TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Menurut WHO, kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar
penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilah lain yang
digunakan adalah tumor ganas dan neoplasma. Salah satu fitur mendefinisikan kanker
adalah pertumbuhan sel-sel baru secara abnormal yang tumbuh melampaui batas
normal, dan yang kemudian dapat menyerang bagian sebelah tubuh dan menyebar ke
organ lain. Proses ini disebut metastasis. Metastasis merupakan penyebab utama
kematian akibat kanker (WHO, 2009).
Menurut Lippincott dan wilkins (2012), pengertian kanker rongga mulut
adalah tumor ganas yang mulai muncul pada mulut yang melibatkan beberapa jenis
jaringan dan sel sehingga mengakibatkan berbagai jenis kanker.
Sedangkan kanker rongga mulut adalah kegananasan yang terjadi didalam
rongga yang dibatasi vermilion bibir dibagian depan dan arkus faringeus anterior
dibagian belakang. Kanker rongga mulut meliputi kanker bibir gingival, lidah, bukal,
dasar mulut, palatum, dan arkus faringeus anterior ( Muttaqin, 2011 ).
Kanker rongga mulut merupakan tumor ganas dalam rongga mulut yang
tumbuh secara cepat dan menginvasi jaringan sekitar, berkembang sampai daerah
endontel, dan dapat bermetastasis ke bagian tubuh yang lain dan sering asimtomatik
pada tahap awal.
2.1.2 Etiologi
Eiologi dari kanker rongga mulut adalah :
a. Multifaktor
Bersifat multifaktor karena erat kaitannya dengan gaya hidup, umumnya
kebiasaan gaya hidup, umunya kebiasaan hidup dan diet (terutama tembakau atau
tembakau yang digunakan dalam sirih, dan penggunaan alkohol), meskipun faktor
lain seperti bahan infeksius, kerusakan metabolisme karsinogen, kerusakan enzim
yang memperbaiki DNA yang rusak dan kombinasi faktor-faktor ini juga berperan
dalam terjadinya kanker rongga mulut.
b. Pajaan sinar matahari
Merupakan faktor presdiposisi kanker bibir efek dari sinar ultraviolet.
c. Mutasi Gen
Mutasi gen supresor tumor (TSGs) yang mengontrol pertumbuhan sel . mutasi
TSGs berkaitan dengan sitokrom P450 yang berperan dalam karsinogenesis
karsinoma rongga mulut. Perubahan TSGs dan onkogen dapat merusak kontrol
pertumbuhan sel menjadi pertumbuhan kanker yang tak terkontrol.
d. Alkohol
Penggunaan alkohol berat merupakan faktor risiko terkena kanker mulut.
Penggunaan alkohol terbukti mengalami peningkatan risiko terkena kanker rongga
mulut karena alkohol mengandung karsinogen atau prokarsinogen , termasuk
kontaminan dari nitrosamin dan uretan selain etanol. Etanol dimetabolisme oleh
alkohol-dehidrogenase dan oleh sitokrom P450 menjadi asetalhedid yang bersifat
karsinogen.
e. Tembakau dan alkohol
Alkohol memudahkan kerja tembakau dengan berfungsi sebagai pelarut
sehingga memudahkan bahan kanker untuk berpenetrasi ke dalam jaringan mulut.
Efek kombinasi penggunaan alkohol dan tembakau menjadi berlipat ganda, lebih
besar dari kumulatif efek masing-masing bahan, sehingga risiko berkembangnya
kanker rongga mulut pada pasien pengguna alkohol dan perokok meningkat 80 kali
lebih tinggi.
f. Tembakau
Mengunyah atau mengisap tembakau menyebabkan iritasi dari kontak
langsung bahan-bahan karsinogen yang mengiritasi sel skuamosa rongga mulut.
