahuan baik lebih banyak daripada yang memiliki peran keluarga yang kurang.
responden yang tingkat pengetahuannya Karena responden yang memiliki dukungan
kurang. Sehingga berdasarkan tabel 1 keluarga yang baik sehingga selalu mengawasi
menunjukkan bahwa proporsi kepatuhan penatalaksanaan penyakit DM yang sesuai
pengelolaan diet pada responden yang memiliki dengan saran petugas kesehatan seperti
tingkat pengetahuan baik lebih tinggi konsumsi obat secara teratur, menjaga pola
dibandingkan dengan responden yang memiliki makan sehari-hari dan menjaga aktivitas fisik
latar belakang tingkat pengetahuan kurang. Hal agar terhindar dari komplikasi.
ini terjadi karena pengetahuan yang dimiliki Penelitian Senuk (2013) menggambarkan
responden mengenai diabetes dan dalam hasil bahwa dukungan keluarga mempunyai
penatalaksanaan diet akan menimbulkan hubungan dengan kepatuhan dalam menjalani
kesadaran bagi mereka dan akhirnya akan diet DM. Hasil tersebut juga didukung oleh
membuat mereka berperilaku sesuai dengan apa penelitian dari Susanti (2013) yang menyatakan
yang mereka ketahui. bahwa dukungan keluarga memiliki hubungan
Penelitian ini sejalan dengan penelitian terhadap kepatuhan diet pasien.
yang dilakukan oleh Tania (2016) pada pasien Penelitian yang dilakukan Febriani
rawat jalan DM tipe 2 di RSUP Fatmawati, (2016), juga menyatakan bahwa ada hubungan
menyatakan bahwa responden yang mempunyai antara sikap dengan pengelolaan DM.
tingkat pengetahuan baik 12,5 kali lebih patuh Menurutnya, untuk mencapai tujuan
dalam diet dibandingkan dengan responden pengelolaan DM yang baik perlu dilakukan
yang berpengetahuan kurang. Hasil penelitian berbagai usaha untuk memperbaiki kelainan
juga menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan metabolik yang terjadi. Salah satu usahanya
menjadi faktor risiko terhadap kepatuhan diet adalah dengan menyikapi penyakit yang
yang dijalankan pasien DM tipe 2. diderita dengan baik. Sikap yang baik
Tingkat pengetahuan yang kurang dapat mempengaruhi perilaku dalam mengelola DM.
menghambat perilaku kepatuhan dalam Semakin baik sikap pasien maka pengelolaan
kesehatan karena penderita akan sulit untuk DM pasien tersebut juga semakin baik.
mengikuti anjuran dari petugas kesehatan, Pada variabel peran petugas kesehatan,
sehingga penderita diabetes mellitus yang tidak ada hubungan antara peran petugas
mempunyai tingkat pengetahuan baik lebih kesehatan dengan kepatuhan dalam pengelolaan
paham dan mengerti mengenai anjuran dalam diet pada pasien rawat jalan penderita DM tipe
mengelola diet. Hasil penelitian Senuk (2013) 2. Dapat disimpulkan bahwa responden yang
tidak sejalan dengan penelitian ini dimana memiliki peran petugas kesehatan yang baik
penelitian senuk menunjukkan bahwa lebih banyak daripada yang peran petugas
pengetahuan memiliki hubungan dengan kesehatannya kurang. Sehingga berdasarkan
kepatuhan dalam menjalani diet diabetes tabel 1 menunjukkan bahwa proporsi kepatuhan
mellitus dengan hasil p value sebesar 0,023. pengelolaan diet pada responden yang memiliki
Pada variabel peran keluarga, terdapat dukungan petugas kesehatan yang baik lebih
hubungan antara peran keluarga dengan tinggi dibandingkan dengan responden yang

143
Dita Wahyu Hestiana / Journal of Health 2 (2) (2017)

memiliki latar belakang pendidikan yang dalam penelitian dan pihak-pihak lain yang
rendah. Hal ini menunjukkan bahwa peran telah membantu jalannya penelitian ini.
petugas kesehatan sudah baik dalam
mendukung perilaku pasien DM dalam DAFTAR PUSTAKA
mematuhi pengelolaan diet agar dapat
Akmal, H.F. and Puruhita, N., (2012). Perbedaan
mencegah timbulnya komplikasi.
Asupan Energi, Protein, Aktivitas Fisik dan
Penelitian ini sejalan dengan Akmal Status Gizi antara Lansia yang Mengikuti dan
(2012) yang menunjukkan adanya hubungan Tidak Mengikuti Senam Bugar Lansia: Studi
yang bermakna antara peran petugas kesehatan Kasus di Instalasi Geriatri Paviliun Lanjut
dengan kepatuhan dalam pengelolaan diet Usia Prof. Dr. Boedhi Darmojo RSUP Dr.
pasien DM dengan persentase pengaruh sebesar Kariadi Semarang. Jurnal Media Medika Muda
93,3%. Dukungan tenaga kesehatan sangat DiMatteo, M.R. (2004). Variations in Patient’s
diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan, Adherence to Medical Recommendation: A
Quantitative Review of 50 Years of Research.
misalnya dengan adanya komunikasi. Hal ini
Medical Care, 43 (3): 200-209
sesuai dengan teori yang ada, dimana petugas
Dinas Kesehatan Jawa Tengah. (2015). Profil
kesehatan merupakan orang pertama yang Keehatan Jawa Tengah Tahun 2015. Semarang:
mengetahui tentang kondisi kesehatan pasien Dinas Kesehatan Jawa Tengah
sehingga mereka memiliki peran yang besar Febriani, D. and Sulistyarini, T. (2016). Pentingnya
dalam menyampaikan informasi mengenai Sikap Pasien yang Positif dalam Pengelolaan
kondisi kesehatan dan hal-hal yang harus Diabetes Mellitus. Jurnal Stikes RS Baptis
dilakukan oleh pasien untuk proses Kediri, 7(1)
kesembuhannya. Komunikasi ini dapat Heryati, G.S., 2014. Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Kepatuhan Diet
dilakukan melalui pendidikan kesehatan berupa
Diabetes Mellitus pada Pasien DM. Jurnal
penyuluhan.
Keperawatan, 1(3): 97-107.
Penelitian ini diperkuat dengan adanya Kemenkes RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia
penelitian Senuk (2013) yang menggambarkan 2014. Jakarta: Kemenkes RI
bahwa dukungan petugas memiliki hubungan Liu, L. L., & Park, D. C. (2004). Aging and Medial
yang signifikan sehingga disimpulkan bahwa Adherence: The Use of Automatic Processes
dukungan petugas berpengaruh terhadap to Achieve Effortful Things. Psychology and
kepatuhan diet pasien DM, dimana semakin Aging, 19, 318-325
baik dukungan petugas kepada pasien maka Macgilchrist, C., Paul, L., Ellis, B.M., Howe, T.E.,
Kennon, B. and Godwin, J. (2010).
akan semakin baik kepatuhan pasien.
Lower‐Limb Risk Factors For Falls In People
With Diabetes Mellitus. Diabetic medicine,
PENUTUP
27(2):162-168.
Misnadiarly. (2006). Diabetes Mellitus, Mengenali
Faktor-faktor yang berhubungan dengan
Gejala, Menanggulangi, Mencegah Komplikasi.
kepatuhan dalam pengelolaan diet DM tipe 2
Jakarta: Pustaka Populer Obor
adalah umur, jenis kelamin, dan peran keluarga. Nugroho, Y.W. and Handono, N.P., (2017).
Hubungan Tingkat Kepatuhan Diet terhadap
UCAPAN TERIMA KASIH Kadar Glukosa Darah pada Penderita
Diabetes Mellitus di Kelurahan Bulusulur.
Peneliti mengucapkan terimakasih
Jurnal KEPERAWATAN GSH, 6(1).
kepada Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan, Palandeng, H.M., (2015). Prevalensi Hipertensi dan
Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Diabetes Mellitus Tipe-2 di Puskesmas Kota
Dosen Pembimbing atas terlaksananya kegiatan Manado Tahun 2015. Jurnal Kedokteran
penelitian dengan lancar. Terimakasih juga Komunitas dan Tropik, 3(4).
peneliti sampaikan kepada Petugas Puskesmas PERKENI. (2011). Konsensus Pengelolaan dan
Tlogosari Wetan yang bersedia berpartisipasi Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia.
Jakarta: Perkeni.

