Anda di halaman 1dari 93

LITERATUR REVIEW: FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI KETIDAKCAPAIAN PROGRAM SANITASI


TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Sarjana

Keperawatan

OLEH :

PRISKA WANGO
1714201014

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG
TAHUN 2020

i
PERSETUJUAN PEMBIMBING

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KETIDAKCAPAIAN

PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

OLEH :

PRISKA WANGO
NPM:1714201014

Telah dikoreksi dan disetujui untuk direkomendasikan kepada Dewan Penguji

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Heribertus Handi,S. Kep.,M.Kes. Gabriel F.Daar, S.Pd.,M.Pd


NIDN: 08150787002 NIDN: 819108501

Mengetahui

Ketua program studi keperawatan,

Ns. Oliva Suyen Ningsih,M.Kep

NIDN : 082808605

ii
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI

SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKCAPAIAN
PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

OLEH :

PRISKA WANGO
NPM:1714201014
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 26 Mei 2021 dan
dinyatakan memenuhi syarat
Penguji I

Ns Claudia Fariday Dewi S.Kep,M. Kep


NIDN: 0807079003

Penguji II Penguji III

Ns. Heribertus Handi,S.Kep.,M.Kes. Gabriel F.Daar, S.Pd.,M.Pd


NIDN: 08150787002 NIDN: 819108501

Disahkan
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Dan Pertanian
Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng

David Djerubu, S.Fil.,MA


NIDN: 0831126119

iii
MOTTO

Selama ada niat dan keyakinan


semua akan jadi mungkin.

iv
PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Orang tua dan segenap keluarga yang dengan penuh cinta kasih sayang

melahirkan, membesarkan, mendidik, dan mendoakan serta mendukung

penulis dalam menyelesaikan penulisan ini.

2. Almamater tercinta Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng

khususnya Fakultas Ilmu Kesehatan dan Pertanian Program Studi Sarjana

Keperawatan yang telah menuntun dan membimbing penulis selama 4 tahun

yang telah lewat.

3. Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan motivasi dan dukungan

kepada penulis selama menyusun tulisan ini.

v
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Priska Wango

NPM : 17.14.201.014

Program studi : Sarjana Keperawatan

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “FAKTOR-

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKCAPAIAN PROGRAM

SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT” adalah hasil karya saya sendiri,

kecuali yang secara tertulis dirujuk dalam naskah ini dan dituliskan dalam daftar

pustaka dengan mengikuti ketentuan sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Jika kemudian hari skripsi ini bermasalah karena dianggap hasil plagiasi, maka saya

sebagai penulis siap bertanggung jawab.

Ruteng,

Pembuat pernyataan

Priska Wango

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat

dan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKCAPAIAN

PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT”.

Penulis menyadari tanpa bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai

pihak, penulis tidak mampu menyelesaikan tulisan ini dengan baik. Oleh karena itu

dengan penuh kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang

berlimpah kepada:

1. Dr. Yohanes Servatius Lon, MA, Rektor Universitas Katolik Indonesia Santu

Paulus Ruteng.

2. David Djerubu, S. Fil., MA, Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Dan Pertnian

Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng.

3. Ns. Oliva Suyen Ningsih, M. Kep, selaku Ketua Program Studi Sarjana

Keperawatan Santu Paulus Ruteng dan sekaligus sebagai penguji I

4. Ns. Heribertus Handi, s. Kep.Ns.,M.Kes, selaku pembimbing I yang telah

berkenan memberikan bimbingan dang pengarahan.

5. Gabriel Fredi Daar, S. Pd., M.Pd, selaku pembimbing II yang telah berkenan

memberikan bimbingan dan pengarahan.

vii
6. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Sarjana Keperawatan Universitas Katolik

Indonesia Santu Paulus Ruteng yang telah membekali penulis dengan segala ilmu

pengetahuan yang sangat membantu penulis dalam proses perkuliahan.

7. Kedua orang tua yang selalu mendukung dan mendoakan penulis dalam

menyelesaikan tulisan ini.

8. Keluarga yang selalu memberikan dukungan dan motivasi dalam menyelesaikan

tulisan ini.

9. Teman-teman seperjungan yang selalu membantu dan memberukan dukungan

kepada penulis dalam menyusun tulisan ini.

10. Semua pihak yang selalu mendukung penulis selama menyelesaikan tulisan ini.

Penulis menyadari penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena

itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk

kesempurnaan tulisan ini. Penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi para

pembaca.

Penulis

Priska Wango

1714201014

viii
Program Studi Sarjana Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan dan Pertanian
Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng
2021
ABSTRAK
Priska Wango

Studi Literatur: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketidakcapaian Program


Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan pendekatan untuk merubah


perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode
pemicuan. Lima pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yaitu stop Buang Air Besar
Sembarangan, Cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air minum rumah tangga,
pengelolaan sampah rumah tangga, pengelolaan air limbah rumah tangga. Tujuan:
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakcapaian program sanitasi
total berbasis masyarakat. Metode: Penelitian ini menggunakan metode Literatur
Riview. Populasi dalam penelitian ini adalah jurnal nasional dan internasional yang
telah melalui tahap screening dan sampel penelitian adalah 10 jurnal nasional dan
internasional. Hasil : Berdasarkan hasil review sepuluh artikel, faktor-faktor yang
mempengaruhi ketidakcapaian program sanitasi total berbasis masyarakat adalah
Sumber Daya Finansial (Dana) dan Sumber Daya Manusia, Sarana Prasarana,
Pengetahuan, perilaku dan sikap. kesimpulan dari hasil Penelitian bahwa
ketidakberhasilan sanitasi total berbasis masyarakat dipengaruhi oleh Sumber Daya
Finansial (Dana) dan Sumber Daya Manusia, Sarana Prasarana, Pengetahuan,
perilaku dan sikap. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai pemicu
daerah lainnya agar masyarakat stop buang air besar sembarang, dengan
mengaktifkan aparat desa dan jajarannya, dan meningkatkan pengetahuan dan
dukungan masyarakat serta peningkatan akses kepada masyarakat dengan
memberikan penyuluhan tentang sanitasi total berbasis masyarakat.

Kata kunci: Sanitasi total, Masyarakat

ix
Nursing Undergraduate Study Program
Faculty of Health and Agricultural Sciences
Indonesian Catholic University Santu Paulus Ruteng
2021
ABSTRACT
Priska Wango

Literature Study: Factors Affecting the Unattainability of Community-Based


Total Sanitation Programs.

Community Based Total Sanitation is an approach to change hygiene and sanitation


behavior through community empowerment with the triggering method. The five
pillars of Community-Based Total Sanitation are stopping open defecation, washing
hands with soap, managing household drinking water, managing household waste,
and managing household waste water. Objective: To find out the factors that
influence the unattainability of the community-based total sanitation program.
Methods: This study used the Literature Review method. The population in this
study are national and international journals that have gone through the screening
stage and the research sample is 10 national and international journals. Results:
Based on the results of a review of ten articles, the factors that influence the inability
of the community-based total sanitation program are Financial Resources (Funds) and
Human Resources, Infrastructure, Knowledge, behavior and attitudes. the conclusion
of the study that the failure of community-based total sanitation is influenced by
Financial Resources (Funds) and Human Resources, Infrastructure, Knowledge,
behavior and attitudes. The results of the study are expected to be used as a trigger for
other areas so that people stop open defecation, by activating village officials and
their staff, and increasing community knowledge and support as well as increasing
access to the community by providing counseling on community-based sanitation.
Keywords: Total sanitation, Community

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................iii

MOTTO ......................................................................................................................iv

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................................v

HALAMAN KEASLIAN SKRIPSI .........................................................................vi

KATA PENGANTAR ..............................................................................................vii

ABSTRAK ...................................................................................................................x

ABSTRACT ...............................................................................................................xi

DAFTAR ISI ............................................................................................................xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................xv

DAFTAR ISTILAH ................................................................................................xvii

DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................xix

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1

A. Latar Belakang .................................................................................................1

B. Rumusan Masalah .............................................................................................8

C. Tujuan Penulisan ..............................................................................................8

D. Manfaat Penulisan ............................................................................................8

xi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................10

A. Tinjauan Teori ................................................................................................10

1. Sanitasi total berbasis masyarakat..........................................................10

2. Masyarakat.................................................................................................28

3. Konsep Perilaku..........................................……………………….…...35

B. Kerangka Teori ...............................................................................................42

C. Kerangka Konsep .........................................................................................43

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................44

A. Literatur Review ..........................................................................................44

B. Jenis Penelitian .........................................................................................45

C. Tahapan literatur review..........................................................................45

D. Populasi dan Sampel ................................................................................45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................49

A. HASIL..............................................................................................................49

B. Karakteristik studi .................................................................................49

2. Karakteristik responden ....................................................................49

3. Review artikel ..................................................................................50

C. PEMBAHASAN ................................................................................59

1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketidakcapaian program Sanitasi Total

Berbasis Masyarakat .........................................................................74

xii
BAB V PENUTUP ..............................................................................................75

A. Kesimpulan ................................................................................................75

B. Saran ..............................................................................................................75

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................79

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori...................................................................................... 61

Gambar 2.2 Kerangka Konsep..................................................................................63

xiv
DAFTAR ISTILAH

Literature review : Tinjauan Literatur

Full Text : Teks Penuh

Open defecation free : bebas buang air besar sembarangan

Reduce : mengurangi

Reuse : penggunaan kembali

Recycle : daur ulang

Society : Masyarakat

Illnes behavior : perilaku sakit

The sick role behavior : perilaku peran sakit

Covert behavior : perilaku tertutup

Overt behavior : perilaku terbuka

Predisposing factors : faktor predisposisi

Enabling factors : faktor pemungkin

Natural change : perubahan alamiah

Planed change : perubahan terencana

xv
DAFTAR SINGKATAN

WHO : World Health Organization

Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar

NTT : Nusa Tenggara Timur

STBM : Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

ODF : Open Defecation Free

BABS : Buang Air Besar Sembarangan

CTPS : Cuci Tangan Pakai Sabun

xvi
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosialyang

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

salah satu hal penting yang dimiliki manusia karena dalam keadaan sehat,

manusia dapat menjalankan segala aktivitas mereka dengan baik. Menurut

Soekidjo (2005: 2), kesehatan merupakan hak asasi manusia yang bersifat

universal baikindividu, kelompok, masyarakat maupun bangsa. Karena

pentingnya kesehatan bagi masyarakat, maka kesehatan juga menjadi

tanggung jawab sebuah institusi negara. Undang-undang Kesehatan RI No.23

Tahun 1992 mendefinisikan sehat sebagai keadaan sempurna baik fisik,

mental dan sosial. Artinya, masyarakat yang sehat tidak hanya bebas dari

penyakit dan cacat, namun produktif secara ekonomi dan sejahtera secara

sosial.

Kesehatan dipengaruhi oleh banyak hal, baik yang bersifat internal

(dari dalam diri manusia) maupun yang bersifat eksternal (dari luar diri

manusia). Blum (1974) dalam Soekidjo (2005: 19) menyatakan bahwa faktor

yang mempengaruhi kesehatan baik individu, kelompok, dan masyarakat

dapat dikelompokkan menjadi 4 berdasarkan besarnya pengaruh yaitu:

1
Lingkungan (environment), mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya,

ekonomi, Perilaku (behavior); Pelayanan kesehatan (health services);

Keturunan (heredity).

Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan adalah suatu

usaha yang mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh

kepada manusia terutama terhadap hal-hal yang mempengaruhi efek, merusak

perkembangan fisik, mental, kesehatan, dan kelangsungan hidup. Sanitasi

merupakan upaya pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia yang

akan menimbulkan hal-hal yang mempengaruhi perkembangan fisik,

kesehatan, dan daya tahan tubuh. Menurut WHO pula, kematian yang

disebabkan karena Penyakit yang ditularkan ke manusia mencapai 3.400.000

jiwa/tahun. Dari semua kematian yang bersumber pada buruknya kualitas air

dan sanitasi, diare merupakan penyebab kematian terbesar yaitu 1.400.000

jiwa/tahun (Ditjen PP dan PL, 2013:1).

Di Indonesia, program sanitasi pada awalnya mengalami stagnasi

hasil, banyak proyek sanitasi yang gagal, padahal penyampaian program

sanitasi terutama jamban telah lama dilakukan. Keadaan ini disebabkan antara

lain karena pembangunan masih berorientasi pada target fisik serta belum

berorientasi pada perubahan perilaku masyarakat. Kepedulian masyarakat

terhadap persoalan proyek sanitasi cenderung menurun pada pasca proyek dan

kurangnya kebersamaan dalam mengatasi permasalahan sanitasi.

