Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1 Definisi
Menurut WHO, kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar
penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilah lain yang
digunakan adalah tumor ganas dan neoplasma. Salah satu fitur mendefinisikan kanker
adalah pertumbuhan sel-sel baru secara abnormal yang tumbuh melampaui batas
normal, dan yang kemudian dapat menyerang bagian sebelah tubuh dan menyebar ke
organ lain. Proses ini disebut metastasis. Metastasis merupakan penyebab utama
kematian akibat kanker (WHO, 2009).
Menurut Lippincott dan wilkins (2012), pengertian kanker rongga mulut
adalah tumor ganas yang mulai muncul pada mulut yang melibatkan beberapa jenis
jaringan dan sel sehingga mengakibatkan berbagai jenis kanker.
Sedangkan kanker rongga mulut adalah kegananasan yang terjadi didalam
rongga yang dibatasi vermilion bibir dibagian depan dan arkus faringeus anterior
dibagian belakang. Kanker rongga mulut meliputi kanker bibir gingival, lidah, bukal,
dasar mulut, palatum, dan arkus faringeus anterior ( Muttaqin, 2011 ).
Kanker rongga mulut merupakan tumor ganas dalam rongga mulut yang
tumbuh secara cepat dan menginvasi jaringan sekitar, berkembang sampai daerah
endontel, dan dapat bermetastasis ke bagian tubuh yang lain dan sering asimtomatik
pada tahap awal.
2.1.2 Etiologi
Eiologi dari kanker rongga mulut adalah :
a. Multifaktor
Bersifat multifaktor karena erat kaitannya dengan gaya hidup, umumnya
kebiasaan gaya hidup, umunya kebiasaan hidup dan diet (terutama tembakau atau
tembakau yang digunakan dalam sirih, dan penggunaan alkohol), meskipun faktor
lain seperti bahan infeksius, kerusakan metabolisme karsinogen, kerusakan enzim
yang memperbaiki DNA yang rusak dan kombinasi faktor-faktor ini juga berperan
dalam terjadinya kanker rongga mulut.
b. Pajaan sinar matahari
Merupakan faktor presdiposisi kanker bibir efek dari sinar ultraviolet.

c. Mutasi Gen
Mutasi gen supresor tumor (TSGs) yang mengontrol pertumbuhan sel . mutasi
TSGs berkaitan dengan sitokrom P450 yang berperan dalam karsinogenesis
karsinoma rongga mulut. Perubahan TSGs dan onkogen dapat merusak kontrol
pertumbuhan sel menjadi pertumbuhan kanker yang tak terkontrol.
d. Alkohol
Penggunaan alkohol berat merupakan faktor risiko terkena kanker mulut.
Penggunaan alkohol terbukti mengalami peningkatan risiko terkena kanker rongga
mulut karena alkohol mengandung karsinogen atau prokarsinogen , termasuk
kontaminan dari nitrosamin dan uretan selain etanol. Etanol dimetabolisme oleh
alkohol-dehidrogenase dan oleh sitokrom P450 menjadi asetalhedid yang bersifat
karsinogen.
e. Tembakau dan alkohol
Alkohol memudahkan kerja tembakau dengan berfungsi sebagai pelarut
sehingga memudahkan bahan kanker untuk berpenetrasi ke dalam jaringan mulut.
Efek kombinasi penggunaan alkohol dan tembakau menjadi berlipat ganda, lebih
besar dari kumulatif efek masing-masing bahan, sehingga risiko berkembangnya
kanker rongga mulut pada pasien pengguna alkohol dan perokok meningkat 80 kali
lebih tinggi.
f. Tembakau
Mengunyah atau mengisap tembakau menyebabkan iritasi dari kontak
langsung bahan-bahan karsinogen yang mengiritasi sel skuamosa rongga mulut.
Rangsangan asap rokok yang lama dapat menyebabkan perubahan-perubahan yang
bersifat merusak bagian mukosa mulut yang terkena, yang bervariasi dan
penebalan menyeluruh bagian epitel mulut (smoker’s keratosis) sampai bercak
putih keratotik yang menandai leukoplakia dan kanker mulut.
g. Nikotin
Merupakan bahan yang menyebabkan ketergantungan / adiksi. Saat dihisap
nikotin mencapai otak dalam waktu 7 detik, 2x lebih cepat dari penggunaan obat
IV. Kemudian mempengaruhi otak dan sistem saraf pusat dengan mengubah kadar
neurotransmiter dan bahan kimiawi yang mengatur temperamen, belajar, dan
kemampuan berkosenterasi. Nikotin dapat bekerja sebagai sedatif, tergantung pada
kadar nikotin dalam tubuh dan lamamnya. Merokok juga menyebabkan pelepasan
endorfin yang membentuk efek tranquilizer. Nikotin merupakan racun yang dalam
dosis besar dapat mematikan.
h. Diet
Buah dan sayuran mempunyai kontribusi terhadap terjadinya kanker mulut
dan kanker lainnya. Buah dan sayuran mengandung antioksidan yang mengikat
molekul berbahaya penyebab mutasi gen sehingga dapat mencegah terjadinya
kanker.
i. Obat Kumur
Efek penggunaan obat kumur terhadap terjadinya kanker sama dengan efek
penggunaan alkohol tetapi dengan konstribusi yang lebih rendah.
j. Kesehatan Gigi Mulut.
Terjadi peningkatan resiko pada pria yang menggunakan gigi palsu dari
logam. Iritasi kronis juga dapat ditimbulkan oleh gigi, gigi palsu atau tambalan
yang mengiritassi gigi, keadaan gigi-geligi yang rusak atau hilang dapat merupakan
faktor resiko penyebab kanker.
k. Bahan infeksius
Bahan infeksius yaitu candida albicans dan virus. Virus herpes dan virus
papiloma dapat dijumpai pada beberapa kasus karsinoma sel skuamosa. HPV
terutama berperan dalam kanker orofaring
2.1.3 Manifestasi Klinis
Bintik putih atau merah (leukoplakia, eritroplakia, atau eritroleukoplakia) di
dalam mulut ataupun pada bibir.

1) Leukoplakia : Merupakan lesi putih keratolitik pada mukosa mulut.


