Anda di halaman 1dari 66

PENINGKATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL:

SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT)


DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN MATERNITAS
PASIEN KANKER GINEKOLOGI (KANKER SERVIKS)

PROPOSAL
KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Disusun Oleh :
NURUL MAGHFIRAH
NIM:P1337420921246

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2022
HALAMAN PERSUTUJUAN

PENINGKATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL:


SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT)
DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN MATERNITAS
PASIEN KANKER GINEKOLOGI (KANKER SERVIKS)

Telah Disetujui Dan Dinyatakan Telah


Memenuhi Syarat Untuk Diujiankan Seminar
Proposal Karya Tulis Ilmiah Akhir Ners

Pembimbing I Pembimbing II

Dina Indrati DS, S.Kep.Ns. Sp. Kep. Mat Dr. Halimatussakdiah, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat

NIP. 197004211994032001 NIP. 196808281990032001

Ketua Program Studi Pendidikan Ners


Poltekkes Kemenkes Semarang

Shobirun, MN
NIP. 196801201993121001

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal Karya Ilmiah Akhir Ners ini diajukan oleh:


NAMA :Nurul Maghfirah
NIM :P1337420921246
Program Studi :Pendidikan Profesi Ners
Judul KIAN :Peningkatan Pemenuhan Kebutuhan Spiritual: Spiritual
Emotional Freedom Technique (Seft) Dalam Pelayanan
Keperawatan Maternitas Pasien Kanker Ginekologi (Kanker
Serviks
Telah berhasil dipertahankan dihadapan Penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners pada Program Studi
Pendidikan Profesi Ners Program Profesi Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Semarang.

Penguji I Penguji II

Dina Indrati DS, S.Kep.Ns. Sp. Kep. Mat Dr. Halimatussakdiah, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat

NIP. 197004211994032001 NIP. 196808281990032001

Penguji III

NIP.

iii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillah, Puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT yang telah

melimpahkan karunia beserta rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

proposal Karya Ilmiah Akhir Ners dengan judul “Peningkatan Pemenuhan

Kebutuhan Spiritual: Spiritual Emotional Freedom Technique (Seft) Dalam

Pelayanan Keperawatan Maternitas Pasien Kanker Ginekologi (Kanker Serviks)”

Proposal KIAN ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi mahasiswa

Program Studi Profesi Ners dalam Tugas Akhir. Proposal ini disusun atas

kerjasama dan berkat bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penyusun

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak DR. Marsum, BE, S.Pd. MHP selaku Direktur Politeknik

Kesehatan Kemenkes Semarang.

2. Bapak Suharto, S.Pd.,MN selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes

Kemenkes Semarang.

3. Bapak Shobirun.MN selaku Ketua Program Studi Sarjana Terapan

Keperawatan Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang.

4. Ibu Dina Indrati Dyah Sulistiyowati, S.Kep. Ns. Sp. Kep. Mat, selaku

pembimbing 1 yang telah memberikan bimbingan pada penulis sehingga

penulis dapat menyelesaikan KIAN ini.

iv
5. Dr. Halimatussakdiah, S.Kp. M. Kep. Sp.Mat selaku pembimbing 2 yang

telah memberikan bimbingan pada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan KIAN ini.

6. Seluruh Dosen dan Staf Akademik Program Studi Profesi Ners Jurusan

Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang

7. Kepada kedua orang tua tercinta, ayahanda Joni Edwar (alm) dan ibunda

Ratna, yang selalu memberikan kasih sayang, doa, nasehat, serta atas

kesabarannya yang luar biasa dalam setiap langkah hidup penulis, yang

merupakan anugerah terbesar dalam hidup. Penulis berharap dapat

menjadi anak yang dapat mmbanggakan.

8. Kakak tercinta, Tiara Sari Dewi S.Pd, Geubrina Razeuki Amd. Keb,

terimakasih atas segala kasih sayang, doa, dan dukungannya.

9. Teman-teman seperjuangan Mahasiswa Profesi Ners VI 2022 yang

memberikan kritik dan saran dalam menyusun KIAN ini.

10. Serta semua pihak yang baik secara langsung ataupun tidak langsung

telah membantu penulis dan menyelesaikan KIAN ini.

v
Penulis menyadari proposal Karya Ilmiah Akhir Ners ini tidak luput dari

berbagai kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan

dan perbaikannya sehingga akhirnya proposal Karya Ilmiah Akhir Ners ini dapat

memberikan manfaat bagi bidang pendidikan dan penerapan dilapangan serta bisa

dikembangkan lagi lebih lanjut. Amiin Ya Rabbal’alamin..

Semarang, Agustus 2022

Penulis

vi
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Tujuan Penelitian................................................................................................4
1.3 Manfaat penulisan..............................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Masalah Keperawatan.................................................................7
2.2 Konsep Spiritual...............................................................................................21
2.3 Konsep Terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique).....................27
2.4 Implementasi Evidance Based Practice Nursing...............................................36
2.5 Kerangka Konsep.............................................................................................44
BAB III METODE
3.1 Desain Penelitian..............................................................................................45
3.2 Subjek Studi Kasus...........................................................................................45
3.3 Lokasi Dan Waktu Studi Kasus........................................................................46
3.4 Fokus Studi Kasus............................................................................................46
3.5 Definisi Operasional.........................................................................................47
3.6 Instrumen Studi Kasus......................................................................................48
3.7 Metode Pengumpulan Data...............................................................................49
3.8 Analisa Dan Penyajian Data.............................................................................49
3.9 Etika Penelitian.................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................52
DAFTAR TABEL

2.1 Stadium kanker serviks………………………………………………………11

2.2 Intervensi keperawatan……………………………………………………….17

2.3 Analisa picot………………………………………………………………….42

2.4 Definisi operasional………………………………………………………….47

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Table Observasi Pre dan Post Intervensi


Lampiran 2 SOP (Standar Operasional Prosedur) Terapi SEFT

ix
2

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kanker telah menjadi sebuah fenomena sebagai salah satu penyakit yang

memiliki dampak serius terhadap fisik dan psikologis bagi penderitanya.

Kanker ginekologi merupakan salah satu kanker yang sering terjadi pada wanita

setelah kanker payudara, kanker usus besar dan kanker paru. World Health

Organization (WHO) (2018) menyebutkan bahwa kanker merupakan penyakit

yang terjadi akibat pertumbuhan massa yang tidak normal dari sel-sel jaringan

tumbuh yang tidak dapat terkendali, serta dapat mengenai organ disekitarnya.

Jumlah penderita kanker diseluruh dunia terus meningkat signifikan, laporan

terbaru dari International Agency for Research on Cancer mengungkapkan

terdapat 18,1 juta kasus kanker baru dan 9,6 juta kematian yang terjadi pada

tahun 2018 (Adiratna dkk, 2020).

Jumlah kasus penyakit kanker di Indonesia mencapai 136,2 kasus kanker

dari 100.000 penduduk sehingga menempatkan Indonesia berada pada urutan

ke-8 di Asia Tenggara, sedangkan Asia diurutan ke-23 (Depkes, 2019). Angka

penderita kanker semakin meningkat juga disebabkan tingginya jumlah

penderita kanker pada wanita. Berdasarkan Global Burden of Cancer,

International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2018, di Indonesia

terdapat 32,469 kasus kanker serviks, 13.310 kasus kanker ovarium kanker

6.745 kasus kanker rahim, 1.153 kasus kanker vulva, dan 412 kasus kanker

vagina. Sedangkan di Provinsi Aceh berdasarkan data yang diperoleh dari


3

bagian rekam medik RSUD dr. Zainoel Abidin, pasien yang mengalami kanker

serviks pada tahun 2015 sebanyak 54 kasus (35 rawat jalan dan 19 rawat inap).

Pada tahun 2016 terjadi peningkatan jumlah penderita kanker ginekologi

(secarviks) yang sangat signifikan yaitu sebanyak 272 kasus (254 rawat jalan

dan 18 rawat inap). Namun pada tahun 2017 terjadi penurunan jumlah penderita

kanker serviks yaitu sebanyak 80 kasus (53 rawat jalan dan 27 rawat inap)

(Faradilla, Nuzulul, 2019).

Kanker merupakan salah satu penyakit ganas yang dapat mengancam

nyawa, sehingga penderita cenderung mengalami krisis kepercayaan diri, dan

gelisah sehingga membutuhkan perhatian khusus, dukungan dan spiritualitas

yang baik. Saat ini penelitian tentang spiritualitas telah meningkat secara

kualitas maupun kuantitas dalam dua dekade terakhir pada beberapa profesional

kesehatan (Komariah, Ibrahim, 2019). Spiritualitas dianggap sebagai dimensi

mendasar dari kesehatan pasien karena dapat meningkatkan perasaan tenang

dan damai, terutama pada kondisi seseorang sedang mengalami krisis atau

ketika didiagnosis penyakit yang mengancam jiwa atau penyakit keganasan

(Martins, Caldeira, 2018; Martins et al., 2019). Oleh karena itu, diperlukan

adanya peningkatan kesadaran bahwa perawat dan juga petugas layanan

kesehatan lainnya harus mampu mengidentifikasi, mendiagnosis dan

mendukung kebutuhan spiritual pasien sebagai komponen pemberian perawatan

kesehatan holistic (Caldeira et al., 2017). Pengalaman terkena penyakit kanker

sangat berdampak pada kondisi spiritualitas seseorang (Komariah, Ibrahim,

2019).
4

Salah satu cara mendukung kebutuhan spiritual pasien adalah dengan terapi

komplementer, merupakan pengobatan yang bisa digunakan untuk penderita

kanker servik yang ditimbulkan dari keselarasan tubuh serta pikiran yang

diyakini bisa menjadi fasilitas bagi penyembuhan fisik dan psikologis.Terapi

komplementer yang bisa digunakan salah satunya yaitu terapi spiritual

emosional freedom technique (SEFT) yang bisa digabungkan dengan latihan

nafas dalam. Terapi (SEFT) termasuk dalam hypnoterapi yang termasuk

kedalam penatalaksanaan non farmakologi nyeri pada pasien kanker servik.

