Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH DEFINISI OPERASIONAL DALAM PENELITIAN

DOSEN PENGAMPUH :
NS. NORMAN ALFIAT TALIBO, S.KEP, M.KES

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
1. Wita Cahya (1801018)
2. Fiona Sabentar (1801057)
3. Ribka Lanongbuka (1801073)
4. Hamzah Talipi (1801027)
5. Fadillah Bachmid (1801047)
6. Rifki Mokoginta (1801103)
7. Vivi Fadriyanti (1801085)
8. Paramita Mukaram (1801043)
9. Sri Sulastri Ilahude (1801008)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MUHAMMADIYAH MANADO
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat serta anugerah-Nya sehingga
Kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik dan dalam bentukyang
sederhana. Semoga Makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjukmaupun
pedoman bagi pembaca mengenai pengetahuan dasar mengenai kesehatan.

Harapan kami semoga makalah ini menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, walaupun kami akui masih banyak kekurangan dalam penyajian makalah ini karenailmu
yang kami miliki masih sangat kurang.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperanserta dalam
penyusunan makalah ini, dari awal sampai akhir hingga menjadi sebuah makalah.kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk pembuatan makalah berikutnya,
terimakasih.

Manado, 10 Mei 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………..………………………........2
DAFTAR ISI……………………………………………………...…………….…….3
BAB I PENDAHULUAN………………………………..…………………………...4
1. Latar Belakang…..…………………………………….……………………………4
2. Rumusan Masalah…………………………..……………..……………………….5
3. Tujuan Penulisan..……………………………………………..…………………...5
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………..………..……...6
A. Pengertian Definisi Operasional ……………….………………………...…...…...6
B. Manfaat Definisi Operasional ……………………………………………...……...6
C. Tipe-Tipe Definisi Operasional ……………………………………….…………..6
D. Proses Operasionalisasi Variabel ……………………………………………….…8
BAB III PENUTUP……………………………..………………………………..….10
Kesimpulan………………………….……………………………………………….10
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….…….11
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipotesis seperti yang kita ketahui yakni dugaan yang mungkin benar, atau mungkin juga
salah. Dia akan ditolak jika salah atau palsu, dan akan diterima jika faktor-faktor
membenarkannya. Penolakan dan penerimaan hipotesis, dengan begitu sangat tergantung kepada
hasil-hasil penyelidikan terhadap faktor-faktor yang dikumpulkan. Hipotesis dapat juga dipandang
sebagai konklusi yang sifatnya sangat sementara. Sebagai konklusi sudah tentu hipotesis tidak
dibuat dengan semena-mena, melainkan atas dasar pengetahuanpengetahuan tertentu. Pengetahuan
ini sebagian dapat diambil dari hasil-hasil serta problematika-problematika yang timbul dari
penyelidikan-penyelidikan yang mendahului, dari renungan-renungan atas dasar pertimbangan
yang masuk akal, ataupun dari hasil-hasil penyelidikan yang dilakukan sendiri. Secara prosedural
hipotesis penelitian diajukan setelah peneliti melakukan kajian pustaka, karena hipotesis penelitian
adalah rangkuman dari kesimpulan-kesimpulan teoritis yang diperoleh dari kajian pustaka. Dalam
kehidupan sehari-hari, sering kita jumpai banyak hal yang dapat kita deskripsikan dalam bentuk
data. Informasi data yang diperoleh tentunya harus diolah terlebih dahulu menjadi sebuah data
yang mudah dibaca dan dianalisa. Statistika adalah ilmu yang mempelajari cara-cara pengolahan
data. Untuk meperoleh data-data tersebut, diperlukan adanya suatu penelitian. Penelitian ini
didapatkan melalui berbagai cara, dan juga berbagai langka-langkah pengujian dari para
pengumpul data. Sebelum melakukan penelitian, kita akan menduga-duga terlebih dahulu
terhadap apa yang kita ingin teliti. Pernyataan dugaan atau pernyataan sementara kita ini yang
disebut hipotesis. Banyak sekali macam-macam konsep hipotesis ini, salah satunya jenis hipotesis.
Terkadang dalam penelitian pun banyak sekali permasalahan-permasalahan dan juga kesalahan
dalam melakukan penelitian. Seluruh yang akan dibahas dalam melakukan hipotesis penelitian
akan dibahas dalam makalah ini beserta permasalah-permasalahan yang terjadi. Hipotesis seperti
yang kita ketahui (statistik), yakni dugaan yang mungkin benar, atau mungkin juga salah. Dia
akan ditolak jika salah atau palsu, dan akan diterima jika faktorfaktor membenarkannya.
Penolakan dan penerimaan hipotesis, dengan begitu sangat tergantung kepada hasil-hasil
penyelidikan terhadap faktor-faktor yang dikumpulkan. Selanjutnya, pengujian hipotesis
penelitian secara perhitungan statistik memerlukan perubahan rumusan hipotesis ke dalam
rumusan hipotesis statistik yang mana memasangkan

Hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nol (Ho) sehingga dapat memutuskan dengan tegas
menolak atau menerima salah satu dari kedua hipotesis tersebut. Selain itu, Pengujian hipotesis
deskriptif pada dasarnya merupakan proses pengujian generalisasi hasil penelitian yang
didasarkan pada satu sampel. Kesimpulan yang dihasilkan nanti adalah apakah hipotesis yang
diuji itu dapat digeneralisasikan atau tidak. Dalam uji hipotesis satu sampel ini variabel
penelitiannya bersifat mandiri, dan sampelnya satu, oleh karena itu variabel penelitiannya tidak
berbentuk perbandingan ataupun hubungan antar dua variabel atau lebih.

B. Rumusan Masalah

1. Jelaskan pengertian Definisi Operasional Dalam Penelitian?

2. Jelaskan Manfaat Definisi Operasional

3. Jelaskan Tipe-Tipe Definisi Operasional

4. Jelaskan Proses Operasionalisasi Variabel

C. Tujuan

1. Dapat mengetahui pengertian dari Definisi Operasional Dalam Penelitian?

2. Dapat mengetahui Manfaat Definisi Operasional

3. Dapat mengetahui Jelaskan Tipe-Tipe Definisi Operasional

4. Dapat mengetahui Jelaskan Proses Operasionalisasi Variabel


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Definisi Operasional

Definisi operasional variabel dalam penelitian merupakan hal yang sangat penting guna
menghindari penyimpangan atau kesalah pahaman pada saat pengumpulan data.
Penyimpangan muncul dalam bentuk "bias". Penyimpangan dapat disebabkan oleh
pemilihan/penggunaan instrumen (alat pengumpul data) yang kurang tepat atau susunan
pertanyaan yang tidak konsisten. Namun, bukan berarti bahwa semua variabel perlu diberikan
definisi operasional Variabel yang sudah jelas, mempunyai pengertian dan interpretasi yang
sama, misalnya jenis kelamin (sex"), tidak perlu diberikan definisi operasional.
Semua orang tidak akan membuat kesalahan untuk menentukan apakah seseorang itu laki-
laki atau wanita. Sebaliknya Pekerjaan Pokok misalnya, justru sangat perlu diberikan definisi
operasional, sebab Pekerjaan Pokok dapat diartikan pekerjaan yang paling banyak
menghasilkan uang ataupun pekerjaan yang paling banyak menyita waktu dalam satu kurun
waktu tertentu.
Agar variabel dapat diukur dengan menggunakan instrumen atau alat ukur, maka variabel
harus diberi batasan atau definisi yang operasional atau “Definisi Operasianal Variabel”.
Definisi Operasional ini penting dan diperlukan agar pengukuran variabel atau pengumpulan
data (variabel) itu konsisten antara sumber data (responden) yang satu dengan responden
yang lain. Disamping variabel harus di definisi operasionalkan yang juga perlu dijelaskan
cara atau metode pengukuran, hasil ukur atau kategorinya, serta skala pengukuran yang
digunakan. Untuk memudahkan, biasanya definisi operasional itu disajikan dalam bentuk
“matriks” yang terdiri dari kolom-kolom.
Definisi operasional adalah definisi yang rumusannya didasarkan pada sifat-sifatatau hal-
hal yang dapat diamati. Definisi operasional adalah definisi yang rumusannya menggunakan
kata- katayang operasional, sehingga variabel bisa diukur.