Secara klinis leukoplakia dapat dibagi atas 4 grade (Ohrn, 2000), yaitu
sebagai berikut.

a. Grade I : bercak kemerahan yang granuler yang secara bertahap berubah


menjadi keabuan.
b. Grade II : bercak putih kebiruan berbatas tegas, tanpa indurasi
c. Grade III : bercak keputihan berbatas tegas dengan indurasi, mungkin ada
kerutan
d. Grade IV : bercak mengalami indurasi, ada fisura, erosi, kadang-kadang
permukaannya mengalami proliferasi seperti veruka. Pada pemeriksaan
mikroskopis nampak perubahan keganasan dini.

Gambar Leukoplakia
2) Eritroplakia : Daerah mukosa yang kemerahan, memiliki tekstur seperti beludru,
dan berdasarkan pemeriksaan klinis serta histopatologi tidak disebabkan inflamasi
atau penyakit lain. Sebagian besar lesi ini, terutama yang berada di bawah lidah,
dasar mulut, palatum molle, dan pilar faucial anterior memiliki kecenderungan
menjadi ganas. Diduga sebagai lesi awal kanker rongga mulut. Jarang ditemukan
karena tidak mencolok dan asimtomatik, karena itu pemeriksaan mulut harus
dilakukan dalam keadaan kering dan dengan teliti.
Gambar Eritroplakia

3) Eritroleukoplakia : Merupakan lesi berwarna putih merah


a) Luka pada bibir ataupun rongga mulut yang sulit sembuh.
b) Perdarahan pada rongga mulut.
c) Kehilangan gigi.
d) Sulit atau timbulnya rasa sakit pada waktu mengunyah.
e) Kesulitan untuk menggunakan geligi tiruan.
f) Pengerasan pada leher, serta rasa sakit pada telinga.

Gambar Eritroleukoplakia

Manifestasi klinis dari kanker rongga mulut jika dibedakan berdasarkan tempat
terjadinya kanker, yaitu :
1. Kanker pada Bibir
a. Warna bibir tidak nampak merah muda
b. Bibir nampak kering
c. Adanya ketidaksimetrisan antara bibir atas dan bawah
d. Adanya ulserasi fisura
e. Nyeri pada daerah sekitar bibir
f. Adanya bintik putih atau merah pada bibir
g. Jika terjadi luka, maka sulit sembuh
2. Kanker pada Lidah
a. Adanya bintik putih yang berbentuk V pada bagian dorsal lidah
b. Ada lesi pada mukosa lidah sehingga vena superficial di bawah lidah terlihat
c. Nyeri tekan
d. Kadang disertai mati rasa
e. Warna lidah terlihat kemerahan
f. Papila terlihat tipis

3. Kanker pada Gusi


a. Terjadinya perdarahan gusi yang hebat
b. Kehilangan gigi
c. Kesulitan untuk mengunyah
d. Timbul rasa sakit ketika mengunyah

4. Kanker di sekitar faring


a. Sulit menelan
b. Sulit berbicara
c. Batuk disertau sputum yang mengandung darah
d. Kemungkinan terjadinya pembesaran nodus limfe servikal

Agen infeksi, merokok, perawatan mulut kurang dan etiologi lainnya


2.1.4 Patofisiologi
Sel kanker muncul setelah terjadi mutasi-mutasi pada sel normal yang disebabkan
oleh zat-zat karsinogen
Karsinoma yang
sel mukosa memicu
yang terjadinya
makroskopik karsinogenesis (transformasi sel
bersifat tukak

normal menjadi sel kanker). Karsinogenesis terbagi menjadi 3 tahap :


1. Tahap pertama merupakan Inisiaasi yaitu kontak pertama sel normal dengan
lesi yang terus menetap
zat karsinogen yang memancing sel normal tersebut menjadi ganas.
2. Tahap kedua yaitu Promosi dimana sel yang terpancing tersebut membentuk
klon melaluijaringan
menginflamasi pembelahan (poliferasi).
tulang terutama mandibula sampai endotel
3. Tahap terakhir yaitu Progresi dimana sel yang telah mengalami poliferasi
mendapatkan satu atau lebih karakteristik neoplasma ganas.
bermetastasis ke bagian tubuh yang lain dan
Kanker rongga mulut dalam pertumbuhannya dimulai dengan lesi yang sangat
memperlihatkan gejala-gejala klinis
kecil. Dengan berjalannya waktu tumor tersebut lambat laun akan mencapai ukuran
yang besar.

