OLEH :
NAMA : VERGILIUS PASIFIKUS
NPM : 21203003
Laporan Asuhan Keperawatan Pada Ny. M Dengan squamous Cell Carcinoma Sub
Mandibula Di Ruang Rawat Angsoka II RSUP Sanglah Denpasar Pada Tanggal 16 Juni
2022, Ini Telah Disetujui Pada Tanggal, Juni 2022.
Menyetujui
CI INSTITUSI :
1. Ns. Yohana Hepilita .,M.Kep ………………………………….
NIDN : 0830018802
CI LAHAN :
1. Ns.Ni Luh Gede Lisnawati, S. Kep,………………………………….
NIP : 197609281999032001
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan
tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Kanker sering dikenal oleh masyarakat sebagai
tumor, padahal tidak semua tumor adalah kanker. Tumor adalah segala benjolan tidak
normal atau abnormal. Tumor di bagi dalam dua golongan, yaitu tumor jinak dan tumor
ganas. Kanker adalah istilah umum untuk semua jenis tumor ganas atau yang disebut
juga dengan karsinoma (Brunicardi, et al, 2010).
Squamous Cell Carcinoma atau disebut juga Karsinoma Sel Skuamosa merupakan
kanker yang sering terjadi pada rongga mulut yang secara klinis terlihat sebagai plak
keratosis, ulserasi, tepi lesi yang indurasi, dan kemerahan. Karsinoma sel skuamosa
merupakan salah satu dari 10 jenis kanker yang paling sering terjadi di seluruh dunia,
dengan insidensi pada pria 5% dan wanita 2%. Karsinoma sel skuamosa pada rongga
mulut pada umumnya terjadi pada usia di atas 50 tahun. Di Amerika Serikat prevalensi
kanker mencapai 34.000 kasus baru per tahun.
Karsinoma sel skuamosa adalah multifaktorial dan membutuhkan suatu proses
multipel. Perubahan dan terganggunya DNA dapat menjadi salah satu faktor penyebab
terjadinya kanker. Sebuah penelitian mengindikasikan virus seperti Herpes Simplex Virus
dan Papilloma Virus berperan dalam proses tersebut. Namun penyebab pasti dari kanker
masih belum jelas, tetapi faktorfaktor pendukung dapat merangsang terjadinya kanker.
Faktor-faktor tersebut digolongkan ke dalam dua kategori, yaitu faktor internal (herediter
dan faktor pertumbuhan) dan faktor eksternal (bakteri, virus, jamur, bahan kimia,
obatobatan, radiasi, trauma, panas, dingin, dan diet). Faktor-faktor tersebut dapat
berperan secara individual atau berkombinasi dengan faktor lain sehingga dapat
mencetuskan kanker.
Sejak Billworth melaporkan kejadian dari tumor ganas primer multiple pada tahun
1879, hal tersebut tidak dipertimbangkan lagi sebagai rasa ingin tahu. Multiple primary
carcinoma pada lokasi yang berbeda pada tubuh telah dilaporkan oleh beberapa pekerja
dan insidennya telah dikutip dari 1 hingga 7 persen oleh Mortel dan Kuehn. Cade dan
Lee melaporkan insiden malignansi multipel 4,1%, Eirch dan kregh 8,8%, Mortel dan
Foss 9,7%, Warne dan Gates sekitar 3,7 % dan Slaughter setinggi 18%.
Multiple carcinoma dihubungkan dengan tumor pada paru, saluran gastrointestinal,
dan sistem urin serta sering c kepala dan wajah. Rongga mulut telah menjadi lokasi dari
banyak kasus malignansi. Berg et al menemukan bahwa kanker respiratori dan saluran
pencernaan atas terjadi enam kali lebih sering pada pasien dengan kanker mulut. Dalam
studinya, pada pasien dengan kanker lidah jarang mengalami perkembangan kanker
secara berlebih dibandingkan pasien kanker mulut lainnya dengan kanker laring dan
kanker paru diikuti dengan kanker pada dasar mulut. Horawitz mempelajari hubungan
antara oral carcinoma dengan lesi primer lainnya dalam tubuh. Dia menemukan bahwa
dari 116 pasien dengan kanker mulut, 19 diantaranya memiliki carcinoma multipel.
Werthamer dan rekan kerjanya, dalam studi mengenai lesi primer multipel, menetapkan
kriteria untuk multicentric carcinoma. Lund dalam study kanker pada mukosa bukal
melaporkan bahwa secara statistik perkembangan dari carcinoma sekunder tipe yang
sama pada mulut adalah sekitar 15 kali lebih sering. Tan dan rekan-rekannya
mendeskripsikan sebuah kasus carcinoma pada pipi kiri dan kanan dan menyatakan
multicentric origin dari carcinoma.
Masih sebuah hal yang langka untuk terdapat lebih dari dua fokus atau pusat
berbeda dalam rongga mulut tanpa melibatkan bagian tubuh lainnya. Meskipun insiden
oral carcinoma di India sebesar 40%, multifocal carcinoma masih jarang diamati. Pasien
yang dilaporkan pada kasus ini memiliki sekitar empat pusat primer pada lokasi yang
berbeda di dalam rongga mulut dan sangat langka.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat mampu melakukan Asuhan Keperawatan Pada Ny. M dengan Karsinoma Sub
Mandibula di ruangan Angsoka II RSUP Shanglah Denpasar.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami konsep teori tentang Pada Karsinoma Sub Mandibula di ruangan
Angsoka II RSUP Shanglah Denpasar. .
b. Mampu melakukan pengkajian Pada Ny. M dengan Karsinoma Sub Mandibula di
ruangan Angsoka II RSUP Shanglah Denpasar.
c. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan Pada Ny. M dengan Karsinoma Sub
Mandibula di ruangan Angsoka II RSUP Shanglah Denpasar.
d. Mampu merencanakan tindakan keperawatan Pada Ny. M dengan Karsinoma Sub
Mandibula di ruangan Angsoka II RSUP Shanglah Denpasar.
e. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan Pada Ny. M dengan Karsinoma Sub
Mandibula di ruangan Angsoka II RSUP Shanglah Denpasar.
f. Mampu melakukan evaluasi keperawatan Pada Ny. M dengan Karsinoma Sub
Mandibula di ruangan Angsoka II RSUP Shanglah Denpasar.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Defenisi
Squamous Cell Carcinoma bentuk kedua paling umum dari kanker kulit setelah
basal cell carcinoma (BCC). Beberapa kasus yang disebabkan oleh SCC meningkat setiap
tahunnya dan tidak menunjukkan adanya tanda tanda penurunan.
Squamous Cell Carsinoma adalah kanker kulit yang tumbuh cukup lambat. Tidak
seperti jenis kanker kulit lainnya, ia dapat menyebar ke jaringan, tulang, dan kelenjar
getah bening di dekatnya, di mana hal itu mungkin menjadi sulit untuk diobati. Sekitar
90% kanker mulut adalah SCC, yang biasanya terlihat pada batas lateral lidah, orofaring,
dan dasar mulut, seperti lesi merah (eritroplakia), lesi putih (leukoplakia), atau campuran
keduanya (eritroleukoplakia) dengan ulkus.
