SKRIPSI
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2019
i
Halaman Prasyarat Gelar
SKRIPSI
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Pada Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2019
ii
PERSETUJUAN SKRIPSI
Oleh :
Gusti Sumarsih Agoes, S.Kp, M.Biomed Ns. Mahathir, S.Kep, M.Kep, Sp.Kom
NIP. 196103251982102001 NIP. 1371071504880008
Mengetahui :
Ketua Prodi S1
Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas
iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI
No. Bp : 1511311016
Proposal ini telah diuji dan dinilai oleh panitia penguji pada Fakultas
Keperawatan Universitas Andalas pada tanggal Juli 2019
Panitia penguji,
iv
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karuniaNya yang
selalu diberikan kepada suluruh makhluk Nya. Berkat rahmat dan karunia Nya
Gusti Sumarsih Agoes, S.Kp, M.Biomed dan bapak Ns. Mahathir, S.Kep, M.Kep,
Sp.Kom yang telah membimbing penulis dengan telaten dan penuh kesabaran
hingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini. Terima kasih kepada Ibu Ns.
Yanti Puspita Sari, S.Kep, M.Kep sebagai pembimbing akademik yang telah
1. Ibu Prof. Dr. dr. Rizanda Machmud, M.Kes., FISPH., FISCM selaku
2. Ibu Ns. Yanti Puspita Sari, S.Kep, M.Kep selaku Ketua Program Studi S1
3. Dewan Penguji yang telah memberikan kritik beserta saran demi kebaikan
skripsi ini.
v
4. Seluruh Staf dan Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Andalas yang
perkuliahan.
5. Orang tua dan Keluarga yang selama ini memberikan dukungan maksimal
dan do’a tulus kepada penulis dalam seluruh tahapan proses penyusunan
skripsil ini.
saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat di harapkan demi
penyempurnaan ini.
Penulis
vi
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
JUNI 2019
vii
Daftar Pustaka : 58 (2000-2018)
viii
Daftar Isi
Kata Pengantar......................................................................................................v
Daftar Isi................................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................12
A. Latar Belakang........................................................................................12
B. Rumusan Masalah...................................................................................19
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................19
D. Manfaat Penelitian...................................................................................19
2.1 LANSIA..................................................................................................21
ix
2.2 Hipertensi................................................................................................27
2.2.1 Pengertian.........................................................................................27
B. Kerangka Konsep....................................................................................50
C. Hipotesis Penelitian.................................................................................50
x
A. Jenis Penelitian........................................................................................51
E. Instrumen Penelitian................................................................................55
F. Etika Penelitian........................................................................................56
H. Pengolahan Data......................................................................................58
I. Analisa Data............................................................................................59
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................1
Lampiran................................................................................................................6
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kesehatan akan memperbaiki kualitas hidup dan kesehatan masyarakat yang berdampak pada
peningkatan usia harapan hidup (UHH) dan setiap tahunnya jumlah penduduk lansia
meningkat dengan prevalensi tinggi. Populasi lansia di dunia meningkat setiap tahunnya,
diperkirakan terjadi peningkatan dua kali lipat dari 12% pada tahun 2015 menjadi 22 % pada
tahun 2050. Pada tahun 2050 diperkirakan 80% lansia berada di negara berkembang salah
data proyeksi penduduk pada tahun 2017 terdapat 23,66 juta jiwa penduduk lansia di
Indonesia dan diperkirakan akan mengalami peningkatan pada tahun 2035 menjadi 48,19
juta jiwa. Prevalensi lansia di provinsi Sumatera Barat berada pada urutan ke 6 dengan
jumlah prevalensi lansia terbanyak di Indonesia sebesar 9,25 % (kementerian kesehatan RI,
2017). Menurut data BPS Sumatera Barat (2017) jumlah lansia dalam rentang usia 45- 65
tahun keatas pada tahun 2017 sebesar 1.071.971 penduduk lansia (kementerian kesehatan
RI, 2017).
Menurut undang –undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan lanjut usia
(lansia) merupakan seseorang yang mecapai usia 60 tahun keatas yang mengalami suatu
proses menurunnya bahkan menghilangnya daya tahan serta kemunduran struktur dan fungsi
organ tubuh secara berangsur-angsur dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar
12
tubuh yang dapat berhubungan dengan kemandirian dan kesehatan lansia (kementerian
berkembang, hal ini disebabkan oleh menurunnya angka fertilitas (kelahiran), mortalitas
(kematian) dan peningkatan angka harapan hidup (life expectancy) yang mengubah struktur
penduduk secara keseluruhan (Depkes RI, 2018). Dalam memberikan dukungan dan
bimbingan kepada lansia dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan maka dibentuklah
suatu program Pos Pelayanan Terpadu (posyandu) lansia. Dimana program ini
Pelayanan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup lansia melalui peningkatan
kesehatan dan kesejahteraan melalui kerjasama melalui kerjasama dengan lintas program
Proses penuaan akan berdampak pada berbagai aspek kehidupan, baik sosial,
ekonomi, maupun kesehatan. Ditinjau dari aspek kesehatan, semakin bertambah usia maka
lansia lebih rentan terhadap keluhan fisik, baik karena faktor alamiah atau penyakit.
Berdasarkan data tahun 2013, terdapat 10 penyakit utama yang diderita kelompok lansia dan
didominasi oleh golongan penyakit tidak menular, penyakit kronik dan degeneratif,
terutama penyakit kardiovaskuler. Yang menduduki peringkat utama penyakit yang diderita
Hipertensi dikenal juga sebagai tekanan darah tinggi yang merupakan suatu kondisi
pembuluh darah yang terus mengalami peningkatan tekanan. Pada orang dewasa, tekanan
darah normal yaitu 120 mmHg sistolik dan 80 mmHg diastolik. Seseorang dikatakan
hipertensi apabila tekanan darah sistolik sama dengan atau diatas 140 mmHg atau tekanan
darah diastolik sama dengan atau diatas 90 mmHg (kementerian kesehatan RI, 2018).
13
Berdasarkan data WHO (2015) satu diantara lima orang dewasa di seluruh dunia
mengalami peningkatan tekanan darah. Prevalensi hipertensi di dunia sekitar 972 juta orang
atau 26,4% masyarakat yang mengalami hipertensi. Dan akan mengalami peningkatan
menjadi 29,2% ditahun 2030. Dari 972 juta penderita hipertensi, 333 juta berada di negara
maju dan 639 juta berada di negara berkembang. Prevalensi hipertensi tertinggi berada di
Afrika yaitu 46% dewasa berusia diatas 25 tahun terdiagnosis hipertensi (Depkes RI,
hipertensi di Sumatera Barat yakni 25,16% dengan jumlah 176.169 kasus yang terdeteksi
melalui pengukuran tekanan darah. Kota Padang merupakan wilayah tertinggi di Sumatera
Barat dengan jumlah kasus hipertensi sebesar 44.330 kasus, diikuti oleh kabupaten solok
Hipertensi dikenal sebagai silent killer dimana komplikasi hipertensi menyebabkan sekitar
9,4 kematian diseluruh dunia setiap tahunnya. Hipertensi menyebabkan setidaknya 45%
kematian karena jantung dan 51% karena stroke dan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal)
sebagai komplikasi jangka panjang (kementerian kesehatan RI, 2018). Hipertensi dapat
menyebabkan stroke dimana hal ini dapat mempengaruhi penurunan kualitas hidup lansia.
Pasien hipertensi juga dituntut untuk meminum obat anti hipertensi secara rutin guna
pengendalian tekanan darahnya. Oleh karena itu penderita hipertensi perlu menyadari bahwa
komplikasi hipertensi (Goverwa et al., 2014). Manajemen perawatan diri pada hipertensi
dapat dilakukan dengan menerapkan lima komponen manajemen diri yang terdiri dari
14
integrasi diri, regulasi diri, interaksi dengan tenaga kesehatan dan lainnya, pemantauan
tekanan darah dan kepatuhan terhadap aturan yang dianjurkan (Akhter, 2010).
Dalam upaya pengendalian tekanan darah, National Heart, Lung and Blood Institute
from United States Department of Health and Human Services melalui the Seventh Report of
the Joint National Commitee merekomendasikan beberapa perubahan gaya hidup dalam
mencegah dan mengendalikan tekanan darah tinggi melalui terapi non farmakologis
diantaranya perubahan pola makan dengan mempertahankan diet sehat dengan mengurangi
membatasi konsumsi alkohol, aktivitas fisik secara teratur serta mempertahankan berat
(olahraga) secara aktif, diet anti hipertensi (DASH), mengontrol berat badan, mengurangi
dalam manajemen perawatan diri hipertensi. Agrina et al, (2013) dalam penelitiannya
menemukan sebanyak 56,7 % pasien hipertensi tidak patuh dalam diit hipertensi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Goverwa et al, (2012) menunjukkan hipertensi yang
tidak terkontrol sebanyak 67,2% ditemukan pada pasien obesitas. Sementara itu, dalam
penelitian Atun (2014) terdapat 84% pasien hipertensi memiliki aktivitas fisik yang kurang.