Contoh pentingnya definisi operasional adalah mengenai benar dan salah dari suatu hal,
atau saat observasi dilakukan dimana terdapat kegundahan dan kebingungan. Sebab dengan
informasi atau panduan tersebut, peneliti bisa mengetahui cara mengembangkan konsep yang
baik. Dengan begitu peneliti bisa memastikan apakah prosedur dalam pengukuran bisa
dilakukan dengan cara yang sama (terdahulu) atau dengan cara yang baru.

B. Manfaat Definisi Operasional

Manfaat definisi operasional variabel untuk mengidentifikasi kriteria yang dapat diobservasi
sehingga memudahkan observasi atau pengukuran terhadap variabel.

C. Tipe-Tipe Definisi Operasional

1. Definisi operasional Tipe A


Definisi operasional Tipe A atau Pola I dapat disusun didasarkan pada operasi yang harus
dilakukan, sehingga menyebabkan gejala atau keadaan yang didefinisikan menjadi nyata atau
dapat terjadi.

Dengan menggunakan prosedur tertentu peneliti dapat membuat gejala menjadi nyata.

Contoh: “Konflik” didefinisikan sebagai keadaan yang dihasilkan dengan menempatkan dua
orang atau lebih pada situasi dimana masing-masing orang mempunyai tujuan yang sama,
tetapi hanya satu orang yang akan dapat mencapainya.

2. Definisi operasional Tipe B

Definisi operasional Tipe B atau Pola II dapat disusun didasarkan pada bagaimana objek
tertentu yang didefinisikan dapat dioperasionalisasikan, yaitu berupa apa yang dilakukannya
atau apa yang menyusun karaktersitikkarakteristik dinamisnya.

Contoh: “Orang pandai” dapat didefinisikan sebagai seorang yang mendapatkan nilai-nilai
tinggi di sekolahnya.

3. Definisi Operasional Tipe C

Definisi operasional Tipe C atau Pola III dapat disusun didasarkan pada penampakan seperti
apa objek atau gejala yang didefinisikan tersebut, yaitu apa saja yang menyusun karaktersitik-
karaktersitik statisnya.

Contoh: Orang pandai dapat didefinisikan sebagai orang yang mempunyai ingatan kuat,
menguasai beberapa bahasa asing, kemampuan berpikir baik, sistematis dan mempunyai
kemampuan menghitung secara cepat.

Dalam setiap penelitian pasti terdapat variabel penelitian. Jumlah variabel penelitian bisa
hanya satu namun juga bisa lebih dari satu. Variabel penelitian pada hakikatnya merupakan
konsep yang nilainya ingin diketahui oleh peneliti. Tidak sedikit variabel yang terlibat dalam
suatu penelitian sifatnya abstrak, dalam arti tidak jelas wujud dan ukurannya, sehingga sulit
juga ditentukan nilainya. Kalau variabel penelitiannya adalah tinggi badan atau berat badan
maka sifat kedua variabel tersebut relatif konkret . Peneliti bisa segera mengukur nilai tinggi
badan dengan meteran, sedangkan nilai berat badan diukur menggunakan timbangan. Setelah
dilakukan pengukuran maka data nilai tentang tinggi dan berat badan diketahui. Namun jika
variabel penelitiannya bersifat abstrak, misalnya motivasi atau kepuasan kerja , maka peneliti
perlu menetapkan cara pengukuran variabel tersebut agar dapat memperoleh nilai yang tepat
bagi kedua variabel tersebut. Proses penentuan ukuran suatu variabel tersebut dikenal dengan
nama operasionalisasi variabel.

Apakah semua variabel penelitian harus dibuat definisi operasionalnya?

