Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA FEMORALIS Pada Ny. A Di Ruang Kemuning 3


RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG

Disusun Oleh :
Nama : Syarifatul Mukaromah
NIM : 1820161116
Prodi : D3- Keperawatan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


MUHAMMADIYAH KUDUS
SK MENDIKNAS RI No:127/D/O/2009
Website : http://www.stikesmuhkudus.ac.id Email : sekretariat@stikmuhkudus.ac.id
Alamat : Jl. Ganesha I Purwosari Telp./Faks. (0291) 442993 / 437218 Kudus 59316

Tahun Ajaran 2018/2019


A. DEFINISI

Kanalis inguinalis dibatasi dikraniolateral oleh anulus inguinalis internus yang


merupakan bagian terbuka dari fasia transpersalis dan aponeurosis muskulo-tranversus
abdominis. Di medial bawah, di atas tuberkulum, kanal ini dibatasi oleh anulus inguinalis
eksternus,bagian terbuka dari aponeurosis muskulo-oblikus eksternus. Atapnya adalah
aponeurosis muskulo-oblikus eksternus, dan di dasarnya terdapat ligamentum inguinal.
Kanal berisi tali sperma pada lelaki, dan ligamentumrotundum pada perempuan. Hernia
inguinalis indirek, disebut juga herniainguinalis lateralis, karena keluar dari peritonium
melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior,
kemudian hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol
keluar dari anulus inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai
ke skrotum, ini disebut hernia skrotalis (Sjamsuhidayat, 2004).

Istilah hernia berasal dari bahasa Latin yaitu herniae yang berarti penonjolan isi
suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding rongga
yang lemah itu membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering
terjadi di daerah perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus (Giri Made Kusala,
2009).

Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia adalah prostrusi atau penonjolan isi suatu
rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada
hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo
aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia. Sedangkan
menurut Tambayong (2000), Hernia adalah defek dalam dinding abdomen yang
memungkinkan isi abdomen (seperti peritoneum, lemak, usus atau kandung kemih)
memasuki defek tersebut, sehingga timbul kantong berisikan materi abnormal.

Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa hernia inguinalis adalah suatu keadaan keluarnya jaringan atau organ
tubuh dari suatu ruangan melalui suatu lubang atau celah keluar di bawah kulit atau menuju
rongga lainnya (kanalis inguinalis).

B. PENYEBAB
1. Umur

Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun wanita.
Pada Pasien – pasien penyakit ini disebabkan karena kurang sempurnanya procesus
vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis. Pada orang dewasa khususnya
yang telah berusia lanjut disebabkan oleh melemahnya jaringan penyangga usus atau
karena adanya penyakit yang menyebabkan peningkatan tekanan dalam rongga perut (Giri
Made Kusala, 2009).

2. Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis hernia Inguinal.
Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada daerah selangkangan, hal ini
disebabkan oleh proses perkembangan alat reproduksi. Penyebab lain kaum adam lebih
banyak terkena penyakit ini disebabkan karena faktor profesi, yaitu pada buruh angkat atau
buruh pabrik. Profesi buruh yang sebagian besar pekerjaannya mengandalkan kekuatan
otot mengakibatkan adanya peningkatan tekanan dalam rongga perut sehingga menekan isi
hernia keluar dari otot yang lemah tersebut (Giri Made Kusala, 2009).

3. Penyakit penyerta

Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada kondisi
tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung kencing atau pembesaran prostat,
penyakit kolon, batuk kronis, sembelit atau konstipasi kronis dan lain-lain. Kondisi ini
dapat memicu terjadinya tekanan berlebih pada abdomen yang dapat menyebabkan
keluarnya usus melalui rongga yang lemah ke dalam kanalis inguinalis.

4. Keturunan

Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.

5. Obesitas

Berat badan yang berlebih menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh, termasuk di
bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia. Peningkatan tekanan tersebut
dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ
yang lemah.

6. Kehamilan

Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi tekanan lebih
di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus terjadinya hernia.

7. Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat menyebabkan
terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang. Aktivitas yang berat dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus-menerus pada otot-otot abdomen.
Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan
organ melalui dinding organ yang lemah.

8. Kelahiran prematur

Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal daripada bayi
yang lahir normal karena penutupan kanalis inguinalis belum sempurna, sehingga
memungkinkan menjadi jalan bagi keluarnya organ atau usus melalui kanalis inguinalis
tersebut. Apabila seseorang pernah terkena hernia, besar kemungkinan ia akan
mengalaminya lagi. (Giri Made Kusala, 2009).

