Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

CARSINOMA BUKAL

1. Definisi
Menurut WHO, kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok
besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilah lain
yang digunakan adalah tumor ganas dan neoplasma. Salah satu fitur
mendefinisikan kanker adalah pertumbuhan sel-sel baru secara abnormal yang
tumbuh melampaui batas normal, dan yang kemudian dapat menyerang bagian
sebelah tubuh dan menyebar ke organ lain. Proses ini disebut metastasis.
Metastasis merupakan penyebab utama kematian akibat kanker (WHO, 2009).
Menurut Lippincott dan wilkins (2012), pengertian kanker rongga
mulut adalah tumor ganas yang mulai muncul pada mulut yang melibatkan
beberapa jenis jaringan dan sel sehingga mengakibatkan berbagai jenis kanker.
Sedangkan kanker rongga mulut adalah kegananasan yang terjadi
didalam rongga yang dibatasi vermilion bibir dibagian depan dan arkus
faringeus anterior dibagian belakang. Kanker rongga mulut meliputi kanker
bibir gingival, lidah, bukal, dasar mulut, palatum, dan arkus faringeus anterior
( Muttaqin, 2011 ).
Kanker rongga mulut merupakan tumor ganas dalam rongga mulut
yang tumbuh secara cepat dan menginvasi jaringan sekitar, berkembang
sampai daerah endontel, dan dapat bermetastasis ke bagian tubuh yang lain
dan sering asimtomatik pada tahap awal.

2. Etiologi
Eiologi dari kanker rongga mulut adalah :
a. Multifaktor
Bersifat multifaktor karena erat kaitannya dengan gaya hidup, umumnya
kebiasaan gaya hidup, umunya kebiasaan hidup dan diet (terutama
tembakau atau tembakau yang digunakan dalam sirih, dan penggunaan
alkohol), meskipun faktor lain seperti bahan infeksius, kerusakan
metabolisme karsinogen, kerusakan enzim yang memperbaiki DNA yang
rusak dan kombinasi faktor-faktor ini juga berperan dalam terjadinya
kanker rongga mulut.
b. Pajaan sinar matahari
Merupakan faktor presdiposisi kanker bibir efek dari sinar ultraviolet.

1
c. Mutasi Gen
Mutasi gen supresor tumor (TSGs) yang mengontrol pertumbuhan sel .
mutasi TSGs berkaitan dengan sitokrom P450 yang berperan dalam
karsinogenesis karsinoma rongga mulut. Perubahan TSGs dan onkogen
dapat merusak kontrol pertumbuhan sel menjadi pertumbuhan kanker yang
tak terkontrol.
d. Alkohol
Penggunaan alkohol berat merupakan faktor risiko terkena kanker mulut.
Penggunaan alkohol terbukti mengalami peningkatan risiko terkena kanker
rongga mulut karena alkohol mengandung karsinogen atau prokarsinogen ,
termasuk kontaminan dari nitrosamin dan uretan selain etanol. Etanol
dimetabolisme oleh alkohol-dehidrogenase dan oleh sitokrom P450
menjadi asetalhedid yang bersifat karsinogen.
e. Tembakau dan alkohol
Alkohol memudahkan kerja tembakau dengan berfungsi sebagai pelarut
sehingga memudahkan bahan kanker untuk berpenetrasi ke dalam jaringan
mulut. Efek kombinasi penggunaan alkohol dan tembakau menjadi
berlipat ganda, lebih besar dari kumulatif efek masing-masing bahan,
sehingga risiko berkembangnya kanker rongga mulut pada pasien
pengguna alkohol dan perokok meningkat 80 kali lebih tinggi.
f. Tembakau
Mengunyah atau mengisap tembakau menyebabkan iritasi dari kontak
langsung bahan-bahan karsinogen yang mengiritasi sel skuamosa rongga
mulut. Rangsangan asap rokok yang lama dapat menyebabkan perubahan-
perubahan yang bersifat merusak bagian mukosa mulut yang terkena, yang
bervariasi dan penebalan menyeluruh bagian epitel mulut (smoker’s
keratosis) sampai bercak putih keratotik yang menandai leukoplakia dan
kanker mulut.
g. Nikotin
Merupakan bahan yang menyebabkan ketergantungan / adiksi. Saat
dihisap nikotin mencapai otak dalam waktu 7 detik, 2x lebih cepat dari
penggunaan obat IV. Kemudian mempengaruhi otak dan sistem saraf pusat
dengan mengubah kadar neurotransmiter dan bahan kimiawi yang
mengatur temperamen, belajar, dan kemampuan berkosenterasi. Nikotin