Hal serupa juga ditemukan dalam penelitian Triguna et al, (2012) sebanyak 85,6 % pasien
hipertensi tidak patuh dalam minum obat. Jatmika et al, (2015) dalam penelitiannya
menemukan sebanyak 63,3% pasien hipertensi tidak patuh dalam menghentikan perilaku
merokok. Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan Wiraputra et al, (2015)
menemukan sebanyak 78,2% pasien hipertensi tidak mampu mengendalikan stres yang
membuat tekanan darah penderita jadi tidak terkontrol. Hasil penelitian warren et al, (2011)
15
tidak terkontrol. Dan penelitian anwar (dalam Alfiana, Bintanah, dan Kusuma, 2014)
menemukan bahwa penderita hipertensi yang melakukan kontrol tekanan darah ke pelayanan
disebabkan oleh beberapa alasan, diantaranya yaitu kebosanan minum obat karena tekanan
darah masih naik turun. Diet rendah lemak dan garam bagi penderita hipertensi
menyebabkan anggota keluarga lain merasakan tidak enaknya menu makanan. Keberhasilan
dalam mengontrol diet dan tekanan darah. Healthy People 2010 for Hypertension
menganjurkan perlunya pendekatan yang lebih komprehensif dan intensif guna mencapai
manajemen perawatan diri yaitu pengetahuan, efekasi diri, nilai dan dukungan sosial.
Dukungan sosial adalah dimana suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu diperoleh dari
orang lain yang dipercaya sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang lain yang
memperhatikan, menghargai dan mencintainya (Cohen & Sme dalam Harnilawati, 2013).
Menurut Widiyanto, (2014) dukungan sosial terdiri dari dukungan emosional, dukungan
Dukungan sosial keluarga memiliki peran penting dalam manajemen diri pasien hipertensi.
pemilihan dan persiapan makanan, membantu pasien untuk mengikuti perilaku yang
Anggota keluarga memiliki peran pusat dalam mengubah pemikiran pasien tentang penyedia
layanan perawatan hipertensi. Menurut Friedman dan House dalam Harnilawati, (2010)
16
dukungan sosial ini terdiri dari 4 jenis dukungan yaitu berupa dukungan instrumental,
Keluarga adalah sebuah kelompok kecil yang terdiri dari individu– individu yang
memiliki hubungan erat satu sama lain, saling bergantung yang diorganisir dalam satu unit
tunggal (Padila, 2013). Dukungan sosial keluarga merupakan unsur yang sangat penting
dukungan keluarga yang kuat sangat berpengaruh dalam mengubah perilaku kesehatannya.
Dan lebih cenderung untuk mengadopsi dan mempertahankan perilaku kesehatan yang baru
daripada individu yang tidak memiliki dukungan keluarga untuk merubah perilaku
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Flynn et al, (2013) dalam penelitiannya
menemukan bahwa dukungan keluarga berperan penting dalam manajemen perawatan diri
dari anggota keluarga dikaitkan secara signifikan dengan kepatuhan terhadap manajemen
perawatan diri penderita hipertensi. Penderita hipertensi yang mendapatkan dukungan dari
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Padang pada tahun 2018
terdapat 23 Puskesmas di Kota Padang dengan jumlah penduduk lansia sebanyak 62.667
jiwa dan dari jumlah penduduk tersebut dilakukan pemeriksaan tekanan darah terhadap
17
36.146 jiwa dan didapatkan sebanyak 31.987 penduduk menderita hipertensi. Data dari
Dinas Kesehatan Kota Padang menunjukkan jumlah lansia hipertensi di puskesmas kota
padang tertinggi berada di puskesmas lubuk buaya (3.940 orang), diikuti oleh puskesmas
andalas (2.357 orang) dan kasus terendah di Puskesmas Bungus (58 orang) (DKK, 2017).
tanggal 24 Januari 2019 melalui wawancara dengan 12 orang penderita hipertensi. Dari 12
yang dikonsumsi penderita dan selalu mengingatkan untuk mengkonsumsi obat. Tetapi
setelah dilakukan pengukuran tekanan darah masih ada 4 penderita hipertensi tekanan
puskesmas itupun jika mengalami tanda gejala hipertensi, sedangkan berdasarkan hasil
pemeriksaan tekanan darah ,ada 1 orang penderita yang tekanan darahnya masih tinggi
Berdasarkan latar belakang diatas, untuk itu peneliti tertarik untuk meneliti hubungan
dukungan sosial keluarga dengan manajemen diri penderita hipertensi di Puskesmas Lubuk
B. Rumusan Masalah
permasalahannya adalah apakah ada hubungan dukungan sosial keluarga dengan manajemen
perawatan diri pada lansia hipertensi di Puskesmas Lubuk Buaya tahun 2019.
18
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan sosial
keluarga dengan manajemen perawatan diri lansia hipertensi di Puskesmas Lubuk Buaya
tahun 2019.
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan untuk diperoleh dari penelitian ini adalah sebagaiberikut:
1. Bagi Pendidikan Ilmu Keperawatan
Penelitian ini diharapkan menjadi tambahan ilmu bagi keperawatan dalam pemberian
hipertensi.
3. Bagi Responden
19
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada penderita hipertensi
agar dapat melakukan manajemen perawatan diri dengan baik, karena dengan
manajemen perawatan diri yang baik dapat mengurangi komplikasi hipertensi dan
keluarga dengan manajemen perawatan diri pada penderita hipertensi sehingga dapat
20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 LANSIA
Menua merupakan proses biologis yang terjadi karena adanya perubahan molekular
dan selular yang terjadi sepanjang masa kehidupan. Lanjut usia merupakan proses kehidupan
dimana setiap manusia mengalami penurunan fungsional berkelanjutan yang terjadi secara
alamiah. Proses penuaan berhubungan dengan penurunan fungsi biologis dan perubahan
Kesejahteraan lanjut usia (lansia) merupakan seseorang yang mecapai usia 60 tahun keatas
tahun 2004, lansia adalah seseorang yang telah mecapai usia 60 tahun keatas. Dapat
disimpulkan lansia merupakan seseorang yang berusia 60 tahun keatas yang mengalami
suatu proses menurun bahkan menghilangnya daya tahan tubuh serta kemunduran struktur
dan fungsi organ tubuh secara berangsur-angsur dalam menghadapi rangsangan dari dalam
dan luar tubuh yang dapat berhubungan dengan kemandirian dan kesehatan lansia.
Martono (2009) bahwa menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki atau mengganti diri dan mempertahankan struktur
dan fungsi normalnya. Menua bukanlah suatu penyakit namun sebuah proses yang
Salah satu permasalahan yang terdapat pada lansia yaitu kerentanan kondisi fisik lansia
21
terhadap berbagai penyakit. Masalah kesehatan yang sering terjadi akibat dari proses
penuaan adalah pada sistem kardiovaskuler yang merupakan proses degeneratif, diantaranya
Klasifikasi lansia menurut WHO, merupakan kelompok lansia berumur 45- 59 tahun
(midle age), lansia berumur 60-70 (elderly), lansia tua berumur 71- 90 tahun (old), dan
lansia sangat tua berumur di atas 90 tahun (very old). Menurut Bernice Neu Gardon (1975)
lansia di klasifikasikan menjadi dua yaitu lansia muda (rentang umur 55- 75 tahun), dan
lansia tua (umur lebih dari 75 tahun). Menurut Levinson (1978) lansia dikelompokannya
menjadi tiga, yaitu lansia peralihan awal (antara 50- 55 tahun), lansia peralihan menengah
(antara 55- 60tahun), dan lansia peralihan akhir (antara 60- 65 tahun) (Mujahidullah, 2012).
Sedangkan klasifikasi lansia menurut Depkes RI (2003, dalam Maryam 2012), yaitu
seseorang yang berusia antara 45- 59 tahun (pralansia/ prasenilis), seseorang yang berusia 60
tahun atau lebih (lansia), dan seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah
kesehatan (lansia beresiko tinggi), sedangkan lansia yang masih mampu melakukan
pekerjaan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa (lansia potensial), serta lansia
yang tidak berdaya mencari nafkah, dan hidupnya bergantung pada bantuan orang lain
Menurut Budi Anna Keliat (Maryam, 2012), lansia memiliki karakteristik sebagai
berikut:
1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tentang
Kesehatan).
22
2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi, dari rentang sehat sampai sakit, kebutuhan
a) Perubahan fisik
Sel dan cairan tubuh pada lansia lebih sedikit jumlahnya namun memiliki ukuran
besar. Dan cairan yang berkurang jumlahnya termasuk cairan intracellular. Perubahan
pada sistem persyarafan dimana terdapat penurunan hubungan persyarafan yang cepat
Pada Sistem penglihatan terjadi sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya
respon terhadap sinar, kornea lebih berbentuk sferis (bola) selain itu terjadi peningkatan
membedakan warna biru dan hijau. Dan pada sistem pendengaran terjadi presbiakusis
Pada sistem kardiovaskular lansia terutama pada katup jantung terjadi penebalan
dan menjadi kaku karena menurunnya kemampuan jantung memompa darah 1 % setiap
tahun sesudah umur 20 tahun. Hilangnya elastisitas pembuluh darah dan peningkatan
tekanan darah terjadi akibat resistensi dari pembuluh darah perifer (Nugroho, 2008).
Pada sistem respirasi lansia dimana otot pernafasan menjadi kaku dan
menurunnya aktivitas dari silia. Dimana Paru-paru kehilangan elastisitas, alveoli melebar
dan jumlahnya berkurang, kemampuan batuk pun berkurang. Perubahan pada sistem
23
menurun, esofagus melebar, hati mengecil. Sensitivitas lapar menurun, asam lambung
menurun. Peristaltik usus lemah dan terjadi konstipasi dengan fungsi absorpsi melemah
(Nugroho, 2008).
Perubahan pada sistem Genitourinaria dimana terjadinya ginjal yang mengecil dan
nefron menjadi atropi, otot vesika urinaria melemah dan pada pria mengalami
pembesaran kelenjar prostat sedangkan pada wanita mengalami atropi vulva. Kulit pada
elastisitasnya berkurang, kuku jari mengeras dan menjadi rapuh. Kelenjar keringat
dan makin rapuhnya tulang, menjadi kifosis, pinggang, lutut dan jari-jari pergerakan
persendian membesar dan menjadi kaku. Tendon mengerut dan mengalami sklerosis,
atrofi serabut otot sehingga lansia bergerak lamban, otot-otot kram dan tremor.
