Anda di halaman 1dari 26

DEFINISI OPERASIONAL DALAM PENELITIAN

Dosen Pengampuh : Ns. Norman Alfiat Talibo, S.Kep, M.Kep

DISUSUN OLEH :
Kelompok III

1. Cindy Berliana Diapaty Mayulu (1901060)


2. Vivi Sri Utami Gobel (1901058)
3. Gina Maria Rosalinda Haringan (1901046)
4. Rosalia Katili (1901049)
5. Yanti Tongka (1901050)
6. Tiara Riska Dilapanga (1901024)
7. Sulawati Ticoalu (1901075)
8. Heldy Srikandhy Sadale (1901021)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MANADO
T.A 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Definisi Operasional Dalan
Penelitian” ini tepat pada waktunya.Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas dari dosen pengampih Ns.Norman Alfiat Talibi S.Kep,M,Kep, dengan mata
kuliah Metdologi Penelitian.

Harapan kami semoga makalah ini menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, walaupun kami akui masih banyak kekurangan dalam penyajian makalah ini
karenailmu yang kami miliki masih sangat kurang.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperanserta
dalam penyusunan makalah ini, dari awal sampai akhir hingga menjadi sebuah makalah.kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk pembuatan makalah berikutnya,
terimakasih.

Rabu, 16 April 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 4

A. Latar Belakang .......................................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 6

A. Pengertian Definisi Operasional ............................................................................... 6


B. Manfaat Definisi Operasional ................................................................................... 7
C. Cara membuat Definisi Operasional ......................................................................... 7
D. Tipe-Tipe Definisi Operasional ................................................................................ 8
E. Proses Operasionalisasi Variabel ...............................................................................12
F. Komponen Operasional Penelituan............................................................................13

BAB III PENUTUP ..............................................................................................................20

A. Kesimpulan ................................................................................................................20
B. Saran ..........................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................21


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipotesis seperti yang kita ketahui yakni dugaan yang mungkin benar, atau
mungkin juga salah. Dia akan ditolak jika salah atau palsu, dan akan diterima jika faktor-
faktor membenarkannya. Penolakan dan penerimaan hipotesis, dengan begitu sangat
tergantung kepada hasil-hasil penyelidikan terhadap faktor-faktor yang dikumpulkan.
Hipotesis dapat juga dipandang sebagai konklusi yang sifatnya sangat sementara. Sebagai
konklusi sudah tentu hipotesis tidak dibuat dengan semena-mena, melainkan atas dasar
pengetahuanpengetahuan tertentu. Pengetahuan ini sebagian dapat diambil dari hasil-hasil
serta problematika-problematika yang timbul dari penyelidikan-penyelidikan yang
mendahului, dari renungan-renungan atas dasar pertimbangan yang masuk akal, ataupun
dari hasil-hasil penyelidikan yang dilakukan sendiri. Secara prosedural hipotesis
penelitian diajukan setelah peneliti melakukan kajian pustaka, karena hipotesis penelitian
adalah rangkuman dari kesimpulan- kesimpulan teoritis yang diperoleh dari kajian
pustaka. Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita jumpai banyak hal yang dapat kita
deskripsikan dalam bentuk data. Informasi data yang diperoleh tentunya harus diolah
terlebih dahulu menjadi sebuah data yang mudah dibaca dan dianalisa. Statistika adalah
ilmu yang mempelajari cara- cara pengolahan data. Untuk meperoleh data-data tersebut,
diperlukan adanya suatu penelitian. Penelitian ini didapatkan melalui berbagai cara, dan
juga berbagai langka- langkah pengujian dari para pengumpul data. Sebelum melakukan
penelitian, kita akan menduga-duga terlebih dahulu terhadap apa yang kita ingin teliti.
Pernyataan dugaan atau pernyataan sementara kita ini yang disebut hipotesis. Banyak
sekali macam-macam konsep hipotesis ini, salah satunya jenis hipotesis. Terkadang
dalam penelitian pun banyak sekali permasalahan-permasalahan dan juga kesalahan
dalam melakukan penelitian. Seluruh yang akan dibahas dalam melakukan hipotesis
penelitian akan dibahas dalam makalah ini beserta permasalah-permasalahan yang teijadi.
Hipotesis seperti yang kita ketahui (statistik), yakni dugaan yang mungkin benar, atau
mungkin juga salah. Dia akan ditolak jika salah atau palsu, dan akan diterima jika
Faktor-faktor membenarkannya. Penolakan dan penerimaan hipotesis, dengan begitu
sangat tergantung kepada hasil-hasil penyelidikan terhadap faktor- faktor yang
dikumpulkan. Selanjutnya, pengujian hipotesis penelitian secara perhitungan statistik
memerlukan perubahan rumusan hipotesis ke dalam rumusan hipotesis statistic yang
mana memasangkan Hipotesis alternative (Ha) dan hipotesis (Ho) sehingga dapat
memutuskan dengan tegas menolak atau menerima salah satu dari kedua hipotesis
tersebut. Selain itu, Pengujian hipotesis deskriptif pada dasarnya merupakan proses
pengujian generalisasi hasil penelitian yang didasarkan pada satu sampel. Kesimpulan
yang dihasilkan nanti adalah apakah hipotesis yang diuji itu dapat digeneralisasikan atau
tidak. Dalam uji hipotesis satu sampel ini variabel penelitiannya bersifat mandiri, dan
sampelnya satu, oleh karena itu variabel penelitiannya tidak berbentuk perbandingan
ataupun hubungan antar dua variabel atau lebih.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Definisi Operasional Dalam Penelitian ?
2. Apa Manfaat Definisi Operasional ?
3. Apa Tipe-tipe Definisi Operasional ?
4. Bagaimana Proses Operasionalisasi Variabel ?