Sulit atau pada waktu timbulnya rasa sakit


mengunyah Bintik putih atau merah di dalam
mulut ataupun pada bibir

Kanker rongga mulut


2.1.5 Klasifikasi

a) Kanker pada bibir


Bibir terutama bibir bagian bawah merupakan tempat terjadinya kerusakan
karena cahaya matahari atau actinic keratosis sehingga bibir tampak pecah dan
kemerahan, keputihan atau campuran merah dan putih. Kanker di bibir sebelah luar
lebih sering terjadi pada daerah beriklim panas. Kelainan pada bibir atas lebih
jarang terjadi dibandingkan dengan bibir bawah, tetapi lebih mungkin menjadi
ganas dan memerlukan perhatian medis. Pada perokok, bisa tumbuh benjolan putih
di bagian dalam bibir. Benjolan ini bisa tumbuh menjadi squamous cell carcinoma
(Williams, 1990).
b) Kanker pada lidah
Kanker lidah adalah suatu keganasan yang timbul dari jaringan epitel mukosa
lidah dengan selnya berbentuk squamous cell carcinoma (sel epitel gepen berlapis)
dan terjadi akibat rangsangan menahun, juga beberapa penyakit- penyakit tertentu
(premalignant) seperti sifilis dan plumer vision syndrome, leukoplakia, serta
eritoplakia. Kanker ganas ini dapat menginfiltrasi ke daerah di sekitarnya,
disamping itu dapat melakukan metastasis secara limfogen dan hematogen
(Sciubba, 1999).
c) Kanker dasar mulut
Kanker dasar mulut biasanya dihubungkan dengan penggunaan alkohol dan
tembakau. Pada tingkat awal mungkin tidak menimbulkan gejala. Bila lesi
berkembang, pasien akan mengeluhkan adanya gumpalan dalam mulut atau
perasaan tidak nyaman (Daftary, 1992).
Pada pemeriksaan klinis yang paling sering dijumpai adalah lesi berupa nodul
dengan tepi yang timbul dan mengeras yang terletak dekat frenulum lingual. Bentuk
yang lain adalah penebalan mukosa yang kemerah- merahan, nodul yang tidak sakit
atau dapat berasal dari leukoplakia.
d) Kanker pada mukosa pipi
Pada beberapa pasien yang mempunyai kebiasaan mengunyah campuran
pinang, daun sirih, kapur dan tembakau akan memberikan risiko peningkatan kanker
pada mukosa pipi. Dengan kondisi material yang melakukan kontak langsung
dengan mukosa pipi kiri dan kanan selama beberapa jam dan trauma pada
mengunyah memberikan dampak terhadap perubahan sel mukosa pipi (Daftary,
1992). Pada pemeriksaan fisik rongga mulut, bagian pipi akan didapatkan adanya
lesi ulserasi, nodular dan infiltratif.
e) Kanker pada gusi
Kanker pada gusi biasanya dihubungkan dengan riwayat pasien mengisap pipa
tembakau. Daerah yang terlibat biasanya lebih sering pada gusi bawah (mandibular)
daripada gusi atas (maksila) (Daftary, 1992).
Pada pemeriksaan fisik, lesi awal terlihat sebagai ulkus, granuloma kecil atau
sebagai nodul. Sekilas lesi terlihat sama dengan lesi yang dihasilkan oleh trauma
kronis atau hyperplasia inflamatori (Daftary, 1992). Lesi yang lebih lanjut berupa
pertumbuhan eksofitik atau pertumbuhan infiltrative yang lebih dalam.
Pertumbuhan eksofitik terlihat seperti bunga kol dan mudah berdarah. Pertumbuhan
infiltrative biasanya tumbuh invasive pada tulang mandibula dan menimbulkan
dekstruktif (Tambunan, 1993).
f) Kanker pada palatum
Predisposisi merokok meningkatkan risiko kanker pada palatum. Kebanyakan
kanker palatum merupakan pertumbuhan eksofitik dengan dasar yang luas dan
permukaan bernodul. Jika lesi terus berkembang mungkin akan mengisi seluruh
palatum. Kanker pada palatum dapat menyebabkan perforasi palatum dan meluas
sampai ke rongga hidung (Daftary, 1992).
Menurut American Joint Committee on Cancer (AJCC) klasifikasi kanker
rongga mulut menggunakan sistem TNM. Sistem TNM ini terdiri atas :
T (Tumor) : gambaran dari level pembesaran tumor
N (Nodus) : sejauh mana keterlibatan nodus limfe sebagai sistem imun tubuh
M (Metastasis) : kondisi metastasis menggambarkan keterlibatan organ lain pada
bagian distal.
Tabel 1. Sistem TNM dalam menilai klasifikasi stadium kanker rongga mulut
Stadium T Stadium N Stadium M
T0 Tidak ada tampilan N0 Tidak ada keterlibatan M0 Tidak ada
tumor nodus limfe penyebaran
Tis Carcinoma in situ. N1 Terdapat keterlibatan
Terdapat massa pada limfatik regional, tetapi
jaringan ukuran nodus ≤ 3 cm
T1 Ukuran tumor ≤ 2 cm N2 Keterlibatan pembesaran
T2 Ukuran tumor ≤ 4 nodus limfe satu atau M1 Kanker
cm lebih dengan ukuran menyebar ke
T3 Ukuran tumor >4 cm organ bagian
≤ 6 cm
T4 Ukuran tumor >4 cm N3 Keterlibatan homolateral distal
dan tertanam kuat pada atau bilateral nodus limfe
otot atau tulang atau dengan ukuran > 6 cm
struktur lainnya.

Table 2. Stadium kanker rongga mulut


Stadium TNM Keterangan
Stage I TI, N0, M0 Pada stadium ini pembesaran pada jaringan
masih belum dianggap kanker dan tumor < 2 cm
Stage II T2, N0, M0 Pada stadium ini tumor < 4 cm
Stage IIIA T3, N0, M0 Pada stadium ini pembesaran >4cm, tetapi tidak
didapatkan pembesaran nodus limfe dan tidak
ada metastasis ke organ lainnya
Stage IIIB T1, T2, T3, N1, M0 Pada stadium ini tumor dapat berukuran kurang
dari 2 cm, dibawah 4 cm atau lebih tetapi kanker
belum mempengaruhi nodus homolateral
limfatik.
Stage IVA T4, N0, M0 Pada stadium ini tumor melebihi 4 cm dan
tertanam dalam pada otot, tulang, atau struktur
jaringan di bawahnya.
Stage IVB Any T, N2 or N3, M0 Pada stadium ini tumor bisa berbagai ukuran,
tetapi tertanam dalam pada otot, tulang atau
struktur jaringan di bawahnya serta terdapat
keterlibatan dari nodus homolateral atau bilateral
limfatik
Stage IVC Any T, any N, any M Pada stadium ini terjadi berbagai situasi berat
baik ukuran tumor, keterlibatan nodus limfatik
dan metastasis ke organ lain.