Perubahan ini akan menyebabkan laju metabolik basal dan laju konsumsi oksigen
maksimal berkurang sehingga kekuatan otot berkurang, otot menjadi lebih mudah lelah,
kecepatan kontraksi akan melambat, penurunan massa otot serta berkurangnya rasio otot
Lansia sehat secara psikologi dapat dilihat dari kemampuannya dalam beradaptasi
kedamaian, dan kepuasan hidup. Suatu ketakutan menjadi tua dan tidak produktif lagi
memunculkan gambaran yang negatif tentang proses menua (Fatimah, 2010). Lansia
24
sadar kematian, mengalami penyakit kronis dan ketidakmampuan dalam mobilisasi.
Masa pralansia adalah masa persiapan diri untuk mencapai usia lanjut yang sehat,
aktif, dan produktif. Pada masa ini banyak perubahan yang terjadi seperti menopause,
puncak karier, masa menjelang pensiun, dan rasa kehilangan (kedudukan, kekuasaan, teman,
memelihara kehidupan seks yang sehat, melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur
(minimal 6 bulan sekali), memelihara penampilan diri rapi dan bersih, menghindari
kebiasaan buruk yang berdampak tidak baik bagi kesehatan (merokok, minuman keras,
malas olahraga, makan berlebihan, tidur tidak teratur, minum obat tidak sesuai anjuran,
dengan pasangan yang sah, mengikuti kegiatan sosial di sekitar lingkungan tempat
25
Dalam segi ekonomi, lansia dapat mempersiapkan tabungan hari tua dengan
hidupnya (askes,bpjs).
Hal - hal yang harus diperhatikan oleh lansia berkaitan dengan perilaku yang baik
Perilaku yang harus dihindari oleh lansia adalah perilaku seperti kurang berserah
diri, pemarah, merasa tidak puas, murung, dan putus asa, sikap sering menyendiri, kurang
melakukan aktivitas fisik/olahraga, makan tidak teratur dan kurang minum, kebiasaan
merokok dan meminum minuman keras, minum obat penenang dan penghilang rasa sakit
tanpa aturan, melakukan kegiatan yang melebihi kemampuan, mengangap kehidupan seks
Perilaku yang harus dipertahankan pada lansia adalah perilaku mendekatkan diri
pada Tuhan Yang Maha Kuasa, mau menerima keadaan, sabar dan optimis, serta
meningkatkan rasa percaya diri dengan melakukan kegiatan yang sesuai dengan
olahraga ringan setiap hari secara teratur, makan dengan porsi sedikit tetapi sering,
memilih makanan yang sesuai, serta banyak minum, berhenti merokok dan meminum
26
mengembangkan hobi sesuai kemampuan, tetap bergairah dan memelihara kehidupan
Manfaat bagi lansia yang menjaga perilakunya adalah lansia akn lebih taqwa dan
merasa tenang, tetap ceria dan banyak mengisi waktu luang, keberadaannya tetap diakui
oleh keluarga dan masyarakat, kesegaran dan kebugaran tubuh terpelihara, terhindar
hipertensi,paru- paru, diabetes,kanker, dan lain- lainnya, mencegah keracunan obat dan
efek samping lainnya, mengurangi stres dan kecemasan, hubungan harmonis tetap
terpelihara, dan gangguan kesehatan dapat diketahui dan diatasi sedini mungkin.
2.2 Hipertensi
2.2.1 Pengertian
Hipertensi dikenal juga sebagai tekanan darah tinggi yang merupakan suatu
kondisi dimana tekanan pembuluh darah terus mengalami peningkatan. Darah dibawa
dari jantung ke seluruh tubuh oleh pembuluh darah. Tekanan darah diciptakan oleh
kekuatan darah yang mendorong dinding pembuluh darah (arteri) karena di pompa oleh
jantung. Semakin tinggi tekanan maka semakin sulit jantung memompa. Pada orang
dewasa, tekanan darah normal yaitu 120 mmHg sistolik dan 80 mmHg diastolik.
Seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan darah sistolik sama dengan atau diatas
140 mmHg atau tekanan darah diastolic sama dengan atau diatas 90 mmHg (kementerian
dengan peningkatan tekanan darah di atas normal. Hipertensi sering disebut dengan
27
istilah silent killer karena pada umumnya penderita tidak menyadari dan tidak
merasakan suatu gangguan dan gejala. Dan jika tekanan darah tidak terkontrol dengan
baik maka resiko kematian akan semakin besar bagi penderitannya. Pada lansia
sistolik ditandai dengan penurunan kelenturan pembuluh arteri besar resistensi periper
yang tinggi pengisian diastolik yang abnormal dan bertambahnya masa ventrikel kiri.
sistim reseptor beta adregenik sehingga berakibat penurunan fungsi relaksasi otot
Menurut JNC hipertensi terjadi jika tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg
(Wijaya.A & Putri.Y 2013). Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah secara
abnormal dan terus menerus dengan beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang
disebabkan satu atau beberapa faktor risiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya
patologis yang jelas. Lebih dari 90% kasus merupakan hipertensi essensial. Penyebab
terhadap vasokontriktor, resistensi insulin dan lain - lain. Sedangkan yang termasuk
faktor lingkungan antara lain diet, kebiasaan merokok, stress emosi, obesitas dan lain –
28
Pada sebagian besar pasien, kenaikan berat badan yang berlebihan dan gaya hidup
menunjukkan bahwa kenaikan berat badan yang berlebih (obesitas) memberikan risiko
b. Hipertensi sekunder
komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah. Pada
kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau penyakit
renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling sering. Obat-obat tertentu, baik
dan menyebabkan kenaikan tekanan darah yang lebih tinggi dibandingkan hipertensi
primer. Penyebabnya antara lain penyakit ginjal, tumor kelenjer adrenal, koarktasio
kongenital, dan obstructive sleep apnea. Pengobatan yang dapat menyebabkan hipertensi
sekunder meliputi kontrasepsi hormonal, obat flu, pereda sakit, serta obat – obatan illegal
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang
tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat
(kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil
29
manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah
(peningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma (peningkatan nitrogen urea darah
(BUN) dan kreatinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau
serangan iskemik transienyang bermanifestasi sebagai paralysis sementara pada satu sisi
a) Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual muntah , akibat peningkatan
c) Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat.
2000).
Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan tekanan
faktor risiko kardiovaskular lain, maka strategi pola hidup sehat merupakan
tatalaksana tahap awal, yang harus dijalani setidaknya selama 4 sampai 6 bulan. Bila
setelah jangka waktu tersebut, tidak didapatkan penurunan tekanan darah yang
30
diharapkan atau didapatkan faktor risiko kardiovaskular yang lain, maka sangat
buahan dapat memberikan manfaat yang lebih selain penurunan tekanan darah,
tradisional pada kebanyakan daerah. Tidak jarang pula pasien tidak menyadari
kandungan garam pada makanan cepat saji, makanan kaleng, daging olahan dan
sebagainya. Tidak jarang, diet rendah garam ini juga bermanfaat untuk
Olahraga
hari, minimal 3 hari per minggu, dapat menolong penurunan tekanan darah.
Terhadap pasien yang tidak memiliki waktu untuk berolahraga secara khusus,
sebaiknya harus tetap dianjurkan untuk berjalan kaki, mengendarai sepeda atau
Konsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau 1 gelas per hari pada
31
menghentikan konsumsi alkohol sangat membantu dalam penurunan tekanan
darah.
Berhenti merokok
Walaupun hal ini sampai saat ini belum terbuktiberefek langsung dapat
menurunkan tekanan darah, tetapi merokok merupakan salah satu faktor risiko
merokok.
b. Terapi Farmakologis
Terapi farmakologi pada pasien hipertensi secara umum dimulai bila pada pasien
hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan darah setelah > 6 bulan
menjalani pola hidup sehat dan pada pasien dengan hipertensi derajat ≥ 2. Beberapa
prinsip dasar terapi farmakologi yang perlu diperhatikan untuk menjaga kepatuhan dan
obat pada pasien usia lanjut (diatas usia 80 tahun)seperti pada usia 55 – 80 tahun,
32
2.3 Manajemen Perawatan Diri Pada Hipertensi
prakarsai dan dilakukan oleh individu itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan guna
fisik dan psikososial, dan perubahan gaya hidup yang terkait dengan penyakit kronis.
memantau kondisi mereka untuk mencapai pengetahuan, perilaku dan respon emosional
et.al, 2011). Manajemen perawatan diri mengacu pada tugas yang harus dilakukan
seseorang untuk dapat hidup dengan baik dengan satu atau lebih kondisi kronis. Tugas
ini termasuk dalam mendapatkan kepercayaan diri untuk menangani manajemen medis,
penyakit, dan meningkatkan kesehatan. Menurut akhter, manajemen perawatan diri pada
yang terdiri dari integrasi diri, regulasi diri, interaksi dengan tenaga kesehatan dan
lainnya, pemantauan tekanan darah, dan kepatuhan terhadap aturan yang dianjurkan
(Akhter, 2010).