Pengaruh yang dirasakan pada pasien kanker servik saat diberikanterapi

hypnosis dan self- hypnosis yaitu lebih bisa menahan rasa sakit dan rasa

nyaman (Natosba, 2019).

Ketukan (tapping) pada terapi SEFT bisa merangsang serabut pada saraf A-

beta, yang diteruskan ke bagian nucleus kolumna dorsalis serta impuls saraf

yang dapat diteruskan ke lemnikus melewati jalur kolateral yang terhubung

dengan periaqueductal grey area (PAG). Perangsangan PAG dapat

menghasilkan enkepalin, berupa opium ditubuh sehingga dapat menurunkan

nyeri. Terapi SEFT hampir memiliki kesamaan dengan akupresur namun tetap

memiliki perbedaan yaitu terapi SEFT dapat dilakukan dengan mudah, cepat

dan sederhana serta tidak menimbulkan resiko karena dilakukan tidak dengan

menggunakan jarum atau alat yang lainnya. Terapi SEFT ini melibatkan Tuhan

sehingga masalah yang diatasi lebih luas terutama masalah emosi dan fisik

(Brahmantia, 2018).
5

Penelitian Avianti dan Desmaniarti (2017) menyebutkan bahwa SEFT dapat

menurunkan stres pada pasien kanker serviks sebesar 19,5%. SEFT merupakan

teknik penggabungan dari sistem energi tubuh dan terapi spiritualitas dengan

menggunakan metode tapping (ketukan ringan) pada beberapa titik meridian

tubuh. Pada saat tapping terjadi peningkatan proses perjalanan sinyal-sinyal

neurotransmitter yang menurunkan regulasi hipotalamic-pitutiary-adrenal Axis

(HPA axis) sehingga mengurangi produksi hormon stres yaitu kortisol. Efek

tapping telah dibuktikan dengan sebuah penelitian di Harvard Medical School.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketika seseorang yang dalam keadaan

takut kemudian dilakukan tapping pada titik meridiannya maka terjadi

penurunan akitivitas amygdala, dengan kata lain terjadi penurunan aktivitas

gelombang otak, hal tersebut juga membuat respon fight or flight pada

partisipan terhenti. Berhentinya respon fight or flight pada partisipan

memunculkan efek relaksasi yang akan menetralisir segala ketegangan emosi

yang dialami individu. Efek relaksasi yang menetralisir ketegangan emosi

secara otomatis akan meningkatkan rasa tenang dan nyaman pada individu.

Hasil dari penelitian menurut Nuraeni dkk., (2015) menunjukan bahwa

jumlah persentase paling tinggi diraih pada kebutuhan spiritual dimensi

religion. Menurut penelitian ini dimensi religion sangat dibutuhkan oleh pasien

kanker. Kebutuhan spiritualitas mempunyai peran yang penting bagi pasien

kanker, berdasarkan beberapa penelitian di atas serta masih sedikitnya

penelitian tentang kebutuhan spiritual maka peneliti tertarik melakukan studi

literatur tentang kebutuhan spiritual pada pasien kanker.


6

Terapi Spiritual emotional freedom technique SEFT adalah terapi yang

menggabungkan antara spiritualitas berupa doa, keikhlasan dan kepasrahan,

dengan Emotional Freedom Technique (EFT) yang memanfaatkan sistem

energi tubuh untuk membantu memperbaiki kondisi pikiran, emosi, dan

perilaku. Emosi negatif dapat diatasi dengan terapi SEFT melalui sugesti

kalimat berupa doa dan ketukan ringan dengan dua ujung jari (tapping) di

bagian tubuh tertentu. Terapi SEFT sangat mudah dilakukan dengan 3 tahapan

sederhana, yaitu set-up, tune-in dan tapping. Penggunaan set–up dalam SEFT

berisikan doa yang berpengaruh terhadap kesehatan psikologis.Tahap tune-in

dapat merasakan rasa sakit yang dialami, berlanjut mengarahkan pikiran ke

tempat rasa sakit yang diiringi dengan doa.

Pemberian rangsangan secara manual ini dapat memproduksi serotonin dan

memperbaiki pengaturan kerja sistem kortisol. Neurochemical yang dihasilkan

tersebut dapat menurunkan heart rate, mengurangi kecemasan, menunjukkan

fight or flight response, memperbaiki regulasi sistem saraf outonom, dan

berdampak pada kenyamanan hidup.

Berdasarkan masalah dan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengetahui

“Peningkatan Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Emotional Freedom Technique

(SEFT) Dalam Pelayanan Keperawatan Maternitas Pasien Kanker Ginekologi”.

1.2 Tujuan Penilitian

1. Tujuan Umum

Untuk menganalisis pengaruh terapi Spiritual Emotional Freedom

Technique (SEFT) pada pasien kanker Ginekologi.


7

2. Tujuan Khusus

1) Menganalisis hasil pengkajian pada pasien kanker ginekologi dengan

Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Emotional Freedom Technique

(SEFT).

2) Menganalisis hasil analisa data pada pasien kanker ginekologi dengan

Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Emotional Freedom Technique

(SEFT).

3) Menganalisis hasil intervensi keperawatan pada pasien kanker

ginekologi dengan Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Emotional Freedom

Technique (SEFT).

4) Menganalisis hasil implementasi keperawatan pada pasien kanker

ginekologi dengan Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Emotional Freedom

Technique (SEFT).

5) Menganalisis hasil evaluasi keperawatan pada pasien kanker ginekologi

dengan Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Emotional Freedom Technique

(SEFT).

6) Menganalisis hasil keperawatan pada pasien kanker ginekologi dengan

Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Emotional Freedom Technique

(SEFT).
8

1.3 Mamfaat Penulisan

1. Mamfaat Akademis

Mamfaat penulisan laporan kasus ini bagi institusi/akademis adalah sebagai

bahan referensi dalam penerapan pemenuhan kebutuhan Spiritual Emotional

Freedom Technique (SEFT) pada pasien kanker ginekologi.

2. Mamfaat Praktis

1) Penulis, dapat menganalisis penerapan pemenuhan kebutuhan Spiritual

Emotional Freedom Technique (SEFT) pada pasien kanker ginekologi.

2) Rumah Sakit, khususnya di ruang Ginekologi yaitu sebagai bahan

referensi dalam pengkajian terhadap pemenuhan kebutuhan Spiritual

Emotional Freedom Technique (SEFT) dengan pasien kanker.

3) Pasien, dapat memberikan informasi terkait pemenuhan kebutuhan

dengan terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) pada

pasien kanker ginekologi.


8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Masalah Keperawatan

A. Konsep Dasar Kanker Ginekologi (Kanker Serviks)

a. Pengertian

Kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus, yaitu

suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu

masuk kearah rahim yang terletak antara uterus dengan vagina (Black &

Hawks, 2014). Kanker serviks atau yang biasa disebut juga dengan

kanker mulut rahim adalah sejenis kanker yang 99,7% disebabkan oleh

Human Papilloma Virus (HPV) yang menyerang serviks (leher rahim)

(Setiawati, 2014) yang banyak diderita oleh wanita yang telah menikah

atau aktif dalam melakukan aktivitas seksual (Fitrisia et al., 2019).

b. Etiologi

Penyebab terjadinya kelainan pada sel - sel serviks tidak diketahui

secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh

terhadap terjadinya kanker (NANDA, 2015) serviks yaitu:

1. HPV (Human papilloma virus) HPV adalah virus penyebab kutil

genetalis (Kandiloma akuminata) yang ditularkan melalui hubungan

seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18, 45,

dan 56.

2. Merokok Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi

kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV pada serviks.


9

3. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini.

4. Berganti-ganti pasangan seksual.

5. Suami/pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama

pada usia di bawah 20 tahun, berganti - berganti pasangan dan

pernah menikah dengan wanita yang menderita kanker serviks.

6. Pemakaian DES (Diethilstilbestrol) pada wanita hamil untuk

mencegah keguguran (banyak digunakan pada tahun 1940-1970).

7. Gangguan sistem kekebalan

8. Pemakaian Pil KB.

9. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun.

10. Golongan ekonomi lemah (karena tidak mampu melakukan pap

smear secara rutin).

c. Tanda dan Gejala

Menurut (Purwoastuti, 2015), gejala kanker leher rahim

adalah sebagai berikut:

1. Keputihan, makin lama makin berbau busuk.

2. Perdarahan setelah senggama yang kemudian berlanjut menjadi

perdarahan abnormal, terjadi secara spontan walaupun tidak

melakukan hubungan seksual.

3. Hilangnya nafsu makan dan berat badan yang terus menurun.

4. Nyeri tulang panggul dan tulang belakang.

5. Nyeri disekitar vagina

6. Nyeri abdomen atau nyeri pada punggung bawah


10

7. Nyeri pada anggota gerak (kaki).

8. Terjadi pembengkakan pada area kaki.

9. Sakit waktu hubungan seks.

10. Pada fase invasif dapat keluar cairan kekuning-kuningan, berbau

dan bercampur dengan darah.

11. Anemia (kurang darah) karena perdarahan yang sering timbul.

12. Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terjadi pendarahan

diantara siklus haid.

13. Sering pusing dan sinkope.

14. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang

gizi, edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus

besar bagian bawah (rectum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau

rectovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh.

d. Patofisiologi

Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) persisten dapat berkembang

menjadi neoplasia intraepitel serviks (NIS). Seorang wanita dengan

seksual aktif dapat terinfeksi oleh HPV resiko tinggi dan 80% akan

menjadi transien dan tidak akan berkembang menjadi NIS dan HPV

akan hilang dalam waktu 6-8 bulan. Dalam hal ini respon antibody

terhadap HPV risiko tinggi yang berperan. Dua piluh persen sisanya

berkembang menjadi NIS dan sebagian besar yaitu 80% virus

menghilang kemudian lesi juga menghilang.