2
dapat bekerja sebagai sedatif, tergantung pada kadar nikotin dalam tubuh
dan lamamnya. Merokok juga menyebabkan pelepasan endorfin yang
membentuk efek tranquilizer. Nikotin merupakan racun yang dalam dosis
besar dapat mematikan.
h. Diet
Buah dan sayuran mempunyai kontribusi terhadap terjadinya kanker mulut
dan kanker lainnya. Buah dan sayuran mengandung antioksidan yang
mengikat molekul berbahaya penyebab mutasi gen sehingga dapat
mencegah terjadinya kanker.
i. Obat Kumur
Efek penggunaan obat kumur terhadap terjadinya kanker sama dengan
efek penggunaan alkohol tetapi dengan konstribusi yang lebih rendah.
j. Kesehatan Gigi Mulut.
Terjadi peningkatan resiko pada pria yang menggunakan gigi palsu dari
logam. Iritasi kronis juga dapat ditimbulkan oleh gigi, gigi palsu atau
tambalan yang mengiritassi gigi, keadaan gigi-geligi yang rusak atau
hilang dapat merupakan faktor resiko penyebab kanker.
k. Bahan infeksius
Bahan infeksius yaitu candida albicans dan virus. Virus herpes dan virus
papiloma dapat dijumpai pada beberapa kasus karsinoma sel skuamosa.
HPV terutama berperan dalam kanker orofaring

3. Manifestasi Klinis
Bintik putih atau merah (leukoplakia, eritroplakia, atau eritroleukoplakia) di
dalam mulut ataupun pada bibir.
1) Leukoplakia : Merupakan lesi putih keratolitik pada mukosa mulut.
Secara klinis leukoplakia dapat dibagi atas 4 grade (Ohrn, 2000),
yaitu sebagai berikut.

a. Grade I : bercak kemerahan yang granuler yang secara bertahap


berubah menjadi keabuan.
b. Grade II : bercak putih kebiruan berbatas tegas, tanpa indurasi
c. Grade III : bercak keputihan berbatas tegas dengan indurasi,
mungkin ada kerutan

3
d. Grade IV : bercak mengalami indurasi, ada fisura, erosi, kadang-
kadang permukaannya mengalami proliferasi seperti veruka. Pada
pemeriksaan mikroskopis nampak perubahan keganasan dini.
2) Eritroplakia : Daerah mukosa yang kemerahan, memiliki tekstur seperti
beludru, dan berdasarkan pemeriksaan klinis serta histopatologi tidak
disebabkan inflamasi atau penyakit lain. Sebagian besar lesi ini, terutama
yang berada di bawah lidah, dasar mulut, palatum molle, dan
pilar faucial anterior memiliki kecenderungan menjadi ganas. Diduga
sebagai lesi awal kanker rongga mulut. Jarang ditemukan karena tidak
mencolok dan asimtomatik, karena itu pemeriksaan mulut harus dilakukan
dalam keadaan kering dan dengan teliti.
3) Eritroleukoplakia : Merupakan lesi berwarna putih merah
a) Luka pada bibir ataupun rongga mulut yang sulit sembuh.
b) Perdarahan pada rongga mulut.
c) Kehilangan gigi.
d) Sulit atau timbulnya rasa sakit pada waktu mengunyah.
e) Kesulitan untuk menggunakan geligi tiruan.
f) Pengerasan pada leher, serta rasa sakit pada telinga.
Manifestasi klinis dari kanker rongga mulut jika dibedakan berdasarkan
tempat terjadinya kanker, yaitu :
1. Kanker pada Bibir
a. Warna bibir tidak nampak merah muda
b. Bibir nampak kering
c. Adanya ketidaksimetrisan antara bibir atas dan bawah
d. Adanya ulserasi fisura
e. Nyeri pada daerah sekitar bibir
f. Adanya bintik putih atau merah pada bibir
g. Jika terjadi luka, maka sulit sembuh
2. Kanker pada Lidah
a. Adanya bintik putih yang berbentuk V pada bagian dorsal lidah
b. Ada lesi pada mukosa lidah sehingga vena superficial di bawah lidah
terlihat
c. Nyeri tekan
d. Kadang disertai mati rasa
e. Warna lidah terlihat kemerahan
f. Papila terlihat tipis
3. Kanker pada Gusi