C. Tujuan Penulisan
1. Dapat mengetahui pengertian dari Definisi Operasional Penelitian.
2. Dapat mengetahui manfaat Definisi Operasional
3. Dapat Mengetahui Tipe-tipe Definisi Operasional.
4. Dapat mengetahui bagaimana proses Operasionalisasi Variabel
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Operasional
Definisi operasional variabel dalam penelitian merupakan hal yang sangat penting
guna menghindari penyimpangan atau kesal ah pahaman pada saat pengumpulan data.
Penyimpangan muncul dalam bentuk "bias". Penyimpangan dapat disebabkan oleh
pemilihan/penggunaan instrumen (alat pengumpul data) yang kurang tepat atau susunan
pertanyaan yang tidak konsisten. Namun, bukan berarti bahwa semua variabel perlu
diberikan definisi operasional Variabel yang sudah jelas, mempunyai pengertian dan
interpretasi yang sama, misalnya jenis kelamin (sex"), tidak perlu diberikan definisi
operasional.
Semua orang tidak akan membuat kesalahan untuk menentukan apakah seseorang
itu laki-laki atau wanita. Sebaliknya Pekeijaan Pokok misalnya, justru sangat perlu
diberikan definisi operasional, sebab Pekeijaan Pokok dapat diartikan pekeijaan yang
paling banyak menghasilkan uang ataupun pekeijaan yang paling banyak menyita waktu
dalam satu kurun waktu tertentu.
Agar variabel dapat diukur dengan menggunakan instrumen atau alat ukur, maka
variabel harus diberi batasan atau definisi yang operasional atau “Definisi Operasianal
Variabel”. Definisi Operasional ini penting dan diperlukan agar pengukuran variabel atau
pengumpulan data (variabel) itu konsisten antara sumber data (responden) yang satu
dengan responden yang lain. Di samping variabel harus di definisi operasionalkan yang
juga perlu dijelaskan cara atau metode pengukuran, hasil ukur atau kategorinya, serta
skala pengukuran yang digunakan. Untuk memudahkan, biasanya definisi operasional itu
disajikan dalam bentuk “matriks” yang terdiri dari kolom-kolom.
Definisi operasional adalah definisi yang rumusannya didasarkan pada sifat-
sifatatau hal-hal yang dapat diamati. Definisi operasional adalah definisi yang
rumusannya menggunakan kata- katayang operasional, sehingga variabel bisa diukur.
Contoh pentingnya definisi operasional adalah mengenai benar dan salah dari
suatu hal, atau saat observasi dilakukan dimana terdapat kegundahan dan kebingungan.
Sebab dengan informasi atau panduan tersebut, peneliti bisa mengetahui cara
mengembangkan konsep yang baik. Dengan begitu peneliti bisa memastikan apakah
prosedur dalam pengukuran bisa dilakukan dengan cara yang sama (terdahulu) atau
dengan cara yang baru.
B. Manfaat Definisi Operasional
Definisi Operasional bermanfaat untuk arti penelitian. Antara lain:

1) Memastikan deskripsi singkat tentang konsep dan istilah yang diterapkan pada situasi
tertentu untuk memfasilitasi pengumpulan data yang bermakna dan terstandarisasi.
Apalagi saat mengumpulkan data, penting untuk mendefinisikan setiap istilah dengan
sangat jelas untuk memastikan semua pihak yang mengumpulkan dan menganalisis
data memiliki pemahaman yang sama. Oleh karena itu, definisi operasional harus
sangat tepat dan dibingkai untuk menghindari variasi dan kebingungan dalam
interpretasi.

2) Penting untuk kita ketahui bahwa definisi operasional berbeda dari definisi kamus,
yang seringkali bersifat konseptual dan deskriptif. Sebaliknya, definisi operasional
memberikan makna yang jelas, tepat, dan dapat dikomunikasikan pada konsep yang
digunakan untuk memastikan pengetahuan yang komprehensif tentang ide dengan
menentukan bagaimana ide tersebut diukur dan diterapkan dalam serangkaian keadaan
tertentu.

Definisi tersebut menyoroti dua hal penting tentang definisi operasional, yaitu :

1. Memberikan arti yang tepat pada kata yang diucapkan atau ditulis, membentuk
„bahasa umum‟ antara dua orang atau lebih.

2. Mendefinisikan bagaimana istilah, kata atau frase digunakan ketika diterapkan dalam
konteks tertentu. Ini menyiratkan bahwa sebuah kata mungkin memiliki arti yang
berbeda ketika digunakan dalam situasi yang berbeda.

C. Cara Membuat Definisi Operasional

Secara garis besar, langkah-langkah dalam penyusunan definisi operasional yaitu sebagai
berikut:
1. Menentukan variabel penelitian terlebih dahulu

Langkah pertama dalam membuat definisi operasional adalah menentukan


variabel apa saja yang akan diteliti. Kita juga harus memastikan fungsi dari tiap-tiap
variabel etrsebut, apakah sebagai variabel independen (bebas) atau variabel dependen
(terikat).

