Anda di halaman 1dari 18

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain atau rancangan penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk

menjawab pertanyaan penelitian dan mengantisipasi kesulitan yang dapat

terjadi selama proses penelitian (Notoatmodjo, 2015). Penelitian ini

menggunakan metode kuantitatif, yaitu suatu pendekatan yang dilakukan

dengan cara melakukan pengukuran sistematis untuk menyelidiki fenomena

dengan tujuan mengetahui, menjelaskan, memprediksi dan mengendalikan

suatu fenomena (Almalki, 2016). Metode penelitian kuantitatif digunakan

untuk mendeskripsikan fenomena pada karakteristik yang diamati, dan

biasanya mengidentifikasi korelasi antara dua entitas atau lebih. Metode

kuantitatif dipilih pada penelitian ini, dengan tujuan untuk mengkonfirmasi

hipotesis korelasi pengaruh edukasi cuci tangan terhadap perilaku cuci tangan

enam langkah berdasarkan persepsi keluarga pasien.

Desain yang digunakan pada penelitian ini menggunakan pendekatan cross

sectional, yaitu pengukuran yang dilakukan pada satu titik waktu tertentu

untuk memperkirakan prevalensi dari suatu populasi (Krickeberg, Pham, &

Pham, 2012). Menurut Nursalam (2011), cross sectional adalah penelitian

dengan menekankan waktu pengukuran dan observasi data antara variabel

dependen dan independen serta dilakukan satu kali pada satu saat (point time

approach) secara simultan.

52
53

Pendekatan cross sectional dilakukan untuk menyelidiki hubungan antara

edukasi cuci tangan terhadap perilaku cuci tangan enam langkah keluarga

pasien pada suatu periode waktu yang sama. Pendekatan cross sectional

dipilih karena relatif murah dan membutuhkan waktu yang sedikit, tetapi

dapat memperkirakan prevalensi kejadian.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit dr. Sitanala Tangerang yang

berlokasi di Jl. Dr. Sitanala No. 99 Kota Tangerang. Alasan peneliti

memilih RS dr. Sitanala sebagai lokasi penelitian karena belum pernah

ada penelitian sebelumnya yang meneliti tentang fenomena cuci tangan

pada keluarga pasien.

2. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada Bulan Juni-Juli 2019.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan jumlah keseluruhan yang menjadi subyek penelitian.

Populasi merupakan keseluruhan dari unit didalam pengamatan yang

akan dilakukan penelitian (Sabri & Hastono, 2014). Sedangkan Arikunto

(2016) mengatakan bahwa Populasi merupakan keseluruhan subjek


54

penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga pasien di

Instalasi Rawat Inap RS dr. Sitanala Tangerang berjumlah 391 orang

pada kunjungan Bulan April 2019.

2. Sampel

Sampel merupakan representasi dari populasi. Pada suatu penelitian

terutama penelitian klinis, perhitungan besar sampel memainkan peran

penting untuk menjamin akurasi dan integritas hasil penelitian (Chow,

Shao, Wang, & Lokhnygina, 2017). Sampel merupakan perwakilan

populasi dengan karakteristik yang diukur dan hasil ukur dari

karakteristik nantinya digunakan untuk menduga karakteristik populasi

(Sabri & Hastono, 2014). Dalam penelitian, untuk memberikan

perhitungan ukuran sampel yang akurat dan dapat diandalkan, sebuah uji

statistik yang sesuai untuk hipotesis dengan memperhatikan desain

penelitian perlu dilakukan. Perhitungan sampel pada penelitian ini

menggunakan rumus Slovin:

Keterangan:
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
e = nilai kritis (batas ketelitian), batas toleransi kesalahan (ditetapkan
5% dengan tingkat kepercayaan 95%)
55

Sehingga, perhitungan sampel sebagai berikut:


n = 391
1+391.0,052
n = 391
1+0,98
n = 197,5 (dibulatkan menjadi 198)

Berdasarkan perhitungan diperoleh jumlah sampel seluruhnya yaitu 198

responden. Setelah jumlah sampel diketahui, selanjutnya menentukan

metode pengambilan sampel yang sesuai. Metode pengambilan sampel

harus sistematis dan didefinisikan sehingga menarik kesimpulan yang

valid dari sampel (Acharya, Prakash, Saxena, & Nigam, 2013). Metode

pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan non-probability

sampling, yaitu teknik pengambilan sampel di mana responden yang

menjadi populasi dikumpulkan dalam suatu proses yang tidak

memberikan semua responden kesempatan yang sama untuk dipilih

menjadi sampel.