4
a. Terjadinya perdarahan gusi yang hebat
b. Kehilangan gigi
c. Kesulitan untuk mengunyah
d. Timbul rasa sakit ketika mengunyah
4. Kanker di sekitar faring
a. Sulit menelan
b. Sulit berbicara
c. Batuk disertau sputum yang mengandung darah
d. Kemungkinan terjadinya pembesaran nodus limfe servikal

4. Klasifikasi

a) Kanker pada bibir


Bibir terutama bibir bagian bawah merupakan tempat terjadinya
kerusakan karena cahaya matahari atau actinic keratosis sehingga bibir
tampak pecah dan kemerahan, keputihan atau campuran merah dan putih.
Kanker di bibir sebelah luar lebih sering terjadi pada daerah beriklim panas.
Kelainan pada bibir atas lebih jarang terjadi dibandingkan dengan bibir
bawah, tetapi lebih mungkin menjadi ganas dan memerlukan perhatian
medis. Pada perokok, bisa tumbuh benjolan putih di bagian dalam bibir.
Benjolan ini bisa tumbuh menjadi squamous cell carcinoma (Williams,
1990).
b) Kanker pada lidah
Kanker lidah adalah suatu keganasan yang timbul dari jaringan epitel
mukosa lidah dengan selnya berbentuk squamous cell carcinoma (sel epitel
gepen berlapis) dan terjadi akibat rangsangan menahun, juga beberapa
penyakit- penyakit tertentu (premalignant) seperti sifilis dan plumer vision
syndrome, leukoplakia, serta eritoplakia. Kanker ganas ini dapat
menginfiltrasi ke daerah di sekitarnya, disamping itu dapat melakukan
metastasis secara limfogen dan hematogen (Sciubba, 1999).
c) Kanker dasar mulut
Kanker dasar mulut biasanya dihubungkan dengan penggunaan alkohol
dan tembakau. Pada tingkat awal mungkin tidak menimbulkan gejala. Bila

5
lesi berkembang, pasien akan mengeluhkan adanya gumpalan dalam mulut
atau perasaan tidak nyaman (Daftary, 1992).
Pada pemeriksaan klinis yang paling sering dijumpai adalah lesi berupa
nodul dengan tepi yang timbul dan mengeras yang terletak dekat frenulum
lingual. Bentuk yang lain adalah penebalan mukosa yang kemerah- merahan,
nodul yang tidak sakit atau dapat berasal dari leukoplakia.

d) Kanker pada mukosa pipi


Pada beberapa pasien yang mempunyai kebiasaan mengunyah campuran
pinang, daun sirih, kapur dan tembakau akan memberikan risiko
peningkatan kanker pada mukosa pipi. Dengan kondisi material yang
melakukan kontak langsung dengan mukosa pipi kiri dan kanan selama
beberapa jam dan trauma pada mengunyah memberikan dampak terhadap
perubahan sel mukosa pipi (Daftary, 1992). Pada pemeriksaan fisik rongga
mulut, bagian pipi akan didapatkan adanya lesi ulserasi, nodular dan
infiltratif.
e) Kanker pada gusi
Kanker pada gusi biasanya dihubungkan dengan riwayat pasien
mengisap pipa tembakau. Daerah yang terlibat biasanya lebih sering pada
gusi bawah (mandibular) daripada gusi atas (maksila) (Daftary, 1992).
Pada pemeriksaan fisik, lesi awal terlihat sebagai ulkus, granuloma kecil
atau sebagai nodul. Sekilas lesi terlihat sama dengan lesi yang dihasilkan
oleh trauma kronis atau hyperplasia inflamatori (Daftary, 1992). Lesi yang
lebih lanjut berupa pertumbuhan eksofitik atau pertumbuhan infiltrative
yang lebih dalam. Pertumbuhan eksofitik terlihat seperti bunga kol dan
mudah berdarah. Pertumbuhan infiltrative biasanya tumbuh invasive pada
tulang mandibula dan menimbulkan dekstruktif (Tambunan, 1993).
f) Kanker pada palatum
Predisposisi merokok meningkatkan risiko kanker pada palatum.
Kebanyakan kanker palatum merupakan pertumbuhan eksofitik dengan

6
dasar yang luas dan permukaan bernodul. Jika lesi terus berkembang
mungkin akan mengisi seluruh palatum. Kanker pada palatum dapat
menyebabkan perforasi palatum dan meluas sampai ke rongga hidung
(Daftary, 1992).
Menurut American Joint Committee on Cancer (AJCC) klasifikasi
kanker rongga mulut menggunakan sistem TNM. Sistem TNM ini terdiri
atas :
T (Tumor) : gambaran dari level pembesaran tumor
N (Nodus) : sejauh mana keterlibatan nodus limfe sebagai sistem imun
tubuh
M (Metastasis) : kondisi metastasis menggambarkan keterlibatan organ lain
pada bagian distal.