 Klasifikasi
1. Hernia Bawaan atau Kongenital
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan
menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang
disebut dengan prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya
prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui
kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal, kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri
turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri
terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang
terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak
mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua
kanalis tersebut telah menutup. Namun karena merupakan lokus minoris resistensie, maka
pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra-abdominal meningkat, kanal tersebut dapat
terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita (Erfandi, 2009).

2. Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat)


Hernia kongenital / bawaan ditemukan pada bayi sedangkan hernia akuisita /
didapat, terutama akibat kelemahan otot dinding perut ditemukan pada orang dewasa.
Proses terjadinya hernia eksternal pada bayi umumnya disebabkan penyakit kongenital,
yakni penyakit yang muncul ketika bayi dalam kandungan dan umumnya tidak diketahui
penyebabnya (Erfandi, 2009).
a. Berdasarkan sifatnya
1) Hernia reponibel/reducible
Yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan
dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala
obstruksi usus (Erfandi, 2009).

2) Hernia ireponibel
Yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Ini
biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritonium kantong hernia. Hernia
ini juga disebut hernia akreta (accretus = perlekatan karena fibrosis). Tidak ada keluhan
rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus (Erfandi, 2009).
3) Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio = terperangkap, carcer = penjara)
Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Herniainkarserata berarti isi kantong
terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai akibatnya yang berupa
gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis “hernia inkarserata” lebih dimaksudkan
untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi
disebut sebagai “hernia strangulata”.Hernia strangulata mengakibatkan nekrosis dari isi
abdomen di dalamnya karena tidak mendapat darah akibat pembuluh pemasoknya terjepit.
Hernia jenis ini merupakan keadaan gawat darurat karenanya perlu mendapat pertolongan
segera (Erfandi, 2009).
b. Berdasarkan Letaknya
1. Hernia Femoralis

Hernia femoralis keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari ligamentum inguinale.
Keadaan anatomi ini sering mengakibatkan inkarserasi hernia femoralis. Hernia femoralis
umumnya dijumpai pada perempuan tua, kejadian pada perempuan kira-kira 4 kali lelaki.
Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang muncul terutama pada waktu
melakukan aktivitas yang menaikkan tekanan intra abdomen seperti mengangkat barang
atau batuk. Benjolan ini hilang pada waktu berbaring. Pintu masuk hernia femoralis adalah
anulus femoralis. Selanjutnya, isi hernia masuk ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk
corong sejajar dengan vena femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar pada fosa
ovalis di lipat paha (Syamsuhidayat, 2004).

Menurut Erfandi (2009), Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum
pada wanita daripada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoralis yang
membesar dan secara bertahap menarik peritoneum dan hampir tidak dapat dihindari
kandung kemih masuk ke dalam kantung. Ada insiden yang tinggi dari inkarserata dan
strangulasi dengan tipe hernia ini.

2. Hernia Umbilikalis
Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang hanya tertutup
peritoneum dan kulit. Hernia ini terdapat kira-kira 20% bayi dan angka ini lebih tinggi lagi
pada bayi prematur. Tidak ada perbedaan angka kejadian antara bayi laki-laki dan
perempuan. Hernia umbilikalis merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga perut
yang masuk melalui cincin umbilikus akibat peninggian tekanan intraabdomen, biasanya
ketika bayi menangis. Hernia umumnya tidak menimbulkan nyeri dan sangat jarang terjadi
inkarserasi (Syamsuhidayat, 2004).

Menurut Erfandi (2009), Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita
dan karena peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan
wanita multipara. Tipe hernia ini terjadi pada sisi insisi bedah sebelumnya yang telah
sembuh secara tidak adekuat karena masalah pascaoperasi seperti infeksi, nutrisi tidak
adekuat, atau kegemukan.

3. Hernia sikatriks atau hernia insisional


Hernia ini terjadi pada bekas luka laparotomi. Sayatan pada nervus mengakibatkan
anestesi kulit dan paralisis otot pada segmen yang dilayani oleh saraf yang bersangkutan
(Syamsuhidayat, 2004).

