Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN

SCC MUCOSA BUCAL


DI RUANG SERUNI

Disusun oleh :
ANIS ZAHRIA
2011040198

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2020/2021
A. Definisi
Squamous Cell Carsinoma adalah kanker kulit yang tumbuh cukup lambat.
Tidak seperti jenis kanker kulit lainnya, ia dapat menyebar ke jaringan, tulang, dan
kelenjar getah bening di dekatnya, di mana hal itu mungkin menjadi sulit untuk
diobati. Sekitar 90% kanker mulut adalah SCC, yang biasanya terlihat pada batas
lateral lidah, orofaring, dan dasar mulut, seperti lesi merah (eritroplakia), lesi putih
(leukoplakia), atau campuran keduanya (eritroleukoplakia) dengan ulkus. (Van de
Velde, 2019)
Tumor lidah adalah sebagian besar kanker lidah adalah karsinoma sel
skuamosa.. Tersebut muncul dari lapisan yang menutupi otot-otot lidah. Sebuah
tumor ganas yang timbul dari epitel yang menutupi lidah. Sebagian besar
karsinoma lidah yang cukup atau kurang dibedakan karsinoma sel skuamosa.
Kanker lidah adalah suatu neoplasma maligna yang timbul dari jaringan
epitel mukosa lidah dengan selnya berbentuk squamous cell carcinoma (cell epitel
gepeng berlapis) , juga beberapa penyakit-penyakit tertentu (premaligna). Kanker
ganas ini dapat menginfiltrasi ke daerah sekitarnya, di samping itu dapat
melakukan metastase secara limfogen dan hematogen.

Jadi dapat disimpulkan tumor lidah adalah suatu tumor yang terjadi pada
permukaan dasar mulut yang timbul dari epitel yang menutupi lidah.
B. Anatomi dan Fisiologi

Lidah secara anatomi terbagi atas 3 bagian, yakni :

1. Apek linguae (ujung lidah)

2. Corpus linguae (badan lidah)

3. Radix linguae (akar lidah)

a) Struktur-struktur Superficial Dari Lidah

Membran mukosa yang melapisi lidah yaitu dipunggung lidah,

dipinggir kanan dan kiri dan disebelah muka terdapat tonjolan yang kecil-

kecil disebut dengan papillae. Dasarnya papillae ini terdapat kuncup-kuncup

pengecap sehingga kita dapat menerima / merasa cita rasa. Ada empat macam
papillae, yaitu: papillae filiformes, papillae fungiformes, papillae

circumvallatae dan papillae foliatae.

Area dibawah lidah disebut dasar mulut. Membran mukosa disini

bersifat licin, elastis dan banyak terdapat pembuluh darah yang menyebabkan

lidah ini mudah bergerak, serta pada mukosa dasar mulut tidak terdapat

papillae. Dasar mulut dibatasi oleh otot-otot lidah dan otot-otot dasar mulut

yang insertionya disebelah dalam mandibula. Disebelah dalam mandibula ini

terdapat kelenjar-kelenjar ludah sublingualis dan submandibularis.

b) Otot-otot Pada Lidah

Lidah adalah satu organ otot dengan kekenyalan yang baik sekali

sewaktu bergerak, hal ini dapat dilihat pada waktu mengunyah. Lidah

sebagian besar terdiri dari dua kelompok otot. Otot intrinsik lidah melakukan

semua gerakkan halus, sementara otot ekstrinsik mengaitkan lidah pada

bagian sekitarnya serta melaksanakan gerakkn-gerakkan kasar yang sangat

penting pada saat mengunyah

dan menelan.

c) Persarafan Pada Lidah

Lidah memiliki persarafan yang majemuk. Otot-otot lidah mendapat

pensarafan dari urat saraf hipoglosus (saraf XII). Daya perasaannya dibagi

menjadi ˝perasaan umum˝, yang menyangkut taktil perasa seperti


membedakan ukuran, bentuk, susunan, kepadatan suhu, dan sebagainya, dan

˝rasa pengecap khusus˝.