11

Maka yang berperan dalam cytotoxic T-cell. Sebanyak 20% dari

yang terinfeksi virus tidak menghilang dan terjadi infeksi yang

persisten. NIS akan bertahan atau NIS 1 akan berkembang menjadi NIS

3, dan pada akhirnya sebagiannya lagi akan menjadi kanker invasif.

HPV risiko rendah tidak berkembang menjadi NIS 3 atau kanker

invasive tetapi paling banyak menjadi NIS 1 dan beberapa menjadi NIS

2. Maka interval antara NIS 1 dan kanker invasive di perkirakan 12,7

tahun dan kalau dihitung dari infeksi HPV sampai terjadinya kanker

adalah 15 tahun. Dalam hal ini factor onkogen E6 dan E7 dari HPV

mengikat gen suppressor p53 dan Rb sehingga control siklus sel dan

reparasi DNA terganggu, terjadi aktifasi telomerase, dan menimbulkan

ketidak stabilan genetic sehingga terjadi perubahan fenotipe ganas.

Kecepatan pertumbuhan kanker ini tidak sama antara kasus satu

dengan kasus yang lainnya. Namun, pada penyakit yang

pertumbuhannya sangat lambat bila diabaikan sampai lama juga tidak

mungkin terobati. Sebaliknya tumor yang tumbuh dengan cepat bila

dikenali secara dini akan mendapatkan hasil pengobatan yang lebih

baik. Semakin dini penyakit tersebut di deteksi dan dilakukan terapi

yang adekuat, semakin memberi hasil yang sempurna.

e. Klasifikasi

Menurut Federation International of Gynecology and Obstetricts

(FIGO) ada beberapa klasifikasi dari kanker serviks, yaitu sebagai

berikut (Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2017):


12

1. Stadium 0, stadium ini biasa disebut juga dengan Karsinoma in

situ (karsinoma pre-invasif). Dimana tumor masih dangkal,

hanya tumbuh dilapisan sel serviks.

2. Stadium 1, kanker telah tumbuh dalam serviks namun belum

menyebar kemanapun, stadium ini juga dibedakan menjadi:

a) Stadium 1 A1, pada stadium ini dokter tidak dapat

melihat kanker tanpa mikroskop, kedalamannya tidak

lebih dari 3 mm dan besarnya kurang dari 7 mm.

b) Stadium 1 A2, pada stadium ini dokter tidak dapat

melihat kanker tanpa mikroskop, kedalamannya antara 3-

5 mm dan besarnya kurang dari 7 mm.

c) Stadium 1 B1, pada stadium ini dokter dapat melihat

dengan mata telanjang. Ukurannya lebih besar dari

ukuran A2 atau sekitar 4 mm.

d) Stadium 1 B2, pada stadium ini dokter dapat melihat

kanker dengan mata telanjang. Ukurannya lebih besar

dari 4 mm.

3. Stadium 2, kanker berada di bagian dekat serviks tetapi tidak

sampai ke dinding panggul atau mencapai 1/3 bawah vagina.

Stadium 2 dibagi menjadi:

a) Stadium 2 A, pada stadium ini kanker meluas sampai ke

atas vagina, tetapi belum menyebar ke jaringan yang

lebih dalam dari vagina.


13

b) Stadium 2B, pada stadium ini kanker telah menyebar ke

jaringan sekitar vagina dan serviks, namun belum sampai

ke dinding panggul.

4. Stadium 3, kanker telah menyebar ke jaringan lunak sekitar

vagina dan serviks sepanjang dinding panggul. Dan/ atau dapat

menimbulkan hidronefrosis atau afungsi ginjal.

5. Stadium 4, pada stadium ini kanker telah menyebar ke bagian

lain tubuh, seperti kandung kemih, rektum, dan paru-paru.

Stadium IV dibagi menjadi:

a) Stadium 4A, kanker telah menyebar ke organ mendekat,

seperti kandung kemih dan rektum.

b) Stadium 4B, kanker telah menyebar ke organ yang lebih

jauh seperti paru-paru.

f. Konsep Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian terdiri dari pengumpulan informasi subjektif dan

objektif (misalnya, tanda-tanda vital, wawancara klien/keluarga,

pemeriksaan fisik) dan peninjauan informasi riwayat pasien dan

rekam medik. Perawat juga mengumpulkan kekuatan (untuk

mengidentifikasi peluang promosi kesehatan) dan resiko (area yang

merawat dapat mencegah atau potensi masalah yang dapat ditunda)

(NANDA Internasional, 2015). Pengkajian untuk klien kanker

serviks antara lain :


14

1. Identitas pasien

Meliputi nama pasien, tempat tanggal lahir, usia, status

perkawinan, pekerjaan, jumlah anak, agama, alamat, jenis

kelamin, pendidikan terakhir, asal suku bangsa, tanggal masuk

rumah sakit, nomor rekam medik, nama orangtua dan pekerjaan

orangtua.

2. Identitas penanggungjawab

Meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan, hubungan dengan

pasien.

3. Riwayat kesehatan

1) Keluhan utama

Biasanya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan

seperti pendarahan intra servikal dan disertai keputihan yang

menyerupai air dan berbau. Pada pasien kanker servik post

kemoterapi biasanya datang dengan keluhan mual muntah

berlebihan, tidak nafsu makan dan anemia.

2) Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya pasien pada stadium awal tidak merasakan keluhan

yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3

dan 4 timbul keluhan seperti keputihan yang berbau busuk,

pendarahan setelah melakukan hubungan seksual, rasa nyeri

di sekitar vagina, nyeri pada panggul. Pada pasien kanker

servik post kemoterapi biasanya mengalami keluhan mual


15

muntah berlebihan, tidak nafsu makan dan anemia.

3) Riwayat kesehatan dahulu

Biasanya pada pasien kanker serviks memiliki riwayat

kesehatan dahulu seperti riwayat penyakit keputihan,

riwayat penyakit HIV/AIDS (Ariani, 2015).

4. Riwayat kesehatan keluarga

Biasanya riwayat keluarga adalah salah satu faktor yang

paling mempengaruhi karena kanker bisa dipengaruhi oleh

kelainan genetika. Keluarga yang memiliki riwayat kanker

didalam keluarganya lebih beresiko tinggi terkena kanker dari

pada keluarga yang tidak ada riwayat di dalam keluarganya.

5. Keadaan psikososial

Biasanya tentang penerimaan pasien terhadap penyakitnya

serta harapan terhadap pengobatan yang akan dijalani,

hubungan dengan suami/keluarga terhadap pasien dari sumber

keuangan. Konsep diri pasien meliputi gambaran diri peran dan

identitas. Kaji juga ekspresi wajah pasien yang murung atau

sedih serta keluhan pasien yang merasa tidak berguna atau serta

keluhan pasien yang merasa tidak berguna atau menyusahkan

orang lain (Reeder, 2013).

6. Data khusus

1) Riwayat obsetri dan ginekologi)

Menurut (Aspiani, 2017) Untuk mengetahui riwayat obstetri


16

pada pasien dengan kanker serviks yang perlu diketahui adalah:

a) Keluhan haid

Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab

kanker serviks tidak pernah ditemukan sebelum menarche

dan mengalami atropi pada masa menopose. Siklus

menstruasi yang tidak teratur atau terjadi pendarahan

diantara siklus haid adalah salah satu tanda gejala kanker

serviks.

b) Riwayat kehamilan dan persalinan

Jumlah kehamilan dan anak yang hidup karna kanker serviks

terbanyak pada wanita yang sering partus, semakin sering

partus semakin besar resiko mendapatkan karsinoma serviks.

2) Riwayat kebiasaan sehari-hari

Biasanya meliputi pemenuhan kebutuhan nutrisi, elimenasi,

aktivitas pasien sehari-hari, pemenuhan kebutuhan istirahat dan

tidur (Padila, 2015). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi

biasanya mengalami keluhan tidak nafsu makan, kelehan,

gangguan pola tidur.

3) Pemeriksaan fisik meliputi:

a) Keadaan umum

Pasien kanker serviks post kemoterapi sadar, lemah dan

tanda-tanda vital normal (120/80 mmHg).

b) Kepala
17

Pemeriksaan kepala meliputi bentuk kepala, kebersihan

kepala, apakah ada benjolan atau lesi, dan biasanya

pasien kanker serviks post kemoterapi terdapat rambut

rontok

c) Mata

Pemeriksaan mata meliputi kesimetrisan dan kelengkapan

mata, kelopak mata, konjungtiva anemis atau tidak,

ketajaman penglihatan. Biasanya ada keadaan dimana

konjungtiva anemis dan skelera ikterik karena mengalami

proses perdarahan.

d) Hidung

Pemeriksaan hidung meliputi tulang hidung dan posisi

septum nasi, kondisi lubang hidung, apakah ada sekret,

perdarahan atau tidak, serta sumbatan jalan yang

mengganggu pernafasan.

e) Telinga

Pemeriksaan telinga meliputi bentuk, kesimetrisan,

keadaan lubang telinga, kebersihan, serta ketajaman

telinga.

f) Leher

Pemeriksaan leher meliputi kelenjar tiroid, vena jugularis

apakah ada pembesaran atau tidak, biasanya pada pasien

kanker serviks post kemoterapi terdapat pembesaran


18

kelenjar getah bening pada stadium lanjut

g) Dada

Pemeriksaan meliputi inspeksi untuk menilai bentuk

thoraks, kesimetrisan, apakah ada penggunaan otot bantu

nafas, palpasi yang dilakukan dengan vokal premitus

yaitu menyebutkan angka “Tujuh puluh tujuh” apakah

getaran antar dada yang satu dengan lain sama, perkusi

yang dilakukan pada semua lapang paru mulai dari

klavikula kebawah pada setiap spasium intercostalis, dan

auskultasi untuk menilai bunyi, suara nafas.

h) Abdomen

Biasanya pada pasien kanker serviks terdapat adanya

nyeri abdomen atau nyeri pada punggung bawah akibat

tumor menekan saraf lumbosakralis (Padila, 2015).

i) Genetalia

Pemeriksaan genetalia untuk melihat apakah terdapat

hematoma, oedema, tanda-tanda infeksi, pemeriksaan

pada lokhea meliputi warna, bau, jumlah, dan

konsistensinya. Biasanya pada pasien kanker serviks

mengalami sekret berlebihan, keputihan, peradangan,

pendarahan dan les.

j) Ekstremitas

Pemeriksaan integumen meliputi warna, turgor,


19

kelembapan, suhu tubuh, tekstur, hiperpigmentasi.