4. Hernia Inguinalis
Hernia Inguinalis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk melalui sebuah
lubang sebagai bagian yang lemah pada dinding perut ke dalam kanalis inguinalis. Kanalis
inguinalis adalah saluran berbentuk tabung, yang merupakan jalan tempat turunnya testis
(buah zakar) dari perut ke dalam skrotum (kantung zakar) sesaat sebelum bayi dilahirkan.
Hernia inguinalis dapat bersifat bawaan (kongenital) dan didapat (akuisita). Pasien laki-
laki lebih banyak daripada pasien wanita. Pada pria, hernia bisa terjadi di selangkangan,
yaitu pada titik dimana korda spermatika keluar dari perut dan masuk ke dalam skrotum
(Asep Subarkah, 2008).

Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia inguinalis dapat dibagi menjadi :


a) Hernia inguinalis indirek
Disebut juga hernia inguinal lateralis, karena keluar dari rongga peritoneum melalui anulus
inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian
hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari
anulus inguinalis eksternus.Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum,
ini disebut hernia skrotalis. Kantong hernia berada di dalam muskulus kremaster, terletak
anteromedial terhadap vas deferens dan struktur lain dalam tali sperma (Syamsuhidayat,
2004).

Menurut Erfandi (2009), Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan melewati korda
spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini umumnya terjadi pada pria daripada wanita.
Insidennya tinggi pada bayi dan pasien kecil. Hernia ini dapat menjadi sangat besar dan
sering turun ke skrotum. Benjolan tersebut bisa mengecil atau menghilang pada waktu
tidur. Bila menangis, mengejan atau mengangkat benda berat atau bila posisi pasien berdiri
dapat timbul kembali.

b) Hernia inguinalis direk


Disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol langsung ke depan melalui segitiga
Hesselbach, daerah yang dibatasi oleh ligamentum inguinale di bagian inferior, pembuluh
epigastrika inferior di bagian lateral dan tepi otot rektus di bagian medial. Dasar segitiga
Hasselbach dibentuk oleh fasia transversal yang diperkuat oleh serat aponeurosis muskulus
transversus abdominis yang kadang-kadang tidak sempurna sehingga potensial untuk
menjadi lemah. Hernia medialis, karena tidak keluar melalui kanalis inguinalis dan ke
skrotum, umumnya tidak disertai strangulasi karena cincin hernia longgar (Syamsuhidayat,
2004).
Menurut Erfandi (2009), Hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot,
tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Ini lebih umum
pada lansia. Hernia inguinalis direk secara bertahap terjadi pada area yang lemah ini karena
defisiensi kongenital. Hernia ini disebut direkta karena langsung menuju anulus inguinalis
eksterna sehingga meskipun anulus inguinalis interna ditekan bila pasien berdiri atau
mengejan, tetap akan timbul benjolan. Bila hernia ini sampai ke skrotum, maka hanya akan
sampai ke bagian atas skrotum, sedangkan testis dan funikulus spermatikus dapat
dipisahkan dari masa hernia. Pada pasien terlihat adanya massa bundar pada anulus
inguinalis eksterna yang mudah mengecil bila pasien tidur. Karena besarnya defek pada
dinding posterior maka hernia ini jarang sekali menjadi ireponibilis.

C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Arief Mansjoer (2004), manifestasi klinis dari hernia adalah sebagai berikut :
1. Nyeri Kolik Menetap
2. Suhu Badan Normal Normal/meninggi
3. Denyut Nadi Normal/meninggi Meninggi/tinggi sekali
4. Leukosit Normal Leukositosis
5. Rangsang peritoneum Tidak Jelas
6. Adanya benjolan (biasanya asimptomatik)
Keluhan yang timbul berupa adanya benjolan di daerah inguinal dan atau skrotal yang
hilang timbul. Timbul bila terjadi peningkatan tekanan intra peritoneal misalnya
mengedan, batuk-batuk, tertawa, atau menangis. Bila pasien tenang, benjolan akan hilang
secara spontan.
Nyeri
Keluhan nyeri pada hernia ini jarang dijumpai, kalaupun ada dirasakan di daerah
epigastrium atau para umbilikal berupa nyeri viseral akibat regangan pada mesenterium
sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantung hernia (Jennifer, 2007). Bila usus
tidak dapat kembali karena jepitan oleh anulus inguinalis, terjadi gangguan pembuluh
darah dan gangguan pasase segmen usus yang terjepit. Keadaan ini disebut hernia
strangulata. Secara klinis keluhan pasien adalah rasa sakit yang terus menerus.
7. Gangguan pasase usus seperti abdomen kembung dan muntah.
8. Pada Inspeksi : saat pasien mengedan dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul
sebagai penonjolan diregio ingunalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah.
9. Palpasi: kantong hernia yang kosong dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai
gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera.
Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar ditentukan.
Kalau kantong hernia berisi organ maka tergantung isinya,
10. Pada palpasi mungkin teraba usus, omentum ( seperti karet ), atau ovarium.