2. Mencari definisi konseptual untuk tiap-tiap variabel tersebut

Langkah selanjutnya yaitu kita harus mencari definisi konseptual yang tepat untuk
tiap-tiap variabel yang telah kita tentukan tersebut. Definisi tersebut bisa kita peroleh
dari kamus, buku teks, atau penelitian orang lain. Atau kita bisa juga merumuskan
sendiri definisi operasional berdasarkan pengalaman atau rangkuman dari beragam
sumber pustaka. Ingat bahwa, definisi konseptual lebih berfokus pada konsep suatu
variabel.

3. Mengidentifikasi cara mengukur variabel

Langkah ketiga dalam membuat definisi operasional adalah mengidentifikasi apa


saja yang bisa kita lakukan untuk mengukur variabel-variabel yang telah kita tentukan
sebelumnya. Selalu ada lebih dari satu cara yang dapat kita gunakan, misalnya dengan
cara mengamati, membandingkan dengan hal lain, menanyakan, atau berbagai metode
lainnya.

4. Memilih cara untuk menggambarkan suatu variabel

Selanjutnya, kita harus memilih cara apa yang akan benar-benar dapat kita
lakukan untuk menggambarkan suatu variabel. Kita harus memastikan cara yang
spesifik dengan acuan yang jelas. Misalnya, apakah kita akan mengacu pada suatu
kuisioner standar atau menggunakan metode yang benar-benar baru.

5. Menuliskan definisi operasional dalam bentuk narasi atau tabel

Langkah terakhir yaitu kita bisa menuliskan definisi operasional dalam bentuk
narasi atau tabel. Pada umumnya pada penelitian skripsi atau tesis, deskripsi
operasional disajikan dalam arti tabel, sedangkan pada naskah publikasi biasanya
berupa narasi.

D. Tipe-Tipe Definisi Operasional


1. Definisi Operasional Tipe A

Definisi operasional Tipe A atau Pola I dapat disusun didasarkan pada operasi
yang harus dilakukan, sehingga menyebabkan gejala atau keadaan yang didefinisikan
menjadi nyata atau dapat terjadi.

Dengan menggunakan prosedur tertentu peneliti dapat membuat gejala menjadi


nyata.

Contoh : “Pertentangan” bida didefinisikan sebagai adanya dua kubu yang


berseberangan, yang setiap kubu memiliki visi dan misi yang sama, namun hanya
terdapat satu kubu yang bisa meraihnya.

2. Definisi Operasional Tipe B

Definisi operasional Tipe B atau Pola II dapat disusun didasarkan pada bagaimana
objek tertentu yang didefinisikan dapat dioperasionalisasikan, yaitu berupa apa yang
dilakukannya atau apa yang menyusun karaktersitikkarakteristik dinamisnya.

Contoh “Orang Rajin” dapat didefinisikan dengan individu yang bisa konsisten
dengan apa yang telah ditetapkan (tujuan) dan bisa melaksanakan segala tugas yang
dibebankannya.

3. Definisi Operasional Tipe C

Definisi operasional tipe C atau pola III dapat disusun didasarkan pada
penampakan seperti apa objek atau gejala yang didefinisikan tersebut, yaitu apa saja
yang menyusun karakteristik –karakteristik statisnya.

Contoh : orang rajin bisa didefinisikan sebagai individu yang memiliki sikap
disiplin yang baik, suka bekerja, selalu berusaha giat dan memiliki sikap yang patuh.

Dalam setiap penelitian pasti terdapat variabel penelitian. Jumlah variabel


penelitian bisa hanya satu namun juga bisa lebih dari satu. Variabel penelitian pada
hakikatnya merupakan konsep yang nilainya ingin diketahui oleh peneliti. Tidak
sedikit variabel yang terlibat dalam suatu penelitian sifatnya abstrak, dalam arti tidak
jelas wujud dan ukurannya, sehingga sulit juga ditentukan nilainya. Kalau variabel
penelitiannya adalah tinggi badan atau berat badan maka sifat kedua variabel tersebut
relatif konkret. Peneliti bisa segera mengukur nilai tinggi badan dengan meteran,
sedangkan nilai berat badan diukur menggunakan timbangan. Setelah dilakukan
pengukuran maka data nilai tentang tinggi dan berat badan diketahui. Namun jika
variabel penelitiannya bersifat abstrak, misalnya motivasi atau kepuasan keija , maka
peneliti perlu menetapkan cara pengukuran variabel tersebut agar dapat memperoleh
nilai yang tepat bagi kedua variabel tersebut. Proses penentuan ukuran suatu variabel
tersebut dikenal dengan nama operasionalisasi variabel.

Apakah semua variabel penelitian harus dibuat definisi operasionalnya?

Kalau yang dimaksud dengan definisi operasional variabel adalah proses


penentuan ukuran suatu variabel, maka tidak semua variabel penelitian harus disusun
definisi operasionalnya. Misalnya penelitian yang tujuannya adalah ingin mengetahui
pengaruh iklan terhadap volume penjualan. Iklan adalah variabel bebas dan volume
penjualan adalah variabel tergantung. Dari dua variabel tersebut yang perlu dilakukan
pengukuran - artinya disusun variabel operasionalnya - adalah volume penjualan,
sedangkan variabel “iklan” tidak perlu. Yang perlu dilakukan oleh peneliti adalah
menyusun definisi konseptual variabel “iklan”. Jika metode penelitian atau rancangan
penelitian yang akan diterapkan adalah “pre and post test design” maka peneliti harus
membandingkan volume penjualan sebelum ada iklan dengan volume penjualan
setelah ada iklan. Kedudukan “iklan” dalam rancangan penelitian tersebut adalah
sebagai betuk “perlakuan” (treatment).