Rangsangan asap rokok yang lama dapat menyebabkan perubahan-perubahan yang
bersifat merusak bagian mukosa mulut yang terkena, yang bervariasi dan
penebalan menyeluruh bagian epitel mulut (smoker’s keratosis) sampai bercak
putih keratotik yang menandai leukoplakia dan kanker mulut.
g. Nikotin
Merupakan bahan yang menyebabkan ketergantungan / adiksi. Saat dihisap
nikotin mencapai otak dalam waktu 7 detik, 2x lebih cepat dari penggunaan obat
IV. Kemudian mempengaruhi otak dan sistem saraf pusat dengan mengubah kadar
neurotransmiter dan bahan kimiawi yang mengatur temperamen, belajar, dan
kemampuan berkosenterasi. Nikotin dapat bekerja sebagai sedatif, tergantung pada
kadar nikotin dalam tubuh dan lamamnya. Merokok juga menyebabkan pelepasan
endorfin yang membentuk efek tranquilizer. Nikotin merupakan racun yang dalam
dosis besar dapat mematikan.
h. Diet
Buah dan sayuran mempunyai kontribusi terhadap terjadinya kanker mulut
dan kanker lainnya. Buah dan sayuran mengandung antioksidan yang mengikat
molekul berbahaya penyebab mutasi gen sehingga dapat mencegah terjadinya
kanker.
i. Obat Kumur
Efek penggunaan obat kumur terhadap terjadinya kanker sama dengan efek
penggunaan alkohol tetapi dengan konstribusi yang lebih rendah.
j. Kesehatan Gigi Mulut.
Terjadi peningkatan resiko pada pria yang menggunakan gigi palsu dari
logam. Iritasi kronis juga dapat ditimbulkan oleh gigi, gigi palsu atau tambalan
yang mengiritassi gigi, keadaan gigi-geligi yang rusak atau hilang dapat merupakan
faktor resiko penyebab kanker.
k. Bahan infeksius
Bahan infeksius yaitu candida albicans dan virus. Virus herpes dan virus
papiloma dapat dijumpai pada beberapa kasus karsinoma sel skuamosa. HPV
terutama berperan dalam kanker orofaring
2.1.3 Manifestasi Klinis
Bintik putih atau merah (leukoplakia, eritroplakia, atau eritroleukoplakia) di
dalam mulut ataupun pada bibir.
Gambar Leukoplakia
2) Eritroplakia : Daerah mukosa yang kemerahan, memiliki tekstur seperti beludru,
dan berdasarkan pemeriksaan klinis serta histopatologi tidak disebabkan inflamasi
atau penyakit lain. Sebagian besar lesi ini, terutama yang berada di bawah lidah,
dasar mulut, palatum molle, dan pilar faucial anterior memiliki kecenderungan
menjadi ganas. Diduga sebagai lesi awal kanker rongga mulut. Jarang ditemukan
karena tidak mencolok dan asimtomatik, karena itu pemeriksaan mulut harus
dilakukan dalam keadaan kering dan dengan teliti.
Gambar Eritroplakia
Gambar Eritroleukoplakia
Manifestasi klinis dari kanker rongga mulut jika dibedakan berdasarkan tempat
terjadinya kanker, yaitu :
1. Kanker pada Bibir
a. Warna bibir tidak nampak merah muda
b. Bibir nampak kering
c. Adanya ketidaksimetrisan antara bibir atas dan bawah
d. Adanya ulserasi fisura
e. Nyeri pada daerah sekitar bibir
f. Adanya bintik putih atau merah pada bibir
g. Jika terjadi luka, maka sulit sembuh
2. Kanker pada Lidah
a. Adanya bintik putih yang berbentuk V pada bagian dorsal lidah
b. Ada lesi pada mukosa lidah sehingga vena superficial di bawah lidah terlihat
c. Nyeri tekan
d. Kadang disertai mati rasa
e. Warna lidah terlihat kemerahan
f. Papila terlihat tipis
2.1.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien kanker rongga mulut adalah :
1. Pembedahan
Pembedahan dapat dilakukan pada jaringan lunak dan jaringan keras. Sering
dilakukan pembedahan pada kanker yang melibatkan tenggorokan, tetapi dapat
juga dilakukan pada kanker rongga mulut. Pembedahan dilakukan untuk
mengangkat keseluruhan lesi untuk mencegah terjadinya penyebaran sel kanker
pada nodul limfa, pembuluh darah, dan saraf. Setelah pembedahan untuk
mengangkat sel kanker, dilakukan pembedahan rekonstruktif bertujuan untuk
mempercepat proses penyembuhan, mengembalikan fungsi, serta meningkatkan
kualitas hidup pasien.