Squamous Cell Carcinoma sangat umum terjadi di negara berkembang, kebanyakan
pada laki-laki yang lebih tua, hal ini disebabkan karena adanya kecendrungan pada untuk
memiliki kebiasaan mengkonsumsi tembakau dan alcohol, namun hal ini dapat juga
terjadi pada wanita yang mengkonsumsi tembakau dan alkohol. Ada kekhawatiran
tentang peningkatan berkelanjutan pada pasien yang lebih muda dan terutama pada
wanita, dan juga pada orofaring, kemungkinan karena infeksi virus HPV (human
papillomavirus).
Squamous cell carcinoma biasanya ditemukan di daerah tubuh yang rusak akibat
sinar UV dari sengatan matahari, radiasi dari sinar ultraviolet yang merupakan penyebab
utama dari kanker ini. Kulit yang terpapar sinar matahari meliputi kepala, leher, telinga,
bibir, lengan, kaki, dan tangan. Penyebab lain yang diduga menjadi faktor dari timbulnya
squamous cell carcinoma adalah radiasi akibat ionisasi, virus HPV, pengaruh bahan
bahan kimia,penurunan kekebalan tubuh. Pada rongga mulut sendiri, squamous cell
carcinoma sering terjadi pada bibir bagian bawah, mukosa bukal, gingiva, palatum
durum, bagian 2/3 dari lidah meliputi permukaan dorsal, ventral, dan lateral, dan dasar
mulut.
B. Anatomi Fisiologi
Mandibula adalah tulang rahang bawah dan merupakan tulang muka yang paling
besar dan kuat. Mandibula merupakan satu – satunya tulang pada tengkorak yang dapat
bergerak. Mandibula dapat ditekan dan diangkat pada waktu membuka dan menutup
mulut. Dapat ditonjolkan, ditarik ke belakang dan sedikit digoyangkan dari kiri ke kanan
dan sebaliknya sebagaimana terjadi pada waktu mengunyah. Pada perkembangannya
tulang ini terdiri dari dua belahan tulang yang bersendi di sebelah anterior pada simpisis
mental, persatuan kedua belahan tulang ini terjadi pada umur dua tahun membentuk
sebuah korpus yang letaknya horizontal dan berbentuk seperti tapal kuda, menonjol ke
muka serta mempunyai dua buah cabang yang menonjol ke atas dari ujung posterior
korpus :
Bagian – bagian mandibula, yaitu :
A. Korpus
Korpus juga mempunyai dua permukaan, yaitu :
1. Permukaan eksternus
Permukaan eksternus kasar dan cembung. Pada bagian ini terdapat suatu linea
oblikum yang meluas dari ujung bawah pinggir anterior ramus menuju ke bawah
dan ke muka serta berakhir pada tuberkulum mentale di dekat garis tengah. Dan
terdapat juga foramen montale yang terletak di atas linea oblikum dan simpisis
menti yang merupakan rigi di garis tengah yang tidak nyata di bagian atas pada
tengah pada tempat persatuan dari kedua belahan foetalis dari korpus mandibula.
2. Permukaan internus
Permukaan internus agak cekung. Pada permukaan ini terletak sebuah linea
milohyodea, yang meluas oblik dari di bawah gigi molar ke tiga menuju ke bawah
dan ke muka mencapai garis tengah, linea milohyodea ini menjadi origo dari
muskulus milohyodeus. Linea milohyoidea membagi fossa sublingualis dari fossa
submandibularis
Korpus mempunyai dua buah pinggir, yaitu :
1. Pinggir atas (alveolaris)
Merupakan lekuk dari gigi geligi tetap. Terdapat delapan lekuk dari masing –
masing belahan mandibula ( dua untuk gigi seri, satu untuk gigi taring, dua untuk
gigi premolar dan tiga untuk gigi molar). Pada orang tua
setelah gigi – gigi tanggal lekuk – lekuk ini tidak tampak karena atropi tulang yang
mengakibatkan berkurangnya lebar corpus mandibula.
2. Pinggir bawah (basis)
Pinggir ini tebal dan melengkung yang melanjutkan diri ke posterior dengan
pinggir bawah ramus. Sambungan kedua pinggir bawah ini terletak pada batas gigi
molar ke tiga, di tempat ini basis disilang oleh arteri fasialis. Fossa digastrika yang
merupakan lekukan oval terletak pada masing – masing sisi dari garis tengah.
Merupakan origo dari venter anterior muskulus digastrikus. Sepanjang seluruh
basis dilekatkan lapis dari fasia kolli dan tepat di atasnya (superfasialis) dilekatkan
platisma
B. Ramus
Ramus terdiri dari dua permukaan, yaitu :
1. Permukaan eksternus (lateralis)
Permukaan ini kasar dan datar. Bagian posterior atas licin yang berhubungan
dengan glandula parotis. Sisa dari permukaan merupakan insersio dari
muskulus masseter.
2. Permukaan internus (medialis)
Pada permukaan ini terletak foramen mandibulare yang merupakan awal dari
kanalis mandibularis serta dilalui oleh nervus dentalis dan pembuluh–
pembuluh darahnya.
Pinggir – pinggir pada ramus, yaitu :
Pinggir superior, merupakan insisura – insisura tajam dan cekung mandibularis di
antara prosesus – prosesus koronoideus dan prosesus kondiloideus.
Pinggir anterior, melanjutkan diri ke bawah dengan garis oblik.
Pinggir posterior, tebal dan alur – alur merupakan permukaan medialis dari
glandula parotis.
Pinggir inferior, melanjutkan diri dengan pinggir inferior korpus dan bersama –
sama membentuk basis mandibula. Mandibula termasuk ke dalam bagian
sepertiga bawah wajah. Mandibula berhubungan dengan basis kranii dengan
adanya temporo mandibula joint dan disangga oleh otot-otot pengunyahan.
Mandibula terdiri dari korpus berbentuk tapal kuda dan sepasang ramus. Korpus
mandibula bertemu dengan ramus masing-masing sisi pada angulus mandibula.
Nervus Mandibularis merupakan cabang terbesar, yang keluar dari ganglion
Gasseri. Saraf keluar dari cranium melalui foramen ovale, dan bercabang
menjadi 3 percabangan yang mensyarafi mandibula. Mandibula dipersyarafi oleh
3 cabang nervus, yaitu N. Lingualis, N. Alveolaris Inferior, dan N. Bukalis.