Contoh penelitian lain yang tidak memerlukan operasionalisasi variabel, misalnya


penelitian yang bertujuan ingin mengetahui strategi bisnis, ingin mengetahui proses
seleksi, atau penelitian-penelitian kualitatif yang sasaran utamanya adalah
memberikan uraian/deskripsi atau gambaran lengkap dari suatu proses kegiatan. Yang
diperlukan oleh penelitian jenis ini adalah definisi konseptual, bukan definisi
operasional. Contohnya, ketika peneliti ingin mengetahui bagaimana proses seleksi
pegawai di suatu organisasi, maka peneliti harus memiliki definisi konseptual tentang
variabel seleksi pegawai, agar yang ditelitinya memang tentang seleksi pegawai,
bukan kegiatan lainnya. Definisi konseptual tentang seleksi pegawai harus lengkap
dan rinci, termasuk proses dan kegiatan-kegiatan apa yang seharusnya dilakukan
dalam seleksi pegawai. Demikian pula ketika peneliti ingin mengetahui bagaimana
strategi bisnis suatu perusahaan. Definisi konseptual yang lengkap tetang strategi
bisnis dan kegiatan-kegiatannya, harus dikuasai oleh peneliti agar yang ditelitinya
memang benar-benar strategi bisnis, bukan “sekedar” strategi pemasaran, seperti yang
banyak dijumpai.

Contoh Definisi Opersional

No Variabel Definisi Cara Ukur dan Kategori Skala

Operasional Alat ukur

1. Perilaku Perilaku merokok adalah CU wawancara Tidak Nominal


merokok aktifitas seseorang yang AU Kuisioner Ya
merupakan respon orang
tersebut terhadap
rangsangan dari luar yaitu
factor-faktor yang
mempengaruhi seseorang
untuk merokok dan dapat
diamati secara langsung

2. Aktifitas Aktifitas fisik yang CU wawancara Tidak Nominal


Fisik dilakukan secara rutin oleh AU kuisioner Rutin
responden untuk
menyehatkan badan,
misalnya senam lansia,
jalan,lari pagi yang
dilakukan sengan durasi
minimal 3x seminggu
selama 30 menit

3. Umur Lama hidup responden CU Wawancara 1.Usia lanjut Nominal


dari lahir sampai saat dan melihat kartu dengan usia
penelitian tanda penduduk >65 tahun
(KTP) 2.Usia lanjut

AU kuisioner dini 60-64


tahun
E. Proses Operasionalisasi Variabel

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengembalikan variabel penelitian


ke bentuk awal, yaitu konsep penelitian. Peneliti harus mendefinisikan konsep penelitian
sesuai dengan definisi-definisi yang telah diberikan oleh para akhli yang relevan dengan
konsep penelitiannya. Jika konsep penelitiannya adalah “motivasi kerja”, maka peneliti
harus menemukan definisi “motivasi keija” yang telah banyak diakui kebenarannya oleh
para pakar di bidang tersebut.

Dalam tahapan ini studi kepustakaan menjadi salah satu tahap yang harus dilalui.
Melalui studi kepustakaan yang mendalam dan memadai, peneliti akan mampu
merumuskan definisi konsep penelitiannya dengan benar. Jadi ketika konsep
penelitiannya adalah tentang “motivasi keija” maka kepustakaan atau literatur tentang
konsep tersebut harus benar-benar dipahami dengan baik oleh peneliti.

Perlu diketahui, tidak sedikit kita menemukan satu konsep dengan definisi yang
berbeda. Misalnya, definisi “motivasi” yang dikemukakan oleh A H. Maslow berbeda
dengan Victor Vroom. Maslow mendefinisikan motivasi sebagai “motivation arises from
the needs and wants of an individual and drives the people towards action or work by
doing which he makes efforts to fulfill these needs and wants, (kebutuhan- kebutuhan
atau keinginan-keinginan individu yang membuatnya terdorong untuk melakukan sesuatu
agar kebutuhan-kebutuhan tersebut terpuaskan). Sedangkan Vroom mengatakan bahwa
“motivation is a product of the individual‟s expectancy that a certain effort will lead to
the intended performance, the instrumentality of this performance to achieving a certain
result, and the desirability of this result for the individual, known as valence”. (S.E.
Condrey, 2005, p.482). Berdasarkan definisi tersebut disusunlah rumus M= ExIxV. Oleh
karena itu, agar punya landasan teoritis yang jelas biasanya untuk kepentingan
penyusunan definisi operasional variabel, peneliti hanya memilih atau menggunakan satu
definisi tertentu yang cocok atau sesuai dengan tujuan penelitiannya. Beberapa penulis
menamakan langkah pertama ini dengan nama definisi konseptual.

Langkah berikutnya adalah menemukan cara mengetahui besaran (ukuran) dari


variabel penelitian berdasarkan definisi konseptual, atau dengan kata lain mulai
mengoperasionalisasikan variabel penelitian. Agar lebih cepat dipahami simaklah contoh
berikut ini. Kita ambil satu contoh penelitian tentang motivasi yang menggunakan konsep
Victor Vroom. Terlebih dahulu ditentukan definisi konseptualnya, kemudian disusun
definisi operasionalnya.