Kecenderungan masyarakat terhadap uluran subsidi pemerintah juga masih


2
tinggi. Hal ini memicu untuk melaksanakan program yang lebih baik dari

sebelumnya (Rahmawati, 2013: 138).

Sanitasi di Indonesia didefinisikan sebagai upaya membuang limbah

cair domestik dan sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup

sehat, baik di tingkat rumah tangga maupun di lingkungan perumahan.

Sanitasi terbagi dalam 3 (tiga) subsektor, yaitu: air limbah, persampahan dan

drainase tersier. Sanitasi adalah hal yang sangat penting untuk menunjang

kehidupan masyarakat. Setiap kegiatan masyarakat dalam keseharian

memerlukan sanitasi yang baik. Setiap orang memerlukan sanitasi sebagai

sarana dan prasarana paling dasar dalam kehidupan sehari-harinya sebagai

upaya pencegahan terhadap berbagai macam penyakit berbasis lingkungan

seperti; diare, ispa, dan lain-lain sebagainya. Salah satu upaya pencegahan

tersebut adalah dengan cara memperbaiki kualitas sanitasi dan lingkungan

yang sehat secara total, melalui peningkatan sanitasi sebagai wadah atau

tempat bagi mereka baik keadaan masyarakatnya yang telah secara total

mempunyai akses sanitasi yang layak melalui peningkatan kesadaran dalam

mengubah perilaku. Upaya pencegahan penyakit berbasis lingkungan di

Indonesia saat ini dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya melalui

peningkatan akses sanitasi yang layak dengan mengajak masyarakat

khususnya daerah pelosok dalam membangun sarana dan prasarana sebagai

akses penunjang dalam berbagai aktivitas mereka salah satunya dengan

mewujudkan perilaku hygiene dan tidak melakukan aktivitas BABS (Stop


3
Buang air besar sembarangan). BAB sembarangan dilakukan karena

masyarakat tidak memiliki akses sanitasi berupa WCpermanen ataupun

jamban sederhana. Karena hal itulah banyak ditemui warga yang melakukan

BAB sembarangan (Rahmawati, 2013: 138).

Tujuan adanya Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI nomor

03 tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM adalah

untuk menurunkan angka kejadian diare dan meningkatkan higienitas dan

kualitas kehidupan masyarakat Indonesia. Program STBM merupakan

pendekatan untuk mengubah perilaku higienis dan saniter melalui

pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan. Pelaksanaan program

STBM yang menitiberatkan pada kesadaran dan partisipasi masyarakat akan

pentingnya buang air besar di Jamban sehat menjadi suatu tantangan bagi

petugas sanitasi Puskesmas.

Masyarakat di Provinsi NTT masih memiliki perilaku buang air besar

ke sungai, sawah, kolam, kebun, dan tempat terbuka lainya . Hasil riset

kesehatan dasar Propinsi NTT pada tahun 2013 menunjukkan bahwa rumah

tangga yang memiliki akses terhadap sanitasi Improved adalah yang terendah

yaitu 30,5 %. Seluruh Kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur masih

terdapat 21,3% rumah tangga yang belum memiliki fasilitas buang air besar

dengan kisaran antara 0,2% di Kupang, hingga 57,2 % di Sumba Timur.

Berdasarkan dataWHO tahun 2015 menunjukan sebanyak 2, 4 miliar

4
penduduk masih belum memiliki toilet. sekitar 46 atau satu dari delaan orang

didunia masih BABS.

Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa NTT

merupakan salah satu kabupaten tertinggi dengan 36,8% rumah tangga yang

tidak memiliki fasilitas buang air besar (BAB). Jumlah desa di kota kupang

yang telah terverifikasi Open Defecation Free (ODF) hanya 16 desa dari total

127 desa yang telah dilakukan kegiatan pemicuan. ODF merupakan suatu

kondisi dimana individu dalam komunitas tidak lagi melakukan perilaku

buang air besar sembarangan (BABS) yang berpotensi mengurangi

penyebaran penyakit. Kegiatan pemicuan yang terus menerus dilakukan mulai

tahun 2013 hingga tahun 2015 memiliki pengaruh dalam menurunkan kasus

diare di kota kupang. Hasil monitoring dan evaluasi program STBM Dinas

Kesehatan kota kupang tahun 2014 - 2015 menunjukkan terdapat 26

Puskesmas yang belum mencapai target akses sanitasi jamban sehat yaitu

75%. Belum tercapainya target STBM mengindikasikan bahwa kinerja

petugas sanitasi

Menurut Permenkes RI Nomor 03 tahun 2014 tentang STBM adalah

pendekatan untuk mengubah perilaku higienis dan saniter melalui

pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan.

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah kondisi dimana

suatu individu, kelompok ataupun komunitas melakukan aktivitas seperti;

tidak BAB sembarangan, mencuci tangan pakai sabun, mengelola air minum
5
dan makanan yang aman, mengelola sampah dengan benar, mengelola limbah

cair rumah tangga dengan bersih dan aman. Sanitasi total yang berbasis pada

masyarakat adalah sebuah kegiatan pembangunan yang menempatkan

masyarakat sebagai subjek dalam pembangunan.

Dalam kegiatannya STBM masyarakat terlibat secara total dalam

melaksanakan kegiatan seperti, melakukan kegiatan pembangunan dan

menjalankan kegiatan atau program serta bertanggung jawab dalam

pemeliharaan, melakukan monitoring dan evaluasi program. STBM adalah

upaya atau pendekatan untuk mengubah perilaku hygiene dan sanitasi melalui

pemberdayaan masyarakatdengan metode pemicuan. Salah satu indikator

keberhasilan pendekatan pemicuan STBM adalah tercapainya kondisi Open

Defecation Free(ODF)/Stop Buang air besar sembarangan, yang ditandai

dengan: keseluruhan masyarakat telah BAB hanya di jamban dan membuang

tinja/kotoran hanya ke jamban,tidak terlihat tinja manusia di lingkungan

sekitar, upaya peningkatan kualitas jamban yang ada supaya semua menuju

jamban aman, kuat, sehat, dan nyaman, penerapan sanksi, peraturan atau

upaya lain oleh masyarakat untuk mencegah kejadian BABS di sembarang

tempat, pemantauan mandiri oleh komunitas. Pendekatan STBM telah

dilakukan oleh berbagai penggiat dari berbagai lokasi oleh lembaga, baik

pemerintah maupun non pemerintah, berusaha menghasilkan perubahan

perilaku BABS disembarang tempat. Hal tersebut tentu sangat

memprihatinkan terlebih banyaknya berbagai resiko yang dapat ditimbulkan


6
dengan melakukan BABS tersebut. Seperti sumber berbagai penularan

penyakit bagi masyarakat dan terlebih sangat mengganggu aktivitas dan segi

estetika akibat bau yang ditimbulkan, serta lingkungan dan kondisi kesehatan

yang buruk dengan melakukan BABS tersebut. Pemicuan STBM ini

dilakukan oleh lembaga LAZ Harfa kabupaten Pandeglang dengan program

utama yaitu Stop BAB Sembarangan.

Program pemicuan STBM yang dilakukan LAZ Harfa

memprioritaskan pada pencapaian pilar , yaitu Stop BABS (BAB

sembarangan), dan cuci tangan pakai sabun. Program pemicuan STBM yang

dilakukan oleh lembaga LAZ Harfa ini tidak memberikan bantuan dana untuk

membangun sarana fisik, tetapi berorientasi pada upaya kesadaran untuk

melakukan perubahan perilaku masyarakat. Pembangunan sarana fisik

melibatkan masyarakat itu sendiri dimana masyarakat yang melakukan

pembangunan dari awal hingga akhir penuntasan jamban.Pembangunan fisik

dianggap sebagai salah satu indikator keberhasilan terjadinya perubahan

perilaku di masyarakat.

Stop BAB Sembarangan adalah suatu kondisi di mana ketika setiap

individu dalam komunitas tidak buang air besar sembarangan. Perilaku stop

BAB diikuti dengan pemanfaatan sarana sanitasi yang saniter berupa jamban

yang sehat. Saniter merupakan kondisi fasilitas sanitasi yang memenuhi

standar dan persyaratan kesehatan yaitu; tidak mengakibatkan terjadinya

penyebaran langsung bahan-bahan yang berbahaya bagi manusia akibat


7
pembuangan kotoran manusia dan, dapat mencegah penyebaran penyakit di

lingkungan sekitarnya.

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas rumusan masalah yang akan

diangkat pada penelitian ini adalah “Apa saja faktor-faktor yang

mempengaruhi ketidakcapaian program sanitasi total berbasis masyarakat?

B. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakcapaian

program sanitasi total berbasis masyarakat.

C. Manfaat Hasil Penelitian

1. Teoritis

Hasil penelitian ini dapat sebagai informasi baru tentang ilmu

keperawatan terutama keperawatan medikal bedah, komunitas, dan

keluarga dalam program pelayanan kesehatan di masyarakat.

2. Praktis

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dan menguatkan data

bagi Dinas kesehatan dan puskesmas dalam membuat kebijakan untuk

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan Serta meningkatkan perilaku

masyarakat akan pentingnya sanitasi lingkungan yang baik untuk

mencegah penyakit seperti Diare.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

a. Pengertian sanitasi total berbasis masyarakat

Sanitasi dasar adalah sanitasi rumah tangga meliputi sarana

buang air besar. Sarana pengelolahan sampah dan limbah rumah

9
tangga. Berbasis masarakat adalah kondisi yang menempatkan

masarakat sebagai pengambil keputusan dan penanggung jawab dalam

rangka menciptakan atau meningkatkan kapasitas masarakat, untuk

memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas

hidup, kemandirian, dan kesejahteraan (Ganing & Hairuddin, 2016).

STBM adalah pendekatan untuk mengubah perilaku higiene

dan saniter melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan

(Permenkes RI No. 03 Tahun 2014 Tentang Sanitasi Total Berbasis

Masyarakat). Metode Pemicuan adalah cara untuk mendorong

perubahan perilaku higiene dan saniter individu atau masyarakat atas

kesadaran sendiri dengan menyentuh perasaan, pola pikir, perilaku,

dan kebiasaan individu atau masyarakat.

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat adalah sebuah pendekatan

dalam pembangunan sanitasi pedesaan. Sanitasi Total Berbasis

Masyarakat (STBM) merupakan program nasional yang dibuat oleh

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dengan tujuan untuk

memperbaiki sanitasi dasar masyarakat dalam rangka percepatan

peningkatan akses terhadap sanitasi dasar di indonesia yang meliputi:

setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana

sanitasi dasar sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari

buang air di sembarang tempat (ODF); setiap rumah tangga telah

10
menerapkan pengelolaan air minum dan makanan yang aman di rumah

tangga; setiap rumah tangga dan sarana pelayanan umum dalam suatu

komunitas tersedia fasilitas cuci sehingga semua orang mencuci

tangan dengan benar; dan setiap rumah tangga mengelola limbahnya

dengan benar (permenkes, 2015).

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah

pendekatan, strategi dan program untuk merubah perilaku higiene dan

sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan.

Perilaku higiene dan sanitasi yang dimaksud antara lain tidak buang

air besar sembarangan, mencuci tangan pakai sabun, mengelola air

minum dan makanan yang aman, mengelola sampah dengan benar dan

mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman. Perilaku tersebut

merupakan rangkaian kegiatan sanitasi total.Selanjutnya rangkaian

perilaku tersebut disebut sebagai pilar STBM(Menkes, 2015).

STBM merupakan program pemerintah dalam rangka

memperkuat upaya membudayakan hidup bersih dan sehat, guna untuk

mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan

kemampuan masyarakat, serta mengimplementasikan komitmen

pemerintah untuk meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar

yang berkesinambungan(Purnama. D, R. Karnila, 2018).

11
STBM dilaksanakan melalui pemberdayaan masyarakat

dimana masyarakat sadar, mau dan mampu untuk melaksanakan

sanitasi total yang timbul dari dirinya sendiri, bukan melalui paksaan.

Melalui cara ini diharapkan perubahan perilaku tidak terjadi pada saat

pelaksanaan program melainkan berlangsung seterusnya (Depkes RI,

2008).

Metode yang digunakan dalam STBM adalah metode

pemicuan. Metode pemicuan ini dilaksanakan oleh tim fasilitator

dengan cara memicu masyarakat dalam lingkup komunitas terlebih

dahulu untuk memperbaiki sarana sanitasi sehingga tercapai tujuan

dalam hal memperkuat budaya perilaku hidup bersih dan sehat pada

masyarakat guna untuk mencegah penyakit berbasis lingkungan.