Kalau yang dimaksud dengan definisi operasional variabel adalah proses penentuan ukuran
suatu variabel, maka tidak semua variabel penelitian harus disusun definisi operasionalnya.
Misalnya penelitian yang tujuannya adalah ingin mengetahui pengaruh iklan terhadap volume
penjualan. Iklan adalah variabel bebas dan volume penjualan adalah variabel tergantung. Dari
dua variabel tersebut yang perlu dilakukan pengukuran – artinya disusun variabel
operasionalnya – adalah volume penjualan. sedangkan variabel “iklan” tidak perlu. Yang perlu
dilakukan oleh peneliti adalah menyusun definisi konseptual variabel “iklan”. Jika metode
penelitian atau rancangan penelitian yang akan diterapkan adalah “pre and post test design”
maka peneliti harus membandingkan volume penjualan sebelum ada iklan dengan volume
penjualan setelah ada iklan. Kedudukan “iklan” dalam rancangan penelitian tersebut adalah
sebagai betuk “perlakuan” (treatment)

Contoh penelitian lain yang tidak memerlukan operasionalisasi variabel, misalnya penelitian
yang bertujuan ingin mengetahui strategi bisnis, ingin mengetahui proses seleksi, atau
penelitian-penelitian kualitatif yang sasaran utamanya adalah memberikan uraian/deskripsi
atau gambaran lengkap dari suatu proses kegiatan. Yang diperlukan oleh penelitian jenis ini
adalah definisi konseptual, bukan definisi operasional. Contohnya, ketika peneliti ingin
mengetahui bagaimana proses seleksi pegawai di suatu organisasi, maka peneliti harus
memiliki definisi konseptual tentang variabel seleksi pegawai, agar yang ditelitinya memang
tentang seleksi pegawai, bukan kegiatan lainnya. Definisi konseptual tentang seleksi pegawai
harus lengkap dan rinci, termasuk proses dan kegiatan-kegiatan apa yang seharusnya
dilakukan dalam seleksi pegawai. Demikian pula ketika peneliti ingin mengetahui bagaimana
strategi bisnis suatu perusahaan. Definisi konseptual yang lengkap tetang strategi bisnis dan
kegiatan-kegiatannya, harus dikuasai oleh peneliti agar yang ditelitinya memang benar-benar
strategi bisnis, bukan “sekedar” strategi pemasaran, seperti yang banyak dijumpai dalam hasil
penelitian yang digunakan untuk penyusunan skripsi atau tesis.

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur dan Kategori Skala


Alat Ukur
1. Perilaku Perilaku merokok adalah CU : wawancara 1. Tidak Nominal
merokok aktivitas seseorang yang AU : kuesioner 2.Ya
merupakan respon orang
tersebut terhadap
rangsangan dari luar yaitu
factor-faktor yang
mempengaruhi seseorang
untuk merokok dan dapat
diamati secara langsung

2. Aktifitas Aktivitas fisik yang CU : wawancara 1.Tidak rutin Nominal


fisik dilakukan secara rutin AU : kuesioner 2. Rutin
oleh responden untuk
menyehatkan badan,
misalnya : senam lansia,
jalan, lari pagi yang
dilakukan dengan durasi
minimal 3x seminggu
selama 30 menit

3. Umur Lama hidup responden CU : Wawancara 1. Usia lanjut


dari lahir sampai saat dan melihat kartu dengan usia
penelitian. tanda penduduk ˃65 tahun
  (KTP). 2. Usia lanjut
AU : Kuesioner dini 60-64
  tahun

D. Proses Operasionalisasi Variabel

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengembalikan variabel penelitian ke bentuk
awal, yaitu konsep penelitian. Peneliti harus mendefinisikan konsep penelitian sesuai dengan
definisi-definisi yang telah diberikan oleh para akhli yang relevan dengan konsep penelitiannya.
Jika konsep penelitiannya adalah “motivasi kerja”, maka peneliti harus menemukan definisi
“motivasi kerja” yang telah banyak diakui kebenarannya oleh para pakar di bidang tersebut.
Dalam tahapan ini studi kepustakaan menjadi salah satu tahap yang harus dilalui. Melalui studi
kepustakaan yang mendalam dan memadai, peneliti akan mampu merumuskan definisi konsep
penelitiannya dengan benar. Jadi ketika konsep penelitiannya adalah tentang “motivasi kerja”
maka kepustakaan atau literatur tentang konsep tersebut harus benar-benar dipahami dengan baik
oleh peneliti.