F. Komponen Operasional Penelitian

1. Variabel penelitian

Variabel penelitian adalah karakter, atribut atau segala sesuatu yang terbentuk,
atau yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian sehingga mempunyai variasi
antara satu objek yang satu dengan objek yang lain dalam satu kelompok tertentu
kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel merupakan sesuatu yang menjadi objek
pengamatan penelitian, sering juga disebut sebagai faktor yang berperan dalam
penelitian atau gejala yang akan diteliti.

Variabel penelitian adalah sesuatu yang menjadi fokus perhatian yang


memberikan pengaruh dan mempunyai nilai (value). Variabel merupakan suatu
besaran yang dapat diubah atau berubah sehingga dapat mempengaruhi peristiwa atau
hasil penelitian. Dengan penggunaan variabel, kita dapat dengan mudah memperoleh
dan memahami permasalahan.

Berikut beberapa definisi variabel penelitian dari beberapa ahli :

a) Menurut Sugiyono (2009), variabel penelitian adalah segala sesuatu yang


berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

b) Menurut Arikunto (2010), varuabel penelitian adalah objek penelitian atau apa
yang menjadi perhatian suatu titik perhatian suatu penelitian.

c) Menurut Ibnu (2003), variabel penelitian adalah suatu konsep yang mempunyai
lebih dari satu nilai, keadaan,kategori, atau kondisi.

d) Menurut Hatch dan Farhady (1981), variabel penelitian adalah atribut seseorang
atau objek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu
objek dengan objek yang lain.

e) Menurut Sugiarto (2017), variabel penelitian adalah karakter yang dapat


diobservasi dari unit amatan yang merupakan suatu pengenal atau atribut dari
sekelompok objek. Maksud dari variabel tersebut adalah terjadinya variasi antara
objek yang satu dengan objek lainnya dalam sekelompok tertentu.

1) Jenis-Jenis Variabel Penelitian

Menurut Winamo (2013), Variabel dibeda-bedakan jenisnya berdasarkan


kedudukannya dalam suatu penelitian. Dalam suatu penelitian yang mempelajari
hubungan sebab-akibat antar variabel, dapat diidentifikasi beberapa jenis variabel,
yaitu: variabel terikat, variabel bebas, variabel moderator, variabel kontrol, dan
variabel antara atau intervening. Hubungan antar variabel tersebut dalam
penelitian ditunjukkan dalam gambar diagram di bawah ini

SEBAB HUBUNGAN AKIBAT


Variabel Bebas Antara Variabel Terikat
Variabel Moderator
Variabel Kontrol

Variabel penelitian adalah objek yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.
Variabel penelitian terdiri dari variabel terikat, variabel bebas, variabel moderator,
variabel control, dan variabel antara atau intervening. Adapun penjelasan masing-
masing variabel penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

a. Variabel terikat

Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel respon atau output.