2.1.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien kanker rongga mulut adalah :
1. Pembedahan
Pembedahan dapat dilakukan pada jaringan lunak dan jaringan keras. Sering
dilakukan pembedahan pada kanker yang melibatkan tenggorokan, tetapi dapat
juga dilakukan pada kanker rongga mulut. Pembedahan dilakukan untuk
mengangkat keseluruhan lesi untuk mencegah terjadinya penyebaran sel kanker
pada nodul limfa, pembuluh darah, dan saraf. Setelah pembedahan untuk
mengangkat sel kanker, dilakukan pembedahan rekonstruktif bertujuan untuk
mempercepat proses penyembuhan, mengembalikan fungsi, serta meningkatkan
kualitas hidup pasien.
2. Radiasi
Radiasi merupakan pengobatan yang menggunakan sinar ion. Terapi radiasi ini
dapat menghasilkan energi yang bisa menghancurkan sel-sel kanker, dengan
menghancurkan sel DNA pada sel kanker tersebut sehingga sel kanker tersebut
tidak dapat berkembang lagi. Radiasi jarang digunakan sebagai pengobatan yang
utama. Radiasi sering digunakan untuk mengecilkan sel kanker sebelum dilakukan
pembedahan, dan untuk mencegah sel kanker timbul kembali atau untuk
menghancurkan sisa-sisa sel kanker yang tidak terambil keseluruhannya ketika
pembedahan.
Dosis yang digunakan pada perawatan ini kecil. Terapi radiasi ini dilakukan lima
hari berturut-turut dan diberikan selang waktu dua hari untuk istirahat. Waktu yang
digunakan untuk terapi radiasi ini antara 10-15 menit. Terapi ini dilakukan antara
2-8 minggu, agar sel yang baru dapat tumbuh dan meminimalkan efek yang timbul
akibat radiasi.
3. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan salah satu bentuk terapi paliatif, digunakan apabila sel
kanker timbul kembali pada pasien atau telah terjadi metastase. Kemoterapi
merupakan terapi yang menggunakan bahan kimia yang berfungsi untuk
menghancurkan sel kanker. Terdapat enam jenis bahan yang digunakan untuk
kemoterapi, di antaranya alkylating agent, nitrosoureas, anti metabolite, anti tumor
antibiotic, plant alkoloid, dan steroid hormone.
Bahan alkylating agent bekerja dengan mengikat DNA di inti sel, sehingga sel-sel
tersebut tidak dapat melakukan replikasi. Contoh bahan ini adalah
Cyclophosphamide dan Mechlorethamine. Bahan nitrosoureas bekerja seperti
alkylating agent yaitu menghalangi perubahan pada sel DNA, misalnya Carmustine
dan Lomustine. Bahan anti metabolite dapat bekerja langsung pada molekul basal
inti sel, yang berakibatmenghambat sintesis DNA, misalnya 6-mercaptopurine dan
5-fluorouracil.
Sementara bahan anti tumor antibiotik bekerja dengan menghambat sintesis
RNA, misalnya Doxorubicin dan Mitomycin-C. Bahan plant alkoloid bekerja
dengan menghalangi pembelahan sel, antara lain Vincristine dan Vinblastine.
Sementara bahan steroid hormone bekerja dengan memodifikasi pertumbuhan
hormon yang menyebabkan terjadinya kanker. Contoh bahan ini adalah Tamoxifen
dan Flutamide.
4. Terapi Kombinasi
Bagi pasien yang pertumbuhan sel kanker telah menyebar luas atau telah
terjadi regional metastase dapat dilakukan terapi kombinasi yang terdiri dari
pembedahan, radiasi dan kemoterapi.
5. Edukasi
Edukasi dapat diberikan kepada pasien kanker rongga mulut melalui dokter
gigi atau ahli kesehatan yang lain. Bagi pasien yang sering merokok,
mengkonsumsi alkohol, dan menyirih agar mengurangi atau menghentikan
kebiasaan tersebut. Di India, beberapa kampanye yang dilakukan untuk
mengurangi penggunaan tembakau berhasil mengurangi resiko terjadinya kanker.
Beberapa peneliti dari University of Harvard membuktikan bahwa lelaki yang
banyak mengkonsumsi buah-buahan sitrus, vitamin C, dan sayur-sayuran, 30-40%
dapat mencegah dan mengurangi resiko terjadinya kanker.
6. Perawatan pemulihan setelah operasi
a. Setelah operasi pasien kanker rongga mulut diberikan makanan cair, setelah satu
minggu kemudian berubah menjadi semi-cair.
b. Setelah operasi perhatikan warna, suhu dan elastisitas flap pasien kanker rongga
mulut, apabila suhu flap menurun, menunjukkan warna hijau keunguan dan
semakin memburuk, segera melaporkan ke dokter.
c. Secara tepat waktu menghisap keluar sekresi dimulut, hidung dan kerongkongan
pasien kanker rongga mulut, demi menjaga kelancaran saluran pernafasan.
Apabila pasien kanker rongga mulut setelah operasi tidak dapat berbicara, tidak
dapat mengatakan gejala tidak enak yang dirasakan, perlu secara teliti mengamati
ada tidaknya gejala dysphoria (cemas, gelisah, tidak tenang), nasal inflamasi dan
gejala penyumbatan saluran pernafasan lainnya pada pasien kanker rongga mulut
dan segera melaporkan kepada dokter.
2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik
1. Sitologi mulut
Sitologi mulut telah banyak digunakan untuk menyelidiki berbagai macam
penyakit mulut, dimana prosedurnya paling bermanfaat dalam evaluasi terhadap
suatu keadaan yang dicurigai sebagai suatu keganasan, khususnya bila keadaan
tersebut merupakan suatu lesi merah yang tidak berkeratin (Lynch, 1994).
Secara defenisi, pemeriksaan sitologi mulut merupakan suatu pemeriksaan
mikroskopik gel-gel yang dikerok/dikikis dari permukaan suatu lesi di dalam
mulut (Coleman dan Nelson, 1993). Klasifikasi dan interpretasi yang digunakna
dalam laporan sitologi mulut adalah:
a. Kelas I: gel-gel normal
b. Kelas II: gel-gel yang tidak khas (stipik), tidak ada bukti keganasan
c. Kelas III: perubahan pada pola nuklear yang sifatnya tidak jelas, tidak ada
tanda-tanda keganasan, tetapi terdapat gel yang menyimpang dari normal