144
Dita Wahyu Hestiana / Journal of Health 2 (2) (2017)

Prabowo, A. and Hastuti, W., (2015). Hubungan di SMKN 2 Baleendah Bandung. Keperawatan,
Pendidikan dan Dukungan Keluarga Dengan 4(1).
Kepatuhan Diit pada Penderita Diabetes Tombokan, V. (2015). Faktor-faktor yang
Mellitus di Wilayah Puskesmas Plosorejo Berhubungan dengan Kepatuhan Berobat
Giribangun Matesih Kabupaten Karanganyar. Pasien Diabetes Melitus pada Praktek Dokter
Jurnal KEPERAWATAN GSH, 4(2) Keluarga di Kota Tomohon. JIKMU, 5(3).
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2013). Badan Trisnawati, S. K.., & Setyorono, S. (2013). Faktor
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Kementerian RI tahun 2013 Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta
Senuk, A., Supit, W., dan Onibala, F. (2013). Barat Tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5
Hubungan Pengetahuan dan Dukungan (1): 1-11
Keluarga dengan Kepatuhan Menjalani Diet Witasari, U., Rahmawaty, S. and Zulaekah, S., 2009.
Diabetes Mellitus di Poliklinik RSUD Kota Hubungan Tingkat Pengetahuan, Asupan
Tidore Kepulauan Provinsi Maluku Utara. Karbohidrat, dan Serat dengan Pengendalian
ejournal Keperawatan, 1 (1): 1-7 Kadar Glukosa Darah pada Penderita
Susanti. M. L. and Sulistyarini, T., (2013). Dukungan Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Penelitian Sains
Keluarga Meningkatkan Kepatuhan Diet & Teknologi, 10(2): 130-138
Pasien Diabetes Mellitus di Ruang Rawat Wong, M.., Gucciardi, E., Li, L. and Grace, S.L.
Inap RS. Baptis Kediri. Jurnal Stikes, 6(1) (2005). Gender And Nutrition Management
Tania, M., 2016. Hubungan Pengetahuan Remaja In Type 2 Diabetes. Canadian Journal of Dietetic
dengan Perilaku Konsumsi Minuman Ringan Practice and Research, 66 (4):215-220

145
HUBUNGAN ANTARA PENANGANAN DIABETES MELITUS: EDUKASI
DAN DIET TERHADAP KOMPLIKASI PADA PASIEN DM TIPE 2
DI POLIKLINIK RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG

Hilda Novyanda1, Wini Hadiyani2


1,2
Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan PPNI Jawa Barat
Jl. Muhammad No. 34A Bandung 40173
Telp. 022-6004498, 022-6121914, Fax.022-6121914
Email: novyanda_hilda@ymail.com

Abstrak
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit seumur hidup dimana badan seseorang tidak memproduksi cukup insulin atau
tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi dengan baik (Johnson, Marilyn 2005). Peningkatan komplikasi DM
meningkat setiap bulannya di Poliklinik Endokrin RSHS Bandung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan antara penanganan DM: Edukasi dan Diet terhadap komplikasi pada pasien DM Tipe 2 di Poliklinik RSUP
Dr. Hasan Sadikin Bandung. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi dengan desain retrospektif dengan
populasi sebanyak 95 orang dengan teknik pengambilan sampel purposif sampling dan didapatkan sampel sebanyak 50.
Analisa data diolah menggunakan uji Chi-Square Test. Hasil penelitian ini mendapatkan hubungan yang signifikan
antara edukasi mengenai DM dengan komplikasi didapatkan nilai p value (0,041) dengan α (5%) dan untuk hubungan
antara kepatuhan diet DM dengan kejadian komplikasi mendapatkan hubungan yang signifikan dengan didapatkan nilai
p value (0,020) dengan α (5%). Untuk itu disarankan khususnya kepada responden agar ikut serta jika ada penyuluhan
yang diberikan oleh tenaga kesehatan serta patuh terhadap pilar penanganan DM khususnya Diet DM yang dianjurkan
oleh tenaga kesehatan.

Kata kunci : Edukasi, Diet, Diabetes-Mellitus

Abstract
Diabetes mellitus is a life long disease in which a person's body does not produce enough insulin or can not use insulin
produced properly (Johnson & Marilyn 2005). Endocrine Polyclinic Hospital Dr. Hasan Sadikin Bandung in February
2014 showed that many cases of diabetes complications that occur and increasing every month. The aim of this study
was to determine the relationship of Education regarding the incidence of diabetes complications and determine the
relationship between dietary DM with the incidence of complications. The study design used retrospective descriptive
correlation. The study population was people with DM with a sample of 50, the sampling used purposive sampling 50.
The results showed a significant relationship between education about diabetes complications p value (0.041) and the
relationship between compliance diet with the incidence of diabetes complications getting significant association with p
value (0.020). It recommended especially to the respondents in order to take part if there was counselinggivenby health
workers as well as adherence to the pillars of diet DM in particular diabetes treatment that recommended by health
professionals.

Keywords: Education, Diabetes-Mellitus, Diet-DM

25
Hubungan Antara Penanganan Diabetes Melitus : Edukasi dan Diet terhadap Komplikasi Pasien DM Tipe II (Hilda
Novyanda)

PENDAHULUAN Salah satu tingginya prevalensi DM, terutama


yang tergolong DM tipe-2 disebabkan oleh
Diabetes Melitus merupakan penyakit seumur interaksi antara faktor-faktor kerentanan
hidup, dimana tubuh tidak memproduksi genetis dan paparan terhadap lingkungan.
cukup insulin atau tidak mampu Faktor lingkungan yang menjadi faktor risiko
menggunakan insulin yang diproduksi dengan DM tipe-2 yaitu perubahan gaya hidup dan
baik (Johnson, Marilyn 2005). Diabetes aktifitas fisik. Kebiasaan makan yang tidak
Melitus (DM) merupakan masalah kesehatan baik menyebabkan obesitas dan aktifitas fisik
terbesar didunia. Menurut World Health yang kurang menjadi faktor risiko dalam
Organization (WHO, 2006), DM penyebab memicu terjadinya DM.
ke-20 atau 1,4% dari penyebab disabilitas di Berdasarkan informasi American Diabetes
dunia. Prevalensi DM diseluruh dunia Association (ADA) 2005, ada peningkatan
diperkirakan meningkat 4,45% di tahun 2030. drastis komplikasi penyakit diabetes sejak
Di Indonesia, penderita penyakit ini 2001 hingga 2004. Pada 2001, penderita DM
meningkat dari 8,4 juta menjadi 21,3 juta dari beresiko mengalami penyakit kardiovaskuler
total penduduk dalam kurun waktu 30 tahun hingga 32%. Sedangkan pada tahun 2004
(Rubiatun, 2010). angkanya meningkat 11%, yaitu mencapai
43%. Tahun 2001, 38% penderita DM
Menurut Holt et. al. (2010), penyebab
mengalami hipertensi. Tahun 2004 angkanya
penyakit DM beragam sesuai dengan
mencapai 69% atau meningkat 31%
karakteristik adanya hiperglikemia kronis
(Wulandari, 2009). Apabila dibandingkan
yang disertai dengan gangguan metabolisme
dengan orang normal, maka penderita DM 5 x
karbohidrat, protein dan lemak sebagai akibat
lebih besar untuk timbul gangren, 17 x Iebih
dari gangguan sekresi insulin dan penurunan
besar untuk menderita kelainan ginjal dan 25
aktivitas insulin. Penyakit DM terdiri dari dua
x lebih besar untuk terjadinya kebutaan
tipe yaitu: (1) penderita DM baik itu Tipe I
(Permana, 2009 dikutip Meydani 2011).
(Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
Komplikasi pada DM lebih sering
biasanya diakibatkan oleh keturunan dan (2)
mengakibatkan kematian dibandingkan
DM tipe kedua yang disebabkan oleh life style
dengan hiperglikemia yang diderita penyakit
atau gaya hidup atau biasa disebut Tipe II
DM.
(Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
(Norris, et al., 2002). DM Tipe II lebih sering Penyakit DM memiliki risiko terjadinya
terjadi yaitu sekitar 90% - 95% dari semua komplikasi dan dapat mengancam jiwa
yang menderita Diabetes (ADA, 2010). apabila tidak segera ditangani dan tidak
Penderita DM Tipe II pemiliki peningkatan dilakukan pengontrolan yang tepat. Ada 4
resiko terjadinya komplikasi yang pilar yang perlu dijalankan agar penyakit
mengancam jiwa. Dua jenis komplikasi DM dapat dikontrol sehingga tidak
vaskuler yang mungkin timbul pada DM tipe berdampak pada komplikasi yang lebih berat,
II, yaitu komplikasi makrovaskuler (jantung yaitu: Edukasi, Pengaturan Makan, Olahraga/
koroner, penyakit serebrovaskuler, stroke dan gerak badan, Obat: tablet atau insulin
penyakit vaskuler perifer) dan komplikasi (Kariadi, 2009).
mikrovaskuler (retinopati, nefropati dan Pengaturan makan atau kepatuhan diet
neuropati diabetikum (Smeltzer dan Bare, merupakan salah satu faktor untuk
2002). menstabilkan kadar gula dalam darah menjadi