D. PATOFISIOLOGI
Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital
atau sebab yang didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada laki-
laki ketimbang pada perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan
pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh
kantong dan isi hernia. Selain itu, diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia
melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu. Faktor yang dipandang berperan kausal
adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut,
dan kelemahan otot dinding perut karena usia.Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal
pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut.
Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi
penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang
sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut
tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal, kanalis ini tidak menutup.
Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka.
Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal,
kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus
(karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital
(Erfandi, 2009).Pada orang tua kanalis inguinalis telah menutup. Namun karena
merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan
intra-abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia
inguinalis lateralis akuisita. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat
kerusakan Nervus Ilioinguinalis dan Nervus Iliofemoralis setelah apendiktomi(Erfandi,
2009).

E. PATHWAYS KEPERAWATAN
F. PENATALAKSANAAN
1. Indikasi Pembedahan
Pada umumnya, semua hernia harus diperbaiki, kecuali jika ada keadaan lokal atau
sistemik dari pasien yang tidak memungkinkan hasil yang aman. Pengecualian yang
mungkin dari hal umum ini adalah hernia dengan leher lebar dan kantung dangkal yang
diantisipasi membesar secara perlahan. Bebatan atau sabuk bedah bermanfaat dalam
penatalaksanaan hernia kecil jika operasi merupakan kontraindikasi, tetapi bebatan
merupakan kontraindikasi untuk pasien dengan hernia femoralis.

2. Terapi Umum
Terapi konservatif sambil menunggu penyembuhan melalui proses alami dapat dilakukan
pada hernia umbilikalis sebelum pasien berumur dua tahun. Terapi konservatif berupa
penggunaan alat penyangga dapat digunakan sebagai pengelolaan sementara, misalnya
pemakaian korset pada hernia ventralis. Sementara itu, pada hernia inguinalis pemakaian
korset tidak dianjurkan karena selain tidak menyembuhkan, alat ini dapat melemahkan
dinding perut.Umumnya terapi operatif merupakan terapi satu-satunya yang rasional. Usia
lanjut tidak merupakan kontraindikasi operasi elektif. Kalau pasien dengan hernia
inkarserata tidak menunjukkan gejala sistemik dapat dicoba melakukan reposisi postural.
Jika usaha reposisi berhasil, dapat dilakukan operasi herniorafi elektif setelah 2-3 hari
setelah udem jaringan hilang dan keadaan umum pasien sudah lebih baik . Pada hernia
inkarserata, apalagi pada hernia strangulata, kemungkinan pulihnya isi henia harus dinilai
saat operasi. Bila isi hernia sudah nekrotik, dilakukan reseksi. Kalau sewaktu operasi daya
pulih isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan setelah lima menit dievaluasi
kembali warna, peristaltis, dan pulsasi pada a. arkuata pada usus. Jika ternyata pada operasi
dinding perut kurang kuat, yang memang terjadi pada hernia direk, sebaiknya digunakan
marleks untuk menguatkan dinding perut setempat

3. Komplikasi
Komplikasi setelah operasi herniorraphy biasanya ringan dan dapat sembuh sendiri,
hematom dan infeksi luka adalah masalah yang paling sering terjadi. Komplikasi yang
lebih serius seperti perdarahan, osteitis atau atropy testis terjadi kurang dari 1 persenpada
pasien yang menjalani hernioraphy.

G. PENGKAJIAN FOKUS
Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi

a. Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu
berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan mneghilang setelah berbaring.
b. Hernia inguinal
1. Lateralis : muncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral ke medial,
tonjolan berbentuk lonjong.
2. Medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.
c. Hernia skrotalis : benjolan yang terlihat sampai skrotum yang merupakan tojolan
lanjutandari hernia inguinalis lateralis.
d. Hernia femoralis : benjolan dibawah ligamentum inguinal.
e. Hernia epigastrika : benjolan dilinea alba.
f. Hernia umbilikal : benjolan diumbilikal.
g. Hernia perineum : benjolan di perineum.