Teknik menentukan siapa yang menjadi sampel menggunakan

pendekatan convenience sampling, yaitu keluarga pasien yang menjadi

target sampel didasarkan pada kebetulan bertemu dan berada ditempat

penelitian (Etikan, Musa, & Alkassim, 2016). Peneliti akan memberikan

kuesioner kepada responden yang ditemui di tiap unit pelayanan rawat

inap. Peneliti memberi kesempatan selama kurang lebih 30 menit kepada

responden untuk mengisi kuesioner. Setelah jumlah target sampel


56

tercapai sebanyak 198 berdasarkan proporsi masing-masing unit, maka

proses pengambilan data telah dilakukan.

Sampel penelitian harus memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Menurut

Nursalam (2011), Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek

penelitian dari suatu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti.

Pada penelitian ini kriteria inklusinya adalah:

a. Dewasa : usia ≥ 18 tahun

b. Keluarga pasien rawat inap

c. Bersedia menjadi responden dengan menandatangani lembar

pernyataan persetujuan menjadi responden pada informed consent.

Sedangkan kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan

subyek yang memenuhi kriteria inklusi dan studi karena berbagai sebab

(Nursalam, 2011). Pada penelitian ini kriteria eksklusinya adalah:

a. Keluarga pasien yang mengisi kuesioner tidak lengkap.

D. Instrumen dan Prosedur Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk

mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau

mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara

sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau


57

menguji suatu hipotesis (Arikunto, 2016). Alat ukur yang digunakan pada

penelitian ini adalah lembar kuesioner dan lembar observasi. Sugiyono

(2014) mengatakan kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner berupa lembar

pernyataan tentang edukasi cuci tangan enam langkah.

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari bagian A, B,

dan C. Bagian A merupakan data demografi responden yang teridiri dari

7 pertanyaan. Bagian B adalah kuesioner tentang edukasi cuci tangan.

Terdiri dari 15 pernyataan yang akan diberikan dua kali kepada

responden yaitu sebelum dilakukan edukasi cuci tangan enam langkah

(pre-test), dan setelah diberikan edukasi cuci tangan enam langkah (pos-

test). Bagian C merupakan formulir observasi cuci tangan enam langkah

yang akan digunakan peneliti untuk menilai kesesuain perilaku cuci

tangan yang dilakukan responden.

Kuesioner menggunakan skala Likert dengan pengisian menggunakan

tanda centang (√). Sugiyono (2014) menyatakan bahwa skala Likert

digunakan untuk mengukur suatu sikap, pendapat, dan persepsi seseorang

atau sekelompok orang tentang suatu fenomena sosial. Pada kuesioner

edukasi cuci tangan, peneliti menggunakan skala Likert 1 sampai 4,

dimana 1 = sangat tidak setuju; 2 = tidak setuju; 3 = setuju; 4 = sangat


58

setuju; sedangkan untuk pernyataan negatif 4 = sangat tidak setuju; 3 =

tidak setuju; 2 = setuju; dan 1 = sangat setuju.

Sebelum instrumen digunakan sebagai alat pengumpul data, instrumen

harus diuji terlebih dahulu agar peneliti mendapatkan instrumen yang

valid (sahih) dan reliable (terpercaya).

a. Uji Validitas

Uji validitas instrumen dilakukan untuk menunjukkan keabsahan

dari instrumen yang akan dipakai pada penelitian. Validitas

(kesahihan) adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip

keandalan instrumen dalam pengumpulan data. Sedangkan

reliabilitas (keandalan) adalah kesamaan hasil pengukuran atau

pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati

berkali-kali dalam waktu yang berlainan. Menurut Arikunto (2016),

validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan

dan kesahihan suatu instrumen. Pengertian validitas tersebut

menunjukkan ketepatan dan kesesuaian alat ukur yang digunakan

untuk mengukur variabel. Alat ukur dapat dikatakan valid jika benar-

benar sesuai dan menjawab secara cermat tentang variabel yang akan

diukur. Validitas juga menunjukkan sejauh mana ketepatan

pernyataan dengan apa yang dinyatakan sesuai dengan koefisien

validitas. Suatu item pernyataan dikatakan valid, bila r-hitung positif

dan lebih besar dari r-tabel (Arikunto, 2016).