Variabel terikat atau dependen atau disebut variabel output, kriteria,
konsekuen, adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas. Variabel terikat tidak dimanipulasi, melainkan
diamati variasinya sebagai hasil yang dipradugakan berasal dari variabel
bebas. Biasanya variabel terikat adalah kondisi yang hendak kita jelaskan.
Dalam eksperimen-eksperimen, variabel bebas adalah variabel yang
dimanipulasikan/dimainkan oleh pembuat eksperimen.
Sebagai contoh, dalam suatu studi hubungan antar dua variabel berikut: (1)
Hubungan antara kekuatan otot tungkai (X) dengan jauhnya tendangan
pemain sepakbola (Y), (2) Hubungan antara kekuatan otot lengan (X) dengan
ketepatan servis pemain bola voli (Y). Bertolak dari dua contoh di depan,
peneliti bertanya: apa yang akan teijadi pada Y jika X dibuat lebih besar atau
lebih kecil? Dalam hal ini peneliti memandang Y sebagai variabel terikat,
karena Y akan berubah sebagai akibat dari diubahnya X. Disebut dependent
karena nilai Y akan berubah (terikat/ tergantung) pada nilai variabel bebas (X).
b. Variabel Bebas
Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang diduga sebagai
sebab munculnya variabel variabel terikat. Variabel bebas sering disebut juga
dengan variabel stimulus, prediktor, antecedent. Variabel bebas adalah
variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel terikat. Variabel bebas biasanya dimanipulasi, diamati, dan
diukur untuk diketahui hubungannya (pengaruhnya) dengan variabel lain.
Sebagai contoh, dalam suatu studi hubungan antar dua variabel berikut: (1)
Hubungan antara kekuatan otot tungkai (X) dengan jauhnya tendangan
pemain sepakbola (Y), (2) Hubungan antara kekuatan otot lengan (X) dengan
ketepatan servis pemain bola voli (Y). Bertolak dari dua contoh di depan,
peneliti bertanya: apa yang akan teijadi pada Y jika X dibuat lebih besar atau
lebih kecil? Dalam hal ini peneliti memandang Y sebagai variabel terikat,
karena Y akan berubah sebagai akibat dari diubahnya X. Disebut dependent
karena nilai Y akan berubah (terikat/ tergantung) pada nilai variabel bebas (X).
c. Variabel Kontrol
Tidak semua variabel di dalam suatu penelitian dapat dipelajari sekaligus
dalam waktu yang sama. Beberapa di antara variabel tersebut harus
dinetralkan pengaruhnya untuk menjamin agar variabel yang dimaksud tidak
mengganggu hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel-
variabel yang pengaruhnya harus dinetralkan disebut sebagai variabel kontrol.
Jadi, variabel kontrol adalah faktor-faktor yang dikontrol atau dinetralkan
pengaruhnya oleh peneliti karena jika tidak dinetralkan diduga ikut
mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Variabel kontrol berbeda dengan variabel moderator. Penetapan suatu variabel
menjadi variabel moderator adalah untuk dipelajari (dianalisis) pengaruhnya,
sedangkan penetapan variabel kontrol adalah untuk dinetralkan/di samakan
pengaruhnya.
d. Variabel Antara (Intervening)
Uraian tentang variabel di depan merupakan variabel-variabel yang
konkret (nyata). Variabel bebas, variabel moderator, dan variabel kontrol
masing- masing dapat dimanipulasi oleh peneliti dan dapat diamati (diukur)
pengaruhnya terhadap variabel terikat. Apabila suatu variabel yang ingin
diketahui pengaruhnya terhadap variabel terikat ternyata tidak dapat diamati
(diukur) karena terlalu abstrak, maka variabel tersebut biasanya dipandang
sebagai variabel antara (intervening). Jadi variabel antara adalah faktor yang
secara teoretik mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat tetapi tidak
dapat dilihat sehingga tidak dapat diukur atau dimanipulasi. Pengaruh variabel
intervening terhadap variabel terikat hanya dapat diinferensikan berdasarkan
pengaruh variabel bebas dan/atau variabel moderator terhadap variabel terikat.
e. Variabel Diskrit
Variabel diskrit: disebut juga variabel nominal atau variabel kategori karena
hanya dapat dikategorikan atas dua kutub yang berlawanan yakni "ya" dan
"tidak". Misalnya ya wanita, tidak wanita, atau dengan kata lain: "wanita-
pria", "hadir-tidak hadir", "atas-bawah". Angka-angka digunakan dalam
variabel diskrit ini yang dapat dioperasikan untuk menghitung frekuensi yang
muncul, yaitu banyaknya pria, banyaknya yang hadir dan sebagainya. Maka
angka dinyatakan sebagai frekuensi. Dengan demikian data penelitian dengan
variabel diskrit merupakan penanda kategori, yang tidak dapat dioperasikan
berbentuk penambahan, pengurangan, perkalian atau pembagian.
Keberadaannya terbatas pada penentuan sebagai frekuensi.
f. Variabel Kontinium
Variabel kontinium dapat dipisahkan menjadi tiga jenis variabel kecil, yaitu :
1. Variabel ordinal, yaitu variabel yang menunjukkan tata urutan
berdasarkan tingkatan misalnya sangan tinggi, tinggi, pendek. Untuk
sebutan lain adalah variabel "lebih kurang" karena yang satu mempunyai
kelebihan dibanding yang lain. Contoh: Agung terpandai, Nico pandai,
Ganang tidak pandai.
2. Variabel interval, yaitu variabel yang mempunyai jarak, jika dibanding
dengan variabel lain, sedang jarak itu sendiri dapat diketahui dengan pasti.
Misalnya: Suhu udara di luar 31° C. Suhu tubuh kita 37° C. Maka selisih
suhu adalah 6° C. Jarak Surabaya-Blitar 162 km, sedangkan Surabaya-
Malang 82 km. Maka selisih jarak Malang-Blitar, yaitu 80 km.
3. Variabel ratio, yaitu variabel perbandingan. Variabel ratio memiliki
harga nol mutlak yang dapat dioperasikan berbentuk perkalian sekian kali.
Contoh: Berat Pak Rudi 70 kg, sedangkan anaknya 35 kg. Maka Pak Rudi
beratnya dua kali anaknya.
2. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Beberapa definisi operasional variabel penelitian menurut pendapat beberapa ahli :
1) Definisi operasional variabel penelitian menurut Sugiyono (2015, h.38) adalah
suatu atribut atau sifat atau nilai dari obyek atau kegiatan yang memiliki variasi
tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
2) Definisi operasional variabel merupakan teori atau konsep yang dijabarkan dalam
bentuk variabel penelitian agar variabel tersebut mudah dipahami, diukur atau
diamati dibuat dalam bentuk defenisi operasional, Suyanto (2011).
3. Cara Pengukuran
Menurut Sofian Efendi dalam Singarimbun (1995 : 95) menjelaskan :“konsep
adalah abstraksi tentang obyek dan kegiatan (event) yang digunakan oleh peneliti
untuk menggambarkan fenomena yang menarik perhatiannya. Fungsi konsep sebagai
alat untuk mengidentifikasi fenomena yang diobservasinya. Dalam penelitian
berbagai konsep tersebut, harus dihubungkan dengan cara memberikan angka pada
obyek atau pengukuran dengan cara memberikan angka pada obyek atau kejadian
yang sedang diamati menurut aturan tertentu”.

4. Alat Pengukuran
Alat ukur dalam penelitian adalah jenis instrumen penelitian, sehingga dalam hal
ini bisa dikatakan bahwa instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam maupun sosial yang menjadi topik penelitian. Secara
spesifik fenomena tersebut dinamakan variabel penelitian.

5. Hasil Ukuran Penelitian

Hasil ukuran adalah total hasil hitungan akhir yang diperoleh dari pencarian data
subjek penelitian variabel dengan metode kuantitatif dan kualitatif, yang kemudian
dijabarkan dioperasional variabel, setelah melalui tahapan dari objek penelitian
dengan alat pengukuran yang berupa kuesioner/angket (yaitu tekhnik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan ataupun
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab dengan mengggnakan skala
tertentu), yang dibagikan dan tesis penelitian yang diperoleh dari responden serta
partisipan yang menjadi target subjek penelitian.