d. Kelas IV: memebri kesan kepada suatu keganasan


e. Kelas V: perubahan keganasan terlihat jelas
Untuk kelas I-III lakukan ulangan sitologi III bulan kemudian, bila hasil
sama dapat dilakukan biopsi. Untuk kelas IV dan V indikasi untuk dilakukan
biopsi.
2. Biopsi
Biopsi merupakan pengambilan spesimen baik total maupun sebagian
untuk pemeriksaan mikroskopis dan diagnosis (Pedersen, 1996; Coleman dan
Nelson, 1993). Cara ini merupakan cara yang penting dan dapat dipercaya untuk
menegakkan diagnosa defenitif dari lesi-lesi mulut yang dicurigai (Bolden, 1982).
Teknik biopsi memerlukan bagian dari lesi yang mewakili dari tepi
jaringan yang normal. Biopsi dapat dilakukan dengan cara insisional atau
eksisional. Biopsi insisional dipilih apabila lesi permukaan besar (>1cm) dan
biopsi eksisional yaitu insisi secata intoto apabila lesi kecil (Pedersen, 1996;
Bolden, 1982; Coleman dan Nelson, 1993). Untuk memenuhi kebutuhan yang
lebih seksama dalam mengidentifikasi kanker rongga mulut pada tahap ini, telah
dikembangkan suatu cara biopsi dengan menggunakan sikat (Oral CDx). Pada
penelitian yang dilakukan oleh Sciubba (1999) dengan menggunakan biopsi
dengan cara sikat menunjukkan bahwa cara ini dapat memberikan bantuan yang
tidak terhingga nilainya dalam memeriksa lesi di rongga mulut. Pada penelitian
tersebut, biopsi dengan memakai sikat merupakan alat deteksi yang sepadan
dengan biopsi memakai skalpel. Walaupun begitu, harus ditekankan bahwa Oral
CDx bukanlah pengganti untuk biopsi dengan memakai skalpel (Sciubba, 1999).
3. Pemeriksaan Toluidine Blue
Pemeriksaan Touluidine Blue dilukakan dengan cara berkumur
menggunakan suatu larutan. Larutan ini akan memberikan warna biru pada sel
kanker dan pada jaringan yang normal tidak akan menyerap. Teknik memberikan
warna rongga mulut adalah :
1) Kumur dengan larutan asam asetat 1%: 20 detik
2) Kumur dengan air: 20 detik 2 kali
3) Kumur larutan toluidine blue 1% 5-10 cc
4) Kumur lagi dengan larutan asam asetat 1%: 1 menit
5) Kumur dengan air
Pembacaan hasil pemeriksaan dilakukan 24 jam kemudian.
4. Pemeriksaan Positron Emission Tomography (PET)
Positron Emission Tomography (PET) adalah pemeriksaan non invasif
yang dapat menggambarkan fungsi metabolisme molekuler dari tubuh pasien
secara tiga dimensi dengan menggunakan cairan radiofarmaka FDG
(Fluorodeoxyglucose). PET scan dengan radiofarmaka FDG akan mendeteksi
aktivitas metabolik dari sel-sel tubuh, seperti sel-sel kanker yang mempunyai
aktivitas metabolik berlebih.
Cara kerja PET CT ini ialah dengan menyuntikkan radiofarmaka FDG ke
dalam pembuluh darah pasien. Radiofarmaka akan ditangkap sel-sel kanker,
karena sel kanker membutuhkan banyak glukosa dan metabolisme dalam
pertumbuhannya. Ketika sel kanker berkumpul, PET akan mengambil citra dari
seluruh tubuh pasien. Pencitraan ini akan menunjukkan lokasi radiofarmaka
berkumpul. Artinya, di situlah lokasi sel-sel kanker yang hidup.
Pemeriksaan ini dapat mendeteksi tumor <4 mm, untuk staging memiliki
sensitivitas 71% dan spesifitas 99%, sedangkan untuk deteksi kekambuhan
sensitivitas 92% dan spesifitas 81%.

2.1.8 Komplikasi
a. Efek samping pembedahan
Pembedahan untuk kanker yang besar atau sulit dijangkau mungkin sangat
rumit, efek samping dapat berupa infeksi, gangguan luka, masalah dengan makan
dan berbicara, atau kematian sangat jarang terjadi selama atau segera setelah
prosedur. Operasi juga dapat berbekas terutama operasi tulang wajah atau rahang.
b. Efek samping terapi radiasi
Radiasi dari daerah mulut dapat menyebabkan beberapa efek samping jangka
pendek termasuk:

1) Kulit seperti terbakar sinar matahari di kepala dan leher yang perlahan
menghilang
2) Suara serak
3) Kehilangan indra pengecap
4) Kemerahan dan nyeri pada mulut dan tenggorokan
5) Kadang-kadang luka terbuka berkembang di mulut dan tenggorokan,
sehingga sulituntuk makan dan minum selama pengobatan.

Radiasi juga dapat menyebabkan efek samping jangka panjang atau permanen:
1) Kerusakan kelenjar ludah. Kerusakan permanen pada kelenjar ludah dapat
menyebabkan mulut kering. Hal ini dapat menyebabkan masalah makan dan
menelan
2) Kerusakan pada tulang rahang yang dikenal sebagai osteoradionecrosis
rahang. Lebih umum terjadi setelah infeksi gigi, ekstraksi, atau trauma, dan
sulit diobati. Gejala utama adalah nyeri pada rahang. Dalam beberapa kasus
dapat menyebabkan tulang rahang retak dan jika berat diperlukan terapi
pembedahan untuk mengatasinya.
3) Kerusakan pada kelenjar pituitary atau tiroid. Jika kelenjar hipofisis atau
tiroid terkena radiasi, produksi hormon dapat menurunkan dari waktu ke
waktu. Hal ini dapat menyebabkan masalah metabolisme yang mungkin perlu
dikoreksi dengan obat. Radiasi Efek samping ini biasanya akan lebih parah
pada orang yang mendapatkan kemoterapi pada saat yang sama. Untuk
mengurangi efek samping tersebut diperlukan perawatan sebelum diradiasi
ataupun kemoterapi.

c. Efek samping kemoterapi


Kemoterapi adalah obat yang menyerang sel-sel yang membelah dengan cepat.
Tetapi sel lain didalam tubuh seperti yang di sumsum tulang, lapisan mulut dan
usus, dan folikel rambut juga terpengaruh. Hal ini dapat menyebabkan efek
samping. Efek samping darikemoterapi tergantung pada jenis, dosis, dan berapa
lama obat diberikan. Efek samping tersebut adalah :

1) Rambut rontok
2) Mulut luka
3) Kehilangan nafsu makan
4) Mual dan muntah
5) Diare
6) Peningkatan infeksi (karena jumlah rendah sel darah putih berkurang)
7) Mudah memar atau pendarahan (karena jumlah platelet darah rendah)
8) Kelelahan (karena rendahnya jumlah sel darah merah)
Bahan dan cairan yang tidak boleh digunakan saat perawatan mulut (komplikasi perawatan
medik) :

1. Obat mengandung alkohol menyebabkan mulut kering

2. Penggunaan sikat gigi yang keras dapat menggesek mukosa mulut

3. Penggunaan gulungan kapas (cotton roll) pada klien stomatitis kadang-kadang


menimbulkan luka pada mukosa karena gulungan kapas berisi bahan yang mengiritasi
atau lesi itu disebabkan oleh reaksi alergi, tetapi kemungkinan ini sangat kecil

4. Pencangkokan sel imunokompeten dari satu individu menyebabkan erupsi kulit dan
timbul perubahan likenoid di beberapa tempat pada mukosa oral. Kemudian timbul
ulserasi yang luas.