26
Jurnal Keperawatan Komprehensif Vol. 3 No. 1, Januari 2017: 25-33

normal dan mencegah komplikasi. Adapun harus mengubah perilakunya dan mengapa hal
faktor yang mempengaruhi seseorang tidak itu diperlukan (Waspadji, 2007).
patuh terhadap diet DM adalah kurangnya Dalam profil kesehatan Kota Bandung tahun
pengetahuan terhadap penyakit DM, sikap, 2011 didapatkan data kasus DM rawat jalan di
keyakinan, dan kepercayaan yang dimiliki PUSKESMAS umur 48-59 tahun sebanyak
klien. Ketidakpatuhan terhadap diet DM akan 6.388 dan umur >70 tahun sebanyak 1.266
menyebabkan terjadinya komplikasi akut dan kasus baru. Kasus DM rawat jalan di Rumah
kronik pada akhirnya memperparah penyakit Sakit umur 45-64 tahun sebanyak 5.418 kasus
bahkan bisa menimbulkan kematian dan umur >65 tahun sebanyak 2.171 kasus
(Lanywati, 2001).
dan kasus DM rawat inap di Rumah Sakit
Pengetahuan pasien tentang DM yang rendah umur 45-64 tahun sebanyak 895 dan umur
dapat mempengaruhi persepsi pasien tentang >65 tahun sebanyak 459 kasus. (DinKes Kota
penyakitnya, motivasi, manajemen koping Bandung, 2011).
dan perubahan perilaku (Sousa &
Hasil rekam medis di poliklinik endokrin
Zauseniewski, 2005). Hasil penelitian oleh
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung (2013)
Ariani dan Misdarini (2012) didapatkan
angka kejadian penderita diabetes dengan
bahwa mayoritas pasien memiliki tingkat
komplikasi perbulan dari bulan Juli hingga
pengetahuan yang kurang sebanyak 54,9%
bulan September 2013 didapatkan hasil :
dan kadar gula darah pasien rata-rata 246,9
bulan Juli jumlah kunjungan pasien DM
mg/dl. Rendahnya pengetahuan yang dimiliki
sebanyak 388 orang, dan 55 pasien (14%)
responden mengenai penyakit DM berdampak
mengalami komplikasi. Bulan Agustus
pada ketidakmampuan responden dalam
jumlah kunjungan pasien DM sebanyak 355
mengontrol kadar gula darah sehingga kadar
orang, dan 101 pasien (29%) mengalami
gula darah menjadi tinggi. Penelitian lainnya
komplikasi. Bulan September dengan
yang berkaitan dengan pengetahuan terhadap
kunjungan pasien DM 309 orang, dan 131
penyakit DM dilakukan Lestari, dkk (2013)
orang (42%) mengalami komplikasi. Dari
terhadap 29 responden diperoleh sebagian
beberapa kasus komplikasi yang terjadi di
besar responden (65,5%) memiliki
Poliklinik Endokrin RSUP Dr. Hasan Sadikin
pengetahuan kurang, dan 58,6% sikap negatif,
Bandung adalah komplikasi terbanyak yaitu:
89,7% tidak patuh mengkonsumsi jumlah
Renal, Neorologi, Perifer Sirkulasi dan
kalori, 100% tidak patuh jadwal makan, dan
Optalmic (Rekam Medis Poli Endokrin,
65,5% tidak patuh mengkonsumsi jenis
2013).
makanan, kadar GDS (Gula Darah Sewaktu)
responden sebesar 65,5% tidak terkontrol. Hasil wawancara yang dilakukan pada bulan
Kedua penelitian ini menyatakan pengetahuan Februari 2014 terhadap 6 pasien bahwa
tentang DM berdampak pada kepatuhan seluruh pasien teratur mengkonsumsi obat, 3
terhadap diet DM dan kadar gula darah. dari 6 pasien tahu mengenai DM tetapi 5 dari
Pengetahuan penderita tentang DM 6 klien yang di wawancara tidak patuh
merupakan sarana yang dapat membantu terhadap diet yang diberikan oleh petugas
penderita menjalankan penanganan diabetes kesehatan dan bahkan seluruh pasien tidak
selama hidupnya sehingga semakin banyak melakukan aktivitas fisik/ olah raga serta
dan semakin baik penderita mengerti tentang seluruh pasien yang diwawancara mengalami
penyakitnya semakin mengerti bagaimana komplikasi diantaranya: Penurunan Visus,

27
Hubungan Antara Penanganan Diabetes Melitus : Edukasi dan Diet terhadap Komplikasi Pasien DM Tipe II (Hilda
Novyanda)
Gangren Diabetik, Hipertensi, Stroke, Gagal METODE PENELITIAN
ginjal dan Hipoglikemi.
Desain penelitian cross sectional. Responden
Dari hasil studi pendahuluan yang diadakan di yang digunakan 50 orang yang memiliki
Poliklinik Endokrin RSUP Dr. Hasan Sadikin komplikasi yang berobat di Poliklinik RSUP
Bandung pada bulan Februari 2014 Dr. Hasan Sadikin Bandung. Pengambilan
menunjukkan bahwa banyak kasus sampel menggunakan non-probability
komplikasi diabetes yang terjadi dan sampling. Teknik pengumpulan data
meningkat setiap bulannya. Seluruh pasien menggunakan kuesioner dan lembar
yang diwawancara mengalami komplikasi observasi. Analisis Univariat menggunakan
mengatakan tidak patuh diet dan tidak distibusi frekuensi, sedangkan bivariat
melakukan aktivitas fisik/ olahraga karena menggunakan chi square. Analisis bivariat
kepatuhan diet serta aktivitas fisik juga tidak bertujuan untuk melihat hubungan antara
hanya edukasi dan kepatuhan obat saja yang variabel independen (Edukasi dan Diet) dan
dapat menurunkan glukosa, tetapi faktor variabel dependen (kejadian komplikasi).
kepatuhan diet serta melakukan aktivitas Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di Poli
olahraga juga berpengaruh untuk menurunkan klinik Endokrin RSUP Dr. Hasan Sadikin
glukosa darah dan untuk pencegahan Bandung.
komplikasi.

HASIL PENELITIAN
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Poliklinik Endokrin
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Karakteristik
1. Identitas Pasien N %
a. Jenis Kelamin Perempuan 29 58
Laki-laki 21 42
Total 50 100
b. Usia 30-40 5 10
40-60 27 54
60-80 18 36
Total 50 100
c. Pendidikan SD 10 20
SMP 13 26
SMA 13 26
Perguruan Tinggi 14 28
Total 50 100
d. Lama Menderita <1tahun 11 22
1-2tahun 8 16
>2tahun 31 62
Total 50 100

Berdasarkan tabel diatas lebih dari setengahnya (58%) berjenis kelamin laki-laki, 54% usia 60-70
tahun, sebagian kecil 28% pendidikan perguruan tinggi dan lebih dari setengahnya 62% telah > 2
tahun mengidap penyakit DM.

28
Jurnal Keperawatan Komprehensif Vol. 3 No. 1, Januari 2017: 25-33

Tabel 2. Tabel 3.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Edukasi mengenai Diabetes Berdasarkan Diet Diabetes Mellitus
Mellitus di Poliklinik Endokrin RSUP di Poliklinik Endokrin RSUP
Dr. Hasan Sadikin Bandung Dr. Hasan Sadikin Bandung

Edukasi N % Diet N %
Baik 39 78 Baik 38 76
Buruk 11 22 Buruk 12 24
Total 50 100 Total 50 100

Analisis tabel diatas menunjukkan bahwa Analisis tabel diatas menunjukkan sebagian
sebagian besar (78%) mempunyai edukasi besar (76%) melakukan diet DM dengan baik
yang baik mengenai Diabetes Mellitus.

Tabel 4.
Hubungan Edukasi mengenai Diabetes Mellitus dengan Kejadian Komplikasi
di Poliklinik Endokrin RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Komplikasi
Total p-
Edukasi Ya Tidak X2 OR 95% CI
value
N % N % N %
Baik 16 41 23 59 39 78 4,19 0,04 6,46 (1,230– 34,012)
Buruk 9 82 2 18 11 12
Total 25 50 25 50 50 100

Hasil analisis hubungan antara edukasi dengan kejadian komplikasi pada hasil analisis didapatkan
adanya dengan nilai (p = 0,041). Nilai OR = 6,469 (1,230 – 34,012).

Tabel 5.
Hubungan Diet Diabetes Mellitus dengan Kejadian Komplikasi
di Poliklinik Endokrin RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Komplikasi
Total P
Diet Ya Tidak X2 OR 95% CI
Value
N % N % N %
Baik 15 39,5 23 60,5 38 76 5, 373 0,020 7,667 (1,470 – 39,987)
Buruk 10 83,3 2 16,7 12 24
Total 25 50 25 50 50 100

Hasil analisis didapatkan adanya Hubungan yang signifikan antara Diet DM pasien dengan kejadian
komplikasi (p = 0,020). Nilai OR = 7,667 (1,470 – 39,987).

PEMBAHASAN baik. Hal ini akan berdampak pada kondisi


pengetahuan responden mengenai DM. Pada
1. Analisis Univariat karakteristik responden didapatkan bahwa
Temuan penelitian mengenai edukasi yang pendidikan responden paling banyak
dimiliki responden menggambarkan hampir berpendidikan formal perguruan tinggi, hal ini
seluruhnya yaitu 78% memiliki edukasi yang juga dapat mempengaruhi persepsi dan