2. Palpasi
a. Titik tengah antar SIAS dengan tuberkulum pubicum (AIL) ditekan lalu pasien
disuruh mengejan. Jika terjadi penonjolan di sebelah medial maka dapat diasumsikan
bahwa itu hernia inguinalis medialis.
b. Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum (AIM) ditekan lalu pasien
disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateral titik yang kita tekan maka dapat
diasumsikan sebagai nernia inguinalis lateralis.
c. Titik tengah antara kedua titik tersebut di atas (pertengahan canalis inguinalis) ditekan
lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateralnya berarti hernia inguinalis
lateralis jika di medialnya hernia inguinalis medialis.
1. Hernia inguinalis : kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus
spermatikus sebagai gesekan dua permukaan sutera, tanda ini disebut sarung tanda sarung
tangan sutera. Kantong hernia yang berisi mungkin teraba usus, omentum (seperti karet),
atau ovarium. Dalam hal hernia dapat direposisi pada waktu jari masih berada dalam
annulus eksternus, pasien mulai mengedan kalau hernia menyentuh ujung jari berarti hernia
inguinalis lateralis dan kalau samping jari yang menyentuh menandakan hernia inguinalis
medialis. lipat paha dibawah ligamentum inguina dan lateral tuberkulum pubikum.
2. Hernia femoralis : benjolan lunak di benjolan dibawah ligamentum inguinal
3. Hernia inkarserata : nyeri tekan.

3. Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan kemungkinan hernia
strangulata. Hipertimpani, terdengar pekak.

4. Auskultasi
Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang mengalami
obstruksi usus (hernia inkarserata). (Hudack& Gallo, 2007).

- Pemeriksaan diagnostik / penunjang


1. Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik.
2. Herniografi.
3. USG
4. CT dan MRI
5. Laparaskopi
6. Operasi Eksplorasi(Hudack& Gallo, 2007).
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
2. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme
3. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injury biologis
4. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan rasa nyaman
5. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan
6. Defisit Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
7. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan
anoreksi
(NANDA, 2011).

I. PERENCANAAN KEPERAWATAN
J. Dx
N keperawatan Tujuan/kriteria hasil Intervensi
o
1 Ansietas NOC : NIC :
berhubungan - Kontrol kecemasan Anxiety Reduction (penurunan
dengan - Koping kecemasan)
Faktor keturunan, Krisis Setelah dilakukan asuhan Gunakan pendekatan yang
situasional, Stress, selama ……………klien menenangkan
perubahan kecemasan teratasi dgn Nyatakan dengan jelas harapan
status kesehatan, ancaman kriteria hasil: terhadap pelaku pasien
kematian, perubahan  Klien mampu Jelaskan semua prosedur dan apa
konsep mengidentifikasi dan yang dirasakan selama prosedur
diri, kurang pengetahuan mengungkapkan gejala Temani pasien untuk
dan cemas memberikan
hospitalisasi  Mengidentifikasi, keamanan dan mengurangi takut
DO/DS: mengungkapkan dan Berikan informasi faktual
- Insomnia menunjukkan tehnik mengenai
- Kontak mata kurang untuk mengontol diagnosis, tindakan prognosis
- Kurang istirahat cemas Libatkan keluarga untuk
- Berfokus pada diri sendiri  Vital sign dalam batas mendampingi klien
- Iritabilitas normal Instruksikan pada pasien untuk
- Takut  Postur tubuh, ekspresi menggunakan tehnik relaksasi
- Nyeri perut wajah, bahasa tubuh Dengarkan dengan penuh
- Penurunan TD dan denyut dan tingkat aktivitas perhatian
nadi menunjukkan
- Diare, mual, kelelahan Identifikasi tingkat kecemasan
berkurangnya Bantu pasien mengenal situasi
- Gangguan tidur kecemasan
- Gemetar yang
- Anoreksia, mulut kering menimbulkan kecemasan
- Peningkatan TD, denyut Dorong pasien untuk
nadi, RR mengungkapkan perasaan,
- Kesulitan bernafas ketakutan,
- Bingung persepsi
- Bloking dalam Kolaborasi pemberian obat anti
pembicaraan cemas
- Sulit berkonsentrasi