Implus perasaan umum bergerak mulai dari bagian anterior lidah dalam

serabut saraf lingual yang merupakan sebuah cabang urat saraf cranial V,

sementara implus indera pengecap bergerak dalam khorda timpani bersama saraf

lingual, kemudian bersatu dengan sara cranial VII, yaitu nervus saraf fasialis.

d) Aliran Limfa Pada Lidah

Aliran limfa disini penting oleh karena berhubungan dengan penyebaran

dini carcinoma lidah.Penyaluran limfe melalui lingua terjadi melalui 4 jalur :

1) Limfe dari bagian 1/3 posterior lingua disalurkan ke cervikalis profunda

superior dikedua sisi.

2) Limfe dari bagian medial 2/3 anterior lingua disalurkan langsung ke

cervicalis profunda inferior.

3) Limfe dari bagian lateral 2/3 anterior lingua disalurkan ke

submandibularis

4) Limfe dari ujung lingua disalurkan ke submentalis


C. Etiologi
1. Tembakau dan Alkohol :
75% dari seluruh kanker mulut dan faring di Amerika Serikat berhubungan dengan
penggunaan tembakau yaitu termasuk merokok dan mengkonsumsi alkohol.
Penggunaan alkohol dengan rokok bersama-sama secara signifikan memiliki resiko
yang lebih tinggi daripada digunakan secara terpisah. Merokok cerutu dan merokok
menggunakan pipa mempunyai resiko yang lebih tinggi terhadap kanker mulut
dibandingkan dengan merokok kretek.
2. Bahan Kimia : Sebagian besar bahan-bahan kimia berhubungan dengan terjadinya
kanker. Bahan-bahan yang dapat menimbulkan kanker di lingkungan antara lain, seperti
cool tar, polycylic aromatic hydrocarbons, aromatic amines, nitrat, nitrit, dan
nitrosamin.
3. Infeksi : Beberapa mikroorganisme yang berhubungan dengan kanker mulut adalah
candida albicans. Hubungan antara candida albicans dengan penyakit speckled
leukoplakia pertama kali ditemukan oleh Jespen dan Winter pada tahun 1965. Beberapa
studi menunjukkan bahwa, sekitar 7- 39% dari leukoplakia dijumpai adanya candida
hyphae. Penyakit ini mempunyai kecenderungan berubah menjadi kanker.
4. Nutrisi : Pola diet makanan sangat berpengaruh terhadap timbulnya kanker.
Defisiensi dari beberapa mikronutriensi seperti vitamin A, C, E, dan Fe dilaporkan
mempunyai hubungan dengan terjadinya kanker. Vitamin-vitamin tersebut mempunyai
efek antioksidan. Defisiensi zat besi yang menyebabkan anemia. Radiasi sinar
ultraviolet adalah suatu bahan yang diketahui bersifat karsinogenik. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Takeichi dkk, (1983) terhadap efek radiasi di Hiroshima
dan Nagasaki Jepang, melaporkan bahwa terjadi peningkatan insidensi kanker kelenjar
ludah pada orang yang selamat setelah terkena radiasi bom atom pada periode antara
1957-1970, terjadinya kanker 2,6 kali lebih tinggi dibandingkan yang tidak terkena
radias.
5. Faktor genetik : Seseorang yang memiliki riwayat keluarga menderita kanker
memiliki risiko terkena kanker sebanyak 3 sampai 4 kali lebih besar dari yang tidak
memiliki riwayat keluarga menderita kanker.
6. Sistem Kekebalan Tubuh : Dilaporkan bahwa ada peningkatan insidensi kanker pada
pasien yang mendapat penekanan sistem kekebalan tubuh, seperti pada penderita
transplantasi, AIDS, dan defisiensi kekebalan genetik. Insidensi tumor pada pasien
yang mendapat tekanan sistem kekebalan tubuh sebesar 10%. Gangguan sistem
kekebalan selain disebabkan kerusakan genetik juga disebabkan oleh penuaan, obat-
obatan, infeksi virus.
D. Tanda dan Gejala
a. Keluhan yang paling sering nyeri yang tak terasa sakit atau massa yang tidak

dapat sembuh.