Faktor-faktor yang harus dipicu antara lain rasa jijik, rasa malu, takut

sakit, aspek agama, privacy, dan kemiskinan. Setelah pemicuan faktor

tersebut terlaksana, dibentuklah komite dari komunitas tersebut.

Komite dibentuk supaya rencana aksi dari masyarakat yang terpicu

dapat berjalan dengan lancar dan baik. Selain itu monitoring dari tim

fasilitator juga harus diterapkan(ODF/ Open Defecation Free) (Ditjen

PP dan PL, 2011).

Terdapat empat parameter desa ODF antara lain:

a) Semua rumah tangga mempunyai jamban yang memenuhi

syarat kesehatan.
12
b) Semua sekolah yang berada di wilayah tersebut mempunyai

jamban yang memenuhi syarat kesehatan dan program

perbaikan hygiene.

c) Semua sarana jamban digunakan dan dipelihara

d) Lingkungan tempat tinggal bebas dari kotoran manusia.

Prinsip dari program nasional STBM antara lain non-subsidi,

kebersamaan, keberpihakan terhadap kelompok miskin, keberpihakan

pada lingkungan, prinsip tanggap kebutuhan, kesetaraan jender,

pembangunan berbasis masyarakat, dan keberlanjutan (Kepmenkes RI,

2010 dan Ditjen PP dan PL, 2011).

b. Pilar Sanitasi Total Berbasis Masarakat

Pilar STBM terdiri atas perilaku:

1) Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS)

Stop buang air besar sembarangan adalah kondisi setiap

individu didalam suatu komunitas tidak lagi melakukan

perilaku buang air besar sembarangan yang berpotensi

menularkan penyakit. Perilaku Stop-BABS diikuti dengan

pemanfaatan sarana sanitasi yang saniter berupa jamban sehat.

Kondisi ketika setiap individu dalam suatu komunitas

tidak membuang air besar di ruang terbuka atau di sembarang

tempat. Tujuan dari pilar ini adalah untuk mencegah dan

13
menurunkan penyakit diare dan penyakit lainnya yang

berbasis lingkungan (Atikah proverawati & Eni Rahmawati,

2011).

Jenis-jenis jamban yang digunakan yaitu:

a) Jamban cemplung

Merupakan jamban yang penampungannya berupa

lubang yang berfungsi menyimpan tinja/kotoran kedalam

tanah dan mengendapkan kotoran ke dasar lubang.

b) Jamban tangki septik/leher angsa

Merupakan jamban berbentuk leher angsa yang

penampungannya berupa tangki septik kedap air yang

berfungsi sebagai wadah proses penguraian/dekomposisi

kotoran manusia yang dilengkapi dengan resapan.

Syarat jamban sehat meliputi:

(1) Tidak mencemari sumber air minum

(2) Tidak berbau

(3) Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus.

(4) Tidak mencemari tanah sekitar

(5) Mudah dibersihkan dan aman digunakan

(6) Dilengkapi dinding dan atap pelindung

(7) Penerangan dan ventilasi cukup.

(8) Lantai kedap air dan luas ruangan memadai


14
(9) Tersedia air, sabun, dan alat untuk membersihkannya

(Atikah proverawati & Eni Rahmawati, 2011).

Perilaku buang air besar sembarangan diikuti dengan

pemanfaatan sarana sanitasi yang saniter berupa jamban sehat.

Saniter merupakan kondisi fasilitas sanitasi yang memenuhi

standard dan persyaratankesehatan yaitu tidak mengakibatkan

terjadinya penyebaran langsung bahan-bahan yang berbahaya

bagi manusia akibat dari pembuangan kotoran manusia dan

mencegah vektor pembawa untuk menyebar penyakit pada

pemakai dan lingkungan disekitarnya (Permenkes, 2014).

2) Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

Cuci tangan pakai sabun adalah perilaku cuci tangan

menggunakan air bersih yang mengalir dan sabun. Sarana

CTPS harus memiliki kriteria utama yaitu air bersih yang

dapat dialirkan, sabun dan penampungan atau saluran air

limbah yang aman.

15
Tujuan jangka panjang dari pilar kedua adalah untuk

berkontribusi terhadap penurunan kasus diare pada anak balita

di Indonesia.

Sarana yang tidak memenuhi syarat saat melakukan

CTPS adalah:

a) Mencuci tangan didalam wadah kecil atau kobokan

dengan jeruk seperti dirumah makan.

b) Mencuci tangan secara langsung didalam baskom tanpa

menggunakan gayung dan sudah dipakai berkali-kali

oleh beberapa orang.

c) Mencuci tangan setelah makan hanya dengan

menggunakan sebaskom air dan jeruk nipis untuk

memberikan rasa segar.

d) Sarana cuci tangan tidak terdapat aliran limbah

sehingga menyebabkan genangan ditanah.

e) Sarana cuci tangan jauh dari jamban sehingga membuat

orang lupa akan caranya cuci tangan (Katalog CTPS,

2008).

CTPS merupakan perilaku cuci tangan dengan

menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir.

(1) Langkah-langkah CTPS yang benar

16
(a) Tuangkan cairan sabun pada telapak tangan kemudian

usap dan gosok kedua telapak tangan secara lembut

dengan arah memutar

(b) Usap dan gosok kedua punggung tangan secara

bergantian.

(c) Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih

(d) Bersihkan kedua jari dengan bergantian dengan cara

saling mengunci.

(e) Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian.

(f) Letakan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok

bergantian.(Permenkes, 2014).

(2) Waktu yang tepat untuk mencuci tangan

(a) Sebelum makan

(b) Sebelum mengolah dan menghidangkan makanan.

(c) Sebelum menyusui

(d) Sebelum memberi makan bayi/balita.

(e) Sesudah buang air besar/kecil

(f) Sesudah memang hewan. (Permenkes, 2014).

(3) Kriteria utama CTPS

(a) Air bersih yang dapat dialirkan.

(b) Sabun

17
(c) Penampungan atau saluran air limbah yang aman

(Permenkes, 2014).

3) Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga dan Makanan Sehat

(PAM- RT)

Pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga

adalah melakukan kegiatan untuk mengelola air minum dan

makanan di rumah tangga untuk memperbaiki dan menjaga

kualitas air dari sumber air yang akan digunakan untuk air

minum, serta untuk menerapkan prinsip higiene sanitasi

pangan dalam proses pengelolaan makanan di rumah tangga.

Suatu proses pengolahan, penyimpanan, dan

pemanfaatan air minum dan air yang digunakan untuk

produksi makanan dan keperluan oral lainnya. Tujuan dari

pilar ketiga adalah untuk mengurangi kejadian penyakit yang

ditularkan melalui air minum.

Tahapan kegiatan PAMM-RT meliputi:

a) Pengelolaan air minum rumah tangga

(1) Pengelolaan air baku jika keruh meliputi:

(a) Dilakukan pengendapan dengan gravitasi alami

(b) Dilakukan penyaringan dengan kain

(c) Dilakukan pengendapan dengan tawas atau bahan

kimia.
18
(2) Pengelolaan air untuk minum di rumah tangga

dilakukan untuk mendapatkan air dengan kualitas air

minum yang baik sehingga terhindar dari kuman

penyebab penyakit meliputi:

(a) Filtrasi (penyaring) contohnya biosand filter dan

keramik filter.

(b) Koagulasi dan flokulasi (pengumpalan) contohnya

bubuk koagulan

(c) Klorinasi contohnya klorin cair dan klorin tablet.

(3) Wadah penyimpan air minum

Setelah pengelolaan air minum langkah

selanjutnya adalah penyimpanan air minum untuk

keperluan sehari-hari dengan cara:

(a) Wadah tertutup, berleher sempit, dan dilengkapi

dengan kran.

(b) Air minum disimpan diwadah tempat

pengolahannya

(c) Air yang sudah dikelolah sebaiknya disimpan

ditempat yang bersih dan selalu tertutup rapat.

(d) Letakan wadah air minum ditempat yang bersih dan

terjangkau oleh binatang.

19
(4) Hal penting yang harus diperhatikan dalam PAMM-

RT

(a) Mencuci tangan sebelum mengelolah air minum

dan makanan.

(b) Mengolah air minum sesuai kebutuhan sehari-hari.

(c) Tidak mencelupkan tangan kedalam air minum

yang sudah masak

b) Pengelolahan makanan rumah tangga

Makanan harus dikelolah dengan baik dan benar agar

tidak menyebabkan gangguan kesehatan bagi tubuh,

pengelolah makanan yang baik yaitu dengan menerapkan

prinsip hygine dan sanitasi makanan (Permenkes, 2014).

Prinsip hygine sanitasi makanan meliputi:

(1) Pemilihan bahan makanan

Bahan makanan harus dipilih dengan

memperhatikan mutu dan kualitas makanan serta

memenuhi persyaratan yaitu untuk bahan

makanan yang tidak dikemas harus dalam keadaan

segar, tidak busuk, tidak rusak, tidak berjamu, dan

tidak mengandung bahan beracun dan berbahaya

bagi kesehatan dan tidak kedaluarsa.

(2) Penyimpanan bahan makanan


20
Menyimpan bahan makanan harus

memperhatikan cara penyimpanan, tempat

penyimpanan, waktu penyimpanan serta suhu

penyimpanan.

(3) Pengelolahan makanan

Syarat hygiene dan sanitasi makanan yang dapat

mempengaruhi pengolahan makanan meliputi:

(a) Tempat pengolahan makanan atau dapur

harus memenuhi persyaratan hygiene dan

sanitasi untuk mencegah terjadinya resiko

pencemaran makanan, adanya serangga,

pengerat serta vektor yang dapat mencemari

makanan.

(b) Peralatan harus tara pangan yaitu tidak

berbahaya bagi kesehatan meliputi lapisan

permukaan peralatan tidak larut dalam

asam/basa, tidak berbahaya dan beracun,

tidak retak, tidak mengelupas serta mudah

dibersihkan.

(c) Bahan makanan dikelolah sesuai dengan

kebutuhan serta bebas dari cemaran fisik,

bakteriologis, dan kimia.


21
(4) Penyimpanan makanan matang

Penyimpanan makanan yang sudah matang

harus memperhatikan suhu, wadah tempat

penyimpanan serta lama penyimpanan, pada suhu

yang tepat dapat mempengaruhi kondisi dan

kualitas makanan.

(5) Pengangkutan makanan

Cara mengangkut makanan harus memenuhi

persyaratan sanitasi agar makanan tidak tercemar

dan rusak serta terkontaminasi. Misalnya

mengangkut daging dengan menggunakan alat

pendingin.

(6) Penyajian makanan

Penyajian makanan harus memperhatikan

beberapa hal yaitu waktu penyajian, tempat

penyajian, cara penyajian dan prinsip penyajian

(Permenkes, 2014).

4) Pengamanan Sampah Rumah Tangga (PSRT)

Pengamanan sampah rumah tangga adalah melakukan

kegiatan pengelolaan sampah di rumah tangga dengan

mengedepankan prinsip mengurangi, memakai ulang dan

mendaur ulang. Tujuan dari pengamanan sampah rumah


22
tangga yaitu untuk menghindari penyimpanan sampah rumah

tangga dengan segera menangani sampah.

Pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat

kesehatan dapat mengakibatkan tempat perkembangbiakan

penyakit serta sarang bagi serangga dan tikus, dapat menjadi

sumber pengotoran tanah, sumber pencemaran air, serta

sumber dari kuman yang dapat membahayakan kesehatan

(Mubarak & Nurul Chayatin,2009).

Tujuan pengamanan sampah rumah tangga adalah

untuk menghindari penyimpanan sampah dalam rumah agar

segera di tangani (Permenkes, 2014). Pengamanan sampah

yang aman adalah dengan cara pengumpulan, pengangkutan,

pengelolaan, dan pemusnahan sampah dengan cara tidak

membahayakan kesehatan masyarakat maupun lingkungan

(permenkes, 2014).

Tahapan pengamanan sampah rumah tangga:

a) Peralatan teknis tempat pengumpulan sampah

(1) Kontruksi harus baik, terbuat dari bahan kedap air dan

nada penutupnya

(2) Volume bak mampu menampung sampah hingga 3

hari

(3) Tidak berbau ke perumahan terdekat


23
(4) Tidak ada sampah berserakan disekitar bak sampah

(5) Tidak di letakan pada daerah banjir.

(Mubarak & Nurul Chayatin, 2009).

b) Prinsip dalam pengamanan sampah

(1) Reduce yaitu mengurangi sampah dengan

mengurangi pemakaian barang yang tidak

dibutuhkan misalnya dengan mengurangi pemakaian

kantong plastik, mangatur dan merancangkan

kebutuhan rumah tangga dengan rutin,

mengutamakan membeli produk berwadah sehingga

dapat di isi ulang, memperbaiki barang yang rusak

dan membeli produk yang tahan lama.