59

b. Uji Reliabilitas

Sedangkan uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui ketetapan

suatu instrumen didalam mengukur gejala yang sama walaupun

dalam waktu yang berbeda. Notoatmodjo (2016) berpendapat bahwa

reliabilitas adalah index yang menunjukan apakah suatu alat

pengukur dalam penelitian dapat dipercaya. Hal ini berarti

menunjukan sejauh mana hasil pengukuran dari instrument tersebut

tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih

terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang

sama. Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau

pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati

berkali-kali dalam waktu yang berlainan (Nursalam, 2013).

Reliabilitas merupakan suatu instrumen yang bila digunakan

beberapa kali untuk mengukur objek yang sama maka akan

menghasilkan data yang sama. Hasil pengukuran yang memiliki

tingkat reliabilitas yang tinggi akan mampu memberikan hasil yang

terpercaya. Tinggi rendahnya reliabilitas instrumen ditunjukkan oleh

suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas. Jika suatu instrumen

dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil

pengukurannya yang diperoleh konsisten, instrumen itu reliabel.

Perhitungan dalam pengujian reliabilitas, yaitu suatu variabel dapat


60

dikatakan reliabel apabila memberikan nilai Cronbach’s Alpha > 0,7

(Sabri & Hastono, 2014).

2. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data sebagai proses pendekatan kepada subjek dan

pengumpulan karakteristik subjek dalam penelitian (Nursalam, 2011).

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

a. Prosedur Administrasi

Prosedur administrasi dilakukan sebelum melakukan penelitian,

yaitu dimulai dari mengajukan surat izin penelitian ke Program Studi

S1 Keperawatan STIKes Widya Dharma Husada Tangerang.

Selanjutnya peneliti mendatangi RS dr. Sitanala Tangerang untuk

menyerahkan surat permohonan penelitian tersebut dengan

membawa proposal penelitian. Setelah izin penelitian disetujui oleh

Direktur RS dr. Sitanala Tangerang, selanjutnya peneliti mulai

melakukan sosialisasi kepada bagian-bagian terkait dengan

membawa disposisi Direktur Utama ke Kepala Instalasi Rawat Inap

dan Kepala Bidang Keperawatan. Selanjutnya peneliti mendatangi

masing-masing Kepala Ruang dan menyampaikan tujuan dan

prosedur penelitian.
61

b. Prosedur Pelaksanaan

1) Peneliti mengidentifikasi calon responden yang sesuai

memenuhi kriteria sampel yang ditetapkan.

2) Peneliti kemudian mendatangi calon responden dan

memperkenalkan diri.

3) Peneliti menjelaskan tentang tujuan dan prosedur penelitian,

kemungkinan resiko dan ketidaknyamanan, manfaat penelitian,

hak menolak untuk berpartisipasi serta jaminan kerahasiaan atau

privacy.

4) Peneliti memberikan kesempatan calon responden untuk

bertanya tentang hal-hal yang belum jelas mengenai penelitian

yang akan dilakukan.

5) Peneliti kemudian menawarkan calon responden untuk menjadi

responden penelitian

6) Responden yang bersedia, kemudian menandatangani lembar

persetujuan menjadi responden (informed consent).

7) Selanjutnya peneliti mulai melakukan pengumpulan data.

8) Peneliti membagikan kueisoner dan menjelaskan tentang cara

pengisian kuesioner.

9) Peneliti mendampingi responden pada saat pengisian data, jika

ada pertanyaan yang kurang dipahami responden, peneliti dapat

langsung menjelaskannya.
62

10) Setelah pengisian kuesioner selesai, responden dapat langsung

menyerahkannya pada peneliti.

11) Peneliti juga melakukan observasi terhadap perilaku cuci tangan

responden menggunakan lembar observasi

12) Kuesioner yang telah diisi dikumpulkan dan bila ada data yang

kurang lengkap dapat langsung dilengkapi saat itu juga.

E. Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan data adalah kegiatan lanjutan setelah pengumpulan data selesai

dilaksanakan. Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul maka langkah berikutnya adalah pengolahan data.

Dalam penelitian ini pengolahan data terdiri atas beberapa tahap, yaitu:

a. Editing

Editing dilakukan untuk memeriksa validitas data yang masuk.

