Disusun oleh :
ANIS ZAHRIA
2011040198
Jadi dapat disimpulkan tumor lidah adalah suatu tumor yang terjadi pada
permukaan dasar mulut yang timbul dari epitel yang menutupi lidah.
B. Anatomi dan Fisiologi
dipinggir kanan dan kiri dan disebelah muka terdapat tonjolan yang kecil-
pengecap sehingga kita dapat menerima / merasa cita rasa. Ada empat macam
papillae, yaitu: papillae filiformes, papillae fungiformes, papillae
bersifat licin, elastis dan banyak terdapat pembuluh darah yang menyebabkan
lidah ini mudah bergerak, serta pada mukosa dasar mulut tidak terdapat
papillae. Dasar mulut dibatasi oleh otot-otot lidah dan otot-otot dasar mulut
Lidah adalah satu organ otot dengan kekenyalan yang baik sekali
sewaktu bergerak, hal ini dapat dilihat pada waktu mengunyah. Lidah
sebagian besar terdiri dari dua kelompok otot. Otot intrinsik lidah melakukan
dan menelan.
pensarafan dari urat saraf hipoglosus (saraf XII). Daya perasaannya dibagi
Implus perasaan umum bergerak mulai dari bagian anterior lidah dalam
serabut saraf lingual yang merupakan sebuah cabang urat saraf cranial V,
sementara implus indera pengecap bergerak dalam khorda timpani bersama saraf
lingual, kemudian bersatu dengan sara cranial VII, yaitu nervus saraf fasialis.
submandibularis
dapat sembuh.
b. Lesi tipikal adalah ulkus indurasi yang sangat nyeri dengan peningkatan sudut.
kesulitan mengunyah, menelan, dan berbicara, batuk dengan sputum bersemu darah
atau terjadi perbesaran nodus limfe servikal.(Baughman Diane C., 2010 , hal: 295)
E. Patofisiologi
Selama fase faring menelan, makanan dan cairan yang mendorong ke arah
oropharing dari rongga mulut oleh lidah dan otot-otot pengunyahan. Laring
terangkat, efektif menekan katup tenggorok dan memaksa makanan, cair, dan air
menghasilkan suara, lidah dan faring adalah organ utama yang membentuk suara.
Kerugian jaringan dari dasar daerah lidah mencegah penutupan yang kedap air
makanan dan cairan untuk melarikan diri ke dalam faring dan laring, koreografer
Squamous sel carcinoma pada lidah sering timbul pada daerah epithelium
yang tidak normal, tetapi selain keadaan tersebut dan mudahnya dilakukan
pemeriksaan mulut, lesi sering tumbuh menjadi lesi yang besar sebelum pasien
akhirnya datang ke dokter gigi. Secara histologis tumor terdiri dari lapisan atau
yang agak jinak adalah kelompok pertama yang disebut carcinoma verukcus oleh
Ackerman. Pada kelompok ini, sel tumor masuk, membentuk massa papileferus
pada permukaan. Tumor bersifat pasif pada daerah permukaannya, tetapi jarang
meluas ke tulang dan tidak mempunyai anak sebar. Lidah mempunyai susunan
pembuluh limfe yang kaya, hal ini akan mempercepat metastase kelenjar getah
bening dan dimungkinkan oleh susunan pembuluh limfe yang saling berhubungan
kecil, terlihat sebagai ulser nekrotik yang dalam. Sebagian besar lesi yang terlihat
terletak diantara kedua batas tersebut dengan daerah nekrose yang dangkal pada
bagian tengah lesi tepi yang terlipat serta sedikit menonjol. Walaupun terdapat
penyebaran lokal yang besar, tetapi anak sebar tetap berjalan. Metastase
G. Pemeriksaan Penunjang
a. Ultrasound yaitu dipakai untuk menilai massa superficial.
b. Scan CT dan Megnetic Resonance Imaging (MRI) yaitu digunakan untuk lesi
lebih dalam dan menilai struktur lebih dalam pada tumor dan menunjukkan
apakah terdapat metastase atau tidak.(Charlene J. Reeves, 2001, hal: 133)
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan bervariasi dengan sifat dari lesi, cara yang dipilih dokter,
dan pilihan pasien. Pembedahan reseksi, terapi kemoterapi, atau kombinasinya
mungkin saja menjadi efektif.
1. Kanker bibir, lesi kecil dieksisi dengan bebas , lesi yang lebih besar mungkin
ditangani dengan terapi radiasi.
I. Faktor Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, nomor register,
tanggal masuk dan nama penanggung jawab pasien selama dirawat.
2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama
Alasan spesifik untuk kunjungan anak ke klinik, kantor, atau rumah sakit.
b) Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama dari awitan paling awal sampai perkembangannya saat
ini. Terdapat komponen utama yaitu: rincian awitan, riwayat interval yang
lengkap, status saat ini, alas an untuk mencari bantuan saat ini.
c) Riwayat penyakit dahulu
Sistem pengkajian fisik, baik struktur internal dan eksternal mulut dan
tenggorok diinspeksi dan palpasi. Perlu untuk melepaskan gigi palsu dan lempeng
parsial untuk menjamin inspeksi menyeluruh terhadap gusi. Secara umum,
pemeriksaan dapat diselesaikan dengan penggunaan sumber lampu terang
(penlight) dan depresor lidah. Sarung tangan digunakan untuk mempalpasi lidah
dan adanya abnormalitas.
a) Bibir
Lidah dorsal diinspeksi untuk tekstur, warna, dan lesi. Papila tipis,
lapisan putih, dan besar berbentuk V pada bagian distal dorsal lidah.
Selanjutnya dibagian permukaan venteral lidah dan dasar mulut lidah.
Adanya lesi pada mukosa yang melibatkan vena superfissial pada
permukaan bawah lidah terlihat. Spatel lidah digunakan untuk menekan
lidah guna mendapatkan visualisasi adekuat terhadap faring.
d) Rongga Oral
J. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan penyakit
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna nutrisi adekuat akibat kondisi oral.
c. Nyeri yang berhubungan dengan lesi oral atau pengobatan, efek dari pembedahan
reseksi.
d. Kerusakan komunikasi verbalyang berhubungan dengan penurunan neurology
dan kemampuan menelan.
e. Resiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan penyakit atau pengobatan
f. Kurang pengetahuaan tentang proses penyakit dan rencana pengobatan
DAFTAR PUSTAKA
Barnes, L., Eveson, J.W., Reichart, P. and Sidransky D. (Eds). (2005). World
Health Organization Classification of Tumours. Pathology and Genetics of
Head and Neck Tumours.. Lyon: IARC Press, p.172.
Driemel, O., Kunkel, M., Hullmann, M., Eggeling, F., Müller-Richter, U.,
Kosmehl, H. and Reichert, T. (2007). Diagnosis of oral squamous cell
carcinoma and its precursor lesions. JDDG, [online] 5(12), pp.1096-1100.
Dapat diakses pada: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18042091
[Diakses pada 15 Juli 2017].
Mohan V., Hardianto A., Rizki A. (2008). Squamous Cell Carcinoma of the
Tounge. Tersedia di : http://pdgimakassar.org/journal [diakses pada 15 juli
2017]
Neville, B. W., Damm, D. D., Allen, C. M., & Bouquot, J, E. 2002. Oral and
Maxillofacial Pathology (2nd ed). Philadelphia, Pennsylvania: W. B.
Saunders Company, pp. 356-358