6. Skala

Merupakan perbandingan antar kategori dimana masing-masing kategori diberi


bobot nilai yang bebeda. Sedangkan skala pengukuran merupakan kesepakatan yang
digunakan sebagai cuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada
dalam alat ukur,sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam penelitian akan
menghasilkan data kuantitatif.

Jenis-jenis skala dalam penelitian :

a. Skala Nominal

Skala nominal yaitu skala yang paling sederhana disusumn menurut jenis
(kategorinya) atau fungsi bilangan hanya sebagai simbol untuk membedakan
sebuah karakteristik dengan karakteristik lainnya. Skala nominal memberikan
suatu sistem kualitatif untuk mengkategorikan orang atau objek ke dalam kategori,
kelas atau klasifikasi.

Adapun ciri-ciri dari skala nominal adalah :

a) Kategori data bersifat mutually exlusive (saling memisah)

b) Kategori data tidak mempunyai aturan yang logis (bisa sembarang), hasil
perhitungan dan tidak ditemui bilangan pecahan, angka yang tertera hanya
label semata. Tidak mempunyai ukuran baru, dan tidak mempunyai nol
mutlak. Contohnya : jenis kulit, 1 hitam, 2 putih, 3 kuning. Angka 1,2,3
hanya sebagai label saja.

b. Skala Ordinal

Skala ordinal adalah angka yang diberikan dimana angka-angka tersebut


mengandung pengertian tingkatan. Skala nominal digunakan untuk mengurutkan
objek dari yang terendah ke tertinggi atau sebaliknya. Skala ini tidakmemberikan
nilai absolute terhadap objek, tetapi hanya membeikan urutan (rangking) saja.

Adapun ciri-ciri dari skala ordinal antara lain: kategori data saling memisah,
kategori data memiliki aturan logis, kategori data ditentukan skala berdasarkan
jumlah karakteristik khusu yang dimilikinya Contoh, urutan siswa di dalam kelas
berdasarkan tinggi badan, mulai dari paling tinggi ke rendah, siswa dengan badan
tertinggi diberi urutan -1, kemudian dibawahnya diberi urutan le -2 dan seterusnya.

c. Skala Interval

Skala interval dapat memberikan informasi yang lebih dibandingkan dengan skala
nominal dan skala orinal. Skala interval mmepunyai karakteristik seperti yang
dimiliki oleh skala nominal dan ordinal dengan ditambah karakteristik lain, yaitu
berupa adanya interval yang tetap. Dengan demikian peneliti dapat melihat
besarnya perbedaan katrakteristik antara satui individu atau objek lainnya. Skala
pengukuran interval benar-benar merupakan angka . Angka-angka yang dapat
dipergunakan dalam operasi aritmatika, misalnya dijumlahkan atau dikalikan.
Untuk melakukan analisa , skala pengukuran ini menggunakan statistik
parametrik,

contohnya : Jawaban pertanyaan menyangkut frekuensi dalam pertanyaan,


misalnya : Berapa kali anda melakukan kunjungan ke Rumah Sakit dalam satu
bulan ? Jawaban : 1 kali, 3kali, dan 5 kali. Maka angka-angka 1,3, dan 5
merupakan angka sbenarnya dengan menggunakan interval 2.

d. Skala Rasio
Skala rasio pada dasarnya, memiliki sifat seperti skala interval, tetapi skala ini nol
mutlak yang dapat menunjukkan ketiadaan karakteristik yang diukur. Panjang,
kecepatan dan berat merupakan contoh skala rasio. Melalui skala ini kita dapat
menginterestasikan perbandingan antar skor. Sebagai contoh, tinggi postur badan
si A 1,65 m adalah dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan si C yang tingginya
1,35 m, mobil ambulance yang melaju dengan kecepatan 80km/jam adalah dua
kali lebih cepat dibandingkan dengan kendaraan ambulance dengan kecepatan
40km/jam. Contoh lain, berat pasien A 60kg sedangkan berat pasien B 90kg. maka
berat pasien A dibandingkan dengan berat pasien B sama dengan satu banding 2.
G. Contoh Penelitian Keperawatan terkait tabel definisi operasional

Tabel Judul 1 : FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEMAMPUAN PERAWAT DALAM PENERAPAN ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN PERILAKU KEKERASAN DIRUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROVINSI SULAWESI
SELATAN

No Variabel Definisi Operasional Paramater Alat Ukur Skala Ukur Skor

1. Independen : Pengetahuan adalah hasil Perawat Alat ukur yang Nominal 1. Baik jika responden
Pengetahuan “tahu” seseorang perawat melakukan/memperaga digunakan adalah data menjawab benar ≥24
da3lam menerapkan kan SP1, SP2, SP3, dan bagian identitas umum 2. Kurang jika respondent
keperawatan pada pasien SP4 menjawab pertayaan
responden. dengan benar < 24
perilaku kekerasan.

2. Independen : Pendidikan adalah jenjang 1. D3 Keperawatan Alat ukur yang Ordinal 1. D3 Keperawatan
Pendidikan pendidikan formal yang 2. S.Kep., Ners digunakan adalah data 2. S.Kep., Ners
terakhir ditempuh oleh bagian identitas umum
responden. responden.