Pemeriksaan ekstremitas untuk melihat apakah ada

tidaknya oedema, varises, reflek bisep, trisep, patela,

reflek babinski, nyeri tekan, dan pemeriksaan human

sign. Biasanya pada pasien kanker serviks yang stadium

lanjut mengalami udema dan nyeri. Pada pasien kanker

serviks post kemoterapi biasanya mengalami kesemutan

atau kebas pada tangan dan kaki.

4) Pemeriksaan penunjang

Sitologi dengan cara pemeriksaan pap smear, koloskopi,

servikografi, pemeriksaan visual langsung, gineskopi (Padila,

2015). Selain itu bisa juga dilakukan pemeriksaan hematologi

karna biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi

mengalami anemia karna penurunan hemaglobin. Nilai

normalnya hemoglobin wanita 12-16 gr/dl (Brunner, 2013).

7. Diagnosa Keperawatan

1) D.0080 Ansietas berhubungan dengan status kesehatan

menurun

2) D.0087 Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan

pada citra tubuh

3) D.0069 Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan

struktur tubuh.
20

8. Intervensi Keperawatan

Tabel 1.2 Intervensi Keperawatan


No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. D.0087 NOC : SIKI :
Harga diri rendah Setelah dilakukan asuhan Promosi Koping
berhubungan keperawatan selama 6x24 1. Identifikasi
dengan perubahan jam diharapkan masalah kemampuan yang
citra tubuh harga diri rendah tertasi dimiliki
2. Identifikasi
dengan kriteria hasil :
pemahaman proses
1. Menunjukkan penilaian
penyakit
pribadi tentang harga
3. Identifikasi dampak
diri situasi terhadap
2. Mengungkapkan peran dan
penerimaan diri hubungan
3. Komunikasi terbuka 4. Identifikasi metode
4. Mengatakan optimisme penyelesaian
terhadap masa masalah
depan 5. Identifikasi
5. Menggunakan koping kebutuhan dan
keinginan terhadap
efektif
dukungan sosial
6. Diskusikan
perubahan peran
yang dialami
7. Gunakan
pendekatan yang
tenang dan
meyakinkan
8. Diskusikan alasan
mengkritik diri
sendiri
9. Diskusikan
konsekuensi tidak
menggunakan rasa
malu
10. Fasilitasi dalam
memperoleh
informasi yang
dibutuhkan
21

11. Motivasi untuk


menentukan
harapan yang
realistis
12. Dampingi saat
berduka
13. Anjurkan
penggunaan sistem
spiritual jika perlu
14. Ajarkan
mengungkapkan
perasaan dan
presepsi
15. Anjurkan keluarag
terlibat
16. Ajarkan cara
memecahkan
masalah secara
kontruktif
17. Latih penggunaan
teknik relaksasi
2. D.0080 NOC : SIKI :
Ansietas Setelah dilakukan asuhan Promosi Koping
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam 1. Kaji tingkat
dengan status pasien terhindar dari adanya kecemasan pasien
2. Gunakan
kesehatan menurun kecemasan dengan kriteria
pendekatan yang
hasil:
menenangkan
1. Klien mampu 3. Jelaskan semua
mengidentifikasi dan
prosedur dan apa
mengungkapkan gejala
yang dirasakan
cemas
selama prosedur
2. Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan 4. Nyatakan dengan
menunjukkan tehnik untuk jelas harapan
mengontrol cemas terhadap pelaku
3. Vital sign dalam batas pasien
normal 5. Temani pasien
4. Postur tubuh, ekspresi untuk memberikan
wajah, bahasa tubuh dan keamanan dan
tingkat aktifitas mengurangi takut
menunjukkan 6. Dengarkan dengan
berkurangnya kecemasan penuh perhatian
7. Identifikasi tingkat
22

kecemasan
8. Bantu pasien
mengenal situasi
yang
menimbulakan
kecemasan
9. Dorong pasien
untuk
mengungkapkan
perasaan ketakutan,
presepsi.
10. Instruksikan pasien
menggunakan
tehnik relaksasi
nafas dalam

3. D.0069 NOC: SIKI:


Disfungsi seksual Setelah dilakukan Konseling Seksualitas
berhungan dengan asuhan keperawatan I.07214
perubahan struktur selama 6x24 jam 1. Identifikasi tingkat
diharapkan gangguan pengetahuan,
tubub
disfungsi seksual masalah sistem
teratasi dengan kriteria reproduksi, masalah
hasil : seksualitas dan
1. Pengenalan dan penyakit menular
penerimaan identitas seksusal
seksual pribadi 2. Identifikasi waktu
2. Mengetahui masalah disfungsi seksual
reproduksi dan kemungkinan
3. Fungsi seksual : integrasi penyebab
aspek fisik, sosio emosi dan 3. Monitor stress,
intelektual ekspresi dan kecemasan, depresi,
performa seksual dan penyebab
4. Mampu mengontrol disfungsi seksual
kecemasan 4. Fasilitasi
5. Menunjukkan keinginan komunikasi antara
untuk mendiskusikan pasien dan
6. perubahan fungsi seksual pasangan
7. Mengungkapkan 5. Berikan
23

pemahaman tentang kesempatan kepada


perubahan fungsi seksual pasangan untuk
8. Pengenalan dan penerimaan menceritakan
permasalahan
seksual
6. Berikan pujian
terhadap perilaku
yang benar
7. Berikan saran

9. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah tindakan dari rencana keperawatan yang telah

disusun dengan menggunakan pengetahuan perawat, perawat

melakukan dua intervensi yaitu mandiri/independen dan

kolaborasi/interdisipliner (NANDA, 2015). Tujuan dari

implementasi antara lain adalah: melakukan, membantu dan

mengarahkan kinerja aktivitas kehidupan sehari-hari, memberikan

asuhan keperawatan untuk mecapai tujuan yang berpusat pada klien,

mencatat serta melakukan pertukaran informasi yang relevan dengan

perawatan kesehatan yang berkelanjutan dari klien.

10. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan sebagai penialian status pasien dari efektivitas

tindakan dan pencapaian hasil yang diidentifikasi terus pada setiap

langkah dalam proses keperawatan, serta rencana perawatan yang

telah dilaksanakan (NANDA, 2015). Tujuan evaluasi adalah untuk

melihat kemampuan pasien dalam mencapai tujuan. Hal ini bisa

dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan pasien.


24

B. Konsep Spiritual

a. Pengertian Spiritual

Spiritual merupakan sesuatu yang berhubungan dengan spirit,

semangat untuk mendapatkan keyakinan, harapan dan makna hidup.

Spiritualitas juga merupakan suatu kecenderungan untuk membuat

peningkatan makna hidup melalui hubungan intrapersonal, interpersonal

dan transpersonal dalam mengatasi berbagai masalah kehidupan (Ah.

Yusuf, Dkk. 2016). Spiritualitas adalah kebangkitan atau pencerahan

diri untuk mencapai makna hidup dan tujuan hidup. Spiritual merupakan

bagian esensial dari keseluruhan kesehatan dan kesejahteraan seseorang.

(Tamami, 2011). National care institute (2015) menyatakan bahwa

spiritualitas adalah perasaan damai individu, tujuan hidup, hubungan

dengan orang lain, dan keyakinan tentang makna kehidupan.

Spiritualdapat ditemukan dan diungkapkan melalui agama yang

terorganisir atau dengan bentuk lainnya.

b. Komponen Kebutuhan Spiritual

Hodge et al (2010) pada penelitiannya mengungkapkan bahwa

terdapat 6 aspek kebutuhan spiritual yakni:

1) Makna,tujuan, dan harapan hidup

Makna, tujuan dan harapan hidup adalah kebutuhan untuk

memahami peristiwa dalam kehidupan secara keseluruhan. Pasien

membutuhkan penjelasan tentang penyakitnya, mengapa penyakit ada

pada dirinya, dengan adanya penjelasan diharapkan agar pasien tidak


25

putus asa, berfikir positif dan bersyukur atas berkat Tuhan, fokus pada

hal-hal yang baik,membuat hidup menjadi lebih berarti. Kebutuhan

akan makna, tujuan, dan harapan erat kaitannya dengan kebutuhan

akan hubungan dengan Tuhan.

2) Hubungan dengan tuhan

Bagi pasien hubungan dengan Tuhan menjadi kebutuhan yang

penting yang dapat membantu pasien menghadapi masa-masa sulit,

memberi rasa yang utuh mengenai makna dan tujuan serta

memberikan harapan untuk masa kini, masa depan, dan masa yang

akan datang. Perilaku yang ditunjukkan pasien adalah berdoa,

komunikasi dengan Tuhan, menerima kehendak Tuhan, menerima

rencana Tuhan, percaya bahwa Tuhan yang menyembuhkan

penyakitnya, yakin akan kehadiran Tuhan pada masa-masa perawatan

penyakitnya dan pasien percaya Tuhan yang memelihara dan

mengawasi mereka.