2. Hipertermia NOC: NIC :


Berhubungan dengan : Thermoregulasi  Monitor suhu sesering mungkin
- penyakit/ trauma Setelah dilakukan tindakan  Monitor warna dan suhu kulit
- peningkatan keperawatan  Monitor tekanan darah, nadi dan
metabolisme selama………..pasien RR
- aktivitas yang menunjukkan :  Monitor penurunan tingkat
berlebih Suhu tubuh dalam batas kesadaran
- dehidrasi normal dengan kreiteria  Monitor WBC, Hb, dan Hct
DO/DS: hasil:  Monitor intake dan output
· kenaikan suhu  Suhu 36  Berikan anti piretik:
tubuh diatas rentang – 37C
 Kolaborasi pemberian
normal  Nadi dan Antibiotik
· serangan atau RR dalam rentang
konvulsi (kejang)  Selimuti pasien
normal
 Berikan cairan intravena
· kulit kemerahan  Tidak ada
· pertambahan RR  Kompres pasien pada lipat paha
perubahan warna kulit
· takikardi dan
dan tidak ada pusing,
· Kulit teraba aksila
panas/ hangat  Tingkatkan sirkulasi udara
 Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
 Monitor hidrasi seperti turgor
kulit,
kelembaban membran mukosa)
3 Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
dengan:  Pain Level,  Lakukan pengkajian nyeri
Agen injuri (biologi, kimia,  pain control, secara
fisik, psikologis),  comfort level komprehensif termasuk lokasi,
kerusakan Setelah dilakukan tinfakan karakteristik, durasi, frekuensi,
jaringan keperawatan selama …. kualitas
DS: Pasien tidak mengalami dan faktor presipitasi
- Laporan secara verbal nyeri, dengan kriteria hasil:  Observasi reaksi nonverbal dari
DO: · Mampu mengontrol nyeri ketidaknyamanan
- Posisi untuk menahan (tahu penyebab nyeri,  Bantu pasien dan keluarga
nyeri mampu menggunakan untukmencaridanmenemukanduku
- Tingkah laku berhati-hati tehnik nonfarmakologi ngan
- Gangguan tidur (mata untuk mengurangi nyeri,  Kontrol lingkungan yang dapat
sayu, mencari bantuan) mempengaruhi nyeri seperti suhu
tampak capek, sulit atau · Melaporkan bahwa nyeri ruangan,
gerakan kacau, berkurang dengan pencahayaan dan kebisingan
menyeringai) menggunakan  Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Terfokus pada diri sendiri manajemen nyeri  Kaji tipe dan sumber nyeri
- Fokus menyempit · Mampu mengenali nyeri untuk
(penurunan persepsi waktu, (skala, intensitas, Menentukanintervensi
kerusakan proses berpikir, frekuensi dan tanda nyeri)  Ajarkan tentang teknik non
penurunan interaksi dengan · Menyatakan rasa nyaman farmakologi:
orang dan lingkungan) setelah nyeri berkurang napas dala, relaksasi, distraksi,
- Tingkah laku distraksi, · Tanda vital dalam rentang kompres
contoh : jalan-jalan, normal hangat/ dingin
menemui orang lain · Tidak mengalami  Berikan analgetik untuk
dan/atau aktivitas, aktivitas gangguan tidur mengurangi nyeri
berulang-ulang)  Tingkatkan istirahat
- Respon autonom (seperti  Berikan informasi tentang nyeri
diaphoresis, perubahan seperti
tekanan darah, perubahan penyebab nyeri, berapa lama nyeri
nafas, nadi dan dilatasi akan
pupil) berkurang dan antisipasi
- Perubahan autonomic ketidaknyamanan
dalam tonus otot (mungkin dari prosedur
dalam rentang dari lemah  Monitor vital sign sebelum dan
ke kaku) sesudah
- Tingkah laku ekspresif pemberian analgesik pertama kali
(contoh : gelisah, merintih,
menangis, waspada,
iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu
makan dan minum