C. Klasifikasi
Menurut Wahyuni, 2012 Klasifikasi stadium TNM karsinoma lidah berdasarkan
kesepakatan Amerika Serikat (AJCC) dan Perancis (UICC) edisi 7 tahun 2010
Tumor Kelenjar Metastasis
primer getah jauh
bening
regional
Tx Tumor Nx metastasis Mx Metastasis
primer tidak kel limfe jauh tidak
dapat dinilai regional dapat
tidak dapat dinilai
dinilai
TO tidak tampak NO tidak teraba MO Tidak ada
tumor pembesaran metastasis
kelenjar jauh Tis
tumor in
situ
Tis tumor in situ N1 diameter < 3 M1 terdapat
cm, tunggal, metastasis
ipsilateral jauh
T1 diameter < 2 N2a diameter 3-6
cm cm, tunggal,
ipsilateral
T2 diameter N2b diameter < 6
antara 2-4 cm, multipel,
cm ipsilateral
T3 diameter > 4 N2c diameter < 6
cm, cm, bilateral
atau
kontralateral
E. Patofisiologi
Robbins dan Cotran (2009) menyebutkan sembilan puluh lima persen semua jenis
kanker oral merupakan karsinoma skuamosa; penyakit kanker ini secara khas
didiagnosis pada usia antara 56 dan 70 tahun dan paling sering ditemukan pada dasar
mulut,lidah, palatum mole, serta bagian pangkal lidah. Lesi dapat menonjol, keras,
berulkus, atau veruksa; secara histologik, kanker tersebut merupakan karsinoma
skuamosa yang tipikal dengan berbagai diferensiasi. Kanker ini cenderung
mengadakan infiltrasi lokal sebelum bermetastasis, khususnya ke limfonodi , paru-
paru, hati, dan tulang. Prognosis yang paling baik terlihat pada lesi bibir dan yang
paling buruk pada dasar mulut serta bagian pangkal lidah (angka kelangsungan hidup 5
tahun adalan 20-30%). Patogenesis:
1. Tembakau dan alkohol merupakan korelasi yang paling sering ditemukan para
perokok menghadapi risiko 15 kali lipat lebih besar (daripada bukan perokok)
untuk mengalami keganasan.
2. Human papillomavirus (HPV) tipe 6, 16, dan 18 turut terlibat pada 10% hingga
15%.
3. Kebiasaan mengunyah gambir atau menyirih marupakan merupakan penyebab
penting di India dan sebagian negara Asia.
4. Faktor genetik dapat ikut memainkan peranan (delesi pada kromosom 18q, 10q,
8q, dan 3q turut terkait.
Prof. dr. Win de Jong menyebutkan resiko meningkat akibat alkohol dan tembakau
dan faktor penyebab lain yang ikut berperan. Misalnya rangsangan kronis pada selaput
lendir karena kurangnya kebersihan mulut dan gigi-geligi atau gigi palus yang longgar.
Gejala pertamanya seperti pada sebagian besar keganasan, adalah penyimpangan yang
tidak terasa nyeri, tidak menyebabkan kesulitan, dan sesuatu yang dapat diremehkan.
Lama kelamaan terjadi sebuah borok kecil dan kemudian borok yang cukup luas.
Sebuah bengkakkecil di dasar mulut yang dapat bergerak dan gidak terasa nyeri, serta
agak tersembunyi I belakang tepi rahang, dapat merupakan penyebaran kelenjar limfe.
Untuk menentukan diagnosisnya senantiasa diperlukan: anamnesis, pemeriksaan
mulut, perabaan, dan biopsy. Penyimpangan praganas yang terjadi di selaput lendir
mulut disebut leukoplakia, berupa daerah agak putih dengan permukaan agak kasar
yang muncul di tepi lidah, di sebelah dalam pipi atau di tempat lain di mulut. Pada
stadium ini, dapat ditangani secara memadai tanpa banyak kesulitan. Terapi bedah
radikal dahulu disebut komandoreseksi karena diperluakna seorang komandan yaitu
salah seorang anggota tim, yang menjaga agar seluruh tim selama proses pembedahan
(bedah kepala, leher, rahang, dan rekonstruktif) tetap berada pada arah yang benar. Ini
disebabkan pada suau reseksi radikal, sering juga diperlukan pemotongan rahang dan
atau pembuangan lidah. Angka harapan hidup lima tahunannya antara 40-50 persen.
F. WOC
Hambatan
Komunikasi
Verbal
Px mengatakan Px mengeluh tidak bs tidur Memperlihatkan Nutrisi kurang
tidak berdaya reaksi inflamasi dari kebutuhan
Tampak lingkar hitam di
Px tampak putusa
ampak tubuh
bawah mata
asa
Px tampak tidak Tumor Hipertermi
menerima ke Perubahan pola tidur
tubuhnya Dolor
Px mudah
tersinggung Kalor
Px mengeluh nyeri
Rubor
Px tampak meringis
Perubahan citra tubuh
Funsio lesa
Nadi, respirasi dan TD
meningkat Suhu tubuh >37.5c
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologi CT Scan atau MRI dapat digunakan untuk menentukan batas
dan ukuran tumor serta keterlibatan kelenjar getah bening leher. Pembesaran kelenjar
getah bening lebih dari satu sentimeter dapat dideteksi pada pemeriksaan CT scan.
Pemeriksaan CT scan juga dapat mendeteksi penjalaran karsinoma lidah ke tulang
berupa nekrosis tulang, sedangkan MRI dapat mendeteksi luasnya suatu massa pada
jaringan lunak. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya
metastasis jauh adalah foto toraks dan pemeriksaan fungsi hati.
I. Penatalaksanaan
Saat ini perawatan kanker rongga mulut masih menggunakan cara yang konvensial,
seperti keoterapi, radioterapi, imunoterapi, pembedahan dan terapi kombinasi.
Perawatan secara konvensional belum menunjukkan peningkatan lamanya hidup
penderita secara signifikan, oleh sebab itu diperlukan strategi terapi baru untuk
menghambat pertumbuhan sel kanker secara efektif dan efisien tanpa efek samping
yang besar.
Terapi karsinoma sel skuamosa dapat melibatkan satu atau beberapa terapi
sekaligus, terdiri dari: pembedahan, radioterapi dan kemoterapi. Lokasi dan luas dari
lesi berpengaruh dalam pemilihan terapi yang tepat. Terapi yang paling sering
digunakan adalah terapi menggunakan radioterapi. Kanker rongga mulut pada lidah
mempunyai invasi lokal dan metastasis regional yang tinggi ke limfonodi servikal, dan
sering menyebabkan rekurensi local.
1. Pembedahan
a. Tumor primer
Tindakan pembedahan karsinoma lidah pada bagian anterior lidah
dilakukan dengan pendekatan transoral berupa eksisi luas, hemiglosektomi atau
glosektomi subtotal. Eksisi luas merupakan teknik pengambilan jaringan lidah
kurang dari separuh lidah. Hemiglosektomi adalah pengambilan separuh jaringan
lidah. Glosektomi subtotal adalah pengambilan jaringan lidah lebih dari separuh
tetapi tidak sampai seluruh lidah terambil. Glosektomi total adalah mengambil
seluruh jaringan lidah. Glosektomi total dilakukan pada karsinoma lidah yang
luas, karsinoma yang melibatkan dua sisi pangkal lidah dan permukaan ventral
lidah. Pull-through operation dilakukan pada karsinoma lidah yang menyebar ke
dasar mulut. Pendekatan ini dilakukan dengan cara insisi horisontal pada leher
atas dan flap diangkat untuk memperluas lapang pandang. Kemudian tumor
ditarik dari bawah dagu tanpa merusak merusak lengkung mandibula.
Pada tumor besar yang melekat ke mandibula dapat dilakukan dengan tehnik ini
dilanjutkan diseksi leher serta mandibulektomi marginal.