3) Praktek spiritual

Praktek spiritual dilakukan pasien dan harus mempunyai

keinginan untuk melakukan kegiatan ibadah secara rutin. Dengan

demikian diharapkan dapat meningkatkan hubungan dengan Tuhan

sehingga dapat menyemangati dari keterpurukan yang mereka hadapi.

Kegiatan yang dilakukan oleh pasien adalah berdoa, membaca kitab

suci, pelayanan keagamaan, membaca buku yang bertema rohani.

4) Kewajiban agama
26

Kewajiban agama berhubungan dengan tradisi agama pasien

misalnya adanya makanan yang halal dan tidak halal, kematian dan

proses penguburan yang harus dihormati.

5) Hubungan interpersonal

Selain hubungan dengan Tuhan, pasien juga membutuhkan

hubungan dengan makhluk tuhan, termasuk hubungan dengan kaum

ulama. Kebutuhan ini meliputi: mengunjungi anggota keluarga,

menerima do’a orang lain, meminta maaf, menerima dukungan,

dihargai dan dicintai orang lain.

6) Hubungan dengan perawat dan tenaga kesehatan lainnya

Pasien diharapkan memiliki interaksi dengan perawat dan tenaga

kesehatan lainnya. Pasien membutuhkan para tenaga kesehatan

memiliki ekspresi wajah yang ramah, kata-kata dan bahasa tubuh yang

baik, menghormati, empati, peduli, memberikan informasi tentang

penyakitnya secara lengkap dan akurat, dan mendiskusikan tentang

pilihan pengobatan. Ketika memberikan asuhan keperawatan kepada

klien, perawat diharapkan untuk peka terhadap kebutuhan spiritual

klien, tetapi dengan berbagai alasan ada kemungkinan perawat juga

menghindari untuk memberikan asuhan spiritual. Perawat merasa

bahwa pemenuhan kebutuhan spiritual klien bukan menjadi tugasnya,

tetapi tanggung jawab pemuka agama (Suratmi, 2011)

c. Faktor Yang Mempengaruhi Spiritual


27

Taylor, Lilis, dan Le Mone (1997), craven dan Himle (1996) dalam

(Hamid A. , 2008) menyatakan faktor penting yang dapat mepengaruhi

spiritualitas seseorang adalah keluarga, latar belakang etnik dan budaya,

pengalaman hidup sebelumnya, krisis, terpisah dari 24 ikatan spiritual,

isu moral terkait dengan terapi, serta asuhan keperawatan yang kurang

tepat.

a) Tahap perkembangan

1) Pada masa anak-anak (6-12), spiritualitas pada masa ini belum

bermakna pada dirinya. Spiritualitas didasarkan pada perilaku

yang didapat yaitu interaksi dengan orang lain seperti keluarga.

Pada masa ini, anak-anak belum mempunyai pemahaman slah

atau benar. Keperacayaan atau keyakinan mengikuti ritual atau

meniru orang lain.

2) Pada masa remaja (12-17), spiritualitas pada masa ini sudah

mulai pada keinginan akan pencapaian kebutuhan spiritualitas

seperti keinginan melalui berdoa kepada pencipta-Nya yang

berarti sudah mulai membutuhkan pertolongan melalui

keyakinan atau kepercayaa. Bila pemenuhan kebutuhan

spiritualitas tidak terpenuhi, akan menimbulkan kekecewaan.

3) Sedangkan pada kondisi usia dewasa awal (18-25 tahun)

merupakan masa pencarian kepercayaan diri, diawali dengan

proses pertanyaan akan keyakinan atau kepercayaan yang

dikaitkan secara kognitif sebagai bentuk yang untuk


28

mempercayainya. Pada masa ini, pemikiran sudah bersifat

rasional dan keyakinan atau kepercayaan harus dapat dijawab

secara rasional.

4) Pada usia dewasa pertengahan (26-38 tahun), lansia (>60 tahun)

mempunyai lebih banyak waktu untuk kegiatan agama dan

berusaha untuk mengerti nilai agama. Perasaan kehilangan

karena pensiun dan tidak aktif lagi serta menghadapi kamatian

orang lain baik itu saudara maupun sahabat menimbulkan rasa

kesepian dan mawas diri. Perkembangan pemahaman agama

yang lebih matang dapat membantu orang tua untuk menghadapi

kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan dan merasa berharga,

serta lebih dapat menerima kematian sebagai hal yang tidak

dapat ditolak atau dihindari.

b) Keluarga

Keluarga merupakan kelompok terdekat dan suatu sistem pertama

dalam memandang kehidupan yang ada di dunia. Dari keluarga

ndividu belajar tentang Tuhan, kehidupan, dan diri sendiri. Keluarga

memiliki peran ang penting dalam memenuhi kebutuhan spiritualitas

karena keluarga memiliki ikatan emosional yang kuat dan selalu

berinteraksi dalam kehidupan sehi-hari.

c) Latar belakang etnik dan budaya


29

Keyakinan, sikap , dan nilai sanagat dipengaruhi oleh latar belakang

etnik dan sosial budaya. Pada dasarnya, seseorang akan terbawa oleh

tradisi dan agama yang dilakukan oleh keluarganya.

d) Pengalaman hidup sebelumnya

Pengalaman hidup seseorang baikitu pengalaman negatif maupun

positif dapat mempengaruhi spiritualitas seseorang. Setiap kejadian

dalam suatu kehidupan biasa dianggap sebagai cobaan dari Tuhan

yang diberikan kepada manusia untuk menguji bagaimana kekuatan

imannya.

e) Krisis dan perubahan

Krisis dialami hampir setiap orang yang sedang menghadapi

penyakit, penderitaan, proses penuaan, kehilangan, dan kematian,

utamanya pada pasien dengan penyakit terminal atau prognosis yang

buruk.

f) Terpisah dari ikatan spiritual

Individu yang mengalami sakit yang bersifat akut dapat membuat

individu tersebut merasakan terisolasi, kehilangan sistem dukungan

dan kebebasan pasien yang dirawat di rumah sakit merasa terisolasi

dalam suatu ruangan yang tidak biasanya dan merasa tidak aman.

Aktivitas sehari- hari juga berubah yaitu antara lain tidak dapat

mengahadiri kegiatan keagamaan atau berkumpul dengan keluarga,

teman yang dapat memberikan sistem dukungan kepada pasien itu


30

sendiri. Terpisahnya klien dari ikatan spiritual dapat menimbulkan

resiko terjadinya perubahan fungsi spiritual.

d. Masalah Spiritual

Ketika penyakit, kehilangan atau nyeri menyerang seseorang. Kekuatan

spiritual dapat membantu kearah penyembuhan atau pada

perkembangan kebutuhan dan perhatian spiritual. Selama penyakit

individu menjadi kurang mampu untuk merawat diri mereka dan lebih

tergantung pada orang lain untuk merawat dan dukungan. Distres

spiritual mengacu pada tantangan terhadap kesejahteraan spiritual atau

terhadap system keyakinan yang memberi kekuatan, harapan dan makna

hidup (Potter & Perry, 2005). Distres spiritual suatu keadaan yang

berhubungan dengan diri sendiri, dunia atau kekuatan 28 yang tinggi.

Adapun batasan karakteristik distress spiritual menurut (Herdman,

2016) sebagai berikut:

1) Kurang diterima dan dorongan

2) Marah dan rasa bersalah

3) Perasaan tidak dicintai

4) Perasaan tidak dicintai

5) Menolak interaksi terhadap teman dan keluarga

6) Perubahan tiba-tiba dalam praktik spiritual

7) Meminta menemui pemimpin keagamaan Tidak tertarik pada alam

dan membaca literature spiritual

C. Konsep Dasar Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)


31

a. Pengertian

Avianti (2014) mengatakan SEFT (Spiritual Emotional Freedom

Technique) merupakan perpaduan teknik yang menggunakan energi

psikologis dan kekuatan spiritual serta doa untuk mengatasi emosi

negatif. SEFT juga merupakan sebuah teknikrevolusioner yang dengan

sangat mudah dan cepat yang dapat digunakan untuk mengatasi

berbagai masalah fisik, masalah penyakit, masalah emosi, mengatasi

berbagai masalah keluarga (Zainuddin, 2016).

b. Metode Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)

Teknik SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) ada 3

rangkaian yaitu:

1. The Set-UP adalah yang bertujuan untuk memastikan agar aliran

energy tubuh kita terarahkan dengan tepat.

2. 2. The Tune-In adalah suatu cara merasakan sakit yang kita alami,

lalu mengarahkan pikiran kita ketempat rasa sakit.