4 Gangguan pola tidur NOC: NIC :


berhubungan dengan:  Anxiety Control Sleep Enhancement
- Psikologis : usia tua,  Comfort Level - Determinasi efek-efek medikasi
kecemasan, agen  Pain Level terhadap pola tidur
biokimia,suhu tubuh, pola  Rest : Extent and - Jelaskan pentingnya tidur
aktivitas,depresi, kelelahan, Pattern yangadekuat
takut,  Sleep : Extent ang - Fasilitasi untuk mempertahankan
kesendirian. Pattern aktivitas sebelum tidur (membaca)
- Lingkungan: Setelah dilakukan - Ciptakan lingkungan yang
kelembaban,kurangnyapriv tindakan keperawatan nyaman
acy/kontroltidur, selama …. gangguan - Kolaborasi pemberian obat tidur
pencahayaan, medikasi pola tidur pasien teratasi
(depresan,stimulan),kebisin dengan kriteria hasil:
gan.  Jumlah jam tidur
Fisiologis : Demam, mual, dalam batas normal
posisi,urgensi urin.
 Pola tidur,kualitas
DS: dalam batas normal
- Bangun lebih  Perasaan fresh
awal/lebihlambat sesudah
- Secara verbal tidur/istirahat
menyatakan tidak fresh  Mampumengidentifikasi
sesudah tidur halhal
DO : yangmeningkatkan tidur
- Penurunan
kemampuanfungsi
- Penurunan proporsi
tidurREM
- Penurunan proporsi
padatahap 3 dan 4 tidur.
- Peningkatan proporsi
pada tahap 1 tidur
- Jumlah tidur kurang
darinormal sesuai usia
5 Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
Berhubungan dengan :  Self Care :ADLs  Observasi adanya
· Tirah Baringatau  Toleransiaktivitas pembatasanklien dalam
imobilisasi  Konservasienergi melakukan aktivitas
· Kelemahanmenyeluruh Setelah dilakukan  Kaji adanya faktor
· Ketidakseimbangan tindakankeperawatan selama yangmenyebabkan kelelahan
antara suplaioksigen ….Pasien bertoleransi terhadap  Monitor nutrisi dan
dengankebutuhan. aktivitas dengan Kriteria sumberenergi yang adekuat
Gaya hidup yang Hasil :  Monitor pasien akan
dipertahankan.  Berpartisipasi dalam aktivitas adanyakelelahan fisik dan emosi
DS: fisiktanpa disertaipeningkatan secaraberlebihan
· Melaporkan secara tekanandarah, nadi dan RR  Monitor respon
verbal  Mampumelakukan kardiovaskulerterhadap aktivitas
adanyakelelahanataukelem aktivitassehari-hari (ADLs) (takikardi, disritmia,
ahan. secaramandiri sesak nafas,diaporesis, pucat,
· Adanya dyspneu  Keseimbang perubahan hemodinamik)
atau ketidaknyamanan an aktivitas dan istirahat  Monitor pola tidur dan lamanya
saat beraktivitas. tidur/istirahat pasien
DO :
 Kolaborasikan dengan Tenaga
· Respon abnormal
Rehabilitasi Medik dalam
dari tekanan darah atau
Merencanakan pasienprogran
nadi terhadap aktifitas
terapi yang
· Perubahan ECG :
tepat.
aritmia, iskemia
 Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
mampu
dilakukan
 Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yang sesuai
dengankemampuan fisik,
psikologi dan sosial
 Bantu untuk mengidentifikasi
dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan
untuk aktivitas yang diinginkan
 Bantu untuk mendapatkan alat
bantuan aktivitasseperti kursi roda,
krek
 Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
 Bantu klien untuk
membuatjadwal latihan diwaktu
luang
 Bantupasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam
beraktivitas
 Sediakan penguatan positif bagi
yang aktif beraktivitas
 Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
 Monitor respon fisik, emosi,
sosial
dan spiritual
6 Defisit Volume Cairan NOC: NIC :
Berhubungan dengan:  Fluid balance · Pertahankan catatan intake
- Kehilangan volume  Hydration danoutput yang akurat
cairansecara aktif  Nutritional Status : Foodand · Monitor status hidrasi (
- Kegagalanmekanismepen Fluid Intake kelembaban
gaturan Setelah dilakukan membran mukosa, nadi
DS : tindakankeperawatan adekuat,tekanan darah ortostatik ),
- Haus selama…..defisit volume jika
DO: cairanteratasi dengan diperlukan
- Penurunan turgor kriteriahasil: · Monitor hasil lab yang
kulit/lidah  Mempertahankan urineoutput sesuaidengan retensi cairan (BUN
- Membran sesuai denganusia dan BB, BJ , Hmt ,osmolalitas urin, albumin,
mukosa/kulitkering urinenormal, totalprotein )
- Peningkatan denyut  Tekanan darah, nadi, · Monitor vital sign setiap 15menit
nadi,penurunan tekanan suhu tubuh dalam batas – 1jam
darah,penurunanvolume/te normal · Kolaborasi pemberian cairan IV
kanan nadi  Tidak ada tanda tanda · Monitor status nutrisi
- Pengisian vena menurun · Berikan cairan oral
- Perubahan status mental dehidrasi, Elastisitas · Berikan penggantian nasogatrik
- Konsentrasi urine turgor kulit baik, sesuai output (50 – 100cc/jam)
meningkat membran mukosa · Dorong keluarga untuk
- Temperatur tubuh lembab, tidak ada rasa membantu
meningkat haus yang berlebihan pasien makan
- Kehilangan berat  Orientasi terhadap · Kolaborasi dokter jika tanda
badansecara tiba-tiba waktu dan tempat baik cairan
- Penurunan urine output  Jumlah dan iramapernapasan berlebih muncul meburuk
- HMT meningkat dalam · Atur kemungkinan tranfusi
- Kelemahan batas normal · Persiapan untuk tranfusi
 Elektrolit, Hb, Hmt · Pasang kateter jika perlu
dalam batas normal · Monitor intake dan urin
 pH urin dalam batas outputsetiap 8 jam
normal
 Intake oral dan
intravena adekuat