Pada karsinoma lidah yang sudah menyebar ke mandibula sebaiknya dilakukan
dengan pendekatan commando jaw-neck resection atau jaw-tongue-neck
resection dimana selain dilakukan pengambilan tumor lidah juga dilakukan
hemimandibulektomi dan diseksi leher ipsilateral. Pada tumor pangkal lidah
jarang dilakukan tehnik transoral tetapi melalui transhioid seperti transhioid
faringotomi dan faringotomi lateral. Tehnik transhioid faringotomi digunakan
untuk mengangkat tumor kecil pada pangkal lidah. Dilakukan pemotongan tulang
hioid dan mengikutsertakan valekula.
Hal yang perlu diperhatikan pada tehnik ini adalah menghindari kerusakan
lingualis dan N. hipoglosus pada sisi lesi. Meskipun dengan tehnik ini
menghasilkan lapangan operasi yang terbatas tetapi keuntungannya dapat
mempertahankan integritas mandibula dan mobilitas lidah. Pada tumor yang
besar digunakan kombinasi pendekatan transoral dan transhioid. Pendekatan
faringotomi lateral menghasilkan lapangan operasi yang cukup luas untuk
pengangkatan tumor pangkal lidah. Prosedur operasi ini cukup sulit dilakukan
dan mempunyai resiko terjadi trauma n. lingualis, n. hipoglosus dan n. laringeus
superior Pendekatan anterior midline glossotomy digunakan untuk pengangkatan
tumor yang kecil dan terbatas pada dasar lidah. Pada tehnik ini lidah dibagi 2
pada bagian anteromidline dimana daerah ini relatif avaskular dan mudah
mencapai daerah dasar lidah.
Metode operasi yang lebih baik tanpa mengganggu fungsi menelan yaitu
melalui pendekatan mandibulotomi median dengan ekstensi paralingual atau the
mandibular swing operation. Pendekatan ini dilakukan dengan membuat insisi
secara vertikal melalui bibir bawah membelok pada dagu sekitar protuberansia
mental, kemudian dilanjutkan dengan memotong bagian lateral dasar mulut.
Keuntungan pendekatan ini adalah menyediakan lapang pandang operasi yang
cukup luas sehingga tumor dapat diangkat secara intoto. Tetapi pendekatan ini
menimbulkan komplikasi kosmetik, perdarahan dan gangguan fungsi yang
minimal.
b. Tumor leher
Lidah mempunyai drainase limfatik yang sangat banyak sehingga cepat
terjadi metastasis regional berupa pembesaran kelenjar getah bening leher.
Sekitar 40% penderita karsinoma lidah sudah terdapat tumor metastasis di leher
saat pertama kali datang berobat. Meskipun secara klinis tidak teraba pembesaran
kelenjar leher (NO), tetapi pada pemeriksaan histopatologis sudah didapatkan
adanya mikro metastasis.
Atas dasar pertimbangan ini maka pada kasus karsinoma lidah dengan N0 perlu
dilakukan diseksi leher elektif yaitu diseksi kelenjar getah bening leher bagian
atas (upper neck dissection / UND) berupa diseksi leher supra omohioid (supra
omohyoid neck dissection / SOND). Pada karsinoma lidah dengan pembesaran
tumor leher terutama bila dari hasil potong beku atau VC didapatkan keganasan
maka dilakukan diseksi leher terapeutik berupa diseksi leher radikal modifikasi
(modified radical neck dissection / MRND) atau diseksi leher radikal (radical
neck dissection / RND).
Diseksi leher selektif dilakukan untuk mengangkat kelompok kelenjar getah
bening yang berada pada level yang sesuai tempat metastasis tumor primer
dengan mempertahankan sternokleidomastoideus, jugularis interna dan spinal
asesorius. Terdapat 4 tipe diseksi leher selektif dan salah satunya adalah diseksi
leher supra omohioid yaitu mengangkat kelompok kelenjar getah bening pada
level I – III. Diseksi leher radikal modifikasi dilakukan untuk mengangkat secara
bersamaan semua kelompok kelenjar getah bening dan jaringan ikat yang terletak
pada level I – V dengan mempertahankan salah satu dari sternokleidomastoideus,
jugularis interna atau spinal asesorius. Diseksi leher radikal adalah mengangkat
secara bersamaan semua kelompok kelenjar getah bening dan jaringan ikat yang
terletak antara mandibula dan klavikula, termasuk mengangkat
sternokleidomastoideus, jugularis interna dan spinal asesorius pada level I – V.
2. Radioterapi
Karsinoma lidah dapat dilakukan dengan terapi radiasi eksternal maupun radiasi
internal. Sebelum radioterapi harus diperhatikan higiene rongga mulut yang baik
dengan membersihkan atau mencabut gigi yang karies, mencegah dan
mengeliminasi sumber infeksi dari dental.
Pada tumor primer T1 dengan lokasi dimana saja pada lidah dapat dilakukan
radioterapi dengan menggunakan brakiterapi implan jarum Ir-192. Pada tumor
primer T2 dan T3 yang eksofitik atau dengan infiltrasi minimal diberikan
radioterapi eksternal menggunakan radiasi sinar X, Co-60 dengan dosis 40-60 Gy
selama 4-6 minggu selanjutnya diberikan radiasi internal implan interstisial. Pada
penderita yang tidak dapat dilakukan tindakan pembedahan diberikan radiasi
ekternal paliatif dengan dosis total 70 Gy/7 minggu. Dosis yang diterima medula
spinal dibatasi kurang dari 40 Gy untuk mencegah mielitis radiasi.
3. Kombinasi pembedahan dan radioterapi
Terapi kombinasi pembedahan dan radioterapi memberikan hasil terapi yang
lebih baik untuk karsinoma lidah stadium III dan IV. Terapi kombinasi dilakukan
dengan 2 cara yaitu terapi kombinasi terencana dan terapi kombinasi tanpa
rencana. :
a. Terapi kombinasi terencana yaitu dilakukan pembedahan untuk mengambil
semua tumor yang nampak dan teraba sampai 1–2 cm dari tepi tumor yang
merupakan jaringan normal. Selanjutnya dilakukan radioterapi untuk eradikasi
tumor residu secara mikroskopik.
b. Terapi kombinasi tanpa rencana dilakukan sebagai terapi kuratif dan belum ada
kesepakatan tentang waktu untuk dilakukan radioterapi. Keuntungan pemberian
radioterapi preoperatif adalah sel kanker pada tepi tumor menjadi inaktif,
radioterapi menyebabkan sklerosis dan menyumbat aliran kelenjar getah
bening serta mengurangi penyebaran karsinoma saat pembedahan. Tetapi
radioterapi preoperatif menyebabkan gangguan penyembuhan luka seperti
fistula orofaringokutan, luka yang mengelupas serta ruptur vaskuler. Saat ini
ada kecenderungan untuk melakukan pembedahan terlebih dahulu dan
selanjutnya diberikan radioterapi. Keuntungan pendekatan ini adalah
morbiditas operasi dapat dikurangi dan kerugiannya adalah apabila terjadi
komplikasi pembedahan maka pemberian radioterapi menjadi terlambat dan
tidak efektif.
4. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan pada karsinoma stadium lanjut dan sebagai terapi paliatif
pada tumor rekuren untuk mengurangi rasa nyeri. Regimen yang digunakan adalah
cisplatin dan 5-fluorouracil.