Kegiatan ini terdiri dari pemeriksaan atas kelengkapan pengisian

kuesioner dan alat ukur. Langkah-langkah yang dilakukan adalah

memeriksa kelengkapan data, memeriksa kesinambungan data, dan

memeriksa keseragaman data. Pada tahap ini dilakuakan pengeditan

pada data untuk memastikan bahwa data yang diperoleh merupakan

data yang bersih dan lengkap, artinya bahwa data tersebut telah terisi
63

semua, konsisten dan relevan, serta dapat dibaca dengan baik

sehingga dapat dimengerti.

b. Coding

Coding merupakan kegiatan merubah data ke dalam bentuk yang

lebih ringkas dengan menggunakan kode-kode tertentu (Azwar,

2013). Maksudnya bahwa data yang sudah diedit diberi identitas

sehingga memiliki arti tertentu pada saat dianalisis. Semua variabel

pada penelitian ini dikategorikan pada proses coding. Pengkodean

data yang semula berupa huruf, diubah menjadi angka untuk

mempermudah proses pengolahan data.

c. Entry

Entry adalah proses memasukkan jawaban yang telah dikode ke

dalam tabel melalui pengolahan computer. Entry berguna untuk

menghitung frekuensi data dan dianalisis dengan menggunakan

bantuan aplikasi perangkat lunak komputer program SPSS

(Statistical Program for Social Science). Entry data merupakan

kegiatan memasukkan semua data isian kuesioner yang telah

dikoding terlebih dahulu melalui program pengolahan komputer

untuk dapat diproses lalu dianalisa.

d. Cleaning

Cleaning adalah kegiatan pemeriksaan kembali data yang telah

dimasukkan ke dalam komputer untuk mengetahui adanya kesalahan

kode dan melakukan koreksi (Notoatmodjo, 2015). Data yang tidak


64

sesuai dengan kebutuhan akan dihapus. Peneliti dapat mengetahui

missing data dengan melakukan pengecekan. Cleaning merupakan

kegiatan pengecekan ulang terhadap data yang sudah dimasukkan

kedalam program pengolahan data untuk melihat kemungkinan

adanya kesalahan-kesalahan dalm pengkodingan, adanya

ketidaklengkapan selanjutnya dilakukan pembetulan atau koreksi

sehingga sudah siap untuk dianalisa.

2. Analisa Data

Setelah data dikumpulkan, selanjutnya dilakukan pengolahan data

dengan menggunakan uji statistic yang sesuai dengan pendekatan atau

desain yang digunakan, sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang

disebut analisa data (Notoatmodjo, 2015). Analisa data dalam penelitian

ini menggunakan analisa univariat dan bivariat.

a. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan terhadap seluruh variabel penelitian

sehingga karakteristik setiap variabel dapat diketahui dan

memudahkan dalam melakukan analisis bivariat. Hasil analisa

univariat disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dari

persentase tiap variabel penelitian. Adapun cara perhitungan

dilakukan dengan menggunakan rumus menurut Arikunto (2016)

sebagai berikut:
65

F
P= x 100%
N

Keterangan:

P = Persentase
F = Jumlah soal yang benar
N = Jumlah seluruh soal

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

hubungan antara kedua variabel, yaitu variabel independen dan

variabel dependen. Karena dalam penelitian ini memiliki dua

variabel yang sama, yaitu data ordinal (kategori), maka metode yang

tepat untuk menganalisis hubungan antara dua variabel ini adalah

menggunakan uji non parametrik, yaitu uji chi square. Adapun

rumus yang digunakan dalam uji chi quare adalah sebagai berikut:

(fo − fe)2
x2 = ∑
fe

Keterangan:
x2 = Nilai chi square

fo = Nilai hasil pengamatan untuk tiap kategori (frekuensi


empiris)

fe = Nilai hasil yang diharapkan untuk tiap kategori


(frekuensi teoritis)
66

Kesimpulan uji statistik sebagai berikut:

1) Jika didapatkan nilai p value ≤ 0,05, maka H0 ditolak dan Ha

diterima, artinya menunjukkan kedua variabel tersebut ada

hubungan.

2) Jika didapatkan nilai p value > 0,05, maka H0 diterima dan Ha

ditolak, artinya menunjukkan kedua variabel tersebut tidak ada

hubungan.

F. Etika Penelitian

Sejak Deklarasi Helsinki ditetapkan bahwa kesejahteraan setiap peserta

(subjek) dalam studi penelitian harus didahulukan dari kemajuan ilmu

pengetahuan (World Medical Association, 2008 dalam Greaney et al., 2012).

Untuk memastikan perlindungan subjek penelitian, pedoman etika penelitian

untuk perawat dan profesional kesehatan lainnya telah memasukkan prinsip

etika yang luas untuk memandu pelaksanaan penelitian.