(2) Reuse yaitu manfaatkan barang yang sudah tidak di

pakai tanpa merubah bentuk. Contohnya dengan cara

memanfaatkan sampah rumah tangga seperti koran

bekas, kardus bekas, kaleng susu, wadah sabun dapat

dimanfaatkan sebagai tempat menyimpan tusuk gigi,

dan perhiasan atau menggunakan kembali kantong

belanja untuk digunakan untuk wadah belanja

berikutnya.

(3) Recycle yaitu mendaur ulang kembali barang lama

menjadi barang baru.


24
c) Kegiatan pengamanan sampah rumah tangga dapat di

lakukan dengan cara:

(1) Sampah tidak boleh ada dalam rumah dan harus

dibuang setiap hari

(2) Pemilahan dilakukan pada sampah organik dan

anorganik.

(3) Pengumpulan sampah dilakukan dengan

pengambilan dan pemindahan sampah dari rumah

tangga ke tempat penampungan sampah.

(4) Sampah yang sudah dikumpulkan ketempat

penampungan sementara di angkut ketempat

pembrosesan terakhir (Permenkes, 2014).

5) Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga (PALRT)

Proses pengolahan air limbah pada tingkat rumah

tangga untuk menghindari terciptanya genangan yang

berpotensi menimbulkan penyakit berbasis lingkungan.

Air limbah merupakan sisa dari suatu usaha atau

kegiatan dalam bentuk cair, airlimbah dapat berasal dari

rumah tangga maupun industri yang terdiri atas tiga faktor

yaitu tinja, urin dan air bekas pengolahan sisa rumah tangga

(Mubarak &Nurul Chayatin,2009). Tujuan dari pengelolah

limbah rumah tangga adalah untuk menghindari genangan air


25
limbah yang dapat menyebabkan penyakit berbasis linkungan

(Permenkes, 2014).

Limbah cair rumah tangga yang berupa tinja dan urin di

salurkan ke tangkai septik yang di lengkapi dengan sumur

resapan. Sedangkan limbah cair rumah tangga yang berupa air

bekas yang dihasilkan dari sisa buangan dapur, kamar mandi,

dan saran cuci tangan disalurkan ke saluran pembuangan air

limbah (permenkes, 2014).

a) Prinsip pengamanan limbah cair rumah tangga adalah:

(1) Air limbah kamar mandi dan dapur tidak boleh

tercampur dengan air limbah dari jamban

(2) Tidak menyebabkan bau

(3) Tidak menyebabkan vektor

(4) Tidak terdapat genangan sehingga menyebabkan lantai

licin

(5) Terhubung dengan saluran limbah umum atau got

maupun sumber resapan (permenkes, 2014).

b) Dampak buruk air limbah adalah:

(1) Gangguan kesehatan

(2) Penurunan kualitas lingkungan

(3) Gangguan terhadap keindahan

26
(4) Gangguan terhadap kerusakan benda (Mubarak

&Nurul Chayatin,2009).

2. Masyarakat

a. Pengertian Masyarakat

Masyarakat (society) adalah sekelompok orang yang

membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka),

dimana sebagian besar interaksi antara individu-individu yang

berada dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri

berasal dari bahasa Arab, yaitu musyarak.Lebih abstraknya, sebuah

masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar

entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang

interdependen (saling bergantung satu sama lain). Umumnya,

istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang

yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur (surotinojo,

2009).

Pengorganisasian potensi yang ada dalam masyarakat untuk

mencapai kesehatan lingkungan, pengendalian penyakit infeksi di

27
masyarakat, penyuluhan/pendidikan perorangan tentang prinsip-

prinsip kesehatan pribadi.

a. Ciri-ciri masyarakat

Ciri-ciri suatu masyarakat pada umumnya sebagai berikut:

1) Manusia yang hidup bersama sekurang-kurangnya terdiri atas

dua orang.

2) Bergaul dalam waktu cukup lama. Sadar bahwa mereka

merupakan satu kesatuan.

3) Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan karena

mereka merasa dirinya terkait satu dengan yang lainnya

(surotinojo, 2009).

b. Golongan Masyarakat

Masyarakat dapat digolongkan menjadi:

1) Masyarakat Tradisional

Masyarakat tradisional adalah masyarakat yang

kehidupannya masih banyak dikuasai oleh adat istiadat yang

lama.Jadi, masyarakat tradisional di dalam melangsungkan

kehidupannya berdasarkan pada cara-cara atau

kebiasaankebiasaan lama yang masih diwarisi dari nenek

moyangnya.Kehidupan mereka belum terlalu dipengaruhi oleh

perubahan-perubahan yang berasal dari luar lingkungan


28
sosialnya.Masyarakat ini dapat juga disebut masyarakat

pedesaan atau masyarakat desa. Masyarakat pedesaan adalah

sekelompok orang yang hidup bersama, bekerja sama, dan

berhubungan erat secara tahan lama, dengan sifat-sifat yang

hampir sama. Istilah desa dapat merujuk pada arti yang

berbeda-beda, tergantung dari sudut pandangnya.

2) Masyarakat Modern

Masyarakat modern adalah masyarakat yang telah

mengalami tranformasi ilmu pengetahuan dansebagian besar

warganya mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke

kehidupan dalam peradaban dunia masa kini. Perubahan-

Perubahan itu terjadi sebagai akibat adanya pengaruh

kebudayaan dari luar yang membawa kemajuan terutama

dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan di

bidang ilmu pengetahuan dan teknologi seimbang dengan

kemajuan di bidang lainnya seperti ekonomi, politik dan

hokum. Bagi negara-negara sedang berkembang seperti

halnyaIndonesia. Pada umumnya masyarakat modern ini

disebut juga masyarakat perkotaan atau masyarakat kota.

3) Masyarakat Transisi

Masyarakat transisi adalah masyarakat yang mengalami

perubahan dari suattu masyarakat ke masyarakat yang lainnya.


29
Misalnya masyarakat pedesaan yang mengalami transisi ke

arah kebiasaan kota, yaitu pergeseran tenaga kerja dari

pertanian, dan mulai masuk ke sektor industri.

Ciri-ciri masyarakat transisi yang pertama adalah :

adanya pergeseran dalam bidang pekerjaan, adanya pergeseran

pada tingkat pendidikan, mengalami perubahan ke arah

kemajuan, masyarakat sudah mulai terbuka dengan perubahan

dan kemajuan zaman, tingkat mobilitas masyarakat tinggi dan

biasanya terjadi pada masyarakat yang sudah memiliki akses

ke kota misalnya jalan raya( surotinojo, 2009).

4) Unsur Masyarakat

a) Golongan sosial

Golongan sosial dalam masyarakat dapat terjadi dengan

sendirinya sebagai hasil proses pertumbuhan masyarakat.

Faktor penyebabnya antara lain: kemampuan/kepandaian,

umur, jenis kelamin, sifat keaslian, keanggotaan masyarakat

dan lain-lain. Faktor penentu dari setiap masyarakat

berbeda-beda, misalnya pada masyarakat berburu faktor

penentunya adalah kepandaian berburu.

b) Pengertian golongan sosial

Pitirim A. Sorokin menggunakan istilah pelapisan

sosial yaitu pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam


30
kelas-kelas secara bertingkat/hierarkhis. Perwujudannya

dikenal dengan adanya kelas sosial tinggi (upper class)

contohnya: pejabat, penguasa, dan pengusaha; kelas sosial

menengah (midle class) contohnya: dosen, pegawai negeri,

pengusaha kecil dan menengah; kelas sosial rendah (lower

class) contohnya: buruh, petani, dan pedagang kecil.

c) Dasar-Dasar Pembentukan Golongan Sosial

Menurut Soerjono Soekanto, kriteria yang

dipergunakan sebagai ukuran dalam menggolongkan

masyarakat ke dalam golongan sosial/pelapisan sosial adalah:

(1) Ukuran Kekayaan

(2) Unsur kekuasaan atau wewenang

(3) Ukuran Ilmu Pengetahuan

(4) Unsur kehormatan (keturunan)

d) Karakteristik Golongan Sosial

Beberapa karakteristik golongan sosial/pelapisan sosial

yang terjadi di dalam suatu masyarakat adalah :

(1) Adanya perbedaan status dan peranan

(2) Adanya pola interaksi yang berbeda

(3) Adanya distribusi hak dan kewajiban

(4) Adanya penggolongan yang melibatkan kelompok


31
(5) Adanya prestise dan penghargaan

(6) Adanya penggolongan yang bersifat universal

e) Pembagian Golongan dalam Masyarakat

Berdasarkan karakteristik golongan sosial di atas, maka

terdapat beberapa pembagian golongan sosial sebagai berikut :

(1) Sistem Golongan Sosial dalam Masyarakat Pertanian

(Agraris), di dasarkan pada hak dan pola kepemilikan

tanah, terbagi menjadi:

(a) Golongan Atas : para pemilik tanah pertanian dan

pekarang untuk rumah tinggal (penduduk inti).

(b) Golongan Menengah: para pemilik tanah

pekarangan dan rumah tapi tidak memiliki tanah

pertanian (kuli gendul).

(c) Golongan Bawah : orang yang tidak memiliki

rumah atau pekarangan (inding ngisor).

(2) Sistem Golongan Sosial pada Masyarakat Feodal, di

dasarkan pada hubungan kekerabatan dengan

raja/kepala pemerintahan, terbagi menjadi:

(a) Golongan Atas : kaum kerabat raja atau

bangsawan.

(b) Golongan Menegah : rakyat biasa (kawula).

32
(3) Sistem Golongan Sosial dalam Masyarakat Industri,

meliputi :

(a) Golongan teratas terdiri para pengusaha besar atau

pemilik modal, direktur, komisaris.

(b) Golongan menengah atau madya terdiri dari

tenaga ahli dan karyawan.

(c) Golongan bawah seperti buruh kasar, pekerja

setengah terampil, pekerja sektor informal

(pembantu).

(4) Sifat Sistem Penggolongan Sosial Klasifikasi dari sifat

sistem penggolongan sosial, meliputi :

(a) Sistem lapisan tertutup: sistem yang tidak

memungkinkan seseorang pindah ke

golongan/lapisan sosial lain..

(b) Sistem lapisan terbuka: sistem yang

memungkinkan seseorang pindah / naik ke

golongan sosial atasnya.

(c) Sistem campuran: sistem kombinasi antara

terbuka dan tertutup.

(5) Fungsi Golongan Sosial Golongan sosial memiliki

fungsi-fungsi berikut ini:

33
(a) Distribusi hak istimewa yang obyektif seperti

penghasilan, kekayaan.

(b) Sistem pertanggaan pada strata/tingkat yang

diciptakan masyarakat menyangkut prestise dan

penghargaan.

(c) Penentu simbol status/kedudukan seperti cara

berpakaian, tingkah laku.

(d) Alat solidaritas di antara individu/kelompok yang

menduduki sistem sosial yang sama dalam

masyarakat (surotinojo, 2009).

3. Konsep perilaku

a. Pengertian konsep perilaku

Perilaku dapat didefenisikan dari berbagai sudut pandang.Dari

sudut biologis, perilaku dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau

aktivitas organisme yang bersangkutan, baik yang diamati secara

langsung maupun tidak langsung.Perilaku manusia adalah suatu

aktivitas dari manusia itu sendiri (Notoatmodjo, 1993).

Sementara itu, secara operasional, perilaku dapat diartikan

sebagai suatu respons organisme atau seseorang terhadap

rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut (NotoaTmodjo,

1993).Ensiklopedia Amerika juga menyebutkan bahwa perilaku

diartikan sebagai suatu aksi – reaksi organisme terhadap


34
lingkungannya. Perilaku baru dapat terjadi apabila ada sesuatu

yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut

rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku

tertentu (Notoatmodjo, 1993).

Menurut Bimo Walgito ( 2015) perilaku merupakan

manifestasi kehidupan psikis. Sebagaimana yang diketahui bahwa

perilaku atau aktivitas yang ada pada individu atau organisme itu

tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dengan

adanya stimulus atau rangsang yang mengenai individu atau

organisme itu.

Perilaku merupakan perwujudan dari adanya kebutuhan

perilaku. Perilaku dikataka wajar ada penyesuaian diri yang harus

diselaraskan peran manusia sebagai makhluk individu, sosial dan

berketuhanan. Apabila manusia dapat menyesuaikan diri dengan

baik itulah yang disebut dengan bahagia.