5. Patofisiologi
Sel kanker muncul setelah terjadi mutasi-mutasi pada sel normal yang
disebabkan oleh zat-zat karsinogen yang memicu terjadinya karsinogenesis
(transformasi sel normal menjadi sel kanker). Karsinogenesis terbagi menjadi
3 tahap :
1. Tahap pertama merupakan Inisiaasi yaitu kontak pertama sel normal
dengan zat karsinogen yang memancing sel normal tersebut menjadi
ganas.
2. Tahap kedua yaitu Promosi dimana sel yang terpancing tersebut
membentuk klon melalui pembelahan (poliferasi).
3. Tahap terakhir yaitu Progresi dimana sel yang telah mengalami
poliferasi mendapatkan satu atau lebih karakteristik neoplasma ganas

6. Pemeriksaan Diagnostik
1. Sitologi mulut
Sitologi mulut telah banyak digunakan untuk menyelidiki berbagai
macam penyakit mulut, dimana prosedurnya paling bermanfaat dalam
evaluasi terhadap suatu keadaan yang dicurigai sebagai suatu keganasan,
khususnya bila keadaan tersebut merupakan suatu lesi merah yang tidak
berkeratin (Lynch, 1994).

7
Secara defenisi, pemeriksaan sitologi mulut merupakan suatu
pemeriksaan mikroskopik gel-gel yang dikerok/dikikis dari permukaan
suatu lesi di dalam mulut (Coleman dan Nelson, 1993). Klasifikasi dan
interpretasi yang digunakna dalam laporan sitologi mulut adalah:
a. Kelas I: gel-gel normal
b. Kelas II: gel-gel yang tidak khas (stipik), tidak ada bukti keganasan
c. Kelas III: perubahan pada pola nuklear yang sifatnya tidak jelas, tidak
ada tanda-tanda keganasan, tetapi terdapat gel yang menyimpang dari
normal
d. Kelas IV: memebri kesan kepada suatu keganasan
e. Kelas V: perubahan keganasan terlihat jelas
Untuk kelas I-III lakukan ulangan sitologi III bulan kemudian, bila
hasil sama dapat dilakukan biopsi. Untuk kelas IV dan V indikasi untuk
dilakukan biopsi.
2. Biopsi
Biopsi merupakan pengambilan spesimen baik total maupun
sebagian untuk pemeriksaan mikroskopis dan diagnosis (Pedersen, 1996;
Coleman dan Nelson, 1993). Cara ini merupakan cara yang penting dan
dapat dipercaya untuk menegakkan diagnosa defenitif dari lesi-lesi mulut
yang dicurigai (Bolden, 1982).
Teknik biopsi memerlukan bagian dari lesi yang mewakili dari tepi
jaringan yang normal. Biopsi dapat dilakukan dengan cara insisional atau
eksisional. Biopsi insisional dipilih apabila lesi permukaan besar (>1cm)
dan biopsi eksisional yaitu insisi secata intoto apabila lesi kecil (Pedersen,
1996; Bolden, 1982; Coleman dan Nelson, 1993). Untuk memenuhi
kebutuhan yang lebih seksama dalam mengidentifikasi kanker rongga
mulut pada tahap ini, telah dikembangkan suatu cara biopsi dengan
menggunakan sikat (Oral CDx). Pada penelitian yang dilakukan oleh
Sciubba (1999) dengan menggunakan biopsi dengan cara sikat
menunjukkan bahwa cara ini dapat memberikan bantuan yang tidak
terhingga nilainya dalam memeriksa lesi di rongga mulut. Pada penelitian
tersebut, biopsi dengan memakai sikat merupakan alat deteksi yang
sepadan dengan biopsi memakai skalpel. Walaupun begitu, harus

8
ditekankan bahwa Oral CDx bukanlah pengganti untuk biopsi dengan
memakai skalpel (Sciubba, 1999).