Dewan pengawas etik keperawatan internasional telah memberikan panduan

bagi perawat tentang perilaku etis penelitian dan langkah-langkah yang

diperlukan untuk melindungi semua yang terlibat dalam proses penelitian

(Greaney et al., 2012). Prinsip-prinsip ini, yang diartikulasikan dalam

Laporan Belmont (Komisi Nasional untuk Perlindungan Subjek Manusia dari

Penelitian Biomedis dan Perilaku, 1979) mencakup tiga prinsip utama yaitu

menghormati orang, kebaikan dan keadilan.


67

Etika penelitian merupakan sistem nilai yang harus dipenuhi untuk menjamin

harkat, martabat, kesejahteraan, serta melindungi subyek dari tindakan

merugikan akibat penelitian (Greaney et al., 2012). Sebelum melakukan

penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan uji etik oleh Komite Etik

Rumah Sakit dr. Sitanala tempat dilaksanakannya penelitian. Setelah

mendapatkan rekomendasi lolos uji etik, peneliti baru melakukan

pengambilan data pada keluarga pasien di rumah sakit.

Greaney et al., (2012) dalam studinya yang bertema tentang panduan etika

penelitian untuk peneliti pemula, menyebutkan prinsip etik yang diterapkan

dalam penelitian yaitu:

a. Right to self for persons

Pada dasarnya prinsip menghormati hak orang lain berfungsi untuk

mencegah eksploitasi responden. Tidak dapat diterima bahwa responden

dilihat hanya sebagai sarana untuk pengetahuan baru, tetapi bahwa

responden dihormati sebagai individu yang memiliki hak sendiri.

Responden yang memenuhi kriteria inklusi diberikan lembar pernyataan

(informed consent) bersedia menjadi responden penelitian. Setelah

mendapat penjelasan tentang manfaat dan kegunaan penelitian maka

responden bebas untuk memilih persetujuan menjadi responden atau

tidak. Cara ini dilakukan sebagai upaya menghormati harkat dan

martabat responden.
68

b. Right to anonymity

Peneliti tidak menggunakan nama responden pada kuesioner untuk

menjaga kerahasiaan informasi. Peneliti menggunakan kode untuk

menandai responden berupa k1 untuk responden pertama, k2 untuk

responden ke-2, dan begitu selanjutnya. Penggunaaan kode pada

kuesioner hanya diketahui oleh peneliti untuk digunakan jika ada hal-hal

yang ingin dikonfirmasi.

c. Right to confidentiality

Data penelitian yang berasal dari responden wajib dijaga kerahasiannya,

termasuk didalamnya seluruh dokumen pengumpul data berupa biografi

dan kuesioner. Seluruh dokumen disimpan dalam tempat khusus yang

hanya bisa diakses oleh peneliti saja dan jika selesai proses penelitian

maka seluruh data akan dimusnahkan dengan cara dibakar.

d. Right to privacy

Hak bebas untuk memilih jawaban pada kuesioner yang diberikan.

Responden diberikan kesempatan mengisi kuesioner sekitar 30 menit

pada hari pertemuan. Peneliti mengatur jarak dengan responden selama

proses pengisian kuesioner untuk menghargai kerahasiaan jawaban,

namun jika ada pertanyaan tentang maksud isi kuesioner maka peneliti

menjelaskan tanpa mempengaruhi pemikiran dan pendapat responden.

Kuesioner tidak boleh dibawa pulang kerumah dan harus diselesaikan

dalam satu waktu pertemuan.


69

e. Beneficence

Prinsip beneficence mengharuskan peneliti memastikan kesejahteraan

responden, namun ini juga memasukkan prinsip non-maleficence yang

mengacu pada kegiatan melindungi responden dari bahaya. Oleh karena

itu, prinsip beneficence menuntut agar peneliti memaksimalkan manfaat

yang mungkin dari penelitian dan meminimalkan kerugian. Peneliti

meyakinkan bahwa manfaat penelitian yang akan dilakukan jauh lebih

besar ketimbang kemungkinan kerugian yang akan didapat. Penelitian ini

tidak akan menimbulkan bahaya secara langsung karena bukan penelitian

intervensi, melainkan responden hanya mengisi kuesioner.

G. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian yang dirasakan yaitu penelitian hanya

dilakukan sebatas mengetahui adanya pengaruh edukasi cuci tangan terhadap

perilaku cuci tangan enam langkah pada keluarga pasien. Hal ini disebabkan

keterbatasan waktu dan kemampuan peneliti, karena peneliti masih tahap

pemula dan diharapkan peneliti berikutnya dapat mengembangkan penelitian

dengan metode lain.

Anda mungkin juga menyukai