prinsip perawatan kesehatan dalam aktivitas kehidupan sehari – hari seperti diet
33
yang tepat, olahraga, dan kontrol berat badan. Pasien dengan hipertensi harus
mampu untuk: 1) mengelola porsi dan pilihan makanan ketika makan; 2) makan
dari 1 ons); 6) mengkonsumsi makanan rendah garam (6 gram/ hari atau lebih
untuk kontrol tekanan darah (9) latihan/olahraga untuk mengontrol tekanan darah
dan berat badan dengan berjalan kaki, jogging, atau bersepeda selama 30-60 menit
per hari; 10) menggabungkan hipertensi kedalam kehidupan sehari – hari dengan
sukses (11) sesuaikan rutinitas hipertensi agar sesuai dengan situasi baru (12)
berhenti merokok; dan (13) kontrol stres dengan mendengarkan musik, istirahat, dan
2. Regulasi diri mencerminkan perilaku penderita melalui pemantauan tanda dan gejala
yang dirasakan oleh tubuh, mengidentifikasi penyebab timbulnya tanda dan gejala
yang dirasakan, serta tindakan yang dilakukan. Perilaku regulasi diri terdiri: 1)
tekanan darah tinggi dan rendah; 3) menindak gejala; (4) memperhatikan tanda dan
gejala tekanan darah tinggi dan rendah (5) mengobati reaksi tekanan darah rendah
(6) membuat pilihan berdasarkan pengalaman; (7) memperhatikan situasi yang dapat
3. Interaksi dengan tenaga kesehatan dan lainnya didasarkan pada konsep yang
menyatakan bahwa kesehatan (dalam kasus hipertensi tekanan darah yang terkontrol
dengan baik) dapat tercapai karena adanya kolaborasi antara klien dengan tenaga
34
kesehatan dan individu lain seperti keluarga, teman, dan tetangga. Perilaku yang
diluar jangkauan dengan penyedia layanan; (6) meminta orang lain untuk meminta
bantuan (7) meminta orang lain untuk membantu dalam mengontrol tekanan darah;
dan (8) nyaman bertanya pada orang lain tentang teknik manajemen untuk tekanan
memeriksa tekanan darah saat merasa sakit; 2) memeriksa tekanan darah saat
mengalami gejala tekanan darah rendah; dan 3) memeriksa tekanan darah untuk
Komponen ini juga melibatkan konsumsi obat sesuai dosis yang telah ditentukan,
waktu yang ditentukan untuk minum obat, dan kunjungan ke pelayanan kesehatan
Dalam upaya mengendalikan tekanan darah, National Heart, Lung and Blood
Institute from United States Department of Health and Human Services melalui the
35
Seventh Report of the Joint National Commitee merekomendasikan beberapa perubahan
gaya hidup yang dapat dilakukan seperti dengan penurunan berat badan, perubahan pola
makan, menghindari konsumsi alkohol, olahraga secara teratur, berhenti merokok, dan
berat badan, mengurangi konsumsi alkohol, diet, mengurangi stres, dan berhenti
dapat dilakukan dengan kepatuhan meminum obat antihipertensi dan memodifikasi gaya
hidup seperti tidak merokok, mempertahankan berat badan normal, diet rendah garam
dan rendah lemak, rutin aktivitas fisik seperti olahraga, membatasi konsumsi alkohol,
manajemen stres, monitoring tekanan darah dan kunjungan rutin ke dokter. Menurut
darah, mengurangi rokok, diet, manajemen berat badan, dan mengurangi konsumsi
alkohol.
1. Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan merupakan hasil tahu dari seseorang dan
36
perubahan perilaku cenderung terjadi, orang harus memiliki pengetahuan baik tentang
Tanpa pengetahuan, individu tidak mungkin terlibat dalam proses yang pada
antara kelas sosial tertentu karena kurangnya sumber daya yang tersedia (Maibach &
Pasien hipertensi cenderung terlibat dalam gaya hidup yang tidak sehat seperti
konsumsi alkohol, gaya hidup yang berlebihan, dan konsumsi natrium, tembakau dan
merokok berlebih, konsumsi makanan yang kaya kolesterol dan tidak mematuhi obat-
obatan. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan tentang hipertensi pada
sekitar 5% penderita dalam praktik manajemen perawatan diri yang tinggi memiliki
pengetahuan yang tinggi tentang hipertensi (Eugene, 2013). Sebuah studi di Kenya
hipertensi dan pengobatannya sekitar 2,6 kali lebih mungkin untuk patuh terhadap
(Kimuyu, 2006).
Studi lain dari Kuwait menunjukkan bahwa ketidakpatuhan terhadap obat anti
Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa ada hubungan yang kuat antara modifikasi
gaya hidup dan pengetahuan pasien tentang penyakit. Misalnya sebuah penelitian di
37
Israel mengungkapkan responden yang memiliki pengetahuan tentang hipertensi dan
Studi ini menegaskan bahwa pasien yang memiliki pengetahuan rendah tentang hipertensi
2. Efikasi diri
Bandura efikasi diri adalah keyakinan seseorang tentang kemampuan mereka untuk
mencapai suatu tingkat kinerja yang mempengaruhi setiap peristiwa dalam hidupnya.
Efikasi diri merupakan konsep psikologis yang banyak digunakan dan telah diakui
sebagai prasyarat penting untuk perawatan diri yang efektif terhadap penyakit kronis
dirinya dan berperilaku. Efikasi diri atau kepercayaan diri terhadap kemampuan
seseorang untuk berpartisipasi dalam perilaku tertentu adalah elemen utama dalam
program yang dirancang untuk memperbaiki pengelolaan diri penyakit kronis. Efikasi diri
sehubungan dengan perilaku perawatan diri lainnya, seperti diet dan olahraga (Du S,
Hubungan antara efikasi diri dengan manajemen perawatan diri ditemukan dalam
sebuah penelitian yang dilakukan Findlow (2012) menunjukkan hubungan efikasi diri dan
kepatuhan terhadap perilaku perawatan diri hipertensi. Lebih dari separuh (59%) peserta
melaporkan memiliki efikasi diri yang baik untuk mengelola hipertensi mereka.
Keefektifan diri yang baik secara statistik sangat terkait dengan peningkatan prevalensi
aktivitas fisik, tidak merokok, dan teknik manajemen bobot kerja. Efikasi diri sangat
38
terkait dengan kepatuhan terhadap perilaku perawatan diri. Memastikan bahwa orang
Amerika Afrika merasa yakin bahwa hipertensi adalah kondisi yang dapat dikendalikan
dan bahwa mereka memiliki pengetahuan tentang perilaku perawatan diri yang tepat
adalah faktor penting dalam meningkatkan perawatan diri hipertensi dan pengendalian
tekanan darah.
3. Dukungan sosial
Dukungan sosial adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari
orang lain yang dapat dipercaya, sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang lain
yang memperhatikan, menghargai dan mencintainya (Cohen & Sme dalam Harnilawati,
2013). Dukungan sosial mengacu kepada berbagai jenis bantuan yang diterima seseorang
dari jaringan sosial mereka yang terdiri dari tiga tipe dukungan yaitu; instrumental,
emosional dan informasional. Jaringan sosial dan dukungan sosial dapat mempromosikan
dan dapat menghambat manajemen hipertensi secara mandiri dan dapat member efek
positif pada kesehatan fisik dan mental (Marmot dan Wilkinson dalam Bascombe, 2015).
Dukungan sosial dianggap proses yang kompleks dan dinamis yang melibatkan
individu dan jaringan sosial, mereka bekerja untuk memenuhi kebutuhan mereka,
menyediakan dan melengkapi sumber daya yang mereka miliki dan dengan demikian
mereka dapat mengatasi situasi baru (Boas, 2012). Dukungan sosial merupakan
kesehatan, pemberian informasi dan bantuan pada saat-saat krisis. Memiliki dukungan
sosial yang stabil yang meliputi teman sebaya dan keluarga, adalah cara lebih baik dalam
mematuhi manajemen perawatan penyakit kronis yang dianjurkan. Sebuah studi yang
39
dilakukan di Thailand untuk mengetahui efek dukungan sosial dalam manajemen diri
terhadap perubahan perilaku dan tekanan darah menunjukkan bahwa dukungan sosial
3. Nilai
Menurut Ismani (2001) nilai merupakan seperangkat keyakinan dan sikap– sikap
pribadi seseorang tentang kebenaran, keindahan, dan penghargaan dari suatu pemikiran,
objek atau perilaku yang berorientasi pada tindakan dan pemberian arah serta makna
komplikasi, keparahan dari penyakit, manfaat dari manajemen perawatan diri serta
Dukungan sosial adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang
diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya, sehingga seseorang akan akan tahu bahwa
ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan mencintainya (Cohen & Sme dalam
Harnilawati, 2013). Keluarga merupakan sebuah kelompok kecil yang terdiri dari
individu– individu yang memiliki hubungan erat satu sama lain, saling tergantung yang
diorganisir dalam satu unit tunggal (Padila, 2012). Dukungan sosial keluarga adalah suatu
proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosialnya. Dukungan sosial keluarga
mengacu pada dukungan sosial yang dirasakan oleh anggota keluarga, dipandang sebagai
40
2.4.2 Sumber Dukungan Sosial
a. Dari keluarga
Keluarga merupakan kelompok sosial utama yang mempunyai emosi yang paling
besar dan terdekat dengan pasien. Keluarga dipandang sebagai kelompok yang
memberikan jumlah bantuan terbanyak selama masa yang dibutuhkan. Keluarga bisa
disebut sebagai faktor atau kelompok sosial yang memberikan pengaruh besar dan
Seseorang yang lebih dekat dan terbuka kepada teman terdekatnya, sehingga
berbagi pengalaman dan curhat. Penderita hipertensi dapat memperoleh dukungan dari
penyakit yang dideritanya, sehingga mampu mengurangi frekuensi tingkat stress yang
Menurut Friedman dan House dalam Smet dikutip oleh Siregar (2010), ada 4 bentuk dukungan
sosial :
41
a. Dukungan emosional (emotional support)
Bentuk dukungan emosional yang dapat diberikan seperti ekspresi empati dan
perhatian terhadap individu. Dukungan tersebut dapat memberikan rasa nyaman, aman,
dan dicintai agar individu dapat menghadapi masalah dengan baik. Dukungan ini sangat
penting diberikan pada individu dalam menghadapi keadaan yang dianggap tidak dapat
persetujuan terhadap gagasan atau perasaan individu serta perbandingan positif dengan
Dukungan yang diberikan dapat berupa penyediaan materi yang dapat memberikan
Dukungan ini dapat membantu individu mengurangi tekanan karena dapat langsung
yang dibutuhkan individu. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa menghindar dari
42
berhubungan dengan orang lain. Dalam berhubungan dengan orang lain, manusia
mengikuti sistem komunikasi dan informasi yang ada. Sistem dukungan informasi
mencakup pemberian nasihat, saran serta umpan balik mengenai keadaan individu. Jenis
informasi yang dapat diberikan seperti menolong individu untuk mengenali dan
Menurut Friedman dan House dalam Harnilawati (2010) menyimpulkan ada empat bentuk
a. Dukungan instrumental
keluarga merupakan suatu dukungan atau bantuan penuh dari keluarga dalam bentuk
memberikan bantuan tenaga, dana, maupun meluangkan waktu untuk membantu atau
b. Dukungan informasi
informasi yang disediakan agar dapat digunakan oleh seseorang dalam menanggulangi
Dukungan informasi merupakan suatu dukungan atau bantuan yang diberikan oleh
keluarga dalam bentuk memberikan saran atau masukan, nasehat atau arahan dan
43
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan
menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas keluarga.