29
Hubungan Antara Penanganan Diabetes Melitus : Edukasi dan Diet terhadap Komplikasi Pasien DM Tipe II (Hilda
Novyanda)
motivasi responden terhadap edukasi DM. disimpulkan bahwa ada hubungan yang
Edukasi merupakan dasar utama untuk signifikan antara edukasi mengenai DM
pengobatan dan pencegahan DM yang dengan kejadian komplikasi pada pasien DM
sempurna. Pengetahuan yang minim tentang tipe 2. Rendahnya pengetahuan yang dimiliki
DM akan lebih cepat menjurus ke arah responden akan mengakibatkan kadar gula
timbulnya komplikasi dan hal ini merupakan darah menjadi tinggi (Misdarini & Ariani,
beban bagi keluarga dan masyarakat 2012). Tingkat pengetahuan yang rendah
(Agustina, 2009). Tingkat pengetahuan yang akan dapat mempengaruhi perilaku kesehatan
rendah akan dapat mempengaruhi pola termasuk pola makan yang salah yang
makan yang salah sehingga menyebabkan akhirnya akan mengakibatkan kenaikan kadar
kegemukan, yang akhirnya mengakibatkan glukosa darah. Hal ini terjadi karena tingginya
kenaikan kadar glukosa darah (Witasari, asupan karbohidrat dan rendahnya asupan
2009). serat. Semakin rendah asupan karbohidrat,
semakin rendah kadar glukosa darah.
Temuan mengenai diet DM pada hasil
Kandungan serat yang tinggi dalam makanan
penelitian ini menyatakan responden memiliki
akan mempunyai indeks yang rendah
diet DM yang baik yaitu hampir seluruhnya
sehingga dapat memperpanjang pengosongan
yaitu 76%. Kepatuhan terhadap diet DM
lambung yang dapat menurunkan sekresi
berkaitan dengan edukasi yang baik. Hasil
insulin dan kolesterol total dalam tubuh
penelitian yang dilakukan oleh Yoga (2011)
(Pratiwi, 2007). Gula darah yang tinggi akan
didapatkan odds ratio (OR) sebesar 4,297
menimbulkan komplikasi seperti hasil dari
dan nilai p= 0,008 (<0,05) hal ini
The United Kingdom Prospective Diabetes
menunjukkan bahwa orang yang mempunyai
Study (UKPDS) yang membuktikan bahwa
pola makan baik berisiko 4 kali untuk berhasil
kontrol glikemik dengan intensif sangat
dalam pengelolaan DM tipe 2 dibandingkan
berhubungan erat dengan keuntungan klinis
dengan yang tidak baik dan secara statistik
pada DM tipe 2. Setiap penurunan HbA1c 1%
bermakna dalam mengkonsumsi jumlah
akan menurunkan insiden kematian yang
kalori seperti kurang atau berlebih akan
memberikan dampak pada penderita DM. berhubungan dengan DM sebesar 21%, infark
miokard 14%, komplikasi mikrovaskular 37%
Apabila konsumsi kalori kurang, maka
dan penyakit pembuluh darah perifer 43%.
penderita DM akan mudah mengalami
Diabetes Study (UKPDS) menunjukkan setiap
penurunan berat badan karena tidak
penurunan 1 % dari HbA1c akan menurunkan
terpenuhinya kebutuhan energi. Sebaliknya,
risiko komplikasi sebesar 35%.
konsumsi kalori yang tinggi akan
meningkatkan kadar glukosa dalam darah Hasil penelitian ini sejalan dengan Fred dalam
sehingga akan menambah beban glukosa penelitiannya menyimpulkan bahwa
darah penderita DM (Abduracchin, dkk, kurangnya pengetahuan dan akses informasi
2008). menyebabkan seseorang memiliki
keterbatasan pengetahuan tentang bahaya
2. Analisis Bivariat
perilaku tidak sehat sehingga kurang motivasi
Hubungan antara Edukasi dan Kejadian
untuk mengadopsi perilaku sehat (Fred C.
Komplikasi
Pampel, 2010). Penelitian lain menyatakan
Temuan penelitian mengenai hubungan antara satu tahun pendidikan juga dapat
edukasi dan kejadian komplikasi berdasarkan meningkatkan pendapatan rata-rata sebesar
tabel diatas didapatkan nilai p-value = 0, 8% dan dapat mengurangi kematian dua kali

30
Jurnal Keperawatan Komprehensif Vol. 3 No. 1, Januari 2017: 25-33

lebih besar, baik secara langsung maupun didapatkan p-value = 0,02 yang berarti lebih
tidak langsung (Pellet Kathleen, 2007). kecil daripada alpha 0,05 maka dapat
Karakteristik responden pada penelitian ini disimpulkan bahwa ada hubungan yang
hampir seluruhnya dengan pendidikan signifikan antara diet DM dengan kejadian
terakhir yaitu perguruan tinggi tetapi masih komplikasi pada pasien DM tipe 2.
ada responden mengalami komplikasi yang Diet diabetes mellitus merupakan cara yang
seharusnya jika pendidikan tinggi akan dapat dilakukan oleh penderita diabetes untuk
menyerap ilmu khususnya mengenai DM merasa nyaman, mencegah komplikasi yang
dengan baik sehingga tidak akan mengalami lebih berat, serta memperbaiki kebiasaan
komplikasi. Hal ini sejalan dengan penelitian makan untuk mendapatkan kontrol
yang dilakukan oleh Meydani (2011) yang metabolisme yang lebih baik dengan cara
menunjukkan analisa bivariat bahwa tidak menurunkan kadar gula darah mendekati
terdapat hubungan yang bermakna antara normal dengan menyeimbangkan asupan
pengetahuan dengan upaya pencegahan makanan, insulin/obat penurun glukosa oral
komplikasi (p > 0,05), terdapat hubungan dan aktivitas fisik, menurunkan glukosa
yang bermakna antara sikap dengan upaya dalam urine menjadi negatif dan mengurangi
pencegahan komplikasi (p < 0,05), tidak polidipsi (sering kencing), memberikan
terdapat hubungan yang bermakna antara cukup energi untuk mempertahankan atau
persepsi dengan upaya pencegahan mencapai berat badan normal serta
komplikasi (p >0,05), dan terdapat hubungan menegakkan pilar utama dalam terapi
yang bermakna antara motivasi dengan upaya diabetes mellitus sehingga diabetisi dapat
pencegahan komplikasi (p < 0,05). Selain melakukan aktivitas secara normal (Kariadi,
edukasi, faktor yang mungkin mempengaruhi 2009).
terjadinya komplikasi yaitu kurangnya
motivasi dalam diri, dukungan keluarga yang Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
mungkin mempengaruhi responden untuk penelitian yang dilakukan oleh Yoga, 2011
tidak patuh terhadap terapi yang dijalankan yang bertujuan untuk mengidentifikasi
serta kurangnya penyuluhan dari tenaga hubungan antara 4 pilar pengelolaan Diabetes
kesehatan mengenai bagaimana dampak jika Melitus dengan keberhasilan pengelolaan
seorang penderita DM tidak patuh terhadap Diabetes Melitus Tipe 2 dengan hasil analisis
terapi yang seharusnya dijalankan. didapatkan odds ratio (OR) = 4,297 dan nilai
p value = 0,008 (<0,05). Hal ini menunjukkan
Meningkatkan edukasi merupakan salah satu
bahwa orang yang mempunyai pola makan
upaya yang dilakukan agar menurunnya
baik berisiko 4 kali untuk berhasil dalam
angka kejadian komplikasi pada DM, namun
pengelolaan DM tipe 2 dibandingkan dengan
hal ini pun tetap dipengaruhi oleh faktor
yang tidak baik dan secara statistik bermakna.
motivasi dan dukungan keluarga.
Kepatuhan terhadap Diet DM sangat
Hubungan antara Diet DM dengan berpengaruh terhadap pengendalian gula
Kejadian Komplikasi di Poliklinik RSUD darah agar tidak menimbulkan komplikasi.
Dr. Hasan Sadikin Bandung Diet DM sangat dipengaruhi pula oleh
pengetahuan, motivasi individu dan dukungan
Temuan dari uji statistis mengenai hubungan
keluarga.
diet DM dengan kejadian komplikasi

31
Hubungan Antara Penanganan Diabetes Melitus : Edukasi dan Diet terhadap Komplikasi Pasien DM Tipe II (Hilda
Novyanda)

PENUTUP dan perawat akan mengetahui apa yang


sebenarnya mereka inginkan.
Kesimpulan
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Temuan dari hasil penelitian yang sudah
Bagi peneliti selanjutnya agar meneliti
dilakukan menyatakan bahwa adanya
mana yang lebih erat hubungannya antara
hubungan yang signifikan antara edukasi dan
pilar-pilar penanganan DM (edukasi, diet,
diet DM dengan kejadian komplikasi. Edukasi
olah raga, kepatuhan obat) dengan
mengenai DM yang buruk akan berpeluang
kejadian komplikasi.
lebih besar terhadap kejadian komplikasi.
Diet DM yang buruk akan berpeluang lebih
besar terhadap kejadian komplikasi. DAFTAR PUSTAKA
Saran American D, Association (ADA). 2005.
1. Responden Diagnosis and Clasification of Diabetes
Edukasi mengenai DM serta Diet DM Mellitus. Diabetes Care. (Suplement1).
yang tepat akan menurunkan terjadinya
Ariani, Yesi. 2011. Hubungan antara
komplikasi, untuk itu diharapkan setiap
Motifasi dengan Efekasi Diri Pasien
responden mempunyai kesadaran serta
DM Tipe2 di RSUP H. Adam Malik
motivasi terhadap dirinya dan dukungan
Medan. Jakarta: Fakultas Ilmu
keluarga agar mau menjalankan pilar
Kedokteran, Universitas Indonesia.
penanganan DM.
2. Poliklinik Endokrin RSUP Dr. Hasan Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
Sadikin Bandung Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Agar perawat memberikan edukasi serta Azwar. 2003. Reabilitas dan Validitas.
informasi kepada pasien DM dengan cara Yogyakarta: Pustaka Belajar.
membuat leaflet, poster mengenai DM
khususnya penanganan DM untuk Dharma, Kelana Kusuma. 2012. Metolologi
Penelitian Keperawatan. Jakarta: CV.
mencegah terjadinya komplikasi dan Trans Info Medika.
tentunya selalu mensosialisasikan sesuatu
DinKes Kota Sukabumi. 2010. http://weight-
yang baru untuk menangani DM dengan
loss-surgery-dallas.com, published 9
terus meng-update keilmuan mengenai Februari 2013.
DM khususnya. Perawat juga harus selalu
Gannong, Willian F. 1999. Fisiologi
mengobservasi pasien apakah pilar
Kedokteran. Jakarta: EGC.
penanganan DM itu selalu dijalankan
pasien dan observasi gula darah pasien Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Metode
Penelitian Keperawatan dan Teknik
serta komplikasi yang berkelanjutan serta
Analisis Data. Jakarta:
berkolaborasi dengan tenaga kesehatan SalembaMedika.
lainnya untuk mencegah terjadinya
Holt T. Kumar. 2010. ABC of Diabetes
komplikasi.
Mellitus. A Jhon Willey Sons, Ltd.,
Perawat juga dapat membuat Publication. Chick ester. West Sussex.
perkumpulan DM (Forum Group UK.
Discussion) untuk mengetahui mengenai
Lestari, Dian, Citrakesumatari, Sri’ah
masalah yang dihadapi, dalam forum ini Alharini. 2013. Upaya Penanganan
mungkin pasien akan lebih terbuka dan dan Perilaku Pasien Penderita
mengemukakan apa yang mereka rasakan Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas

32
Jurnal Keperawatan Komprehensif Vol. 3 No. 1, Januari 2017: 25-33

Maradekaya Kota Makassar. Purwanto, Nasrul Hadi. 2011. Hubungan


Makassar: Universitas Hasanudin. Pengetahuan tentang Diet Diabetes
Mellitus dengan Kepatuhan
Kariadi, Sri Hartini. 2009. Diabetes? Siapa
Pelaksanaan Diet pada Penderita
Takut? Panduan Lengkap untuk
Diabetes Mellitus. Denpasar.
Diabetesi, Keluargannya dan
Profesionaldis. Bandung: PT Mizan Smeltzer, Suzanne C., Bare Brenda G. 2002.
Pustaka. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth Ed.8 vol
Malau MA. 2010. Hubungan Penyakit
2. Jakarta: EGC.
Jantung Koroner dengan Tingkat
Hipertensi di RSUP H. Adam Malik Sudjatmiko, Andika Nur. 2011. Faktor-
Medan. Medan. Faktor yang Berhubungan dengan
Kemunculan Komplikasi Kronik Pada
Meydani, Putri Yolla Dwi. 2011. Faktor-
Penderita Diabetes Melitus Tipe 2
Faktor yang Berhubungan dengan
RSUD Kabupaten Kudus. Kudus.
Upaya Pencegahan Komplikasi DM
oleh Pasien DM di Poliklinik Khusus Syaifuddin. 2010. Anatomi Fisiologi:
Penyakit Dalam RSUP Dr M. Djamil Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk
Padang. Padang: FIK Universitas Keperawatan dan Kebidanan, Ed.4.
Andalas. Jakarta: EGC.
Misdarini, Ariani Yesi. 2012. Pengetahuan Riyadi, Sujono. 2008. Asuhan Keperawatan
DM dengan Kadar Gula Darah pada pada Pasien dengan Gangguan
Pasien DM Tipe2. Eksokrin dan Endokrin pada
Pancreas. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Norris, S.L., Lau, J., Smith, S.J.,Schmid,
C.H., & Engelgau, M.M. 2002. Self- Vaughan DG, Asbury T. 2001. Oftalmologi
Management Education for Adults Umum. Jakarta: WidyaMedika.
with Type 2 Diabetes A Meta-analysis Waspadji, S. 2007. DM: Mekanisme Dasar
of the Effect on Glycemic Control. dan Pengelolaannya yang Rasional
Diabetes Care, 25:1159–1171. dalam Penatalaksanaan DM Terpadu.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metode Jakarta.
Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Yoga, Achmad Setyo. 2011. Hubungan
PERKENI. 2002. Konsensus Pengelolan DM antara 4 Pilar Penanganan Diabetes
Tipe 2 di Indonesia. Jakarta : PB. Mellitus dengan Keberhasilan
PERKENI. Pengelolaan DM Tipe 2. FK UNPAD.
___________. 2006. Konsensus Pengelolaan
dan Pencegahan Diabetes mellitus
Tipe 2 di Indonesia. Jakarta : PB.
PERKENI.

33
Indonesian Journal of Nursing Health Science ISSN (Print) : 2502-6127
Vol.6, No.1, Maret 2021 ,p.23-30 ISSN (Online) : 2657-2257

PELAKSANAAN DIABETES SELF-MANAGEMENT EDUCATION


(DSME) TERHADAP KEMANDIRIAN KELUARGA MERAWAT
PASIEN DIABETES MELLITUS

Arief Andriyanto1*, Chaterina Janes2, Nur Akbar3


1
Departemen Keperawatan Komunitas, STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto, Indonesia
2
Departemen Keperawatan Medikal Bedah, STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto, Indonesia
3
Perawat Spesialis, Rumah Sakit Universitas Indonesia
*
Correspondence: Arief Andriyanto, Departemen Keperawatan Komunitas, STIKes Bina Sehat PPNI
Mojokerto, Indonesia. Email: ners.arif91@gmail.com

Submitted: 21 Oktober 2020, Revised: 11 Maret 2021, Accepted: 17 Maret 2021

Abstract
Background: The family plays a role in managing risk factors for diabetes mellitus in family
members. Diet and activity arrangements can be carried out by the family as a form of prevention
against risk factors and care for family members diagnosed with type 2 diabetes mellitus to prevent
the severity of it. The purpose of this study was to provide an overview of family independence in
caring for diabetes mellitus patients by providing evidence-based practice diabetes self-
management education (DSME). The method used is a case study with an evidence-based nursing
practice approach to 10 families who have family members suffering from type 2 diabetes mellitus
in Depok City. The instrument used in measuring the level of family independence is based on
nursing care instruments issued by the Ministry of Health. The statistical test using paired t-test.
The results showed a change in the level of family independence in treating patients with type 2
diabetes mellitus (p = 0.001). The increased level of family independence is influenced by the
DSME intervention which emphasizes that the care of diebathed patients requires assistance and
support. So that diabetics have a high self-awareness that their disease can be overcome with
good self-management.

Keyword: DSME, family independence, diabetes mellitus

Abstrak
Latarbelakang: Keluarga berperan dalam pengelolaan faktor risiko diabetes melitus pada anggota
keluarganya. Pengaturan pola makan dan aktivitas dapat dilakukan keluarga sebagai bentuk
pencegahan terhadap faktor risiko serta perawatan pada anggota keluarga yang terdiagnosis
diabetes melitus tipe 2 untuk menjaga tidak ketingkat keparahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
memberikan gambaran kemandirian keluarga merawat pasien diabetes mellitus dengan pemberian
diabetes self-management education (DSME) berbasis evidence based practice. Metode yang
digunakan studi kasus dengan pendekatan praktik keperawatan berbasis fakta pada 10 keluarga
yang memiliki anggota keluarga menderita diabetes mellitus tipe 2 di Kota Depok. Instrumen yang
digunakan dalam mengukur tingkat kemandirian keluarga berdasarkan instrumen asuhan
keperawatan yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan. Uji statistik menggunakan paired t-
test. Hasil penelitian menunjukan adanya perubahan tingkat kemandirian keluarga dalam
melakukan perawatan pasien diabetes mellitus tipe 2 (p=0,001). Tingkat kemandirian keluarga
meningkat dipengaruhi oleh intervensi DSME yang menekankan bahwa perawatan pasien diebates
membutuhkan pendampingan dan dukungan. Sehingga penderita diabetes memiliki kesadaran diri
yang tinggi bahwa penyakitnya dapat diatasi dengan manajemen diri yang baik.