Dalam Teori perilaku Maxx Weber, perilaku memiliki makna

subjektif.Karena setiap perilaku didorong oleh keinginan atau

motivasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Artinya setelah

adanya stimulus yang diterima oleh individu, maka stimulus itu

melalui proses dalam diri individu tersebut seperti adanya

pengalaman terdahulu, persepsi, pemahaman ataupun penafsiran

individu yang kemudian menghasilkan perilaku. Dengan demikian


35
perilaku yang dimaksud adalah perbuatan manusia yang berarti

bagi si pelaku, baik perbuatan yang terlihat maupun tidak terlihat

seperti perenungan, perencanaan, atau pengambilan keputusan.

Berbeda dengan Teori Weber, Talcot Parson mengatakan

bahwa tindakan manusia tidak mutlak ditentukan oleh individu.

Menurut parson peran individu tersebut sewaktu – waktu akan atau

bisa lenyap di balik peran – peran yang dilambangkan melalui

struktur sosial dan pola – pola perilaku. Itu artinya menurut

Parson, di samping otoritas individu manusia bertindak sesuai

dengan apa yang ditentukan dan ditetapkan oleh kebudayaan

setempat bagi pelaku. Perilaku bisa saja menjadi positif

(menguntungkan) dan bisa juga menjadi negatif (merugikan).

a. Klasifikasi

Perilaku kesehatan adalah suatu respon seorang terhadap

stimulus yang barkaitan dengan sakit dan penyakit, perilaku

kesehatan dapat di klasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu;

1) Perilaku pemeliharaan kesehatan

Perilaku atau usaha seseorang untuk menjaga

kesehatan agar tidak sakit, perilaku pemeliharaan kesehatan

dikelompokan menjadi tiga aspek yaitu perilaku pencegahan

penyakit, perilaku peningkatan kesehatan, perilaku

pemeliharaan gizi.
36
2) Perilaku pencarian dan penggunaan fasilitas kesehatan

Perilaku ini menyangkut tindakan dan upaya

seseoarang saat menderita penyakit, tindakan dan perilaku

dimulai dari mengobati sendiri(self treatment)sampai

mencari pengobatan ke Negara lain.

3) Perilaku kesehatan lingkungan

Respon seseorang terhadap lingkungan baik lingkungan

fisik maupun sosial budaya sehingga lingkungan tersebut

tidak mempengaruhi kesehatannya.

seseorang ahli becker (1979) membuat klasifikasi lain

tentang perilaku kesehatan meliputi:

a) Perilaku hidup sehat merupakan perilaku yang

berkaitan dengan upaya seseorang untuk

mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.

Perilaku ini mencakup antara lain:

(1) Makan dengan menu seimbang

(2) Olahraga teratur

(3) Tidak merokok

(4) Tidak minum minuman keras dan narkoba

(5) Istirahat yang cukup

b) Perilaku sakit (illnes behavior)

37
Merupakan perilaku yang mencakup respon

seseorang terhadap sakit, penyebab dan gejala serta

pengobatan penyakit.

c) Perilaku peran sakit (the sick role behavior)

Peran mencakup hak orang sakit dan kewajiban

orang sakit. Perilaku ini meliputi tindakan untuk

memperoleh penyembuhan, mengetahui fasilitas dan

sarana pelayanan sebagai penyembuhan penyakit.

b. Bentuk-bentu perilaku

1) Perilaku tertutup (covert behavior)

Respon seorang terhadap stimulus dalam bentuk

terselubung atau tertutup, respon dan reaksi terhadap stimulus

ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,

pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang

yang menerima stimulus tersebut.

2) Perilaku terbuka (overt behavior)

Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam

bentuk tindakan atau praktik, yang dengan mudah dapat

diamati atau dilihat orang lain (Sunaryo, 2015).

c. Faktor yang mempengaruhi perilaku

1) Faktor predisposisi (predisposing factors)

38
Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat

terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat

terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem

nilai yang di anut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat

sosial ekonomi, dan sebagainya.

2) Faktor pemungkin (enabling factors)

Faktor ini mencakup ketersediaan sumber daya

kesehatan, keterjangkauan pelayanan kesehatan,

keterjangkauan petugas kesehatan, dan cara menyampaikan

informasi. Informasi yang di terima individu dapat

menyebabkan perubahan sikap maupun perilaku pada diri

individu tersebut (sunaryo, 2009).

Menurut Notoatmodjo (2008), menyatakan bahwa

sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi

perantara dalam menyampaikan suatu informasi, media

informasi untuk komunikasi massa. Sumber informasi dapat

di peroleh melalui media cetak atau surat kabar dan majalah,

media elektronil (televisi, radio, internet) dan melalui

kegiatan tenaga kesehatan seperti pelatihan yang di adakan

oleh Dokter, perawat, dan bidan.

3) Faktor penguat (reinforcing factors)

39
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh

masyarakat (toma), toko agama (toga), sikap dan perilaku

para petugas termasuk petugas kesehatan.

Menurut Bloom derajat kesehatan (sehat-sakit)

seseorang sangat dipengaruhi oleh empat hal, yaitu:

Lingkungan, kelengkapan fasilitas kesehatan, perilaku dan

genetika. Dari beberapa faktor tersebut, perilakumerupakan

faktor terbesar yang mempengaruhi kesehatan seseorang

(Notoatmodjo, 2010).

A. KERANGKA TEORI

Kerangka teori yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel

berikut
Sanitasi
Lingkungan
Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat
40
Upaya-upaya untuk menciptakan Faktor- faktor yang mempengaruhi program
lingkungan yang baik adalah sanitasi total berbasis Masyarakat (STBM)
1. Mengembangkan kebiasaan 1. Sumber daya finansial dan sumber daya
atau perilaku hidup sehat manusia
2. Membersihkan ruangan 2. Sarana prasarana
dan halaman rumah secara 3. Pengetahuan
rutin 4. Perilaku
3. Membersihkan kamar 5. sikap
mandi dan toilet
4. Menguras, menutup dan
menimbun.
Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
5. Tidak membiarkan adanya
air yang tergenang
6. Membersihkan saluran
pembuangan air
7. Menggunakan air yang
bersih

Stop Cuci Tangan Pengelolaan Air Pengelolaan Air


BABS` Pakai Sabun Minum RT & Pengelolaan
Sampah RT Limbah RT
Makanan Sehat
B. KERANGKA KONSEP
Faktor- faktor Yang Mempengaruhi
Ketidakcapaian program Sanitasi total
Variabel Independen Variabel Dependen
berbasis Masyarakat
1. Sumber daya finansial dan
sumber daya manusia Ketidakcapaian program Sanitasi
2. Sarana prasarana Total Berbasis Masyarakat
3. Pengetahuan
4. Perilaku
41
5. sikap
Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Sumber ( Soekidjo Notoatmodjo, 2010)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Literatur Riview

42
Literatur review adalah bahan yang tertulis berupa buku, jurnal yang

membahas tentang topik yang hendak diteliti. Literatur review membantu

peneliti untuk melihat ide-ide, pendapat dan kritik tentang topik tersebut

yang sebelumnya telah dibangun dan dianalisi oleh para ilmuwan

sebelumnya. Pentingnya Literatur review untuk melihat dan menganalisa

nilai tambah penelitian dibandingkan dengan penelitian-penelitian

sebelumnya (Semiawan, 2010).

Kajian literatur atau literatur riview merupakan langka pertama dan

penting dalam penyusunan sebuah rencana penelitian. Kajian literatur

adalah satu penelusuran dan penelitian kepustakaan dengan membaca

berbagai buku, jurnal dan terbitan-terbitan lain yang berkaitan dengan

topik penelitian, untuk menghasilkan satu tulisan berkenan dengan satu

topik atau isyu tertentu (Marzali, 2017). Literatur Review didefenisikan

sebagai proses mengidentifikasi, menilai dan menafsirkan semua bukti

penelitian yang tersedia dengan tujuan untuk memberikan jawaban untuk

pertanyaan penelitian tertentu (Latifah & Ritonga, 2020).

B. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Literatur

Review, yaitu penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi

43
dan data yang ada di perpustakaan seperti buku referensi, hasil penelitian

sebelumnya yang sejenis, artikel, catatan, skripsi serta berbagai jurnal

yang berkaitan dengan masalah atau penelitian yang akan dilakukan.

Kegiatan dilakukan secara sistematis untuk mengumpulkan, mengolah,

dan menyimpulkan data dengan menggunakan metode atau teknik tertentu

guna mencari jawaban atas permasalahan yang dihadapi (Sari, 2020)

C. Tahapan literatur review

Menurut (Okoli, 2015) penelitian yang menggunakan metode literatur

riview ada beberapa tahapan yang dilakukan yaitu :

1. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat adanya faktor-

faktor yang mempengaruhi ketidakcapaian program sanitasi total

berbasis masyarakat.

2. Pencarian data

Dalam penelitian sumber pustaka yang digunakan adalah jurnal,

buku, skripsi, artikel, yang berkaitan dengan penelitian yang

dilakukan, sumber penyediaan jurnal yang terkait. Adapun kata kunci

pencarian mencakup kata sanitasi.Sumber penyediaan jurnal yang

terkait yaitu menggunakan Google Scolar yang dapat diakses secara

bebas ataupun tidak.

3. Screening

44
Kriteria inklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah jurnal

kesehatan dengan kata kunci faktor-faktor yang mempengaruhi

ketidakcapaian program sanitasi total berbasis masyarakat, serta

rentang tahun terbit jurnal yang digunakan mulai dari tahun 2010-

2020. Pemilihan jurnal yang terkait dengan penelitian yaitu dengan

metode Cross sectional.Data diperoleh dari jurnal nasional dan

internasional menggunakan Google scolar.

4. Penilaian kualitas

Penilaian kualitas pada metode Literatur Review yang dimaksud

adalah kriteria eksklusi yang dapat membatalkan data atau jurnal yang

sudah didapat untuk dianalisa lebih lanjut. Pada penelitian ini kriteria

eksklusi yang digunakan yakni jurnal penelitian dengan topik faktor-

faktor yang mempengaruhi ketidakcapaian program sanitasi total

berbasis masyarakat, serta jurnal penelitian yang terbitnya sebelum

tahun 2010.

5. Ekstrasi data

Ekstraksi data dapat dilakukan jika semua data yang telah

memenuhi syarat telah diklasifikasikan untuk semua data yang ada.

Setelah proses screening dilakukan maka hasil dari ekstraksi data ini

dapat diketahui pasti dari jumlah awal data yang dimiliki berapa yang

masih memenuhi syarat untuk selanjutnya di analisa lebih jauh.

6. Analisa data
45
Dalam penelitian ini setelah melewati tahapan screening sampai

dengan ekstraksi data maka analisa dapat dilakukan dengan

menggabungkan semua data yang memenuhi persyaratan inklusi

menggunakan teknik baik secara kuantitatif, kualitatif atau keduanya.

Pada penelitian ini peneliti akan menggunakan teknik analisa data

yakni secara kualitatif.

D. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi yang digunakan oleh peneliti ini adalah jurnal

nasional dan jurnal internasional terindeks sinta yang telah melalui

masa screening dan masuk dalam kriteria inklusi yang telah ditetapkan

yakni jurnal yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi

ketidakcapaian program sanitasi total berbasis masyarakat.serta

dengan jurnal dalam rentang waktu 2010-2020.

2. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak

10 jurnal penelitian terkait, dengan beberapa kriteria sebagai berikut :

a. Kriteria inklusi

1) Jurnal nasional dan internasional yang membahas faktor-faktor

yang mempengaruhi ketidakcapaian program sanitasi total

berbasis masyarakat.

2) Tahun terbit jurnal dalam rentang waktu 2010-2020.


46
3) Jurnal yang diakses secara penuh (full text).

b. Kriteria eksklusi

1) Jurnal nasional atau internasional yang tidak membahas faktor-

faktor yang mempengaruhi ketidakcapaian program sanitasi total

berbasis masyarakat.

2) Tahun terbit jurnal dibawah tahun 2010

3) Jurnal tidak dalam bentuk full text.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

1. Karakteristik studi

47
Dalam penelitian Literatur Riview ini menggunakan 10 artikel

penelitian dimana artikel yang digunakan sesuai dengan kriteria inklusi

yaitu judul yang membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

ketidakcapaian program sanitasi total berbasis masyarakat dengan tahun

terbit dalam rentang waktu 2010-2020. Kriteria inklusi dalam pemilihan

artikel penelitian ini juga merupakan program sanitasi total berbasis

masyarakat. Artikel penelitian yang digunakan dalam penelitian studi

literatur adalah penelitian-penelitian yang bersifat Non eksperimental dan

metode korelasional atau metode untuk melihat hubungan antara variabel

dengan pendekatan Cross Sectional. Dari 10 artikel yang digunakan dalam

penelitian literatur riview ini jumlah responden tertinggi adalah 196

responden dan terendah adalah 5 responden. Dari artikel-artikel penelitian

yang digunakan dalam penelitian yaitu 10 artikel penelitian menemukan

bahwa adanya faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakcapaian program

sanitasi total berbasis masyarakat.