T
Time : Waktu dimana keluhan dirasakan, time juga menunjukan
lamanya atau kekerapan.
Keluhan nyeri pada klien dengan kanker lidah biasanya dirasakan kadang
kadang.
c) Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Apakah klien pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya, apakah pernah
menderita alergi serta tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya selain
itu perlu juga dikaji kebiasaan klien.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Penyakit-penyakit keluarga perlu diketahui terutama yang menular dam
merupakan penyakit turunan.
3. Data Biologis dan Fisiologis Meliputi hal-hal sebagai berikut :
a) Pola Nutrisi
Dikaji mengenai makanan pokok, frekuensi makan, makanan pantrangan dan
napsu makan, serta diet yang diberikan. Pada klien dengan kanker mandibula
pola ini biasanya mengalami gangguan mengunyah dan menelan, sehingga
mengakibatkan berat badan menurun.
b) Pola Eliminasi
Dikaji mengenai pola BAK dan BAB klien, pada BAK yang dikaji mengenai
frekuensi berkemih, jumlah, warna, bau serta keluhan saat berkemih,
sedangkan pada pola BAB yang dikaji mengenai frekuensi, konsistensi,
warna dan bau serta keluhan-keluhan yang dirasakan. Pada klien dengan
kanker lidah biasanya eliminasinya tidak ada masalah. Frekuensi lancar,
warna, bau, konsistensinya normal.
c) Pola Istirahat dan Tidur
Dikaji pola tidur klien, mengenai waktu tidur, lama tidur, kebiasaan
mengantar tidur serta kesulitan dalam hal tidur. Pada klien dengan kanker
lidah biasanya mengalami gangguan pola istirahat tidur karena adanya nyeri.
d) Pola Aktivitas
Dikaji perubahan pola aktivitas klien. Pada klien dengan kanker lidah
biasanya pola ini tidak ada masalah karena pasien bisa melakukan aktivitas
sehari-hari.
e) Pola Personal Hygiene
Dikaji kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan personal hygiene
(mandi, oral hygiene, gunting kuku, keramas). Pada klien dengan kanker
lidah biasanya ia jarang menyikat giginya karena lidah klien yang nyeri.
4. Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
1) Rambut
Pada klien dengan kanker lidah biasanya pemeriksaan pada bagian
rambut tidak ada masalah, karena biasanya klien mampu untuk mencuci
rambut sehingga rambut klien tampak bersih dan tidak berminyak.
2) Mata
Pada klien dengan kanker lidah pada pemeriksaan mata, penglihatan klien
baik, mata simetris kiri dan kanan, sklera tidak ikterik.
3) Telinga
Pada klien dengan kanker lidah tidak ada gangguan pendengaran, tidak
adanya serumen, telinga klien simetris, dan klien tidak merasa nyeri
ketika di palpasi.
4) Hidung
Klien dengan kanker lidah biasanya pemeriksaan hidung simetris, bersih,
tidak ada sekret, tidak ada pembengkakan.
5) Mulut
• Bibir
Pemeriksaan mulai dengan inspeksi terhadap bibir untuk kelembaban,
hidrasi, warna, tekstur, simetrisitas, dan adanya ulserasiatau fisura.
Bibir harus lembab, merah muda, lembut dan simetris.
• Gusi
Gusi diinspeksi terhadap inflmasi, perdarahan, retraksi, dan perubahan
warna. Bau napas juga dicatat.
• Lidah
Lidah dorsal diinspeksi untuk tekstur, warna, dan lesi. Papila tipis,
lapisan putih, dan besar berbentuk V pada bagian distal dorsal lidah.
Selanjutnya dibagian permukaan venteral lidah dan dasar mulut lidah.
Adanya lesi pada mukosa yang melibatkan vena superfissial pada
permukaan bawah lidah terlihat. Spatel lidah
digunakan untuk menekan lidah guna mendapatkan visualisasi
adekuat terhadap faring. Biasanya pada klien dengan kanker lidah
terdapat luka seperti sariawan dan ada kemerahan pada bagian lidah.
b) Leher
Klien dengan kanker lidah biasanya terdapat pembengkakan pada
kelenjer getah bening.
c) Thorak
1) Paru- paru
Inspeksi :Klien dengan kanker lidah dadanya simetris kiri kanan.
Palpasi :Pada klien dengan kanker lidah saat di lakukan palpasi tidak
teraba massa.
Perkusi :Pada klien dengan kanker lidah saat diperkusi diatas lapang paru
bunyinya normal.
Auskultasi :Klien dengan kanker lidah suara nafasnya normal (vesikuler).
2) Jantung
Inspeksi : Klien dengan kanker lidah ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : Klien dengan kanker lidah ictus cordis tidak teraba.
Perkusi : Suara jantung dengan kasus kanker lidah berbunyi normal.
Auskultasi: Reguler, adakah bunyi tambahan/tidak.
d) Abdomen
Inspeksi :Klien dengan kanker lidah abdomen tidak membesar atau menonjol,
tidak terdapat luka operasi tertutup perban.
Auskultasi :Peristaltik normal.
Palpasi :Klien dengan kanker lidah tidak ada nyeri tekan.
Perkusi :Klien dengan kanker lidah suara abdomennya normal (Timpani).
e) Ekstermitas
Klien dengan kanker lidah biasanya ekstremitasnya dalam keadaan normal.
f) Genitalia
Pada klien dengan kanker lidah klien tidak ada mengalami gangguan pada
genitalia.
5. Data Psikologis
Menurut (Keliat, 2006 : 77) konsep diri terdiri atas lima komponen yaitu :
a) Citra tubuh
Sikap ini mencakup persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang
disukai dan tidak disukai. Biasanya klien dengan kanker lidah menyadari
akan keterbatasan aktivitasnya.
b) Ideal diri
Persepsi klien terhadap tubuh, posisi, status, tugas, peran, lingkungan dan
terhadap penyakitnya. Klien dengan kanker lidah berharap akan sembuh
seperti sediakala.
c) Harga diri
Penilaian/penghargaan orang lain, hubungan klien dengan orang lain.
Biasanya klien dengan kanker lidah mengalami penurunan harga diri.
d) Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum dirawat dan kepuasan klien terhadap status
dan posisinya. Biasanya klien dengan kanker lidah merasa terganggu dengan
keadaannya karena fungsinya tidak bisa berjalan dengan baik.
e) Peran
Seperangkat perilaku/tugas yang dilakukan dalam keluarga dan kemampuan
klien dalam melaksanakan tugas. Biasanya klien dengan kanker lidah
merasa terganggu dalam melaksanaan tugas dan peran tersebut karena
penyakitnya sekarang.
6. Data Sosial dan Budaya
Dikaji mengenai hubungan atau komunikasi klien dengan keluarga, tetangga,
masyarakat dan tim kesehatan termasuk gaya hidup, faktor sosio kultural dan
support sistem (Keliat, 2006 :78).
7. Stresor
Setiap faktor yang menentukan stress atau menaganggu keseimbangan.
Seseorang yang mempunyai stresor akan mempersulit dalam proses suatu
penyembuhan penyakit.