7 Ketidakseimbangan NOC:  Kaji adanya alergi makanan


nutrisikurang dari a. Nutritional status:  Kolaborasi dengan ahli gizi
kebutuhantubuh Adequacy of nutrient untukmenentukan jumlah kalori
Berhubungan dengan : b. Nutritional Status : foodand dan nutrisi yang
Ketidakmampuan untuk Fluid Intake dibutuhkan pasien
memasukkan atau c. Weight Control  Yakinkan diet yang dimakan
mencernanutrisi oleh Setelah dilakukan mengandung
karena faktorbiologis, tindakankeperawatan tinggi serat untuk mencegah
psikologis atauekonomi. selama….nutrisi kurang konstipasi
DS: teratasi dengan indikator:  Ajarkan pasien bagaimana
- Nyeri abdomen  Albumin serum membuat
- Muntah  Pre albumin serum catatan makanan harian.
- Kejang perut  Hematokrit  Monitor adanya penurunan BB
- Rasa penuh tiba-tiba  Hemoglobin dan gula
setelah makan  Total iron binding darah
DO: capacity  Monitor lingkungan selama
- Diare  Jumlah limfosit makan
- Rontok rambut yang
 Jadwalkan pengobatan
berlebih
dantindakan tidakselama jam
- Kurang nafsu makan
makan
- Bising usus berlebih
 Monitor turgor kulit
- Konjungtiva pucat
- Denyut nadi lemah  Monitor kekeringan, rambut
kusam, total
protein, Hb dan kadar Ht
 Monitor mual dan muntah
 Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringanjaringan konjungtiva
 Monitor intake nuntrisi
 Informasikan pada klien dan
keluarga
tentang manfaat nutrisi
 Kolaborasi dengan dokter
tentang
kebutuhan suplemen makanan
seperti
NGT/ TPN sehingga intake cairan
yang
adekuat dapat dipertahankan.
 Atur posisi semi fowler atau
fowler tinggi
selama makan
 Kolaborasi pemberan anti
emetik
 Anjurkan banyak minum
 Pertahankan terapi IV line
 Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonikpapila lidah dan cavitas
oval
K. REFERENSI
Syamsuhidayat, et.al. 2004. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : EGC

Tambayong, dr. Jan. 2002. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Erfandi, (2009) .Pengetahuan dan faktor-faktor yang mempengaruhi. [Internet],


Tersedia dalam: http://forbetterhealth.wordperss.com/2009/04/19 Pengetahuan-
dan-faktor-faktor-yang-mempengaruhi

Asep Subarkah, 2008. Klasifikasi untuk Hernia. Jakarta : EGC

Giri Made Kusala, 2009. Kumpulan Penyakit Dalam. Jakarta : EGC

Arief Mansjoer.2004 .Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Medica Aesculaplus FK


UI

Jennifer, 2007. Keperawatan Medikal Bedah. Swearingen. Edisi II. 2001. EGC

Anda mungkin juga menyukai