2. Karakteristik responden

Karakteristik responden dari penelitian literatur review ini adalah

petugas penanggung jawab STBM di Puskesmas, Kepala Puskesmas, dan

Kepala Desa.

48
49
Tabel Hasil Pencarian
No Nama Nama jurnal Judul jurnal Metode Hasil Database
Volume, (populasi,intervensi,
Angka perbandingan)
1 Aida Fitria Jurnal Implementasi P : Populasi dalam Ketidakberhasilan Program Google Scholar
Zahrina, Administrasi Program Gerakan penelitian ini adalah STBM dipengaruhi oleh sumber
Suryadi, Publik (JAP), Sanitasi Berbasis masyarakat Desa Perning, daya finansial (Dana) dan
Suwondo Vol.3 No.11 Masyarakat Kecamatan Jatikalen, sumber daya manusia
(2015) Dalam Kabupaten Nganjuk
Pengendalian I : wawancara, dokumentasi
Lingkungan P : hasil penelitian
(Studi Kasus menunjukan
pada Desa bahwaimplementasi program
Perning, gerakan sanitasi berbasis
Kecamatan masyarakat telah
Jatikalen, dilaksanakan secara
Kabupaten maksimalmelalui peran aktif
Nganjuk) dan partisipasi masyarakat
serta dukungan dari
pemerintah desa dan
kelompokpelaksana
program, hal tersebut
ditunjukan berdasarkan data
peningkatan yangsignifikan
berdasarkan adanya program
gerakansanitasi berbasis
masyarakat
tersebut.Berdasarkan data
baseline 8,51 % menjadi 0
%,
dan akses jamban semi

50
permanen dari 129meningkat
318. Faktor-faktor yang
mempengaruhi, yaitu antara
lain faktorpendukung yang
meliputi adanya sumber
daya manusia yang
profesional, dan adanya
sanksi
hukum, kesadaran
masyarakat yang partisipatif,
sedangkan faktor
penghambat yaitu meliputi
sumber daya finansial dan
sumber daya waktu untuk
pembangunan jamban
sehat/sanitasi.
2 Farouk Ilmid Jurnal Evaluasi Program P : populasi dan sampel Pelaksanaan Program Sanitasi Google Scholar
Davik Administrasi Sanitasi Total dalam penelitian ini adalah Total Berbasis Masyarakat Pilar
Kesehatan Berbasis 26 petugas kebersihan Stop BABS di Puskesmas
Indonesia Masyarakat Pilar puskesmas di Probollinggo Kabupaten Probolinggo masih
(JAKI), Vol.4 Stop BABS di I : wawancara, Dokumentasi belum berhasil. Karena
No.2 (2016) Puskesmas P : Hasil penelitian masyarakat masih BABS, dan
Kabupaten menunjukkan proses belum mempunyai
Probolinggo perencanaan masih buruk, jamban/kakus. Faktor
pencatatan dan pelaporan penghambat program ini adalah
juga baik, dan proses anggaran sumber daya finansial
pendampingan dan advokasi (Dana).
program masih buruk. Faktor
penghambat program ini
adalah anggaran sumber
daya finansial (Dana).

51
3 Maria Sophia Indonesian Peran Pemerintah P : populasi dalam penelitian pemerintah pekon telah http://ejournal.u
Muaja, Odi Journal of dalam ini yaitu 5 informan menjalankan peranannya dalam nsrat.ac.id
Roni Public Health Implementasi I : wawancara, dokumentasi pelaksanaan pilar pertama
Pinontoan, and Program Sanitasi P : Hasil penelitian STBM melalui pembentukan
Oksfriani Jufri Community Total Berbasis menunjukkan bahwa peran peraturan khusus tentang
Sumampouw Medicine Masyarakat Stop pemerintah (kabupaten, pelaksanaan pilar pertama di
(IJPHCM), Buang Air Besar kecamatan dan desa) yaitu tingkat pekon, melakukan
Vol.1 No.3 Sembarangan pelaksana kegiatan orientasi pemicuan dan pendampingan
(2020) pembuatan media promosi kepada masyarakat, serta
dan kegiatan pelatihan, penyediaan dana pinjaman
pengangguran, pelaporan pembangunan sarana jamban
dan pengkoordinasian pribadi masyarakat.
pelaksanaan program
STBM.
4 Yulis Unnes Journal Kajian Strategi P : populasi dalam penelitian Hasil penelitian yang dilakukan Research Gate
Indriyani, of Public Promosi ini adalah Informan Utama di Kelurahan Tirto Kecamatan
Yuniarti, Rr Health Kesehatan (Pelaksana BKM, Seksi Pekalongan Barat Kota
Vita Nur Latif (UJPH), Vol.5 Sanitasi Total Kesmas & Tokoh Pekalongan tentang strategi
No.3 (2016) Berbasis Masyarakat, Natural Leader, promosi kesehatan STBM
Masyarakat dan Kader STBM) dan adalah strategi advokasi lima
(STBM) Informan Triangulasi pilar STBM yang diupayakan
Kelurahan Tirto (Warga Kelurahan Tirto dan oleh Kelurahan Tirto belum
Kecamatan Sanitarian Puskesmas Tirto) menuai capaian secara
Pekalongan Barat I : wawancara, dokumentasi maksimal pada pilar stop BABS
Kota Pekalongan P : Pencapaian lima pilar dan pilar pengelolaan limbah
STBM di Kelurahan Tirto cair rumah tangga secara aman.
belum maksimal yaitu pada Konsistensi komitmen yang
pilar stop BABS dan pilar tegas belum
pengelolaan limbah cair diterapkan bagi pelaku yang
rumah tangga secara aman. mengalirkan pembuangan feses

52
Hambatan yang ke sungai.
mempengaruhi diantaranya
belum diterapkan tindakan
tegas bagi pelaku
pembuangan feses ke sungai,
belum adanya pelatihan
teknis STBM bagi tokoh
masyarakat, metode CLTS
bersifat terbatas di satu RW,
dan masyarakat Kelurahan
Tirto belum mengoptimalkan
swadaya untuk menambah
septic tank dan bak
penampungan air limbah.

5 Musrifah, Gita Jurnal Pemicuan STBM P : populasi dalam penelitian Adanya perbedaan pengetahuan http://ejournal.u
Rosa Pemberdayaan Pilar CTPS pada ini adalah masyarakat RT 03 antara sebelum dan sesudah nsrat.ac.id
Damayanti, : Publikasi Masyarakat di dan RT 11 Dusun dilakukannya penyuluhan dan
Nia Octa Hasil Dusun Pringgolayan dampaknya yaitu warga
Wardani, Pengabdian Pringgolayan I : kuesioner, penyuluhan menjadi lebih paham mengenai
Miftahul Kepada P : Hasil penelitian pilar II STBM yaitu mengetahui
Zannah Masyarakat, menunjukkan bahwa adanya cara cuci tangan dengan benar
Cahyani Putri, Vol.4 No.2 perbedaan hasil pre-postest mengeathui penyakit berbasis
Sheila Savitri, (2020) yang diberikan kepada kesehatan lingkungan yang
Afifah Nur masyarakat. mudah terjadi akibat dari
Salsabila, hiegene dan sanitasi yang
Aulia Puspa buruk.
Arini
Basyarah
6 Moh Fajar Universitas Dampak Program P : populasi dalam penelitian Program Sanitasi Total Google Scholar

53
Nugraha Airlangga: Sanitasi Total ini adalah masyarakat di Berbasis Masyarakat
Kebijakan dan Berbasis Desa Gucialit Kecamatan (STBM) Pilar Pertama telah
Manajemen Masyarakat Gucialit Kabupaten membawa dampak positif
Publik, Vol.3 (STBM) Pilar Lumajang bagi masyarakat di Desa
No.2 (2015) Pertama di Desa I : wawancara, dokumentasi
Gucialit Kecamatan Gucialit
Gucialit P : Hasil temuan data
Kecamatan menunjukkan bahwa
Kabupaten Lumajang, dapat
Gucialit pencapaian program Sanitasi dilihar dari berbagai aspek,
Kabupaten Total Berbasis Masyarakat seperti perubahan kondisi
Lumajang (STBM) di Desa Gucialit fisik, lingkungan, sosial,
Kecamatan Gucialit kesehatan, dan budaya,
Kabupaten Lumajang telah
memenuhi indikator
penilaian masyarakat ODF
pilar pertama yaitu STOPS
yang dimiliki Puskesmas
Gucialit.
7 Eri Trinurini Jurnal Pelayanan P : populasi dalam penelitian Pemikiran pembangunan Google Scholar
Adhi Analisis Sanitasi Buruk: ini adalah masyarakat di sanitasi mengubah paradigma
Sosial Vol. 14 Akar Dari enam kota yaitu Surakarta, dari mengatasi menjadi
No. 2 Kemiskinan Blitar, Denpasar, mencegah timbulnya masalah.
September Banjarmasin, Payakumbuh, Apabila cara berpikir seperti ini
2009 dan Jambi dimiliki oleh kelompok miskin,
I : dokumentasi maka mereka dapat mengelola
P : Hasil temuan data kehidupan secara lebih
menunjukkan bahwa sumber terencana, bukan sekadar
masalah tersendatnya mengatasi satu masalah ke
pembangunan sanitasi di masalah berikutnya. Cara
Indonsia adalah tidak adanya berpikir seperti ini akan dapat
kesadaran masyarakat dan diterapkan di segala jenis
elite politik untuk aktivitas baik kegiatan ekonomi,

54
memperbaikinya. Keadaan sosial, maupun budaya. Pada
seperti ini telah berjalan intinya hanya diperlukan
melalui beberapa periode perubahan kecil dan tidak mahal
pemerintahan. Dampak dari yang dapat dilakukan setiap
ketidakpedulian tersebut individu dan anggota
adalah rendahnya akses masyarakat untuk mengubah
terhadap sanitasi dasar, kondisi sanitasi ke arah lebih
rendahnya kesadaran baik, yaitu perubahan prilaku
terdahap dampak yang masyarakat.
diakibatkan oleh sanitasi
buruk
8 Khoiron dan Buletin Perilaku P : populasi dalam penelitian Program Sanitasi Total Berbasis Google Scholar
Dewi Penelitian Masyarakat ini adalah masyarakat di Masyarakat (STBM) Pilar
Rokhmah Sistem Dalam Desa Gucialit Kecamatan Pertama telah membawa
Kesehatan – Pengelolaan Gucialit Kabupaten dampak positif bagi masyarakat
Vol. 18 No. 2 Sanitasi Lumajang di Desa Gucialit Kecamatan
April 2015 Lingkungan I : wawancara, dokumentasi Gucialit Kabupaten Lumajang,
Pemukiman Di P : Hasil temuan data dapat dilihar dari berbagai
Perkebunan Kopi menunjukkan aspek, seperti perubahan
Kabupaten bahwasebagian besar kondisi fisik, lingkungan, sosial,
Jember responden memiliki kesehatan, dan budaya,
pengetahuan, sikap dan
perilaku tentang sanitasi
yang sedang. Masih terdapat
responden yang memiliki
perilaku yang buruk tentang
sanitasi lingkungan. Hal ini
ditunjukkan dengan sebagian
besar responden tidak
memiliki sumur, tidak
memiliki jamban serta kamar

55
mandi di rumah. Separuh
dari yang tidak memiliki
jamban, BAB di sungai dan
di kebun. Selain itu,
sebagian besar responden
memiliki rumah yang
kondisinya tidak sehat.