2. Radiasi
Radiasi merupakan pengobatan yang menggunakan sinar ion. Terapi radiasi ini
dapat menghasilkan energi yang bisa menghancurkan sel-sel kanker, dengan
menghancurkan sel DNA pada sel kanker tersebut sehingga sel kanker tersebut
tidak dapat berkembang lagi. Radiasi jarang digunakan sebagai pengobatan yang
utama. Radiasi sering digunakan untuk mengecilkan sel kanker sebelum dilakukan
pembedahan, dan untuk mencegah sel kanker timbul kembali atau untuk
menghancurkan sisa-sisa sel kanker yang tidak terambil keseluruhannya ketika
pembedahan.
Dosis yang digunakan pada perawatan ini kecil. Terapi radiasi ini dilakukan lima
hari berturut-turut dan diberikan selang waktu dua hari untuk istirahat. Waktu yang
digunakan untuk terapi radiasi ini antara 10-15 menit. Terapi ini dilakukan antara
2-8 minggu, agar sel yang baru dapat tumbuh dan meminimalkan efek yang timbul
akibat radiasi.
3. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan salah satu bentuk terapi paliatif, digunakan apabila sel
kanker timbul kembali pada pasien atau telah terjadi metastase. Kemoterapi
merupakan terapi yang menggunakan bahan kimia yang berfungsi untuk
menghancurkan sel kanker. Terdapat enam jenis bahan yang digunakan untuk
kemoterapi, di antaranya alkylating agent, nitrosoureas, anti metabolite, anti tumor
antibiotic, plant alkoloid, dan steroid hormone.
Bahan alkylating agent bekerja dengan mengikat DNA di inti sel, sehingga sel-sel
tersebut tidak dapat melakukan replikasi. Contoh bahan ini adalah
Cyclophosphamide dan Mechlorethamine. Bahan nitrosoureas bekerja seperti
alkylating agent yaitu menghalangi perubahan pada sel DNA, misalnya Carmustine
dan Lomustine. Bahan anti metabolite dapat bekerja langsung pada molekul basal
inti sel, yang berakibatmenghambat sintesis DNA, misalnya 6-mercaptopurine dan
5-fluorouracil.
Sementara bahan anti tumor antibiotik bekerja dengan menghambat sintesis
RNA, misalnya Doxorubicin dan Mitomycin-C. Bahan plant alkoloid bekerja
dengan menghalangi pembelahan sel, antara lain Vincristine dan Vinblastine.
Sementara bahan steroid hormone bekerja dengan memodifikasi pertumbuhan
hormon yang menyebabkan terjadinya kanker. Contoh bahan ini adalah Tamoxifen
dan Flutamide.
4. Terapi Kombinasi
Bagi pasien yang pertumbuhan sel kanker telah menyebar luas atau telah
terjadi regional metastase dapat dilakukan terapi kombinasi yang terdiri dari
pembedahan, radiasi dan kemoterapi.
5. Edukasi
Edukasi dapat diberikan kepada pasien kanker rongga mulut melalui dokter
gigi atau ahli kesehatan yang lain. Bagi pasien yang sering merokok,
mengkonsumsi alkohol, dan menyirih agar mengurangi atau menghentikan
kebiasaan tersebut. Di India, beberapa kampanye yang dilakukan untuk
mengurangi penggunaan tembakau berhasil mengurangi resiko terjadinya kanker.