kepada pihak lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari penderita. Penilaian ini bisa
positif dan negatif yang mana pengaruhnya sangat berarti bagi seseorang. Dukungan
penghargaan ini dapat membantu individu dalam meningkatkan harga diri, serta
membangun harga diri dan kompetisi. Terjadi lewat ungkapan rasa hormat
pengobatan.
d. Dukungan emosional
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan
bentuk atau jenis dukungan yang diberikan keluarga berupa dukungan simpati dan
fungsi afektif keluarga yang mengalami hipertensi. . Dukungan ini sangat penting
diberikan pada individu dalam menghadapi keadaan yang dianggap tidak dapat
alami. Ketika keluarga berbagi masalahnya dengan sistem dukungan sosial ini, hal ini
44
memberikan saran dan bimbingan tersendiri dalam memelihara nilai dan tradisi keluarga.
Tujuan utama kedua yang dicapai yaitu bahwabantuan berorientasi tugas sering seringkali
diberikan oleh keluarga besar, teman dan tetangga. Unsur penting dari bantuan ini tidak
2.4.5. Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Manajemen Perawatan Diri Pada
Dukungan sosial merupakan suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu. Keluarga
Dimana pada seseorang yang mendapat dukungan keluarga yang kuat untuk mengubah
perilaku kesehatan yang baru daripada individu yang tidak memiliki dukungan untuk
penderita hipertensi yang mendapat dukungan dari keluarga dukungan dapat meningkatkan
pengetahuan tentang hipertensi pada penderita. Dukungan yang diberikan keluarga dapat
yang diderita. Hipertensi merupakan penyakit kronis yang membutuhkan perawatan seumur
hidup. Hal ini menimbulkan tantangan unik, dimana penderita membutuhkan dukungan
Dalam konteks ini, dukungan keluarga merupakan motivasi utama pada seseorang dalam
menajemen penyakitnya. Seseorang yang mendapat dukungan dari keluarga seperti memberi
45
pengingat tentang pengobatan menunjukkan kepatuhan yang lebih baik dibandingkan
dengan mereka yang tidak mendapatkan dukungan dari keluarga (osamar, 2015).
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
Menurut undang –undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan lanjut usia
(lansia) merupakan seseorang yang mecapai usia 60 tahun keatas (Kemenkes, 2017). Dan
terdapat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2004, lansia
adalah seseorang yang telah mecapai usia 60 tahun keatas. Dapat disimpulkan lansia
merupakan seseorang yang berusia 60 tahun keatas yang mengalami suatu proses
menurunnya bahkan menghilangnya daya tahan serta kemunduran struktur dan fungsi organ
tubuh secara berangsur-angsur dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh
46
Hipertensi dikenal juga sebagai tekanan darah tinggi yang merupakan suatu kondisi
dimana pembuluh darah terus mengalami peningkatan tekanan. Hipertensi merupakan suatu
keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan darah diatas normal yang mengakibatkan
peningkatan angka kesakitan dan angka kematian. Pada orang dewasa,tekanan darah normal
yaitu 120 mmHg sistolik dan 80 mmHg diastolik. Seseorang dikatakan hipertensi apabila
tekanan darah sistolik sama dengan atau diatas 140 mmHg atau tekanan darah diastolic sama
dengan atau diatas 90 mmHg. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat menimbulkan
kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung), dan otak (menyebabkan
perawatan diri pada hipertensi dapat dilakukan dengan menerapkan lima komponen
manajemen diri yang terdiri dari integrasi diri, regulasi diri, interaksi dengan tenaga
kesehatan dan lainnya, pemantauan tekanan darah dan kepatuhan terhadap aturan yang
pengetahuan, efikasi diri, dukungan sosial dan nilai (Nweenie, 2011). Dukungan sosial
merupakan suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain
yang dapat dipercaya, sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang lain yang
memperhatikan, menghargai dan mencintainya (Cohen & Sme dalam Harnilawati, 2013).
Dukungan sosial dapat berasal dari keluarga, teman dan dari orang yang memiliki ikatan
emosi misalnya dengan orang professional seperti Ners, Dokter, Pekerja sosial, dan
47
Dukungan instrumental merupakan suatu dukungan atau bantuan penuh dari keluarga dalam
bentuk memberikan bantuan tenaga, dana, maupun meluangkan waktu untuk membantu atau
informasi merupakan suatu dukungan atau bantuan yang diberikan oleh keluarga dalam
bentuk memberikan saran atau masukan, nasehat atau arahan dan memberikan informasi-
informasi penting yang sangat dibutuhkan klien dalam upaya meningkatkan status
seseorang berdasarkan kondisi sebenarnya dari penderita. Penilaian ini bisa positif atau
negatif yang mana pengaruhnya sangat berarti bagi seseorang. Dukungan emosional
merupakanDiri
Manajemen bentuk dukungan atau bantuan yang dapat memberikan rasa aman, cinta kasih,
Hipertensi:
membangkitkan semangat, mengurangi putus asa, rendah diri, rasa keterbatasan sebagai
1. Integrasi diri
akibat
- Poladari
diet ketidakmampuan fisik (penurunan kesehatan, adanya kelainan) (Friedman dan
dan kurangi asupan
garamdalam Harnilawati, 2013).
House
- Olahraga
Tabel-3.1. Kerangka
Penurunan Teori
berat Penelitian
badan
- Kontrol stres
- Pembatasan konsumsi alkohol
Lansia Hipertensi
dan rokok
2. Regulasi diri
- Pengetahuan akan penyebab
perubahan tekanan darah
- Pengetahuan akan tanda dan Faktor yang mempengaruhi
gejala Hipertensi
manajemen diri
- Kemampuan membuat
keputusan Pengetahuan
Efikasi diri
3. Interaksi dengan tenaga Dukungan Sosial Keluargasosial
Dukungan
kesehatan Nilai
Dukungan instrumental
dan lainnya
Sumber
Dukungan informasi2011)
: (Nwenie,
4. Pemantauan tekanan darah Dukungan penilaian
5. Patuh terhadap aturan yang Dukungan emosional
dianjurkan
Sumber: Friedman dan House
dalam Smet, 2010). 48
Sumber : (Akhter, 2010)
Gambar 3.1 Kerangka Teori
B. Kerangka Konsep
Dibawah ini merupakan skema kerangka konsep yang berrtujuan untuk mengetahui
hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan manajemen diri penderita lansia
C. Manajemen DiriHipertensi:
Dukungan Sosial Keluarga
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep penelitian maka dapat dirumuskan bahwa hipotesa sebagai
berikut :
Ha : Ada hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan manajemen perawatan diri
49
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah korelasi dengan
pendekatan Cross Sectional Study,yaitu metode penelitian yang mengambil data variable
dependen (efek dari suatu fenomena) dan variable independen (penyebab) yang dilakukan
untuk melihat hubungan antar variabel dan dilakukan dalam sekali waktu (simultan).
Dengan studi ini akan diperoleh hubungan dan prevalensi dengan cara mengobservasi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara dukungan sosial
keluarga dengan manajemen perawatan diri pada lansia hipertensi di Puskesmas Lubuk
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Lubuk Buaya tahun 2019. Penelitian ini
1. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah
(“Supardi.S & Rustika,” 2016) Populasi dari penelitian ini adalah pasien lansia
hipertensi yang berumur 60 tahun keatas di Puskesmas Lubuk Buaya tahun 2018 yaitu
rata-rata pasien berkunjung pada bulan Oktober –Desember sejumlah 512 orang.
50
2. Sampel
Sampel penelitian adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
secara random sampling yaitu semua populasi yang ada memiliki hak untuk dipilih dalam
Keterangan :
N = Besar populasi
n = Besar sampel
Agar karakteristik sampel tidak menyimpang maka perlu criteria inklusi maupun kriteria
eklusi.