8. Koping Mekanisme
Suatu cara bagaimana seseorang untuk mengurangi atau menghilangkan stres
yang dihadapi. (Keliat, 2006 :78).
9. Harapan dan pemahaman klien tentang kondisi kesehatan Perlu dikaji agar tim
kesehatan dapat memberikan bantuan dengan efisien.
10. Data Spiritual
Pada data spiritual ini menyangkut masalah keyakinan terhadap tuhan Yang
Maha Esa, sumber kekuatan, sumber kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan
dan kegiatan keagamaan yang ingin dilakukan selama sakit serta harapan klien
akan kesembuhan penyakitnya (Keliat, 2006 :78).
11. Data Penunjang
• Farmakoterapi : Dikaji obat yang diprogramkan serta jadwal pemberian obat.
• Prosedur Diagnostik Medik.
• Pemeriksaan Laboratorium
12. Analisa Data
Proses analisa merupakan kegiatan terakhir dari tahap pengkajian setelah
dilakukan pengumpulan data dan validasi data dengan mengidentivikasi pola
atau masalah yang mengalami gangguan yang dimulai dari pengkajian pola
fungsi kesehatan (Hidayat, 2008:104).
2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan kanker
mandibula adalah :
1. Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan penyakit.
2. Risiko defisit nutrisi berhubungan ketidakmampuan mencerna makanan.
3. Nyeri berhubungan dengan agen cidera fisik.
4. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan neurologi dan
kemampuan menelan.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan proses penyakit.
6. Defisit pengetahuan tentang proses penyakit dan rencana pengobatan.
7. Ansietas berhubungan dengan koping penyakit akut.
3. Intervensi Keperawatan
4. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu
3. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu .
6 Defisit Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan
pengetahuan tindakan keperawatan 1. Observasi
berhubungan 3 x 24 jam diharapkan 1) Identifikasi kesiapan dan
dengan kurang tingkat pengetahuan kemampuan menerima
terpapar membaik dengan informasi
informasi criteria hasil : 2) Identifikasi faktor-faktor
1. Perilaku sesuai yang dapt meningkatkan
anjuran dan menurunkan motivasi
meningkat perilaku hidup bersih dan
2. Kemampuan sehat
menjelaskan 2. Terapeutik
pengetahuan suatu 1) Sediakan materi dan
topic meningkat media pendidikan
3. Pertanyaan kesehatan
tentang masalah 2) Jadwalkan pendidikan
yang dihadapi kesehatan sesuai
menurun kesepakatan
4. Persepsi yang 3) Berikan kesemptan untuk
keliru terhadap bertanya
masalah menurun 3. Edukasi
5. Menjalani 1) Jelaskan faktor risiko yang
pemeriksaan yang dapat mempengaruhi
tidak tepat kesehatan
meningkat 2) Ajarkan perilaku hidup
6. Perilaku bersih dan sehat
meningkat 3) Ajarkan strategi yang dapt
digunkan untuk
meningkatkab perilaku
hidup bersih dan sehat
7. Ansietas Setelah dilakukan Reduksi Ansietas
berhubungan tindakan keperawatan 1. Observasi
dengan kurang selama 1 X 7 1) Identifikasi saat tingkat
terpapar jam,diharapakan ansietas berubah
informasi tingkat nyeri menurun 2) Identifikasi kemampuan
dan control nyeri mengambil keputusan
meningkat dengan 3) Monitor tanda-tanda
kriteria hasil: ansietas
1. Perilaku gelisah 2. Terapeutik
menurun 1) Ciptakan suasana
2. Verbalisasi terapeutik untuk
kebingungan menumbuhkan
menurun kepercayaan
3. Verbalisasi kwatir 2) Temani pasien untuk
akibat kondisi mengurangi kecemasan
yang dihadapi jka memungkinkan \
menurun 3) Pahami situasi yang
4. Perilaku tegang membuat ansietas
menurun 4) Dengarkan penuh
perhatian
5) Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
6) Motivasi
mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan.
3. Edukasi
1) Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
2) Informasikan secara
factual mengenai
diagnosis pengobatan
dan prognosis
3) Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien
4) Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
5) Latih teknik relaksasi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. M DENGAN SQUAMOUS CELL
CARCINOMA SUB MANDIBULA DI RUANG RAWAT ANGSOKA IIRSUP
SANGLAH DENPASAR PADA TANGGAL 16 JUNI 2022
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
NIM : 21203003
Unit : Angsoka II
Autoanamnese : Ny. S
Kamar : 302 Bed 6
Alloanamnese : Keluarga Pasien dan Rekam Medis
Tanggal masuk RS : 14 Juni 2022
I. IDENTIFIKASI
A. PASIEN
Nama Initial : Ny. M
Umur : 48 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Pernikahan : Menikah
Jumlah Anak : 4 Orang
Agama / Suku : Islam
Warga Negara : Indonesia
Bahasa Yang Digunakan : Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat Rumah : Negara
PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn. M
Umur : 50 Tahun
Alamat : Negara
Hubungan dengan pasien : Suami
C. Tanda vital
1. Kesadaran (kualitatif) : Compos Mentis
Skala koma Glasgow (kuantitatif)
a) Respon motorik :6
b) Respon bicara :5
c) Respon membuka mata :4
Kesimpulan : keadaan pasien baik, karena kesadaran pasien baik
dan respon motorik, bicara membuka spontan.
2. Tekanan darah: 110/80MmHg
MAP : 90 MmHg
Kesimpulan : Nilai MAP masih dalam rentang normal yaitu 87 MmHg
menunjukan perfusi ginjal adekuat.Karena rentang nilai
normal perfusi ginjal adalah MAP>70 MmHg
Suhu : 36,50C dengan Lokasi Pengukuran aksila.
3. Pernapasan : 20 x/mnt, irama : teratur, jenis pernapasan dada.
4. Nadi : 80 x/mnt, dengan irama : teratur, Spo2: 99% .
D. PENGUKURAN
1. Lingkar lengan atas : 20 cm.
2. Tinggi badan : 160 cm..
3. Berat badan : 42 kg.
4. Berat badan ideal : 54 Kg
5. IMT (Indeks Massa Tubuh) : 16,4 Kgm2
Status gizi pasien dalam keadaan abnormal, karena IMT pasien dalam
rentang nilai dibawah IMT normal yaitu 16,4 Kgm2, yang mengindikasi
pasien mengalami gisi kurang.
E. GENOGRAM
Keterangan : Ny. M Berumur 48 tahun dan sudah menikah dengan Tn. Dan memiliki
4 orang anak , Tn. Mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki riwayat atau
menderita penyakit seperti yang dialami oleh Ny.M
Keterangan :
: Laki –Laki
: Perempuan
: Pasien
: Menikah
: Garis keturunan
IV . Pengkajian pola kesehatan
A. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
1. Keadaan sebelum sakit
Pasien mengatakan bahwa ia dapat beraktivitas seperti biasanya yaitu
mengurus rumah tangganya dan beraktifitas ringan sebagai pedagang, Ny. M
juga mengatakan sebelum sakit Ny. M selalu mengontrol kesehatan secara
rutin di fasilitas kesehatan.
Keadaan selama sakit : Ny. M mengatakan selama sakit selalu berpikir positif
untuk berharap cepat sembuh dan kooperatif dalam setiap tindakan medis.