Beberapa peneliti dari University of Harvard membuktikan bahwa lelaki yang
banyak mengkonsumsi buah-buahan sitrus, vitamin C, dan sayur-sayuran, 30-40%
dapat mencegah dan mengurangi resiko terjadinya kanker.
6. Perawatan pemulihan setelah operasi
a. Setelah operasi pasien kanker rongga mulut diberikan makanan cair, setelah satu
minggu kemudian berubah menjadi semi-cair.
b. Setelah operasi perhatikan warna, suhu dan elastisitas flap pasien kanker rongga
mulut, apabila suhu flap menurun, menunjukkan warna hijau keunguan dan
semakin memburuk, segera melaporkan ke dokter.
c. Secara tepat waktu menghisap keluar sekresi dimulut, hidung dan kerongkongan
pasien kanker rongga mulut, demi menjaga kelancaran saluran pernafasan.
Apabila pasien kanker rongga mulut setelah operasi tidak dapat berbicara, tidak
dapat mengatakan gejala tidak enak yang dirasakan, perlu secara teliti mengamati
ada tidaknya gejala dysphoria (cemas, gelisah, tidak tenang), nasal inflamasi dan
gejala penyumbatan saluran pernafasan lainnya pada pasien kanker rongga mulut
dan segera melaporkan kepada dokter.
2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik
1. Sitologi mulut
Sitologi mulut telah banyak digunakan untuk menyelidiki berbagai macam
penyakit mulut, dimana prosedurnya paling bermanfaat dalam evaluasi terhadap
suatu keadaan yang dicurigai sebagai suatu keganasan, khususnya bila keadaan
tersebut merupakan suatu lesi merah yang tidak berkeratin (Lynch, 1994).
Secara defenisi, pemeriksaan sitologi mulut merupakan suatu pemeriksaan
mikroskopik gel-gel yang dikerok/dikikis dari permukaan suatu lesi di dalam
mulut (Coleman dan Nelson, 1993). Klasifikasi dan interpretasi yang digunakna
dalam laporan sitologi mulut adalah:
a. Kelas I: gel-gel normal
b. Kelas II: gel-gel yang tidak khas (stipik), tidak ada bukti keganasan
c. Kelas III: perubahan pada pola nuklear yang sifatnya tidak jelas, tidak ada
tanda-tanda keganasan, tetapi terdapat gel yang menyimpang dari normal
2.1.8 Komplikasi
a. Efek samping pembedahan
Pembedahan untuk kanker yang besar atau sulit dijangkau mungkin sangat
rumit, efek samping dapat berupa infeksi, gangguan luka, masalah dengan makan
dan berbicara, atau kematian sangat jarang terjadi selama atau segera setelah
prosedur. Operasi juga dapat berbekas terutama operasi tulang wajah atau rahang.
b. Efek samping terapi radiasi
Radiasi dari daerah mulut dapat menyebabkan beberapa efek samping jangka
pendek termasuk:
1) Kulit seperti terbakar sinar matahari di kepala dan leher yang perlahan
menghilang
2) Suara serak
3) Kehilangan indra pengecap
4) Kemerahan dan nyeri pada mulut dan tenggorokan
5) Kadang-kadang luka terbuka berkembang di mulut dan tenggorokan,
sehingga sulituntuk makan dan minum selama pengobatan.
Radiasi juga dapat menyebabkan efek samping jangka panjang atau permanen:
1) Kerusakan kelenjar ludah. Kerusakan permanen pada kelenjar ludah dapat
menyebabkan mulut kering. Hal ini dapat menyebabkan masalah makan dan
menelan
2) Kerusakan pada tulang rahang yang dikenal sebagai osteoradionecrosis
rahang. Lebih umum terjadi setelah infeksi gigi, ekstraksi, atau trauma, dan
sulit diobati. Gejala utama adalah nyeri pada rahang. Dalam beberapa kasus
dapat menyebabkan tulang rahang retak dan jika berat diperlukan terapi
pembedahan untuk mengatasinya.