Perlu diketahui, tidak sedikit kita menemukan satu konsep dengan definisi yang berbeda.
Misalnya, definisi “motivasi” yang dikemukakan oleh A.H. Maslow berbeda dengan Victor
Vroom. Maslow mendefinisikan motivasi sebagai “motivation arises from the needs and wants of
an individual and drives the people towards action or work by doing which he makes efforts to
fulfill these needs and wants. (kebutuhan-kebutuhan atau keinginan-keinginan individu yang
membuatnya terdorong untuk melakukan sesuatu agar kebutuhan-kebutuhan tersebut terpuaskan).
Sedangkan Vroom mengatakan bahwa “motivation is a product of the individual’s expectancy that
a certain effort will lead to the intended performance, the instrumentality of this performance
to achieving a certain result, and the desirability of this result for the individual, known as
valence”. (S.E. Condrey, 2005, p.482). Berdasarkan definisi tersebut disusunlah rumus M=
ExIxV. Oleh karena itu, agar punya landasan teoritis yang jelas biasanya untuk kepentingan
penyusunan definisi operasional variabel, peneliti hanya memilih atau menggunakan satu definisi
tertentu yang cocok atau sesuai dengan tujuan penelitiannya. Beberapa penulis menamakan
langkah pertama ini dengan nama definisi konseptual.

Langkah berikutnya adalah menemukan cara mengetahui besaran (ukuran) dari variabel
penelitian berdasarkan definisi konseptual, atau dengan kata lain mulai mengoperasionalisasikan
variabel penelitian. Agar lebih cepat dipahami simaklah contoh berikut ini. Kita ambil satu contoh
penelitian tentang motivasi yang menggunakan konsep Victor Vroom. Terlebih dahulu ditentukan
definisi konseptualnya, kemudian disusun definisi operasionalnya. Agar lebih dipahami,
sebaiknya definisi konseptual dan operasional variabel penelitian dimasukan ke dalam satu tabel
seperti di berikut ini:
Definisi Operasional
Variabel Definisi Konseptual Dimensi Skor Motivasi Skala
Pengkuran
a. Ekspektancy
dan
1. Expectancy: Instrumenta
“Motivation is a product Keyakinan lity
of the seseorang bahwa Keyakinan
individual’s expectancy dia mampu sangat tinggi,
t hat a certain effort will mengerjakan skor 1
Motivasi lead to the intended tugas yang Keyakinan tinggi Interval
performance, dibebankan skor 0,75
the instrumentality of kepadanya Keyakinan
this performance to 2. Instrumentali cukup, skor 0.50
achieving a certain ty: Keyakinan
result, and the Keyakinan rendah 0,25
desirability of this result seseorang bahwa Keyakinan
for the individual, jika dia berhasil sangat rendah
known as valence”. mengerjakan skor 0.00
tugas maka dia b. Valence
M=ExIxV akan Nilai imbalan
Victor Vroom memperoleh sangat tinggi,
imbalan skor 1
3. Valence Nilai imbalan
Nilai imbalan tinggi, skor 0,75
bagi seseorang Nilai imbalan
ketika imbalan cukup, skor 0,50
tersebut Nilai imbalan
diperoleh rendah, skor 0,25
Nilai imbalan
sangat rendah,
skor 0,00

Contoh berikutnya: Variabel penelitiannya adalah “kepuasan kerja”. Definisi konseptual


kepuasan kerja adalah berdasarkan konsep JDI (Job Descriptive Index) adalah “sikap pekerja
terhadap dimensi-demensi pekerjaan (gaji, pekerjaan itu sendiri, rekan kerja, atasan dan
promosi}.” Berdasarkan definisi konseptual tersebut disusun definisi operasional, yang sasaran
utamanya adalah agar definisi konseptual bisa diukur sehingga dapat ditetapkan nilai atau
skornya. Agar lebih jelas dan juga mudah dimengerti, definisi konseptual dan operasional
dapat disatukan dalam satu tabel seperti di berikut ini.