2. Riwayat penyakit saat ini :
a) Keluhan utama:
Pasien mengatakan susah untuk menelan makanan dan penurunan nafsu
makan, badan terasa lemas, pusing,.
b) Riwayat keluhan utama:
Pasien mengatakan pada tanggal 14 april 2022 melakukan perawatan luka
dirumah dan terjadi perdarahan hebat pada 3 titik luka pada area sub
mandibula, yang kemudian mengharuskan Ny. M diantar kerumah sakit
untuk mendapatkan penanganan, dan Ny. S Mengatakan kondisinya saat itu
sangat lemah, pusing,pucat dan mual.
3. Riwayat penyakit yang pernah dialami : Pasien mengatakan tidak memiliki
riwayat penyakit Tekanan darah tinggi / Hipertensi, Ny. M mengatakan
menderita sakit sejak tahun lalu , yang awalnya hanya benjolan kecil pada
daerah leher dan keluarga hanya mengabaikan benjolan tersebut, yang
kemudian benjolannya semakin membesar dan mendaptkan perawatan dan
sudah dilakukan biopsi dan di diagnosis Kanker kulit, dan Ny. M belum
mendapatkan program chemoterapi.
4. Pemeriksaan fisik:
a. Kebersihan rambut : Rambut tampak bersih dan rambut tampak rontok.
b. Kulit kepala : tampak bersih, tidak terdapat lesi dan kemerahan.
c. Kebersihan kulit : tampak bersih, turgor kulit menurun dan tampak pucat.
d. Hygiene rongga mulut: Mulut pasien tampak kotor , gigi tampak ada caries
e. Kebersihan genetalia : Ny. M tidak tampak terpasang pampers ataupun
kateter, dan Tn. H mengatakan selalu membersihkan organ vitalnya
dikamar mandi setelah BAK.
f. Kebersihan anus : Ny. M tidak tampak terpasang pampers dan setelah
BAB Ny. M selalu mebersihkan di toilet.
B. Pola nutrisi dan metabolik
1. Keadaan sebelum sakit : Ny. M mengatakan sebelum sakit Ny. M seperti
biasanya selalu makan teratur tetapi tidak ada diet khusus. Ny. M biasanya
selalu memnghabiskan porsi makannya dengan komposisi makanannya
( Nasi, Sayur dan lauk ( Tahu, tempe, ikan dan kadang daging ).
2. Keadaan sejak sakit : Pasien mengatakan tidak menghabiskan porsi
makanan yang disediakan dari rumah sakit dengan diet lunak/bubur.
3. Observasi : Pasien terpasang infuse NaCl 0,9% :Ringer Lactat (2:1 ) 20
Tpm dan makan 3 kali sehari dengan diet bubur , dengan kebutuhan energy
2000 Kilokalori dan Protein 81 gram perhari dan Ny. M tidak
menghabiskan makanan yang disediakan dari rumah sakit. Pasien tidak
tampak mual dan muntah.
4. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan rambut : tampak berwarna hitam , dan tampak rontok
b) Hidrasi kulit : tidak berkeringat dingin, finger skin baik kembali
dalam > 3 detik.
c) Conjungtiva : Anemis .
d) Sclera : Anikterik.
e) Hidung : Tidak terdapat polip, lesi , tampak bersih.
f) Rongga mulut : Tampak bengkak,bibir tampak bengkak.
g) Gusi : Tidak terdapat lesi dan kemerahan.
h) Gigi : Tampak kotor , tidak terdapat gigi palsu, gigi tampak
lengkap, ada caries gigi.
i) Kemampuan menguyah keras :pasien tidak mampu menguyah
makanan yang keras.
j) Lidah : Tampak kotor bersih, tidak ada bercak- bercak berwarna
putih.
k) Faring : Terdapat lesi dan tumor dan ada peradangan
l) Kelenjar getah bening : Tampak pembesaran kelenjar getah bening.
m)Kelenjar parotis: Tidak tampak pembesaran kelenjar parotis.
n) Abdomen :
Inspeksi : tampak simetris, tidak tampak lesi, tidak ada kemerahan dan
tidak ada asites.
Auskultasi: terdengar bising usus dengan peristaltik 20 x/mnt.
Palpasi : tidak teraba massa dan tidak adanya pembesaran hati.
Perkusi : suara timpani.
o) Kulit : tidak terdapat edema dan pucat
p) Lesi : Terdapat lesi pada mandibula
5. Pengkajian ABCD pada status gizi pasien
NO JENIS PEMERIKSAAN HASIL
1 Antropometri Measurements
Berat badan saat masuk rumah 42 Kg
sakit( Kg)
Tinggi Badan (cm) 160 cm
Berat badab ideal ( kg) 54 Kg
BMI ( kg/m2) 16, 4 ( kg/m2)
Lingkar lengan atas ( Bila berat badan 20 cm
tidak bisa ditimbang )
Biochemical data
2 Albumin < 3 mg/dll 2,38 mg/dll
HB < 10g/dl 5,30 g/dl
Kolesterol >200 mg/dl -
Riwayat DM Tidak ada
Asam urat > 7 mg/dl -
Kreatinin >1,2 mg/dl 0,56 mg/dl
BUN > 23 Mg/dl 12,10 Mg/dl
SGOT >27 u/l 22,3 u/l
SGPT > 34 u/l 10,60 u/l
Kalium 3,95 mmol/L
Natrium 14,2 mmol/L
3 Clinical signs
Mual , Muntah, diare ,anoreksia Tidak ada
C. Pola eliminasi
1. Keadaan sebelum sakit : pasien mengatakan bab lancar 1 kali dalam sehari
dan bak 5-6 kali dalam sehari.
Keadaan sejak sakit : pasien mengatakan sudah bab dan baknya 4- 5 kali
dalam sehari dan Ny. M tidak terpasang pampers.
2. Observasi : Pasien tidak terpasang pampers dan pasien tidak terpasang
kateter urine.
Pemeriksaan fisik :
a) Peristaltik usus : 20 x/mnt.
b) Palpasi kandung kemih : kosong (-)
c) Nyeri ketuk ginjal : tidak ada (-)
d) Mulut uretra : tampak bersih, tidak ada lesi ataupun herpes
e) Anus :
- Peradangan : tidak ada tanda- tanda infeksi ( bengkak, merah ataupun
ada lesi).
- Hemoroid : tidak ada hemoroid
- Fistula : tidak ada benjolan ataupun abses pada anus.
-
D. Pola aktifitas dan latihan
1. Keadaan sebelum sakit Ny. M selalu beraktifitas seperyti biasanya yaitu
membantu mengurus rumah tangga.
2. Keadaan sejak sakit : Ny. M mengatakan untuk beraktifitas Ny. M tampak
lemah, dan aktifitasnya dibantu sebagian oleh keluarga, untuk akses kekamar
mandi ataupun makan dibantu sebagian oleh keluarga.
3. Observasi : Ny. M terbaring di tempat tidur, kemampuan mobilisasi di
batasi , Pemenuhan ADL dibantu sebagian oleh keluarg dan Pada Penilaian
Kekuatan skala 5 pada ekstermitas atas dan bawah.