3. Pemeriksaan Toluidine Blue


Pemeriksaan Touluidine Blue dilukakan dengan cara berkumur
menggunakan suatu larutan. Larutan ini akan memberikan warna biru pada
sel kanker dan pada jaringan yang normal tidak akan menyerap. Teknik
memberikan warna rongga mulut adalah :
1) Kumur dengan larutan asam asetat 1%: 20 detik
2) Kumur dengan air: 20 detik 2 kali
3) Kumur larutan toluidine blue 1% 5-10 cc
4) Kumur lagi dengan larutan asam asetat 1%: 1 menit
5) Kumur dengan air
Pembacaan hasil pemeriksaan dilakukan 24 jam kemudian.
4. Pemeriksaan Positron Emission Tomography (PET)
Positron Emission Tomography (PET) adalah pemeriksaan non
invasif yang dapat menggambarkan fungsi metabolisme molekuler dari
tubuh pasien secara tiga dimensi dengan menggunakan cairan radiofarmaka
FDG (Fluorodeoxyglucose). PET scan dengan radiofarmaka FDG akan
mendeteksi aktivitas metabolik dari sel-sel tubuh, seperti sel-sel kanker
yang mempunyai aktivitas metabolik berlebih.
Cara kerja PET CT ini ialah dengan menyuntikkan radiofarmaka
FDG ke dalam pembuluh darah pasien. Radiofarmaka akan ditangkap sel-
sel kanker, karena sel kanker membutuhkan banyak glukosa dan
metabolisme dalam pertumbuhannya. Ketika sel kanker berkumpul, PET
akan mengambil citra dari seluruh tubuh pasien. Pencitraan ini akan
menunjukkan lokasi radiofarmaka berkumpul. Artinya, di situlah lokasi sel-
sel kanker yang hidup.
Pemeriksaan ini dapat mendeteksi tumor <4 mm, untuk staging
memiliki sensitivitas 71% dan spesifitas 99%, sedangkan untuk deteksi
kekambuhan sensitivitas 92% dan spesifitas 81%.

7. Penatalaksanaan

9
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien kanker rongga mulut
adalah:
1. Pembedahan
Pembedahan dapat dilakukan pada jaringan lunak dan jaringan keras.
Sering dilakukan pembedahan pada kanker yang melibatkan tenggorokan,
tetapi dapat juga dilakukan pada kanker rongga mulut. Pembedahan
dilakukan untuk mengangkat keseluruhan lesi untuk mencegah terjadinya
penyebaran sel kanker pada nodul limfa, pembuluh darah, dan saraf. Setelah
pembedahan untuk mengangkat sel kanker, dilakukan pembedahan
rekonstruktif bertujuan untuk mempercepat proses penyembuhan,
mengembalikan fungsi, serta meningkatkan kualitas hidup pasien.
2. Radiasi
Radiasi merupakan pengobatan yang menggunakan sinar ion. Terapi
radiasi ini dapat menghasilkan energi yang bisa menghancurkan sel-sel
kanker, dengan menghancurkan sel DNA pada sel kanker tersebut sehingga
sel kanker tersebut tidak dapat berkembang lagi. Radiasi jarang digunakan
sebagai pengobatan yang utama. Radiasi sering digunakan untuk
mengecilkan sel kanker sebelum dilakukan pembedahan, dan untuk
mencegah sel kanker timbul kembali atau untuk menghancurkan sisa-sisa
sel kanker yang tidak terambil keseluruhannya ketika pembedahan.
Dosis yang digunakan pada perawatan ini kecil. Terapi radiasi ini dilakukan
lima hari berturut-turut dan diberikan selang waktu dua hari untuk istirahat.
Waktu yang digunakan untuk terapi radiasi ini antara 10-15 menit. Terapi ini
dilakukan antara 2-8 minggu, agar sel yang baru dapat tumbuh dan
meminimalkan efek yang timbul akibat radiasi.
3. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan salah satu bentuk terapi paliatif, digunakan
apabila sel kanker timbul kembali pada pasien atau telah terjadi metastase.
Kemoterapi merupakan terapi yang menggunakan bahan kimia yang
berfungsi untuk menghancurkan sel kanker. Terdapat enam jenis bahan yang
digunakan untuk kemoterapi, di antaranya alkylating agent, nitrosoureas,
anti metabolite, anti tumor antibiotic, plant alkoloid, dan steroid hormone.
Bahan alkylating agent bekerja dengan mengikat DNA di inti sel, sehingga
sel-sel tersebut tidak dapat melakukan replikasi. Contoh bahan ini adalah