Kriteria inklusi merupakan subyek yang memenuhi syarat-syarat sebagai sampel sehingga
dapat dijadikan sebagai sampel. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
51
Kriteria ekslusi merupakan subyek yang tidak memenuhi syarat-syarat sebagai sampel
sehingga tidak dapat dijadikan sebagai sampel. Kriteria ekslusi dalam penelitian ini
adalah:
Pasien dengan komplikasi penyakit lain seperti penyakit ginjal dan diabetes.
Pasien yang tidak dapat berkomunukasi dengan baik
Pasien yang tinggal sendiri
1. Variabel Penelitian
52
terdiri dari 40item Management
Integrasi pernyataan rendah jika
diri skor
Regulasi 1,00 –2,00
diri -Self
Interaksi Management
dengan sedang jika
tenaga skor
kesehatan 2,01 – 3,00
dan lainnya -Self
Pemantaua Management
Kepatuha
terhadap
aturan yang
dianjurkn
Dukungan Bentuk Wawancara Kuisioner Ordinal Pengkategorian
sosial bantuan Terpimpin dukungan data dibagi
keluarga berupa moril keluargayang menjadi 2 level,
maupun terdiri dari 20 yaitu kurang
materil yang item baik dan
diberikan pernyataan baik
keluarga Dukungan
kepada Keluarga kurang
lansia baik= memiliki
dengan nilai skor <
hipertensi mean/median
Dukungan
keluarga baik=
memiliki nilai
skor ≥
mean/median
53
E. Instrumen Penelitian
Dalam pengumpulan data akan diperlukan suatu alat yang disebut instrument
1. Lembar persetujuan
Digunakan sebagai bukti kesediaan responden penelitian.
2. Kuesioner angket penelitian
Daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, sudah matang, dimana
responden (dalam hal angket) dan interview (dalam hal wawancara) tinggal memberikan
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data demografi, Hypertension Self
yaitu kuesioner tentang gambaran manajemen diri pada penderita hipertensi. HSMBQ
berasal dari penelitian (Akhter, 2010) yang dimodifikasi dari Diabetes Self Management
Instrument oleh Lin et.al (2008), terdiri dari 40 pernyataan. Semua pernyataan dalam
kuesioner disusun dalam bentuk pernyataan positif dengan menggunakan skala likert,
dengan 4 pilihan jawaban yang terdiri dari selalu(4), sering(3), kadang-kadang(2), tidak
13 item tentang integrasi diri (item nomor 1-13), 9 item tentang regulasi diri (item nomor
14-22), 9 item tentang interaksi dengan tenaga kesehatan (item nomor 23-31), 4 item
tentang pemantauan tekanan darah (item nomor 32-35), dan 5 item tentang kepatuhan
terhadap aturan yang dianjuran (item nomor 36-40). Pengkategorian data dibagi menjadi
3 level, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Self Management rendah jika skor 1,00 – 2,00,
54
Self Management sedang jika skor 2,01 – 3,00, Self Management tinggi jika skor 3,01 –
4,00.
pernyataan dalam kuisioner ini disusun dalam bentuk pernyataan positif dan
menggunakan skala likert, dengan 4 pilihan jawaban yang terdiri dari selalu(4),
meliputi: 4 item tentang dukungan instrumental (item 1-5), 5 item tentang dukungan
penilaian (item 6-10), 5 item tentang dukungan informasional (item 11-15), dan 5 item
tentang dukungan emosional (item 16-20). Kuesioner dukungan sosial keluarga berasal
F. Etika Penelitian
1. Inform consent
Sebelum lembar persetujuan diberikan kepada responden, peneliti menjelaskan maksud
dan tujuan penelitian. Kemudian lembar persetujuan diberikan kepada responden dengan
perlakuaan yang sama baik sebelum, saat maupun sesudah berpartisipasi dalam
penelitian.
5. Honesty
55
Jujur dalam pengumpulan bahan pustaka, pengumpulan data, pelaksanaan metode dan
prosedur penelitian, publikasi hasil. Jujur dalam kekurangan atau kegagalan metode
yang dilakukan.
a) Data primer
Data yang diperoleh melalui hasil penelitian secara langsung terhadap objek yang diteliti.
Data primer pada penelitian ini adalah manajemen perawatan diri dan dukungan sosial
keluarga.
b) Data Sekunder
Data yang didapatkan secara tidak langsung dari objek penelitian. Dimana data sekunder
penelitian ini adalah data dari Dinas Kesehatan Kota Padang dan data dari Puskesmas
Lubuk Buaya.
c) Tahap pengumpulan data awal
Meminta surat izin kepada bagian akademik yang ditujukan ke Dinas Kesehatan
Kota Padang.
Meminta surat izin dari dinas kesehatan kota padang yang ditujukan ke Puskesmas
Puskesmas Lubuk Buaya Padang yang sesuai dengan kriteria inklusi untuk menjadi
responden. Lalu peneliti membina hubungan saling percaya dengan responden. Setelah
56
menandatangani surat tersebut. Kemudian peneliti memberikan kuisoner kepada
responden.
H. Pengolahan Data
Setelah data terkumpul kemudian dioalah dengan bantuan komputer yaitu pengolahan
Setelah melakukan editting peneliti tidak menemukan data yang kurang atau missing
data.
2. Pengkodean Data (Coding)
Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan
“kode” (angka atau huruf) dimasukkan kedalam program atau “software” komputer.
4. Pembersihan Data (Cleaning)
Setelah semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan,
koreksi.
Penyajian data dalam bentuk distribusi frekuensi (persentase) dari variable dan sub
I. Analisa Data
Menurut Notoadmodjo (2010), analisa data suatu penelitian, biasanya melalui prosedur
57
1. Analisa Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap
variabel penelitian. Bentuk analisa univariat tergantung dari jenis datanya. Pada
penelitian ini analisa univariatnya adalah variabel dukungan sosial keluarga, variabel
(Notoatmodjo, 2010). Dan analisis bivariat pada penelitian ini adalah variabel dukungan
sosial keluarga dan manajemen perawatan diri penderita hipertensi dengan uji chi square
karena variabel pada penelitian ini adalah menggunakan data kategorik baik variabel
independen dan variable dependen dengan tingkat kemaknaan 95% (0,05). Jika nilai p <
0,05 berarti ada hubungan bermakna antara variabel independen dengan variabel
dependen.
58
BAB V
HASIL PENELITIAN
perawatan diri pada lansia hipertensi di Puskesmas Lubuk Buaya Padang. Pengumpulan
data dilakukan dari tanggal 18 Januari – 25 Juni 2019. Responden yang dijadikan
sampel dalam penelitian ini adalah lansia laki-laki dan lansia perempuan yang berumur
penderita Lansia Hipertensi di Puskesmas Lubuk Buaya Padang sesuai dengan kuesioner
demografi responden yang terdiri dari umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan.
Hasil penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu analisa univariat dan analisa bivariat
B. Analisa Univariat
1. Karakteristik Responden
Hasil penelitian menunjukkan data tentang frekuensi (f) dan persentase (%) dari
karakteristik umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan. Untuk lebih jelas nya pada
59
tabel 5.1 disajikan distribusi frekuensi dari umur, jenis kelamin, pendidikan dan
pekerjaan responden.
Tabel 5.1
Karakteristik Responden F %
Umur
61 - 70 tahun 123 75,9
71- 90 tahun 39 24,1
Jenis Kelamin
Laki-laki 75 46,3
Perempuan 87 53,7
Pendidikan
Tidak Sekolah 8 4,9
SD 25 15,4
SMP 34 21,0
SMA 60 37,0
Wiraswasta 15 9.3
Pensiunan 32 19.8
60
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 162 responden lebih dari separuh responden
perempuan (53,7%). Kurang dari separuh responden dengan pendidikan terakhir SMA
(37,0%) dan kurang dari separuh responden dengan status pekerjaan ibu rumah tangga
(34,0%).
Tabel 5.2
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 162 responden lebih dari separuh yang
mendapat dukungan keluarga baik (66,7%) dan dukungan yang kurang dari keluarga
61
3. Manajemen Perawatan Diri Pasien Lansia Hipertensi
lansia hipertensi di Puskesmas Lubuk Buaya Padang diperoleh hasil yang disajikan
Tabel 5.3
Manajemen Perawatan
Diri Frekuensi Persentase
Rendah 0 00,0
Sedang 17 10,5
C. Analisa Bivariat
Hasil analisis bivariat ini untuk melihat apakah terdapat hubungan antara
dukungan sosial keluarga dengan manajemen perawatan diri di Puskesmas Lubuk Buaya
Padang Tahun 2019 dapat dilihat pada tabel 5.4 sebagai berikut:
Tabel 5.4
62
Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dan Manajemen Perawatan Diri
Pasien Lansia Hipertensi di Puskesmas Lubuk Buaya Padang
Tahun 2019 (n = 162)
Dari Tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari (108) yang mendapat dukungan baik
dari keluarga, memiliki manajemen perawatan diri tinggi (100%). Dan dari (54) yang
mendapat dukungan yang kurang dari keluarga memiliki manajemen perawatan diri
sedang (31,5%). Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p value<0,05 yaitu 0,000,
maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara dukungan sosial
63
BAB VI
PEMBAHASAN
Pada hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa dari 162 responden penderita
memiliki dukungan keluarga yang baik. Pada penelitian ini dapat melihat adanya
64
keluarga yang terdiri dari empat dimensi yaitu dukungan instrumental, penilaian,
Dukungan dari keluarga adalah suatu hal yang sangat penting bagi penderita
lansia hipertensi dalam manajemen perawatan diri. Dukungan keluarga yang didapat
sehingga penderita merasa bahwa tetap ada yang memberikan perhatian, kasih sayang
dan ada yang peduli kepadanya walaupun dalam keadaan sakit. Menurut Bomar (2006),
dukungan keluarga adalah suatu bentuk perilaku melayani yang dilakukan oleh keluarga,
baik dalam bentuk dukungan emosional (perhatian, kasih sayang, empati), dukungan
ataupun dalam bentuk dukungan instrumental (bantuan tenaga, dana, dan waktu).