Kata Kunci: DSME, kemandirian keluarga, diabetes mellitus

23
ISSN (Print) : 2502-6127
IJONHS ISSN (Online) : 2657-2257
Pendahuluan

Laporan Organisasi Kesehatan Dunia, diperkirakan pada tahun 2004 sekitar 194
juta diabetisi akan mencapai 333 juta diabetisi di tahun 2025, dengan populasi terbanyak
berada di Asia dan Oseania (Ayele et al., 2012; Mohebi et al., 2013). Diabetisi di Asia
Tenggara pada tahun 2015 presentase orang dewasa dengan diabetes melitus sebanyak
8,5% (Kemenkes, 2019). Indonesia juga menyumbangkan prevalensi yang cukup besar
terkait jumlah diabetisi dari tahun 2007, 2013, dan 2018 mengalami peningkatan, yang
dapat dilihat dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) bahwa sebanyak 5,7% di
tahun 2007, 6,9% di tahun 2013 dan menjadi 8,5% di tahun 2018. Kota Depok
merupakan salah satu kota yang menyumbang prevalensi diabetisi terbanyak di Jawa
Barat. Data penyakit diabetes mellitus mengalami peningkatan dari tahun 2016 sebanyak
21.971 kasus menjadi 29.475 kasus di tahun 2018 (Dinkes Kota Depok, 2018). Penyakit
diabetes melitus dapat dicegah, dan dikontrol dengan mengendalikan faktor risiko, maka
sangat diperlukan program pengendalian diabetes melitus (Andriyanto, Rekawati, &
Rahmadiyah, 2019).
Keluarga berperan dalam pengelolaan faktor risiko diabetes melitus pada anggota
keluarganya. Pengaturan pola makan dan aktivitas dapat dilakukan keluarga sebagai
bentuk pencegahan terhadap faktor risiko serta perawatan pada anggota keluarga yang
terdiagnosis diabetes melitus tipe 2 untuk menjaga tidak ketingkat keparahan (Andriyanto,
2020). Hasil penelitian sebelumnya menunjukan keluarga berperan penuh dalam peran
pengaturan diit, pemantauan terapi obat, pemantauan kontrol dokter/kesehatan, namun
belum sepenuhnya berperan dalam pengaturan aktivitas fisik (Nurhayati et al., 2020).
Penelitian lain juga terhadap peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat anggota
keluarga dengan diabetes melitus melalui intervensi supportive group therapy (Rahayu &
Utami, 2018). Penelitian lain mendapatkan hasil bahwa peran keluarga mempunyai
peranan dalam pengendalian kadar gula darah (Yeni & Handayani, 2016).
Manajemen diri diabetes mengacu pada konsep bahwa setiap orang secara
sistematis harus terlibat dalam kondisi manajemen medis dan non-medisnya.
Tantangannya telah terlihat di sini adalah apakah bukti ilmiah mendukung strategi
edukasi manajemen diri pada diabetes mellitus sesuai dengan kebutuhan pasien (Farrés
et al., 2010; Masood et al., 2016). Beberapa peneliti sebelumnya telah menunjukkan
bahwa pendidikan manajemen diri adalah teknik yang efektif untuk kontrol glikemik.
Diabetes Self-Management Education (DSME) merupakan intervensi pendidikan
manajemen diri diabetes mellitus terkait pengaturan diet dan aktifitas fisik yang bertujuan
untuk kontrol gula darah (Abdulah et al., 2018). Intervensi ini juga telah dibuktikan
berdasarkan hasil penelitian yang menemukan bahwa status psikologis dan glukosa
darah pasien dengan diabetes yang menerima pendidikan manajemen diri meningkat
secara signifikan. Diabetes Self-Management Education (DSME) dilakukan dalam waktu
3 minggu sebanyak 3 sesi selama 1 jam setiap sesinya dan direncanakan tindak lanjut
selama 3 bulan (Abdulah et al., 2018).
Meskipun sampai batas tertentu pasien diabetes disarankan secara rutin untuk
mengikuti diet yang sehat dan perubahan pola makan seperti modifikasi dalam pola
makan. Diabetes melitus tipe 2 biasanya dikaitkan dengan peningkatan prevalensi, risiko
depresi dan kecemasan, yang dapat mempengaruhi kadar glukosa darah. Melalui
pendidikan, suasana hati pasien yang baru didiagnosis dengan diabetes membaik,
menghasilkan kontrol glukosa darah yang lebih baik (Chai et al., 2018b). Dampak dari
intervensi Diabetes Self-Management selama tiga bulan yang dilakukan pada pasien
dengan diabetes tipe 2 dapat kontrol glikemik (Andriyanto et al., 2020).
Bentuk kegiatan intervensi Diabetes Self-Management Education (DSME),
sebagai berikut: 1) Minggu pertama; pengantar diabetes mellitus, jenis DM, faktor risiko,
pencegahan, dan komplikasi diabetes melitus tipe 2 termasuk neuropati, nefropati,
24
ISSN (Print) : 2502-6127
IJONHS ISSN (Online) : 2657-2257

retinopati, kebutaan, penglihatan kabur, borok kaki dan amputasi, dan masalah
kardiovaskular. 2) Minggu kedua; Jenis aktivitas fisik diperlukan untuk mencegah
komplikasi penyakit (berjalan, jogging, senam kaki). 3) Minggu ketiga; tujuan gizi
manajemen diabetes, makanan sehat dan tidak sehat untuk diabetes melitus tipe 2
dengan fokus pada pencegahan komplikasi melalui modifikasi gaya hidup. Selain itu,
pengalaman klien, perilaku diet, dan aktivitas fisik dibahas secara rinci pada setiap sesi
pendidikan dan dilatih tentang tes glukosa harian juga (Abdulah et al., 2018). Keterlibatan
keluarga dalam kegiatan sangatlah penting, karena keluarga masih belum mengetahui
bagaimana menjadi pendukung bagi pasien dalam melakukan perawatan, sehingga
diperlukan peningkatan keikutsertaan dalam merawat dan memotivasi pasien diabetes
melitus dalam mengendalikan kadar gula darah supaya kadar gula darah dalam keadaan
terkendali (Yeni & Handayani, 2016). Tujuan penelitian untuk mengetahui pelaksanaan
Evidence Based Practice (EBP) tentang Diabetes Self-Management Education (DSME)
terhadap kemandirian keluarga merawat pasien diabetes mellitus tipe 2 Kota Depok.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan praktik


berbasis fakta (evidence based practice). Adapun sampel pada penelitian ini adalah 10
keluarga yang memiliki anggota keluarga menderita penyakit diabetes mellitus tipe 2.
Asuhan keperawatan keluarga dilaksanakan dua tahapan, yakni November 2018 –
Januari 2019 dan Februari – Mei 2019 di Kelurahan Cisalak Pasar Kota Depok, Jawa
Barat dengan frekuensi dua kali seminggu selama 8 minggu menggunakan Family Center
Nursing (FCN) dan teori DSME. Pendekatan pengkajian keluarga yang dianalisis
berdasarkan konsep FCN yaitu sosial budaya keluarga, tahap perkembangan keluarga,
struktur keluarga, fungsi perawatan kesehatan keluarga, dan stress keluarga. Instrumen
yang digunakan untuk mengukur tingkat kemandirian keluarga menggunakan pedoman
Kementerian Kesehatan yang terdiri dari kemandirian I, II, III, IV. Uji statistik
menggunakan paired t-test.

Hasil

Evaluasi penilaian tingkat kemandirian keluarga dilakukan pada 10 keluarga yang


memiliki anggota keluarga menderita penyakit diabetes mellitus tipe 2. Hasil menunjukkan
bahwa terjadi perubahan tingkat kemandirian keluarga. Berikut tabel tingkat kemandirian
keluarga (tabel 1).

Tabel 1
Tingkat Kemandirian Keluarga Merawat Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Kelurahan
Cisalak Pasar Kota Depok Tahun 2019 (n=10)

No Keluarga Kriteria Awal Kemandirian Kemandirian P-value


Sebelum Sesudah
1 Ny “Sa” 1, 2, 3, 4 I IV
2 Ny “De” 1, 2, 3, 4, 5 II IV
3 Ny “Su” 1, 2, 3, 4 I IV
4 Tn “R” 1, 2 I II
5 Ny “Y” 1, 2 I II
0.001
6 Ny “A” 1, 2, 3 I IV
7 Ny “M” 1, 2 I IV
8 Ny “T” 1, 2, 3 I II
9 Ny “W” 1, 2, 3, 4 I IV
10 Ny “Di” 1, 2, 3, 4, 5 II IV

25
ISSN (Print) : 2502-6127
IJONHS ISSN (Online) : 2657-2257
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan adanya perubahan tingkat kemandirian
keluarga setelah diberikan Diabetes Self-Management Education (DSME) selama 12 kali
kunjungan dengan durasi 60 menit per kunjungan. Terdapat tujuh dari sepuluh keluarga
mengalami perubahan tingkat kemandirian IV yang menunjukkan keluarga sudah mampu
melaksanakan tindakan promotif secara aktif. Hasil penelitian menunjukan adanya
perubahan tingkat kemandirian keluarga dalam melakukan perawatan pasien diabetes
mellitus tipe 2 (p = 0,001).

Tabel 2
Evaluasi Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Setelah Diberikan DSME di Kelurahan Cisalak
Pasar Kota Depok Tahun 2019 (n=10)

No Evaluasi Sebelum Sesudah


1 Latihan 1 buku kerja Skor > 70 sebanyak 100%
2 Form skrining faktor risiko Skor 15,2 artinya tinggi
DM
3 Latihan 2 buku kerja Skor > 70 sebanyak 100%
4 Perhitungan kebutuhan kalori Tidak dapat menghitung 100% dapat menghitung
kebutuhan kalori kebutuhan kalori dengan rerata
kebutuhan 1400 kalori
5 Evaluasi buku kerja pada Skor 75,1 artinya patuh dalam menjalankan diet
menu makanan
6 Sensitivitas kaki 1,5 2,4
7 Senam kaki Tidak dapat melakukan Dapat melakukan 8 gerakan
gerakan senam kaki senam kaki dan terapi kelereng
8 Perawatan kaki Tidak pernah melakukan Melakukan perawatan kaki 8
perawatan kaki langkah
9 GDS 256,5mg/dl 221,7mg/dl

Berdasarkan tabel 2 didapatkan hasil bahwa penerapan Diabetes Self-


Management Education (DSME) pada asuhan keperawatan keluarga efektif terhadap
kontrol gula darah dan sensitivitas kaki diabetik dewasa dengan diabetes mellitus di
Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok.