b. Lesi tipikal adalah ulkus indurasi yang sangat nyeri dengan peningkatan sudut.

c. Sejalan dengan kemajuan kanker pasien dapat mengeluhkan nyeri tekan,

kesulitan mengunyah, menelan, dan berbicara, batuk dengan sputum bersemu darah

atau terjadi perbesaran nodus limfe servikal.(Baughman Diane C., 2010 , hal: 295)

E. Patofisiologi

Dasar lidah memainkan peran penting dalam berbicara dan menelan.

Selama fase faring menelan, makanan dan cairan yang mendorong ke arah

oropharing dari rongga mulut oleh lidah dan otot-otot pengunyahan. Laring

terangkat, efektif menekan katup tenggorok dan memaksa makanan, cair, dan air

liur ke dalam kerongkongan hypopharynx dan leher rahim. Meskipun laring

menghasilkan suara, lidah dan faring adalah organ utama yang membentuk suara.

Kerugian jaringan dari dasar daerah lidah mencegah penutupan yang kedap air

dengan laring selama tindakan menelan. Ketidaksesuaian ini memungkinkan

makanan dan cairan untuk melarikan diri ke dalam faring dan laring, koreografer

dengan hati-hati mengubah refleks menelan dan sering mengakibatkan aspirasi.

Baik neurologis penurunan dan perubahan dalam tindakan terkoordinasi menelan

dari penyakit berbahaya di daerah ini dapat merusak mempengaruhi pada

kemampuan berbicara dan menelan.

Squamous sel carcinoma pada lidah sering timbul pada daerah epithelium
yang tidak normal, tetapi selain keadaan tersebut dan mudahnya dilakukan

pemeriksaan mulut, lesi sering tumbuh menjadi lesi yang besar sebelum pasien

akhirnya datang ke dokter gigi. Secara histologis tumor terdiri dari lapisan atau

kelompok sel-sel eosinopilik yang sering disertai dengan kumparan keratinasi.

Menurut tanda histology, tumor termasuk dalam derajat I – IV (Broder). Lesi

yang agak jinak adalah kelompok pertama yang disebut carcinoma verukcus oleh

Ackerman. Pada kelompok ini, sel tumor masuk, membentuk massa papileferus

pada permukaan. Tumor bersifat pasif pada daerah permukaannya, tetapi jarang

meluas ke tulang dan tidak mempunyai anak sebar. Lidah mempunyai susunan

pembuluh limfe yang kaya, hal ini akan mempercepat metastase kelenjar getah

bening dan dimungkinkan oleh susunan pembuluh limfe yang saling berhubungan

kanan dan kiri.

Tumor yang agak jinak cenderung membentuk massa papiliferus dengan

penyebaran ringan kejaringan didekatnya. Tumor paling ganas menyebar cukup

dalam serta cepat ke jaringan didekatnya dengan penyebaran permukaan yang

kecil, terlihat sebagai ulser nekrotik yang dalam. Sebagian besar lesi yang terlihat

terletak diantara kedua batas tersebut dengan daerah nekrose yang dangkal pada

bagian tengah lesi tepi yang terlipat serta sedikit menonjol. Walaupun terdapat

penyebaran lokal yang besar, tetapi anak sebar tetap berjalan. Metastase

haematogenus terjadi pada tahap selanjutnya.


F. Pathway

G. Pemeriksaan Penunjang
a. Ultrasound yaitu dipakai untuk menilai massa superficial.
b. Scan CT dan Megnetic Resonance Imaging (MRI) yaitu digunakan untuk lesi
lebih dalam dan menilai struktur lebih dalam pada tumor dan menunjukkan
apakah terdapat metastase atau tidak.(Charlene J. Reeves, 2001, hal: 133)

H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan bervariasi dengan sifat dari lesi, cara yang dipilih dokter,
dan pilihan pasien. Pembedahan reseksi, terapi kemoterapi, atau kombinasinya
mungkin saja menjadi efektif.
1. Kanker bibir, lesi kecil dieksisi dengan bebas , lesi yang lebih besar mungkin
ditangani dengan terapi radiasi.