3. 3. The Tapping adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada

titik-titik tertentu ditubuh manusia (zainuddin, 2016).

c. Penerapan Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)

a) Idividu

Penggunaan SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) untuk

mengatasi berbagai masalah pribadi dimana banyak orang yang

stagnan atau terhenti pengembangan dirinya hanya karena tidak

dapat mengatasi satu atau beberapa masalah pribadi. Bisa berupa


32

trauma masa lalu yang terus menghantui hidup kita, kebiasaan jelek

yang sukar kita tinggalkan, ketakutan untuk mengambil resiko dan

sebagianya.

b) Keluarga

SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) dalam keluarga

dapat menjadi alat bantu yang sangat bermanfaat untuk menetralisir

emosi negatif yang sering timbul dalam keluarga, misalnya:

1) Rasa cemburu yang berlebihan

2) Mudah tersinggung atau mudah marah

3) Rasa kecewa karena istri/suami/anak tidak bersikap seperti yang

kita harapkan

4) Rasa terlalu posesif atau protektif yang tidak produktif

5) Rasa takut kehilangan

6) Hilangnya romantisme atau rasa cinta

7) Ingin (dan bernafsu untuk) selingkuh

8) Anak yang tidak mau menurut

9) Remaja yang memberontak (Zainuddin, 2012 : 100).

d. Kelebihan Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)

Keunggulan SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) di

banding teknik terapi, konseling, atau training yang lain yatu efektif,

mudah, cepat, murah, permanen, tidak ada efek samping, universal,

memberdayakan, ilmiah, kompatibel, dan komprehensif (Zainuddin,

2012 : 105).
33

e. Cara melakukan Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)

Ada dua versi dalam melakukan SEFT (Spiritual Emotional

Freedom Technique), yang pertama adalah versi lengkap dan yang

kedua versi ringkas (short cut). Keduanya terdiri dari 3 langkah

sederhana, perbedaanya hanya pada langkah ketiga (tapping). Pada

versi singkat tapping hanya dilakukan pada 9 titik, sedangkan pada

versi lengkap tapping dilakukan pada 18 titik (Zainuddin, 2012).

f. Jenis Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)

Versi lengkap maupun versi ringkas SEFT (Spiritual Emotional

Freedom Technique) terdiri dari tiga tahap yaitu the set-up, the tune-in,

dan the tapping.

1) The Set-Up

“The Set-Up” bertujuan untuk memastikan agar aliran energi tubuh

kita terarahkan dengan tepat. Langkah ini kita lakukan untuk

menetralisir “psychological reversal” atau “perlawanan psikologis”

(biasanya berupa pikiran negatif spontan atau keyakinan bawah

sadar negatif). Contoh psychological reserve ini diantaranya:

1) Saya tidak bisa mencapai keinginan saya

2) Saya tidak dapat berbicara di depan publik dengan percaya diri

3) Saya adalah korban pelecehan seksual yang malang

4) Saya tidak bisa menghindari rasa bersalah yang terus

5) Saya marah dan kecewa pada istri/suami saya karena dia tidak

seperti yang saya harapkan


34

6) Saya kesal dengan anak-anak karena mereka susah diatur

7) Saya tidak bisa melepaskan diri dari kecaduan merokok

8) Saya tidak termotivasi untuk belajar, saya pemalas

9) Saya tidak mungkin bisa memenangkan pertadingan ini

10) Saya menyerah, saya tidak mampu melakukannnya

11) Saya… saya.. saya…

Jika keyakinan atau pikiran negatif seperti contoh di atas terjadi,

maka berdo’a dengan khusyu’, ikhlas, dan pasrah: “Yaa Allah…

meskipun saya….. (keluhan anda), saya ikhlas menerima

sakit/masalah saya ini, saya pasrahkan pada-Mu kesembuhan saya”.

Kata-kata diatas disebut The Set-Up words yaitu beberapa kata yang

perlu anda ucapkan dengan penuh perasaan untuk menetralisir

psychological reserve (keyakinan dan pikiran negatif). Dalam

bahasa religious, the set-up words adalah “do’a kepastian” kita pada

Allah SWT bahwa apapun masalah dan rasa sakit yang kita alami

saat ini, kita ikhlas menerimnaya dan kita pasrahkan

kesembuhannya pada Allah SWT.

The Set-Up sebenarnya terdiri dari 2 aktivitas, pertama adalah

mengucapkan kalimat seperti di atas dengan penuh rasa khusyu’,

ikhlas dan pasrah sebanyak 3 kali. Kedua adalah sambil

mengucapkan dengan penuh perasaan, kita menekan dada kita

tepatnya di bagian “score spot” (titik nyeri = daerah disekitar dada

atas yang jika ditekan terasa agak sakit) atau mengetuk dengan dua
35

ujung jari di bagian “karate chop”.

Setelah menekan titik nyeri atau mengetuk karate chop sambil

mengucapkan kalimat set up seperti di atas, kita melanjutkan

dengan langkah kedua, “The Tune- In” (Zainuddin, 2012).

2) The Tune-In

Untuk masalah fisik, kita melakukan tune-in dengan cara

merasakan rasa sakit yang kita alami, lalu mengarahkan pikiran kita

ke tempat rasa sakit dan sambil terus melakukan 2 hal yaitu hati dan

mulut mengatakan, “saya ikhlas, saya pasrah” atau “Ya Allah saya

ikhlas menerima sakit saya ini dan saya pasrahkan pada-Mu

kesembuhan saya”.

Untuk masalah emosi, kita melakukan “tune-in” dengan cara

memikirkan sesuatu atau peristiwa spesifik tertentu yang dapat

membangkitkan emosi negatif yang ingin kita hilangkan. Ketika

terjadi reaksi negatif (marah, sedih, takut, dsb) hati dan mulut kita

mengatakan, Ya Allah… Saya ikhlas… saya pasrah…

Berdasarkan dengan tune-in kita melakukan langkah ketiga

(tapping). Pada proses inilah (tune-in dilakukan bersamaan dengan

tapping) kita menetralisir emosi negatif atau rasa sakit fisik

(Zainuddin, 2012).

3) The Tapping

Tapping adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada

titik-titik tertentu ditubuh kita sambil terus melakukan tune-in.


36

Titik-titik kunci dari “the major energy meridians”, yang jika kita

ketuk beberapa kali akan berdampak pada ternetralisirnya gangguan

emosi atau rasa sakit yang kita rasakan. Karena aliran energi tubuh

berjalan dengan normal dan sakit seimbang kembali.

Berikut adalah titik titik tersebut:

a. Cr = Crown, pada titik dibagian atas kepala

b. EB = Eye Brow, Pada titik permulaan alis mata

c. SE = Sede Of The Eye, di atas tulang samping mata

d. UE = Under The Eye, 2 cm di bawah kelopak mata

e. UN = Under The Nose, tapat di bawah hidung

f. Ch = Chin, di antara dagu dan bagian bawah bibir

g. Cb = Collar Bone, di ujung tempat bertemunya tulang dada,

collar bone dan tulang rusuk pertama

h. UA = Under The Arm, di bawah ketiak sejajar dengan puting

susu (pria) atau tepat di bagian tengah tali bra (wanita).

i. BN = Bellow Nipple, 2,5 cm di bawah putting susu (pria) atau

tepat di perbatasan antara tulang dada dan bagian bawah

payudara

j. IH = Inside Of Hand, di bagian dalam tangan yang berbatasan

dengan telapak tangan

k. OH= Outside Of Hand, di bagian luar tangan yang berbatasan

dengan telapak tangan

l. Th = Thumb, ibu jari di samping luar bagian bawah kuku


37

m. IF = Index Finger, jari telunjuk di samping luar bagian bawah

kuku (di bagian yang menghadap ibu jari)

n. MF = Middle Finger, jari tengah di samping luar bagian bawah

kuku (di bagian yang menghadap ibu jari)

o. RF = Ring Finger, jari manis di samping luar bagian bawah

kuku (di bagian yang menghadap ibu jari)

p. BF = Baby Finger, jari kelingking di samping luar bagian bawah

kuku (di bagian yang menghadap ibu jari)

q. KC = Karate Chop, di samping telapak tangan, bagian yang kita

gunakan untuk mematahkan balok saat karate

r. GS = Gamut Spot, di bagian antara perpanjangan tulang jari

manis dan tulang jari kelingking.

9 Gamut Prosedur (gerakan untuk merangsang otak):

a. Menutup mata

b. Membuka mata

c. Mata digerakkan dengan kuat ke kanan bawah

d. Mata digerakkan dengan kuat ke kiri bawah

e. Memutar bola mata searah jarum jam

f. Memutar bola mata berlawanan jarum jam

g. Bergumam dengan berirama selama 3 detik

h. Menghitung 1,2,3,4,5

i. Bergumam lagi selama 3 detik

Setelah menyelesaikan gamut procedure, langkah terakhir


38

adalah mengulangi lagi tapping dari titik pertama hingga ke-17

(berakhir di karate chop). Kemudian diakhiri dengan mengambil

nafas panjang dan menghembuskannya, sambil mengucap rasa

syukur (Zainuddin, 2012).

g. Penghambat keberhasilan Spiritual Emotional Freedom Technique

(SEFT)

Ada beberapa penghambat dalam keberhasilan SEFT (Spiritual

Emotional Freedom Technique) yaitu :

1) Kurang pengetahuan dan keterampilan

2) Kurang cairan (dehidrasi)

3) Hambatan spiritual

4) Perlawanan psikologis

5) Kurang spesifik

6) Akar masalah belum ditemukan

7) Aspek yang berubah-rubah

8) Membutuhkan sentuhan orang lain

9) Tidak ingin berubah

10)Memerlukan pernafasan “Collar bone”

11)Alergi terhadap objek tertentu (Zainuddin,2012).

2.2 Implementasi Evidance Based Practice Nursing

Dalam pelaksanaan EBNP penulis akan melakukan implementasi

selama 3 hari pada pasien kanker ginekologi dengan pemenuhan kebutuhan


39

spiritual dengan metode SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique).

Setiap pasien akan dilakukan 1 kali perlakuan dalam sehari dengan durasi 15-25

menit untuk setiap pasien, evaluasi akan dilakukan setiap hari selesai dilakukan

tindakan.

Penelitian Avianti dan Desmaniarti (2017) menyebutkan bahwa SEFT

dapat menurunkan stres pada pasien kanker serviks sebesar 19,5%. SEFT

merupakan teknik penggabungan dari sistem energi tubuh dan terapi

spiritualitas dengan menggunakan metode tapping (ketukan ringan) pada

beberapa titik meridian tubuh. Pada saat tapping terjadi peningkatan proses

perjalanan sinyal-sinyal neurotransmitter yang menurunkan regulasi

hipotalamic-pitutiary-adrenal Axis (HPA axis) sehingga mengurangi produksi

hormon stres yaitu kortisol. Efek tapping telah dibuktikan dengan sebuah

penelitian di Harvard Medical School.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketika seseorang yang dalam

keadaan takut kemudian dilakukan tapping pada titik meridiannya maka terjadi

penurunan akitivitas amygdala, dengan kata lain terjadi penurunan aktivitas

gelombang otak, hal tersebut juga membuat respon fight or flight pada

partisipan terhenti. Berhentinya respon fight or flight pada partisipan

memunculkan efek relaksasi yang akan menetralisir segala ketegangan emosi

yang dialami individu. Efek relaksasi yang menetralisir ketegangan emosi

secara otomatis akan meningkatkan rasa tenang dan nyaman pada individu.