10
Cyclophosphamide dan Mechlorethamine. Bahan nitrosoureas bekerja
seperti alkylating agent yaitu menghalangi perubahan pada sel DNA,
misalnya Carmustine dan Lomustine. Bahan anti metabolite dapat bekerja
langsung pada molekul basal inti sel, yang berakibatmenghambat sintesis
DNA, misalnya 6-mercaptopurine dan 5-fluorouracil.
Sementara bahan anti tumor antibiotik bekerja dengan menghambat
sintesis RNA, misalnya Doxorubicin dan Mitomycin-C. Bahan plant
alkoloid bekerja dengan menghalangi pembelahan sel, antara lain
Vincristine dan Vinblastine. Sementara bahan steroid hormone bekerja
dengan memodifikasi pertumbuhan hormon yang menyebabkan terjadinya
kanker. Contoh bahan ini adalah Tamoxifen dan Flutamide.
4. Terapi Kombinasi
Bagi pasien yang pertumbuhan sel kanker telah menyebar luas atau
telah terjadi regional metastase dapat dilakukan terapi kombinasi yang
terdiri dari pembedahan, radiasi dan kemoterapi.
5. Edukasi
Edukasi dapat diberikan kepada pasien kanker rongga mulut melalui
dokter gigi atau ahli kesehatan yang lain. Bagi pasien yang sering merokok,
mengkonsumsi alkohol, dan menyirih agar mengurangi atau menghentikan
kebiasaan tersebut. Di India, beberapa kampanye yang dilakukan untuk
mengurangi penggunaan tembakau berhasil mengurangi resiko terjadinya
kanker. Beberapa peneliti dari University of Harvard membuktikan bahwa
lelaki yang banyak mengkonsumsi buah-buahan sitrus, vitamin C, dan
sayur-sayuran, 30-40% dapat mencegah dan mengurangi resiko terjadinya
kanker.

8. Komplikasi
a. Efek samping pembedahan
Pembedahan untuk kanker yang besar atau sulit dijangkau mungkin
sangat rumit, efek samping dapat berupa infeksi, gangguan luka, masalah
dengan makan dan berbicara, atau kematian sangat jarang terjadi selama
atau segera setelah prosedur. Operasi juga dapat berbekas terutama operasi
tulang wajah atau rahang.
b. Efek samping terapi radiasi

11
Radiasi dari daerah mulut dapat menyebabkan beberapa efek samping
jangka pendek termasuk:
1) Kulit seperti terbakar sinar matahari di kepala dan leher yang perlahan
menghilang
2) Suara serak
3) Kehilangan indra pengecap
4) Kemerahan dan nyeri pada mulut dan tenggorokan
5) Kadang-kadang luka terbuka berkembang di mulut dan tenggorokan,
sehingga sulituntuk makan dan minum selama pengobatan.
Radiasi juga dapat menyebabkan efek samping jangka panjang atau
permanen:

1) Kerusakan kelenjar ludah. Kerusakan permanen pada kelenjar ludah


dapat menyebabkan mulut kering. Hal ini dapat menyebabkan masalah
makan dan menelan
2) Kerusakan pada tulang rahang yang dikenal sebagai osteoradionecrosis
rahang. Lebih umum terjadi setelah infeksi gigi, ekstraksi, atau trauma,
dan sulit diobati. Gejala utama adalah nyeri pada rahang. Dalam
beberapa kasus dapat menyebabkan tulang rahang retak dan jika berat
diperlukan terapi pembedahan untuk mengatasinya.
3) Kerusakan pada kelenjar pituitary atau tiroid. Jika kelenjar hipofisis
atau tiroid terkena radiasi, produksi hormon dapat menurunkan dari
waktu ke waktu. Hal ini dapat menyebabkan masalah metabolisme
yang mungkin perlu dikoreksi dengan obat. Radiasi Efek samping ini
biasanya akan lebih parah pada orang yang mendapatkan kemoterapi
pada saat yang sama. Untuk mengurangi efek samping tersebut
diperlukan perawatan sebelum diradiasi ataupun kemoterapi.
c. Efek samping kemoterapi
Kemoterapi adalah obat yang menyerang sel-sel yang membelah
dengan cepat. Tetapi sel lain didalam tubuh seperti yang di sumsum
tulang, lapisan mulut dan usus, dan folikel rambut juga terpengaruh.
Hal ini dapat menyebabkan efek samping. Efek samping
darikemoterapi tergantung pada jenis, dosis, dan berapa lama obat
diberikan. Efek samping tersebut adalah :
1) Rambut rontok

12
2) Mulut luka
3) Kehilangan nafsu makan
4) Mual dan muntah
5) Diare
6) Peningkatan infeksi (karena jumlah rendah sel darah putih
berkurang)
Faktor Lokal Faktor Host Faktor Luar
7) Mudah memar atau pendarahan (karena jumlah platelet darah
rendah)
8) Kelelahan (karena rendahnya jumlah sel darah merah)
Rongga mulut kotor Genetik Karsinogen Kimia