2. Kanker lidah ditangani secara agresif, angka kekambuhnya tinggi.


3. Diseksi leher radikal untuk metastasis kanker oral ke saluran limfatik pada
region leher.(Baughman Diane C., 2000, hal: 295)
Reseksi pembedahan pada kanker mulut mencakup mandibulectomi
parsial, hemiglossectomi atau total glossectomi, dan resection bagian dasar mulut
dengan buccal mukosa. Prosedur pembedahan mencakup pembedahan leher
dengan pengangkatan otot leher lain, vena jugularis interna, kelenjar gondok,
kelenjar submandibular, dan saraf spinal tambahan. Penanganan pasien yang
menderita kanker mulut dikelola oleh seluruh tim kesehatan. Rujukan pada terapi
bicara, terapi pekerjaan, psikolog, dan ahli diet sangat penting karena
berhubungan dengan masalah yang mungkin muncul berikut ini yaitu komunikasi
verbal, mengunyah, dan menelan yang membawa perubahan tampilan diri serta
harga diri.(Charlene J. Reeves, 2001, hal: 134)

I. Faktor Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, nomor register,
tanggal masuk dan nama penanggung jawab pasien selama dirawat.
2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama
Alasan spesifik untuk kunjungan anak ke klinik, kantor, atau rumah sakit.
b) Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama dari awitan paling awal sampai perkembangannya saat
ini. Terdapat komponen utama yaitu: rincian awitan, riwayat interval yang
lengkap, status saat ini, alas an untuk mencari bantuan saat ini.
c) Riwayat penyakit dahulu

d) Riwayat penyakit keluarga


Apakah didalam keluarga ada salah satu anggota yang menderita tumor
lidah.
e) Riwayat imunisasi
3. Pengkajian Pola Kesehatan Fungsional (Gordon)
a. Aktivitas
Kelemahan atau keletihan, perubahan pada pola istirahat; adanya
faktor- faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas.
b. Eliminasi
Perubahan pola defekasi konstipasi atau diare, perubahan eliminasi
urin, perubahan bising usus, distensi abdomen.
c. Makanan/cairan
Kebiasaan diit buruk ( rendah serat, aditif, bahan pengawet), anoreksia,
mual/muntah, mulut rasa kering, intoleransi makanan,perubahan berat badan,
perubahan kelembaban/turgor kulit.
d. Neurosensori
Sakit kepala, tinitus, tuli, juling
e. Nyeri/kenyamanan
Rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri telinga (otalgia), rasa kaku
di daerah leher karena fibrosis jaringan akibat penyinaran.
f.Pernapasan
Merokok (tembakau, hidup dengan seseorang yang merokok), pemajanan.
g. Keamanan
Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama atau
berlebihan, demam, ruam kulit.
h. Seksualitas
Masalah seksual misalnya dampak hubungan, perubahan pada tingkat
kepuasan.
i.Interaksi sosial
Ketidakadekuatan atau kelemahan sistem pendukung (Doenges,
2010)
4. Pemeriksaan Fisik

Sistem pengkajian fisik, baik struktur internal dan eksternal mulut dan
tenggorok diinspeksi dan palpasi. Perlu untuk melepaskan gigi palsu dan lempeng
parsial untuk menjamin inspeksi menyeluruh terhadap gusi. Secara umum,
pemeriksaan dapat diselesaikan dengan penggunaan sumber lampu terang
(penlight) dan depresor lidah. Sarung tangan digunakan untuk mempalpasi lidah
dan adanya abnormalitas.
a) Bibir

Pemeriksaan mulai dengan inspeksi terhadap bibir untuk kelembaban,


hidrasi, warna, tekstur, simetrisitas, dan adanya ulserasiatau fisura.
Bibir harus lembab, merah muda, lembut dan simetris.
b) Gusi