9 Windy Jurnal Dunia Faktor Yang P : Populasi dan Sampel Ketidakberhasilan Program Google Scholar
Febriani, Kesmas, Vol.5 Mempengaruhi dalam penelitian ini adalah STBM dipengaruhi oleh
Samino No.3 (2016) Perubahan 394 Kepala Keluarga (KK) akses/ketersediaan sanitasi,
Samino, Perilaku Stop I : Kuesioner sikap dan perilaku masyarakat
Nurhalina Sari Buang Air Besar P : hasil penelitian di Desa Sumbersari Kota Metro
Sembarangan menunjukkan berdasarkan 2016.
(BABS): Studi distribusi variabel, dapat
Pada Program diketahui bahwa dari seluruh
STBM di Desa responden di desa
Sumbersari Sumbersari terdistribusi
Metro Selatan akses/ketersediaan sanitasi
2016 sebanyak 196 responden
(100%) sudah memiliki
akses, pengetahuan rendah
sebanyak 35 orang (17,8%),
dukungan kelompok social

56
positif sebanyak 197
responden (100%), sikap dan
keyakinan yang negatif
sebanyak 7 responden
(3,6%). Sementara di desa
Purwoasri
akses/ketersediaan sanitasi
tidak ada sebanyak 125
orang (63,5%), pengetahuan
rendah sebanyak 122 orang
(61,9%), dukungan
kelompok sosialyang negatif
sebanyak 91 orang (46,2%),
sikap dan keyakinan untuk
berubah yang negatif
sebanyak 104 orang
(52,8%).
10 Arin Nandita, Jurnal Faktor-Faktor P : Populasi dalam Faktor-Faktor yang Google Scholar
Titik Respati, Integrasi yang penelitian ini yaitu 5 Memengaruhi Pilar Stop
Fahmi Arief Kesehatan dan Memengaruhi informan Buang Air Besar
Sains, Vol.2 Pilar Stop Buang I : wawancara Sembarangan pada Program
No.1 (2020) Air Besar P : Hasil penelitian Sanitasi Total Berbasis
Sembarangan menunjukkan dari 13 desa di
Masyarakat di Puskesmas
pada Program wilayah kerja Puskesmas
Sanitasi Total Cikalong Kabupaten Cikalong Kabupaten
Berbasis Tasikmalaya, semua desa Tasikmalaya, yaitu masalah
Masyarakat di telah berstatus ODF dan lingkungan, pelaksanaan
Puskesmas faktor yang mempengaruhi program, dan output program
Cikalong program STBM pilar
Kabupaten pertama diantaranya masalah
Tasikmalaya lingkungan, pelaksanaan

57
program, dan output
program

58
B. PEMBAHASAN

1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakcapaian Program Sanitasi

Total Berbasis Masyarakat (STBM)

Berdasarkan hasil penelitian dari 10 jurnal ditemukan bahwa terdapat

faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakcapaian program sanitasi total

berbasis masyarakat.

Beberapa Faktor yang menjadi penghambat dalam program Sanitasi

Total Berbasis Masyarakat (STBM) sehingga dapat mempengaruhi

ketidakcapaian program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

a. Sumber Daya Finansial (Dana) dan Sumber Daya Manusia

Faktor pendukung dari impelementasi program gerakan

sanitasi berbasis masyarakat sendiri yaitu adanya dukungan

sumber daya manusia yang profesional sehingga dapat

menentukan kesuksesan pencapaian dari tujuan program tersebut.

(Nuryani, 2018:6).

Faktor penghambat dari implementasi program gerakan

sanitasi berbasis masyarakat salah satunya adalah keterbatasan

sumber daya finansial. Ketidakadaan sumber daya finansial atau

dana seringkali dijadikan alasan oleh masyarakat (Nugraha, 2015).

Selanjutnya ketiadaan waktu yang seharusnya menjadi faktor

pendukung dalam implementasi suatu program. Ketiadaan waktu

59
untuk melakukan pembangunan sanitasi atau jamban sehat

seringkali dijadikan alasan masyarakat dalam pembangunan

sanitasi di lingkungan.

Hal ini sejalan dengan penelitian Arin Nandita (2020 : 33),

tentang Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pilar Stop Buang Air

Besar Sembarangan pada Program Sanitasi Total Berbasis

Masyarakat yang mengatakan bahwa pelaksanaan program ODF

ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah sumber

daya manusia atau pihak yang terkait dalam pelaksanaan program

ODF.

Begitu juga dengan penelitian Windy Febriani (2016 : 125)

tentang Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Perilaku Stop

Buang Air Besar Sembarangan (BABS), bahwa keberhasilan

Program STBM belum terlaksana dengan baik di Desa Purwoasri

karena masih sebanyak 46.2% diperoleh dukungan negatif dari

natural leader dan tokoh masyarakat, pelaksanaan program STBM

tidak mendapatkan dukungan secara menyeluruh. Artinya, dapat

dikatakan bahwa pelaksanaan program STBM tidak tercapai

karena sumber daya manusia yang kurang terhadap dukungan

sosial.

Maria Sophie Muaja (2020 : 29) menyebutkan bahwa faktor

penghambat program yaitu akses informasi masyarakat terhadap

60
program yang berkaitan dengan san itasi yang melibatkan

masyarakat, terdapat banyak faktor yang mempengaruhi

pelaksanaan program tersebuut mulai dari pemerintah lokal, agen

pelaksana program, ketersediaan sumber daya, partisipasi

masyarakat hingga faktor lingkungan, ekonomi dan sosial politik.

Dapat disimpulkan bahwa Stop buang air besar sembarangan

adalah kondisi setiap individu didalam suatu komunitas tidak lagi

melakukan perilaku buang air besar sembarangan yang berpotensi

menularkan penyakit. Perilaku Stop-BABS diikuti dengan

pemanfaatan sarana sanitasi yang saniter berupa jamban sehat.

Kondisi ketika setiap individu dalam suatu komunitas tidak

membuang air besar di ruang terbuka atau di sembarang tempat.

b. Sarana Prasarana

Masyarakat sangat memerlukan sarana dan prasarana atau

fasilitas kesehatan seperti air bersih, tempat pembuangan sampah,

dan tempat pembuangan tinja. Sarana dan prasarana sangat

mendukung untuk berperilaku hidup sehat. Selain sarana dan

prasarana juga di perlukan sikap, kesadaran serta kemauan

masyarakat untuk berperilaku sehat.

Sarana dan prasarana adalah peralatan yang digunakan untuk

mendukung pelaksanaan kegiatan plaksanaan program sanitasi

61
total berbasis masyarakat sehingga dapat meningkatkan perilaku

hidup bersih dan sehat masyarakat ( Sutiyono, 2014).

Ketiadaan sarana menjadi salah satu faktor yang menyebabkan

terjadinya ketidakcapaian program sanitasi total berbasis

masyarakat (Iga Maliga, 2019:56). Sebaliknya, ketersediaan

sarana dan prasaran sosial yang lengkap akan menjadi alasan

penduduk untuk bertempat tinggal pada wilayah tersebut. Salah

satu prasarana dasar yang menjadi perhatian dalam pembangunan

dan mendapatkan pengaruh langsung akibat kepadatan penduduk

yang tinggi yaitu prasarana sanitasi. Apabila dibandingkan dengan

komponen-komponen prasarana lain seperti jaringan jalan,

jaringan listrik, jaringan telekomunikasi dan persampahan, maka

prasarana sanitasi adalah prasarana yang tidak banyak bergantung

pada sistem pelayanan.

Berdasarkan hasil penelitian Arin Nandita (2020) dalam artikel

yang berjudul Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pilar Stop Buang

Air Besar Sembarangan pada Program Sanitasi Total Berbasis

Masyarakat di Puskesmas Cikalong Kabupaten Tasikmalaya,

menunjukkan bahwa Program STBM Pilar Stop Buang Air Besar

Sembarangan (ODF) dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu

a) masalah lingkungan;

b) pelaksanaan program; dan

62
c) output program.

Masalah lingkungan dipengaruhi oleh 4 faktor utama, salah

satunya yaitu sarana dan prasarana. Adapun, ketersediaan

sarana fisik seperti (pembuatan leaflet dan banner) dan sarana

non-fisik seperti (penyuluhan dan edukasi); kendala saat

pelaksanaan program, tidak terdapat jamban atau sarana yang

layak dan baik untuk buang air besar (Arin Nandita 2020 : 33).

Pengamanan limbah cair rumah tangga merupakan pilar 5

STBM. Terdapat beberapa hal yang menghambat capaian pilar

tersebut, salah satunya yaitu sebagian kecil masyarakat saja

yang memiliki bak penampung limbah cair rumah tangga

sebagai filter limbah secara tradisional sebelum dialirkan ke

sungai. Masyarakat lainnya tidak memiliki bak penampung.

Artinya, penyediaan sarana prasarana bak penampung milik

pribadi sangat minim. (Yulis Indriyani, 2016 : 246).

Permasalahan-permasalahan dalam upaya implementasi 5

pilar STBM secara total disebutkan dalam penelitian antara

lain faktor Sarana, yaitu belum semua desa/kelurahan di daerah

tertentu terbentuk bank sampah/sejenisnya sebagai sarana

pendukung penanganan sampah domestik ditingkat rumah

tangga dan lain-lain.

63
Dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi program STBM pilar pertama yaitu Masyarakat

agar ikut juga berpatisipasi melengkapi sarana dan prasarana

penunjang jamban keluarga yang sudah dibantu oleh

pemerintah atau pihak lain, supaya jamban tersebut menjadi

jamban sehat yang layak. Masyarakat diharapkan untuk

menjalankan pola hidup yang sesuai dengan PHBS di rumah

tangga.

c. Pengetahuan

Pengetahuan masyarakat dalam pelaksanaan sanitasi total

berbasis masyarakat pilar pertama adalah untuk mengetahui

seberapa besar masyarakat mengetahui sanitasi total berbasis

masyarakat pilar pertama stop buang air besar sembarangan.

Dalam tingkatan pengetahuan terdiri dari beberapa tingkatan salah

satunya adalah tahu. Tahu adalah sebagai suatu yang telah di

pelajari sebelumnya, termasuk pengetahuan dalam tingkatan ini

adalah meningat kembali dari semua bahan yang telah di pelajari

(Notoatmadjo,2013).

Berdasarkan hasil penelitian Windy Febriani(2016 : 125)

tentang sanitasi total berbasis masyarakat, menemukan bahwa

masyarakat di suatu desa sudah memiliki pengetahuan yang baik

tentang pelaksanaan program STBM, hal tersebut dibuktikan dari

64
jawaban responden yang sebagian besar sudah memahami tentang

pengertian buang air besar sembarangan, dampak dari buang air

besar sembarangan dan pengertian dari program STBM itu sendiri,

walaupun masih ada masyarakat yang masih tidak tahu tentang

jarak penampungan tinja dari sumber air bersih dan ketersediaan

dana/subsidi dari kegiatan STBM, hal itu dikarenakan

masyarakatnya sendiri yang memang tidak tahu dan tidak mencari

tahu dari sumber yang jelas mengenai perihal tersebut.

Dalam penelitian Arin Nandita (2020:33) tentang Faktor-

Faktor yang Memengaruhi Pilar Stop Buang Air Besar

Sembarangan (BABS), mengatakan bahwa pengetahuan

masyarakat masih kurang dalam mengetahui, dampak dari buang

air besar sembarangan.

Kemudian, pengetahuan yang memadai tentang sanitasi

makanan dan minuman akan sangat mempengaruhi higiene

pengolah makanan, keamanan proses pengolahannya, serta

kualitas makanan yang dihasilkan. Hal yang menjadi salah satu

faktor ketidakcapaiannya adalah pengetahuan, karena pengetahuan

masyarakat tentang sanitasi makanan dan minuman belum

memadai. Terdapat juga hasil penelitian Arin Nandita 2020:33)

yang mengatakan bahwa Para pemilik bak penampung limbah cair

rumah tangga pun minim pengetahuan tentang tata letak antara

65
saluran pembuangan/bak limbah cair dengan sumur resapan harus

berjauhan. Sebab jika hal tersebut tidak dilakukan dapat menjadi

tempat perindukan virus penyebab penyakit bahkan air sumur

dapat tercemar.

Dengan kata lain, pengetahuan dapat memicu kesadaran

masyarakat menjadi minim dan menjadi titik masalah dari

ketidakcapaian pilar 5 STBM saat ini. Terdapat masyarakat di

suatu desa belum memahami betul akan dampak jika mengalirkan

limbah tersebut secara sembarangan (dapat mencemari sungai dan

menimbulkan penyakit) dan kesadaran untuk memelihara Saluran

Pembuangan Air Limbah (SPAL) juga masih minim. Kesadaran

dan komitmen masyarakat dalam penanganan air limbah harus

dibangun atas dasar pemahaman yang benar tentang pentingnya

pengelolaan air limbah (Yulis Indriyani, 2016).

Selain strategi-strategi yang belum maksimal, kesadaran

masyarakat yang rendah menjadi faktor pencetus terhambatnya

capaian status ODF. Hasil penelitian (Musfirah, 2020:211) tentang

Pemicuan STBM Pilar CTPS, pelaksanaan STBM Pilar II yaitu

Cuci Tangan Pakai Sabun juga belum tercapai dengan baik,

disebabkan karena kurangnya pengetahuan tentang cuci tangan

dengan benar, sehingga dapat menjadi faktor utama tidak

terlaksananya pilar yaitu Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) .