No. Lesi Gejala Tanda


1. Ulkus afte (cancer sore) Luka putih dengan nyeri, Lesi tunggal 0,5-2 cm,
tepi merah pada bibir, sisi maculopapular 
dalam pipi, ujung dan sisi berulserasi dan tepi eritem
lidah, atau palatum (pada mukosa yang dapat
digerakkan)

2. Ulkus herpetik Luka rekurens dan nyeri Ketika bulannya pecah,


pada bibir terbentuk krusta

3. Chancre Luka yang nyeri pada Ada limfadenitis yang


bibir (2 minggu-3 bulan) nyeri

4. Karsinoma sel skuamosa Luka ulkus pada bibir, Mengeras dengan batas
dasr mulut atau lidah yang keras dan menonjol.
(batas lateral) Sering di daerah
leukoplakia.
Limfadenopati tak nyeri di
leher. Tanda-tanda
metastasis yang jauh.
5. Eritema multiformis Ulkus multiple yang Lesi dimulai sebagai bula.
terasa panas timbul secara Lazim menyerang kulit
tiba tiba di mulut atau (lesi target)
bibir
6. Hiperplasia gusi Jaringan belebihan tidak Sering dijumpai pada
nyeri pada batas geligi mukosa maksila anterior

7 Kandidiasis (moniliasis, Daerah panas di lidah, di Pseudomembran keputih-


thrush) dalam pipi atau tenggorok putihan seperti dadih susu,
yang dapat dikelupas,
dengan meninggalkan
daerah kemerahan.
8 Leukoplakia Daerah putih tak nyeri di Hiperkeratinisasi yang
bagian dalam pipi, lidah, tidak dapat dikelupas,
bibir bawah atau dasar sering diselingi dnegan
mulut bitnik kemerahan
9 Lipoma Massa tak nyeri, tumbuh Massa lunak, kekuning-
lambat pada permukaan kuningan tidak nyeri
dalam pipi tekan. Dapat digerakkan
dengan bebas.
10 Likea planus Biasanya tidak ada gejala, Lesi putih di mukasa
bentuk erosive bukal bilateral berbentuk
menimbulkan nyeri, luka papul retikularis dengan
yang panas pada sisi pola seperti renda.
dalam dari pipi atau lidah
11 Ulkus traumatik Nyeri di daerah luka. Lesi tunggal dengan
Jangka pendek (1-2 eritema yang menonjol
minggu) pada tepinya, dibagian
tengah sering ada debris
nekrotik
12 Mukokel Bengkak intermiten tak Lesi kistik berbentuk
nyeri pada bibir bawah kubah, diameter 1-2 cm,
atau bagian dalam pipi. dapat digerakkan dengan
Agak kebiru-biruan. bebas.
Kadang kadang rupture.
13 Lidah berambut Sensasi muntah yang Perpanjangan papilla
berkaitan dengan sensasi filiformis pada dorsum
lidah berambut. Lesi besar lidah dengan perubahan
kehitaman, tidak nyeri warna menjadi hampir
Faktor Lokal Faktor
padaHost
puncak lidah. hitamLuar
Faktor
14 Bercak fordyce Tidak ada Kumpulan lesi kecil,
kekuning-kuningan,
menonjol, paling baik
Rongga mulut kotor Genetik Karsinogen Kimiamukosa pipi
dilihat pada
yang berhadapan dengan
gigi molar.
Memicu tumbuhnya Sel turunan yang Rokok
bakteri/jamur abnormal

Kontak sel normal dengan


2.1.9 WOC
Infeksi zat karsinogenik
Fungsi sistem imun
menurun

Terjadi lesi yang


berulang Membentuk Klon melalui
pembelahan

Sel membelah secara


berlebihan Poliferasi

Muncul karakteristik neoplasma ganas

Kanker Oral Cavity

Benjolan pada rongga mulut Kerusakan pada sistem anatomi

Benjolan semakin besar dan


memenuhi rongga mulut MK : Ketidakmampuan Intake nutrisi tidak
menelan adekuat

Mempengaruhi fungsi lidah


MK : Gangguan MK : Nutrisi kurang
komunikasi verbal dari kebutuhan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF PASIEN DENGAN
MASALAH MULUT KANKER RONGGA MULUT

c.1 Asuhan Keperawatan Kanker Rongga Mulut


c.1.1 Pengkajian
a. Biodata
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, nomor rekam medic,
tanggal pengkajian.
b. Keluhan Utama : nyeri saat menelan atau massa yang tidak sembuh.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Memungkinkan untuk menentukan kebutuhan penyuluhan dan
pembelajaran pasien mengenai hyegine oral prefentif, serta untuk
mengidentifikasi gejala yang memerlukan evaluasi medis. Pertanyaan yang
diajukan mencakup :
1. Memar dan aktivitas flossing
2. Frekuensi kunjungan ke dokter gigi
3. Kesadaran akan adanya lesi atau area iritasi pasa mulut, lidah atau
tenggorok
4. Kebutuhan menggunakan gigi palsu atau lempeng parsial
5. Riwayat baru sakit tenggorok atau sputum berdarah
6. Ketidaknyamanan yang disebabkan oleh makanan tertentu
7. Masukan makanan yang dicerna setiap hari
8. Penggunaan alkohol dan tembakau
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Apakah klien pernah mengalami riwayat tumor atau kanker sebelumnya.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada keluarga klien mengalami riwayat tumor atau kanker pada mulut.
f. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, perawat melakukan inspeksi dan palpasi pada
rongga mulut dengan panduan pemeriksaan penting meliputi hal-hal berikut :
1. Periksa kondisi perubahan warna, apakah mukosa mulut berwarna
abnormal ,misalnya putih, merah, hitam. Kebanyakan pasien kanker
rongga mulut mempunyai riwayat lesi atau keadaan prakanker mulut,
seperti leukoplakia, eritoplakia, submukus fibrosisi dan lain-lain
2. Inspeksi kondisi kontur apakah permukaan mukosa kasar, ulserasi,
asimetri, atau pembengkakan. Seringkali awal dari keganasan diawalai
ditandai adanya ulkus. Apabila terdapat ulkus tidak sembuh selama dua
minggu maka keadaan ini sudah dapat dicurigai sebagai awal proses
keganasan. Tanda lain dari ulkus proses keganasan meliputi ulkus yang
tidak sakit, tepi bergulung lebih tinggi dari sekitarnya dan indurasi (lebih
keras) dasarnya dapat berbintil-bintil dan mengelupas. Pertumbuhan
karsinoma bentuk ulkus tersebut disebut pertumbuhan endofitik.

3. Palpasi tentang konsistensi apakah jaringan keras kenyal, lunak, fluktuan


atau nodular. Umumnya kanker rongga mulut tahap dini tidak
menimbulkan gejala diameter kurang dari 2 cm kebanyakan berwarna
merah dengan atau tanpa disertai komponen putih, licin, halus, dan
memeperlihatkan evelasi yang minimal.