3. Independen : Lama kerja dinas perawat 1. Baru ≤ 3 tahun Alat ukur yang Nominal 1. Baru ≤3 tahun
Lama Kerja pelaksana mulai dari 2. Lama > 3 tahun. digunakan adalah data 2. Lama > 3 tahun.
pengangkatan pertama dan bagian identitas umum
bekerja sampai pada saat responden.
penelitian
4. Dependen : Kemampuan adalah Perawat mempergakan, Alat ukur yang Nominal 1. Dikatakan Kurang mampu
Kemampuan kecakapan atau potensi melakukan latihan fisik digunakan adalah data jika skor = 16-40
perawat dalam untuk melakukan asuhan 1 yaitu dengan tarik bagian identitas umum 2. Dikatakan mampu jika
penerapan asuhan keperawatan yang nafas dalam dan latihan skor = 41-64
responden.
keperawatan pada digunakan untuk fisik 2 yaitu memukul
pasien perilaku mengerjakan sesuatu yang bantal. Kemudian
kekerasan diwujudkan melalui perawat memberikan
tindakannya. obat, verbal dan
spiritual

Tabel Judul 2 : HUBUNGAN PERILAKU LANSIA DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS NGLEGOK
KABUPATEN BLITAR

No Variabel Definisi Indikator Alat Skala Skor


Operasional Ukur
1. Variabel kebiasaan yang 1. konsumsi Kuesioner Ordinal Selalu = 1
independen dilakukan lansia garam & Sering = 2
Perilaku dari 1-5 tahun lemak Kadang-kadang = 3Tidak pernah = 4 Dengan kategori : Baik : 41-
lansia terakhir. 2. Kebiasaan 60
merokok Cukup baik: 21-40Kurang baik: < 20
3. Kebiasaan
olahraga
Variabel Peningkatan Pengukuran Observasi Ordinal Hipertensi
Dependent tekanan darah tekanan darah tekanan -Tingkat 1 Ringan =
Hipertensi atau Hipertensi : Hipertensi, darah Sistolik : 140-159
adalah suatu Hasil mmHg, Diastolik
keadaan dimana pengukuran: 120-90 mmHg
Terjadi Sistol : >140 -Tingkat 2 Sedang =
peningkatan mmHg Sistolik : 160-179
tekanan darah Diastol : >90 mmHg
diatas ambang mmHg Diastolik : 120-90
batas normal. mmHg
-Tingkat 3 Berat =
Sistolik : 180-209
mmHg
Diastolik : 120-90
mmHg
Tabel Judul 3 : PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP
TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG VULVA HYGIENE DI PONDOK PESANTREN
BUSTANUL MUTA’ALLIMIN

Variabel Definisi Operasional Indikator Alat Ukur Skala Skor


Independen: Penyampaian materi  Memahami tentang - - -
Pendidikan kesehatan mengenai vulva batasan vulva hygiene
kesehatan hygiene melalui penyuluhan,  Memahami tentang
diskusi dan simulasi batasan manfaat vulva
memperaktekan cara hygiene
perawatan vulva pada remaja  Memahami tentang
putri di SMP Bustanul batasan tujuan vulva
Muta‟allimin hygiene
 Memahami tentang
batasan teknik vulva
hygiene yang benar

Dependen : Merupakan hasil tahu remaja  Pengertian vulva Kuesioner Interval Positif (favourable)Ya: 1 dan Salah: 0
Pengetahuan putri tentang pengertian vulva hygiene dengan nilai maksimum 10 dan
remaja putri hygiene dan cara perawatan  Manfaat vulva hygiene minimum: 1 Negative
tentang vulva vulva hygiene sebelum dan  Tujuan vulva hygiene (unfavorouble) Ya: 0 dan Tidak:1
hygiene sesudah dilakukan pendidikan  Cara perawatan vulva dengan nilai minimum: 1 dan
hygiene maksimum: 10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pernyataan di atas bisa dikatakan bahwa definisi operasional


merupakan interpretasi yang dibuat berlandaskan pada karakter atau ihwal yang bisa
diteliti. Definisi operasional juga adalah arti yang diciptakan memakai kata kata
operasional, yang berarti variabelnya dapat diukur.

Kegunaan dari definisi operasional variabel itu sendiri adalah untuk mengenali
parameter yang diperoleh dari penghimpunan data, sehingga dalam pengukuran variabel
bisa lebih mudah.

B. Saran

Definisi operasional dibuat untuk memudahkan pengumpulan data dalam


penelitian dimaksudkan untuk menghindari terjadinya salah penafsiran tentang judul
penelitian yang berpengarih juga tentang penafsiran inti persoalan yang diteliti.
DAFTAR PUSTAKA

Arina, N (2007). Hubungan Stres dengan Fase Penyembuhan Luka ada Klien Pasca
Seksio Sesarea di RB I RSU Dr. Soetomo Surabaya. PSIK FK Unair. Skripsi
tidak Dipublikasikan

Corwin. E. J, ((2000). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC Dalimartha.

S, (2008). Care Your Self Hipertensi. Jakarta : Penebar Plus.

Andria. K. M, (2013). Hubungan antara Perilaku Olahraga, Stress dan Makan dengan
Tingkat Hipertensi pada Lanjut Usia di Posyandu Lansia Kelurahan Gebang Putih
Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya. Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu
Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Unifersitas Airlangga Surabaya.

Julianti, D, dkk. (2005). Bebas Hipertensi Dengan Terapi Jus. Jakarta : Puspa Swara

Kushariyadi, (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba
Medika

Anda mungkin juga menyukai