66
Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang

STBM di puskesmas bagi pemegang program STBM, agar

berhasil untuk STOP BABS, dengan mengaktifkan aparat desa

dan jajaranya, dan meningkatkan pengetahuan dan dukungan

masyarakat serta peningkatan akses kepada masyarakat dengan

memberikan penyuluhan tentang STBM.

d. Perilaku

Perubahan perilaku masyarakat dalam stop buang air besar

sembarangan dilakukan melalui pemicuan untuk mendorong

masyarakat memiliki jamban sehat sehingga tidak buang air besar

sembarangan.

Perilaku adalah suatu respon organisme atau seseorang

terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut. Perilaku dapat

diartikan sebagai suatu aksi reaksi organisme terhadap

lingkungannya. Perilaku dapat terjadi apabila ada sesuatu yang di

perlukan untuk menimbulkan reaksi yakni yang di sebut

rangsangan.

Penelitian Windy Febriani (2016) tentang Faktor Yang

Mempengaruhi Perubahan Perilaku Stop BABS, Hasil penelitian

menunjukan bahwa dari seluruh responden terdistribusi bahwa

yang masih berperilaku BABS sebanyak 109 orang (55,8%). Hal

tersebut dikarenakan masyarakat Desa Purwoasri lebih memilih

67
BABS di sungai yang mereka katakan lebih praktis bila

dibandingkan di jamban dikarenakan perilaku masyarakat yang

terbiasa buang air besar sembarangan/tidak di jamban. Damrin

(2016) mengatakan hal ini berkaitan pula dengan factor social

budaya yaitu:

a) perkembangan ilmu pengetahuan yang terhambat

b) kebutuhan dasar kehidupan manusia (air)

c) kebiasaan masyarakat

d) karakteristik wilayah Dinas Kesehatan

Dalam penelitian (Farouk 2016) tentang Evaluasi Program

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Pilar Stop BABS , hasil

penelitianya mengatakan bahwa belum tercapainya target STBM

mengindikasikan bahwa kinerja petugas sanitasi puskesmas dan

partisipasi dalam pelaksanaan program STBM pilar stop BABS

masih belum optimal. Petugas sanitasi puskesmas belum

seluruhnya membentuk fasilitator STBM tingkat desa, hal ini

dapat menjadi kendala dalam keberhasilan program STBM.

Berdasarkan hasil penelitian (Farouk 2016) faktor yang menjadi

penghambat program STBM pilar stop BABS adalah faktor sosial-

budaya, masyarakat menjadi penyebab tidak tercapainya akses

sanitasi jamban sehat, hal ini dikarenakan kebiasaan atau tradisi

68
masyarakat yang turun temurun lebih memilih/menyukasi BAB di

sungai daripada di jamban (Farouk Ilmid Davik, 2016:107).

Permasalahan-permasalahan dalam upaya implementasi 5 pilar

STBM secara total antara lain faktor perilaku dan kesadaran

masyarakat terkait kesehatan lingkungan masih kurang.

Kesuksesan program STBM ditentukan oleh kesadaran dan

kemampuan masyarakat karena ini menyangkut perilaku dan

kebiasaan masyarakat. Pencapaian program tersebut dapat dilihat

dari perbedaan antara kondisi sebelum pelaksanaan program

dengan kondisi sesudah pelaksanaan program.

Dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi

pelaksanaan stop buang air besar sembarangan yaitu Perilaku

masyarakat BABS terutama yang tidak memiliki jamban, sehingga

perlu peningkatan jamban yang sehat. Dimana kegiatannya

diarahkan pada perubahan perilaku dari Buang Air Besar

Sembarangan (BABS) menuju pada suatu tempat tertentu

(jamban/kakus) sekalipun hanya dalam bentuk yang paling

sederhana berupa lubang atau galian yang diberi tempat jongkokan

sampai kepada WC yang mewah yang dapat mencegah terhadap

bau yang tidak sedap, pencemaran terhadap sumber-sumber air

bersih serta keterjangkauan lalat yang dapat menyebabkan

penyakit berbasis lingkungan misalnya saja penyakit diare.

69
e. Sikap

Masyarakat mulai merubah perilaku setelah dilakukan kegiatan

pemicuan sanitasi total berbasis masyarakat. Sikap adalah respon

tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, baik yang

bersifat intern maupun ekstern, sehingga manifestasinya tidak dapat

langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari

perilaku yang tertutup tersebut. Sikap secara realitas menunjukan

adanya kesesuaian respons terhadap stimulus tertentu.

Sikap adalah menempatkan suatu objek ke dalam skala positif-

negatif. Atas dasar penempatan pada dimensi penilaian itulah, orang

melakukan tingkah laku selanjutnya terhadap objek dimaksud.

Dalam hal ini, sikap penerimaan atau penolakan dalam suaut proses

preferensi didasarkan atas pilihan-pilihan prioritas yang mana

pilihan tersebut didasarkan faktor-faktor eksternal dan internal yang

melingkupinya.

Hasil penelitian Windy Febriani (2016) menyatakan masih ada

masyarakat yang meyakini dan bersikap bahwa BABS memberikan

kenyamanan yang sama dengan BAB di jamban. Adanya sikap

tersebut dikarenakan struktur sosial masyarakat yang heterogen dan

keyakinan masyarakat yang berbeda, mereka masih banyak

meyakini hal-hal yang diajarkan oleh orang tuanya dulu bahwa

70
BAB sembarangan hal yang normal dalam masyarakat. Berdasarkan

uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa program STBM di Desa

Purwoasri belum dapat berjalan dengan baik.

Damrin (2016) menyebutkan bahwa terdapat 3 faktor yang

mempengaruhi pelaksanaan program STBM, hasil penelitian

menunjukkan salah satu faktornya adalah faktor sikap masih

minimnya komitmen para pengambil kebijakan hingga ketingkat

paling bawah.

Menurut Walgito (1999 : 23), sikap individu terhadap

lingkungannya dapat berupa, Individu menolak lingkungannya,

yaitu bila individu tidak sesuai dengan keadaan lingkungannya.

Individu menerima lingkungan bila keadaan lingkungan cocok

dengan keadaan individu.

Dapat disimpulkan bahwa ketidakberhasilan program sanitasi

total berbasis masyarakat dipengaruhi oleh sikap masyarkat yang

tidak bertanggung jawab untuk mencegah buang air besar

sembarangan. Sehingga perlu mengubah perilaku masyarakat dari

kebiasaan buang air kecil dan besar di sembarangan tempat , agar

menggunakan jamban yang sehat.

71
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil review 10 artikel sebagian besar yaitu penelitian

ditemukan faktor yang mempengaruhi ketidakberhasilan program Sanitasi

72
Total Berbasis Masyarakat (STBM) yaitu sumber daya finansial (dana) dan

sumber daya manusia, sarana prasarana, pengetahuan, sikap, dan perilaku

masyarakat dalam kehidupan sosial sehingga bila hal tersebut tidak diatasi

maka akan berdampak pada kondisi atau keadaan lingkungan yang dapat

berpengaruh negatif terhadap terwujudnya status kesehatan.

B. SARAN

Adapun saran yang dapat penulis berikan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Masyarakat sebaiknya melakukan suatu tindakan terhadap hal-hal yang

mempengaruhi ketidakcapaian program sanitasi total berbasis masyarakat

guna menjadikan kondisi lingkungan masyarakat itu sendiri menjadi lebih

sehat.

2. Pemerintah baik di Pusat maupun Daerah perlu merencanakan program

pembangunan dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang

mempengaruhi keberhasilan pembangunan seperti faktor lingkungan,

sumber daya manusia, regulasi, Iptek dan pendanaan untuk meningkatkan

keberhasilan sebuah program pembangunan.

73
DAFTAR PUSTAKA

Arzali, Amri -. 2017. “Menulis Kajian Literatur.” ETNOSIA : Jurnal Etnografi


Indonesia 1 (2): 27. https://doi.org/10.31947/etnosia.v1i2.1613.

Damrin. 2016. Implementasi Kebijakan Program Sanitasi total Berbasis Masyarakat


Pada Dinas Kesehatan Kabupaten Bulungan Provinsi Kalimantan Utara. Skripsi
Universitas Terbuka Jakarta

Davik, Farouk Ilmid. 2016. Evaluasi Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
Pilar Stop BABS di Puskesmas Kabupaten Probolinggo. Jurnal Administrasi
Kesehatan Indonesia, Vol 4(2): 107-115

Ermavianti, Dwi dan Ani S. 2018. Sanitasi Hygiene Kecantikan. Yogyakarta: ANDI

Febriani, Windy dkk. 2016. Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Perilaku Stop
Buang Air Besar Sembarangan (BABS): Studi Pada Program Stbm di Desa
Sumbersari Metro Selatan 2016. Jurnal Dunia Kesmas, Vol 5(3): 125-126

Fitria, Aida, dkk. 2015. Implementasi Program Gerakan Sanitasi Berbasis


Masyarakat. Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 3(1): 1834-1836

Ganing, A., & Hairuddin, M. C. (2016). Perilaku Masyarakat Terhadap Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat Di Kabupaten Majene. Jurnal Kesehatan Manarang, 2(2),
66. https://doi.org/10.33490/jkm.v2i2.17

Insani Bagi Perkembangan Perbankan Syariah Di Indonesia Daya. Journal of Islamic


Economics and Banking, 2. http://jurnal.umt.ac.id/index.php/jieb

Latifah, Luluk, and Iskandar Ritonga. 2020. “Systematic Literature Review ( SLR ):
Kompetensi Sumber Insani Bagi Perkembangan Perbankan Syariah Di Indonesia
Daya.” Journal of Islamic Economics and Banking 2.

74
Muaja, Maria Sophie dkk. 2020. Peran Pemerintah dalam Implementasi Program
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Stop Buang Air Besar Sembarangan.
Journal of Public Health and Community Medicine, Vol 1(3): 28-29

Musfirah, dkk. 2020. Pemicuan STBM Pilar CTPS pada Masyarakat di Dusun
Pringgolayan. Jurnal Pemberdayaan: Publikasi Hasil Pengabdian Kepada
Masyarakat, Vol 4(2): 211

Marzali, A.-. (2017). Menulis Kajian Literatur. ETNOSIA : Jurnal Etnografi


Indonesia, 1(2), 27. https://doi.org/10.31947/etnosia.v1i2.1613

Nandita, A., Respati, T., & Arief, F. (2020). Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pilar
Stop Buang Air Besar Sembarangan pada Program Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat di Puskesmas Cikalong Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal Integrasi
Kesehatan & Sains, 2(1), 31–34. https://doi.org/10.29313/jiks.v2i1.5600

Nugraha, M. F. (2015). Dampak program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat


(STBM) pilar pertama di Desa Gucialit Kecamatan Gucialit Kabupaten
Lumajang. Kebijakan Dan Manajemen Publik, 3(2), 44–53.

Nandita, Arin, dkk. 2020. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pilar Stop Buang Air
Besar Sembarangan pada Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di
Puskesmas Cikalong Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal Integrasi Kesehatan &
Sains (JIKS), Vol 2(1): 33

Nugraha, Moh. Fajar. 2015. Dampak Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM) Pilar Pertama di Desa Gucialit Kecamatan Gucialit Kabupaten
Lumajang. ISSN: Kebijakan dan Manajemen Publik, Vol 3(2): 44-46

Okoli, C. (2015). A guide to conducting a standalone systematic literature review.


Communications of the Association for Information Systems, 37(1), 879–910.
https://doi.org/10.17705/1cais.03743

75
Okoli, Chitu. 2015. “A Guide to Conducting a Standalone Systematic Literature
Review.” Communications of the Association for Information Systems 37 (1):
879–910. https://doi.org/10.17705/1cais.03743.

Roni, Odi, Oksfriani Jufri. 2019. Dasar Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta:


DeepublishXSari, M. (2020). Penelitian Kepustakaan (Library Research) dalam
Penelitian Pendidikan IPA. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Dalam
Penelitian Pendidikan IPA, 6(1), 41–53.
https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/naturalscience/article/view/1555/115
9

Semiawan, C. R. (2010). No Title. Grasindo.

Sunaryo. (2015). Psikologi Untuk Keperawatan (B. Bariid (ed.); Edisi 2). Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Salesman, Frans. 2018. Potret Kesehatan Masyarakat Danusa Tenggara Timur.


Surabaya: Jakad Publishing

Salesman, Frans. 2018. Potret Kesehatan Masyarakat Danusa Tenggara Timur.


Surabaya: Jakad Publishing

Trisnanto, Anggun. 2017. Sanitasi di Indonesia Timur: Keberlanjutan dan Inovasi


Kebijakan. Malang: UB Press

76
77

Anda mungkin juga menyukai