emosional banyak didapatkan oleh responden berasal dari keluarga. Berdasarkan analisis
kuisioner menunjukkan bahwa (82,1%) perhatian dan dukungan dari keluarga membuat
(82,1%) nasihat dan peringatan dari keluarga memotivasi penderita dalam mengontrol
keluarga sering meluangkan waktu, memberi perhatian, nasihat, dan dukungan untuk
65
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Herlinah (2013) dimana
kepedulian dan perhatian keluarga terhadap anggota keluarga yang mengalami masalah
kesehatan.
bentuk semangat, empati, rasa percaya, perhatian, sehingga individu yang menerimanya
merasa dicintai. Pada dukungan keluarga berdasarkan dimensi emosional, keluarga telah
penilaian yaitu (50,3%). Hal ini menunjukkan bahwa keluarga kurang dalam
keluarga adalah sebagian besar (68,5%) keluarga selalu tanggap terhadap setiap masalah
yang dialami selama dirawat di rumah, dan lebih dari separuh (55,6%) keluarga selalu
kurang optimal dalam melakukan manajemen perawatan diri. Menurut Setiadi (2008),
66
dihargai dan diterima, dimana harga diri seseorang dapat ditingkatkan dengan
yang positif terhadap individu. Dukungan yang baik akan memberikan respon yang
positif bagi klien dalam pemecahan masalah yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu,
keluarga harusnya bisa memberikan dukungan yang baik bagi anggota keluarganya,
dengan dukungan yang baik dari keluarga dapat meningkatkan harga diri pada penderita
sungguh.
selalu menganjurkan penderita untuk minum obat teratur dan 64,2% keluarga selalu
memperhatikan setiap jenis makanan penderita konsumsi sesua pengobatan yang sedang
penuh dari keluarga dalam bentuk memberikan bantuan tenaga, dana, maupun
meluangkan waktu untuk membantu atau melayani dan mendengarkan klien hipertensi
67
sering melarang penderita mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung lemak
dan 61,7% keluarga selalu memberikan informasi pengobatan pada pasien. Menurut
memberikan saran tentang apa yang harus dilakukan untuk menghadapi masalah. Hal ini
juga diungkapkan Friedman dimana keluarga berfungsi sebagai sistem yang mendukung
bagi anggotanya dan anggota keluarga yang memandang bahwa orang yang bersifat
yang paling rendah didapatkan oleh penderita hipertensi dengan persentase (50,3%). Hal
ini menunjukkan bahwa walaupun penelitian menyatakan lebih dari separuh (66,7%)
responden dengan hipertensi memiliki dukungan sosial keluarga yang baik tapi beberapa
responden. Dukungan sosial yang rendah menunjukkan bahwa masih banyak keluarga
yang tidak mengetahui dampak dari hal tersebut, dukungan sosial keluarga yang rendah
rendah dapat diatasi dengan memberikan informasi kepada keluarga akan pentingnya
dukungan sosial keluarga untuk melindungi pasien lansia hipertensi dari dampak atau
ancaman kesehatan seperti stress, kesepian dan kehilangan semangat hidup serta
kualitas pada pasien dan memberikan penghargaan serta perhatian. Untuk itu, perlu
adanya peran dari perawat untuk melibatkan keluarga dalam pengobatan pasien. Perawat
68
dapat memberikan edukasi kepada keluarga akan pentingnya dukungan pada penderita
lansia hipertensi seperti memberikan pujian pada penderita hipertensi dan membantu
analisis kuisioner didapatkan bahwa dukungan penilaian yang diberikan kerluarga masih
rendah, sehingga keluarga dapat memberikan dukungan yang baik pada penderita
membutuhkan pengobatan seumur hidup. Untuk itu, perlu adanya dukungan dari
Pada hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa dari 162 responden penderita
hipertensi di Puskesmas Lubuk Buaya Padang lebih dari separuh (89,5%) responden
memiliki manajemen perawatan diri dalam kategori tinggi. Pada penelitian ini untuk
terdiri dari lima dimensi yaitu integrasi diri, regulasi diri, interaksi dengan pelayanan
individu dalam mengenal dan mengelola gejala, perawatan, konsekuensi fisik dan
psikososial, dan perubahan gaya hidup yang terkait dengan penyakit kronis. Manajemen
perawatan diri yang efektif meliputi kemampuan seseorang dalam memantau kondisi
mereka untuk mencapai pengetahuan, perilaku dan respon emosional yang diperlukan
69
Manajemen perawatan diri pada penderita lansia hipertensi yang sudah
dilakukan cukup baik dapat dilihat dari kepatuhan terhadap aturan yang dianjurkan,
regulasi diri, integrasi diri dan interaksi dengan pelayanan kesehatan, hal ini disebabkan
diri pada pemantauan tekanan darah masih sedikit dilakukan responden. Pemantauan
tekanan darah dilakukan untuk mendeteksi tingkat tekanan darah sehingga penderita
perawatan diri.
menyatakan tidak pernah mengecek tekanan darah secara teratur. Hal ini disebabkan
karena sebagian besar responden mengatakan bahwa tidak memiliki alat pemeriksaan
tekanan darah dirumah. Untuk itu, perlu adanya peran dari perawat untuk memberikan
edukasi berupa pentingnya mengecek tekanan darah secara teratur dengan melibatkan
keluarga dan penderita lansia hipertensi. Diharapkan keluarga untuk dapat menyediakan
alat pemeriksaan tekanan darah dirumah sehingga penderita hipertensi dapat mengecek
tekanan darah secara rutin dan membantu pasien dalam membuat keputusan manajemen
banyak berusia dalam rentang 61-70 tahun, dari 162 responden terdapat 123 orang
(75,9%) responden berusia dalam rentang 61-70 tahun. Beberapa hasil penelitian
70
rasional tentang manfaat yang akan dicapai jika responden melakukan manajemen
(2006), terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam merespon masalah.
Dimana, laki-laki cenderung kurang peduli, tidak mau menjaga, mengontrol, ataupun
memeriksakan kesehatan secara rutin ke Puskesmas. Selain itu menurut Huda (2015),
dalam budaya Indonesia sebagian besar laki-laki bekerja. Hal ini mungkin disebabkan
cenderung tidak memiliki banyak waktu untuk mengendalikan tekanan darah. Oleh
karena itu, penderita hipertensi laki-laki memiliki manajemen perawatan diri yang
Pendidikan responden lebih banyak ditingkat SMA dan banyak dari responden
merupakan ibu rumah tangga. Hal ini dapat berpengaruh dalam manajemen perawatan
baik umumnya memiliki kemampuan manajemen perawatan diri yang lebih baik dalam
diberikan petugas kesehatan maupun yang didapatkan dari media lain. Seseorang
dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi memiliki tingkat manajemen perawatan diri
ibu rumah tangga. Pasien hipertensi yang tidak bekerja memiliki tingkat manajemen
perawatan diri lebih baik untuk latihan fisik daripada pasien yang bekerja. Pasien
71
hipertensi yang bekerja bisa memiliki jadwal dan tanggung jawab yang sangat banyak,
didapatkan hasil p = 0,000 (p < 0,05). Secara statistik terdapat hubungan dukungan
sosial keluarga dengan manajemen perawatan diri pada pasien hipertensi, bahwa
semakin baik dukungan sosial keluarga yang diterima seseorang, maka manajemen
perawatan dirinya semakin baik. Dukungan sosial keluarga terdiri dari empat dimensi
perawatan diri terdiri dari integrasi diri, regulasi diri, interaksi dengan pelayanan
kesehatan, memantau tekanan darah dan patuh terhadap aturan yang dianjurkan.
dikaitkan dengan manajemen perawatan diri pada penderita hipertensi. Menurut Flynn,
dari keluarga dapat membantu anggota keluarganya yang sakit kearah yang lebih sehat.
motivasi untuk perubahan perilaku dan mencapai tujuan dari manajemen perawatan
diri.