3) Kerusakan pada kelenjar pituitary atau tiroid. Jika kelenjar hipofisis atau
tiroid terkena radiasi, produksi hormon dapat menurunkan dari waktu ke
waktu. Hal ini dapat menyebabkan masalah metabolisme yang mungkin perlu
dikoreksi dengan obat. Radiasi Efek samping ini biasanya akan lebih parah
pada orang yang mendapatkan kemoterapi pada saat yang sama. Untuk
mengurangi efek samping tersebut diperlukan perawatan sebelum diradiasi
ataupun kemoterapi.
1) Rambut rontok
2) Mulut luka
3) Kehilangan nafsu makan
4) Mual dan muntah
5) Diare
6) Peningkatan infeksi (karena jumlah rendah sel darah putih berkurang)
7) Mudah memar atau pendarahan (karena jumlah platelet darah rendah)
8) Kelelahan (karena rendahnya jumlah sel darah merah)
Bahan dan cairan yang tidak boleh digunakan saat perawatan mulut (komplikasi perawatan
medik) :
4. Pencangkokan sel imunokompeten dari satu individu menyebabkan erupsi kulit dan
timbul perubahan likenoid di beberapa tempat pada mukosa oral. Kemudian timbul
ulserasi yang luas.
4. Karsinoma sel skuamosa Luka ulkus pada bibir, Mengeras dengan batas
dasr mulut atau lidah yang keras dan menonjol.
(batas lateral) Sering di daerah
leukoplakia.
Limfadenopati tak nyeri di
leher. Tanda-tanda
metastasis yang jauh.
5. Eritema multiformis Ulkus multiple yang Lesi dimulai sebagai bula.
terasa panas timbul secara Lazim menyerang kulit
tiba tiba di mulut atau (lesi target)
bibir
6. Hiperplasia gusi Jaringan belebihan tidak Sering dijumpai pada
nyeri pada batas geligi mukosa maksila anterior
c.2.1 Pengkajian
a. Biodata/Identitas pasien
Nama : Tn. A
Umur : 50 tahun
Alamat : Surabaya
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Tukang Bangunan
Tnggal MRS : Senin 11 April 2016
b. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri karena munculnya plak putih disekitar rongga mulut
(leukoplaking). Pasien juga mengeluh nafsu makannya menurun karena mulutnya
perih dan terasa kering.
2. Gusi
Gusi diinspeksi terhadap inflamasi, perdarahan retraksi, dan perubahan
warna. Bau napas juga dicatat.
3. Lidah
Lidah dorsal diinspeksi untuk tekstur, warna, dan lesi. Papilla tipis lapisan
putih, dan besar berbentuk V pada bagian distal dorsal lidah, selanjutnya
dibagian permukaan ventera lidah dan dasar mulut lidah. Adanya lesi pada
mukosa yang melibatkan vena superfissial pada permukaan bawah lidah
terlihat. Spatel lidah digunakan untuk menekan lidah guna mendapatkan
visualisasi adekuat terhadap faring.
4. Rongga Oral
Pengkajian rongga oral sangat penting, karena banyak gangguan seperti
kanker, diabetes, dan kondisi imunosupresi dari terapi obat atau AIDS
dimanifestasikan oleh perubahan pada rongga oral. Leher diperiksa terhadap
pembesaran nodus limpa.
MASALAH
DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
DS : Pasien menolak untuk Kanker rongga mulut Nutrisi kurang dari
makan kebutuhan
DO : Tonus otot buruk,
membrane mukosa Kerusakan pada sistem
pucat, inflamasi rongga anatomi
mulut.