Ninik, 2012 dalam Mehnert, 2010 mengatakan bahwa individu yang

tidak mendapatkan dukungan sosial dengan baik beresiko memiliki kesehatan


40

yang lebih buruk. Watulingas (2016) juga menyebutkan pasien dengan penyakit

kronik yang mengalami isolasisosial 50% dari mereka meninggal dunia seteah

menjalani perawatan selama 5 tahun sedangkan pada pasien yang sama namun

memiliki dukungan sosial baik, angka kematiannya menurun 20%.Hal inilah

yang mendorong peneliti tertarik memberikan psikoterapi kelompok untuk

melengkapi terapi SEFT secara individual pada penderita kanker serviks dalam

mengatasi stresnya.

Penelitian Bintang (2012) menunjukkan bahwa 10% pasien kanker

mengalami stres sedang dan 2,86% mengalami stres berat. Secara fisik stres

dapat menyebabkan ketidakseimbangan kimia tubuh seperti adrenalin,

epinephrin dan nor epineprin. Kondisi ini terjadi akibat gangguan

keseimbangan sistem energi tubuh dan peningkatan aktifitas sistem saraf

simpatis. Pasien yang mengalami stres membutuhkan intervensi keperawatan

agar pasien dapat menjalani kehidupannya dengan nyaman. Selama ini

intervensi keperawatan di Indonesia dalam mengatasi stres yang digunakan

lebih banyak dalam bentuk psikoterapi, teknik relaksasi ataupun distraksi.

Namun seiring perkembangan zaman dan meningkatnya kebutuhan pelayanan

kesehatan, maka dikembangkan terapi komplementer untuk mengatasi stres.

Terapi komplementer dalam keperawatan bukanlah hal yang baru.

Florence Nightingale menyatakan telah menggunakan terapi

komplementer dalam perawatan pasien, diantaranya terapi musik untuk

perawatan holistik pasien. Seiring berjalannya waktu, Internasional Council of

Nurses Project dan National Intervention Classification Project memasukkan


41

terapi komplementer ke dalam intervensi keperawatan, meliputi terapi music,

imagery, progressive muscle relaxation, journaling, reminiscence dan massage

(Hidayati et al.,2012).
42

Tabel 2.2 analisa picot

No Nama Judul Tahun PICOT


peniliti
Problem/populasi Intervensi Comparation Outcome Time

1 Sari Pengaruh 2019 Sampel dalam Setelah Pembanding Menunjukka Tidak


Istiqomah, Terapi Seft penelitian ini mendapatkan dalam jurnal n bahwa: dicantumka
Isnaini (Spiritual menggunakan persetujuan ini adalah 1.Terdapat n waktu
Rahmawati, Emotional teknik non responden, penelitian perbedaan dari
Dewi Freedom probability kemudian yang nilai pre penelitian
Suryandar Technique sampling dengan dilakukan dilakukan oleh dan post
) Terhadap metode purposive pengukuran Adiputra, A. test pada
Tingkat sampling. Kriteria tingkat depresi (2015). kelompok
Depresi inklusi penelitian pada ibu Pengaruh perlakuan
Pasien ini, ibu rumah rumah tangga Terapi dengan p
Kanker tangga dengan HIV dengan HIV Spiritual value
Serviks Di yang beragama pada kelompok Emotional =0,000
Rsud Dr. islam, bersedia intervensi Freedom 2.Tidak
Moewardi menjadi responden, maupun Technique terdapat
dapat membaca kelompok Terhadap perbedaan
menulis. control, pada Penurunan nilai pre
kelompok Tingkat dan post
intervensi Depresi Pada test pada
diberikan Pasien kelompok
intervensi Hemodilisa di kontrol
SEFT RSUD dengan p
sebanyak 4 Ungaran. value=1,00
kali. Pada Dengan hasil 0
43

akhir sesi penelitian


dilakukan yang 3.Terdapat
pengukuran menyatakan pengaruh
kembali bahwa SEFT
tingkat depresi terdapat terhadap
pada kelompok perubahan tingkat
intervensi yang depresi
maupun signifikan pada
kelompok terhadap kanker
control tingkat depresi serviks
pada pasien yang
hemodialisa menjalani
kemoterapi
dengan p
value
=0,000
2 Desmaniarti Spiritual 2014 Sampel dalam Kelompok Pembanding Hasil Tidak
, Z. dan Emotional penelitian ini perlakuan dalam jurnal independent dicantumka
Nani Freedom adalah pasien mendapatkan ini adalah t-test n waktu
Avianti Technique kanker 68 orang bimbingan kelompok menunjukkan dari
(SEFT) yang terbagi dalam SEFT secara perlakukan bahwa SEFT penelitian
Menurunk dua kelompok, individual dan kelompok bermakna
an Stress yaitu kelompok yang kontrol menurunkan
Pada perlakuan 34 orang berisi dengan stres pasien
Pasien dan kelompok penjelasan dilakukan kanker
Kanker kontrol 34 orang tentang independent t- serviks
Serviks pengertian, test dengan
tujuan dan perbedaan
manfaat SEFT rerata selisih
44

untuk pasien pre-posttest


kanker serviks. sebesar
Dalam SEFT, 18,02, p-
peneliti value 0,000
menekankan (95 % CI
bahwa peneliti 14,117-
dan pasien 21,882).
hanya
berusaha,
sedangkan
perasaan
tenang serta
kesembuhan
hanya
diperoleh dari
Tuhan Yang
Maha Kuasa;
disertai
keyakinan
penuh bahwa
hanya
Allah/Tuhan
yang
menenangkan
dan
menyembuhka
n. Peneliti juga
menekankan
bahwa
45

keberhasilan
SEFT sangat
tergantung dari
“keikhlasan”
menerima
kondisi yang
dihadapi dan
“kepasrahan”
pada Yang
Maha Kuasa.
Langkah
berikutnya
responden
diminta untuk
mengikuti
instruksi
peneliti
diawali dengan
meminta
responden
berdoa,
dilanjutkan
dengan latihan
inti SEFT yang
terdiri dari the
set-up, the
tune-in, the
tapping
3 Sugih Pengaruh 2020 Mengambil sampel Menggunakan Tidak ada Terdapat Tidak
46

wijayati, Terapi yang sesuai dengan skala depresi kelompok pengaruh dicantumka
Suci Abrelia Spiritual kriteria retriksi Back pembanding terapi SEFT n waktu
Fitriyanti, Emotional sampel dari Depression terhdap dari
Arwani Freedom populasi tertentu Index sebelum penurunan penelitian
Technique yang paling mudah dilakukan tingkat
(SEFT) dijangkau atau terapi SEFT depresi
Terhadap didapatkan. Jumlah kanker
Penurunan sampel yang serviks di
Tingkat digunakan RSUD Dr.
Depresi sebanyak 33 Moewardi
Pada responden Surakarta
Pasien
Kanker
Serviks
47

2.3 Kerangka Konsep

Konsep pada penelitian ini disusun berdasarkan teori yang telah

diuraikan pada bab tinjauan pustaka. Kerangka konsep penelitian digambarkan

dalam skema berikut:

Komponen kebutuhan spiritual:

Kanker Ginekologi a. Kebutuhan beragama


b. Kedamaian
c. Keberadaan atau eksistensi diri
d. Memberi
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penerapan ini adalah studi kasus.

Penerapan metode dilakukan secara mendalam terhadap suatu keadaan ataun

kondisi dengan cara sistematis mulai dari melakukan pengamatan,

pengumpulan data, analisis informasi dan pelaporan hasill (Nursalam,2020).

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

eksperimental. Berdasarkan permasalahan yang diteliti maka penelitian ini

menggunakan rancangan pra-pasca tes dengan penerapan terapi SEFT (Spiritual

Emotional Freedom Technique) yang akan dilakukan pada pasien yang

mengalami kanker serviks dengan cara pasien akan diberikan terapi SEFT

dengan menggabungkan sistem energi tubuh dan terapi spiritualitas dengan

metode tapping pada 18 titik kunci di sepanjang 12 jalur energi tubuh. Pada

desain ini terdapat pre-test sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil

perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan

keadaan sebelum dan sesudah diberi perlakuan.

3.2 Subjek Studi kasus

Subjek yang dilibatkan dalam penerapan ini ditetapkan melalui teknik

total sampling dimana responden yang dilibatkan ditentukan berdasarkan

kriteria-kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Subjek kasus ini melibatkan

pasien dengan kriteria inklusi sebagai berikut:

1) Kriteria Inklusi

48
49

Pada studi kasus ini, penentuan kriteria inklusi sebagai berikut:

a. Pasien terdiagnosa kanker servisk I sampai III

b. Pasien yang sedang menjalani kemoterapi

c. Mampu mendengar

d. Pasien yang mampu berkomunikasi dengan baik (kooperatif)

2) Kriteria Eksklusi

Pasien kanker serviks yang fisiknya tidak memungkinkan dilakukan

perlakuan terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT).

3.3 Lokasi dan Waktu Studi Kasus

1. Lokasi Penerapan EBNP

Studi kasus ini dilakukan di Ruangan Ginekologi RSUD Zainoel Abidin

Banda Aceh.