4. Kaji kemampuan pasien apakah dapat membuka mulut dengan sempurna


5. Periksa adanya keterlibatan dari pembesaran kelenjer limfe.

c.1.2 Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002) berhubungan
dengan intake nutrisi tidak adekuat
2. Ketidakmampuan menelan (00103) berhubungan dengan terjadi kerusakan pada
sistem anatomi
3. Gangguan komunikasi verbal (00051) berhubungan dengan kondisi fisologis
ditandai dengan susahnya berbicara.
c.1.3 Intervensi Keperawatan

Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002) berhubungan dengan


intake nutrisi tidak adekuat.
Definition: Intake of nutrients insufficient to meet metabolic needs
Domain 2. Nutrition
Class 1. Ingestion
NOC NIC
Setelah dilakukan asuhan keperawatan Nutrition Management (1100)
selama 2x24 jam kebutuhan nutrisi 1. Menentukan status nutrisi klien dan
klien dapat terpenuhi, dengan kriteria kemampuan untuk memenuhi kebutuhan
hasil: nutrisi
Nutritional Status (1004) 2. Mengidentifikasi alergi makanan pada klien
1. Asupan nutrisi atau intoleransi terhadap makanan
2. Asupan makanan 3. Menginstruksikan klien untuk mewajibkan
diet untuk tingkat penyakit tertentu
4. Monitor asupan kalori dan diet
5. Monitor pola penurunan atau peningkatan
berat badan klien

Ketidakmampuan menelan (00103) berhubungan dengan terjadi kerusakan pada sistem


anatomi
Definition: Abnormal functioning of the swallowing mechanism associated with deficit in
oral, pharyngeal, or esophageal structure of function
Domain 2. Nutrition
Class 1. Ingestion
NOC NIC
Setelah dilakukan asuhan Swallowing Therapy (1860)
keperawatan selama 2x24 jam 1. Memantau hidrasi tubuh (misalnya intake,
kemampuan menelan klien dapat output, turgor kulit, membran mukosa)
ditingkatkan, dengan kriteria hasil: 2. Berikan perawatan mulut yang diperlukan
Swallowing Status (1010) 3. Konsultasikan dengan terapis dan / atau dokter
1. Kemampuan menelan untuk secara bertahap meningkatkan
2. Produksi saliva konsistensi makanan pasien.
3. Waktu reflek menelan 4. Membantu pasien untuk menempatkan
makanan di belakang mulut dan di sisi yang
tidak terganggu (yang tidak sakit).

Enteral Tube Feeding (1056)


1. Masukkan selang nasogastrik, nasoduodenal,
atau nasojejunal, sesuai dengan prosedur
2. Memantau untuk penempatan yang tepat dari
selang dengan memeriksa rongga mulut,
memeriksa residu lambung, atau mendengarkan
udara yang disuntikkan sementara dan ditarik
sesuai dengan prosedur
3. Monitor adanya bising usus setiap 4 - 8 jam
sesuai dengan kondisi
4. Pantau status cairan dan elektrolit
5. Konsultasikan dengan anggota tim perawatan
kesehatan lainnya dalam memilih jenis dan
kekuatan makanan enteral
6. Pantau adanya sensasi kenyang, mual, dan
muntah
7. Monitor berat badan setidaknya tiga kali
seminggu, yang sesuai dengan usianya

Gangguan komunikasi verbal (00051) berhubungan dengan kondisi fisologis ditandai


dengan susahnya berbicara
Definition: Decreased, delayed, or absent ability to receive, process, transmit, and/ or use
a system of symbols
Domain 5. Perception/Cognition
Class 5. Communication
NOC NIC
Setelah dilakukan asuhan Communication Enhancement : Speech Deficit
keperawatan selama 2x24 jam (4976)
komunikasi verbal klien dapat 1. Memberikan metode alternatif komunikasi
meningkat, dengan kriteria hasil: bicara (misalnya, menulis tablet, berkedip
Communication (0902) mata, papan komunikasi dengan gambar
1. Menggunakan bahasa dan huruf, kode tangan atau gerakan
berbicara lainnya, dan komputer)
2. Anjurkan pasien untuk berbicara perlahan
3. Kolaborasikan dengan keluara dan terapi
untuk menyusun rencana komunikasi
efektif

c.2 Asuhan Keperawatan Klien dengan Kasus Kanker Rongga Mulut


Pada hari Senin 11 April 2016, Tn. A (50 tahun) datang ke Rumah Sakit Universitas
Airlangga dengan keluhan munculnya plak putih disekitar rongga mulut (leukoplakia)
disertai lesi ulserasi yang mengeras pada rongga mulutnya. Lesi tersebut sebenarnya
sudah muncul sejak tiga bulan yang lalu, akan tetapi karena semakin lama semakin nyeri
maka dibawa ke rumah sakit. Tn. A sekarang bekerja sebagai tukang bangunan. Karena
kondisi pada mulutnya tersebut, pasien menolak untuk makan, karena mulutnya perih dan
terasa kering. Pasien mengungkapkan secara verbal ataupun dengan isyarat tentang nyeri
yang dirasakan, sehingga dia malu akan kondisinya saat ini. Keluarga mengatakan pasien
kesulitan dalam berbicara dan dulu nenek pasien menderita kanker mulut.

c.2.1 Pengkajian

a. Biodata/Identitas pasien
Nama : Tn. A
Umur : 50 tahun
Alamat : Surabaya
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Tukang Bangunan
Tnggal MRS : Senin 11 April 2016

b. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri karena munculnya plak putih disekitar rongga mulut
(leukoplaking). Pasien juga mengeluh nafsu makannya menurun karena mulutnya
perih dan terasa kering.

c. Riwayat Penyakit Sekarang


Munculnya plak putih disekitar rongga mulut (leukoplakia) disertai lesi ulserasi
yang mengeras pada rongga mulutnya.

d. Riwayat Kesehatan Dahulu


Klien tidak pernah masuk rumah sakit, klien hanya pernah menderita penyakit
ringan seperti demam, batuk, pilek.

e. Riwayat Kesehatan Keluarga


Nenek pasien menderita kanker mulut.
f. Pemeriksaan Fisik
B1 (breathing) : Tidak ditemukan/normal
B2 (blood) : Tidak ditemukan/normal

B3 (brain) : Cemas akibat manifestasi klinis


B4 (bladder) : Tidak ditemukan/normal
B5 (bowel) :
Sistem pengkajian fisisk, baik struktur internal dan eksternal mulut dan tenggorok
diinspeksi dan palpasi. Secara umum, pemeriksaan dapat diselesaikan dengan
penggunaan sumber lampu terang (penlight) dan depressor lindah. Sarung tangan
digunakan untuk mempalpasi lidah dan adanya abnormalitas.
1. Bibir
Pemeriksaan mulai dengan inspeksi terhadap bibir untuk kelembaban,
hidrasi warna, tekstur, simetrisitas, dan adanya ulserasi atau fisura. Bibir
harus lembab, merah muda, lembut dan simetris.