Definisi Operasional
Variabel Definisi Dimensi Skor Sikap Skala Pengukuran
Konseptual
Sikap
pekerja Sangat Tidak Suka:
terhadap 1. Upah/gaji 1 Tidak Suka: 2
Kepuasan dimensi- 2. Pekerjaan Cukup: 3 Interval
Kerja dimensi itu sendiri Suka: 4
pekerjaan 3. Rekan kerja Sangat Suka: 5
4. Atasan
5. Promosi

Catatan: Peneliti boleh membagi sikap dalam beberapa jenjang. Umumnya variabel sikap
dibagi menjadi tiga atau lima jenjang. Penetapan jenis skala pengukuran harus sesuai dengan
aturan baku yang dibahas dalam statistika, jaitu skala nominal, ordinal, interval, dan rasio.
Skala sikap termasuk ke dalam skala interval karena berfungsi membedakan, menjenjangkan,
dan memberikan skor relatif. Artinya makin tinggi skornya makin positif sikap responden
terhadap sesuatu hal (dalam contoh di atas, terhadap dimensi pekerjaan)
Contoh lain: Variabel penelitian adalah “Kepuasan Konsumen terhadap kualitas pelayanan”.
Definisi kepuasan menurut Kottler, 1997: “Kepuasan adalah perasaan suka atau kecewa
yang dihasilkan dari proses perbandingan kinerja sesuatu hal dengan harapan
seseorang”. Jadi kalau yang ingin diketahui adalah kepuasan konsumen, maka kata
“seseorang” diganti menjadi konsumen. Selanjutnya Kottler dalam buku yang sama
membahas juga tentang “kualitas pelayayan” – service quality. Dimensi yang harus diukur
agar bisa memperoleh data tentang kualitas pelayananan adalah Reliability, Responsiveness,
Assurance, Empathy, dan Tangible. Dengan demikian, definisi konseptual “Kepuasan
Konsumen Terhadap Mutu Pelayanan” yang mengacu pada pendapat Kottler adalah
perasaan suka atau kecewa konsumen terhadap dimensi-dimensi pelayanan (Reliability,
Responsiveness, Assurance, Empathy, dan Tangible) yang dihasilkan dari proses
perbandingan kinerja mutu pelayanan dengan harapan.”
Selanjutnya Kottler menyatakan bahwa “jika kinerja dipandang lebih baik daripada
harapan maka terjadi perasaan sangat puas; jika kinerja dipandang sama dengan
harapan maka ada perasaan puas, dan jika kinerja dipandang lebih buruk daripada
harapan maka muncul perasaan tidak puas seperti dalam tabel berikut ini.
Definisi Operasional
Variabel Definisi Dimensi Skor Kepuasan Skala
Konseptual Pengukuran
Perasaan suka
atau kecewa
konsumen
Kepuasan terhadap Kinerja lebih buruk
Konsumen dimensi- daripada harapan
Terhadap dimensi 1. Reliability skor 1 (tidak Puas)
Mutu peyananan 2. Responsiveness Kinerja sama Interval
Pelayanan (Reliability, 3. Assurance dengan harapan
Responsiveness, 4. Empathy skor 2 (puas)
Assurance , 5. Tangible Kinerja lebih baik
Empathy, dan daripada harapan
Tangible) yang skor 3 (sangat puas)
dihasilkan dari
proses
perbandingan
kinerja mutu
pelayanan
dengan
harapan”