2. Waktu

Penerapan Evidance Based Practice Nursing dilakukan selama 7 hari yaitu

pada tanggal 14-18 November 2022.

3.4 Fokus Studi Kasus

Fokus studi kasus dalam penerapan ini adalah pemenuhan kebutuhan

spiritual menggunakan metode SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique).

yaitu merupakan teknik terapi yang menggabungkan sistem energi tubuh dan terapi

spiritualitas dengan metode tapping pada 18 titik kunci di sepanjang 12 jalur energi

tubuh.
50

3.5 Definisi Oprasional

Variabel Definisi Parameter Instrumen Skala Skor

Operasional

Variabel Kanker 1. Pengkajian Format - -

dependen ginekologi 2. Pengumpulan pengkajian

pasien merupakan data asuhan

dengan kanker yang 3. Intervensi keperawata

kanker menyerang 4. Implentasi n gangguan

ginekologi organ 5. Evaluasi reproduksi

(kanker reproduksi

serviks) wanita yang

disebabkan

karena adanya

pertumbuhan

sel abnormal

(Aziz, 2014).

Variabel SEFT(Spiritual 1. The Set Up SOP - -

independen Emotional 2. The Tune In

Terapi Freedom 3. The Tapping

SEFT Technique) (Zainuddin,

(Spiritual adalah tehnik 2012).

Emotional relaksasi yang

Freedom memadukan
51

Technique) energi

psikologi dan

spiritualitas.

3.6 Instrumen Studi Kasus

Dalam pengumpulan data, selalu diperlukan suatu alat yang disebut

instrumen pengumpulan data. Jenis instrumen yang dapat dipergunakan dapat

diklasifikasikan menjadi 5 bagian, yaitu meliputi pengukuran (1) biofisiologis,

(2) observasi, (3) wawancara, (4) kuesioner, dan (5) skala (Nursalam, 2014).

Pelaksanaan penelitian diawali dengan mengidentifikasi pasien kanker serviks

yang akan dijadikan responden penelitian, yaitu dengan mengeksplor semua

perasaan emosi negatif atau gejala stres yang pasien alami. Kemudian pasien

mendapatkan bimbingan SEFT secara individual yang berisi penjelasan tentang

pengertian, tujuan dan manfaat SEFT untuk pasien kanker serviks. Dalam

SEFT, peneliti menekankan bahwa peneliti dan pasien hanya berusaha,

sedangkan perasaan tenang serta kesembuhan hanya diperoleh dari Tuhan Yang

Maha Kuasa; disertai keyakinan penuh bahwa hanya Allah/Tuhan yang

menenangkan dan menyembuhkan. Peneliti juga menekankan bahwa

keberhasilan SEFT sangat tergantung dari “keikhlasan” menerima kondisi yang

dihadapi dan “kepasrahan” pada Yang Maha Kuasa. Langkah berikutnya

responden diminta untuk mengikuti instruksi peneliti diawali dengan meminta

responden berdoa, dilanjutkan dengan latihan inti SEFT yang terdiri dari the

set-up, the tune-in, the tapping menggunakan SOP (Zainudin, 2008).


52

3.7 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penerapan ini

adalah analitik observasional. Sampel yang dipilih harus memenuhi kriteria

inklusi pada klien yang dirawat di ruang Ginekologi RSUD Zainoel Abidin

menggunakan lembar SOP (Standar operasional prosedur) dengan metode

SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique).

3.8 Analisa Data dan Penyajian Data

Data yang telah terkumpul diolah dan dianalisis menggunakan

statistik univariat, menggunakan mean dan standar deviasi untuk melihat

rerata skor stres pasien sebelum dan sesudah intervensi menggunakan

metode SEFT. Kemudian data dipersentasekan dan disajikan dalam bentuk

tabel. Hasil dari rerata skor yang diperoleh dijelaskan dan disimpulkan

sehingga dapat diketahui metode SEFT berguna atau tidak digunakan pada

pasien.

3.9 Etika Penelitian

Secara umum, prisip etika dalam penelitian/pengumpulan data dapat

dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu prinsip manfaat, prinsip menghargai hak

subjek, dan prinsip keadilan (Nursalam, 2017). Dalam etika penelitian seorang

peneliti harus memahami betul etik penelitian agar saat dilakukan penelitian

tidak akan melanggar hak-hak manusia sebagai subjek penelitian. Adapun etika

penelitian tersebut yaitu :


53

1. Informed consent (Penjelasan dan persetujuan)

Pada saat penelitian, peneliti wajib memberikan lembar informed consent

serta menjelaskan tujuan dari penelitian kepada pasien. Selain itu peneliti

juga menjelaskan bahwa penelitian ini tidak menimbulkan kerugian hanya

saja responden akan meluangkan waktu untuk penelitian. Setelah responden

setuju, maka responden menandatangani lembar Informed consent dan

artinya bersedia menjadi responden.

2. Confidentiality (Kerahasiaan)

Informasi yang telah diberikan oleh responden kepada peneliti yang tertuang

dalam data hanya akan diketahui oleh responden dan peneliti, sehingga

kerahasiaan responden akan tetap terjaga.

3. Justice (Keadilan)

Semua responden yang terlibat dalam penelitian ini akan diperlaukan secara

adil dan diberi hak yang sama oleh peneliti

.
DAFTAR PUSTAKA

Ah. Yusuf, dkk. 2016. Kebutuhan Spiritualitas Konsep dan Aplikasi Dalam Asuhan
Keperawatan. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Brunner, and S. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2.
Jakarta: EGC.

World Health Organisation. 2018. Cancer.


who.int/news-room/fact-sheets/detail/cancer. Dinkes tanggal 30 Oktober
2019.

Faradilla dkk. 2019. Determinan Kejadian Kanker Serviks di Rumah Sakit Umum
Daerah dr.Zainoel Abidin, Provinsi Aceh. Media Libangkes.
https://doi.org/10.22435/mpk.v29il.437

Komariah, M., & Ibrahim, K. (2019). Training dan Coaching pada Pasien Kanker
Payudara untuk Meningkatkan Kesehatan Melakukan Praktek Keagamaan.
Media Karya Kesehatan, 2(2).

Siwi, S, A, dkk. 2020. Kebutuhan Spiritual Pada Pasien Kanker : Literature Riview.
Viva Medika. https://ejournal.uhb.ac.id/index.php/VM/issue/archive

Caldeira, S., Timmins, F., Carvalho, E. C., & Vieira, M. (2017). Spiritual Well-
Being and Spiritual Distress in Cancer Patients Undergoing Chemotherapy:
Utilizing the SWBQ as Component of Holistic Nursing Diagnosis. Journal of
Religion and Health, 56 (4), 1489-1502.

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Aspiani, R. Y. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: TIM

Diananda, R. (2008). Mengenal Seluk Beluk Kanker. Yogyakarta: Kata Hati.

Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.

54
NANDA. (2015). Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi Edisi 10. Jakarta:
EGC.

PPNI. (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI. (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

Padila. (2015). Asuhan Keperawatan Maternitas II. Yogyakarta: Nuha Medika.

Reeder, D. (2013). Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi & Keluarga,


Edisi 18 Volume 1. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, S. (2011). Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo

Zainuddin, S. (2012). SEFT Healing Terapi + Succes + Happines + Greatmess.


Jakarta: Afzan Publishing

Videbeck, S. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

National Care Institute. (2015b). Spiritual In Cancer Care. Retrived 3 Mei 2017,
From National Care Institute: Spirituality/Spirituality-pdq

Bussing , A., & Koenig, H. G. (2010). Spiritual Needs of Patients With Chronic
Disease. Religions. 1 (1), 18-27.

Bussing, A., Balzat, H., & Heusser, P. (2010). Spiritual needs of patients with
chronic pain desease and cancer-validation of the spiritual needs
questionnaire. European Journal of Medical Research, 18, 266-273

Kozier, B., Erb, G., Berman. A., & Snyder, S. J. (2010). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan (7 ed). ( E Wahyuningsih, D. Yulianti, Y. Yuningsih, & A.
Lusyana, Trans). Jakarta: EGC

55
Hamid, A. (2008). Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
EGC.

Herdman, T. H. (2016). Nanda Internasional diagnosa Keperawatan Definisi dan


Klarifikasi 2015-2017 ed.10. Jakarta :EGC.

Potter, D., & Perry, A. (2009). Fundamental Of Nursing (7 ed). Jakarta: Salemba
Medika.

SIWI, A. S. (2020). KEBUTUHAN SPIRITUAL PADA PASIEN KANKER:


LITERATURE REVIEW. Viva Medika: Jurnal Kesehatan, Kebidanan Dan
Keperawatan, 14(01), 75-83

Tamami. 2011. Psikologi Tasawuf. Cetakan Satu. Bandung: Pustaka Setia.

Brahmantia, B., & Huriah, T. (2018). Pengaruh Spiritual Emotional Freedom


Technique (Seft) Terhadap Penurunan Nyeri Dan Kecemasan Pada Pasien
Pasca Bedah Transurethral Resection Prostate (Turp) Di Rsud Dr. Soekardjo
Kota Tasikmalaya. Jurnal Kesehatan Karya Husada, 6(2), 160-177.

Desmaniarti, D., Avianti, N., & Sudiyat, R. (2019, September). The Effectiveness
Relaxation Techniques and SEFT towards Children’s Stres at Rehabilitation
Center for Inmate Children Bandung. In INTERNATIONAL
CONFERENCE ON INTERPROFESSIONAL HEALTH
COLLABORATION AND COMMUNITY EMPOWERMENT (Vol. 1, No.
1, pp. 452-461).

Depkes. 2019. Hari Kanker Sedunia.


https://www.depkes.go.id/article/view/19020100003/hari-kanker-sedunia-
2019.html. Dinkes tanggal 30 Oktober 2019.

56
57

Anda mungkin juga menyukai