Gusi diinspeksi terhadap inflmasi, perdarahan, retraksi, dan perubahan


warna. Bau napas juga dicatat.
c) Lidah

Lidah dorsal diinspeksi untuk tekstur, warna, dan lesi. Papila tipis,
lapisan putih, dan besar berbentuk V pada bagian distal dorsal lidah.
Selanjutnya dibagian permukaan venteral lidah dan dasar mulut lidah.
Adanya lesi pada mukosa yang melibatkan vena superfissial pada
permukaan bawah lidah terlihat. Spatel lidah digunakan untuk menekan
lidah guna mendapatkan visualisasi adekuat terhadap faring.
d) Rongga Oral

Pengkajian rongga oral sangat penting, karena banyak gangguan seperti


kanker, diabetes, dan kondisi imunosupresidari terapi obat atau AIDS
dimanifestasikan oleh perubahan pada rongga oral. Leher diperiksa
terhadap pembesaran nodus limpa.(Smeltzer, Suzanne C., 2002 : hal
1009)
5. Pengkajian Pertumbuhan dan Perkembangan
Pengkajian anak umur 4 tahun yaitu kecepatan tumbuh masih sama
dengan kecepatan tumbuh kembang pada tahun sebelumnya, lompat tali dan
lompat satu kaki, menangkap bola dengan baik, melempar bola dari atas
kepala, berjalan menurun tangga dengan kaki kanan-kiri secara bergantian,
menggunakan gunting dengan berhasil untuk memotong gambar dengan
mengikuti garis, dapat mengikat tali sepatu tetapi tidak dapat membuat simpul,
menyebutkan satu warna atau lebih, mnggunakan kalimat yang terdiri atas
empat atau lima kata, menceritakan cerita yang berlebihan.(Wong atau Donna
L. Wong, 2018, hal:500 )

J. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan penyakit
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna nutrisi adekuat akibat kondisi oral.
c. Nyeri yang berhubungan dengan lesi oral atau pengobatan, efek dari pembedahan
reseksi.
d. Kerusakan komunikasi verbalyang berhubungan dengan penurunan neurology
dan kemampuan menelan.
e. Resiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan penyakit atau pengobatan
f. Kurang pengetahuaan tentang proses penyakit dan rencana pengobatan
DAFTAR PUSTAKA

Barnes, L., Eveson, J.W., Reichart, P. and Sidransky D. (Eds). (2005). World
Health Organization Classification of Tumours. Pathology and Genetics of
Head and Neck Tumours.. Lyon: IARC Press, p.172.

Driemel, O., Kunkel, M., Hullmann, M., Eggeling, F., Müller-Richter, U.,
Kosmehl, H. and Reichert, T. (2007). Diagnosis of oral squamous cell
carcinoma and its precursor lesions. JDDG, [online] 5(12), pp.1096-1100.
Dapat diakses pada: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18042091
[Diakses pada 15 Juli 2017].

Marlina, L. 2015. Karsinoma Lidah (Referat Onkologi). Tersedia


di:http://www.rscm.quality-journey.com [diakses pada 16 Juli 2017].

Mohan V., Hardianto A., Rizki A. (2008). Squamous Cell Carcinoma of the
Tounge. Tersedia di : http://pdgimakassar.org/journal [diakses pada 15 juli
2017]

Neville, B. W., Damm, D. D., Allen, C. M., & Bouquot, J, E. 2002. Oral and
Maxillofacial Pathology (2nd ed). Philadelphia, Pennsylvania: W. B.
Saunders Company, pp. 356-358

Trikasjono T., Supriyatni E., Budiyono H. Studi Penerimaan Dosis Eksterna


Pada Pekerja Radiasi. Tersedia di : http://jurnal.sttn-batan.ac.id[diakses
pada 16 Juli 2017]

Zyl, A. W. 2012. Clinical features of oral cancer. 67 (10), 566-569. SADJ.


Tersedia di: http://repository.up.ac.za [diakses pada 16 Juli 2017].

Anda mungkin juga menyukai