72
Penelitian lain yang dilakukan Shen, et al., (2017) menjelaskan bahwa dengan
pantauan terhadap keluarga tersebut selama 6-12 bulan, menunjukkan bahwa dukungan
pengobatan dan perubahan perilaku pada penderita hipertensi. Meskipun hasilnya tidak
signifikan pada akhir investigasi namun intervensi ini menunjukkan bahwa keluarga
memiliki dampak positif terhadap kepatuhan pasien dalam pengobatan dan perubahan
memiliki dukungan sosial keluarga yang baik, dimana dari 162 responden, terdapat 17
responden yang memiliki manajemen perawatan diri sedang dan 145 responden
sosial yang tinggi menyatakan bahwa keluarga mau mengerti bagaimana pasien
responden yang memiliki dukungan sosial yang baik melakukan manajemen perawatan
Dalam penelitian ini, penderita hipertensi yang memiliki manajemen perawatan diri
dalam kategori sedang disebabkan karena adanya dukungan emosional yang baik dari
melakukan manajemen perawatan diri. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Osamar (2015) yang menyatakan bahwa penderita hipertensi yang mendapat dukungan
penderita yang tidak mendapat dukungan dari keluarga. Menurut osamar, penyakit
73
kronis seperti hipertensi membutuhkan pengobatan seumur hidup. Hal ini merupakan
tantangan bagi pasien dan keluarga agar dapat mempertahankan motivasi untuk
Penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan dari keluarga menjadi faktor yang
penting dalam manajemen perawatan diri pada pasien lansia hipertensi di Puskesmas
Lubuk Buaya Padang. Dukungan sosial dari keluarga merupakan sistem dukungan sosial
yang terpenting bagi pasien lansia hipertensi dibandingkan dengan sistem dukungan
sosial lainnya, dukungan sosial keluarga berhubungan dengan peningkatan harga diri,
percaya diri, harapan hidup, status kesehatan serta motivasi pasien hipertensi. Hasil
penelitian yang dilakukan Tavares (2013) menyatakan bahwa dukungan sosial yang
diterima pasien hipertensi adalah dari keluarga. Keluarga merupakan sumber dukungan
yang paling utama. Keluarga merupakan anggota jaringan yang paling signifikan
tersebut dapat membantu penderita lansia hipertensi hidup lebih baik dan mendorong
meningkatkan perilaku dalam pengobatan penyakit. Hal serupa juga diungkapkan oleh
Dari hasil penelitian dan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan
memberikan pengaruh yang besar untuk mengontrol gaya hidup dan memberikan
dukungan positif dalam segi informasi, emosional, psikologi serta fisik yang terkait
dengan masalah kesehatan seperti halnya hipertensi. Semakin besar dukungan yang
74
diberikan oleh keluarga maka akan semakin baik manajemen perawatan diri yang
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
75
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas Lubuk Buaya Padang
B. Saran
1. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi
2. Bagi Keluarga
kepada penderita lansia hipertensi. Dengan cara menyediakan makanan sesuai diet
76
penderita hipertensi dan selalu memberikan pujian kepada penderita setiap kali
sehingga penderita lansia hipertensi dapat mengecek tekanan darah secara teratur.
3. Bagi Responden
manajemen perawatan diri yang baik dengan menerapkan pola hidup sehat serta
mengontrol hal – hal yang dapat meningkatkan tekanan darah. Selain itu diharapkan
tepat. Hal ini bertujuan agar tekanan darah responden dapat lebih stabil dan
dukungan sosial keluarga dan manajemen perawatan diri pada lansia dengan
(DM), dll.
77
78
79
80
81
1
DAFTAR PUSTAKA
http://www.penyakittidakmenular.com/referensi543html.
Depkes RI (2018) ‘Lansia Sejahtera, Masyarakat Bahagia’, Depkes RI, pp. 1–2.
Available at: http://www.depkes.go.id/article/view/18050900001/lansia-
sejahtera-masyarakat-bahagia-.html.
Dinas Kota Padang. (2018). Jumlah Penderita Hipertensi Tahun 2018. Padang.
Dalimartha, S.dkk. (2008). Care Your Self Hipertensi. Jakarta: Penebar Plus.
Education Program (CHEP) guidelines for pharmacists: An update’, Canadian
Pharmacists Journal, 146(3), pp. 146–150. doi:
10.1177/1715163513487476.
Eugene, V.,Paul BA. (2013). Hypertensive patients : knowledge, self-care
management practices and challenges. Journal of Behavioral Health.
Flynn, Sarah J et al. (2013). Facilitators and barriers to hypertension
selfmanagement in urban African Americans: perspectives of patients and
familymembers. NCBI Journal, vol. 07, hal. 741-749.
Friedman, Marilyn M. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga : Riset, Teori
danPraktek. Jakarta : EGC.
Gallant, Mary P. (2003). The influence of social support on chronic illness self-
management: A review and directions for research. Journal Health
Education and Behavior.
Goverwa, T. P. et al. (2014) ‘Uncontrolled hypertension among hypertensive
patients on treatment in Lupane District, Zimbabwe, 2012’, BMC Research
Notes, 7(1), pp. 1–8. doi: 10.1186/1756-0500-7-703.
Goverwa, P.T., Masuka, Nyasha.,Tshimanga, Mufuta. (2012). Uncontrolled
Hypertension Among Hypertensive Patients on Treatment in Lupane
District, Zimbabwe. BMC Research Notes.
Harnilawati. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulsel : Pustaka
As Salam.
Harvey, P.W., Petkov, J.N., Misan, G., Fuller, J., Battersby , M.W., Cayetano, T.N.,
Holmes, P. (2008). Self-management support and training for patient with
chronic and complex conditions improves health related behavior and
health outcomes. Australian Health Review, 32 330-338.
http://www.publish.csiro.au/ah/pdf/AH080330
Houle, S. K. D., Padwal, R. and Tsuyuki, R. T. (2013) ‘The 2012-2013 Canadian
Hypertension http://ejournalnwu.ac.id/article/view/1459410772
3
Kedokteran EGC:Jakarta
Nwinee, J.P. (2011). Socio-Behavioral Self-Care Management Nursing Model.
West African Journal of Nursing; 22:91-98.
Osamar, P.E. (2015). Social Support and Management of Hypertension in South-
West Nigeria. Cardiovascular Journal of Africa.
Omisakin, F.D. & Ncama, B.P. (2011). Self, Self-Care and Self-Management
Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jogjakarta : Nuha Medika.
PERKI. (2015). Pedoman Tata Laksana Hipertensi pada Penyakit
Kardiovaskuler. National Cardiovascular Center Harapan Kita Hospital :
Jakarta.
Peters-Bascombe. (2015). Self management of Hypertension : Among Residents of
St.Vincent and the Grenadines. Publisher :Xlibris. ISBN
13:9781514404447.
Riset Kesehatan Dasar. (2018). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas).
Setiadi. (2008). Konsep & Proses : Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Graha
ilmu.
Shen, Y., Peng, X., Wang, M. (2017). Family Member-Based Supervision of
Patients with Hypertension: a Cluster Randomized Trial in Rural China.
Journal of Human Hypertension.
Supardi, S & Rustika.(2013). Buku Ajar Metodologi Riset Keperwatan. Jakarta:
CV.Trans Info Media.
Tavares, R.S., Silva, D.M.G.V. (2013) The Implication Of Social Support In The
Lives of People With Hypertension ; 34(3):14-21.
Vassilev, I., Rogers, A., Kennedy, A., Koetsenruijter, J. (2014). The Influence of
Social Networks on Self- Management Support : a Metasynthesis ;14(1):1–
12. BMC Public Health.
Wassertheil-Smoller, S. et.al. (2004). Depression and Cardiovascular Sequelae in
Postmenopausal Women. The Women‟s Health Initiative (WHI) Arch Intern
Med;164(3):289–298.
WHO.(2015). What is Hypertension? http://www.who.int/features/qa/82/en/
World Health Organization. (2018). A Global Brief on Hypertension (Silent Killer
Global Public Health Crisis). Switzerland: World Health Organization.
5
Lampiran
Kepada Yth,
Bapak/ Ibu Calon Responden
di
Tempat
Dengan hormat,
No BP : 1511311016
Atas perhatian dan kesediaan Bapak/ Ibu sebagai partisipan, saya ucapkan
terima kasih.
Peneliti
yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia menjadi responden penelitian
Mirza Rullia Putri (No.BP 1511311016) dengan judul “Hubungan Dukungan Sosial
Demikian persetujuan ini saya tanda tangani dengan sukarela tanpa paksaan dari
siapapun.
Responden
(…………………….)
15
16
A. Data Demografi
Petunjuk pengisian :
Isilah data dibawah ini sesuai dengan kondisi anda saat ini dan berilah tanda
checklist (√) pada kotak yang disediakan pada masing – masing data berikut :
1. Inisial responden :
2. Usia : ……...tahun
SD
SMP
SMA/MK
Perguruan Tinggi
17
4. Jeniskelamin : Laki-laki
Perempuan
Wiraswasta Pensiunan
Sosial Keluarga
Petunjuk pengisian:
TP :Tidak Pernah
KD :Kadangkadang
SR :Sering
SL : Selalu
NO. Pernyataan TP KD SR SL
1 Keluarga saya mengusahakan dana yang
diperlukan untuk biaya pengobatan dan
perawatan saya
2 Keluarga memperhatikan setiap jenis makanan
yang saya konsumsi sesuai pengobatan saya
sungguh
Petunjuk pengisian :
Jika Anda menjawab (√) pada kolom 4,artinya Anda selalu makan
buah, sayur, gandum, dan kacang-kacangan lebih dari apa yang Anda
makan sebelum Anda didiagnosa hipertensi.
Integrasi Diri
1 Saya mempertimbangkanporsi dan pilihan
makanan ketika saya makan.
hipertensi.
Regulasi diri
14 Saya mengetahui kenapa tekanan darah saya
berubah.
15 Saya mengenali tanda dan gejala tekanan
darah tinggi.
Curiculum Vitae
A. Biodata Pribadi
Nama : Mirza Rullia Putri
Tempat/tanggal lahir : Cirebon/ 15 Agustus 1997
Agama : Islam
Daerah Asal : Padang
Pekerjaan : Mahasiswi Fakultas Keperawatan UNAND
Status : Belum Menikah
Nama Ayah : Masrul (Alm)
Nama Ibu : Elidasni
Alamat : Jalan Lubuak Rayo RT 03 RW 04 Padang
Email : mirzarp01@gmail.com
B. Riwayat Pendidikan
1. TK Seroja Cirebon : 2002 - 2003
2. SD Negeri 46 Koto Panjang Padang : 2003 - 2009
3. SMP Negeri 16 Padang : 2009 - 2012
4. SMA Negeri 7 Padang : 2012 - 2015
5. Fakultas Keperawatan Universitas Andalas : 2015 - Sekarang