Pembahasan

Menurut Friedman, Bowden dan Jones (2013) dalam Andriyanto (2020), keluarga
adalah tempat paling efektif untuk menerapkan perilaku sehat sebagai strategi promosi
kesehatan yang penting. Keluarga ikut serta berperan dalam mengelola faktor risiko
diabetes mellitus pada anggota keluarganya. Pengaturan diet dan aktivitas fisik dapat
dilakukan oleh keluarga sebagai bentuk pencegahan faktor risiko serta perawatan untuk
anggota keluarga yang didiagnosis dengan diabetes mellitus (Andriyanto, Rekawati, &
Wati, 2019). Penerapan intervensi dalam pengelolaan diabetes mellitus sebagai upaya
untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih serius dilakukan melalui peningkatan
perilaku manajemen diri yang baik. Diabetes Self-Management Education (DSME) adalah
intervensi edukasi manajemen diri untuk diabetes mellitus yang berkaitan dengan
pengaturan diet dan aktivitas fisik yang bertujuan mengendalikan gula darah (Abdulah et
al., 2018). Dukungan keluarga dalam pemberian intervensi DSME diperlukan, karena
dengan adanya dukungan keluarga dapat meningkatkan perilaku manajemen diri pasien.
26
ISSN (Print) : 2502-6127
IJONHS ISSN (Online) : 2657-2257

Diabetes Self-Management Education (DSME) dilakukan terhadap dewasa


diabetes mellitus dengan melibatkan keluarga sebagai sumber perawatan terdekat bagi
anggota keluarga (Abdulah et al., 2018; Chai et al., 2018b). Sesi 1 dan 2 dalam
penerapan DSME terkait edukasi kesehatan yang bertujuan 10 keluarga mampu
mengenal masalah diabetes melitus dengan mampu menjelaskan pengertian, tanda dan
gejala, faktor yang menyebabkan, komplikasi dan tindakan yang harus dilakukan bagi
penderita diabetes mellitus. Hasil evaluasi latihan 1 di buku kerja, didapatkan bahwa 10
keluarga memiliki pengetahuan yang baik dengan nilai > 70, rerata skor form skrining
faktor risiko DM pada 10 keluarga dalam buku kerja adalah 15,2 artinya memiliki resiko
yang tinggi. Hal ini mendapatkan hasil yang sama berdasarkan hasil penelitian bahwa
terdapat pengaruh pendidikan kesehatan tentang diabetes mellitus terhadap tingkat
pengetahuan penderita diabetes mellitus tipe 2 (Martina, 2013). Penelitian serupa
didapatkan perbedaan yang signifikan pengetahuan dan sikap penderita diabetes mellitus
sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan selama 3 bulan (Adam et al.,
2018). Hasil lain didapatkan bahwa pendidikan manajemen diri efektif dalam
meningkatkan status psikologis dan kontrol glikemik (Chai et al., 2018a). Perubahan
pengetahuan terhadap penderita diabetes mellitus dan keluarga, karena metode edukasi
menggunakan metode permainan pohon masalah, tutorial melibatkan semua komponen
anggota keluarga, dan stimulasi kondisi pasien diabetes melalui video animasi.
Sesi 3 merupakan dukungan pengambilan keputusan keluarga terhadap anggota
keluarga yang sakit dengan cara memfasilitasi pengambilan keputusan kolaboratif dan
memberikan informasi sesuai permintaan pasien. Hasil evaluasi proses didapatkan
bahwa keluarga mengatakan akan merawat anggota keluarga dengan mengontrol makan
dan menganjurkan melakukan olahraga, serta minum obat secara teratur. Hasil penelitian
juga menyebutkan bahwa adanya pengaruh dukungan keluarga terhadap komplikasi
ulkus kaki diabetik dimana p value 0,007 dan OR 3,88. Artinya adanya pengaruh
dukungan keluarga terhadap komplikasi ulkus kaki diabetik yang signifikan (Elpriska,
2016). Hasil serupa menyebutkan bahwa dukungan keluarga merupakan salah satu
faktor yang berpengaruh terhadap manajemen diri diabetes mellitus (Dwi et al., 2017).
Penerapan Diabetes Self-Management Education (DSME) dilakukan 3 sesi selama 3
minggu dan ditindaklanjutin selama 3 bulan. Penerapan DSME dalam sesi 3 terkait
menyusun menu makanan dan pendampingan minum obat selalu melibatkan keluarga
secara penuh, sehingga keluarga memiliki kesadaran diri yang tinggi bahwa dirinya
merupakan faktor penting dalam memberikan dukungan.
Dewasa dengan diabetes mellitus memerlukan informasi terkait pentingnya
keteraturan jadwal makan, jenis, dan jumlah kandungan kalori (Eliana, 2015). Manajemen
diabetes yang efektif memerlukan pengendalian berat badan yang normal. Hasil evaluasi
latihan 2 di buku kerja, didapatkan bahwa 10 keluarga memahami makanan yang
dianjurkan, dibatasi, dan dihindari dengan skor > 70, rerata lingkar perut 88,7 cm, rerata
IMT 25,19, dan 10 keluarga dapat melakukan perhitungan kebutuhan kalori tubuh dengan
minimal kalori yang dibutuhkan adalah 1400 kalori. Hasil evaluasi buku kerja terkait menu
makan pada 10 keluarga, rerata didapatkan skor 75,1 yang artinya patuh dalam
menjalankan anjuran diet. Berdasarkan penelitian Herring, Beckett, Stanton-robinson, &
Witry (2018) terkait dengan konseling gizi bagi penderita diabetes tipe 2 mendapatkan
hasil yang sama bahwa intervensi terbukti mampu meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan responden dalam menentukan gizi seimbang. Penelitian sebelumnya dari
laboratorium telah menunjukkan efek menguntungkan dari diet ketogenik rendah
karbohidrat pada pasien dengan diabetes mellitus tipe II setelah pemberian jangka
panjang (Hussain et al., 2012). Pendampingan keluarga dalam mengatur jadwal makan
pasien diabetes berhasil dengan metode permainan menggunakan contoh makanan, dan
gambar makanan yang disusun menggunakan piring makananku, serta terdapat buku
harian yang berisi jadwal dan makanan apa saja yang dapat dimakan, dibatasi dan
dihindari.
27
ISSN (Print) : 2502-6127
IJONHS ISSN (Online) : 2657-2257
Perilaku aktivitas fisik juga diperlukan dalam mencegah komplikasi cedera kaki
dan meningkatkan sensitivitas kaki seperti dapat melakukan latihan kaki. Senam kaki
merupakan latihan yang dilakukan bagi dewasa diabetes mellitus atau bukan penderita
untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian
kaki. Senam kaki diabetik dan terapi kelereng mengandung unsur preventif (pencegahan)
dan juga menyembuhkan (kuratif) pada pasien DM, gerakan-gerakan senam kaki diabetik
dan terapi kelereng dilakukan sebanyak 3-4 kali sehari. Hal ini dapat dilihat dari evaluasi
nilai rerata skor sensitivitas kaki diabetes 10 keluarga adalah 1,5 sebelum diberikan
intervensi menjadi 2,4 sesudah intervensi. Pemeriksaan sensitivitas kaki dengan
menggunakan kapas, sikat pada ujung reflek hamer, jarum merupakan alat yang akurat
dalam mengukur sensitivitas kaki sebanyak 80%. Hal ini serupa dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Ruben, Rottie, & Karundeng (2016) tentang latihan kaki, dan
ditemukan bahwa ada efek latihan kaki diabetes pada perubahan kadar gula pasien
dengan diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Enemawira. Merujuk hasil
penelitian lainnya yang sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan melakukan senam
kaki diabetik dengan bola-bola plastik dapat meningkatkan sensitivitas kaki dan kontrol
gula darah pada pasien DM tipe 2 dengan nilai p 0,002 (Oktaviah, 2014). Kegiatan senam
kaki juga melibatkan keluarga, dikarenakan keluarga dapat mendampingi kegiatan pasien
diabetes dalam melakukan senam kaki dan perawatan kaki untuk dapat melakukan
observasi gejala yang akan timbul pada pasien seperti kebas pada kaki, kesemutan.
Tingkat kemandirian dari 10 keluarga didapatkan tingkat kemandirian sebelum
diberikan asuhan keperawatan keluarga adalah kemandirian I sebanyak 8 keluarga dan
kemandirian II sebanyak 2 keluarga, mengalami perubahan sesudah diberikan asuhan
keperawatan keluarga berada pada tingkat kemandirian II sebanyak 3 keluarga dan
kemandirian IV sebanyak 7 keluarga. Hal ini disebabkan oleh minat keluarga dalam
melakukan tindakan promotif dan preventif yang kurang, dengan berbagai alasan malas
mengikuti kegiatan senam cerdik, masih bandel dalam mengkonsumsi makanan, tidak
melakukan diet sesuai anjuran, perawatan kaki seperti cuci kaki dengan sabun dan
memakai lotion dilakukan jika tidak malas, senam kaki dan terapi kelereng dilakukan pada
saat pendampingan. Hasil ini sependapat dengan hasil penelitian bahwa pendampingan
keluarga efektif terhadap tingkat kemandirian keluarga dan menjadikan kadar gula darah
stabil (Istikharah et al., 2015). Hasil serupa didapatkan ada hubungan antara akses
responden ke yankes dengan tingkat kemandirian keluarga dalam melaksanakan
perawatan hipertensi pada keluarga binaan (Rosidin et al., 2018). Tingkat kemandirian
keluarga meningkat dipengaruhi oleh intervensi DSME yang menekankan bahwa
perawatan pasien diebates membutuhkan pendampingan dan dukungan. Sehingga
penderita diabetes memiliki kesadaran diri yang tinggi bahwa penyakitnya dapat diatasi
dengan manajemen diri yang baik.

Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukan adanya perubahan tingkat kemandirian keluarga


dalam melakukan perawatan pasien diabetes mellitus tipe 2 melalui penerapan DSME.
Penderita diabetes memerlukan perubahan dalam gaya hidup melalui manajemen diri
sesuai dengan pedoman klinis dengan dukungan keluarga. Rekomendasi, untuk tenaga
kesehatan khususnya perawat dalam memberikan intervensi pada pasien diabetes
mellitus tipe 2 dianjurkan dapat melibatkan keluarga dalam melakukan perawatan.

Daftar Pustaka
Abdulah, D. M., Hassan, A. B., Saadi, F. S., & Mohammed, A. H. (2018). Impacts of self-
management education on glycaemic control in patients with type 2 diabetes mellitus.
28
ISSN (Print) : 2502-6127
IJONHS ISSN (Online) : 2657-2257

Diabetes and Metabolic Syndrome: Clinical Research and Reviews, 12(6), 969–975.
https://doi.org/10.1016/j.dsx.2018.06.007
Adam, L., O’Connor, C., & Garcia, A. C. (2018). Evaluating the Impact of Diabetes Self-
Management Education Methods on Knowledge, Attitudes and Behaviours of Adult Patients
With Type 2 Diabetes Mellitus. Canadian Journal of Diabetes, 42(5), 470-477.e2.
https://doi.org/10.1016/j.jcjd.2017.11.003
Andriyanto, A. (2020). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga Berdasarkan Evidence Based
Practice (N. Akbar & I. Fradianto (eds.); I). Infermia Publishing.
Andriyanto, A., Rekawati, E., & Rahmadiyah, D. C. (2019). Increasing Knowledge, Attitudes, Skills,
and Glucose Control in Type-2 Diabetic Patients through EMAS Interventions. Nurse Media
Journal of Nursing, 9(2), 141–150. https://doi.org/https://doi.org/10.14710/nmjn.v9i2.22989
Andriyanto, A., Rekawati, E., & Rahmadiyah, D. C. (2020). Pemberdayaan pada Penderita
Diabetes Tipe 2 dan Kader Kesehatan dalam Pelaksanaan Program Pos Binaan Terpadu
Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM). Engagement: Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat, 4(1), 201–211. https://doi.org/10.29062/engagement.v4i1.81
Andriyanto, A., Rekawati, E., & Wati, D. N. K. (2019). Modul: Intervensi Keperawatan EMAS
(Edukasi, Manajemen nutrisi, Aktivitas fisik, pengelolaan Stres) Dalam Penatalaksanaan
Diabetes Melitus Tipe 2 (A. Wildan (ed.); I). Karya Bina Sehat.
Ayele, K., Tesfa, B., Abebe, L., Tilahun, T., & Girma, E. (2012). Self care behavior among patients
with diabetes in Harari, Eastern Ethiopia: the health belief model perspective. PLoS One,
7(4):e35515.
Chai, S., Yao, B., Xu, L., Wang, D., Sun, J., Yuan, N., Zhang, X., & Ji, L. (2018a). Patient
Education and Counseling The effect of diabetes self-management education on
psychological status and blood glucose in newly diagnosed patients with diabetes type 2.
Patient Education and Counseling. https://doi.org/10.1016/j.pec.2018.03.020
Chai, S., Yao, B., Xu, L., Wang, D., Sun, J., Yuan, N., Zhang, X., & Ji, L. (2018b). The effect of
diabetes self-management education on psychological status and blood glucose in newly
diagnosed patients with diabetes type 2. Patient Education and Counseling, 101(8), 1427–
1432. https://doi.org/10.1016/j.pec.2018.03.020
Dinkes. (2018). Profil Kesehatan Kota Depok 2018. September, 1–20.
http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KAB_KOTA_2017/3276_Jabar_
Kota_Depok_2017.pdf
Dwi, A., Amatayakul, A., & Karuncharernpanit, S. (2017). International Journal of Nursing Sciences
Predictors of diabetes self-management among type 2 diabetics in Indonesia : Application
theory of the health promotion model. International Journal of Nursing Sciences, 4(3), 260–
265. https://doi.org/10.1016/j.ijnss.2017.06.010
Eliana, F. (2015). Penatalaksanaan DM Sesuai Konsensus Perkeni 2015. SATELIT SIMPOSIUM
6.1 DM UPDATE DAN Hb1C, 1–7. http://www.pdui-pusat.com/wp-
content/uploads/2015/12/SATELIT-SIMPOSIUM-6.1-DM-UPDATE-DAN-Hb1C-OLEH-DR.-
Dr.-Fatimah-Eliana-SpPD-KEMD.pdf
Elpriska. (2016). Pengaruh Stres, Dukungan Keluarga dan Manajemen Diri Terhadap Komplikasi
Ulkus Kaki Diabetik Pada Penderita DM Tipe 2 Influences Of Stress, Family Support, And
Self Management Toward Complication Of Diabetic Foot Ulcer Of Diabetes Mellitus Type 2
Patiens. Idea Nursing Journal, VII(1), 20–25.
Farrés, J., Pujol, A., Coma, M., Ruiz, J., Naval, J., Mas, J., Molins, A., Fondevila, J., Aloy, P., Goh,
K., Cusick, M., Valle, D., Childs, B., Vidal, M., Barabasi, A., Lee, D., Park, J., Kay, K.,
Christakis, N., … Gavin, A. (2010). Revealing the molecular relationship between type 2
diabetes and the metabolic changes induced by a very-low-carbohydrate low-fat ketogenic
diet. Nutrition & Metabolism, 7(1), 88. https://doi.org/10.1186/1743-7075-7-88
Herring, M. S., Beckett, E. A., Stanton-robinson, C. A., & Witry, M. J. (2018). What do I eat ? Impact
of an interactive teaching method for improving pharmacy students ’ diabetes nutrition

29
ISSN (Print) : 2502-6127
IJONHS ISSN (Online) : 2657-2257
knowledge and comfort in providing nutrition counseling. Currents in Pharmacy Teaching and
Learning, August 2017, 0–1. https://doi.org/10.1016/j.cptl.2018.04.015
Hussain, T. A., Mathew, T. C., Dashti, A. A., Asfar, S., Al-Zaid, N., & Dashti, H. M. (2012). Effect of
low-calorie versus low-carbohydrate ketogenic diet in type 2 diabetes. Nutrition, 28(10),
1016–1021. https://doi.org/10.1016/j.nut.2012.01.016
Istikharah, Nuraeni, A., & Supriyono, M. (2015). Kemandirian Penderita Diabetes Melitus Lansia
Dalam Menstabilkan Gula Darah. StikesTelogorejo Semarang, 2, 1–10.
Kemenkes. (2019). Info Datin: Waspada Diabetes [Datin Info: Beware of Diabetes]. Kemenkes RI;
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI.
https://pusdatin.kemkes.go.id/folder/view/01/structure-publikasi-pusdatin-info-datin.html
Martina. (2013). Pengaruh Terapi Kelompok Suportif dan Pendidikan Kesehatan Terhadap Kualitas
Hidup Lansia yang Mengalami Diabetes Melitus di Kecamatan Banda Raya Kota Banda
Aceh. Universitas Indonesia.
Masood, I., Saleem, A., Hassan, A., Umm-E-Kalsoom, Zia, A., & Khan, A. T. (2016). Evaluation of
diabetes awareness among general population of Bahawalpur, Pakistan. Primary Care
Diabetes, 10(1), 3–9. https://doi.org/10.1016/j.pcd.2015.06.004
Mohebi, S., Parham, M., Pour, E., & Kamran, A. (2013). Self-care assessment in patients with
diabetes in qom city in 2013. Arch Hyg Sci.
Nurhayati, L., Syamsudin, & Khoiriyah, S. (2020). Peran Keluarga Dalam Perawatan Diabetes
Mellitus. Jurnal Keperawatan, 6(2), 1–13.
Oktaviah, D. (2014). Efektivitas Senam Kaki Diabetik dengan Bola Plastik terhadap Tingkat
Sensitivitas Kaki pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II. Jurnal Online Mahasiswa, 1, 1–9.
Rahayu, N. W., & Utami, M. P. S. (2018). Peningkatan Kemampuan Keluarga Dalam Merawat
Klien Diabetes Mellitus Melalui Supportive Group Therapy. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa,
1(1), 24–28. https://doi.org/10.32584/jikj.v1i1.31
Rosidin, U., Shalahuddin, I., & Sumarna, U. (2018). Hubungan Kemandirian Keluarga Dengan
Perawatan Hipertensi Pada Keluarga Binaan Puskesmas Sukaresmi Garut. Jurnal
Keperawatab Bsi, VI(1), 12–20.
Ruben, G., Rottie, J., & Karundeng, M. Y. (2016). Pengaruh Senam Kaki Diabetes Terhadap
Perubahan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja
Puskesmas Enemawira. EJournal Keperawatan (EKp), 4, 1–5.
Yeni, F., & Handayani, T. (2016). Hubungan Peran Keluarga Dengan Pengendalian Kadar Gula
Darah Pada Pasien Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Padang. NERS
Jurnal Keperawatan, 9(2), 136. https://doi.org/10.25077/njk.9.2.136-142.2013

30

Anda mungkin juga menyukai