5 5
5 5
g. Jantung
Inspeksi :
Ictus Cordis : tidak tampak
- Palpasi
Ictus Cordis : teraba pada ics 4 dan
- Perkusi :
- Batas Kanan Atas : ICS 2 linea sternalis dekstra : sonor ke
pekak
Batas Bawah : ICS 5 midclavikularis sinistra : Pekak
Batas Kanan : ICS ICS 4 parasternal kanan: Pekak
Batas Kiri : ICS 4 linea midclavikularis sinistra: Pekak
- Auskultasi :
Bunyi Jantung II A : dup, reguler dan intensitas kuat
Bunyi Jantung II P : dup, regular dan intensitas kuat
Bunyi Jantung 1 T : lup, reguler dan intensitas kuat
Bunyi Jantung 1 M: lup, reguler dan intensitas kuat
Bunyi Jantung III Irama Gallop : (Negatif )
Murmur : Tidak ada
h. Tungkai
Atrofi Otot : Tidak ada atrofi otot (-)
Rentang gerak : Positif tidak ada hambatan (hanya mobilisasi dibatasi
Kaku sendi : Tidak Ada
Nyeri Sendi : Tidak Ada
Fraktur : Ada , Pada tangan Kanan dan kaki kanan
Parase : Tidak Ada
Paralisis : Tidak Ada
5 5
Uji Kekuatan Otot :
5 5
Keterangan: Berdasarkan ujia kekuatan otot, Skala kekuatan otot Ny.
M 5 pada ekstermitas bawah dan 5 pada ekstermitas atas
Reflek Fisiologi : + ( Ada )
Reflek Patologi : (-) Gerakan Involunter
Babinski, Kiri : Tendon Aktif
Kanan : Tendon Aktif
Clubing Jari : (+) bisa di lakukan
Varises tungkai : Tidak tampak varises
i. Columna Vetebralis
a. Inspeksi : Leher Panjang, bahu simetris, tidak ada skoliosis,tidak
ada benjolan
b. Palpasi : tidak ada nyeri pada bone contours, lekukan tulang
belakang (+)
c. Kaku kuduk : Ny. M tidak ada kaku kuduk
3 16/06/2022 Subyektif :
1. Pasien mengatakan infuse tidak sakit dan
bengkak
Obyektif :
1. Pasien terpasang IUVD NaCl 0,9 : RL ( 2: 1) 20
Tpm
2. Pasien direncanakan trakeastomi senin 20 Juni
2022
3. Pasien memiliki benjolan dan luka pada daerah
sub mandibula dan sudah mendapatkan
perawatan
4. Anemia berat : Hasil Pemeriksaan Lab :
Hemoglobin : 5,30 gr/ dl ,
Albumin : 2,38 g/dl
5. Darah lengkap
- WBC : 14,22%
- Neutrofil : 83,90%
- Lymfosit : 1,9 %
Asessment : Derajat infeksi belum menurun
Planning : Edukasi penanganan infeksi
CATATAN PERKEMBANGAN 17 Juni 2022
NO WAKTU EVALUASI KEPERAWATAN ( SOAP) TTD
DX (TANGGAL/
JAM)
1 17 Juni 2022 Subyektif :
1. Pasien mengatakan masih susah untuk menelan
makanan
2. Pasien mengatakan Pasien mengatakan badan
terasa lemas
3. Pasien mengatakan tidak merasa mual setelah
makan, dan menghabiskan sebagian makanan
yang disediakan dari rumah sakit
Obyektif :
1. Pasien mendapatkan transfuse albumin
2. Pengkajian ABCD
A : Berat badan menurun 10% dari berat badan
ideal ( 42 Kg dari berat badan ideal 54 Kg ),
IMT 16,4 kg/M3
B : Albumin < 3 mg/: 2,38 mg
C : Pasien kesulitan menelan dan mengunyah
makanan
D : 3 kali sehari dengan diet bubur , dengan
kebutuhan energy 2000 Kilokalori dan Protein 81
gram perhari , Diet bubur, Suplemen gizi :
Gabaxa 100 ml dalam NACL 400 ml habis dalam
8 jam
3. Turgor kulit tampak menurun dan pasien tampak
kurus
4. Tanda- tanda Vital :
TD : 100/80 mMHg
N : 84 X/ Menit
RR : 18 X/Menit
S : 36,6 0 C
SpO2 : 99%
Asessment : Status Nutrisi Belum Meningkat
Planning : Manajemen gangguan makan
2 17 Juni 2022 Subyektif :
1. Pasien mengatakan masih cepat lelah merasa
lemas
2. Pasien mengatakan cenderung untuk beristrahat
Obyektif :
1. Pasien tampak lemas dan lelah
2. Pasien tampak terbaring ditempat tidur dan bisa
akses kekamar mandi dengan bantuan keluarga.
3. Pasien masih tampak lesu
4. Pasien mendaptkan transfuse PRC 250 cc
5. Tanda- tanda Vital :
TD : 100/80 mMHg
N : 84 X/ Menit
RR : 18 X/Menit
S : 36,6 0 C
SpO2 : 99%
Asessment : Kelemahan belum membaik
Planning : Dukungan aktifitas Fisik
3 16/06/2022 Subyektif :
1. Pasien mengatakan infuse tidak sakit dan
bengkak
Obyektif :
1. Pasien terpasang IUVD NaCl 0,9 : RL ( 2: 1) 20
Tpm
2. Pasien direncanakan trakeastomi senin 20 Juni
2022
3. Pasien memiliki benjolan dan luka pada daerah
sub mandibula dan sudah mendapatkan
perawatan
4. Anemia berat : Hasil Pemeriksaan Lab :
Hemoglobin : belum dievaluasi
Albumin : belum dievaluasi
5. Darah lengkap
- Belum di evaluasi
Asessment : Derajat infeksi belum menurun
Planning : Edukasi penanganan infeksi
DAFTAR PUSTAKA
Barnes, L., Eveson, J.W., Reichart, P. and Sidransky D. (Eds). (2005). World Health
Organization Classification of Tumours. Pathology and Genetics of Head and Neck
Tumours.. Lyon: IARC Press, p.172.
Driemel, O., Kunkel, M., Hullmann, M., Eggeling, F., Müller-Richter, U., Kosmehl, H.
and Reichert, T. (2007). Diagnosis of oral squamous cell carcinoma and its
precursor lesions. JDDG, [online] 5(12), pp.1096-1100. Dapat diakses pada:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18042091 [Diakses pada 15 Juni 2022].].
Mohan V., Hardianto A., Rizki A. (2008). Squamous Cell Carcinoma of the Tounge.
Tersedia di : http://pdgimakassar.org/journal [diakses pada 15 Juni 2022].]
Neville, B. W., Damm, D. D., Allen, C. M., & Bouquot, J, E. 2002. Oral and
Maxillofacial Pathology (2nd ed). Philadelphia, Pennsylvania: W. B. Saunders
Company, pp. 356-358
Trikasjono T., Supriyatni E., Budiyono H. Studi Penerimaan Dosis Eksterna Pada
Pekerja Radiasi. Tersedia di : http://jurnal.sttn-batan.ac.id[diakses pada pada 15
Juni 2022]