Memicu tumbuhnya Sel turunan yang Rokok


bakteri/jamur abnormal

Kontak sel normal dengan


Infeksi Fungsi sistem imun zat karsinogenik

i. WOC menurun

Terjadi lesi yang


berulang Membentuk Klon melalui
pembelahan

Sel membelah secara


berlebihan Poliferasi

Muncul karakteristik neoplasma ganas

Kanker Oral Cavity

Benjolan pada rongga mulut Kerusakan pada sistem anatomi

Benjolan semakin besar dan


memenuhi rongga mulut MK : Ketidakmampuan Intake nutrisi tidak
menelan adekuat

Mempengaruhi fungsi lidah 13


MK : Gangguan MK : Nutrisi kurang
komunikasi verbal dari kebutuhan
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

a.1 Asuhan Keperawatan Kanker Rongga Mulut


a.1.1 Pengkajian
a. Biodata
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, nomor rekam
medic, tanggal pengkajian.
b. Keluhan Utama : nyeri saat menelan atau massa yang tidak sembuh.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Memungkinkan untuk menentukan kebutuhan penyuluhan dan
pembelajaran pasien mengenai hyegine oral prefentif, serta untuk
mengidentifikasi gejala yang memerlukan evaluasi medis. Pertanyaan
yang diajukan mencakup :
1. Memar dan aktivitas flossing
2. Frekuensi kunjungan ke dokter gigi
3. Kesadaran akan adanya lesi atau area iritasi pasa mulut, lidah
atau tenggorok
4. Kebutuhan menggunakan gigi palsu atau lempeng parsial
5. Riwayat baru sakit tenggorok atau sputum berdarah
6. Ketidaknyamanan yang disebabkan oleh makanan tertentu
7. Masukan makanan yang dicerna setiap hari
8. Penggunaan alkohol dan tembakau
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Apakah klien pernah mengalami riwayat tumor atau kanker
sebelumnya.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada keluarga klien mengalami riwayat tumor atau kanker pada
mulut.

f. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, perawat melakukan inspeksi dan palpasi pada
rongga mulut dengan panduan pemeriksaan penting meliputi hal-hal
berikut :
1. Periksa kondisi perubahan warna, apakah mukosa mulut
berwarna abnormal ,misalnya putih, merah, hitam. Kebanyakan
pasien kanker rongga mulut mempunyai riwayat lesi atau

14
keadaan prakanker mulut, seperti leukoplakia, eritoplakia,
submukus fibrosisi dan lain-lain
2. Inspeksi kondisi kontur apakah permukaan mukosa kasar,
ulserasi, asimetri, atau pembengkakan. Seringkali awal dari
keganasan diawalai ditandai adanya ulkus. Apabila terdapat ulkus
tidak sembuh selama dua minggu maka keadaan ini sudah dapat
dicurigai sebagai awal proses keganasan. Tanda lain dari ulkus
proses keganasan meliputi ulkus yang tidak sakit, tepi bergulung
lebih tinggi dari sekitarnya dan indurasi (lebih keras) dasarnya
dapat berbintil-bintil dan mengelupas. Pertumbuhan karsinoma
bentuk ulkus tersebut disebut pertumbuhan endofitik.
3. Palpasi tentang konsistensi apakah jaringan keras kenyal, lunak,
fluktuan atau nodular. Umumnya kanker rongga mulut tahap dini
tidak menimbulkan gejala diameter kurang dari 2 cm kebanyakan
berwarna merah dengan atau tanpa disertai komponen putih,
licin, halus, dan memeperlihatkan evelasi yang minimal.
4. Kaji kemampuan pasien apakah dapat membuka mulut dengan
sempurna
5. Periksa adanya keterlibatan dari pembesaran kelenjer limfe.

a.1.2 Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat
2. Ketidakmampuan menelan (00103) berhubungan dengan terjadi
kerusakan pada sistem anatomi
3. Gangguan komunikasi verbal (00051) berhubungan dengan kondisi
fisologis ditandai dengan susahnya berbicara

a.1.3 Intervensi Keperawatan

Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002) berhubungan dengan


intake nutrisi tidak adekuat.
Definition: Intake of nutrients insufficient to meet metabolic needs
Domain 2. Nutrition
Class 1. Ingestion