Contoh lainnya: Variabel penelitian “Motivasi Berprestasi” menurut konsep David


McClelland. Definisi konseptualnya adalah: Achievement motivation is identified as the drive
to excel (stand out beyond others), to achieve in relation to a set of standards, to strive (to try
very hard) to succeed. Jika diterjemahkan, “motivasi berprestasi diindentifikasi sebagai
dorongan untuk mengerjakan sesuatu lebih baik daripada orang lain, guna menggapai
seperangkat standar, mencoba dengan sangat keras agar berhasil”. Selanjutnya Uma Sekaran,
2003 memberikan dimensi-dimensi dari motivasi berprestasi, yaitu: “driven by work, unable
to relax, impatience with ineffectiveness, seek moderate challenge, seek feedback”. Dimensi
dalam definisi operasional variabel motivasi berprestasi tersebut berbeda dengan pengertian
dimensi dalam contoh-contoh sebelumnya. Di sini dimensi bisa dimaknakan sebagai indikator
atau ciri-ciri dari orang yang mempunyai motivasi berprestasi.
Variabel Definisi Definisi Operasional
Konseptual Indikator Skor Motivasi Skala
Berprestasi Pengukuran
“Motivasi
berprestasi
diindentifikasi 1. Senantiasa tekun
Motivasi sebagai dorongan bekerja Sangat Tinggi:
Berprestasi untuk 2. Sulit untuk santai 5
mengerjakan 3. Tidak sabar pada Tinggi 4 Interval
sesuatu lebih baik ketidakefektifan Cukup 3
daripada orang 4. Menyukai Rendah 2
lain, guna tantangan tingkat Sangat Rendah
menggapai menengah 1
seperangkat 5. Ingin segera
standar, mencoba memperoleh
dengan sangat umpan balik atas
keras agar hasil kerjanya
berhasil”

Dalam beberapa kasus, peneliti sulit menemukan definisi konseptual yang “pas” dengan
tujuan penelitiannya. Ketika menghadapi situasi semacam itu, peneliti mempunyai
kewenangan untuk membuat definisi konseptual yang berdasarkan pemikirannya memang
sesuai dengan maksud atau keinginannya. Misalnya, judul penelitiannya “Hubungan antara
tingkat pendidikan dengan kinerja”. Dengan demikian variabelnya ada dua yaitu “tingkat
pendidikan” dan “kinerja”. Ketika definisi konseptual kedua variabel tersebut sulit
ditemukan dalam buku-buku teks atau sumber informasi lainnya, atau kalau pun ditemukan
tetapi tidak sesuai dengan keinginan peneliti, maka penelitilah yang harus menyusun definisi
konseptual kedua variabel tersebut. Keputusannya, definisi konseptual tingkat pendidikan
adalah “urutan pendidikan formal yang pernah ditempuh seseorang mulai dari
pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi” dan definisi konseptual kinerja
pegawai adalah hasil penilaian organisasi atas apa-apa yang telah dilakukan pegawai
selama bekerja. Penyusunan definisi operasional variabel kedua variabel tersebut dapat
dilakukan seperti tabel berikut ini.
Definisi Operasional
Variabel Definisi
Tingkat Peringkat Skala
Konseptual Pendidikan Pendidikan Pengukuran
SD SD = 1
Tingkat SLTP SLTP = 2
Tingkat pendidian SLTA SLTA = 3
Pendidikan adalah urutan S1 S1 = 4 Ordinal
pendidikan S2 S2 = 5
formal mulai S3 S3 = 6
dari pendidikan
dasar sampai
dengan
pendidikan
tinggi
Dimensi/aspek
penilaian Skor Kinerja
kinerja Pegawai
Kehadiran
Kinerja Loyalitas Sangat Baik = 5
pegawai adalah Kualitas Kerja Baik = 4
Kinerja hasil penilaian Kuantitas Cukup = 3 Interval
Pegawai organisasi atas Kerja Kurang Baik = 2
apa-apa yang Kerjasama Sangat
telah dilakukan Inisiatif Kurang Baik = 1
pegawai selama Kepempinan
bekerja
BAB III

PENUTUP

 Kesimpulan

Berdasarkan pernyataan di atas bisa dikatakan bahwa definisi operasional


merupakan interpretasi yang dibuat berlandaskan pada karakter atau ihwal yang bisa
diteliti. Definisi operasional juga adalah arti yang diciptakan memakai kata kata
operasional, yang berarti variabelnya dapat diukur.

Kegunaan dari definisi operasional variabel itu sendiri adalah untuk mengenali
parameter yang diperoleh dari penghimpunan data, sehingga dalam pengukuran
variabel bisa lebih mudah.
DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/Asus/Downloads/10%20Definisi%20Operasional%20Variabel
%20Penelitian.pdf

file:///C:/Users/Asus/Downloads/s_0451_023516_chapter3.pdf

Anda mungkin juga menyukai