2. Gusi
Gusi diinspeksi terhadap inflamasi, perdarahan retraksi, dan perubahan
warna. Bau napas juga dicatat.

3. Lidah
Lidah dorsal diinspeksi untuk tekstur, warna, dan lesi. Papilla tipis lapisan
putih, dan besar berbentuk V pada bagian distal dorsal lidah, selanjutnya
dibagian permukaan ventera lidah dan dasar mulut lidah. Adanya lesi pada
mukosa yang melibatkan vena superfissial pada permukaan bawah lidah
terlihat. Spatel lidah digunakan untuk menekan lidah guna mendapatkan
visualisasi adekuat terhadap faring.

4. Rongga Oral
Pengkajian rongga oral sangat penting, karena banyak gangguan seperti
kanker, diabetes, dan kondisi imunosupresi dari terapi obat atau AIDS
dimanifestasikan oleh perubahan pada rongga oral. Leher diperiksa terhadap
pembesaran nodus limpa.

B6 (bone) : Kelemahan tonus otot, Malaise

c.2.2 Analisa Data

MASALAH
DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
DS : Pasien menolak untuk Kanker rongga mulut Nutrisi kurang dari
makan kebutuhan
DO : Tonus otot buruk,
membrane mukosa Kerusakan pada sistem
pucat, inflamasi rongga anatomi
mulut.

Intake nutrisi tidak adekuat


Nutrisi kurang dari kebutuhan

DS : Pasien mengeluh Kanker rongga mulut


mulutnya perih dan
terasa kering Kerusakan pada sistem
DO : Rongga mulut terluka anatomi Ketidakmampuan menelan
(inflamasi)
Ketidakmampuan menelan

DS : Keluarga mengatakan Kanker rongga mulut


pasien kesulitan dalam
berbicara Benjolan pada rongga mulut
DO : Pasien lebih banyak
diam, pasien meminta
Gangguan komunikasi
tolong bantuan dengan Benjolan semakin besar dan
verbal
isyarat memenuhi rongga mulut

Mempengaruhi fungsi lidah

Gangguan komunikasi verbal

c.2.3 Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002) berhubungan
dengan intake nutrisi tidak adekuat.
2. Ketidakmampuan menelan (00103) berhubungan dengan terjadi kerusakan pada
sistem anatomi.
3. Gangguan komunikasi verbal (00051) berhubungan dengan kondisi fisologis
ditandai dengan susahnya berbicara.

3.2.4 Intervensi dan Rasional

Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002) berhubungan dengan


intake nutrisi tidak adekuat.
Definition: Intake of nutrients insufficient to meet metabolic needs
Domain 2. Nutrition
Class 1. Ingestion
NOC NIC
Setelah dilakukan asuhan keperawatan Nutrition Management (1100)
selama 2x24 jam kebutuhan nutrisi 1. Menentukan status nutrisi klien dan
klien dapat terpenuhi, dengan kriteria kemampuan untuk memenuhi kebutuhan
hasil: nutrisi
Nutritional Status (1004) 2. Mengidentifikasi alergi makanan pada klien
1. Asupan nutrisi atau intoleransi terhadap makanan
2. Asupan makanan 3. Menginstruksikan klien untuk mewajibkan
diet untuk tingkat penyakit tertentu
4. Monitor asupan kalori dan diet
5. Monitor pola penurunan atau peningkatan
berat badan klien.

Ketidakmampuan menelan (00103) berhubungan dengan terjadi kerusakan pada sistem


anatomi
Definition: Abnormal functioning of the swallowing mechanism associated with deficit in
oral, pharyngeal, or esophageal structure of function
Domain 2. Nutrition
Class 1. Ingestion
NOC NIC
Setelah dilakukan asuhan Swallowing Therapy (1860)
keperawatan selama 2x24 jam 1. Memantau hidrasi tubuh (misalnya intake,
kemampuan menelan klien dapat output, turgor kulit, membran mukosa)
ditingkatkan, dengan kriteria hasil: 2. Berikan perawatan mulut yang diperlukan
Swallowing Status (1010) 3. Konsultasikan dengan terapis dan / atau dokter
1. Kemampuan menelan untuk secara bertahap meningkatkan
2. Produksi saliva konsistensi makanan pasien.
3. Waktu reflek menelan 4. Membantu pasien untuk menempatkan
makanan di belakang mulut dan di sisi yang
tidak terganggu (yang tidak sakit).

Enteral Tube Feeding (1056)


1. Masukkan selang nasogastrik, nasoduodenal,
atau nasojejunal, sesuai dengan prosedur
2. Memantau untuk penempatan yang tepat dari
selang dengan memeriksa rongga mulut,
memeriksa residu lambung, atau
mendengarkan udara yang disuntikkan
sementara dan ditarik sesuai dengan prosedur
3. Monitor adanya bising usus setiap 4 - 8 jam
sesuai dengan kondisi
4. Pantau status cairan dan elektrolit
5. Konsultasikan dengan anggota tim perawatan
kesehatan lainnya dalam memilih jenis dan
kekuatan makanan enteral
6. Pantau adanya sensasi kenyang, mual, dan
muntah
7. Monitor berat badan setidaknya tiga kali
seminggu, yang sesuai dengan usianya

Gangguan komunikasi verbal (00051) berhubungan dengan kondisi fisologis ditandai


dengan susahnya berbicara
Definition: Decreased, delayed, or absent ability to receive, process, transmit, and/ or use
a system of symbols
Domain 5. Perception/Cognition
Class 5. Communication
NOC NIC
Setelah dilakukan asuhan Communication Enhancement : Speech Deficit
keperawatan selama 2x24 jam (4976)
komunikasi verbal klien dapat 1. Memberikan metode alternatif komunikasi
meningkat, dengan kriteria hasil: bicara (misalnya, menulis tablet, berkedip
Communication (0902) mata, papan komunikasi dengan gambar dan
1. Menggunakan bahasa huruf, kode tangan atau gerakan lainnya, dan
berbicara komputer)
2. Anjurkan pasien untuk berbicara perlahan
3. Kolaborasikan dengan keluara dan terapi
untuk menyusun rencana komunikasi efektif.

Anda mungkin juga menyukai