15
NOC NIC
Setelah dilakukan asuhan keperawatan Nutrition Management (1100)
selama 2x24 jam kebutuhan nutrisi 1. Menentukan status nutrisi klien dan
klien dapat terpenuhi, dengan kriteria kemampuan untuk memenuhi kebutuhan
hasil: nutrisi
2. Mengidentifikasi alergi makanan pada klien
Nutritional Status (1004)
atau intoleransi terhadap makanan
1. Asupan nutrisi
3. Menginstruksikan klien untuk mewajibkan
2. Asupan makanan
diet untuk tingkat penyakit tertentu
4. Monitor asupan kalori dan diet
5. Monitor pola penurunan atau peningkatan
berat badan klien

Ketidakmampuan menelan (00103) berhubungan dengan terjadi kerusakan pada sistem


anatomi
Definition: Abnormal functioning of the swallowing mechanism associated with deficit in
oral, pharyngeal, or esophageal structure of function
Domain 2. Nutrition
Class 1. Ingestion
NOC NIC
Setelah dilakukan asuhan Swallowing Therapy (1860)
1. Memantau hidrasi tubuh (misalnya intake,
keperawatan selama 2x24 jam
output, turgor kulit, membran mukosa)
kemampuan menelan klien dapat
2. Berikan perawatan mulut yang diperlukan
ditingkatkan, dengan kriteria hasil: 3. Konsultasikan dengan terapis dan / atau dokter
Swallowing Status (1010) untuk secara bertahap meningkatkan
1. Kemampuan menelan konsistensi makanan pasien.
2. Produksi saliva 4. Membantu pasien untuk menempatkan
3. Waktu reflek menelan
makanan di belakang mulut dan di sisi yang
tidak terganggu (yang tidak sakit).

Enteral Tube Feeding (1056)


1. Masukkan selang nasogastrik, nasoduodenal,
atau nasojejunal, sesuai dengan prosedur
2. Memantau untuk penempatan yang tepat dari
selang dengan memeriksa rongga mulut,

16
memeriksa residu lambung, atau mendengarkan
udara yang disuntikkan sementara dan ditarik
sesuai dengan prosedur
3. Monitor adanya bising usus setiap 4 - 8 jam
sesuai dengan kondisi
4. Pantau status cairan dan elektrolit
5. Konsultasikan dengan anggota tim perawatan
kesehatan lainnya dalam memilih jenis dan
kekuatan makanan enteral
6. Pantau adanya sensasi kenyang, mual, dan
muntah
7. Monitor berat badan setidaknya tiga kali
seminggu, yang sesuai dengan usianya

Gangguan komunikasi verbal (00051) berhubungan dengan kondisi fisologis ditandai


dengan susahnya berbicara
Definition: Decreased, delayed, or absent ability to receive, process, transmit, and/ or use
a system of symbols
Domain 5. Perception/Cognition
Class 5. Communication
NOC NIC
Setelah dilakukan asuhan Communication Enhancement : Speech Deficit
keperawatan selama 2x24 jam (4976)
komunikasi verbal klien dapat 1. Memberikan metode alternatif komunikasi
meningkat, dengan kriteria hasil: bicara (misalnya, menulis tablet, berkedip
Communication (0902) mata, papan komunikasi dengan gambar
1. Menggunakan bahasa dan huruf, kode tangan atau gerakan
berbicara lainnya, dan komputer)
2. Anjurkan pasien untuk berbicara perlahan
3. Kolaborasikan dengan keluara dan terapi
untuk menyusun rencana komunikasi
efektif

17
DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane C,. JoAnn C. Hackley. 2000. Keperawatan Medikal-Bedah dari


Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC
Gloria M. Bulechek et al. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC). St
Louis, Missouri. Mosby
Hasibuhan, Sayuti. 2004. Prosedur Deteksi Dini dan Diagnosa Kanker Rongga
Mulut.
John Wiley & Sons. 2014. Nursing Diagnosis: Definitions and Classification
2015-2017. UK Wiley Blackwell.
Muttaqin, Arif dan Sari, Kumala. 2011. Gangguan Gastrointestinal: aplikasi
asuhan keperawatan medikal bedah. Jakarta : Salemba Medika
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi
8 Volume 2. Jakarta : EGC
Smeltzer & Bare. 2001. Buku Ajar Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Volume 2
edisi 8. Jakarta: EGC
Sudiono, Janti. 2008. Pemeriksaan Patologi untuk Diagnosis Neoplasma Mulut.
Jakarta : EGC
Sue Moorhead et al . 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) :
Measurement of Health Outcomes. St Louis, Missouri. Mosby.
Vermey A, 1988. Treatment of parotid tumors and cancer of the oral cavity. Head
and Neck Oncology. Dutch Foundation For Post Graduate Courses In Indonesia,
FK Unair-RSU Dr. Soetomo : 91-130

18
19

Anda mungkin juga menyukai